Resume Pengenalan Studi Hubungan Interna
Nama : Nanda Yudha Ikhwan Pradana 175120400111020
Kelas : HI - B
Resume Ruang Lingkup Studi: Pengenalan Hubungan Internasional
A. Pengertian Hubungan Internasional
Hubungan Internasional adalah studi mengenai hubungan internasional.
Hubungan internasional menurut survey lapangan memiliki definisi yang berbeda.
HI dapat didefinisikan sebagai sebuah studi mengenai interaksi yang terjadi
antara negara-negara yang termasuk di dalamnya hubungan pemerintah antara
pemerintah, organisasi non pemerintah, organisasi internasional, dan perusahaan
multinasional.
Hubungan Internasional juga dianggap sebagai cabang dari ilmu politik, namun
sebenarnya HI juga banyak mengulas aspek lain seperti sejarah, ekonomi, dan filsafat.
Namun, selain Hubungan Internasional, ada juga cabang atau bagian darinya
yaitu kajian mengenai ‘hubungan internasional’. Adapan definisi dari hubungan
internasional adalah strategi diplomasi yang terfokus pada peperangan dan perdamaian,
konflik dan kooperasi. Namun, hubungan internasional juga memiliki kajian studi
terhadap politik, kajian lintas batas negara, ekonomi, sosial, dan negosiasi perdagangan
internasional. Hubungan internasional juga membahas mengenai amnesti internasional
dan permasalahan perdamaian konvensional seperti diplomasi di PBB. Hubungan
internasional yang mengulas ilmu politik juga tidak dapat dikatakan “begitu politik”
dikarenakan ilmu politik hanya membahas mengenai otoritas dan juga pemerintahan,
namun tidak memuat otoritas internasional dalam kajian tradisional ilmu politik. Atas
dasar itulah hubungan internasional merupakan ilmu dan kajian yang sangat luas untuk
dipelajari.
Hubungan internasional dicirikan sebagai dunia yang bekerja sama untuk
membangun dan mempertahankan perdamaian yang ada. Namun sebenarnya,
‘hubungan internasional’ tidak memiliki hakikat yang eksis dalam dunia akademik.
Setiap orang memandang dengan perspektif yang berbeda mengenai apa itu hubungan
internasional. Hubungan internasional tidak memiliki definisi yang murni dikarenakan
sangat luas dan setiap orang memiliki pandangan yang berbeda mengenai definisi
hubungan internasional.
B. Hubungan Internasional sebagai Ilmu Sosial
Kebenaran yang umum didapatkan adalah ilmu sosial tidak mendefinisikan
subjek atau materi yang diulasnya secara satu arah, tidak seperti ilmu pengetahuan alam
yang memiliki definisi subjek yang diberikan oleh ilmuwan yang melakukan penelitian
terhadap subjek atau materi tersebut.
Namun dalam setiap tulisan dari buku yang ada, penulis buku tidak memberikan
definisi yang pasti dan menjurus mengenai apa itu Hubungan Internasional dikarenakan
luasnya lingkup studi yang dipelajari dalam kajian tersebut.
Hubungan Internasional mengutamakan studi kajian keamanan di atas diplomasi.
Adapun kekuatan atau force berada di prioritas terakhir dalam menyelesaikan
permasalahan yang menyangkut studi hubungan internasional. Hal tersebut tidak lepas
dari sejarah munculnya disiplin ilmu Hubungan Internasional yang dikarenakan
ketakutan manusia akan kehancuran besar yang diakibatkan oleh perang terutama
Perang Dunia ke-2. Hal tersebut merupakan alasan mengapa Hubungan Internasional
sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keamanan daripada diplomasi dan perang, inilah
yang dimaksud dengan sistme self-help.
Namun, yang salah dari konsep “negara yang berdikari” – yang aktor kunci dari
sistem ini adalah diplomat dan tentara – adalah ketika negara-negara yang tidak begitu
peduli mengenai isu keamanan secara berkelanjutan dan merasa aman, tiba-tiba mereka
jatuh ke dalam konflik akibat alasan yang tidak dapat diprediksi. HI merupakan studi
tentang sifat dan konsekuensi dari hubungan tersebut.
Oleh karena negara memiliki latar belakang politik, budaya, dan wilayah
komunitas yang berbeda-beda. Dan sekarang terdapat sekitar 200 negara merdeka di
muka bumi ini yang setiap manusia – dengan pengecualian tertentu – hidup secara
damai. Namun, meskipun begitu, bukan berarti mereka terpisah dan tidak saling
memengaruhi. Biasanya negara itu berhubungan melalui organisasi internasional
seperti PBB ataupun dalam perdagangan internasional. Oleh karena itu HI diperllukan
untuk mengkaji mengenai permasalahan tersebut beserta konsekuensinya.
C. Sejarah Hubungan Internasional sebagai Disiplin Ilmu
Secara garis besar, sejarah mengenai Hubungan Internasional sudah ditekuni oleh
filsuf Yunani kuno. Namun pada waktu itu kajian mengenai hubungan internasional
masih sebatas kajian mengenai peperangan dan militer yang sekarang merupakan
bagian dari studi akademik Hubungan Internasional.
Namun ada juga yang memperkirakan bahwa studi dan kajian mengenai
Hubungan Internasional baru muncul setelah perang Westphalia. Semenjak perang itu
banyak universitas yang membuka kajian mengenai Hubungan Internasional dan
menamai diri mereka sebagai kaum realis yang menentang sistem idealis.
Akan tetapi, Hubungan Internasional sebagai studi akademik baru benar-benar
berkembang setelah memasuki abad ke-20. Kesadaran akan pentingnya nilai-nilai EPI
yang dapat dicirikan secara fundamental sebagai dunia sosio-ekonomi mulai muncul
setelah perang dunia pertama. Hal tersebut muncul karena perang semakin memperjelas
kehancuran kondisi kehidupan akibat persenjataan mekanik modern. Kesadaran
tersebut juga muncul akibat pentingnya mengurangi resiko dari negara-negara
berkekuatan besar tersebut.
Oleh karena itu, perang telah menyebabkan ilmu HI semakin berkembang untuk
mencegah terjadinya perang yang lebih besar, bersanding dengan ilmu-ilmu sosial
seperti ekonomi, politik, dan juga sejarah.
D. Simpulan
Ilmu Hubungan Internasional yang di dalamnya mencakup hubungan
internasional adalah ilmu yang mengkaji berbagai permasalahan sosial yang sangat
luas. Dikarenakan luasnya ilmu tersebut, definisi mengenai Hubungan Internasional
tidaklah sama karena setiap orang memiliki pandangan yang berbeda mengenai apa itu
Hubungan Internasional, tidak seperti ilmu alam yang definisi subjeknya diberikan oleh
ahli yang mempelajari ilmu atau fokus studi tertentu.
Ilmu Hubungan internasional mulai berkembang sejak terjadinya peperangan
besar yakni Perang Dunia Pertama. Kesadaran masyarakat internasional mengenai
pentingnya mencegah terjadinya konflik yang menciptakan kehancuran yang luas di
masa yang akan datang turut menjadi faktor berkembangnya ilmu Hubungan
Internasional.
Hubungan Internasional diperlukan untuk menegakkan keadilan dan ketertiban
internasional. Dalam sistem masyarakat internasional, HI diperlukan untuk
menegakkan kebutuhan dan pemenuhan nilai-nilai dasar kemanusiaan.
Nama : Nanda Yudha Ikhwan Pradana 175120400111020
Kelas : HI - B
Resume Sejarah Dunia: Pre dan Pasca Perjanjian Westphalia
A. Perang 30 Tahun
Dalam berbagai kajian sejarah yang ada, diakui bahwa Perang 30 Tahun adalah
perang yang paling berpengaruh dalam perkembangan disiplin ilmu Hubungan
Internasional. Perang ini terjadi diakibatkan oleh motif agama (Schiller, 1861) antara
Protestan dan Katolik yang bersaing untuk memperebutkan kekuasaan dan
menunjukkan kekuatan asing-masing. Peristiwa perang yang berlangsung selama tahun
1618 hingga tahun 1648 telah memberikan sumbangsih yang besar bagi perkembangan
seni diplomasi yang nantinya akan menjadi bagian dari kajian studi hubungan
internasional dan bahkan menjadi sumbangsih utama disiplin ilmu Hubungan
Internasional itu sendiri.
Perang 30 Tahun bermula saat Ferdinand II dari Kekaisaran Suci Romawi
menerapkan kebijakan untuk memaksakan keseragaman agama yang berlaku pada
masyarakat yang ia pimpin, yaitu Katholik Roma. Tindakan yang dilakukannya tersebut
tentu saja menyebarkan ketakutan dan kemarahan bagi negara-negara Protestan di utara
kekaisaran. Kebijakan Ferdinand II dianggap terlalu pro-Katolik dan masyarakat di
utara merasa telah dicurangi haknya seperti yang telah tertuang dalam Perjanjian Damai
Ausburg. Perjanjian Ausburg sendiri adalah perjanjian damai antara dua kelompok
kelompok Kristen yang membuat perjanjian legalitas Kekristenan secara permanen
dalam Kekaisaran Suci Romawi.
Setelah penumpasan pemberontak yang begitu kejam yang dilakukan oleh kaisar,
dunia Protestan mengutuk tindakan tersebut dan dimulailah perang yang meningkatkan
angka kematian di kawasan Eropa. Dapat disimpulkan bahwa Perang 30 Tahun adalah:
1. Perang dimulai dari konflik internal agama yang berujung menjadi konflik
sektarian,
2. Perang 30 Tahun yang seharusnya berlangsung di dalam internal Kekaisaran
Suci Romawi ternyata turut melibatkan pihak non-Jerman ke dalam konflik,
3. Perang 30 tahun secara tingkatan elit tidak lebih dari perebutan kekuasaan dan
juga pengaruh antara dua pihak yang saat itu berselisih.
B. Berakhirnya Perang dan Munculnya Perjanjian Westphalia
Setelah berakhirnya 4 fase peperangan, pihak yang bertikai (Kekaisaran Romawi
Suci, Prancis, dan Swedia) secara aktif melakukan negosiasi di Osnabrück dan Münster
di Westphalia. Berakhirnya perang tidak disebabkan oleh satu perjanjian, melainkan
oleh sekelompok perjanjian seperti Treaty of Hamburg. Pada tanggal 15 Mei 1648,
Peace of Münster ditandatangani, mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun. Lebih dari
lima bulan kemudian, pada tanggal 24 Oktober, Perjanjian Münster dan Osnabrück
ditandatangani.
C. Dampak yang Ditimbulkan setelah Perjanjian Westphalia
Peraturan yang disepakati dalam Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 berperan
penting dalam meletakkan landasan hukum negara-negara berdaulat pada era modern
ini. Selain menetapkan batasan teritorial untuk banyak negara yang terlibat dalam
perang dahsyat tersebut (dan juga untuk yang baru dibuat sesudahnya), Perjanjian
Westphalia mengubah hubungan antara individu dengan penguasa. Westphalia
memberikan sebuah hasil baru bagi “zaman kegelapan” di Eropa yaitu: Yaitu, Negara
memiliki kedaulatan, kontrol Negara atas Militer dan terbentuknya kelompok Negaranegara besar.
Perjanjian Westphalia juga dianggap sebagai solusi atas permasalahan teritorial
dan hierarki kepenguasaan sebelumnya yang dianggap tidak jelas. Konsep kedaulatan
diperjelas dengan pengertian bahwa penguasa yang sah tidak akan mengakui kedaulatan
pihak-pihak yang mempunyai kedudukan setara dalam batas-batas kedaulatan wilayah
yang sama.
Nama : Nanda Yudha Ikhwan Pradana 175120400111020
Kelas : HI - B
Resume Sejarah Dunia: Perang Dunia I dan II
A. Latar Belakang Perang Dunia I
Pembunuhan putra mahkota Austria (Francis Ferdinand) menyebabkan kaisar
Austria Karl I marah. Kemudian Austria menuntut Serbia agar menyerahkan pembunuh
yaitu G. Princip. Namun, tuntutan tersebut tidak dihiraukan Serbia yang mendapat
dukungan dari Rusia sehingga Austria menyatakan perang terhadap Serbia pada tanggal
28 Juli 1914. Jerman akhirnya turut menyatakan perang terhadap Rusia pada 1 Agustus
1914. Kemudian, Prancis menyatakan perang terhadap Jerman pada 3 Agustus l 914,
disusul Inggris terhadap Jerman pada 14 Agustus 1914 hingga akhirnya perang meluas
ke seluruh Eropa dan dunia.
B. Negara Negara yang Terlibat Perang Dunia I
1.
Blok Sentral: Jerman, Austro-Hungaria, Turki, Italia, dan Bulgaria.
2.
Blok Sekutu: Inggris, Prancis, Serbia, Rusia, Jepang, Amerika Serikat, dan lainlain (23 negara) di pihak menang.
C. Jalannya Perang Dunia I
Pada awalnya pihak yang memperoleh kemenangan adalah pihak Blok Sentral.
Namun, setelah Amerika Serikat ikut terjun ke medan peperangan, keadaan menjadi
berbalik (pihak Sekutu menjadi menang). Setelah pihak Blok Sentral mengalami
kekalahan, maka diadakan perjanjian yang isinya memberatkan pihak Blok Sentral
antara lain sebagai berikut:
1. Perjanjian Versailles antara Sekutu dan Jerman (28 Juni 1918),
2. Perjanjian St. Germani antara Sekutu dan Austria (10 November 1919),
3. Perjanjian Neulily antara Sekutu dan Bulgaria (27 November 1919),
4. Perjanjian Trianon antara Sekutu dan Hungaria (4 Juni 1920),
5. Perjanjian Sevres antara Sekutu dan Turki (20 Agustus 1920).
D. Latar Belakang Perang Dunia II
Pada tanggal 1 September 1939, Jerman menyerang Danzig (Polandia). Sejak saat
itulah meletus Perang Dunia II. Akibat tindakan Jerman ini akhirnya negara Inggris dan
Perancis pada tanggal 3 September 1939 menyatakan perang terhadap Jerman dan
kemudian diikuti oleh negara sekutu lainnya.
E. Negara yang Terlibat Perang Dunia II
1.
Blok Fasis/Sentral: Jerman, Italia, Jepang, Austria, Rumana, Finlandia, Hungaria;
2.
Blok Sekutu: Inggris, Perancis, Rusia, Amerika Serikat, Polandia, Belgia, dan
negara sekutu lain.
F. Penyebab Umum Terjadinya Perang Dunia II
1.
Kegagalan Liga Bangsa-Bangsa menciptakan perdamaian dunia. Justru LBB
menjadi alat politik negara besar untuk mencari keuntungan sendiri,
2.
Negara-negara maju memperkuat militer dan persenjataan karena saling curiga
dan tidak percaya terhadap LBB,
3.
Adanya politik aliansi, kekhawatiran akan terjadinya perang, maka negara-negara
mencari kawan dan sehingga terbagi menjadi:
1. Blok Fasis (Jepang, Jerman, Italia),
2. Blok Sekutu, terdiri atas:
1. Blok demokrasi yaitu Amerika Serikat, Perancis, Belanda
Inggris,
2. Blok komunis yaitu Rusia, Cekoslovakia, Hongaria, Rumania,
Bulgaria, Polandia, Yugoslavia,
4.
Adanya pertentangan akibat ekspansi,
5.
Adanya pertentangan faham fasisme, demokrasi, dan komunisme,
6.
Adanya politik balas.
G. Jalannya Perang Dunia II terjadi di beberapa medan pertempuran sebagai
berikut:
1. Medan Timur (Rusia) 1939-1944,
2. Medan Barat (Eropa) 1939-1945,
3. Medan Afrika (Balkan) 1940-1945,
4. Medan Asia-Pasifik 1941-1945,
o
Sejak tahun 1939-1942 kemengan berada di pihak negara fasis yaitu Jerman,
Italia, Jepang,
o
Tahun 1942 merupakan titik balik ketika blok fasis mengalami kekalahan;
Jerman pertama kali kalah dari Rusia dalam pertempuran Stalingrad
(November 1942),
o
Jepang kalah dari sekutu di Pulau Karang (Mei 1992).
Antara tahun 1942-1945 kemenangan berada di pihak sekutu.
H. Akhir Perang Dunia II
Di Eropa, Sejak Jerman kalah dalam pertempuran di Stalingrad dengan Rusia,
kemu pada tanggal 24 Agustlis 1944 Rumania menyerah, diikuti Buigaria pada
tanggal 8 September 1944, Hungaria pada tanggal 13 Februari 1945, dan Jerman
menyerah pada tanggal 7 Mei 1945;
Di Asia. Setelah Jepang di bom pada tanggal 6 Agustus 1945 di Hiroshima dan
tanggal Agustus di Nagasaki, maka pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang
menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Namun, penyerahan secara resmi pada
tanggal 2 September 1945 di atas kapal Missouri di Teluk Tokyo.
Setelah Perang Dunia II berakhir, kemudian diadakan perjanjian damai sebagai berikut:
1.
Perjanjian Potsdam (2 Agustus 1945) antara. Jerman dan Sekutu,
2.
Perjanjian antara Italia dan Sekutu (1945),
3.
Perjanjian antara Austria dan Sekutu (1945),
4.
Perjanjian antara Sekutu dan Hungaria, Bulgaria, Rumania, serta Finlandia
(1945),
5.
Perjanjian San Fransisco (1951) antara Jepang dan Sekutu.
Nama : Nanda Yudha Ikhwan Pradana 175120400111020
Kelas : HI - B
Resume Sejarah Dunia: Perang Dingin
A. Definisi Perang Dingin
Perang Dingin (bahasa Inggris: Cold War, bahasa Rusia: холо́дная война́,
kholodnaya voyna) adalah sebutan sebuah periode ketegangan dalam bidang politik dan
militer yang mempertemukan dua pihak yang bertikai yaitu Dunia Barat yang dipimpin
oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, dan Komunis yang dipimpin oleh Uni
Soviet dan negara-negara satelitnya.
B. Latar Belakang Perang Dingin
Perang Dingin adalah perang yang memiliki sejarah yang panjang. Perang yang
mempertemukan dua negara adidaya pasca PD II pada masa itu memiliki latar belakang
sejarah, politik, dan juga militer. Adapun beberapa penyebab terjadinya Perang Dingin
adalah sebagai berikut:
1. Saling Membenci Anatara Liberalisme dan Komunisme
Tradisi Republikanisme Demokratis yang berada di Amerika Serikat telah
menimbulkan rasa “eksklusif” dan patriotik dalam diri masyarakat Amerika. Hal
ini bertentangan dengan gagasan Marx yang internasionalis yang menganggap
bahwa kelas pekerja tidak akan benar-benar bisa dibebaskan apabila tidak
mengatur melintasi batas-batas nasional yang telah ada. Gagasan komunis jelas
bertentangan dengan ideologi Amerika yang patriotik dan jelas gagasan Marx
sangat “tidak Amerika”.
Selain itu, gagasan kapitalisme yang diusung oleh Amerika di mana
intervensi pemerintah terhadap pasar dan ekonomi negara sangat kecil bahkan
tidak ada sangat berbeda dengan pandangan komunisme yang dicetuskan oleh
Marx. Gagasan Marx yang menganggap bahwa kelas borjuis yang diusung oleh
sistem kapitalisme sangat mengeksploitasi kaum proletar juga semakin
meruncingkan perbedaan ideologi di antara dua penganut paham.
Marx juga meyakini bahwa untuk mengubah satu tatanan agar konflik kelas
hilang diperlukan revolusi yang jelas itu bertentangan pula dengan sistem
demokrasi yang dianut Blok Barat, di mana setiap individu turut berperan dalam
pemilihan yang sifatnya umum dan menentukan nasib negara “tanpa intervensi
dari mayoritas dan bekerja atau berjalan sesuai keinginannya sendiri (tanpa
paksaan)”. Demokrasi yang dianut Amerika memungkinkan setiap individu
memberikan hasil bagi sistem perpolitikan yang dianut oleh negara sedangkan
komunisme yang dianut oleh Soviet menuntut internasionalisasi agar perbedaan
dan konflik kelas tidak terjadi lagi.
2. Revolusi Rusia 1917
Pada tahun 1917, terjadi dua revolusi di Rusia yang turut berpengaruh pada
perang dingin.
Revolusi yang pertama terjadi adalah Revolusi Februari yang dipimpin oleh
Georgy Lvov. Revolusi Februari berakibat pada gulingnya Tsar Nikolai II dari
Rusia. Pasca revolusi dan abdikasi Tsar Nikolai II, dibentuklah Pemerintahan
Sementara Rusia di Petrogard. Pemerintahan yang dibentuk tersebut dipimpin oleh
Georgy Lvov.
Pemerintahan Lvov berafiliasi dengan kaum liberal dan kaum sosialis yang
ingin melaksanakan reformasi politik, membuat lembaga eksekutif yang dipilih
secara demokratis, dan membentuk dewan konstituante. Kemudian, pada 21 Juli
1917, Alexander Kerensky menggantikan kepemimpinan Lvov. Alexander
Kerensky berasal dari kalangan Menshevik yang merupakan pecahan dari
Partai Sosial Demokrat Rusia yang muncul dalam konferensi di Brussel pada
tahun 1903.
Revolusi kedua terjadi pada Oktober 1917. Revolusi yang dilakukan oleh
kaum Bolshevik pimpinan Lenin ini dilakukan atas latar belakang kesengsaraan
pekerja dan tentara menyebabkan kekacauan di jalanan yang sering disebut
sebagai July Days. Kejadian ini juga disebabkan atas serangan Rusia atas Jerman.
Setelah Bolshevik yang dipimpin oleh Lenin menduduki tahta, dibentuklah
pemerintahan komunis yang dipimpin langsung oleh Lenin. Naiknya ideologi
komunis di Rusia tentunya bertentangan dengan konsep negara yang banyak
dianut oleh Pihak Barat, terutama Amerika Serikat.
3. Perang Saudara Rusia 1918
Perang Saudara Rusia adalah perang melibatkan Pemerintah Uni Soviet
dengan Tentara Merah yang baru dibentuk melawan Tentara Putih yang didukung
oleh beberapa negara sekutu seperti Amerika Serikat, Prancis, Polandia, dan lain
sebagainya.
Keterlibatan Amerika dan negara sekutu lainnya untuk membantu Tentara
Putih menyebabkan Pemerintah Komunis Soviet semakin membenci Dunia Barat
terutama Amerika, meskipun perang tersebut dimenangkan oleh Tentara Merah.
4. Pakta Molotov-Ribbentrop
Pakta Molotov-Ribbentrop adalah sebuah perjanjian non-agresi yang
dinamai dari nama menteri luar negeri Uni Soviet Vyacheslav Molotov dan
menteri luar negeri NAZI Joachim von Ribbentrop. Pada masa itu tensi dunia
sedang naik dikarenakan sejumlah tindakan NAZI Jerman yang melakukan agresi
ke negara-negara sekitarnya. Keputusan Soviet untuk menandatangani perjanjian
dengan Jerman tersebut menyebabkan sentimen bagi Pihak Barat.
5. Ketidakpercayaan Selama Perang Dunia II
Meskipun telah menandatangani perjanjian untuk tidak saling menyerang,
pada akhirnya Jerman menyerang Uni Soviet melalui operasi Barbarossa pada 22
Juni 1941. Ada beberapa kejadian dalam Perang Dunia II yang mengakibatkan
rasa saling tidak percaya antara Dunia Barat dan Uni Soviet. Contohnya adalah
pihak sekutu yang tidak segera membuka front di barat Jerman dan Stalin
menganggap ini adalah tindakan sekutu yang menunggu “Jerman lemah” namun
menewaskan banyak korban Soviet, dan setelah itu terjadi barulah mereka
membuka front baru di barat.
6. Pembentukan & Pembagian Jerman dalam Konferensi Postdam
Pasca perang, Amerika dan juga Uni Soviet masih berusaha untuk
mendapatkan pengaruhnya dalam menentukan masa depan Jerman. Di sinilah
ketegangan antara 2 negara. Amerika Serikat menginginkan Jerman menjadi
negara yang terbuka dan liberal sedangkan Soviet menginginkan Jerman menjadi
negara yang tertutup dan komunis. Uni Soviet melalui Stalin juga menolak
rancangan Amerika Serikat untuk mengadakan kegiatan pemilu yang bebas karena
dinilai oleh Stalin akan memunculkan pemerintahan yang anti Uni Soviet.
Perbedaan pendapat ini semakin melebarkan jarak antara Amerika dan juga Uni
Soviet. Konferensi yang dilakukan pasca perang semakin menunjukkan
runcingnya perbedaan paham antara Dunia Barat dan Uni Soviet.
7. Langkah Agresif USSR
Setelah perang usai, Uni Soviet secara agresif berusaha menanamkan
pengaruhnya pada negara yang ada di sekitarnya. Berbagai upaya berusaha
dilakukan oleh Soviet guna memenuhi kebutuhan mineral, wilayah, dan sumber
daya manusia Blok Timur.
Tindakan yang dilakukan Uni Soviet tersebut menyulut kemarahan Amerika
Serikat dan sekutu-sekutunya dan akhirnya Amerika mengeluarkan Doktrin
Truman yang menegaskan bahwa Amerika dan sekutunya berada pada posisi anti
komunis untuk selama-lamanya.
C. Bentuk Persaingan Antara Blok Barat dan Blok Timur
Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak seketika menghilangkan
permasalahan di dunia. Berakhirnya Perang Dunia II ternyata memunculkan 2 negara
adidaya yang akhirnya saling memperebutkan kekuasaan dan juga pengaruh di negara
dunia ketiga.
Era Perang Dingin antara 2 kekuatan besar dunia pada masa itu ternyata memiliki
beberapa bidang sebagai berikut:
1. Bidang Politik
Ada beberapa bentuk persaingan politik saat berlangsungnya perang dingin.
Beberapa contohnya adalah:
1. Ideologi; seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, Amerika Serikat pada
saat itu menganut paham liberal-kapitalis sedangkan Uni Soviet dengan
paham sosialis-komunis yang bertentangan. Kedua negara adidaya ini
kemudian bersaing untuk mempengaruhi negara-negara lain dengan
menyebarkan ideologi yang mereka anut. Amerika berusaha menjadikan
negara Eropa dan negara yang baru merdeka untuk menganut sistem
demokrasi berlandaskan paham liberal. Sedangkan Uni Soviet berusaha agar
negara-negara baru ini menganut paham komunis. Dampak dari pesaingan
ideologi ini dapat dilihat dari negara Jerman. Pada saat berakhirnya Perang
Dunia II, Jerman terbagi menjadi dua bagian. Jerman Barat menganut sistem
liberal dan mendapatkan pengaruh yang kuat oleh Amerika Serikat dan
sekutunya. Sedangkan, Jerman Timur menganut paham komunis dan
mendapatkan pengaruh yang begitu kuat dari Uni Soviet.
Kesenjangan pada masa itu sangat terlihat karena Jerman Barat
pengalami perkembangan yang lebih pesat dibadingkan dengan Jerman
Timur, sehingga mendorong masyarakat Jerman Timur untuk berusaha
menyeberang ke Jerman Barat. Hal ini merupakan salah satu pendorong
terbentuknya tembok berlin.
2. Perebutan kekuasaan; Amerika Serikat dan Uni Soviet sama-sama memiliki
ambisi untuk menjadi pemimpin dunia pada saat itu dan menjadi satusatunya negara adidaya yang memiliki kontrol atas dunia secara mutlak.
Kembali lagi ke ideologi yang mereka anut pada saat itu, yang menyebabkan
mereka berlomba-lomba untuk menyebarkan paham yang mereka anut
karena semakin banyak negara yang berlandaskan paham yang sama dengan
mereka maka pengaruh mereka akan semakin kuat.
3. “Diplomasi Terselubung”; jalan diplomasi yang ditempuh pada saat itu
bukannya meredakan malah memanaskan persaingan kekuatan antar dua
negara tersebut. Sejatinya diplomasi yang mereka lakukan tidak
diperuntukan untuk meredakan perang namun untuk menambah aliansi
sebanyak mungkin melalui jalan diplomasi dan bantuan secara ekonomi,
militer, dan lain sebagainya.
2. Bidang Ekonomi
Dari segi ekonomi, dua negara adidaya tampil sebagai kreditur dan berusaha
tampil sebagai “penyelamat” negara-negara yang hancur dan yang baru terbentuk
pasca-Perang Dunia II. Amerika dan Uni Soviet tampil dengan beberapa produk
dan program yang memiliki tujuan sama yaitu menanamkan pengaruh mereka bagi
negara lainnya.
Amerika Serikat meluncurkan sebuah program bernama Rencana
Marshall atau Marshall Plan. Marshall Plan adalah program ekonomi skala besar
pada tahun 1947-1951 yang diluncurkan oleh Amerika Serikat yang bertujuan
membangun kembali kekuatan ekonomi negara-negara di Eropa setelah Perang
Dunia II usai dan untuk membendung pengaruh komunis di negara-negara tujuan
bantuan. Inisiatif penamaan diambil dari sekretaris negara George Marshall.
Pembagian bantuan Rencana Marshall ini tidak hanya untuk negara - negara Eropa
namun juga negara Asia yang terkena imbas dari Perang Dunia II. Selain itu,
tujuan Marshall Plan adalah supaya negara-negara di Eropa bagian barat mau
menerima bantuan tersebut dan nantinya akan melangsungkan kerja sama dengan
Amerika Serikat dalam bidang tenaga kerja, produksi maksimal, dan peningkatan
volume perdagangan. Amerika Serikat sendiri menggelontorkan anggaran sebesar
US$17 miliar untuk 16 negara dalam periode pembagian selama 4 tahun.
Bantuan tersebut berbentuk bahan makanan, bahan mentah, pupuk, alat
pertanian, dan lain sebagaianya.
Tidak mau kalah, Uni Soviet meluncurkan program yaitu Molotov Plan.
Molotov Plan adalah sistem yang diciptakan oleh Uni Soviet pada tahun 1947
dalam rangka untuk memberikan bantuan untuk membangun kembali negaranegara di Eropa Timur yang secara politik dan ekonomi sejalan dengan Uni Soviet.
Sebenarnya, Molotov Plan juga bertujuan agar negara di kawasan Eropa bagian
timur tidak jatuh pada pengaruh Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
Singkat kata, Marshall Plan dan Molotov Plan adalah rencana dari dua blok yang
berbeda untuk membangun kembali negara-negara yang hancur akibat Perang
Dunia II sekaligus untuk menanamkan pengaruh mereka dan membendung
pengaruh dari lawannya.
Selain Marshall Plan, Amerika Serikat juga memiliki Doktrin Truman.
Program ini diluncurkan pada 12 Maret 1947. Ini adalah upaya yang dilakukan
oleh Amerika Serikat untuk membantu Yunani dan Turki dalam segi militer dan
ekonomi agar tidak jatuh ke dalam cengkraman komunisme. Doktrin Truman juga
merupakan wujud pergantian pandangan politik luar negeri Amerika Serikat
terhadap Uni Soviet dari detente/lebih bersahabat menjadi “ekspansi kebijakan
penahanan Soviet”. Amerika juga secara serentak menghentikan pengiriman
bantuan ke Uni Soviet dan menyatakan “tidak mengakui negara yang didirikan
dengan tidak berdasarkan aspirasi rakyatnya (re: komunis).
Tidak mau kalah, Uni Soviet membentuk Council for Mutual Economic
Assistance (COMECON) pada tahun 1949 yang merupakan Komunitas Ekonomi
Eropa yang tergabung dalam Blok Soviet (Pakta Warsawa). COMECON juga
bertujuan untuk memakmurkan negara anggota, menciptakan lapangan pekerjaan,
dan berafiliasi dalam bidang militer negara anggotanya. COMECON bubar setelah
Uni Soviet runtuh pada 1991.
3. Bidang Militer, Pertahanan, dan Keamanan
Selama Perang Dingin berlangsung, terjadi banyak sekali persaingan dalam
bidang militer, pertahanan, dan juga keamanan. Adapaun beberapa bentuk
persaingan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Pembentukan Pakta Pertahanan; pada Perang Dingin, dua negara
adikuasa pemenang Perang Dunia II, Amerika Serika dan Uni Soviet, saling
bersaing satu sama lain. Salah satu nya pada bidang pertahanan, keamanan,
dan militer. Salah satu bidang pertahanan keamanan adalah dengan
pembentukan persekutuan pertahanan, atau yang lebih terkenal dengan
istilah pakta pertahanan. Blok Barat maupun Blok Timur saling bersaing
membuat pakta pertahanan. Persenjataan yang dibuat merupakan senjata
canggih-canggih. Apabila satu negara sedang terlibat peperangan, negara
lain yang tergabung dalam pakta pertahanan akan membantu.
Blok Barat adalah perkumpulan dari negara-negara yang berpaham
liberalis-kapitalis, dipimpin oleh Amerika Serikat. Negara blok barat antara
lain Inggris, Australia, Belanda, Jerman dan negara-negara lainnya.
Sedangkan Blok Timur adalah negara-negara yang menganut paham
sosialis-komunis yang dipimpin oleh Uni Soviet. Uni Soviet membentuk
pakta pertahanan guna mengimbangi pakta pertahanan yang dibuat oleh
Amerika Serikat. Berikut daftar pakta pertahanan yang dibentuk selama
perang dingin:
1. North Antlantic Treaty Organization (NATO); NATO
merupakan organisai pertahanan negara-negara Atlantik
Utara dengan tujuan menahan laju komuni di Eropa. Pada
mulanya, NATO hanyalah merupakan perjanjian pertahanan
antara Inggris dan Perancis (1947). Pada tanggal 4 April
Amerika Serikat dengan negara-negara Eropa membentuk
NATO. Anggota NATO antara lain Amerika Serikat, Inggris,
Perancis, Belgia, Belanda, Luxemburg, Kanada, Portugal,
Denmark, Norwegia, Italia, Islandia, Yunani, Turki dan
Jerman Barat.
2. South East Asia Treaty Organization (SEATO); SEATO
merupakan organisasi pertahanan di Asia Tenggara dengan
tujuan untuk membendung bahaya komunis di Asia Tenggara
khususnya
di
Vietnam.
SEATO
terbentuk
akibat
ditandatanganinya south east asia collective defence treaty
organization di Manila pada tanggal 8 September 1954.
Anggota SEATO antara lain Amerika Serikat, Inggris,
Perancis, Australia, Selandia Baru, Pakistan, Thailand dan
Philipina.
3. Autralia, New Zeland, United States (ANZUS); ANZUS
merupakan suatu pakta pertahanan militer antara ketiga
negara tersebut dalam menghadapi komunis. ANZUS
didirikan dengan dasar tripartite security treaty pada tanggal
1 September 1951 Anggota ANZUS yaitu Australia, New
Zeland (Selandia Baru), dan Amerika Serikat.
4. Central East Treaty Organization (CENTO); CENTO
merupakan pakta pertahanan yang dibuat Amerika Serikat
dengan negara-negara Timur-Tengah. Tujuannya yaitu untuk
membendung paham
komunisme di
Timur Tengah.
CENTO/METO semula bernama Pakta Bagdad. Anggota
CENTO antara lain Amerika Serikat, Inggris, Irak, Iran,
Turki dan Pakistan.
5. Pakta Warsawa; sedangkan di Pihak Blok Timur dibawah
Uni Soviet membentuk juga membentuk pakta pertahanan.
Sesudah blok barat membentuk NATO, untuk mengimbangi
hal tersebut, maka Uni Soviet membentuk pakta pertahanan
dengan negara-negara lain yang berhaluan sosialis-komunis.
Pakta tersebut bernama Pakta Warsawa yang dibentuk di
Warsawa, Polandia pada tanggal 14 Mei 1955. Anggota
Pakta
Warsawa
antara
lain
Uni
Soviet,
Polandia,
Cekoslovakia, Bulgaria, Hongaria, Rumania, Albania,
Mongolia, dan Jerman Timur.
2. Kegiatan Spionase; perebutan hegemoni selama perang dingin antara Uni
Soviet dan Amerika Serikat terhadap berbagai kawasan baik di Eropa, Asia,
Amerika, dan Afrika selalu didukung oleh kegiatan agen intelijen yang
mereka miliki. Kegiatan Spionase (mata-mata) tercermin dari tindakan yang
dilakukan oleh agen spionase kedua belah pihak yaitu antara KGB dan CIA.
KGB (Komitet Gusudarstvennoy Bezopasnosti) merupakan dinas
intelegen sipil atau dinas rahasia Uni Soviet sedangkan CIA (Central
Intelligence Agency) yang merupakan dinas rahasia Amerika Serikat
yang bertugas untuk mencari keterangan tentang negara-negara asing
tertentu.
KGB dan CIA selalu berusaha untuk memperoleh informasi rahasia
mengenai segala hal yang menyangkut kedua belah pihak atau negaranegara yang berada di bawah pengaruh kedua belah pihak. Mereka
juga membantu terciptanya berbagai ketegangan di dunia. Misalnya, CIA
turut membantu orang-orang Kuba di perantauan untuk melakukan
serangan ke Kuba tahun 1961 yang disebut Insiden Teluk Babi. Di pihak
lain, Uni Soviet memberikan dukungan kepada Fidel Castro (Presiden
Kuba) dalam menghadapi invasi tersebut.
3. Perang Proksi (Proxy War); pengertian proxy war adalah perang
terselubung di mana salah satu pihak menggunakan orang lain atau pihak
ketiga untuk melawan musuh. Dengan kata lain, proxy war artinya perang
tidak tampak menggunakan cara-cara halus untuk menghancurkan dan
mengalahkan lawan menggunakan pihak ketiga.
Perang Proksi sendiri dijadikan strategi oleh Amerika Serikat dan Uni
Soviet untuk menghindari perang secara terbuka, namun tetap bisa
berperang secara tidak langsung dengan memanfaatkan negara ketiga
sebagai pihak yang berperang secara langsung. Berikut beberapa perang
proksi yang terjadi selama perang dingin:
1. Perang Korea (1950-1953); Perang Korea adalah konflik
antara Korea Selatan (yang didukung oleh Amerika Serikat
dan PBB) dan Korea Utara (yang didukung oleh Uni Soviet
dan Republik Rakyat Tiongkok). Penjajahan Jepang berakhir
dengan kalahnya Jepang dalam Perang Dunia Kedua.
Penyerahan jepang dan pergeseran paradigma politik global
menyebabkan terbaginya Korea menjadi dua bagian. Inisiatif
diambil oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet, tetapi
terbaginya Korea pada akhirnya merupakan hasil dari
Deklarasi Kairo yang dikeluarkan pada 1 Desember 1943.
Konferensi yang menghasilkan deklarasi ini dipimpin
oleh Britania Raya, Amerika Serikat, dan China; Korea
terbagi menjadi Korea Utara dan Korea Selatan pada
Desember 1945.
Garis pembagi kedua bagian tersebut dikenal sebagai
"paralel ke-38". Amerika Serikat bertanggung jawab atas
administrasi
Korea
Selatan,
sedangkan
Uni
Soviet
bertanggung jawab atas Korea Utara, pembagian ini
seharusnya hanya sementara. Selanjutnya, Amerika Serikat,
Uni Soviet, Britania Raya, dan China seharusnya akan
mengatur amanat administrasi untuk menyatukan Korea.
Akan tetapi, kedua bagian tersebut masih terpisah sampai
sekarang.
Perang Korea bermula dua tahun setelah selesainya
perang dunia kedua, AS dan Uni Soviet mundur dari Korea.
Korea Selatan ditinggal dengan pemerintahan demokrasi
dengan Syngman Rhee sebagai presiden, sedangkan Korea
Utara ditinggal dengan pemerintahan komunis dengan Kim
Il-Sung sebagai perdana menteri. Terdapat permasalahan
dalam menyatukan Korea dalam satu bentuk pemerintahan.
Korea Utara ingin seluruh Korea di bawah pemerintahan
komunis, sedangkan Korea Selatan ingin seluruh korea di
bawah pemerintahan demokrasi. Tentara Korea Selatan
relatif lebih lemah dibandingkan dengan Korea Utara. Korea
Selatan hanya dilengkapi oleh senjata ringan, sedangkan
tentara Korea Utara dilengkapi tank-tank dan artileri. Perang
Korea adalah usaha Korea Utara untuk menyatukan kedua
negara tersebut di bawah pemerintahan komunis.
Kronologi Perang Korea bermula ketika pasukan Korea
Utara melintasi perbatasan "paralel ke-38" pada 25 Juni 1950.
Pasukan Korea Utara dengan mudah merebut wilayahwilayah utama Korea Selatan seperti Chuncheon, Ongjin, dan
Uijeongbu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turut campur pada
tanggal 27 Juni, Korea Selatan diberikan bantuan angkatan
laut dan angkatan udara oleh Amerika Serikat. Meskipun
Perang Korea hanya berlangsung selama tiga tahun yang
berakhir pada tahun 1953, Perang Korea belum bisa
dikatakan berakhir karena belum ada perjanjian perdamaian
dan kedua negara masih berstatus gencatan senjata.
2. Krisis Misil Kuba (1962); Krisis Rudal Kuba merupakan
krisis yang terjadi setelah terungkapnya fakta bahwa Amerika
Serikat telah mensponsori sebuah serangan ke Teluk
Babi milik Kuba, sebuah negara komunis di Laut Karibia.
Meskipun gagal, penyerbuan ini telah menimbulkan
kemarahan Uni Soviet, sebagai pemimpin komunis dunia,
maupun rakyat Kuba sendiri. Pada bulan September 1962,
Uni Soviet segera menempatkan rudal-rudal berukuran
sedang yang dilengkapi dengan hulu ledak nuklir di Kuba.
Rudal-rudal tersebut mengancam AS karena kemampuan
merusaknya yang dapat menghancurkan sebuah kota besar
dalam waktu singkat setelah diluncurkan. Pada tanggal 22
Oktober1962, Kennedy muncul di muka publik dan menuntut
Uni Soviet untuk menarik rudal-rudalnya atau AS akan
menyerang Kuba. Maka, dimulailah minggu-minggu yang
dikenal dengan sebutan Krisis Rudal Kuba ini.
Negosiasi di antara dua musuh bebuyutan ini terjadi
dengan alot karena kedua belah pihak merasa siap untuk
berperang dan tidak mau mengurangi tuntutannya. Kapalkapal perang Amerika mengepung Kuba untuk memaksakan
sebuah "karantina" terhadap semua pelayaran milik kuba;
pesawat-pesawat pengebom mencari posisi di Florida dan
bersiaga menghadapi serangan udara. Untungnya, pada
tanggal 28 Oktober 1962, Khruschev menyatakan bahwa Uni
Soviet bersedia memindahkan nuklirnya asalkan AS berjanji
tidak akan menyerbu Kuba.
Akhirnya disepakati bahwa Uni Soviet melucuti rudal
nuklir nya di Kuba sedangkan Amerika Serikat melucuti
rudal nuklir nya di Turki dan Italia.
3. Perang Vietnam (1957-1975); Perang Vietnam disebut juga
dengan Perang Indochina Kedua, adalah sebuah perang yang
terjadi antara tahun 1955-1975 di Vietnam. Perang ini
merupakan bagian dari Perang dingin antara dua kubu
idiologi besar, yakni Komunis dan Liberal. Vietnam yang
telah menjadi negara jajahan Perancis sejak abad ke-19
menimbulkan reaksi dari rakyat Vietnam untuk merdeka,
sehingga terjadi banyak sekali pemberontakan yang
dilakukan oleh kelompok-kelompok nasionalis.
Pada tahun 1919 terjadi perundingan Perjanjian
Versailles. Ho Chi Minh meminta agar Vietnam dapat
merdeka, namun permintaan tersebut ditolak sehingga
Vietnam masih menjadi wilayah jajahan Perancis. Ho Chi
Minh mendirikan Liga untuk Kemerdekaan (Viet Minh) pada
tahun 1941.
Viet Minh terdiri dari para nasionalis Vietnam dan
kelompok komunis yang mendukung kemerdekaan Vietnam
dengan berjuang melawan penjajahan Perancis.
Pada tanggal 2 September 1945 di Hanoi, Ho Chi Minh
secara umum mendeklarasikan kemerdekaan Vietnam.
Namun tidak lama kemudian, Perancis berhasil menaklukkan
Vietnam Selatan kembali dan mengajak kaum komunis
Vietnam untuk berunding. Perundingan Jenewa pada tanggal
20 Juli 1954 menghasilkan beberapa keputusan, salah
satunya pembagian Vietnam menjadi Vietnam Utara yang
dipimpin Ho Chi Minh dan Vietnam Selatan yang dikuasai
oleh Kaisar Bao Dai. Akan tetapi Ho Chi Minh tidak
menyetujui adanya pemisahan wilayah Vietnam. Dia
menganggap
pembentukan
Vietnam
Selatan
penghalang tercapainya persatuan seluruh Vietnam.
sebagai
Ketika tahun 1954, Perancis meninggalkan daratan
tersebut, dan Amerika yang menggantikannya, dan 4 tahun
kemudian Amerika telah memiliki lebih dari 500.000
pasukan di Vietnam Selatan. Amerika dibawah presidennya,
secara berturut-turut telah melibatkan negaranya untuk terjun
kedalam sebuah perang panjang dengan jarak yang sangat
jauh. Pada bulan maret 1973, pasukan terakhir Amerika
meninggalkan Vietnam. Dua tahun kemudian, Vietnam Utara
dan kekuatan komunis Selatan memulai serangan dengan
maksud untuk menguasai negara Vietnam Selatan, namun
pada tanggal 30 April 1975, pasukan Vietnam Utara
menduduki Saigon yang mengakibatkan berakhirnya perang
yang telah berlangsung selama tiga puluh tahun.
4. Perang Soviet-Afghanistan (1979-1989); merupakan masa
sembilan
tahun di
mana Uni
Soviet berusaha
mempertahankan pemerintahan Marxis-Lenin di Afganistan,
yaitu Partai
Demokrasi
menghadapi mujahidin
Rakyat
Afganistan
Afganistan,
yang
ingin
menggulingkan pemerintahan.
Uni Soviet mendukung pemerintahan Afganistan,
sementara para mujahidin mendapat dukungan dari banyak
negara, antara lain Amerika Serikat dan Pakistan.
4. Bidang Ruang Angkasa
Ruang angkasa adalah sebuah ruang di luar bumi yang turut dijadikan objek
persaingan dalam Perang Dingin. Ambisi manusia untuk menaklukkan ruang
angkasa dan demi menarik perhatian dunia turut melatarbelakangi persaingan
besar ini.
Dalam hal persaingan ruang angkasa, Rusia unggul lebih dahulu dengan
keberhasilannya meluncurkan satelit buatan yang pertama di dunia yang bernama
Sputnik I pada 4 Oktober 1957. Amerika Serikat kemudian menyusul dengan
meluncurkan satelit pertamanya yang dinamai Explorer I pada 31 Januari 1958.
Pada 12 April 1961, Rusia kembali memimpin dengan meluncurkan
manusia pertama ke angkasa luar, Yuri Alekseyivich Gagarin, seorang mayor
Angkatan Udara Rusia yang meluncur dengan kapsul Vostok I. Kurang dari
sebulan kemudian, Amerika Serikat meluncurkan astronaut pertamanya, Alan B
Shepard dengan kapsul Mercury 7. Peluncuran ini dilakukan secara terburu-buru
dengan teknologi yang belum sempurna sehingga Alan B Shepard hanya mampu
mengangkasa selama 15 menit dengan ketinggian maksimal 184 km, tertinggal
dengan Yuri Alekseyivich Gagarin dari Uni Soviet yang mencatat waktu 108
menit dan ketinggian maksimal 301,4 km dalam sekali orbit.
Misi Amerika Serikat sendiri sebenarnya hanyalah penerbangan naik-turun
dan tidak sampai mengorbit bumi. Amerika Serikat baru berhasil mengirimkan
pesawat pengorbit pada 20 Februari 1962, ketika kapsul Friendship 7 yang diawaki
oleh Letkol. Jonh Herschel Glenn berhasil melakukan 3 kali orbit dalam
penerbangan selama 4 jam 56 menit. Tetapi prestasi ini masih tertinggal dengan
kemajuan yang dicapai Rusia pada 6 bulan sebelumnya, ketika Mayor German
Stephanovich Titov berhasil mengorbitkan sebanyak 17 kali dalam penerbangan
selama 25 jam 18 menit dalam kapsul Vostok II.
Bulan menjadi sasaran berikutnya dari kedua negara yang telah bersaing itu.
Rusia mendahului dengan mengirim wahana tak berawak Luik II pada 14
September 1959. Wahana ini tercatat sebagai wahana buatan manusia pertama
yang mendarat di permukaan bulan. Sayangnya, Lunik II mendarat secara keras
(hard landing) dengan akibat seluruh peralatan yang dibawanya rusak sehingga
tidak mampu mengirimkan data apapun ke bumi. Rusia baru berhasil mendaratkan
wahana yang mampu melakukan pendaratan lunak (soft landing) pada Februari
1966 melalui wahana Lunik IX.
Sedangkan Amerika Serikat baru berhasil mengirimkan wahana untuk
melakukan pendaratan lunak pada akhir 1966. Setahun kemudian, sebuah wahana
Amerika Serikat lainnya berhasil mengirimkan gambar TV pertama dari
permukaan bulan. Puncaknya terjadi pada 17 Juli 1969, ketika Neil Amstrong dan
Edwin Aldrin berhasil mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai manusia
pertama yang menginjak permukaan bulan melalui misi Apollo-11.
Misi tersebut dilanjutkan dengan 5 pendaratan lainnya, masing-masing
Apollo-12 9November 1969), Apollo-14 (Februari 1971), Apollo-15 (Agustus
1971), Apllo-16 (April 1972), dan kegagalan, tepatnya menimpa misi Apollo-13
yang mengalami kecelakaan (ledakan pada salah satu modulnya). Melalui
tindakan pertolongan yang legendaris, para awaknya dapat kembali dengan
selamat ke bumi walaupun gagal menjejak ke permukaan bulan. Sementara itu,
Rusia tercatat pernah mengirimkan modul Lunkhod I pada 17 November 1970.
Modul ini berupa robot yang dikendalikan dari bumi.
Namun sesudahnya, program antariksa Rusia di bulan tidak lagi berlanjut.
Begitu pula dengan Amerika Serikat. Setelah berakhirnya misi Apollo-17 Amerika
Serikat tidak lagi mengirimkan manusia ke bulan. Persaingan antara Amerika
Serikat dengan Uni Soviet terus berlanjut dalam bidang penguasaan ruang
angkasa.
Sebelum era pesawat ulang-alik, seluruh komponen antariksa bersifat sekali
pakai. Maka akibatnya, pengiriman misi berawak membutuhkan biaya yang sangat
besar. Selain cara ini juga sangat berisiko karena apabila terjadi kecelakaan dalam
misi berawak di ruang angkasa mustahil untuk melakukan pertolongan. Musibah
yang menimpa misi Apollo-13 memberikan pelajaran bahwa misi berawak ke
antariksa tidak lain adalah sebuah petualangan yang penuh risiko. Atas
pertimbangan itu, maka tahun 1970-an, NASA mulai mengembangkan pesawat
ulang-alik. Misi ulang-alik dinilai lebih ringan biayanya karena hampir seluruh
komponennya dapat digunakan kembali pada misi-misi sesudahnya.
Amerika Serikat kembali mencatat sejarah dengan keberhasilannya
meluncurkan pesawat ulang-alik pertamanya, Columbia, pada bulan Juni 1981.
Dengan
digunakannya
teknologi
ulang-alik
terbuka
kesempatan
untuk
meluncurkan misi berawak dengan frekuensi yang lebih sering dengan
pembiayaan yang lebih kecil.
Namun, pesawat ulang-alik Challeger yang meledak saat peluncuran 28
Februari 1986 dan menewaskan ketujuh awaknya memang sempat membuat
NASA merestrukturisasi kembali program ulang-aliknya, khususnya dalam
persoalan keamanan. Namun demikian, teknologi ulang-alik sendiri tidak banyak
berubah bahkan selama lebih dari 20 tahun sejak pertama kali digunakan.
Sementara itu Uni Soviet juga tidak mau ketinggalan dengan Amerika
Serikat untuk mengejar ketertinggalannya dari Amerika Serikat, Rusia tercatat
juga sempat mengembangkan pesawat ulang-aliknya sendiri yang diberi nama
Buran, dari bahasa setempat yang berarti Badai Salju.
Tahun 1988, Buran sempat diujicoba dalam sebuah penerbangan tanpa
awak. Sayangnya krisis politik maupun ekonominya yang melanda Uni Soviet
sesaat sebelum bubar membuat proyek Buran tersendat, dan bahkan terhenti sama
sekali sebelum sempat berkembang.
Pecahnya Uni Soviet akhirnya juga membawa malapetaka bagi program
antariksa Rusia. Pangkalan peluncuran Rusia yang berada di Tyuratam dikenal
sebagai kosmodrom Baikonur kini telah masuk wilayah Kazakhstan, sebuah
negara kecil yang secara ekonomi tidak begitu makmur. Tentu saja pemerintah
Kazakhstan tidak ingin membiarkan begitu saja sebagian teritorinya dipakai secara
gratis oleh negara Rusia untuk kepentingannya sendiri. Pendeknya pemerintahan
Kazakhstan menuntut pihak Rusia untuk membayar ongkos sewa agar dapat terus
menggunakan pangkalan tersebut.
Rusia terus melanjutkan program antariksa mereka dengan memanfaatkan
stasiun luar angkasa Mir. Tetapi karena kurangnya biaya ditambah dengan kondisi
Mir yang memang sudah tua akhirnya membuat pemerintah Rusia terpaksa
memutuskan untuk mengakhiri riwayat stasiun kebanggaan mereka itu pada bulan
April 2001.
Pasca-Perang Dingin, teknologi roket tidak lagi merupakan monopoli
Amerika Serikat atau Rusia. Tercatat negara-negara seperti Jepang, India, Cina,
dan Uni Eropa, juga telah berhasil mengembangkan teknologi roketnya sendiri.
Rencana Cina untuk meluncurkan misi berawak ke antariksa kiranya akan
menorehkan sejarah baru dalam dunia penerbangan antariksa. Negara-negara
tersebut pada kahirnya bahu-membahu membangun stasiun ruang angkasa
internasional.
D. Berakhirnya Perang Dingin
Setelah berlangsungnya konflik yang paling mencekam dalam sejarah manusia
(meskipun tidak terjadi konflik terbuka), Perang Dingin akhirnya berakhir bersamaan
dengan runtuhnya Uni Soviet dan negara komunis lainnya. Adapun beberapa kejadian
yang menyebabkan berakhirnya Perang Dingin adalah:
1. Detente (Penurunan Ketegangan/Persahabatan)
Detente adalah berkurangnya ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur.
Hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya penurunan ketegangan antara lain
sebagai berikut:
1.
Isu Berlin Barat dapat diselesaikan dalam meja perundingan tahun 1971.
2.
Inggris mulai bergabung dengan Masyarakat Ekonomi Eropa.
3.
Negara barat mulai menjalin hubungan diplomatik dengan RRC pada 1973.
4.
Terjadi kesepakatan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dengan
ditandatanganinya persetujuan SALT I (Strategic Arm Limited Task) dan
SALT II atau pembatasan persenjataan strategis. SALT I merupakan
perundingan pembatasan persenjataan strategis yang berlangsung di
Helsinki, Finlandia tanggal 17 November 1969. Hasil perundingan ini
ditandatangani oleh Richard Nixon (Presiden Amerika Serikat) dan Leonid
Brezhnev (Uni Soviet). SALT II merupakan perundingan pembatasan
persenjataan strategis yang berlangsung di Jenewa, Swiss pada November
1972 tetapi hasilnya baru ditandatangani 18 Juni 1979 di Wina, Austria oleh
Jimmy Carter (Amerika Serikat) dan Leonid Brezhnev (Uni Soviet).
2. Gerakan Reformasi Mikhael Gorbachev
Ketika Mikhael Gorbachev berkuasa di Uni Soviet sebagai Sekretaris
Jenderal Partai Komunis pada tahun 1985, dia tercatat mengubah wajah dunia.
Saat memerintah, Gorbachev berusaha mereformasi Uni Soviet menjadi negara
yang lebih demokratis. Dia juga membuat beberapa perjanjian internasional dan
melakukan gerakan yang secara harfiah mengakhiri Perang Dingin, meski harus
ditebus dengan runtuhnya Uni Soviet menjadi 16 negara yang berbeda.
Keruntuhan ini tentu bukan sesuatu yang dibayangkan Gorbachev. Namun tanpai
inisiatifnya, Perang Dingin mungkin masih akan berlangsung dan semakin
berlarut.
3. Kegagalan Ekonomi Rusia
Harga minyak mengalami penurunan pada tahun 1980-an dan secara drastis
mempengaruhi pendapatan Uni Soviet pada saat itu. Hal ini mendorong
Gorbachev melakukan beberapa langkah reformatif dengan tujuan mengangkat
perekonomian. Dia memperkenalkan konsep Perestroika (restrukturisasi) dan
Glasnost (keterbukaan) untuk melawan ketertutupan yang mengelilingi kerja
Pemerintah Uni Soviet. Selain itu, perlombaan senjata dengan Amerika Serikat
membuat ekonomi Uni Soviet semakin mengalami kesulitan. Semua ini
menyebabkan banyak tuntutan reformasi liberal yang akhirnya tidak tertangani
dengan baik sehingga memicu gerakan yang akhirnya menghancurkan Uni Soviet.
4. Perang di Afghanistan
Antara tahun 1979 hingga 1989, Soviet membantu Republik Demokratik
Afghanistan melawan Mujahidin Afghanistan dan penyusup Arab-Afghan
lainnya. Akhirnya, Amerika Serikat juga ikut terlibat dalam perang ini dengan
tujuan tunggal berusaha melawan Soviet. Biaya perang, kerugian ekonomi, dan
hilangnya nyawa selama perang 9 tahun mengakibatkan masyarakat Soviet
mendesak pemerintahnya untuk menghentikan perang.
5. Konflik di Berbagai Wilayah Dunia
Setiap kali terjadi konflik antara dua negara, kedua pihak cenderung
berusaha mendekati baik Uni Soviet atau Amerika Serikat untuk meminta bantuan.
Akibatnya, hampir seluruh dunia terbagi menjadi dua blok. Hal ini menyeret AS
dan Soviet dalam berbagai konflik di berbagai belahan dunia yang tentu membawa
masalah bagi kehidupan domestik mereka. Perekonomian Soviet yang sudah
melemah semakin bertambah sulit karena harus membiayai berbagai konflik di
seluruh dunia.
6. Komunikasi Lebih Cair antara Uni Soviet dan Amerika Serikat
Untuk berbagai alasan yang berbeda, hubungan antara Amerika Serikat dan
Uni Soviet mulai mencair yang ditandai dengan banyak pembicaraan yang
melibatkan kedua negara. Ronald Reagan, yang merupakan Presiden Amerika
Serikat saat itu, sepakat mengadakan beberapa diskusi ekonomi dengan Uni
Soviet. Fo
Kelas : HI - B
Resume Ruang Lingkup Studi: Pengenalan Hubungan Internasional
A. Pengertian Hubungan Internasional
Hubungan Internasional adalah studi mengenai hubungan internasional.
Hubungan internasional menurut survey lapangan memiliki definisi yang berbeda.
HI dapat didefinisikan sebagai sebuah studi mengenai interaksi yang terjadi
antara negara-negara yang termasuk di dalamnya hubungan pemerintah antara
pemerintah, organisasi non pemerintah, organisasi internasional, dan perusahaan
multinasional.
Hubungan Internasional juga dianggap sebagai cabang dari ilmu politik, namun
sebenarnya HI juga banyak mengulas aspek lain seperti sejarah, ekonomi, dan filsafat.
Namun, selain Hubungan Internasional, ada juga cabang atau bagian darinya
yaitu kajian mengenai ‘hubungan internasional’. Adapan definisi dari hubungan
internasional adalah strategi diplomasi yang terfokus pada peperangan dan perdamaian,
konflik dan kooperasi. Namun, hubungan internasional juga memiliki kajian studi
terhadap politik, kajian lintas batas negara, ekonomi, sosial, dan negosiasi perdagangan
internasional. Hubungan internasional juga membahas mengenai amnesti internasional
dan permasalahan perdamaian konvensional seperti diplomasi di PBB. Hubungan
internasional yang mengulas ilmu politik juga tidak dapat dikatakan “begitu politik”
dikarenakan ilmu politik hanya membahas mengenai otoritas dan juga pemerintahan,
namun tidak memuat otoritas internasional dalam kajian tradisional ilmu politik. Atas
dasar itulah hubungan internasional merupakan ilmu dan kajian yang sangat luas untuk
dipelajari.
Hubungan internasional dicirikan sebagai dunia yang bekerja sama untuk
membangun dan mempertahankan perdamaian yang ada. Namun sebenarnya,
‘hubungan internasional’ tidak memiliki hakikat yang eksis dalam dunia akademik.
Setiap orang memandang dengan perspektif yang berbeda mengenai apa itu hubungan
internasional. Hubungan internasional tidak memiliki definisi yang murni dikarenakan
sangat luas dan setiap orang memiliki pandangan yang berbeda mengenai definisi
hubungan internasional.
B. Hubungan Internasional sebagai Ilmu Sosial
Kebenaran yang umum didapatkan adalah ilmu sosial tidak mendefinisikan
subjek atau materi yang diulasnya secara satu arah, tidak seperti ilmu pengetahuan alam
yang memiliki definisi subjek yang diberikan oleh ilmuwan yang melakukan penelitian
terhadap subjek atau materi tersebut.
Namun dalam setiap tulisan dari buku yang ada, penulis buku tidak memberikan
definisi yang pasti dan menjurus mengenai apa itu Hubungan Internasional dikarenakan
luasnya lingkup studi yang dipelajari dalam kajian tersebut.
Hubungan Internasional mengutamakan studi kajian keamanan di atas diplomasi.
Adapun kekuatan atau force berada di prioritas terakhir dalam menyelesaikan
permasalahan yang menyangkut studi hubungan internasional. Hal tersebut tidak lepas
dari sejarah munculnya disiplin ilmu Hubungan Internasional yang dikarenakan
ketakutan manusia akan kehancuran besar yang diakibatkan oleh perang terutama
Perang Dunia ke-2. Hal tersebut merupakan alasan mengapa Hubungan Internasional
sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keamanan daripada diplomasi dan perang, inilah
yang dimaksud dengan sistme self-help.
Namun, yang salah dari konsep “negara yang berdikari” – yang aktor kunci dari
sistem ini adalah diplomat dan tentara – adalah ketika negara-negara yang tidak begitu
peduli mengenai isu keamanan secara berkelanjutan dan merasa aman, tiba-tiba mereka
jatuh ke dalam konflik akibat alasan yang tidak dapat diprediksi. HI merupakan studi
tentang sifat dan konsekuensi dari hubungan tersebut.
Oleh karena negara memiliki latar belakang politik, budaya, dan wilayah
komunitas yang berbeda-beda. Dan sekarang terdapat sekitar 200 negara merdeka di
muka bumi ini yang setiap manusia – dengan pengecualian tertentu – hidup secara
damai. Namun, meskipun begitu, bukan berarti mereka terpisah dan tidak saling
memengaruhi. Biasanya negara itu berhubungan melalui organisasi internasional
seperti PBB ataupun dalam perdagangan internasional. Oleh karena itu HI diperllukan
untuk mengkaji mengenai permasalahan tersebut beserta konsekuensinya.
C. Sejarah Hubungan Internasional sebagai Disiplin Ilmu
Secara garis besar, sejarah mengenai Hubungan Internasional sudah ditekuni oleh
filsuf Yunani kuno. Namun pada waktu itu kajian mengenai hubungan internasional
masih sebatas kajian mengenai peperangan dan militer yang sekarang merupakan
bagian dari studi akademik Hubungan Internasional.
Namun ada juga yang memperkirakan bahwa studi dan kajian mengenai
Hubungan Internasional baru muncul setelah perang Westphalia. Semenjak perang itu
banyak universitas yang membuka kajian mengenai Hubungan Internasional dan
menamai diri mereka sebagai kaum realis yang menentang sistem idealis.
Akan tetapi, Hubungan Internasional sebagai studi akademik baru benar-benar
berkembang setelah memasuki abad ke-20. Kesadaran akan pentingnya nilai-nilai EPI
yang dapat dicirikan secara fundamental sebagai dunia sosio-ekonomi mulai muncul
setelah perang dunia pertama. Hal tersebut muncul karena perang semakin memperjelas
kehancuran kondisi kehidupan akibat persenjataan mekanik modern. Kesadaran
tersebut juga muncul akibat pentingnya mengurangi resiko dari negara-negara
berkekuatan besar tersebut.
Oleh karena itu, perang telah menyebabkan ilmu HI semakin berkembang untuk
mencegah terjadinya perang yang lebih besar, bersanding dengan ilmu-ilmu sosial
seperti ekonomi, politik, dan juga sejarah.
D. Simpulan
Ilmu Hubungan Internasional yang di dalamnya mencakup hubungan
internasional adalah ilmu yang mengkaji berbagai permasalahan sosial yang sangat
luas. Dikarenakan luasnya ilmu tersebut, definisi mengenai Hubungan Internasional
tidaklah sama karena setiap orang memiliki pandangan yang berbeda mengenai apa itu
Hubungan Internasional, tidak seperti ilmu alam yang definisi subjeknya diberikan oleh
ahli yang mempelajari ilmu atau fokus studi tertentu.
Ilmu Hubungan internasional mulai berkembang sejak terjadinya peperangan
besar yakni Perang Dunia Pertama. Kesadaran masyarakat internasional mengenai
pentingnya mencegah terjadinya konflik yang menciptakan kehancuran yang luas di
masa yang akan datang turut menjadi faktor berkembangnya ilmu Hubungan
Internasional.
Hubungan Internasional diperlukan untuk menegakkan keadilan dan ketertiban
internasional. Dalam sistem masyarakat internasional, HI diperlukan untuk
menegakkan kebutuhan dan pemenuhan nilai-nilai dasar kemanusiaan.
Nama : Nanda Yudha Ikhwan Pradana 175120400111020
Kelas : HI - B
Resume Sejarah Dunia: Pre dan Pasca Perjanjian Westphalia
A. Perang 30 Tahun
Dalam berbagai kajian sejarah yang ada, diakui bahwa Perang 30 Tahun adalah
perang yang paling berpengaruh dalam perkembangan disiplin ilmu Hubungan
Internasional. Perang ini terjadi diakibatkan oleh motif agama (Schiller, 1861) antara
Protestan dan Katolik yang bersaing untuk memperebutkan kekuasaan dan
menunjukkan kekuatan asing-masing. Peristiwa perang yang berlangsung selama tahun
1618 hingga tahun 1648 telah memberikan sumbangsih yang besar bagi perkembangan
seni diplomasi yang nantinya akan menjadi bagian dari kajian studi hubungan
internasional dan bahkan menjadi sumbangsih utama disiplin ilmu Hubungan
Internasional itu sendiri.
Perang 30 Tahun bermula saat Ferdinand II dari Kekaisaran Suci Romawi
menerapkan kebijakan untuk memaksakan keseragaman agama yang berlaku pada
masyarakat yang ia pimpin, yaitu Katholik Roma. Tindakan yang dilakukannya tersebut
tentu saja menyebarkan ketakutan dan kemarahan bagi negara-negara Protestan di utara
kekaisaran. Kebijakan Ferdinand II dianggap terlalu pro-Katolik dan masyarakat di
utara merasa telah dicurangi haknya seperti yang telah tertuang dalam Perjanjian Damai
Ausburg. Perjanjian Ausburg sendiri adalah perjanjian damai antara dua kelompok
kelompok Kristen yang membuat perjanjian legalitas Kekristenan secara permanen
dalam Kekaisaran Suci Romawi.
Setelah penumpasan pemberontak yang begitu kejam yang dilakukan oleh kaisar,
dunia Protestan mengutuk tindakan tersebut dan dimulailah perang yang meningkatkan
angka kematian di kawasan Eropa. Dapat disimpulkan bahwa Perang 30 Tahun adalah:
1. Perang dimulai dari konflik internal agama yang berujung menjadi konflik
sektarian,
2. Perang 30 Tahun yang seharusnya berlangsung di dalam internal Kekaisaran
Suci Romawi ternyata turut melibatkan pihak non-Jerman ke dalam konflik,
3. Perang 30 tahun secara tingkatan elit tidak lebih dari perebutan kekuasaan dan
juga pengaruh antara dua pihak yang saat itu berselisih.
B. Berakhirnya Perang dan Munculnya Perjanjian Westphalia
Setelah berakhirnya 4 fase peperangan, pihak yang bertikai (Kekaisaran Romawi
Suci, Prancis, dan Swedia) secara aktif melakukan negosiasi di Osnabrück dan Münster
di Westphalia. Berakhirnya perang tidak disebabkan oleh satu perjanjian, melainkan
oleh sekelompok perjanjian seperti Treaty of Hamburg. Pada tanggal 15 Mei 1648,
Peace of Münster ditandatangani, mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun. Lebih dari
lima bulan kemudian, pada tanggal 24 Oktober, Perjanjian Münster dan Osnabrück
ditandatangani.
C. Dampak yang Ditimbulkan setelah Perjanjian Westphalia
Peraturan yang disepakati dalam Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 berperan
penting dalam meletakkan landasan hukum negara-negara berdaulat pada era modern
ini. Selain menetapkan batasan teritorial untuk banyak negara yang terlibat dalam
perang dahsyat tersebut (dan juga untuk yang baru dibuat sesudahnya), Perjanjian
Westphalia mengubah hubungan antara individu dengan penguasa. Westphalia
memberikan sebuah hasil baru bagi “zaman kegelapan” di Eropa yaitu: Yaitu, Negara
memiliki kedaulatan, kontrol Negara atas Militer dan terbentuknya kelompok Negaranegara besar.
Perjanjian Westphalia juga dianggap sebagai solusi atas permasalahan teritorial
dan hierarki kepenguasaan sebelumnya yang dianggap tidak jelas. Konsep kedaulatan
diperjelas dengan pengertian bahwa penguasa yang sah tidak akan mengakui kedaulatan
pihak-pihak yang mempunyai kedudukan setara dalam batas-batas kedaulatan wilayah
yang sama.
Nama : Nanda Yudha Ikhwan Pradana 175120400111020
Kelas : HI - B
Resume Sejarah Dunia: Perang Dunia I dan II
A. Latar Belakang Perang Dunia I
Pembunuhan putra mahkota Austria (Francis Ferdinand) menyebabkan kaisar
Austria Karl I marah. Kemudian Austria menuntut Serbia agar menyerahkan pembunuh
yaitu G. Princip. Namun, tuntutan tersebut tidak dihiraukan Serbia yang mendapat
dukungan dari Rusia sehingga Austria menyatakan perang terhadap Serbia pada tanggal
28 Juli 1914. Jerman akhirnya turut menyatakan perang terhadap Rusia pada 1 Agustus
1914. Kemudian, Prancis menyatakan perang terhadap Jerman pada 3 Agustus l 914,
disusul Inggris terhadap Jerman pada 14 Agustus 1914 hingga akhirnya perang meluas
ke seluruh Eropa dan dunia.
B. Negara Negara yang Terlibat Perang Dunia I
1.
Blok Sentral: Jerman, Austro-Hungaria, Turki, Italia, dan Bulgaria.
2.
Blok Sekutu: Inggris, Prancis, Serbia, Rusia, Jepang, Amerika Serikat, dan lainlain (23 negara) di pihak menang.
C. Jalannya Perang Dunia I
Pada awalnya pihak yang memperoleh kemenangan adalah pihak Blok Sentral.
Namun, setelah Amerika Serikat ikut terjun ke medan peperangan, keadaan menjadi
berbalik (pihak Sekutu menjadi menang). Setelah pihak Blok Sentral mengalami
kekalahan, maka diadakan perjanjian yang isinya memberatkan pihak Blok Sentral
antara lain sebagai berikut:
1. Perjanjian Versailles antara Sekutu dan Jerman (28 Juni 1918),
2. Perjanjian St. Germani antara Sekutu dan Austria (10 November 1919),
3. Perjanjian Neulily antara Sekutu dan Bulgaria (27 November 1919),
4. Perjanjian Trianon antara Sekutu dan Hungaria (4 Juni 1920),
5. Perjanjian Sevres antara Sekutu dan Turki (20 Agustus 1920).
D. Latar Belakang Perang Dunia II
Pada tanggal 1 September 1939, Jerman menyerang Danzig (Polandia). Sejak saat
itulah meletus Perang Dunia II. Akibat tindakan Jerman ini akhirnya negara Inggris dan
Perancis pada tanggal 3 September 1939 menyatakan perang terhadap Jerman dan
kemudian diikuti oleh negara sekutu lainnya.
E. Negara yang Terlibat Perang Dunia II
1.
Blok Fasis/Sentral: Jerman, Italia, Jepang, Austria, Rumana, Finlandia, Hungaria;
2.
Blok Sekutu: Inggris, Perancis, Rusia, Amerika Serikat, Polandia, Belgia, dan
negara sekutu lain.
F. Penyebab Umum Terjadinya Perang Dunia II
1.
Kegagalan Liga Bangsa-Bangsa menciptakan perdamaian dunia. Justru LBB
menjadi alat politik negara besar untuk mencari keuntungan sendiri,
2.
Negara-negara maju memperkuat militer dan persenjataan karena saling curiga
dan tidak percaya terhadap LBB,
3.
Adanya politik aliansi, kekhawatiran akan terjadinya perang, maka negara-negara
mencari kawan dan sehingga terbagi menjadi:
1. Blok Fasis (Jepang, Jerman, Italia),
2. Blok Sekutu, terdiri atas:
1. Blok demokrasi yaitu Amerika Serikat, Perancis, Belanda
Inggris,
2. Blok komunis yaitu Rusia, Cekoslovakia, Hongaria, Rumania,
Bulgaria, Polandia, Yugoslavia,
4.
Adanya pertentangan akibat ekspansi,
5.
Adanya pertentangan faham fasisme, demokrasi, dan komunisme,
6.
Adanya politik balas.
G. Jalannya Perang Dunia II terjadi di beberapa medan pertempuran sebagai
berikut:
1. Medan Timur (Rusia) 1939-1944,
2. Medan Barat (Eropa) 1939-1945,
3. Medan Afrika (Balkan) 1940-1945,
4. Medan Asia-Pasifik 1941-1945,
o
Sejak tahun 1939-1942 kemengan berada di pihak negara fasis yaitu Jerman,
Italia, Jepang,
o
Tahun 1942 merupakan titik balik ketika blok fasis mengalami kekalahan;
Jerman pertama kali kalah dari Rusia dalam pertempuran Stalingrad
(November 1942),
o
Jepang kalah dari sekutu di Pulau Karang (Mei 1992).
Antara tahun 1942-1945 kemenangan berada di pihak sekutu.
H. Akhir Perang Dunia II
Di Eropa, Sejak Jerman kalah dalam pertempuran di Stalingrad dengan Rusia,
kemu pada tanggal 24 Agustlis 1944 Rumania menyerah, diikuti Buigaria pada
tanggal 8 September 1944, Hungaria pada tanggal 13 Februari 1945, dan Jerman
menyerah pada tanggal 7 Mei 1945;
Di Asia. Setelah Jepang di bom pada tanggal 6 Agustus 1945 di Hiroshima dan
tanggal Agustus di Nagasaki, maka pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang
menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Namun, penyerahan secara resmi pada
tanggal 2 September 1945 di atas kapal Missouri di Teluk Tokyo.
Setelah Perang Dunia II berakhir, kemudian diadakan perjanjian damai sebagai berikut:
1.
Perjanjian Potsdam (2 Agustus 1945) antara. Jerman dan Sekutu,
2.
Perjanjian antara Italia dan Sekutu (1945),
3.
Perjanjian antara Austria dan Sekutu (1945),
4.
Perjanjian antara Sekutu dan Hungaria, Bulgaria, Rumania, serta Finlandia
(1945),
5.
Perjanjian San Fransisco (1951) antara Jepang dan Sekutu.
Nama : Nanda Yudha Ikhwan Pradana 175120400111020
Kelas : HI - B
Resume Sejarah Dunia: Perang Dingin
A. Definisi Perang Dingin
Perang Dingin (bahasa Inggris: Cold War, bahasa Rusia: холо́дная война́,
kholodnaya voyna) adalah sebutan sebuah periode ketegangan dalam bidang politik dan
militer yang mempertemukan dua pihak yang bertikai yaitu Dunia Barat yang dipimpin
oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, dan Komunis yang dipimpin oleh Uni
Soviet dan negara-negara satelitnya.
B. Latar Belakang Perang Dingin
Perang Dingin adalah perang yang memiliki sejarah yang panjang. Perang yang
mempertemukan dua negara adidaya pasca PD II pada masa itu memiliki latar belakang
sejarah, politik, dan juga militer. Adapun beberapa penyebab terjadinya Perang Dingin
adalah sebagai berikut:
1. Saling Membenci Anatara Liberalisme dan Komunisme
Tradisi Republikanisme Demokratis yang berada di Amerika Serikat telah
menimbulkan rasa “eksklusif” dan patriotik dalam diri masyarakat Amerika. Hal
ini bertentangan dengan gagasan Marx yang internasionalis yang menganggap
bahwa kelas pekerja tidak akan benar-benar bisa dibebaskan apabila tidak
mengatur melintasi batas-batas nasional yang telah ada. Gagasan komunis jelas
bertentangan dengan ideologi Amerika yang patriotik dan jelas gagasan Marx
sangat “tidak Amerika”.
Selain itu, gagasan kapitalisme yang diusung oleh Amerika di mana
intervensi pemerintah terhadap pasar dan ekonomi negara sangat kecil bahkan
tidak ada sangat berbeda dengan pandangan komunisme yang dicetuskan oleh
Marx. Gagasan Marx yang menganggap bahwa kelas borjuis yang diusung oleh
sistem kapitalisme sangat mengeksploitasi kaum proletar juga semakin
meruncingkan perbedaan ideologi di antara dua penganut paham.
Marx juga meyakini bahwa untuk mengubah satu tatanan agar konflik kelas
hilang diperlukan revolusi yang jelas itu bertentangan pula dengan sistem
demokrasi yang dianut Blok Barat, di mana setiap individu turut berperan dalam
pemilihan yang sifatnya umum dan menentukan nasib negara “tanpa intervensi
dari mayoritas dan bekerja atau berjalan sesuai keinginannya sendiri (tanpa
paksaan)”. Demokrasi yang dianut Amerika memungkinkan setiap individu
memberikan hasil bagi sistem perpolitikan yang dianut oleh negara sedangkan
komunisme yang dianut oleh Soviet menuntut internasionalisasi agar perbedaan
dan konflik kelas tidak terjadi lagi.
2. Revolusi Rusia 1917
Pada tahun 1917, terjadi dua revolusi di Rusia yang turut berpengaruh pada
perang dingin.
Revolusi yang pertama terjadi adalah Revolusi Februari yang dipimpin oleh
Georgy Lvov. Revolusi Februari berakibat pada gulingnya Tsar Nikolai II dari
Rusia. Pasca revolusi dan abdikasi Tsar Nikolai II, dibentuklah Pemerintahan
Sementara Rusia di Petrogard. Pemerintahan yang dibentuk tersebut dipimpin oleh
Georgy Lvov.
Pemerintahan Lvov berafiliasi dengan kaum liberal dan kaum sosialis yang
ingin melaksanakan reformasi politik, membuat lembaga eksekutif yang dipilih
secara demokratis, dan membentuk dewan konstituante. Kemudian, pada 21 Juli
1917, Alexander Kerensky menggantikan kepemimpinan Lvov. Alexander
Kerensky berasal dari kalangan Menshevik yang merupakan pecahan dari
Partai Sosial Demokrat Rusia yang muncul dalam konferensi di Brussel pada
tahun 1903.
Revolusi kedua terjadi pada Oktober 1917. Revolusi yang dilakukan oleh
kaum Bolshevik pimpinan Lenin ini dilakukan atas latar belakang kesengsaraan
pekerja dan tentara menyebabkan kekacauan di jalanan yang sering disebut
sebagai July Days. Kejadian ini juga disebabkan atas serangan Rusia atas Jerman.
Setelah Bolshevik yang dipimpin oleh Lenin menduduki tahta, dibentuklah
pemerintahan komunis yang dipimpin langsung oleh Lenin. Naiknya ideologi
komunis di Rusia tentunya bertentangan dengan konsep negara yang banyak
dianut oleh Pihak Barat, terutama Amerika Serikat.
3. Perang Saudara Rusia 1918
Perang Saudara Rusia adalah perang melibatkan Pemerintah Uni Soviet
dengan Tentara Merah yang baru dibentuk melawan Tentara Putih yang didukung
oleh beberapa negara sekutu seperti Amerika Serikat, Prancis, Polandia, dan lain
sebagainya.
Keterlibatan Amerika dan negara sekutu lainnya untuk membantu Tentara
Putih menyebabkan Pemerintah Komunis Soviet semakin membenci Dunia Barat
terutama Amerika, meskipun perang tersebut dimenangkan oleh Tentara Merah.
4. Pakta Molotov-Ribbentrop
Pakta Molotov-Ribbentrop adalah sebuah perjanjian non-agresi yang
dinamai dari nama menteri luar negeri Uni Soviet Vyacheslav Molotov dan
menteri luar negeri NAZI Joachim von Ribbentrop. Pada masa itu tensi dunia
sedang naik dikarenakan sejumlah tindakan NAZI Jerman yang melakukan agresi
ke negara-negara sekitarnya. Keputusan Soviet untuk menandatangani perjanjian
dengan Jerman tersebut menyebabkan sentimen bagi Pihak Barat.
5. Ketidakpercayaan Selama Perang Dunia II
Meskipun telah menandatangani perjanjian untuk tidak saling menyerang,
pada akhirnya Jerman menyerang Uni Soviet melalui operasi Barbarossa pada 22
Juni 1941. Ada beberapa kejadian dalam Perang Dunia II yang mengakibatkan
rasa saling tidak percaya antara Dunia Barat dan Uni Soviet. Contohnya adalah
pihak sekutu yang tidak segera membuka front di barat Jerman dan Stalin
menganggap ini adalah tindakan sekutu yang menunggu “Jerman lemah” namun
menewaskan banyak korban Soviet, dan setelah itu terjadi barulah mereka
membuka front baru di barat.
6. Pembentukan & Pembagian Jerman dalam Konferensi Postdam
Pasca perang, Amerika dan juga Uni Soviet masih berusaha untuk
mendapatkan pengaruhnya dalam menentukan masa depan Jerman. Di sinilah
ketegangan antara 2 negara. Amerika Serikat menginginkan Jerman menjadi
negara yang terbuka dan liberal sedangkan Soviet menginginkan Jerman menjadi
negara yang tertutup dan komunis. Uni Soviet melalui Stalin juga menolak
rancangan Amerika Serikat untuk mengadakan kegiatan pemilu yang bebas karena
dinilai oleh Stalin akan memunculkan pemerintahan yang anti Uni Soviet.
Perbedaan pendapat ini semakin melebarkan jarak antara Amerika dan juga Uni
Soviet. Konferensi yang dilakukan pasca perang semakin menunjukkan
runcingnya perbedaan paham antara Dunia Barat dan Uni Soviet.
7. Langkah Agresif USSR
Setelah perang usai, Uni Soviet secara agresif berusaha menanamkan
pengaruhnya pada negara yang ada di sekitarnya. Berbagai upaya berusaha
dilakukan oleh Soviet guna memenuhi kebutuhan mineral, wilayah, dan sumber
daya manusia Blok Timur.
Tindakan yang dilakukan Uni Soviet tersebut menyulut kemarahan Amerika
Serikat dan sekutu-sekutunya dan akhirnya Amerika mengeluarkan Doktrin
Truman yang menegaskan bahwa Amerika dan sekutunya berada pada posisi anti
komunis untuk selama-lamanya.
C. Bentuk Persaingan Antara Blok Barat dan Blok Timur
Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak seketika menghilangkan
permasalahan di dunia. Berakhirnya Perang Dunia II ternyata memunculkan 2 negara
adidaya yang akhirnya saling memperebutkan kekuasaan dan juga pengaruh di negara
dunia ketiga.
Era Perang Dingin antara 2 kekuatan besar dunia pada masa itu ternyata memiliki
beberapa bidang sebagai berikut:
1. Bidang Politik
Ada beberapa bentuk persaingan politik saat berlangsungnya perang dingin.
Beberapa contohnya adalah:
1. Ideologi; seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, Amerika Serikat pada
saat itu menganut paham liberal-kapitalis sedangkan Uni Soviet dengan
paham sosialis-komunis yang bertentangan. Kedua negara adidaya ini
kemudian bersaing untuk mempengaruhi negara-negara lain dengan
menyebarkan ideologi yang mereka anut. Amerika berusaha menjadikan
negara Eropa dan negara yang baru merdeka untuk menganut sistem
demokrasi berlandaskan paham liberal. Sedangkan Uni Soviet berusaha agar
negara-negara baru ini menganut paham komunis. Dampak dari pesaingan
ideologi ini dapat dilihat dari negara Jerman. Pada saat berakhirnya Perang
Dunia II, Jerman terbagi menjadi dua bagian. Jerman Barat menganut sistem
liberal dan mendapatkan pengaruh yang kuat oleh Amerika Serikat dan
sekutunya. Sedangkan, Jerman Timur menganut paham komunis dan
mendapatkan pengaruh yang begitu kuat dari Uni Soviet.
Kesenjangan pada masa itu sangat terlihat karena Jerman Barat
pengalami perkembangan yang lebih pesat dibadingkan dengan Jerman
Timur, sehingga mendorong masyarakat Jerman Timur untuk berusaha
menyeberang ke Jerman Barat. Hal ini merupakan salah satu pendorong
terbentuknya tembok berlin.
2. Perebutan kekuasaan; Amerika Serikat dan Uni Soviet sama-sama memiliki
ambisi untuk menjadi pemimpin dunia pada saat itu dan menjadi satusatunya negara adidaya yang memiliki kontrol atas dunia secara mutlak.
Kembali lagi ke ideologi yang mereka anut pada saat itu, yang menyebabkan
mereka berlomba-lomba untuk menyebarkan paham yang mereka anut
karena semakin banyak negara yang berlandaskan paham yang sama dengan
mereka maka pengaruh mereka akan semakin kuat.
3. “Diplomasi Terselubung”; jalan diplomasi yang ditempuh pada saat itu
bukannya meredakan malah memanaskan persaingan kekuatan antar dua
negara tersebut. Sejatinya diplomasi yang mereka lakukan tidak
diperuntukan untuk meredakan perang namun untuk menambah aliansi
sebanyak mungkin melalui jalan diplomasi dan bantuan secara ekonomi,
militer, dan lain sebagainya.
2. Bidang Ekonomi
Dari segi ekonomi, dua negara adidaya tampil sebagai kreditur dan berusaha
tampil sebagai “penyelamat” negara-negara yang hancur dan yang baru terbentuk
pasca-Perang Dunia II. Amerika dan Uni Soviet tampil dengan beberapa produk
dan program yang memiliki tujuan sama yaitu menanamkan pengaruh mereka bagi
negara lainnya.
Amerika Serikat meluncurkan sebuah program bernama Rencana
Marshall atau Marshall Plan. Marshall Plan adalah program ekonomi skala besar
pada tahun 1947-1951 yang diluncurkan oleh Amerika Serikat yang bertujuan
membangun kembali kekuatan ekonomi negara-negara di Eropa setelah Perang
Dunia II usai dan untuk membendung pengaruh komunis di negara-negara tujuan
bantuan. Inisiatif penamaan diambil dari sekretaris negara George Marshall.
Pembagian bantuan Rencana Marshall ini tidak hanya untuk negara - negara Eropa
namun juga negara Asia yang terkena imbas dari Perang Dunia II. Selain itu,
tujuan Marshall Plan adalah supaya negara-negara di Eropa bagian barat mau
menerima bantuan tersebut dan nantinya akan melangsungkan kerja sama dengan
Amerika Serikat dalam bidang tenaga kerja, produksi maksimal, dan peningkatan
volume perdagangan. Amerika Serikat sendiri menggelontorkan anggaran sebesar
US$17 miliar untuk 16 negara dalam periode pembagian selama 4 tahun.
Bantuan tersebut berbentuk bahan makanan, bahan mentah, pupuk, alat
pertanian, dan lain sebagaianya.
Tidak mau kalah, Uni Soviet meluncurkan program yaitu Molotov Plan.
Molotov Plan adalah sistem yang diciptakan oleh Uni Soviet pada tahun 1947
dalam rangka untuk memberikan bantuan untuk membangun kembali negaranegara di Eropa Timur yang secara politik dan ekonomi sejalan dengan Uni Soviet.
Sebenarnya, Molotov Plan juga bertujuan agar negara di kawasan Eropa bagian
timur tidak jatuh pada pengaruh Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
Singkat kata, Marshall Plan dan Molotov Plan adalah rencana dari dua blok yang
berbeda untuk membangun kembali negara-negara yang hancur akibat Perang
Dunia II sekaligus untuk menanamkan pengaruh mereka dan membendung
pengaruh dari lawannya.
Selain Marshall Plan, Amerika Serikat juga memiliki Doktrin Truman.
Program ini diluncurkan pada 12 Maret 1947. Ini adalah upaya yang dilakukan
oleh Amerika Serikat untuk membantu Yunani dan Turki dalam segi militer dan
ekonomi agar tidak jatuh ke dalam cengkraman komunisme. Doktrin Truman juga
merupakan wujud pergantian pandangan politik luar negeri Amerika Serikat
terhadap Uni Soviet dari detente/lebih bersahabat menjadi “ekspansi kebijakan
penahanan Soviet”. Amerika juga secara serentak menghentikan pengiriman
bantuan ke Uni Soviet dan menyatakan “tidak mengakui negara yang didirikan
dengan tidak berdasarkan aspirasi rakyatnya (re: komunis).
Tidak mau kalah, Uni Soviet membentuk Council for Mutual Economic
Assistance (COMECON) pada tahun 1949 yang merupakan Komunitas Ekonomi
Eropa yang tergabung dalam Blok Soviet (Pakta Warsawa). COMECON juga
bertujuan untuk memakmurkan negara anggota, menciptakan lapangan pekerjaan,
dan berafiliasi dalam bidang militer negara anggotanya. COMECON bubar setelah
Uni Soviet runtuh pada 1991.
3. Bidang Militer, Pertahanan, dan Keamanan
Selama Perang Dingin berlangsung, terjadi banyak sekali persaingan dalam
bidang militer, pertahanan, dan juga keamanan. Adapaun beberapa bentuk
persaingan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Pembentukan Pakta Pertahanan; pada Perang Dingin, dua negara
adikuasa pemenang Perang Dunia II, Amerika Serika dan Uni Soviet, saling
bersaing satu sama lain. Salah satu nya pada bidang pertahanan, keamanan,
dan militer. Salah satu bidang pertahanan keamanan adalah dengan
pembentukan persekutuan pertahanan, atau yang lebih terkenal dengan
istilah pakta pertahanan. Blok Barat maupun Blok Timur saling bersaing
membuat pakta pertahanan. Persenjataan yang dibuat merupakan senjata
canggih-canggih. Apabila satu negara sedang terlibat peperangan, negara
lain yang tergabung dalam pakta pertahanan akan membantu.
Blok Barat adalah perkumpulan dari negara-negara yang berpaham
liberalis-kapitalis, dipimpin oleh Amerika Serikat. Negara blok barat antara
lain Inggris, Australia, Belanda, Jerman dan negara-negara lainnya.
Sedangkan Blok Timur adalah negara-negara yang menganut paham
sosialis-komunis yang dipimpin oleh Uni Soviet. Uni Soviet membentuk
pakta pertahanan guna mengimbangi pakta pertahanan yang dibuat oleh
Amerika Serikat. Berikut daftar pakta pertahanan yang dibentuk selama
perang dingin:
1. North Antlantic Treaty Organization (NATO); NATO
merupakan organisai pertahanan negara-negara Atlantik
Utara dengan tujuan menahan laju komuni di Eropa. Pada
mulanya, NATO hanyalah merupakan perjanjian pertahanan
antara Inggris dan Perancis (1947). Pada tanggal 4 April
Amerika Serikat dengan negara-negara Eropa membentuk
NATO. Anggota NATO antara lain Amerika Serikat, Inggris,
Perancis, Belgia, Belanda, Luxemburg, Kanada, Portugal,
Denmark, Norwegia, Italia, Islandia, Yunani, Turki dan
Jerman Barat.
2. South East Asia Treaty Organization (SEATO); SEATO
merupakan organisasi pertahanan di Asia Tenggara dengan
tujuan untuk membendung bahaya komunis di Asia Tenggara
khususnya
di
Vietnam.
SEATO
terbentuk
akibat
ditandatanganinya south east asia collective defence treaty
organization di Manila pada tanggal 8 September 1954.
Anggota SEATO antara lain Amerika Serikat, Inggris,
Perancis, Australia, Selandia Baru, Pakistan, Thailand dan
Philipina.
3. Autralia, New Zeland, United States (ANZUS); ANZUS
merupakan suatu pakta pertahanan militer antara ketiga
negara tersebut dalam menghadapi komunis. ANZUS
didirikan dengan dasar tripartite security treaty pada tanggal
1 September 1951 Anggota ANZUS yaitu Australia, New
Zeland (Selandia Baru), dan Amerika Serikat.
4. Central East Treaty Organization (CENTO); CENTO
merupakan pakta pertahanan yang dibuat Amerika Serikat
dengan negara-negara Timur-Tengah. Tujuannya yaitu untuk
membendung paham
komunisme di
Timur Tengah.
CENTO/METO semula bernama Pakta Bagdad. Anggota
CENTO antara lain Amerika Serikat, Inggris, Irak, Iran,
Turki dan Pakistan.
5. Pakta Warsawa; sedangkan di Pihak Blok Timur dibawah
Uni Soviet membentuk juga membentuk pakta pertahanan.
Sesudah blok barat membentuk NATO, untuk mengimbangi
hal tersebut, maka Uni Soviet membentuk pakta pertahanan
dengan negara-negara lain yang berhaluan sosialis-komunis.
Pakta tersebut bernama Pakta Warsawa yang dibentuk di
Warsawa, Polandia pada tanggal 14 Mei 1955. Anggota
Pakta
Warsawa
antara
lain
Uni
Soviet,
Polandia,
Cekoslovakia, Bulgaria, Hongaria, Rumania, Albania,
Mongolia, dan Jerman Timur.
2. Kegiatan Spionase; perebutan hegemoni selama perang dingin antara Uni
Soviet dan Amerika Serikat terhadap berbagai kawasan baik di Eropa, Asia,
Amerika, dan Afrika selalu didukung oleh kegiatan agen intelijen yang
mereka miliki. Kegiatan Spionase (mata-mata) tercermin dari tindakan yang
dilakukan oleh agen spionase kedua belah pihak yaitu antara KGB dan CIA.
KGB (Komitet Gusudarstvennoy Bezopasnosti) merupakan dinas
intelegen sipil atau dinas rahasia Uni Soviet sedangkan CIA (Central
Intelligence Agency) yang merupakan dinas rahasia Amerika Serikat
yang bertugas untuk mencari keterangan tentang negara-negara asing
tertentu.
KGB dan CIA selalu berusaha untuk memperoleh informasi rahasia
mengenai segala hal yang menyangkut kedua belah pihak atau negaranegara yang berada di bawah pengaruh kedua belah pihak. Mereka
juga membantu terciptanya berbagai ketegangan di dunia. Misalnya, CIA
turut membantu orang-orang Kuba di perantauan untuk melakukan
serangan ke Kuba tahun 1961 yang disebut Insiden Teluk Babi. Di pihak
lain, Uni Soviet memberikan dukungan kepada Fidel Castro (Presiden
Kuba) dalam menghadapi invasi tersebut.
3. Perang Proksi (Proxy War); pengertian proxy war adalah perang
terselubung di mana salah satu pihak menggunakan orang lain atau pihak
ketiga untuk melawan musuh. Dengan kata lain, proxy war artinya perang
tidak tampak menggunakan cara-cara halus untuk menghancurkan dan
mengalahkan lawan menggunakan pihak ketiga.
Perang Proksi sendiri dijadikan strategi oleh Amerika Serikat dan Uni
Soviet untuk menghindari perang secara terbuka, namun tetap bisa
berperang secara tidak langsung dengan memanfaatkan negara ketiga
sebagai pihak yang berperang secara langsung. Berikut beberapa perang
proksi yang terjadi selama perang dingin:
1. Perang Korea (1950-1953); Perang Korea adalah konflik
antara Korea Selatan (yang didukung oleh Amerika Serikat
dan PBB) dan Korea Utara (yang didukung oleh Uni Soviet
dan Republik Rakyat Tiongkok). Penjajahan Jepang berakhir
dengan kalahnya Jepang dalam Perang Dunia Kedua.
Penyerahan jepang dan pergeseran paradigma politik global
menyebabkan terbaginya Korea menjadi dua bagian. Inisiatif
diambil oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet, tetapi
terbaginya Korea pada akhirnya merupakan hasil dari
Deklarasi Kairo yang dikeluarkan pada 1 Desember 1943.
Konferensi yang menghasilkan deklarasi ini dipimpin
oleh Britania Raya, Amerika Serikat, dan China; Korea
terbagi menjadi Korea Utara dan Korea Selatan pada
Desember 1945.
Garis pembagi kedua bagian tersebut dikenal sebagai
"paralel ke-38". Amerika Serikat bertanggung jawab atas
administrasi
Korea
Selatan,
sedangkan
Uni
Soviet
bertanggung jawab atas Korea Utara, pembagian ini
seharusnya hanya sementara. Selanjutnya, Amerika Serikat,
Uni Soviet, Britania Raya, dan China seharusnya akan
mengatur amanat administrasi untuk menyatukan Korea.
Akan tetapi, kedua bagian tersebut masih terpisah sampai
sekarang.
Perang Korea bermula dua tahun setelah selesainya
perang dunia kedua, AS dan Uni Soviet mundur dari Korea.
Korea Selatan ditinggal dengan pemerintahan demokrasi
dengan Syngman Rhee sebagai presiden, sedangkan Korea
Utara ditinggal dengan pemerintahan komunis dengan Kim
Il-Sung sebagai perdana menteri. Terdapat permasalahan
dalam menyatukan Korea dalam satu bentuk pemerintahan.
Korea Utara ingin seluruh Korea di bawah pemerintahan
komunis, sedangkan Korea Selatan ingin seluruh korea di
bawah pemerintahan demokrasi. Tentara Korea Selatan
relatif lebih lemah dibandingkan dengan Korea Utara. Korea
Selatan hanya dilengkapi oleh senjata ringan, sedangkan
tentara Korea Utara dilengkapi tank-tank dan artileri. Perang
Korea adalah usaha Korea Utara untuk menyatukan kedua
negara tersebut di bawah pemerintahan komunis.
Kronologi Perang Korea bermula ketika pasukan Korea
Utara melintasi perbatasan "paralel ke-38" pada 25 Juni 1950.
Pasukan Korea Utara dengan mudah merebut wilayahwilayah utama Korea Selatan seperti Chuncheon, Ongjin, dan
Uijeongbu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turut campur pada
tanggal 27 Juni, Korea Selatan diberikan bantuan angkatan
laut dan angkatan udara oleh Amerika Serikat. Meskipun
Perang Korea hanya berlangsung selama tiga tahun yang
berakhir pada tahun 1953, Perang Korea belum bisa
dikatakan berakhir karena belum ada perjanjian perdamaian
dan kedua negara masih berstatus gencatan senjata.
2. Krisis Misil Kuba (1962); Krisis Rudal Kuba merupakan
krisis yang terjadi setelah terungkapnya fakta bahwa Amerika
Serikat telah mensponsori sebuah serangan ke Teluk
Babi milik Kuba, sebuah negara komunis di Laut Karibia.
Meskipun gagal, penyerbuan ini telah menimbulkan
kemarahan Uni Soviet, sebagai pemimpin komunis dunia,
maupun rakyat Kuba sendiri. Pada bulan September 1962,
Uni Soviet segera menempatkan rudal-rudal berukuran
sedang yang dilengkapi dengan hulu ledak nuklir di Kuba.
Rudal-rudal tersebut mengancam AS karena kemampuan
merusaknya yang dapat menghancurkan sebuah kota besar
dalam waktu singkat setelah diluncurkan. Pada tanggal 22
Oktober1962, Kennedy muncul di muka publik dan menuntut
Uni Soviet untuk menarik rudal-rudalnya atau AS akan
menyerang Kuba. Maka, dimulailah minggu-minggu yang
dikenal dengan sebutan Krisis Rudal Kuba ini.
Negosiasi di antara dua musuh bebuyutan ini terjadi
dengan alot karena kedua belah pihak merasa siap untuk
berperang dan tidak mau mengurangi tuntutannya. Kapalkapal perang Amerika mengepung Kuba untuk memaksakan
sebuah "karantina" terhadap semua pelayaran milik kuba;
pesawat-pesawat pengebom mencari posisi di Florida dan
bersiaga menghadapi serangan udara. Untungnya, pada
tanggal 28 Oktober 1962, Khruschev menyatakan bahwa Uni
Soviet bersedia memindahkan nuklirnya asalkan AS berjanji
tidak akan menyerbu Kuba.
Akhirnya disepakati bahwa Uni Soviet melucuti rudal
nuklir nya di Kuba sedangkan Amerika Serikat melucuti
rudal nuklir nya di Turki dan Italia.
3. Perang Vietnam (1957-1975); Perang Vietnam disebut juga
dengan Perang Indochina Kedua, adalah sebuah perang yang
terjadi antara tahun 1955-1975 di Vietnam. Perang ini
merupakan bagian dari Perang dingin antara dua kubu
idiologi besar, yakni Komunis dan Liberal. Vietnam yang
telah menjadi negara jajahan Perancis sejak abad ke-19
menimbulkan reaksi dari rakyat Vietnam untuk merdeka,
sehingga terjadi banyak sekali pemberontakan yang
dilakukan oleh kelompok-kelompok nasionalis.
Pada tahun 1919 terjadi perundingan Perjanjian
Versailles. Ho Chi Minh meminta agar Vietnam dapat
merdeka, namun permintaan tersebut ditolak sehingga
Vietnam masih menjadi wilayah jajahan Perancis. Ho Chi
Minh mendirikan Liga untuk Kemerdekaan (Viet Minh) pada
tahun 1941.
Viet Minh terdiri dari para nasionalis Vietnam dan
kelompok komunis yang mendukung kemerdekaan Vietnam
dengan berjuang melawan penjajahan Perancis.
Pada tanggal 2 September 1945 di Hanoi, Ho Chi Minh
secara umum mendeklarasikan kemerdekaan Vietnam.
Namun tidak lama kemudian, Perancis berhasil menaklukkan
Vietnam Selatan kembali dan mengajak kaum komunis
Vietnam untuk berunding. Perundingan Jenewa pada tanggal
20 Juli 1954 menghasilkan beberapa keputusan, salah
satunya pembagian Vietnam menjadi Vietnam Utara yang
dipimpin Ho Chi Minh dan Vietnam Selatan yang dikuasai
oleh Kaisar Bao Dai. Akan tetapi Ho Chi Minh tidak
menyetujui adanya pemisahan wilayah Vietnam. Dia
menganggap
pembentukan
Vietnam
Selatan
penghalang tercapainya persatuan seluruh Vietnam.
sebagai
Ketika tahun 1954, Perancis meninggalkan daratan
tersebut, dan Amerika yang menggantikannya, dan 4 tahun
kemudian Amerika telah memiliki lebih dari 500.000
pasukan di Vietnam Selatan. Amerika dibawah presidennya,
secara berturut-turut telah melibatkan negaranya untuk terjun
kedalam sebuah perang panjang dengan jarak yang sangat
jauh. Pada bulan maret 1973, pasukan terakhir Amerika
meninggalkan Vietnam. Dua tahun kemudian, Vietnam Utara
dan kekuatan komunis Selatan memulai serangan dengan
maksud untuk menguasai negara Vietnam Selatan, namun
pada tanggal 30 April 1975, pasukan Vietnam Utara
menduduki Saigon yang mengakibatkan berakhirnya perang
yang telah berlangsung selama tiga puluh tahun.
4. Perang Soviet-Afghanistan (1979-1989); merupakan masa
sembilan
tahun di
mana Uni
Soviet berusaha
mempertahankan pemerintahan Marxis-Lenin di Afganistan,
yaitu Partai
Demokrasi
menghadapi mujahidin
Rakyat
Afganistan
Afganistan,
yang
ingin
menggulingkan pemerintahan.
Uni Soviet mendukung pemerintahan Afganistan,
sementara para mujahidin mendapat dukungan dari banyak
negara, antara lain Amerika Serikat dan Pakistan.
4. Bidang Ruang Angkasa
Ruang angkasa adalah sebuah ruang di luar bumi yang turut dijadikan objek
persaingan dalam Perang Dingin. Ambisi manusia untuk menaklukkan ruang
angkasa dan demi menarik perhatian dunia turut melatarbelakangi persaingan
besar ini.
Dalam hal persaingan ruang angkasa, Rusia unggul lebih dahulu dengan
keberhasilannya meluncurkan satelit buatan yang pertama di dunia yang bernama
Sputnik I pada 4 Oktober 1957. Amerika Serikat kemudian menyusul dengan
meluncurkan satelit pertamanya yang dinamai Explorer I pada 31 Januari 1958.
Pada 12 April 1961, Rusia kembali memimpin dengan meluncurkan
manusia pertama ke angkasa luar, Yuri Alekseyivich Gagarin, seorang mayor
Angkatan Udara Rusia yang meluncur dengan kapsul Vostok I. Kurang dari
sebulan kemudian, Amerika Serikat meluncurkan astronaut pertamanya, Alan B
Shepard dengan kapsul Mercury 7. Peluncuran ini dilakukan secara terburu-buru
dengan teknologi yang belum sempurna sehingga Alan B Shepard hanya mampu
mengangkasa selama 15 menit dengan ketinggian maksimal 184 km, tertinggal
dengan Yuri Alekseyivich Gagarin dari Uni Soviet yang mencatat waktu 108
menit dan ketinggian maksimal 301,4 km dalam sekali orbit.
Misi Amerika Serikat sendiri sebenarnya hanyalah penerbangan naik-turun
dan tidak sampai mengorbit bumi. Amerika Serikat baru berhasil mengirimkan
pesawat pengorbit pada 20 Februari 1962, ketika kapsul Friendship 7 yang diawaki
oleh Letkol. Jonh Herschel Glenn berhasil melakukan 3 kali orbit dalam
penerbangan selama 4 jam 56 menit. Tetapi prestasi ini masih tertinggal dengan
kemajuan yang dicapai Rusia pada 6 bulan sebelumnya, ketika Mayor German
Stephanovich Titov berhasil mengorbitkan sebanyak 17 kali dalam penerbangan
selama 25 jam 18 menit dalam kapsul Vostok II.
Bulan menjadi sasaran berikutnya dari kedua negara yang telah bersaing itu.
Rusia mendahului dengan mengirim wahana tak berawak Luik II pada 14
September 1959. Wahana ini tercatat sebagai wahana buatan manusia pertama
yang mendarat di permukaan bulan. Sayangnya, Lunik II mendarat secara keras
(hard landing) dengan akibat seluruh peralatan yang dibawanya rusak sehingga
tidak mampu mengirimkan data apapun ke bumi. Rusia baru berhasil mendaratkan
wahana yang mampu melakukan pendaratan lunak (soft landing) pada Februari
1966 melalui wahana Lunik IX.
Sedangkan Amerika Serikat baru berhasil mengirimkan wahana untuk
melakukan pendaratan lunak pada akhir 1966. Setahun kemudian, sebuah wahana
Amerika Serikat lainnya berhasil mengirimkan gambar TV pertama dari
permukaan bulan. Puncaknya terjadi pada 17 Juli 1969, ketika Neil Amstrong dan
Edwin Aldrin berhasil mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai manusia
pertama yang menginjak permukaan bulan melalui misi Apollo-11.
Misi tersebut dilanjutkan dengan 5 pendaratan lainnya, masing-masing
Apollo-12 9November 1969), Apollo-14 (Februari 1971), Apollo-15 (Agustus
1971), Apllo-16 (April 1972), dan kegagalan, tepatnya menimpa misi Apollo-13
yang mengalami kecelakaan (ledakan pada salah satu modulnya). Melalui
tindakan pertolongan yang legendaris, para awaknya dapat kembali dengan
selamat ke bumi walaupun gagal menjejak ke permukaan bulan. Sementara itu,
Rusia tercatat pernah mengirimkan modul Lunkhod I pada 17 November 1970.
Modul ini berupa robot yang dikendalikan dari bumi.
Namun sesudahnya, program antariksa Rusia di bulan tidak lagi berlanjut.
Begitu pula dengan Amerika Serikat. Setelah berakhirnya misi Apollo-17 Amerika
Serikat tidak lagi mengirimkan manusia ke bulan. Persaingan antara Amerika
Serikat dengan Uni Soviet terus berlanjut dalam bidang penguasaan ruang
angkasa.
Sebelum era pesawat ulang-alik, seluruh komponen antariksa bersifat sekali
pakai. Maka akibatnya, pengiriman misi berawak membutuhkan biaya yang sangat
besar. Selain cara ini juga sangat berisiko karena apabila terjadi kecelakaan dalam
misi berawak di ruang angkasa mustahil untuk melakukan pertolongan. Musibah
yang menimpa misi Apollo-13 memberikan pelajaran bahwa misi berawak ke
antariksa tidak lain adalah sebuah petualangan yang penuh risiko. Atas
pertimbangan itu, maka tahun 1970-an, NASA mulai mengembangkan pesawat
ulang-alik. Misi ulang-alik dinilai lebih ringan biayanya karena hampir seluruh
komponennya dapat digunakan kembali pada misi-misi sesudahnya.
Amerika Serikat kembali mencatat sejarah dengan keberhasilannya
meluncurkan pesawat ulang-alik pertamanya, Columbia, pada bulan Juni 1981.
Dengan
digunakannya
teknologi
ulang-alik
terbuka
kesempatan
untuk
meluncurkan misi berawak dengan frekuensi yang lebih sering dengan
pembiayaan yang lebih kecil.
Namun, pesawat ulang-alik Challeger yang meledak saat peluncuran 28
Februari 1986 dan menewaskan ketujuh awaknya memang sempat membuat
NASA merestrukturisasi kembali program ulang-aliknya, khususnya dalam
persoalan keamanan. Namun demikian, teknologi ulang-alik sendiri tidak banyak
berubah bahkan selama lebih dari 20 tahun sejak pertama kali digunakan.
Sementara itu Uni Soviet juga tidak mau ketinggalan dengan Amerika
Serikat untuk mengejar ketertinggalannya dari Amerika Serikat, Rusia tercatat
juga sempat mengembangkan pesawat ulang-aliknya sendiri yang diberi nama
Buran, dari bahasa setempat yang berarti Badai Salju.
Tahun 1988, Buran sempat diujicoba dalam sebuah penerbangan tanpa
awak. Sayangnya krisis politik maupun ekonominya yang melanda Uni Soviet
sesaat sebelum bubar membuat proyek Buran tersendat, dan bahkan terhenti sama
sekali sebelum sempat berkembang.
Pecahnya Uni Soviet akhirnya juga membawa malapetaka bagi program
antariksa Rusia. Pangkalan peluncuran Rusia yang berada di Tyuratam dikenal
sebagai kosmodrom Baikonur kini telah masuk wilayah Kazakhstan, sebuah
negara kecil yang secara ekonomi tidak begitu makmur. Tentu saja pemerintah
Kazakhstan tidak ingin membiarkan begitu saja sebagian teritorinya dipakai secara
gratis oleh negara Rusia untuk kepentingannya sendiri. Pendeknya pemerintahan
Kazakhstan menuntut pihak Rusia untuk membayar ongkos sewa agar dapat terus
menggunakan pangkalan tersebut.
Rusia terus melanjutkan program antariksa mereka dengan memanfaatkan
stasiun luar angkasa Mir. Tetapi karena kurangnya biaya ditambah dengan kondisi
Mir yang memang sudah tua akhirnya membuat pemerintah Rusia terpaksa
memutuskan untuk mengakhiri riwayat stasiun kebanggaan mereka itu pada bulan
April 2001.
Pasca-Perang Dingin, teknologi roket tidak lagi merupakan monopoli
Amerika Serikat atau Rusia. Tercatat negara-negara seperti Jepang, India, Cina,
dan Uni Eropa, juga telah berhasil mengembangkan teknologi roketnya sendiri.
Rencana Cina untuk meluncurkan misi berawak ke antariksa kiranya akan
menorehkan sejarah baru dalam dunia penerbangan antariksa. Negara-negara
tersebut pada kahirnya bahu-membahu membangun stasiun ruang angkasa
internasional.
D. Berakhirnya Perang Dingin
Setelah berlangsungnya konflik yang paling mencekam dalam sejarah manusia
(meskipun tidak terjadi konflik terbuka), Perang Dingin akhirnya berakhir bersamaan
dengan runtuhnya Uni Soviet dan negara komunis lainnya. Adapun beberapa kejadian
yang menyebabkan berakhirnya Perang Dingin adalah:
1. Detente (Penurunan Ketegangan/Persahabatan)
Detente adalah berkurangnya ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur.
Hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya penurunan ketegangan antara lain
sebagai berikut:
1.
Isu Berlin Barat dapat diselesaikan dalam meja perundingan tahun 1971.
2.
Inggris mulai bergabung dengan Masyarakat Ekonomi Eropa.
3.
Negara barat mulai menjalin hubungan diplomatik dengan RRC pada 1973.
4.
Terjadi kesepakatan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dengan
ditandatanganinya persetujuan SALT I (Strategic Arm Limited Task) dan
SALT II atau pembatasan persenjataan strategis. SALT I merupakan
perundingan pembatasan persenjataan strategis yang berlangsung di
Helsinki, Finlandia tanggal 17 November 1969. Hasil perundingan ini
ditandatangani oleh Richard Nixon (Presiden Amerika Serikat) dan Leonid
Brezhnev (Uni Soviet). SALT II merupakan perundingan pembatasan
persenjataan strategis yang berlangsung di Jenewa, Swiss pada November
1972 tetapi hasilnya baru ditandatangani 18 Juni 1979 di Wina, Austria oleh
Jimmy Carter (Amerika Serikat) dan Leonid Brezhnev (Uni Soviet).
2. Gerakan Reformasi Mikhael Gorbachev
Ketika Mikhael Gorbachev berkuasa di Uni Soviet sebagai Sekretaris
Jenderal Partai Komunis pada tahun 1985, dia tercatat mengubah wajah dunia.
Saat memerintah, Gorbachev berusaha mereformasi Uni Soviet menjadi negara
yang lebih demokratis. Dia juga membuat beberapa perjanjian internasional dan
melakukan gerakan yang secara harfiah mengakhiri Perang Dingin, meski harus
ditebus dengan runtuhnya Uni Soviet menjadi 16 negara yang berbeda.
Keruntuhan ini tentu bukan sesuatu yang dibayangkan Gorbachev. Namun tanpai
inisiatifnya, Perang Dingin mungkin masih akan berlangsung dan semakin
berlarut.
3. Kegagalan Ekonomi Rusia
Harga minyak mengalami penurunan pada tahun 1980-an dan secara drastis
mempengaruhi pendapatan Uni Soviet pada saat itu. Hal ini mendorong
Gorbachev melakukan beberapa langkah reformatif dengan tujuan mengangkat
perekonomian. Dia memperkenalkan konsep Perestroika (restrukturisasi) dan
Glasnost (keterbukaan) untuk melawan ketertutupan yang mengelilingi kerja
Pemerintah Uni Soviet. Selain itu, perlombaan senjata dengan Amerika Serikat
membuat ekonomi Uni Soviet semakin mengalami kesulitan. Semua ini
menyebabkan banyak tuntutan reformasi liberal yang akhirnya tidak tertangani
dengan baik sehingga memicu gerakan yang akhirnya menghancurkan Uni Soviet.
4. Perang di Afghanistan
Antara tahun 1979 hingga 1989, Soviet membantu Republik Demokratik
Afghanistan melawan Mujahidin Afghanistan dan penyusup Arab-Afghan
lainnya. Akhirnya, Amerika Serikat juga ikut terlibat dalam perang ini dengan
tujuan tunggal berusaha melawan Soviet. Biaya perang, kerugian ekonomi, dan
hilangnya nyawa selama perang 9 tahun mengakibatkan masyarakat Soviet
mendesak pemerintahnya untuk menghentikan perang.
5. Konflik di Berbagai Wilayah Dunia
Setiap kali terjadi konflik antara dua negara, kedua pihak cenderung
berusaha mendekati baik Uni Soviet atau Amerika Serikat untuk meminta bantuan.
Akibatnya, hampir seluruh dunia terbagi menjadi dua blok. Hal ini menyeret AS
dan Soviet dalam berbagai konflik di berbagai belahan dunia yang tentu membawa
masalah bagi kehidupan domestik mereka. Perekonomian Soviet yang sudah
melemah semakin bertambah sulit karena harus membiayai berbagai konflik di
seluruh dunia.
6. Komunikasi Lebih Cair antara Uni Soviet dan Amerika Serikat
Untuk berbagai alasan yang berbeda, hubungan antara Amerika Serikat dan
Uni Soviet mulai mencair yang ditandai dengan banyak pembicaraan yang
melibatkan kedua negara. Ronald Reagan, yang merupakan Presiden Amerika
Serikat saat itu, sepakat mengadakan beberapa diskusi ekonomi dengan Uni
Soviet. Fo