Resume Bulan Sabit di gurun Gobi Autosav

Bulan Sabit di gurun Gobi
Resume Untuk memenuhi Tugas
Mata kuliah Sejarah Ekonomi Islam
Program studi Agama & Lintas Budaya
Minat Ekonomi Islam

Diajukan oleh
Fitria Rahmah
14/372483/PMU/8326

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

A. Pendahuluan
Gurun Gobi adalah padang pasir terluas di Asia yang membentang dari Asia Tengah
sampai Siberian Utara, Tibet Selatan dan Mancuria Barat, serta Turkistanin

Timur


merupakan bagian dari Kekaisaran Mongol, dan merupakan lokasi dari beberapa kota
penting sepanjang jalur Sutra. Sedangkan Danau Baikal terletak di selatan Siberia, yang
populer dengan sebutan “Si Gadis Perawan Siberia”. Danau ini pertama kali ditemukan
oleh Bangsa Mongol pada Abad XII M, dengan dipimpin oleh Chengis Khan, bangsa ini
membangun peradaban di sekitar danau itu dan membentuk Suku Buryat, yang mendiami
pesisir timur danau tersebut hingga hari ini. Danau yang terlihat seperti bulan sabit ketika
dilihat dari ketinggin 445 meter di atas permukaan laut, menjadi lambang utama bagi
umat Islam hingga saat ini.
Gurun Gobi dan Danau Baikal yang menjadi simbol buku ini merupakan salah satu
bukti sejarah yang identik dengan kekaisaran Mongol, dimana awal mula bangsa mongol
merupakan entitas masyarakat yang mendiami wilayah sekitar Gurun Pasir Gobi dan
Danau Baikal, yang kemudian dua situs tersebut menjadi saksi perkembangan dan
peradaban Islam di Asia tengah, serta menjadi saksi atas hijrahnya sekelompok suku yang
dikenal sebagai bangsa yang keras dan kejam ke dalam pelukan Islam secara sukarela
tanpa dibarengi konflik yang berarti. Berikut merupakan penjelasan perkembangan Islam
di kawasan Gurun Gobi berdasarkan perode pemerintahan.
B. Masa al-Khulafa al-Rasyidun (632-660 M)
Muhammad SAW merupakan nabi terakhir yang membawa ajaran agama baru
yang menjadi solusi atas permasalahan di tengah-tengah masyarakat jahiliyah, Ia
menyebarkan ajaran Islam selama 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Dengan

perjuangannya, Ia berhasil membangun sebuah negara ideal di Madinah yang
mewariskan peradaban kepada dunia, baik dari sisi politik, ekonomi, sosial, budaya dan
aturan keagamaan. Yang kemudian penyebarluasan agama ini turut dilakukan oleh para
sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in melalui metode penetration pacifique, yaitu proses
masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai, tanpa menghilangkan sifat/unsur asli
budaya masyarakat setempat, dengan tujuan untuk menegakkan ajaran tauhid dan
memberikan keadilan masyarakat.

Selain keberadaan Islam yang menjadi penyelamat masyarakat atas kedhaliman
pemimpin mereka saat itu, letak strategis kota makkah yang menjadi pusat pertemuan
para pedagang Internasional yang menghubungkan empat jalur perdagangan antar-bangsa
dunia, menyebabkan percepatan penyebaran Islam.
Pasca meninggalnya Rasulullah SAW, masyarakat muslim mulai tercerai berai,
dengan munculnya nabi-nabi palus, serta keengganan beberapa masyarakat muslimuntuk
membayar zakat, bahkan murtad dari Islam. Yang kemudian ditangani oleh khalifah
terpilih , Abu Bakar , dengan cara mengirim ekspedisi Usamah ibn Ziyad ke suriah dan
membagi wilayah Arab menjadi dua belas wilayah, yang masing-masing daerah terdapat
batalion dipimpin oleh seorang jendral. Kebijakan pengiriman Usamah ke luar negri
menimbulkan musuh-musuh Islam tidak berani mengganggu wilayah Islam, karena
mereka beranggapan bahwasanya Islam telah kuat. Sehingga dalam kurun waktu dua

tahun lebih Abu bakar telah berhasil menyatukan kembali jazirah Arab seperti pada masa
Rasulullah SAW.
Pada masa khalifah kedua, yaitu Umar bin Khattab, perluasan wilayah kekuasaan
Islam dilakukan secara besar-besaraan, diantara wialayah-wilayah yang telah dikuasai
yaitu, Suriah, Persia, Mesir, Asia Tengah melalui Mousul, Khurasan, wilayah utara
Mesopotamia sampai kota Ispahan dan hamadan, sijistan, al-Madain, dan pada masa ini
seluruh persia jatuh di tangan Muslim, diakibatkan pemimpin yang lalim, sehingga
menyebabkan rakyat Persia berduyun-duyun masuk Islam. Selain perluasan wilayah,
kemajuan besar yang terjadi pada masa khalifah ini yaitu pembaruan dalam bidang
pertahanan dan pertanahan, salah satu kebijakannya yaitu, khalifah menerapkan agar
tanah-tanah di luar Arab yang berada dalam kekuasaan Islam tidak dikuasai oleh orang
Arab.
Pada masa khalifah ketiga, Utsman bin Affan, daerah kekuasaan Islam semakin
meluas ke wilayah jantung Asia Tengah, diantaranya yaitu Balakh, Turkistan, Herat,
Kabul, Ghazni, Hampir seluruh wilayah Khurasan, termasuk Nishapur, Tush dan Merv,
wilayah Ma wara al-Nahr. Bahkan pada masa ini rakyat sempat beduyun-duyun masuk
Islam setelah mendengar keadilan Islam yang diterapkan di seluruh persia dan sekitarnya.
Namun, pada periode II kekhalifahan Utsman, terjadi kemunduran dalam pemerintahan,
akibat adanya tuduhan ketidakadilan (nepotisme) yang berakhir dengan terbunuhnya


khalifah, yang disebabkan oleh tidak berjalannya kebijakan ekonomi khalifah terdahulu
akibat kebijakan kepala daerah yang tidak mengindahkan kebijakan pusat. Setelah
wafatnya khalifah Utsman,diangkatlah Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah berikutnya.
Akan tetapi selama masa kepemimpinannya tidak terjadi ekspansi Islam (di sekitar
Gurun Gobi, Asia tengah) akibat adanya masalah internal. Baik pada periode II Utsman
maupun Ali, daerah disebagian Persia dan Asia Tengah lepas dari kekuasaan Islam akibat
permasalahan-permasalahn internal yang terjadi.
C. Dinasti Umayyah (660-750 M)
Muawiyah ibn Abi Sofyan dinobatkan menjadi khalifah pertama dari dinasti ini di
Iliya (Jerussalem 660 M), setelah perang saudara dan pertikaian politik yang terjadi
antara dia dan khalifah Ali bin Abi Thalib. Langkah yang pertama ia lakukan adalah
mengirim panglima ke wilayah-wilayah taklukan yang lepas, diantarannya yaitu
panglima dan gubernur Ziyad bin Abih yang dikirim ke front Timur, panglima Abd alRahman ibn Sufra dengan pasukan terdahulu (dipimpin Ubaidillah) yang menguasai
kembali Mekran, kabul, Sizistan. Islamisasi baru muali terlaksana pada masa
kepemimpinan Abd al-malik ibn Marwan, yaitu dengan menaklukan kembali daerah
Wasit dan sekitarnya di bawah pimpinan Gubernur Hajjaj ibn Yusuf, yang merupakan
benteng kokoh untuk pondasi awal Islamisasi di daerah Gurun Gobi dan sekitar Danau
Haikal. Yang kemudian khalifah Walid I berhasil memperluas wilayah kekuasaan Islam
baik di Barat (sampai Andalusia) dibawah panglima dan jenderal yang handal seperti
Musa ibn Nusair, Tariq ibn Ziyad, dan Timur (sampai Sindh, Punjab dan Asia Tengah,

Transoxiana) dibawah panglima Handal seperti Hajjaj ibn Yusuf, Qutayba ibn Muslim,
Muhammad ibn Qasim, Abdur Rahman ibn Muhammad ibn al-Ash’as.
Setelah khalifah Abd al-Malik meninggal, Khalifah Walid I menggantikannya,
periode ini merupakan masa kemenangna, kemakmuran dan kejayaan bagi Islam, yang
mana ia membangun banyak gedung, masjid dan sekolah yang Indah. Pada masa
pemerintahnnya, khalifah Walid I tetap mempertahankan Hajjaj ibn Yusuf

sebagai

gubernur jenderal, dan Qutaybah sebagai panglima merangkap gubernur, yang kemudian
ia menaklukkan wilayah antara Transoxiana dan Bukhara, yang dikenal sebagai Bikund.
Ia kembali harus merebut Transoxiana melalui perang yang dahsyat, akibat penguasa

Shugud yang membunuh wakil yang diangkat Qutaybah ketika ia pergi ke Khurasan.
Kemudian ia kembali mengekspansi wilayah Islam hingga Tukharistan di Shaghda,
Balakh, Bukhara, Khawarizam, Samarkand, selain itu wilayah barat sekitar Gurun Gobi
dan Danau Haikal jatuh ke tangan Islam satu persatu. Qutaybah mempunyai peran
penting dalam peletak pondasi dasar dalam perluasan wilayah Islam di Asia Tengah, turki
dan China, ia pun menjadi simbol penyatu suku-suku di Khawarizam dan ia juga
membasmi patung-patung sesembahan yang ia temukan di Sarmakand, hal tersebut

menyebabkan sejumlah kaum Pagan masuk Islam, namun pada masa Umar II penduduk
daerah ini lebih banyak yang masuk Islam, kemudian Qutaybah juga merangkul orangorang di Sus, Khashgarh dan Khunjad. Pengganti khalifah al-Walid, yaitu Khalifah
Sulaiman ibn Abdul Malik, dan kemudian digantikan lagi oleh Khalifah Umar II, yang
merupakan khalifah yang saleh dan jujur, pada masa kepemimpinannya ia menekanlkan
terhadap penegakkan hukum, sehingga siapapun yang salah akan dihukum baik diri
sendiri, keluarga, pejabat ataupun rakyat, selain itu ia juga menghapus 81 macam abwab,
pajak yang tidak manusiawi, yang diberlakukan oleh para pendahulunya,

ia juga

menghapuskan jizyah yang diterapkan kepada kaum mawali yang diberlakukan oleh para
pendahulunya. Kemudian Umar II digantikan oleh Yazid II, akan tetapi , ia merupakan
seorang pemimpin yang lemah sehingga wilayah kekuasanan Islam yang telah
ditaklukkan oleh pendahulunya memberontak, membuat onar dan pada akhirnya
melepaskan diri dari ikatan pemerintah Islam. Mas paling pelik dalam kepemimpinan ini
adalah konflik antarsuku, antarbangsa Arab, antara Iran dan bangsa Arab, antara Iran dan
bangsa Turan yang menyebabkan dinasti ini diambang kehancuran. Kemudian khalifah
Yazid II digantikan oleh Hisyam ibn Abdul Malik. Khalifah ini mempunyai semangat
yang tinggi sehingga ia menguasai kembali daerah-daerah yang hilang, yang kemudian
ia mengangkat Asad untuk untuk mengkoordinasikan panglima-panglima yang ada.

Setelah Asad meninggal, khalifah mengangkat Nassar ibn Sayyar diangkat menjadi
gubernur di transoxiana, dan ia berhasil menaklukkan kembali sebagian wilayah alKhazar dan Huns di seberang Kaukasus. Akan tetapi kebijakan Nassar ibn Sayyar yang
menetapkan besaran pajak secara merata, baik Muslimarab, Mawali maupun non Arab
mengalami kegagaan, sehingga menimbulkan pemberontakan Abbasiyyah yang dipimpin
Abu Muslim al-Khurassan dan berhasil mengalahkan Umayyah dalam perang Dzab II

(749 M), dan sempurna kekalahan dinasti Umayyah setelah khalifah Marwan II terbunuh
pada tahun 750 M.
D. Dinasti Abbasiyyah (750-1258 M)
Nama Abbasiyyah diambil dari nama paman Nabi Muhammad SAW, al-Abbas
ibn Abd al-muthallib ibn Hisyam. Dengan alasan inilah Bani Abbasiyyah merasa lebih
tepat untuk memimpin kekhalifahan dibanding bani Umayyah yang dianggap merebut
kekuasaan melalui perang shiffin. Akan tetapi untuk menghimpun kekuatan, kelompok
ini menggunakan jargon Bani Hasyim, agar dapat merangkul syi’ahtu Ali dan syi’ahtu
Abbas. Ditambah dengan sikap santun yang dimiliki Umar II, menyebabkan pemerintah
tidak melakukan perlawanan terhadap gerakan-gerakan bawah tanah yang mengancam
dinasti umayyah, termasuk Abbasiyyah yang menghimpun kekuatannya dengan sangat
leluasa, sehingga berhasil menyerang dan mengalahkan dinasti Umayyah yang dipimpin
oleh Abu Muslim Khurasan. Khalifah pertama Dinasti Abbasiyah yaitu abu al-Abbas alShiffah (750-754 M), yang dilanjutkan oleh saudaranya yaitu al-Mansur (754-775 M),
yang pada masa kepemimpinanya ia membunuh Abu Muslim al Khurasan, sang

proklamator Dinasti Abbasiyah di Khurasan, akibat kekhawatiran khalifah akan kekuatan
pesaingnya tersebut, yang kemudian berakibat terjadinya pemberontakan di Ray dan da
Persia oleh rakyat Persia yang kebanyakan menganggapnya sebagai nabi. Dengan susah
payah akhirnya khalifah al-Mansur berhasil memadamkan pemberontakan ini dan
berhasil menguasai Ray, Mesopotamia, Kinnisirin, Tabaristan, Gilan, Daylam, Kurdistan
dan Asia kecil di bawah panji Abbasiyyah.
Setelah khalifah al-mansur wafat, tidak terjadi ekspansi yang istimewa, sampai
akhirnya khalifah harun al-Rasyid yang dilanjutkan oleh putranya, al-Makmun
memimpin dinasti ini. Pada masa ini terjadi akulturasi dan asimilasi budaya Islam-PersiaAsia Tengah secara besar-besaran, dan juga terjadinya kejayaan ilmu pengetahuan dan
asimilasi budaya Timur dan Barat dengan Arab pada masa khalifah al-makmun, dan pada
masa ini wilayah al-Maghrib dan al-Masyriq berdiri beberapa dinasti Islam yang merdeka
ataupun semi merdeka, dan para khalifah abbasiyyah gagal menaklukkannya, dan
berakibat semakin mengecilnya wilayah kekuasan Abbasiyyah dari hari ke harinya,
ditambah dengan kelemahan khalifah yang diperdaya oleh para wazir, serta serangan dari

bangsa-bangsa lain mengakibatkan tumbangnya dinasti ini. Berikut merupakan beberapa
dinasti yang semi merdeka dan merdeka yang muncul pada masa masa Abbasiyyah
1. Dinasti Tahiriah (820-872 M)
Berdirinya dinasti Tahiriah di Khurasan dilatarbelakangi oleh panglima perang
khalifah al-Makmun, Tahir ibn Husain, yang berhasil mengalahkan saudara khalifah

yaitu al-Amin di Bagdad. Dan kemudian khalifah mengangkatnya menjadi gubernur
Kharasan dan berhasil mendirikan dinasti Tahiriah yang kokoh berdiri selama 54
tahun dipimpin dengan total lima khalifah secara bergantian. Keturunan tahir tersebut,
selain memerintah secara independen di Khurasan, mereka juga merangkap sebagai
kepala kepolisian di Bagdad, mereka juga memerintahkan ibukota ke Nishapur dan
kemudian menguasai perbatasan, bahkan menguasai India sampai tahun 872 M, yang
kemudian dinasti ini dikuasai oleh dinasti Saffariah. Semenjak berdirinya Dinasti
Tahiriah di Khurasan, baik Iran maupun Turan selalu berdiri kekuasaan yang
independen.
2.

Dinasti Saffariah (867-908 M)
Dinasti ini berhasil menguasai Persia yang beribukota di Sijistan, setelah Yaqub ibn
Liats al-Shaffar berhasil mengalahkan dan mengusir peunguasa Tahiriah terakhir,
Muhammad ibn Tahir. Al-shaffar yang diangkat menjadi panglima perang oleh
khalifah Abbasiyyah di bagdad, kemudian menggantikan tuannya tersebut dan
berhasil memperluas wilayah kekuasaanya hingga hampir seluruh Iran dan kawasan
pinggiran India (Asia Selatan sekarang). Pengaruhnya yang sangat besar dalam tubuh
tentara, pada kemudian hari mengancam stabilitas kekuasaan Bagdad di bawah
Khalifah al-Mu’tamid. Pada masa saudaranya, Ammar, ekspansi wilayah dinasti ini

meluas hingga Iran, Kirman, Sijistan, Khurasan., nahkan beberapa wilayah dinasti
Sammaniah pun berhasil ditaklukkannya, siasat ini berhasil membendung pengaruh
Dinasti Zaidiah dan Sammaniah , sehingga khalifah al-Mu’tamid mengakui
kekuasaan dinasti ini di bawah Ammar.

3. Dinasti Zaidiah (862-964 M)
Dinasti Zaidiah merupakan salah satu dinasti Syiah yang didirikan oleh Hasan ibn
Zaid ibn Muhammad ibn Isma’il ibn Hasan ibn Zaid ibn Husain di Tabaristan dengan

sokongan dari Iran. Kata zaidiah kemungkinan besar diambil dari nama cicit Ali ibn
Abi Thalib, yaitu Zaid, atau ayah Hasan. Beberapa daerah di bawah kekuasaan dinasti
ini yaitu beberapa daerah kekuasaan Abbasiyah termasuk daerah kekuasaan tahiriah.
Dinasti ini berkuasa selama 110 tahun lebih (864-962/964).
Berbeda dengan sekte-sekte Syiah lainnya yang pengangkatan kepala negara atau
imam tidak dapat dipilih atau ditunjuk karena telah ditetapkan dalam nash, yaitu
harus keturunan Ali atau Fatimah, pada dinasti Zaidiah ini, siapapun dapat menjadi
pemimpin selama ia berasal dari ahlul bait, yakni mereka yng menjadi keluarga
Zaidiah ataupun budak yang dimerdekakan dan diangkat menjadi keluarga Zaidiah.
Pada masa ini untuk pertama kaliny asimilasi budaya terjadi di daerah Daylam,
Kaukasu-Islam, walupun budaya Persia yang dominan.

Dinasti ini tidak lepas dari gangguan musuh, pada tahun 301 H kerajaan Bani
Saman memerangi Muhammad ibn Zaid, dan setelah berhasil membunuhnya, mereka
menaklukkan Tabaristan, namun Hasan al-Athrushi dari keluarga Zaidiah berhasil
menguasai kembali dari tangan Samaniah, namun dalam peperangan itu al-Athrushi
terbunuh dan digantikan putranya, al-Hasan ibn al-Qayyim. Yang kemudian
kehancuran diansti ini disebabkan permasalahn internal, yakni perebutan kekuasaan.
4. Dinasti Samaniah (874-1000 M)
Dinasti ini telah berdiri saat dinasti-dinasti Islam seperti Tahiriah dan Saffariah
telah ada, bahkan dinasti ini merampas Khurasan dari Saffariah (900 M), dan
kemudia meluas hingga beberapa daerah meliputi Sijistan, Karman, Jurzan,
Tabaristan, Transoxiana, Ray, Mazendran, Ispahan, Farghana, Herat, dan wilayah
lainnya dengan 10 Penguasa. Walaupun berkuasa penuh, penguasa Samaniah tetap
mengakui Khalifah di Bagdad, dan para khalifah Abbasiyyah mengakui mereka
sebagai amir/ sultan merangkap amil/ kepala perpajakan.
Pada periode ini ilmu pengetahuan mengalami kajuan pesat. Ibu kota Sammaniah,
Bukhara dan kota kedua Sarmakand menjadi pusat kegiatan ilmu pengetahuan,
banyak karya monumental tentang ilmu kedokteran yang dilahirkan oleh ilmuwan
pada masa ini, diantaranya yaitu Abu Saleh Mansur ibn Ishak dan al-Razi yang
mengarang buku al-Mansuri. Pada periode ini banyak budak Turki yang menduduki
jabatan penting dalam pemerintahan, yang kemudian memberikan peran atas
kemajuan Abbasiyyah dan juga pada kemudian menjadi salah satu penyebab jatuhnya
Dinasti Abbasiah. Sebelah selatan Sungai Oxo (944 M) kemudian dikuasai oleh

Dinasti Ghazni, sedang sebelah utaranay (990 M) jatuh di tangan Ilakh Khan dari
Turkistan yang dikenal dengan Bangsa turan.
5. Dinasti Buwaihiah (945-1055 M)
Sejak khalifah al-Makmun, pengaruh Persia sangat dominan dalam tubuh pemerintah,
sehingga pada masa khalifah al-Mu’tashim, banyak tentara bayaran dari Turki yang
dipekerjakan untuk membendung pengaruh tentara Persia dan Arab. Akan tetapi
perilaku tentara bayaran yang avuh tak acuh saat melewati wilayah Bagdad,
menciptakan kekacauan di Bagdad, sehingga khalifah mendirikan kota khusus,
Samarra untuk tentara Turki. Hal ini justru menciptakan masalah baru yang semakin
besar, sehingga pada masa khalifah mustakfi Billah (944-946 M) mengundang dan
meminta bantuan kepada pemimpin Buwaihiyyah, Ahmad ibn Shuza’, seorang yang
beraliran Syiah. Setelah berhasil mengusi tentara Turki, peran khalifah menjadi sangat
lemah, sehingga Ahmad mengambil gelar Mu’iz Daulah yang memerintah sebagai
wazir utama danmengambil segala kekuasaan atas orag-orang Sunni. Sejak saat ini
kekuasaan mutlak ada di tangan wazir dari dinasti Buwayhiah. Dinasti yang
kekuasannya merupakan urusan keluarga ini, mulai hancur saat loyalitas antara
saudara mulai melemah, ditambah dengan serangan dari Tughril Begh yang
memasuki Bagdad dan mengambil alih kekuasaan.
6. Dinasti Ghazni (962-1186 M)
Dinasti ini mempunyai peran sangat besar dalam akulturasi dan asimiliasi budaya
Islam-India, dan juga menjadi pijakan dasar dalm penyebaran Islam di wilayah India
pada masa mendatang. Yang pada masa kepemimpinan Sultan Mahmud Ghaznawi,
dinasti inim melakukan penaklukkan wilayah India sebanyak 17 kali yang selalu
berakhir dengan kemenangan. Invasi yang dilakukan Mahmud ini terdapat tiga motif
yang dipertentangkan, diantaranya yaitu motif politik, untuk memperluas kekuasaan
dan mendirikan kerajaan di asia Tengah, kemudian dari motif ekonomi, Mahmud
membutuhkan dana besar dari India guna mempropaganda musuh-musuh di Asia
Tengah dan membangun serta memperindah kota Ghazni, sedangkan motif terakhir
yaitu adalah untuk menyebarkan ajaran islam, yang kemudian ia berperan dalam
penegakkan tauhid dan menghilangkan syirik di India. Dinasti ini berakhir ketika
Muhammad Ghuri, pendiri dinasti Ghuri, berhasil menangkap dan memenjarakan
Khusrau Malik di Ghur, dan Punjab menjadi wilayah kekuasaan dinasti Ghuri.

Dinasti Ilkhan membawa kejayaan Islam sangat signifikan, baik dalam sejarah islam
ataupun sejaranh bangsa Mongol, setelah pusat peradaban Islam dihancurkan oleh
Hulagu Khan. Pada dinasti ini, hubungan Ilkhan dengan China telah mengantarkan
pada luasnya cakrawala intelektualitas yang menyebar hingga keturunan nya dalam
dinasti Mongol di Persia.
7. Dinasti Ghuri (1173-1205 M)
Setelah berhasil menguasai Ghazni pada tahun 1173 M, Muizuddin Ahmad ibn
Sham atau lebih dikenal dengan nama Muhammad Ghuri, mengarahkan tentaranya ke
India. Faktor-faktor yang mengarahkan Ghuri untuk menguasai daerah ini yaitu
kekalahan berturut-turut yang dialami pasukan Ghuri di tangan Khawarizm Shah,
membuat mereka berputus asa untuk mendirikan kerajaan di Asia Tengah, dan
memilih India sebagai alternatif , sebab kedua yaitu Oorang-orang yang
meninggalkan dan dikalahkan Ghazni berlindung dan menghimpun kekuatan di
Punjab, sehingga keberadaan mereka dianggap berbahaya untuk keberlangsungan
kaum Ghur, faktor terakhir yaitu, adanya peluang Ghuri untuk menguasai India
disebabkan terbaginya kekuasaan di negara ini akibat adanya konflik internal.
Setelah berhasil menguasai Punjab (1186 M), Pasukan Ghuri bergerak untuk
menaklukkan India (1192 M), yang berhasil dimenangkan oleh pasukan Muslim,
mengalahkan pasukan gabungan Pritthiraj yang didukung oleh pangeran Rajput.
Perang kedua di Train ini menjadi salah satu kesuksesan tertinggi kaum Muslim di
Hindustan yang menghancurkan supremasi suku Rajput dan meletakkan fondasi
kepemimpinan Muslim di benua itu. Setelah itu Ghuri berhasil menaklukkan
beberapa daerah yaitu Jai Chandra , qanauj, Benaras, Gwalior (1196 M), Kalinjar
(1202 M), Mahoba, Kalpi, India Utara, dan seluruh wilayah Ghazni, Ghur dan Delhi
berada di bawah kekuasaany Ghuri. Setelah meninggal di Damik, Aybek, letnan
kepercayaan dan menantu kesayangan Ghuri, diangkat menjadi sultan pertama pada
kesultanan Delhi (1206-1526 M) oleh para pembesar istana Delhi.
8. Dinasti Saljuq (1055-1194 M)
Dinasti Saljuq merupakan kekuatan Turki yang berasal dari daerah antara
Kirghiztan dan Bukhara, yang pada tahun 1037 M, Tughril Beg, cicit dari pendiri
dinasti ini, Saljuq, mengalahkan kekuatan Turki cabang lain, Dinasti Ghazni di Merv,

dan kemudian memperluas daerah kekuasaanya hingga Hamadan, Tabaristan, Ray,
Ispahan.
Awal mula celah yang dimanfaatkan oleh dinasti ini untuk menguasai wilayahwilayah Dinasti Abbasiyyah, yaitu ketik Tughril Beg berhasil membebaskan khalifah
al-Qaim yang dikepung dan ditahan oleh amirul umara Buwaihiah, yang kemudian,
oleh al-Qaim, para sultan Saljuq diberi kekuasaan secara de facto atas wilayah yang
bahkan lebih luas daripada khalifah di Bagdad yang hanya berkuasa di istana saja.
Pada periode ini, ilmu pengetahuan semakin mengalami kemajuan, ditandai dengan
berdirinya Madrasah Nizamiah, yang didirikan oleh wazir Nizam al-muluk, sang
pecinta ilmu. Setelah Malik Shah (1092 M), khalifah

sesudahnya merupakan

pemimpin yang lemah dan selanjutnya wilayah raksasa Saljuq terbagi menjadi 14
kerajaan
9. Dinasti Khawarizam (1077-1231 M)
Diansti yang berasal dari pecahan dinasti Saljuq pasca meninggalnya sultan Sanjar
(1157 M), yang pada saat itu dipimpin oleh Quthb al-Din Muhammad Shah
berkembang pesat dan berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Saljuq. Sultan
yang terkenal yaitu Alauddin Muhammad, yang terkenal dengan Khawarizam Shah,
merentangkan wilayah kekuasaannya dari perbatasan Iraq di sebelah barat hingga
India di sebelah Timur, Danau Aral dan danau Kashpia di sebelah Utara sampai Teluk
Persi dan Samudera India di sebelah selatan. Setelah Khawarizm Shah wafat, ia
digantikan putranya, Jalaluddin Khawarizm Shah yang kemudian dibunuh oleh
bangsa mongol, chengis Khan, ynag kemudain menjadi akhir dari dinasti ini.
E. Bangsa Mongol dan Dinasti-Dinasti Mongol
Mongol merupakan suatu masyarakat yang mendiami Hutan Siberia dan Mongolia Luar
di antara Gurun Pasir Gobi dan Danau Haikal, yang membentang dari Asia Tengah
sampai Siberia Utara, Tibet Selatan, dan Mancuria Barat serta Turkistan Timur. Kata
mongol berasal dari bahasa China “Mong” yang berarti pemberani. Bangsa ini
merupakan keturunan dari Tungnusi Stok Aski, dengan campuran kuat darah Persia dan
Turki yang kini disebut Ural-Altik. Dengan karakteristik yang keras, tidak beradab,
namun mereka pemberani, sabar, ahli perang, serta sangat patuh pada pemimpin atau
kepala suku.
1. Dinasti Mongol

Sejarah mencatat, bahwasanya pada awal abad XII M, sekelompok orang yang
dipimpin oleh Kabul Khan memberontak Dinasti Keen yang menguasai bangsa
mereka, dan pasukan tersebut merhasil mengalahkan pasukan Dinasti Keen tersebut
(1138-1139 M). Dengan kejadian ini kemudian menjadikan kaum Mongol, bangsa
yang kuat. Yang pada akhir abad XII M, orang-orang Mongol bersatu di bawah
pimpinan Temuchin/ Chengis Khan dan muncul dalam sejarah yang menggetarkan
rakyat Asia dengan keberaniannya dan keberhasilannya mencuri simpati bangsa, ia
meletakkan Yasaq sebagai pedoman kehidupan bangsa Mongol.
Selain seorang pemimpin militer yang tangguh, administrator, sera perancang
yang sangat hati-hati menjalankan peraturan yang keras bagi anak buahnya serta
didukung oleh keberanian orang-orang yang loyal padanya, menjadikan dominasi
kekuasaannya meluas secara cepat dan pesat di seluruh Mongolia dan daerah-daerah
sekitarnya.
Sejarah hubungan bangsa Mongol dan umat Islam dimulai, ketika Chengis Khan
melihat peluang politik atas ketidakharmonisan hubngan politik antara khalifah
Bagdad dan Khawarizam. Yang kemudian melakukan kontak senjata selama 18 tahun
yang dimenangkan oleh Khawarizam Shah, kemudian pada masa Ala al-Din
Muhammad Shah, putra Khawarizam Shah, mengambil alih sebgaian Persia (1210
M), menundukkan Bukhara dan Sarmakand, dan kemudian melenyapkan khalifah
Abbasiyah digantikan dengan khalifah Aliyah (syi’ah). Kemudian barap api berkobar
lagi, dan khalifah Al-Nashir meminta bantuan kepada Chengish Khan (1216 M) yang
kemudian dengan peluang yang ada, Cheingish Khan memnafaatkan dengan sebaikbaiknyadimana ia menguasai hingga perbatasan Asia Tengah-asia Timur dan
kemudian menghancurkan pusat-pusat budaya Islam, kemudian mengubah masjidmasji di Bukhara yang merupakan pusat ibadah agama dan ilmu pengetahuan menjadi
kandang kuda-kuda perang, serta membunuh nyawa warga yang tadinya berjumlah
100.000 menjadi 40.000.
Setelah peperangan tersebut Chengish Khan mengirim utusannya untuk kepada
sultan Ala al-Din, untuk melakukan atas protes iring-iringan orang mongol dan
beberapa ratus pedagang yang datang ke Khawarizam justru hartanya dirampas
dengan alasan adanya mata-mata dalam rombongan itu, akan tetapi utusan tersebut
dibunuh oleh Shah dan mengirim kepalanya kepadanya Chengish Khan, yang

menimbulkan kemurkaan Chengish Khan yang kemudian menyerbu rivalnya tersebut.
Setelah itu Chengis Khan berhasil menguasai Suku Keen dan Sung, yang merupakan
suku kuat China, kemudian ia melebarkan wilayah kekuasaanyya hingga Dinasti
Turkistan Timur, Turkistan Utara, Amu Daria (rakyat daerah ini yang pertama kali
masuk Islam pada amasa Khalifah Utsman ibn Affan), Balakh, Herat, Merv, Xares
dan seluruh wilayah yang dikuasai Khawarizam (dberhasil dikuasai dalam 3Tahun),
Bukhara, Samarkand. Dimasa putranya, Changtai perluasan wilayah kekuasaan
mencapai hingga Otrar, Samarkand, Bukhara, dan wilayah muslim sekitarnya. Dalam
waktu empat tahu, Chengish Khan memperoleh kemenangan yang luar biasa, dan
menciptakan kehancuran, kerusakan, pemusnahan peradaban dengan luar biasa, yang
tidak sebanding dengn kemajuan daerah-daerah tersebut 500 tahun ke depannya.
Setelah meninggalnya Chengish khan, wilayah kekuasaannya dibagi kepada
empat putranya secara rata, yaitu Jochi, Changtai, Oghtai, Tuli. Yang kemudian
Oghtai lah yang diangkat menjadi Khan Agung. Pada masa ini jalal al-Din, putra
Kharizam Shah menyerang balik pasukan Mongol yang dlu pernah mengalahkan
khawarizam Shah, namun lagi-lagi kekalahan jatuh di pihak khawarizam, dan pada
akhirnya Jalal al-Din dibunuh oleh orang yang setia pada Ogh tai, yang berarti
berakhir pula kekuasaan Dinasti Khawarizam.
Pada masa Oghtai, dengan menerapkan sistem dan cara ayahnya, ia berhasil
menaklukkan China dan menghancurkan dinasti Sung, kemudian ia mengalahkan
persatuan Jerman, Polandia dan Hungaria menjadi wilayahnya (1241 M), perluasan
wilayahnya mencapai hingga ke tengah-tengah eropa. Setelah Oghtai meninggal,
Putranya, Kuyuk Khan menggantikannya, namun sifat serta kebiasaannya yang
buruk, membuatnya diperdaya oleh dua mentri yang beragama kristen, Kaydak dan
Chinkayi. Setelah Khayuk Khan, putranya Tuli Khan, Mongu terpilih sebagai khan
aAgung Mongol, ia melakukan perluasa wilayah dengan dibantu dua saudaranya,
yang disebut Ilkhan, Hulagu Khan di Persia dan Sekitarnya yang berhasil membasmi
ancaman berat dari kelompok Asassin ,sedangkan Kubilai Khan di bagian Timur
berhasil mengalahkan Dinasti Sung. Kemudian setelah wafatnnya Mogu, Kubila
diangkat naik tahta. Pada masa pemerintahannya ia berhasil meredam konflik antar
pangeran dalam tubuh Mongol di istana Karakuram, kemudian ia melakukan invasi
ke China, Korea, Tibet, Asam, India Timur Laut, daerah kekuasaannya meluas dari

Korea sampai Teluk Persia, Tyurkistan sampai Myanmar, kemudian ia memindahkan
ibukota ke peking, serta mengganti nama dinasti Mongol menjadi Dinasti Yuan.
Setelah masa ini, sejarah Bangsa Mongol, Khan Agung juga berakhir, Dinasti Yuan
yang didirikannya bertahan hingga seratus tahun. Pemimpin setelahnya merupakan
pribadi yang lemah, sehingga diansti ini terbagi menjadi lima dinasti: Dinasti China,
Changtai, Dinasti Kipcak/GH, Ilkhan, Kerajaan Siberia.
2. Dinasti Ilkhan (1256-1363 M)
Dinasti ini merupakan salah satu cabang dinasti mongol yang didirikan oleh Hulagu
Khan. Dalam bahasa mongol “Ilkhan” berarti kepala suku, disebut gubernur jenderal
di bawah Khan Agung, namun pada masa Ghazan Khan, Gelar ilkhan tidak memiliki
makna. Pada masa kepemimpinannya, kehidupan beragama penuh toleransi. Akan
tetapi Hulagu lebih bersimpati danmembantu orang-orang Kristenyang diduga karena
istrinya yang beragama Kristen, setelah tujuh tahun (1265 M) kehancuran Bagdad
Khulagu Khan meninggal dan digantikan oleh putranya, Abaga. Pada masa ini banyak
pendeta Kristen dalam Istana, dan juga kejadian penting lainnya adalah terbunuhnya
keluarga Juwayni pada masa Ilkhan, Bahauddin Juwayni yang menjadi perdana
menteri Hulagu, digantikan dengan Shamsudin Muhammad, sebagaisekretaris
Finansial yang dibunuh secara kejam akibat intrik yang dipicu oleh majd al-Mulk,
orang dekat Abaga yang sanagt berpengaruh di istana . GH yang saat itu berpusat di
Sarai Barudua kali menyerang Persia, dan Abaga berhasil menghalaunya.untuk
membendung kekuatan GH dan Dinasti Mamluk, Abaga bersekutu dengan Yunani
dan beberapa kepala negara Eropa, kemudian pemimpin yang sangat membenci Islam
ini menyerbu Khawarizam dan Transoxiana. Penguasa yang berpengaruh terhadap
peradaban Islam pada masa ini yaitu Gahzan Khan yang membawa Dinasti Ilkhan
mencapai puncak kejayaannya. Gahazan yang semasa kcil dididik dalam lingkungan
religius(agama Budha), yang kemudain dikenalkan Islam oleh panglimanya, Jendral
Nawroz. Setelah masuk Islam, banyak orang yang berbondogn-bondong masuk Islam,
kemudian Ghazan memberikan sedekah , mengunjungi masjid dan makam imam suci
dan memperlakukan keturunan nabi muhammad SAW dengan baik. Semenjak itu
Islam menjadi keyakinan tertinggi di istana.
3. Dinasti Changtai (1227-1369 M)

Dinasti Changtai terletak di Asia Tengah terutama di Gurun Gobi, membentang ke
timur dari Transoxiana sampai Turkistan Timur. Meskipun sangat benci Islam,
Changtai mepunyai seorang metri dari Otrat yang beragama Islam, bernama Qutub alDin Habs, dan juga sepeninggalnya Changtaidinasti ini berkembang dan dikendalikan
oleh keturunannya yang hampir semuanya Muslim Changtai berkuasa di Transoxiana
selama hampir 150 tahun. Setelah changtai, Kara Hulagu berkuasa di Transoxiana,
namun ia dipecat oleh Khan Agung dan digantikan oleh Ishu Monguki yang tidak
berlangsung lama karena terlibat dalam menggulingkan Khan Agung, maka Kara
diangkat kembali pada tahun 1251 M, dan pada tahun itu pula ia meninggal dan
digantikan sementara oleh istrinya, Orghana dan kemudian dilanjutkan oleh anaknya
mubarak Shahm, yang menjadi penguasa muslim pertama yang memeritah dinasti ini.
Setelah mubarak kepemimpinan berganti-ganti secara cepat diantaranya Buraq Khan,
KayduNikopai, Buka Timur, Duwa Khan (merupakan Khan dengan masa terpanjang
di kalangan dinasti Changtai, pada masanya Changtai mencapai puncaknya). Dari
duwa, salah satu putranya, Tarmashirinlah yang paling populer dan berhasil
menjalankan roda pemerintahan Changtai, setelah masuk islam ia berganti nama
menjadi Alauddin, kemudian ia mempunyai peran penting dalam penyebaran Islam
hingga ke pedalaman Asia. Setelah Alauddin terdapat 17 Penguasa berturut-turut,
akan tetapi kondisi yang tidak menentu serta konflik internal membawa dinasti ini
pada gerbang kehancuran, yang kemudian situasi politik ini dikuasai oleh Timur
Lang.
4. Dinasti Timuriah (1361-1506 M)
Saat timur Lang berhasil menguasai kondisi politik dinasti Changtai, seorang
penguasa Changtai di Transoxiana bernama Tura Khan yang tidak cakap memerintah,
dimanfaatkan oleh Timur, dengan memberikan gaji tinggi sehingga pemimpin
tersebut tenggelam dalam kegemerlapan harta. Pada masa kepemimpinannya, timur
berhasil menaklukkan Sijistan, Azarbayjan, dan Gorgia, Van. Selain itu, timur
berusaha menyerang Rusia bertubi-tubi dan memaksa Takhtamish, pendiri GH yang
kedua untuk menyerahkan daerah kekuasaanya. Tidak kuat dengan gempuran dari
timur, ia akhirnya melarikan diri ke Eropa, dan tentara Gh bergabung dengan tentara
Timur, maka berakhirlah dinasti GH yang telah bertahan selama 150 tahun. Setelah

Timur wafat, Khalil Shah, cucunya menggantikannya, kemudian Shahrukh menjadi
penguasa Heratmenggantikan Khalil, ia tidak ingin memperluas wilayah sebagaiaman
dilakukan ayahnya, akan tetapi ia berusaha membangun wilayah yang pernah
dihancurkan ayahnya, kemudian ia membangun akademi untuk penelitian dan
pengajaran ilmu pengetahuan. Setelah Timur wafat, wilayah kekuasaannya semakin
menyempit , satu abad kemudian wilayah kekuasaannya hanya sampai batas Persia,
karena penggantinya lebih fokus dalam memajukan ilmu pengetahuan dan budaya.
5. Dinasti Golden Horde (1256-1502 M)
Dinasti ini merupakan anak cabang dinasti Mongol yang paling lama berkuasa dan
membawa kejayaan dalam perdagangan di Asia dan Eropa yang diprakarsai oleh
Berke. Berke yang mengenal islam dari dua pedagang Muslim yang mengapitnya
dalam perjalanan pulang dari Bukhara. Berke kemudian menghapus Yasaq dan
menggantikannya dengan syariat Islam. Setelah Berke wafat setelah berperang
melawan Abaga, Ia digantikan oleh mongke Timur (1267-1280 M), Tuda Mongke
(1280-1287), Tula Bugha (1287-1290) dan Tokhtagha (1290-1313 M). Setelah Berke,
tidak ada periode yang istimewa. Pada dekade II dari abad XIV M orang –olrang
Mongol berrpindah agama Islam dalam jumlah yang paling banyak diantara periodeperiode sebelumnya, sehingga tidak ada lagi orang Pagan di kalangan Kipcak.

F. PENUTUP
Peradaban Islam yang terjadi di berbagai daerah memiliki keunikan masing-masing, salah
satunya yang terjadi di Mongol, yang mana pada awal mulanya bangsa Mongol sangat
membenci islam bahkan menindas dan menghancurkan peradaban Islam, akan tetapi
kehancuran itu diperbaiki kembali oleh cucu atau pun keturunan Mongol yang pada
akhirnya banyak memeluk agama Islam, yang tersebar dalam empat generasi yaitu
Dinasti Ilkhan, Changtai, Timuriah dan GH.