Peraturan Perusahaan umum perum bulog (2)

MUKADIMAH
Bahwa sesungguhnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undangundang Dasar 1945 adalah merupakan tujuan pembangunan nasional Indonesia. Untuk
mewujudkan hal tersebut dibutuhkan partisipasi aktif dari seluruh komponen bangsa.
[PT. .................] berusaha untuk turut memberikan kontribusi positif bagi pembangunan
nasional berupa penyediaan lapangan kerja dan peningkatan taraf hidup karyawan.
Sebagai sebuah organisasi, dibutuhkan sebuah perangkat peraturan yang menjelaskan
tentang hak dan kewajiban dari semua elemen perusahaan ini. Untuk itulah dengan diiringi
kesadaran sepenuhnya akan tangung jawab bersama antara perusahaan dan karyawan,
maka dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, disusunlah Peraturan Perusahaan ini yang
bertujuan ;





Mempertegas dan memperjelas hak dan kewajiban karyawan dan perusahaan.
Menciptakan hubungan kerja yang harmonis dalam perusahaan.
Mengatur tata cara penyelesaian keluh kesah dan perbedaan pendapat antara
karyawan dan pihak pengusaha.
Meningkatkan produktivitas perusahaan.


Kami menyadari bahwa Peraturan Perusahaan ini belum sempurna dan perlu dikembangkan
sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan situasi dan kondisi. Dan dengan dijiwai
semangat kerja sama dan pengorbanan yang tinggi, kami harap Peraturan Perusahaan ini
akan dapat dijalankan dengan baik dalam usaha bersama untuk meningkatkan kesejahteraan
karyawan dan kelangsungan perusahaan.

[...............], [............................................]
[.................................................]
Direktur Utama

MUKADIMAH
BAB
I
UMUM
Pasal 1
Pengertian dan Istilah
Pasal 2
Luasnya Peraturan
Pasal 3
Tanggung Jawab Perusahaan

Pasal 4
Tanggung Jawab Karyawan
Pasal 5
Status Golongan Karyawan
BAB
II
FORUM BIPARTIT
Pasal 6
Umum
Pasal 7
Pertemuan
Pasal 8
Pembinaan
Pasal 9
Pendidikan dan Pelatihan
BAB
III HUBUNGAN KERJA
Pasal 10 Dasar Penerimaan, Penempatan, dan Mutasi Karyawan
Pasal 11 Persyaratan Umum Penerimaan Karyawan
Pasal 12 Masa Percobaan

Pasal 13 Pengangkatan Karyawan Tetap
Pasal 14 Hubungan Kerja untuk Jangka Waktu Tertentu
Pasal 15 Pangkat, Jabatan, dan Golongan
Pasal 16 Mutasi dalam Perusahaan
Pasal 17 Promosi
Pasal 18 Demosi
BAB
IV TATA TERTIB
Pasal 19 Waktu Kehadiran Kerja
Pasal 20 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 21 Tanggung Jawab Pengawasan
BAB
V
BALAS JASA
Pasal 22 Pengertian Umum
Pasal 23 Upah Lembur
Pasal 24 Gaji Pokok
Pasal 25 Pajak Penghasilan
Pasal 26 Upah dalam Menjalankan Kewajiban Negara
Pasal 27 Upah Selama Pembebasan Tugas Sementara

Pasal 28 Upah Selama Sakit Berkepanjangan
Pasal 29 Upah Selama Ditahan yang Berwajib
Pasal 30 Upah Selama Karyawan Dirumahkan
Pasal 31 Fasilitas Transpot
Pasal 32 Biaya Perjalanan Dinas
Pasal 33 Fasilitas Makan

Pasal
BAB
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
BAB

Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
BAB
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
BAB
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal

Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal

34
VI
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
VII
45

46
47
48
49
50
51
VII
I
52
53
54
55
56
57
58
IX
59
60
61
62

63
64
65
66
67

Bantuan Tunjangan Tahunan
JAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN
Pengertian Umum
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Fasilitas Pengobatan
Sumbangan Rumah Sakit
Sumbangan Kacamata
Sumbangan Uang Kedukaan
Sumbangan Uang Kelahiran
Keluarga Berencana
Sumbangan Pernikahan
Kesempatan Ibadah
HARI LIBUR DAN CUTI
Hari-hari Libur Resmi

Cuti Tahunan
Cuti Haid
Cuti Melahirkan
Izin Meninggalkan Pekerjaan dengan Mendapatkan Upah
Izin Meninggalkan Pekerjaan Tanpa Upah
Izin Khusus
SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB KERJA DAN ATURAN
KEDISIPLINAN
Disiplin dan Sanksi
Teguran
Surat Teguran
Surat Peringatan Pertama (SP-1)
Surat Peringatan Kedua (SP-2)
Surat Peringatan Ketiga (SP-3)
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
PUTUSNYA HUBUNGAN KERJA
Umum
Dalam Masa Percobaan
Mengundurkan Diri
Berakhirnya Jangka Waktu yang Dijanjikan

Sakit Berkepanjangan
Meninggal Dunia
Mencapai Batas Usia Kerja
Pelanggaran Tata Tertib Kerja dan Kedisiplinan
Putusan Pengadilan Negeri

Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
BAB
Pasal
Pasal
BAB
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
BAB
Pasal


68
69
70
71
X
72
73
XI
74
75
76
77
XII
78

Pemberhentian Umum
Tidak Cakap Bekerja
Hutang Karyawan
Uang Pesangon dan Uang Jasa
PENJELASAN KELUH KESAH
Keluh Kesah
Tata Cara Penyelesaian Keluh Kesah
PERATURAN PELAKSANAAN
Masa Berlaku
Peraturan yang Bersifat Prosedural
Penafsiran
Hal-hal yang Belum Diatur
KETENTUAN PENUTUP
Penutup

BAB I
UMUM
Pasal-1
PENGERTIAN DAN ISTILAH
Yang dimaksud dengan:
1. Perusahaan :
Adalah [PT. ....................], beralamat di, [Jl. ......................................................]
2. Lingkungan Perusahaan
Adalah keseluruhan tempat yang secara sah berada di bawah penguasaan
perusahaan dan digunakan untuk menunjang kegiatan perusahaan.
3. Peraturan Perusahaan
Adalah seluruh isi buku peraturan perusahaan ini termasuk MUKADIMAH dan surat
keputusan serta petunjuk pelaksanaannya.
4. Pemimpin Perusahaan
Adalah mereka yang karena jabatannya mempunyai tugas memimpin
perusahaan/bagian dari perusahaan.
5. Karyawan
Adalah semua orang yang terkait secara resmi dalam suatu hubungan kerja dengan
perusahaan dan oleh karenanya menerima upah serta balas jasa sebagaimana diatur
dalam peraturan perusahaan ini. Bagi karyawan/karyawati ketentuan-ketentuan
mengenai tunjangan dan sumbangan hanya berlaku untuk dirinya sendiri, kecuali dia
janda atau suaminya tidak bekerja dan tidak mempunyai penghasilan. Untuk hal ini
harus disertai bukti secara tertulis yang sah atau peraturan perundangan yang
menyatakan lain.
6. Keluarga Karyawan
Adalah istri/suami dan [................anak sah] dari karyawan dalam batas [usia
maksimum........] yang dikuatkan oleh surat nikah dan atau surat keterangan kelahiran
catatan sipil atau surat keterangan yang sah dari pihak yang berwenang yang menjadi
tanggungan karyawan dan terdaftar pada perusahaan.
Istri karyawan adalah seorang istri dari perkawinan yang sah menurut perundangundangan yang berlaku dan terdaftar pada perusahaan.
Anak karyawan adalah anak yang sah yang berusia kurang dari [.......tahun] yang
masih menjadi tanggungan orang tuanya, belum kawin, belum mempunyai
penghasilan sendiri, dan terdaftar pada perusahaan.
7. Ahli Waris
Adalah mereka yang berhak mendapat warisan menurut ketentuan yang berlaku.

8. Hari Kerja
Adalah jangka waktu yang berjalan dari [pukul........sampai pukul........] hari
berikutnya, tidak termasuk hari istirahat mingguan dan hari libur resmii.
9. Jam Kerja
Adalah jam-jam yang telah ditetapkan pada hari kerja di mana karyawan wajib
berada di tempat kerja untuk melaksanakan pekerjaan.
10. Jumlah Jam Kerja Normal
Adalah [........jam] seminggu.
11. Hari Istirahat
Adalah hari Minggu atau hari raya lainnya yang ditentukan perusahaan, kecuali untuk
jenis pekerjaan yang sifatnya khusus.
12. Hari Libur Resmi
Adalah hari-hari libur yang ditentukan pemerintah.
13. Kerja Lembur
Adalah bekerja melebihi ketentuan jam kerja menurut Undang-undang
ketenagakerjaan atau bekerja di luar hari/jam kerja.
14. Pimpinan Kerja
Adalah atasan yang mempunyai tanggung jawab penugasan, pembinaan, dan
pengawasan secara langsung terhadap karyawan di bagiannya.
Pasal-2
LUASNYA PERATURAN
1. Peraturan ini terbatas mengenai hal-hal umum seperti yang tertera dalam peraturan
perusahaan ini serta petunjuk pelaksanaannya tanpa mengurangi hak-hak
perusahaan dan karyawan sajauh tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
2. Peraturan perusahaan ini berlaku bagi semua karyawan sepanjang syarat-syarat
kerjanya tidak diatur dalam perjanjian kerja khusus.

1.

2.
3.
4.

Pasal-3
TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN
Memberikan balas jasa yang layak sesuai dengan jasa yang telah diberikan karyawan
kepada perusahaan dengan pedoman pada ketentuan-ketentuan yang digariskan
pemerintah.
Memperhatikan kesejahteraan karyawan atas akibat kecelakaan-kecelakaan yang
dialami dalam hubungan kerjanya.
Melaksanakan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Menempatkan karyawan sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki.
Pasal-4
TANGGUNG JAWAB KARYAWAN

1. Melaksanakan perintah/pekerjaan yang layak dan sesuai kebutuhan perusahaan.
2. Mencapai prestasi kerja yang telah ditetapkan.
3. Menaati tata tertib/peraturan perusahaan dengan mengindahkan ketentuan
ketenagakerjaan yang berlaku.
4. Memberikan keterangan yang lengkap dan benar mengenai pekerjaan kepada
perusahaan dalam hubungan dengan tugasnya.
5. Menyimpan dan menjaga kerahasiaan semua keterangan yang didapat karena
jabatan atau dipercayakan kepadanya.
6. Menjaga dan merawat barang-barang milik perusahaan yang digunakan atau
dipercayakan kepadanya.
7. Memberikan saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan.

Pasal-5
STATUS DAN PENGGOLONGAN KARYAWAN
Berdasarkan pada sifat dan jangka waktu ikatan kerja yang ada, karyawan terbagi atas status
kekaryawannya, yaitu :
1. Karyawan Tetap
Adalah karyawan yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, diterima,
dipekerjakan, dan diberi imbalan jasa serta pada hubungan kerja dengan perusahaan
yang tidak terbatas waktunya.
2. Karyawan Kontrak
Adalah karyawan yang terikat pada hubungan kerja secara terbatas dengan
perusahaan atas kontrak/perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu (disesuaikan
dengan Undang-undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003).
3. Karyawan Harian
Adalah karyawan yang terikat pada hubungan kera secara terbatas dengan
perusahaan atas dasar pekerjaan harian secara terputus-putus yang sewaktu-waktu
sifatnya.
4. Karyawan Honorer
Adalah karyawan yang pada saat penerimaannya tidak dikenai persyaratan umum
penerimaan karyawan secara penuh, berhubungan dengan pekerjaannya (pasal 11).

BAB II
FORUM BIPARTIT
Pasal-6
Umum
Hubungan perburuhan/ketenagakerjaan yang berkembang dan dikembangkan dalam
perusahaan berasaskan pada hubungan industrial Pancasila dengan saling
menghormati.
Pasal-7
PERTEMUAN
Karyawan dan perusahaan bertekad untuk meningkatkan ketenangan kerja bagi
karyawannya dan ketenangan usaha bagi perusahaan. Untuk membina lancarnya
hubungan timbal balik maka perusahaan dan karyawan mengadakan pertemuanpertemuan :
1. Pertemuan rutin diadakan secara berkala.
2. Pertemuan Insidentil, dilakukan sewaktu-waktu untuk membahas masalahmasalah yang sifatnya mendesak.
Pasal-8
PEMBINAAN
Untuk lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja demi tercapainya tingkat
produktivitas yang optimal maka karyawan bertanggung jawab dengan cara :
1. Memelihara moral kerja ;
2. Meningkatkan disiplin kerja; dan
3. Menanamkan rasa tanggung jawab.
Pasal-9
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
1. Perusahaan memberikan biaya pendidikan dan pelatihan yang diharuskan oleh
perusahaan yang berkenan dengan jabatan atau pekerjaan karyawan yang
bersangkutan.
2. Perusahaan berhak mengadakan perjanjian/ikatan dinas kepada karyawan yang
telah disertakan dalam training.

BAB III
HUBUNGAN KERJA
Pasal-10
DASAR PENERIMAAN, PENEMPATAN, DAN MUTASI KARYAWAN
Penerimaan, penempatan, dan mutasi karyawan disadarkan atas pendayungan tenaga kerja
dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan perusahaan.
Pasal-11
PERSYARATAN UMUM PENERIMAAN KARYAWAN
Yang menjadi persyaratan umum karyawan adalah sebagai berikut.
1. Warga negara Indonesia yang dibuktikan dengan kartu identitas.
2. Berusia antara [......tahun] sampai dengan [.....tahun] pada saat penerimaan.
3. Berbadan dan berjiwa yang sehat.
4. Memenuhi tuntutan persyaratan jabatan pada saat penerimaan.
5. Bersedia menaati peraturan-peraturan dan tata tertib yang berlaku di perusahaan.
6. Tidak terlibat dalam organisasi terlarang.
7. Berlaku baik sesuai dengan surat keterangan dari pihak yang berwenang.
8. Tidak terkait dalam hubungan kerja secara formal dengan pihak lain/badan hukum
atau subjek lainnya.
Pasal-12
MASA PERCOBAAN
Penerimaan karyawan baru dilakukan melalui masa percobaan selama [.....bulan], dalam
masa percobaan, baik pihak karyawan maupun pihak perusahaan dapat memutuskan
hubungan kerja tanpa imbalan apapun.
Pasal-13
PENGANKATAN KARYAWAN TETAP
Apabila karyawan dinyatakan lulus dalam masa percobaan selama [......bulan], maka
karyawan dapat diangkat menjadi karyawan tetap, berdasarkan surat pengangkatan
pimpinan perusahaan.
Pasal-14
HUBUNGAN KERJA UNTUK JANGKA WAKTU TERTENTU
Perusahaan berhak mempekerjakan karyawan untuk masa jangka waktu tertentu, dan
syarat-syarat kerja dan ketentuan lainnya yang dinyatakan secara khusus dalam perjanjian
kerja yang diadakan antara karyawan yang bersangkutan dengan perusahaan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal-15
PANGKAT, JABATAN, DAN GOLONGAN
Rincian klasifikasi, jabatan, dan golongan diatur tersendiri.

1.
2.
3.
4.

Pasal-16
MUTASI DALAM PERUSAHAAN
Perusahaan berwenang memutasi karyawan dari devisi yang satu ke devisi yang lain,
dengan tujuan pendayagunaan tenaga kerja dan terciptanya efektivitas jabatan.
Mutasi bersifat mendidik, membimbing, dan tidak didasari pada hal-hal yang dapat
merugikan karyawan dan tidak merugikan hak-hak yang diterima karyawan.
Setiap mutasi ditetapkan dengan surat mutasi oleh pimpinan yang bertalian dari
perusahaan.
Dalam hal seorang yang kan dimutasi, kepada karyawan yang bersangkutan
diberitahukan terlebih dahulu sekurang-kuraangnya [......bulan] sebelumnya, kecuali
dalam keadaan mendesak yang mengakibatkan terganggunya operasional
perusahaan.

Pasal-17
PROMOSI
Perusahaan akan memberikan prioritas kepada karyawan yang memenuhi persyaratan untuk
mengisi jabatan lebih tinggi berdasarkan kriteria sebagai berikut.
1. Catatan prestasi kerja berdasarkan penilaian tingkat kecakapan minimal dalam masa
[......tahun]
2. Pendidikan.
3. Masa Kerja.
4. Kebutuhan Perusahaan.
Pasal-18
DEMOSI
1. Perusahaan dapat mengambil tindakan berupa pencabutan jabatan atau penurunan
jabatan dari karyawan yang melakukan perbuatan melanggar peraturan atau tata
tertib kerja dan aturan kedisiplinan.
2. Bagi karyawan yang menerima demosi, fasilitas kerjanya disesuaikan dengan jabatan
yang baru.

BAB IV
TATA TERTIB
Pasal-19
WAKTU DAN KEHADIRAN KERJA
1. Penetapan waktu kerja didasarkan pada kebutuhan perusahaan dengan
mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini Undangundang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
2. Berdasarkan ketentuan dan mengingat sifat pekerjaan di perusahaan, jam kerja
diatur sebagai berikut.
Hari Senin s/d Kamis : [Pukul........s/d...........WIB]
Istirahat selama
: [......menit(pukul......s/d.......WIB)]
Hari Jumat
: [Pukul........s/d........WIB]
Istirahat selama
: [......menit(pukul.......s/d.......WIB)]
Hari Sabtu
: Hari tidak kerja, kecuali di tempat-tempat tertentu
Hari Minggu
: Istirahat mingguan.
Penambahan istirahat hari Jumat dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada
karyawan yang beragama Islam akan menunaikan ibadah sholat Jumat.
3. Jam istirahat tidak dihitung sebagai jam kerja.
4. Untuk jenis pekerjaan tertentu dan atau giliran kerja beregu (shift) ditentukan waktu
kerja tersendiri dengan tetap mengindahkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
5. Pekerjaan yang dilakukan karyawan atas perintah atasan di luar ketentuan waktu
kerja di atas, dihitung sebagai jam lembur.
6. Setiap karyawan wajib hadir dan mulai bekerja waktu yang telah ditetapkan
perusahaan.
7. Karyawan wajib mencatat kehadirannya setiap datang dan pulang kerja.
8. Keterlambatan masuk kerja atau meninggalkan tempat kerja sebelum jam kerja
berakhir atau ketidakhadiran sehari penuh, dianggap sebagai pelanggaran tata tertib,
kecuali dengan izin atasan langsung karena alasan-alasan yang dapat diterima.
9. Karyawan yang tidak masuk kerja karena sakit atau karena alasan lain yang dapat
diterima oleh perusahaan, wajib memberitahukan kepada atasannya selambatlambatnya [pukul..........] pada hari kerja tersebut.
Apabila ketidakhadiran karena :
a. Sakit, diwajibkan membawa surat keterangan sakit darri dokter.
b. Hal-hal lain, diwajibkan membuat pemberitahuan tertulis.
10. Karyawan diwajibkan mengenakan pakaian yang sopan, rapi, dan tidak
diperkenankan mengenakan sendal.

Pasal-20
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

1. Perusahaan wajib menyediakan tempat sarana kerja yang nyaman bersih dan
konduktif.
2. Setiap karyawan diwajibkan ikut menjaga ketertiban, keamanan, kebersihan,
keselamatan kerja di lingkungan kerjanya.
3. Setiap karyawan diwajibkan memelihara barang-barang, aset perusahaan.
4. Setiap karyawan dilarang membawa, memindahkan, dan meminjamkan barang
barang milik perusahaan tanpa izin yang berwenang.
5. Setiap karyawan mendapat alat kelengkapan kerja.
6. Dalam rangka pembinaan keselamatan kerja perusahaan dapat membentuk Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).
7. P2K3 terdiri atas wakil-wakil stiap devisi.
8. P2K3 bertugas mencegah terjadinya kecelakaan dan pengawasan keselamatan kerja.

Pasal-21
TANGGUNG JAWAB PENGAWASAN
1. Setiap pimpinan perusahaan/atasan langsung dari setiap kelompok karyawan
bertanggung jawab atas berlakunya peraturan perusahaan, serta menjaga tegaknya
kedisiplinan karyawan yang berada di bawah pengawasannya.
2. Setiap pimpinan perusahaan/atasan langsung menggunakan sanksi terhadap
bawahannya apabila terdapat alasan-alasan yang menurut peraturan memerlukan
tindakan tersebut.

BAB V
BALAS JASA

Pasal-22
PENGERTIAN UMUM
1. Yang dimaksud dengan balas jasa adalah keseluruhan penghasilan karyawan yang
diterima dari perusahaan sebagai imbalan atas segala kegiatan yang telah dilakukan
oleh karyawan bagi kepentingan perusahaan.
2. Struktur balas jasa terdiri atas :
a. Gaji Pokok
b. Tunjangan
3. Yang dimaksud dengan gaji pokok adalah jasa berupa uang yang diterima oleh
karyawan secara tetap setiap bulan, berdasarkan nilai/harga jabatan dan prestasi
karyawan.
4. Yang dimaksud dengan tunjangan adalah balas jasa berupa uang di luar gaji pokok
sehubungan dengan status karyawan/golongan/jabatan dalam perusahaan.
5. Jumlah gaji pokok dan beberapa tunjangan berupa uang yang diterima setiap bulan
disebut UPAH.
6. Sesuai dengan ketentuan Undang-undang No.7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan, balas jasa yang diberikan dalam bentuk uang akan dipungut pajak
penghasilan.
7. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 Pasal 4, upah tidak dibayar
apabila karyawan tidak melakukan pekerjaan(absen) kecuali hal ini terjadi oleh
sebab-sebab yang tercantum dalam peraturan yang sama.

Pasal-23
UPAH LEMBUR
1. Yang dimaksud dengan kerja lembur adalah kerja yang dilakukan oleh karyawan di
luar jam kerja yang telah ditetapkan perusahaan, ataupun pada hari istirahat
mingguan atau pada hari libur.
2. Upah lembur diberikan kepada karyawan yang melakukan kerja lembur minimum 30
menit atau upah lembur diberikan kepada karyawan yang tidak mendapat tunjangan
jabatan.
3. Dasar perhitungan upah lembur sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Republik Indonesia No. 72/MEN/1984 tanggal 31 Maret 1984 sebagai berikut :
a. Tarif Upah Lembur atau TUL per jam
- Untuk pekerja bulanan
= 1/173 x upah sebulan
- Untuk pekerja harian
=3/20 x upah sehari
b. Besar upah lembur untuk tiap jam kerja diatur sebagai berikut.
Hari

Jam

Upah Lembur

Hari Kerja
Biasa
Hari Libur/Raya
Dan
Istirahat Minggu

Jam I
Jam II dst
Jam I s/d VII
Jam VIII
Jam IX dst

1.5 x TUL
2 x TUL
2 x TUL
3 x TUL
4 x TUL

4. Untuk karyawan dengan status kontrak, honorer, dan khusus, berlaku tarif upah
lembur untuk pekerjaan bulanan.

Pasal-24
GAJI POKOK
1. Peninjauan gaji pokok karyawan dilakukan sekurang-kurangnya 1(satu) kali dalam
setahun, berdasarkan tingkat kenaikan biaya hidupnya atau index harga konsumen,
kemampuan perusahaan, dan prestasi kerja serta ketentuan upah minimum yang
berlaku setiap provinsi.
2. Atasan langsung mempunyai wewenang untuk mengusulkan kenaikan gaji pokok
karyawan yang dipimpin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Apabila karyawan berhalangan, upah dapat dibayarkan kepada pihak ketiga yang
disertai surat kuasa dari karyawan yang bersangkutan di atas materai yang cukup.
4. Berdasarkan status karyawan, upah diatur dengan cara sebagai berikut.
a. Karyawan Tetap
- Pembayaran diatur menurut upah bulanan
- Dalam tiap tahun dinas karyawan menerima 12 x gaji pokok yang dibayar
bulanan.
- Upah dibayar pada akhir bulan.
b. Karyawan Kontrak
Pengupahan untuk karyawan kontrak diatur dan disepakati bersama dalam surat
perjanjian kerja antara perusahaan dan karyawan yang bersangkutan dan berlaku
selama masa kontrak.
c. Karyawan Harian
- Penggajian untuk karyawan harian diperhitungkan menurut jumlah kehadiran
kerja karyawan dalam seminggu/sebulan.
- Gaji pokok harus ditetapkan sesuai dengan jenis pekerjaan dengan
mengindahkan peraturan perundang-undangan mengenai ketentuan upah
minimum
d. Karyawan Honorer
Penggajian untuk karyawan honorer diatur tersendiri berdasarkan jenis pekerjaan
dan jumlah waktu yang disepakati bersama.

Pasal-25
PAJAK PENGHASILAN
Perusahaan melaksanakan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 7 Tahun 1983).

Pasal-26
UPAH DALAM MENJALANKAN TUGAS NEGARA
Kepada karyawan yang menjalankan kewaiban negara sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindingan Upah, maka ketentuan upah diatur
sebagai berikut.
a. Perusahaan wajib membayar upah karyawan maksimum selama 1(satu) tahun
bilamana karyawan menjalankan kewajiban negara, karyawan tidak menerima upah
dari negara.
b. Perusahaan berkewajiban membayar selisih upah karyawan bilamana upah yang
diperoleh kurang dari yang biasa diterima di perusahaan, dengan jangka waktu
maksimum 1(satu) tahun.
c. Perusahaan tidak diwajibkan membayar upah karyawan, bilamana selama
menjalankan kewajiban negara tersebut karyawan telah memperoleh upah dan
tinjauan lainnya yang besarnya sama atau lebih dari upah yang biasa diterima dari
perusahaan.
Pasal-27
UPAH SELAMA PEMBEBASAN TUGAS SEMENTARA
1. Kepada karyawan yang melakukan pelanggaran tata tertib perusahaan yang dapat
mengakibatkan dikenakannya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dapat dikenakan
tindakan Pembebasan Tugas Sementara (skorsing).
2. Selama dalam pembebasan tugas sementara kepada karyawan tersebut diberikan
upah sebesar 75% dari gaji yang diterima setiap bulan.
3. Bila kesalahan karyawan tersebut tidak terbukti, perusahaan wajib memberikan ganti
rugi kepada karyawan sebanyak-banyaknya sebesar selisih dari gaji pokok yang
seharusnya diterima dalam masa Pembebasan Tugas Sementara.
4. Pembebasan tugas sementara ini diberikan terbatas dalam jangka waktu paling lama
6 (enam) bulan.
Pasal-28
UPAH SELAMA SAKIT BERKEPANJANGAN

1. Dalam hal karyawan menderita sakit dan dirawat di rumah sakit atau di rumah
sendiri di bawah pengawasan dokter sehingga karena sakitnya karyawan tidak dapat
melaksanakan pekerjaannya, perusahaan akan membayar upah karyawan sebagai
berikut.

2.

3.

4.

5.

Lama Sakit
Upah yang dibayarkan
a. 3 (Tiga) bulan pertama
100% x upah
b Lebih dari 3 bulan s/d 6 bulan
75% x upah
.
c. Lebih dari 6 bulan s/d 9 bulan
50% x upah
d Lebih dari 9 bulan s/d 12 bulan
25% x upah
.
Sesuai Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 Pasal 5 ayat 2.
Ketentuan pembayaran upah dengan bertahap berlaku bagi karyawan yang sakit
terus-menerus. Yang termasuk sakit terus-menerus adalah penyakit menahun atau
berkepanjangan, yang setelah sakit terus-menerus atau terputus-putus kemudian
kembali bekerja, tapi dalam tenggang waktu kurang dari 4 minggu sakit kembali.
Biaya perawatan selama sakit diberikan oleh perusahaan sebagai sumbangan,
dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam 38 dan 39 peraturan
perusahaan ini.
Terhadap karyawan yang sakit selama 1 tahun penuh secara terus-menerus, akan
dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja sesuai dengan ketentuan UU No. 12 Tahun
1964 jo Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. 150/MEN/2000.
Penggantian ini berlaku bagi karyawan dengan status karyawan tetap.

Pasal-29
UPAH SELAMA DITAHAN YANG BERWAJIB
1. Bilamana karyawan ditahan oleh pihak yang berwajib, upahnya diatur sebagai
berikut.
a. Ditahan bukan berdasarkan pengaduan perusahaan, kepada keluarga karyawan
diberikan tunjangan yang berdasarkan atas dasar jumlah anggota keluarga, yaitu:
- 1(satu) orang tanggungan 25% x gaji
- 2(dua) orang tanggungan 35% x gaji
- 3(tiga) orang tanggungan 45% x gaji
- 4(empat) orang tanggungan 50% x gaji
b. Ditahan berdasarkan pengaduan perusahaan, upah karyawan dibayar 75% dari
gaji. Dalam hal pekerja ditahan oleh pihak yang berwajib karena pengaduan
perusahaan selama yang di-PHK belum diizinkan P4D/D maka perusahaan wajib
membayar upah karyawan 75%
2. Jangka waktu pembayaran upah karyawan atau pemberian tunjangan kepada
keluarga tersebut berlaku paling lama 6(enam) bulan.

Pasal-30
UPAH SELAMA KARYAWAN DIRUMAHKAN
1. Apabila terjadi situasi/kondisi di mana perusahaan terpaksa menghentikan
sebagian/seluruh kegiatan/usaha pekerjaan, perusahaan mengambil tindakan
“merumahkan” kepada karyawan.
2. Selama dalam masa “dirumahkan” kepada karyawan diberikan gaji pokok.
3. Masa “dirumahkan” paling lama 1(satu) tahun.

Pasal-31
FASILITAS TRANSPORT
1. Fasilitas transport adalah fasilitas yang dapat berupa uang, antar-jemput, atau
fasilitas kendaraan yang diberikan perusahaan kepada karyawan. Untuk fasilitas
berupa uang diberikan berdasarkan kehadiran untuk perjalanan pergi dan pulang
kerja dari tempat kerja.
2. Karyawan yang bekerja lembur pada hari libur/raya diberikan fasilitas transport.
3. Besar/jenis fasilitas transport diatur dalam ketentuan tersendiri.

Pasal-32
BIAYA PERJALANAN DINAS
1. Kepada karyawan yang menjalankan peralanan dinas diberikan uang perjalanan
dinas.
2. Karyawan dianggap melakukan perjalanan dinas, apabila melakukan perjalanan dinas
dalam rangka melaksanakan tugas perusahaan ke luar kota/luar negeri.
3. Macam alat transportasi yang digunakan dalam menjalankan perjalanan dinas
disesuaikan dengan :
- Sarana transportasi yang ada di tempat tujuan
- Golongan karyawan yang melakukan perjalanan dinas
4. Biaya perjalana dinas mencangkup : biaya makan, penginapan, uang saku, dan uang
transport.
5. Besar biaya perjalanan dinas didasarkan pada :
- Golongan karyawan
- Tempat pelaksanaan tugas
- Fasilitas yang diberikan perusahaan di tempat perjalanan dilaksanakannya tugas

6. Berdasarkan pada ketentuan-ketentuan di atas, ditetapkan biaya perjalanan dinas
bagi setiap karyawan dengan suatu ketetapan dan diatur tersendiri.
Pasal-33
FASILITAS MAKAN
1. Fasilitas makan adalah tunjangan yang diberikan perusahaan kepada karyawan
setelah sekurang-kurangnya bekerja 4 jam berturut-turut dan melampaui jam makan
siang (siang pukul 12.00 WIB dan malam pukul 19.00 WIB).
2. Fasilitas makan berupa uang makan diberikan kepada karyawan dengan ketentuan
diatur sendiri.
3. Perusahaan berhak mengubah fasilitas makan melalui jasa catering, bila hal tersebut
dipandang perlu.
Pasal-34
TUNJANGAN HARI RAYA
1. Tunjangan Hari Raya (THR) keagamaan adalah bantuan yang diberikan perusahaan
kepada karyawan agar dapat merayakan hari raya keagamaan, dengan ketentuan
pembayaran diatur sebagai berikut.
a. Karyawan dengan masa kerja kurang dari 3(tiga) bulan tidak berhak menerima
THR.
b. Karyawan dengan masa kerja 3(tiga) bulan atau lebih tetapi kurang dari 1(satu)
tahun menerima THR yang diatur secara proposional.
c. Karyawan dengan masa kerja di atas 1(satu) menerima THR secara penuh.
2. Besar tunjangan THR adalah maksimal 1(satu) bulan gaji.
3. THR diberikan paling lambat 2(dua) minggu menjelang hari raya keagamaan.

BAB VI
JAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN
Pasal-35
PENGERTIAN UMUM
Jaminan sosial/kesejahteraan karyawan adalah bantuan yang diberikan perusahaan kepada
karyawan dalam rangka perlindungan, perawatan, dan kesejahteraan karyawan.

Pasal-36
JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
1. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 1992, semua karyawan yang berusia di bawah 55
tahun diikutsertakan dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja pada Jamsostek.
2. Jaminan yang diberikan meliputi :
a. Jaminan kecelakaan dalam hubungan kerja
b. Jaminan hari tua
c. Jaminan kematian
3. Besarnya iuran untuk Jamsostek sesuai dengan ketentuan yang berlaku UndangUndang No. 3 Tahun 1993 jo Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993.

Pasal-37
FASILITAS PENGOBATAN
1. Fasilitas pengobatan adalah fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawan
dan keluarga inti dalam batas tertentu sebagai bantuan biaya pengobatan.
2. Fasilitas pengobatan untuk keluarga karyawan berlaku setelah karyawan melewati
masa percobaan.
3. Fasilitas pengobatan mencangkup hal-hal :
a. Biaya pemeriksaan dokter umum/specialis
b. Biaya pembelian obat-obatan berdasarkan resep dokter
c. Biaya perawatan/pengobatan gigi
d. Biaya pengobatan mata
e. Fasilitas fisioterapi atas dasar rekomendasi dari dokter
f. Psikiatri
4. Fasilitas pengobatan bersifat sosial sesuai kemampuan perusahaan dan dibatasi
dalam 1(satu) tahun. Batas umum fasilitas pengobatan selama 1(satu) tahun untuk
karyawan beserta keluarganya diatur tersendiri.
5. Periode satu tahun untuk ketetapan jumlah fasilitas pengobatan diperhitungkan
sebagai tahun takwin (Januari s/d Desember).
6. Untuk perhitungan fasilitas pengobatan ini ditetapkan batas minimum dan batas
maksimumnya yang besarnya akan diatur tersendiri.
7. Apabila karena suatu hal, karyawan hanya dinas sebagian dari waktu satu tahun
kalender, batas fasilitas pengobatan dihitung secara proporsional 1 bulan = 1/12 dari
batas waktu maksimum. Waktu dinas kurang dari 1 bulan dibulatkan menjadi 1
bulan.
Pasal-38
SUMBANGAN RUMAH SAKIT

1. Sumbangan rumah sakit adalah sumbangan yang diberikan kepada karyawan dan
keluarganya untuk kepentingan perawatan di rumah sakit berdasarkan keterangan
tertulis dari dokter dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan.
2. Penggantian biaya rumah sakit yang dimaksud adalah :
a. Biaya kamar
b. Biaya-biaya lain yang timbul sebagai akibat dari perawatan dalam rumah sakit.
3. Besar sumbangan rumah sakit tersebut di atas besarnya diatur sendiri.
4. Sumbangan rumah sakit dimaksud setelah karyawan melewati masa percobaan.
5. Perawatan karena keguguran kandungan atas anjuran dokter termasuk dalam
sumbangan rumah sakit.

Pasal-39
SUMBANGAN KACAMATA
1. Sumbangan kacamata hanya diberikan untuk karyawan yang telah melewati masa
percobaan dengan baik dan diangkat menjadi karyawan tetap.
2. Sumbangan kacamata diberikan berdasarkan resep dokter specialis mata.
3. Biaya pemeriksaan dokter diperhitungkan dari jatah tahunan biaya pengobatan
karyawan.
4. Besar sumbangan pembelian kacamata akan diatur tersendiri.
5. Batas pemberian sumbangan pembelian kacamata 1 kali per tahun.

Pasal-40
SUMBANGAN UANG KEDUKAAN
1. Sumbangan kedukaan adalah sumbangan yang diberikan kepada karyawan atau
keluarganya yang meninggal.
2. Penerimaan sumbangan kedukaan adalah salah satu yang ditetapkan sebagai berikut.
a. Dalam hal karyawan yang meninggal dunia, sumbangan diberikan pada ahli
warisnya yang sah/terdaftar di perusahaan.
b. Dalam hal keluarga karyawan yang meninggal dunia, sumbangan diberikan
kepada karyawan yang bersangkutan. Bagi karyawan lajang, ketentuan ini berlaku
jika orang tuanya meninggal.
3. Karyawan yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja/kecelakaan dalam hubungan
kerja akan mendapat santunan akibat kecelakaan kerja dari Jamsostek di mana

pengurusnya akan dibantu oleh perusahaan, sesuai dengan Undang-undang No. 3
Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993, dengan ketentuan sebagai
berikut.
a. Santunan Personal Accident atau sumbangan dan santunan jasa kerja yang
besarnya diatur tersendiri.
b. Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Kematian (JK) dibayarkan oleh PT. Jamsostek.
c. Upah pada bulan sedang bekerja diberikan penuh, santunan tersebut akan
diberikan pada ahli warisnya.
Pasal-41
SUMBANGAN UANG KELAHIRAN
1. Perusahaan dapat memberikan sumbangan bersalin/melahirkan kepada karyawan
atau istri karyawan telah menjadi karyawan tetap.
2. Sumbangan bersalin diberikan maksimum hingga 3(tiga) kali melahirkan atau anak
ketiga.
3. Untuk kelahiran anak kembar, sumbangan diberikan dengan memperhitungkan
jumlah anak maksimal 3(tiga) orang.
4. Dalam hal terjadi kelahiran abnormal di mana harus dilakukan operasi/pembedahan
dan atau keguguran/kuret, yang diberikan adalah sumbangan rumah sakit dan
bantuan untuk mendapatkan sumbangan bersalin dalam bentuk uang tunai menjadi
batal.
5. Ketentuan ini berlaku bagi karyawan dari pernikahan yang sah sesuai dengan
ketentuan undang-undang pernikahan yang berlaku dan dari pernikahan yang
pertama.
6. Besar sumbangan melahirkan akan diatur tersendiri.
Pasal-42
KELUARGA BERENCANA
1. Perusahaan menunjang program pemerintah di bidang Keluarga Berencana (KB).
2. Pelayanan KB yang dimaksud pada ayat 1 tersebut di atas adalah sebagai berikut :
a. Penggantian biaya konsultasi
80%
b. Penggantian biaya alat kontrasepsi
80%
3. Biaya penggantian pelayanan KB termasuk di dalam tunjangan pengobatan.

Pasal-43
SUMBANGAN PERNIKAHAN
1. Sumbangan pernikahan adalah sumbangan untuk pernikahan pertama
karyawan/karyawati.
2. Ketentuan ini berlaku bagi karyawan/karyawati dengan status karyawan tetap.

3. Besar sumbangan ini diatur tersendiri.

Pasal-44
KESEMPATAN IBADAH
Perusahaan memperhatikan pembinaan moral para karyawan dengan memberikan
kesempatan bagi karyawan untuk melaksanakan ibadah menurut agama dan kepercayaan
masing-masing.

BAB VII
HARI LIBUR DAN CUTI

Pasal-45
HARI LIBUR
Hari-hari libur yang diakui oleh perusahaan adalah hari-hari libur resmi yang ditetapkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia setiap tahunnya.

Pasal-46
ISTIRAHAT TAHUNAN

1. Istirahat tahunan adalah hari-hari istirahat karyawan setelah mengalami masa kerja
selama 12(dua belas) bulan secara terus-menerus.
2. Lama istirahat tahunan ditetapkan 2(dua) minggu (UU No. 1 Tahun 1951, pasal 14
ayat 1) atau secara keseluruhan berjumlah 12 hari kerja untuk masa kerja sampai
dengan 6 tahun.
3. Perusahaan berhak mengatur hari-hari istirahat tahunan karyawan untuk menjamin
kelangsungan kegiatan kerja perusahaan, sesuai dengan undang-undang yang
berlaku, dengan memperhatikan kepentingan karyawan.
4. Hari-hari istirahat tahunan ini tidak dapat diuangkan.
5. Hak istirahat tahunan menjadi gugur apabila setelah 6(enam) tahun sejak lahirnya
hak tersebut timbul, tetapi karyawan tidak mengambilnya.
6. Bagi karyawan dengan status hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu yang
lamanya satu tahun atau lebih berlaku peraturan ini.
7. Istirahat tahunan dapat diambil/ditetapkan dalam beberapa bagian sedikitnya terdiri
atas masa kerja 6(enam) tahun dengan terus menerus. Kecuali ada kesepakatan dari
karyawan dan perusahaan.

Pasal-47
ISTIRAHAT HAID
1. Karyawati tidak diwajibkan bekerja pada hari pertama dan kedua waktu haid dengan
tetap mendapat upah, dengan melampirkan surat rekomendasi istirahat dari dokter.
2. Namun demikian dikarenakan alat/obat-obatan semakin baik, dihimbau agar
karyawati tetap bekerja sepanjang hal itu tidak menggangu kesehatan.
3. Peleksanaan istirahat haid dilaksanakan dengan memberitahukan pada pimpinan
kerjanya.
4. Hal istirahat haid ini tidak dapat digantikan atau diuangkan.

Pasal-48
ISTIRAHAT MELAHIRKAN
Kepada karyawati yang melahirkan, diberikan hak istirahat selama tiga bulan,
pelaksanaannya diatur sebagai berikut.
a. 1 ½ bulan sebelum melahirkan menurut perhitungan dokter/bidan yang merawatnya.
b. 1 ½ bulan setelah melahirkan dan dengan tetap mendapatkan upah (pasal 13 UU No.
1 Tahun 1951).

Pasal-49

IZIN MENINGGALKAN PEKERJAAN MENDAPATKAN UPAH
1. Karyawan berhak mendapatkan izin meninggalkan pekerjaan dengan mendapat upah
dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Karyawan sendiri melangsungkan pernikahan : 2 hari
b. Anak karyawan melangsungkan pernikahan
: 2 hari
c. Istri sah karyawan melahirkan
: 1 hari
d. Anggota keluarga karyawan meninggal dunia,
yaitu suami istri, orang tua, mertua, dan anak
dan anak yang sah
: 2 hari
e. Saudara kandung meninggal dunia
: 1 hari
f. Khitan/Baptisan anak karyawan
: 1 hari
g. Hari ujian kesarjanaan yang ada hubungannya
dengan kedinasan karyawan
: 1 hari
h. Ujian yang mengambil waktu lebih dari 1 hari akan diperhitungkan dari hak cuti
tahunan
i. Mendapatkan musibah atau bencana alam, dapat diberikan sesuai dengan waktu
yang dianggap perlu.
j. Menjalankan/menunaikan ibadah haji untuk pertama kali diberikan sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981.
k. Memenuhi panggilan pengadilan atau pihak yang berwajib, dapat diberikan
sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.
2. Apabila hal itu terjadi di luar Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (JABOTABEK),
setiap keperluan itu mendapat izin tambahan selama 2 hari dengan memperhatikan
kasusnya.
3. Untuk pengurusan keperluan-keperluan pribadi lainnya, yang dipandang layak oleh
perusahaan, kepada karyawan dapat diberikan izin meninggalkan pekerjaan yang
diperhitungkan dari hak istirahat/cuti tahunan karyawan tersebut.

Pasal-50
IZIN MENINGGALKAN PEKERJAAN TANPA UPAH
1. Karyawan yang telah menjalani dinas selama 3 tahun terus menerus pada
perusahaan lain dalam grup yang sama, dapat diperoleh izin meninggalkan pekerjaan
tanpa upah.
2. Lama waktu meninggalkan pekerjaan ini tidak melebihi 1 bulan, dan harus diambil
minimal 10 hari kerja.
3. Selama meninggalkan pekerjaan, kepada karyawan yang bersangkutan tidak dibayar
upah serta keuntungan-keuntungan lain yang berhubungan dengan pekerjaan untuk
bulan tersebut.
4. Setelah berakhirnya masa tersebut, karyawan yang bersangkutan masih dapat
menjabat jabatan semula.

5. Pengaturan selanjutnya mengenai fasilitas-fasilitas lain berupa upah, akan ditetapkan
kemudian.
6. Yang mendapat izin ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan keperluan :
- Keagamaan
- Pendidikan
- Urusan dengan kepentingan nasional

Pasal-51
IZIN KHUSUS
Izin khusus adalah izin yang diberikan perusahaan kepada karyawan untuk meninggalkan
pekerjaannya dengan mendapat upah untuk keperluan-keperluan tertentu demi
kepentingan nasional ataupun regional dengan maksimum waktu 6(enam) hari kerja dalam
1(satu) tahun takwin.

BAB VIII
SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB KERJA DAN ATURAN KEDISIPLINAN

Pasal-52
DISIPLIN DAN SANKSI
Perusahaan dan karyawan menyadari bahwa disiplin kerja perlu ditegakkan maka
pelanggaran tata tertib kerja dan aturan kedisiplinan dapat dikenakan sanksi. Dalam
menentukan sanksi dipertimbangkan berat ringannya kesalahan/pelanggaran yang dilakukan
serta hal-hal yang memengaruhi terjadinya kesalahan/pelanggaran tersebut.
1. Sanksi didasarkan pada :
a. Macam pelanggaran
b. Frekuensi (seringnya/pengulangan) pelanggaran
c. Besar/kecilnya pelanggaran
d. Tata tertib perusahaan
e. Unsur kesengajaan
2. Akibat dari pelanggaran tata tertib kerja dan aturan kedisiplinan ditetapkan dengan
sesuai dengan tingkat berikut.
a. Teguran

b.
c.
d.
e.
f.

Surat teguran
Surat Peringatan pertama
Surat Peringatan kedua
Surat Peringatan ketiga
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Pasal-53
TEGURAN
Pelanggaran yang dikategorikan sebagai tingkat pelanggaran yang berakibat diberikan sanksi
teguran adalah :
1.
2.
3.
4.

Datang terlambat tanpa alasan yang wajar.
Meninggalkan tempat kerja atau pulang lebih awal tanpa izin dari atasannya.
Tidak menaati pengarahan atasan.
Dalam melakukan tugas tidak mengenakan alat-alat/perlengkapan keselamatan kerja
dan atau seragam yang diberikan.
5. Memberikan keterangan yang tidak benar.
6. Tidur pada saat jam kerja.
Pasal-54
SURAT TEGURAN
Pelanggaran yang dikategorikan sebagai tingkat pelanggaran yang berakibat diberikan sanksi
surat teguran adalah :
1. Terlambat masuk kerja, pulang lebih awal, meninggalkan tugasnya untuk kepentingan
pribadi, sebanyak 3 kali dalam sebulan.
2. Mangkir 2 hari dalam sebulan, tanpa laporan/keterangan tertulis atau memberi
laporan yang ternyata terbukti laporan palsu.
3. Pengulangan pelanggaran atas sanksi teguran
4. Mengganggu ketenangan dan ketertiban di tempat kerja.
5. Beristirahat tidak pada tempat yang ditentukan.
6. Masuk/keluar perusahaan tidak melalui pintu yang telah ditetapkan.
7. Menggunakan barang-barang perusahaan untuk kepentingan pribadi tanpa izin dari
pihak yang berwenang.
8. Melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan kecelakaan.

Pasal-55
SURAT PERINGATAN PERTAMA
Pelanggaran yang dikategorikan sebagai tingkat pelanggaran yang berakibat diberikan sanksi
surat peringatan pertama adalah :
1. Terlambat masuk kerja 12(dua belas) kali dalam sebulan.
2. Mangkir 3(tiga) kali dalam sebulan.
3. Peningkatan sanksi pelanggaran dari surat teguran yang berat jenisnya dan atau
beratnya pelanggaran yang sama.
4. Bekerja tidak sesuai dengan tugas standart operasi yang ditentukan baginya
5. Melakukan perbuatan yang dapat merugikan perusahaan.
6. Tidak melapor pada atasannya tentang adanya gangguan keamanan yang diketahui,
yang dapat merugikan perusahaan.
7. Ceroboh melakukan pekerjaan yang dapat menimbulkan kecelakaan/bahaya bagi
dirinya sendiri atau orang lain.
8. Bekerja secara tidak cermat, kurang hati-hati sehingga dapat menimbulkan
kerusakan, kerugian, dan atau bahaya bagi dirinya/orang lain dan perusahaan.
9. Menolak perintah/penugasan yang layak dari atasan.
10. Tidak hati-hati, menaruh atau menempatkan alat kerja atau barang milik perusahaan
sehingga mengakibatkan hilangnya barang/alat tersebut.
Pasal-56
SURAT PERINGATAN KEDUA
Pelanggaran yang dikategorikan sebagai tingkat pelanggaran yang berakibat diberikan
sanksi surat peringatan kedua ketika dalam masa waktu 6(enam) bulan mengulangi
kesalahan seperti pada pasal 55.
Pasal-57
SURAT PERINGATAN KETIGA

Pelanggara yang dikategorikan sebagai tingkat pelanggaran yang berakibat diberikan
sanksi surat peringatan ketiga adalah :


Dalam masa 6(enam) bulan tetap melakukan pelanggaran pada pasal 55



Mangkir 4(empat) hari berturut-turut



Setelah tiga kali berturut-turut karyawan tetap menolak untuk menaati perintah
atau penugasan yang layak dari atasannya.



Membawa senjata api dan atau membawa senjata tajam ke dalam lingkungan
perusahaan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan



Melakukan tindakan yang dapat melakukan keonaran dan merugikan
perusahaan.



Melakukan kewajiban/tugas yang serampang yang menimbulkan kerugian bagi
perusahaan.



Merokok atau membuat api di tempat yang terdapat tanda larangan dan atau
yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran.



Ceroboh melakukan pekerjaan sehingga menimbulkan kerugian atau kecelakaan
bagi dirinya sendiri, orang lain, dan perusahaan.



Memindahkan barang milik perusahaan dari tempatnya dengan niat untuk
memiliki.



Tidak cakap melakukan pekerjaan walaupun sudah dicoba beberapa kali.

Pasal-58
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Pelanggaran yang dikategorikan sebagai tingkat pelanggaran yang berakibat diberikan sanksi
Pemutusan Hubungan Kerja(PHK) adalah:

1. Peningkatan sanksi pelanggaran dari surat peringatan ketiga yang sejenis dan atau
berat pelanggarannya sama sebelum masa sanksi berakhir (enam bulan).
2. Mangkir 5(lima) hari secara berturut-turut.

3. Melakukan tindakan penggelapan, pencurian, penipuan, dan pemalsuan.
4. Memperdagangkan barang terlarang, baik dalam lingkungan perusahaan maupun di
luar lingkungan perusahaan.
5. Melakukan penganiayaan, penghinaan, tindak kekerasan, mengancam perusahaan
atau karyawan beserta keluarganya.
6. Menyuruh,membujuk atau ikut serta melakukan perbuatan yang melanggar
hukum/norma kesusilaan terhadap perusahaan atau karyawan beserta keluarganya.
7. Merusak, merugikan, atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik
perusahaan, baik dengan sengaja maupun karena kecerobohan.
8. Memberikan keterangan palsu pada saat membuat perjanjian kerja atau dokumen
persyaratan kerja.
9. Membongkar rahasia perusahaan atau mencemarkan nama baik pimpinan
perusahaan dan keluarganya yang harus dirahasiakan, kecuali untuk kepentingan
negara.
10. Berjudi, minum-minuman keras, dan atau mabuk, madat, menyalahgunakan obatobatan.
11. Menerima pemberian imbalan jasa dari siapapun untuk melakukan hal-hal yang
merugikan perusahaan.
12. Melakukan perbuatan asusila di tempat kerja.
13. Dengan sengaja atau ceroboh membahayakan atau membiarkan dirinya atau teman
sekerja dalam keadaan bahaya.

BAB IX
PUTUSNYA HUBUNGAN KERJA
Pasal-59
UMUM
1. Pemutusan hubungan kerja adalah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan atau
pekerja untuk memutuskan/mengakhiri hubungan kerja, baik putus karena hukum
maupun akibat pelanggaran peraturan-peraturan yang ditentukan dalam perusahaan
atau peraturan perundang-undangan.
2. Putusnya hubungan kerja dapat terjadi dalam hal :
a. Pada masa percobaan
b. Mengundurkan diri
c. Berakhirnya jangka waktu yang diperjanjikan
d. Sakit berkepanjangan
e. Meninggal dunia
f.

Mencapai batas usia kerja

g. Pelanggaran tata tertib kerja
h. Putusan pengadilan
i.

Pemberhentian umum

j.

Tidak cakap kerja

k. Berkali-kali menolak perintah atasan

Pasal-60

DALAM MASA PERCOBAAN
1. Masa percobaan dilakukan selama 3(tiga) bulan dan dapat diperpanjang maksimal
3(tiga) bulan berikutnya.
2. Perusahaan sewaktu-waktu berhak melakukan pemutusan kerja dengan karyawan
yang bersangkutan, bila dalam masa percobaan karyawan tidak memenuhi kualifikasi
perusahaan.
3. Pemutusan hubungan kerja ini tidak disertai dengan pemberian imbalan/uang jasa
ataupun pesangon.

Pasal-61
MENGUNDURKAN DIRI
1. Bagi karyawan yang mengundurkan diri wajib memberitahukan minimal 30 hari
sebelumnya secara tertulis kepada perusahaan.
2. Kepada karyawan yang mengundurkan diri, perusahaan tidak berkewajiban
membayar uang pesangon, tetapi akan memberikan uang jasa sesuai ketentuan yang
berlaku dengan mengacu Kepmen No. 150/MEN/2000 Pasal 23 dan 24.

Pasal-62
BERAKHIRNYA JANGKA WAKTU YANG DIPERJANJIKAN
1. Sesuai dengan syarat-syarat kerja yang dinyatakan dalam isi surat perjanjian kontrak
kerja, tanggal berakhirnya hubungan kerja antara karyawan dan perusahaan untuk
periode tersebut.
2. Bilamana dianggap perlu, dengan persetujuan kedua belah pihak kokntrak dapat
diperpanjang untuk satu periode lagi yang lamanya tidak melebihi periode lama.
3. Dengan berakhirnya kontrak kerja, perusahaan tidak berkewajiban untuk
memberikan imbalan/pesangon di luar hal-hal yang tercantum dalam surat kontrak.

Pasal-63
SAKIT YANG BERKEPANJANGAN

1. Perusahaan dapat memutuskan hubungan kerja dengan karyawan yang menderita
sakit terus-menerus selama 12 bulan(1 tahun).
2. Maksud dari sakit yang berkepanjangan telah dijelaskan dalam pasal 28 ayat 2 sesuai
dengan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE-91/MEN/1982 tanggal 04-01-1986.
3. Untuk melaksanakan administrasi pemutusan hubungan kerja, perusahaan
berpedoman pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.
150/MEN/2000.

Pasal-64
MENINGGAL DUNIA
1. Meninggalnya karyawan mengakibatkan hubungan kerja terputus dengan sendirinya.
2. Dalam hal meninggal oleh kecelakaan kerja, kepada ahli waris diberikan santunan
sebagaimana diatur dalam pasal 40 dalam peraturan ini.
3. Dalam hal meninggalnya karyawan bukan disebabkan oleh kecelakaan kerja, ahli
warisnya diberikan sumbangan kedukaan sebagaimana diatur oleh pasal 40 dalam
peraturan ini serta disesuaikan dengan Kepmen No. 150/MEN/2000.
Pasal-65
MENCAPAI BATAS USIA KERJA
1. Batas usia kerja di perusahaan ditetapkan pada saat dicapainya usia 55 tahun
berdasarkan data yang ada di perusahaan.
2. Atas pertimbangan tertentu, perusahaan dapat meminta kepada karyawan yang
telah mencapai usia sebagaimana ayat 1 untuk tetap bekerja, atas kesepakatan
dengan karyawan.
3. Karyawan yang telah mencapai batas usia kerja diminta untuk meletakkan jabatan
dan diberhentikan dengan hormat.
4. Karyawan yang telah mencapai usia sebagaimana termaksud dalam ayat 2, akan
menerima hak-haknya dari Jamsostek pada saat yang bersangkutan mencapai usia 55
tahun.

Pasal-66

PELANGGARAN TATA TERTIB KERJA DAN ATURAN DISIPLIN
Dalam hal karyawan melakukan atau pelanggaran terhadap tata tertib kerja dan aturan
kedisiplinan dapat dikenakan sanksi pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan.

Pasal-67
PUTUSAN PENGADILAN
Dalam hal karyawan dinyatakan bersalah oleh Pengadilan Negeri dan menjalani hukuman di
Lembaga Pemasyarakatan, hubungan kerjanya dapat diputuskan dengan ketentuan sebagai
berikut.
1. Apabila didasarkan pengaduan perusahaan, kepada karyawan tidak diberikan uang
pesangon dan atau imbalan lainnya.
2. Apabila bukan berdasarkan pengaduan perusahaan, kepada karyawan diberikan uang
pesangon.

Pasal-68
PEMBERHENTIAN UMUM
Pemberhentian umum merupakan pilihan terakhir yang akan dilakukan oleh perusahaan
karena keadaan memaksa yang tidak dapat dihindarkan sehingga perusahaan harus
melakukan pemutusan hubungan kerja, yang pelaksanaannya dimusyawarahkan bersama
antara perusahaan dan karyawan dengan ketentuan :
1. Atas prakarsa perusahaan dengan adanya suatu program reorganisasi/resionalisasi
atau perubahan system kerja, yang mengakibatkan karyawan kehilangan kerjanya
maka karyawan yang bersangkutan dapat diberhentikan dengan hormat dari
perusahaan yang dilaksanakannya sesuai dengan Undang-undang No. 12/1964 jo
Kepmenaker RI No. 150/MEN/2000.
2. Untuk pemberhentian umum ini kepada karyawan dapat diberikan pesangon dan
uang jasa sesuai dengan Kepmenaker RI No. 150/MEN/2000.

Pasal-69
TIDAK CAKAP BEKERJA

1. Karyawan yang tidak dapat mencapai prestasi kerja seperti yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh perusahaan walaupun telah dibina dan diberi surat peringatan
dapat dikenakan tindakan pemutusan hubungan kerja.
2. Untuk pelaksanaan administratif pemutusan hubungan kerja, perusahaan
berpedoman pada Undang-undang No. 12/1964 jo Kepmenaker RI No.
150/MEN/2000.
Pasal-70
HUTANG KARYAWAN
Pada saat putusnya hubungan kerja, karyawan diharuskan menyelesaikan hutang-hutang
kepada perusahaan berdasarkan bukti-bukti yang ada :
1. Sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan
maka hutang-hutang karyawan kepada perusahaan dengan bukti yang sah akan
diperhitungkan sekaligus dengan uang pesangon/uang jasa atas nama karyawan atau
dari sumber dana lain atas nama karyawan.
2. Bila ternyata uang pesangon atau sumber lainnya milik karyawan masih tidak cukup
untuk melunasi hutangnya, pemutusan hubungan ini tidak secara otomatis
membebaskan karyawan tersebut dari sisa hutang-hutangnya kepada perusahaan.
Pasal-71
UANG PESANGON DAN UANG JASA
1. Karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja atas prakarsa perusahaan,
kecuali oleh alasan-alasan yang mendesak/berat akan menerima uang pesangon dan
uang jas