Peran Rusia dalam Penempatan Rudal AS di

PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Belakangan ini sistem perpolitikan dunia diwarnai dengan teori yang
dikemukakan oleh kaum realis. Teori yang dikemukakan itu berupa adanya hubungan
antar negara di dunia yang bersifat anarkis yang mengarah pada konflik internasional.
Hal inilah yang sedang diperlihatkan oleh adanya hubungan negara besar seperti Rusia
dan Amerika Serikat. Kedua negara tersebut sedang terlibat dalam masalah besar yang
apabila tidak segera diselesaikan, maka permasalahan tersebut akan mengarah kepada
perang besar yang dapat menciptakan kekacauan didunia.
Permasalahan yang terjadi antara Rusia dan Amerika Serikat yaitu adanya krisis
kepercayaan Rusia terhadap penempatan rudal – rudal AS yang termasuk dalam kategori
Anti Ballistic Missiles (ABM) atau Rudal Anti Balistik atas nama NATO di beberapa
negara Eropa Timur seperti Polandia, Rumania, Spanyol, dan Turki. Hal inilah yang
menimbulkan kemarahan dari pihak Rusia terhadap kebijakan Amerika Serikat tersebut.
Alasan utama dari penempatan ABM oleh NATO dan AS di beberapa negara
Eropa Timur adalah semata – mata untuk melindungi negara – negara yang merupakan
sekutunya dari serangan Iran yang juga sedang mengembangkan teknologi nuklirnya di
Timur – Tengah1. Saat ini proses pembangunan tengah dilakukan di Polandia, Rumania,
Spanyol. Sementara sistem radar akan dipusatkan di Turki. Untuk penghancur serangan

rudal, NATO menggunakan SM-3 interceptors2.
Dalam pernyataannya, pada tanggal 5 Oktober 2011, Sekretaris Jenderal NATO,
Andres Fogh Rasmussen menyatakan bahwa system pertahanan ABM AS – NATO akan
segera siap pada tahun 2018, dan akan segera dioperasikan sebagai system peringatan.
Pernyataan pertama Rasmussen tersebut merupakan salah satu dari semua kehormatan
elemen pertahanan ABM di negara – negara Eropa Timur3.
Pada tanggal 14 September 2011 dilaksanakan penandatanganan antara Menteri
Luar Negeri Turki, Feridun Sinirlioglu dan Duta Besar Amerika Serikat untuk Turki,
Francis Richardson di Ankara, mengenai Memorandum perluasan Radar di Turki
(memorandum on deployment of radar in Turkey). Dan perluasan ini akan lebih

1 Denny Armandhanu. “Krisis Rudal, Rusia Ancam AS dan NATO”. httpdunia.vivanews.comnewsread267093beruang-merah-marah--mengancam-paman-sam/267093-beruang-merah-marah--mengancam-paman-sam.htm.
Diakses, 8 November 2013.
2 Ibid.
3

1

difokuskan pada bagian Tenggara negara Turki, yaitu di Distrik Kuretcik, Propinsi
Malatya, dan proses pengerjaan proyek tersebut diprediksikan akan selesai pada akhir

tahun 20114.
Pada tanggal 20 Agustus 2008, Amerika Serikat menandatangani sebuah
Persetujuan (agreement) dengan Polandia terkait rencana penyebaran dan perluasan
Rudal SM – 3 yang dibuat sebagai Rudal Anti Balistik, di sekitar daerah Polandia yang
dekat dengan Laut Baltik pada tahun 20185.
Beberapa fakta diatas menunjukan bahwa upaya NATO dan AS terkait
penempatan Rudal Anti Balistik di beberapa negara Eropa Timur bukanlah hanya sebuah
rencana yang biasa – biasa saja. Namun dibalik semua itu ada aspek penting yang
terdapat di dalamnya, yaitu aspek pertahanan dan keamanan kepentingan AS di Eropa.
Namun kebijakan ini telah menuai ancaman dengan berbagai tanggapan keras dari Rusia
yang notabenenya merupakan negara yang memiliki kepentingan besar di Eropa Timur.
Rusia menganggap bahwa tindakan AS dan NATO tersebut merupakan tindakan yang
telah mendiskreditkan pemerintah Rusia, dan tindakan tersebut merupakan sebuah
ancaman keamanana (Security Dilemma) bagi pemerintah Rusia sendiri.
Atas dasar kebijakan AS dan NATO seperti pada penjelasan diatas sehingga
membuat penulis menguraikan lebih lanjut mengenai tanggapan lebih lanjut Pemerintah
Rusia terhadap tindakan NATO dan AS tersebut. Selain menguraikan mengenai kebijakan
luar negeri Rusia terkait penempatan ABM di negara – negara Eropa Timur, penulis juga
menguraikan mengenai persiapan – persiapan yang sudah direncanakan oleh pemerintah
Rusia apabila AS dan NATO tetap saja tidak mau membatalkan proyek pembangunan

rudal anti balistik di Eropa Timur.
B.

RUMUSAN MASALAH.
Sesuai dengan latar belakang pemilihan masalah dan judul yang telah diuraikan oleh
penulis sebelumnya, maka penulis mengembangkan analisis makalah ini dengan rumusan
masalah : Bagaimana Kebijakan Luar Negeri Rusia dalam Menanggapi Penempatan
Rudal – Rudal NATO – AS di sejumlah negara Eropa Timur?

C.

KERANGKA TEORI
Berangkat dari judul dan latar belakang permasalahan yang diangkat oleh kelompok
kami, maka sebagian besar tinjauan makalah ini berangkat dari kerangka teori kebijakan

4
5

2


luar negeri sebuah negara, dalam hal ini Kebijakan Luar Negeri Rusia, dan tinjauan
selanjutnya yaitu tinjauan dari teori dan konsep awal dari teori realis klasik.
a)
Kebijakan Luar Negeri
Kebijakan luar negeri sebuah negara sangat erat hubungannya dengan Politik luar negeri
suatu negara. Hal ini dikarenakan pengimplementasian sebuah kebijakan luar negeri
sangat ditentukan oleh politik luar negeri suatu negara terhadap negara lain. Dengan kata
lain, kebijakan luar negeri sangat bergantung pada politik luar negeri.
Politik luar negeri merupakan suatu kebijakan negara yang ditujukan untuk
memperjuangkan kepentingan nasional suatu negara di luar batas wilayahnya. Menurut
Jack C. Plano dan Roy Olton, bahwa politik luar negeri merupakan strategi atau rencan
tindakan yang dibentuk oleh para pembuat keputusan suatu negara dalam menghadapi
negara lain, atau unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai
tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional. Politik
luar negeri yang spesifik dilaksanakan oleh sebuah negara sebagai suatu inisiatif atau
reaksi terhadap inisiatif yang dilakukan oleh negara lain.
Dalam permasalahan di atas, penulis melihat bahwa Rusia mengeluarkan
kebijakan luar negerinya untuk merespon inisiatif AS yang dapat mengancam
kepentingan nasional Rusia. Oleh karena itu, penulis menggunakan kerangka berpikir
atau kerangka teori dari kebijakan luar negeri untuk menjelaskan makalah ini mengenai

tindakan Rusia melalui kebijakan luar negeri yang dikeluarkannya untuk merespon
tindakan AS dan NATO yang ingin memperluas hegemoninya di Eropa Timur.
b)
Teori Realis
Dalam pengimplementasian sebuah kebijakan luar negeri, hal utama yang menjadi dasar
dari kebijakan tersebut adalah kepentingan nasional. Hal inilah yang dikemukakan oleh
kaum realis dalam menjelaskan alasan utama dari adanya kebijakan luar negeri suatu
negara dan kepentingan nasional suatu negara adalah berupa hal keamanan dan
kesejahteraan. Negara bangsa (menurut kaum realis) untuk bisa tetap selamat/survive,
maka harus tetap memperhatikan isu utam dalam hubungan internasional yaitu isu yang
menekankan pada pendekatan keamanan militer, seperti keamanan melalui instrument
kekuatan militer. Dan dalam berhubungan dengan negara lain, setiap negara akan selalu
berusaha untuk memaksimalkan posisi kekuatan (power) relatifnya dibandingkan dengan
negara lainnya atau setidaknya tercipta balance of power. Dan semakin besar power
setiap negara, maka semakin besar pula jaminan keamanannya.
3

Dari pemahaman secara umum kaum realis diatas, penulis melihat bahwa
(berdasarkan data yang ada) kasus penempatan ABM System milik AS di Eropa Timur
merupakan salah satu kepentingan nasional AS dalam menjamin keamanannya dan

sekutunya NATO di Eropa Timur dari serangan potensial Iran dan Korea Utara. Namun
Rusia melihat ini sebagai ancaman keamanan yyang sangat menjatuhkan eksistensi
Rusia. Oleh karena itu Rusia berusaha untuk menciptakan perimbangan kekuasaan
(balance of power) untuk mengimbangi kekuatan AS di Eropa Timur.

PEMBAHASAN
A.

Hubungan Rusia – AS Pasca Perang Dingin.
Pada awal pasca perang dingin, kedua negara yang dahulu merupakan negara yang
memiliki hegemoni didunia ini seiring dengan berjalannya waktu telah melakukan beberapa
perjanjian internasional yang tujuannya adalah untuk menciptakan perdamaian di dunia. Hal
ini didasari oleh niat baik kedua negara agar peperangan yang telah terjadi pada era Perang
Dunia ke 2 tidak terjadi lagi. Misalnya saja penggunaan senjata nuklir yang dapat
memusnahkan umat manusia merupakan sesuatu yang harus dihindari. Sejumlah pertemuan
telah dilakukan oleh kedua negara ini untuk membahas mengenai permasalahan tersebut.
Seperti contoh perjanjian yang di lakukan oleh kedua negara adalah strategic arms reduction
treaty pada tahun 1991, tujuan dari perjanjian ini adalah untuk mengurangi jumlah senjata
4


nuklir yang dimiliki oleh kedua negara (lebih dari 20,000 di pertengahan tahun 1992;
diproyeksikan untuk menjadi 15,000-16,000 di akhir 1990an di bawah perjanjian tahun 1991)
menjadi 7,000 atau kurang bahkan dibawahh 3,000-3,500 masing-masing negara pada tahun
2003. Akhirnya pada Desember perjanjian tersebut selesai dan ditandatangani kedua
pemimpin negara pada 3 Januari 1993 perjanjian tersebut di tandatangani di Moskow dan
dikenal dengan nama Strategic Arms Reduction Treaty II (Start II).
Dan pada saat kepemimpinan Vladimir Putin, Rusia mengejar kebijakan luar negeri yang
lebih kooperatif dengan negara barat. Pasca serangan teroris 9/11, Rusia menjadi salah satu
negara kunci dalam memerangi teroris bersama Amerika dan untuk pertama kalinya pada
Mei 2002 Rusia dan Amerika menandatangani perjanjian untuk mengurangi jumlah
persenjataan diantara ke dua negara, dan dibulan yang sama Rusia menjadi anggota terbatas
NATO. Namun, apa yang dikatakan dan dikemukakan oleh kaum realis bahwa cenderung
dunia tidak memiliki moral internasional memang benar. Yang ada hanyalah kepentingan
nasional setiap negara untuk memaksimalkan powernya agar bisa mendominasi negara lain
demi tercapainya kepentingan nasional dari negara tersebut.
Menurut Hans J. Morgenthau, salah sorang tokoh utama dari kaum realis yang
mengatakan bahwa power terdiri dari apa saja yang menciptakan dan mempertahankan
pengendalian seseorang atas orang lain (dan itu) meliputi semua hubungan sosial yang
mendukung tujuan (pengendalian) itu, mulai dari kekerasan fisik sampai ke hubungan
psikologis yang paling halus dan dipakai oleh pikiran seseorang untuk mengendalikan

pikiran orang lain6
. Hal ini ditunjukan oleh hubungan Rusia – AS ditandai dengan berbagai hubungan
yang masih cenderung fluktuatif antara kedua negara. Hal ini terjadi karena terdapat berbagai
perjanjian internasional yang dibuat oleh kedua negara tidak diimplementasikan dengan baik.
Hal ini disebabkan karena dalam pelaksanaan perjanjian tersebut, masih terdapat kepentingan
– kepentingan nasional antar kedua negara yang selalu ingin menonjolkan diri dalam dunia
internasional. Seperti yang telah dikemukakan oleh kaum realis, bahwa untuk menciptakan
dominasi sebuah negara atas negara lain dapat diperoleh dengan melakukan peningkatan
kapabilitas power melalui peningkatan kekuatan militer melebihi negara lain. Hal inilah yang

6 Mochtar Mas’oed. “Ilmu Hubungan Internasional” (Disiplin dan Metodologi). Jakarta : LP3S, 1990). Hlm. 117

5

membawa kedua negara ini pada suatu hubungan yang sangat kompleks dalam bidang
pertahanan dan keamanan.
Penempatan Rudal Anti Balistik milik AS – NATO di negara – negara Eropa Timur
dipandang oleh Rusia sebagai adanya indikasi keinginan AS untuk melakukan hegemoninya
terhadap Rusia di Eropa Timur. Walaupun alasan masuk akal yang dikemukakan oleh AS
bahwa penempatan rudal anti balistiknya tersebut sebenarnya hanyalah sebagai bentuk

tindakan pencegahan terhadap atas ancaman rudal nuklir yang sedang dikembangkan oleh
Iran dan Korea Utara. Namun, tindakan AS tersebut dirasakan sebagai ancaman atas
kedaulatan Rusia.
Setelah Perang Dingin berlangsung selama 44 tahun, ia berakhir juga secara simbolis
pada tahun 1989 dengan runtuhnya Tembok Berlin yang menjadi pemisah antara Jerman
Barat dan Jerman Timur. Pada tahun 1991, Uni Soviet benar-benar hancur setelah terpecahpecahnya negara tersebut menjadi Commonwealth of Independent State (CIS) yang terdiri
dari 12 negara: Belarusia, Kazakstan, Ukraina, Azerbaijan, Kirgiztan, Uzbekistan, Armenia,
Georgia, Moldavia, Tadzikistan, Turkmenistan, dan Rusia sebagai pimpinannya serta tiga
negara laut Baltik tidak ingin bergabung dengan CIS.2
Dalam waktu beberapa tahun kebelakang, Rusia terlihat kembali menguatkan cakarcakarnya dalam politik internasional. Peningkatan perekonomian negara dan politik yang
semakin stabil mengembalikan kepercayaan Rusia. Ini juga menciptakan perubahan dalam
pola hubungan Rusia dengan AS. Memang, setelah kehancuran Uni Soviet, AS berjaya
sebagai hegemon dengan pola unilapolar. Walau demikian Uni Soviet meninggalkan
kekuatan militer yang masih perkasa kepada Rusia dan menempatkan semua negara di Eropa
Timur sebagai negara satelitnya. Sekarang, Rusia sudah semakin kokoh dalam
perekonomian, politik dan militer. Semakin matangnya Rusia ini mengubah pola hubungan
yang terjalin selama ini antara AS dengan Rusia dari ketergantungan Rusia terhadap AS
mengarah kepada persaingan untuk meningkatkan kapabilitas power masing-masing.
Hubungan Rusia dengan Amerika Serikat (AS) kembali memanas setelah ancaman
Presiden Rusia Dmitry Medvedev yang akan menghancurkan sistem pertahanan rudal NATO

di Eropa diabaikan oleh AS. Pihak Gedung Putih mengatakan program yang dijadwalkan
rampung pada 2020 tersebut tetap akan berjalan. Juru bicara dewan keamanan nasional di
6

Gedung Putih, Tommy Vietor, Kamis (24/11) berusaha meyakinkan bahwa program
pertahanan rudal yang tengah dibangun tidak akan membahayakan nuklir Rusia. "Dalam
berbagai kesempatan kami telah menjelaskan kepada pemerintah Rusia, bahwa sistem
pertahanan rudal di Eropa tidak akan dan tidak bisa mengancam pertahanan Rusia," kata
Vietor, dilansir dari Associated Press, Jumat (25/11). Proses pembangunan sistem pertahanan
masih terus dilakukan di Eropa timur, tidak peduli ancaman Rusia. NATO dan AS
membangun sistem pertahanan rudal berbasis darat dan laut, yaitu SM-3 interceptors, di
Polandia, Rumania dan Spanyol. Sementara sistem radar akan dipusatkan di Turki.
Pembangunan sistem ini dilakukan secara bertahap. Saat ini sistem pertahanan rudal
dilakukan AS dari kapal induk di lautan. Pada tahun 2015, basis sistem pertahanan sudah
berdiri di empat negara tersebut. Tahap ketiga dan keempat akan dilakukan hingga rampung
pada 20207.
B.

Penempatan Rudal AS di Beberapa Negara Eropa Timur
Mulai dari tahun 2007 sampai sekarang, pemerintah AS yang dimulai pada masa


pemerintahan Presiden AS George W.Bush sampai pada masa pemerintahan Presiden Barack
Obama berupaya mencapai kesepakatan dengan pemerintah Polandia dan Ceko mengenai
pembangunan pangkalan pertahanan rudal AS. Namun usaha AS tersebut ditentang oleh Rusia
karena dianggap mengancam keamanan Rusia. Sebagai bagian dari sistem pertahanan misil
(antirudal)-nya, AS berencana menempatkan 10 penangkal rudal di Polandia serta radar
pembimbing di Ceko. Rencana pembangunan sistem pertahanan misil AS di Polandia dan Ceko
meliputi penempatan alat penangkal rudal, yaitu 10 rudal pencegat (interceptor missiles) di
Polandia dan sebuah stasiun radar (tracking radar site) di Republik Ceko.
Sistem pertahan misil anti rudal tersebut dimaksudkan AS untuk tujuan melindungi AS dan
negara-negara sekutu di Eropa dari serangan sistem kerja rudal yang diluncurkan oleh Iran dan
Korea Utara. Perisai rudal di Polandia dan Ceko dimaksudkan untuk menggagalkan serangan
dari ‘negara-negara nakal’ seperti Iran, bukan untuk Rusia. Menurut Pentagon, sistem itu akan
menjaga Eropa dari serangan-serangan rudal terbatas dari kekuatan-kekuatan militer yang lebih
7 “Hubungan Rusia dan AS kembali Memanas”.
http//:www.jurnalmedan.co.idindex.phpoption=com_content&task=view&id=69942&Itemid=55/index.php.htm.
diakses,8 November 2013.

7

kecil seperti Iran. Menurut PM Republik Ceko Mirek Topolanek, pembangunan sistem
pertahanan itu justru berguna untuk menguji semangat bela negara masyarakat Eropa. Hal
tersebut juga merupakan langkah untuk memperluas sistem pertahanan NATO pada negaranegara yang tidak terjangkau oleh AS.
Pada bulan Februari 2009, AS dan Polandia akhirnya menyepakati seluruh paket
penempatan sistem pertahanan anti rudal AS. Di samping itu negosiasi Ceko dengan AS berjalan
sukses dan kesepakatan tersebut akan ditandatangani pada awal bulan Mei. pemerintah Ceko
menyatakan bahwa perjanjian tersebut merupakan langkah penting dalam usaha mereka untuk
melindungi bangsanya sebagaimana dicerminkan dalam pernyataan berikut: “This agreement is
an important step in our efforts to protect our nations and our NATO allies from the growing
threat posed by the proliferation of ballistic missiles and weapons of mass destruction.”
Berikut ini adalah beberapa perjanjian perluasan penempatan Anti Balistic Missilles dan
radar pemantau milik AS – NATO di beberapa negara Eropa Timur :
a)

Pada tanggal 14 September 2011, Dubes AS untuk Turki melakukan

penandatanganan dengan Menteri Luar Negeri Turki Feridun Sinirlioglu, mengenai
perjanjian perluasan radar rudal anti balistik milik AS yang ditempatkan di wilayah Turki
bagian Tenggara, tepatnya di Distrik Kurecik, Propinsi Malatya.
b)

Tanggal 20 Agustus 2008 AS dan Polandia menandatangani perjanjian mengenai

rencana perluasan Rudal SM – 3 yang didesain untuk menangkis serangan rudal balistik
dari musuh. Rencanannya instalasi rudal tersebut akan dibangun di daerah Polandia yang
dekat dengan Laut Baltik pada tahun 2008.
c)

Pada tanggal 13 September 2011 Sekretaris Negara AS, Hillary Clinton, dan

Menteri Luar Negeri Rumania, Theodor Bakonski, menandatangani persetujuan
mengenai perluasan radar dan Rudal SM – 3 milik AS di wilayah teritori Rumania pada
tahun 2015.
d)

Pada tanggal 15 Oktober 2011, Perdana Menteri Spanyol, Jose Luis Sapatero, di

Brusel, menyatakan bahwa negaranya menyatakan bergabung dengan system pertahanan
8

anti rudal balistik milik AS, dan membiarkan perluasan kapal perang AS dan penempatan
rudal SM – 3 di basis Angkatan Laut milik Spanyol.
Penempatan system Rudal Anti Balistik milik AS merupakan ancaman bagi Rusia. Hal ini
berkaitan dengan ambisi AS yang ingin melakukan hegemoninya di belahan Eropa Timur, dan
hal tersebut merupakan sebuah upaya diplomasi deterrence AS terhadap eksistensi Rusia yang
saat ini sedang maju di bidang ekonomi dan militer.
C.

Tanggapan Rusia Terhadap Perluasan Rudal dan ABM System milik AS di Eropa

Timur.
Permasalahan yang timbul dari penempatan sistem pertahan misil anti rudal tersebut
menimbulkan kecurigaan Rusia bahwa rencana penempatan sistem antirudal AS di Polandia dan
Ceko adalah langkah strategis untuk proses perluasan NATO ke arah timur. Rusia berpendirian
bahwa rencana antirudal itu akan merusak perimbangan strategis AS dan Rusia di Eropa.
Rencana ini juga akan memperkuat NATO dalam mengawasi dan mengontrol penempatan dan
pengerahan tentara Rusia, yang akan meningkatkan kemampuan NATO untuk menyerang Rusia.
Konflik AS-Rusia tidak pelak lagi akan menyebabkan ketegangan di dalam hubungan
internasional secara keseluruhan. Ketegangan utamanya akan terjadi di wilayah Eropa Timur dan
Eropa Tengah. Wilayah ini sangat penting bagi AS dan Rusia yang sama-sama sedang
memperkuat supremasinya di dunia. AS dan Rusia tetap percaya terhadap apa yang dikatakan
oleh ahli geopolitik Halford Mackinder bahwa siapa yang menguasai heartlad (Ukraina, Rusia
dan Eropa Tengah) akan menguasai World-Island (Eurasia/Eropa Asia dan Afrika), siapa
menguasai World-Island akan menguasai dunia. Terbukti doktrin ini telah menyebabkan dua
Perang Dunia dan Perang Dingin. Atas dasar itu maka baik AS maupun Rusia akan berusaha
dengan cara apa saja untuk menguasai wilayah Eropa Timur dan Eropa Tengah.
a)

Kebijakan Luar Negeri Rusia Terkait Perluasan ABM System Milik AS.
Secara eksplisit, Presiden Rusia Dmitry Medvedev menyatakan bahwa Rusia tidak akan

tinggal diam apabila Amerika Serikat bersama dengan NATO tetap keras kepala dalam

9

memperluas ABM System milik AS di Eropa Timur. Ia secara tegas menyatakan bahwa militer
Rusia akan melakukan tindakan berupa serangan frontal terhadap proyek militer AS tersebut.
Presiden Rusia Dmitry Medvedev menegaskan akan menembakkan rudal untuk
menghancurkan sistem pertahanan rudal NATO di Eropa, tanpa memedulikan perjanjian yang
telah diteken dengan Amerika Serikat. Langkah ini akan diambil jika tuntutan Rusia soal sistem
pertahanan NATO tetap diacuhkan. Medvedev mengatakan, Rusia akan menembakkan rudal
balistik baru berkemampuan lebih canggih dalam menembus sistem pertahanan musuh. Rusia
juga akan mematikan sistem anti-rudal yang dimiliki oleh NATO dan AS. Jika ini gagal, maka
Medvedev punya rencana B. "Jika gagal, Rusia akan menurunkan persenjataan dengan sistem
serang canggih di barat dan selatan negara ini. Salah satunya adalah rudal Iskandar di wilayah
Kalinigrad. Hal ini kami lakukan agar dapat menghancurkan semua sistem pertahanan rudal AS
di Eropa," kata Medvedev dalam sebuah siaran langsung, dilansir dari kantor berita CNN, Rabu
23 November 20118.
Kemarahan Rusia ditegaskan oleh Presiden Dmitry Medvedev dalam pernyataannya
Rabu waktu setempat. Pemerintahnya menolak rencana Amerika Serikat dan NATO membangun
sistem pertahanan rudal (anti-ballistic missile defense/ABM) di beberapa negara di Eropa Timur.
NATO berdalih, sistem yang akan rampung 2020 ini demi melindungi sekutu-sekutu AS dari
serangan Iran9.
Medvedev khawatir, alih-alih pertahanan, rudal tersebut akan digunakan AS untuk
mengincar persenjataan nuklir Rusia. Padahal, nuklir adalah salah satu kartu Rusia dalam
mempertahankan diri pasca Perang Dingin yang berakhir 1991 lalu.

Tidak peduli terikat

perjanjian pengurangan penggunaan senjata atau yang disebut START (Strategic Arms Reduction
Treaty) dengan AS, Medvedev menyatakan pemerintahnya akan bertindak agresif jika tuntutan
mereka tidak dipenuhi. Dalam siaran langsung di televisi, Medvedev mengatakan telah
memberikan beberapa perintah kepada militer Rusia10, yaitu :
8 Denny Armandhanu. “Rusia Ancam Hancurkan Rudal NATO di Eropa”.
httpdunia.vivanews.comnewsread266937-rusia-ancam-hancurkan-rudal-nato-di-eropa/266937-rusia-ancamhancurkan-rudal-nato-di-eropa.htm. diakses, 8 November 2013.
9 Denny Armandhanu. “Krisis Rudal, Rusia Ancam NATO dan AS”. httpdunia.vivanews.comnewsread267093beruang-merah-marah--mengancam-paman-sam/267093-beruang-merah-marah--mengancam-paman-sam.htm.
Diakses, 8 November 2013.
10 Ibid.

10

 Pertama, kata Medvedev, dia telah memerintahkan Kementerian Pertahanan untuk
menempatkan stasiun radar peringatan dini serangan rudal di Kalinigrad, daerah di Rusia
yang berbatasan dengan Polandia. Stasiun ini akan segera memberian sinyal bahaya jika
ada rudal yang meluncur menuju Rusia.
 Kedua, Medvedev memerintahkan dipasangnya selubung pelindung di persenjataan
nuklir Rusia.
 Ketiga, Medvedev memerintahkan dipasangnya rudal strategi balistik terbaru milik
angkatan laut dan angkatan rudal strategis Rusia di sistem rudal penetrasi pertahanan.
Rudal-rudal tersebut, memiliki hulu ledak baru yang lebih canggih dan efektif.
 Keempat, Medvedev memerintahkan angkatan bersenjata Rusia untuk mengantisipasi
langkah dan mencari cara melumpuhkan sistem data pertahanan dan pemandu rudal
musuh. "Langkah ini sangat tepat, efektif dan lebih murah," kata Medvedev.
 Kelima, langkah antisipasi jika semua langkah di atas tidak mampu mengubah niat
NATO, Rusia akan menempatkan sistem serang yang modern di bagian Barat dan
Selatan. Puncaknya, kata Medvedev, adalah peluncuran rudal Iskandar. "Langkah ini
untuk memastikan bahwa kita mampu menghancurkan sistem pertahanan rudal AS di
Eropa," tegasnya.

b)

Persiapan Kekuatan Militer Rusia.
Walaupun tidak secara eksplisit Rusia menyatakan bahwa peningkatan kapabilitas militer

yang di lakukan pada 2010 yang lalu adalah untuk meng – counter kekuatan hegemoni AS di
Eropa Timur, namun terdapat indikasi bahwa hal tersebut sengaja dilakukan untuk
mempersiapkan diri Rusia dari ancaman potensial yang datang dari barat dan sekutunya.
Pemerintah Rusia mengumumkan rencana pembuatan lima kapal selam tenaga nuklir
sebagai salah satu upaya pembaruan persenjataan negara itu. Untuk modernisasi angkatan laut,
11

pemerintahan Perdana Menteri Vladimir Putin menganggarkan US$9 miliar (Rp80,4 triliun).
Hal ini disampaikan Putin di galangan kapal Sevmash di Laut Putih ketika meresmikan kapal
selam nuklir kelas Borei milik Rusia, Rabu 9 November 2011. Kapal selam ini dipersenjatakan
rudal antar benua Bulava yang baru saja diujicoba. "Saya yakin pelaksanaan program ini, baik
dari sisi tujuan dan pendanaannya, akan dapat memodernisasi militer dan armada laut kita dalam
skala besar," kata Putin, dilansir dari kantor berita Reuters. Putin tidak menyebutkan lebih lanjut
perihal program kapal selam nuklir tersebut. Namun, staf Sevmash yang tidak ingin disebutkan
namanya mengatakan Rusia berencana membuat kapal selam nuklir kelas Yasen. Biaya
pembuatan satu kapal diperkirakan seharga US$1,3 miliar (Rp11,6 triliun). Dibandingkan kapal
selam kelas Borei yang seharga US$759 juta (Rp6,7 triliun), Yasen jauh lebih besar. Yasen
dipersenjatai dengan rudal jelajah, tidak membawa rudal balistik jarak jauh seperti Bulava11.
Sampai saat ini belum ada tanda tangan kontrak antara pemerintah Rusia dengan
perusahaan pembuat kapal selam. Juru bicara perusahaan pembuatan kapal Rusia mengatakan,
masih dilakukan tawar menawar masalah harga antara kedua pihak. Sebelumnya, berbicara
masalah modernisasi militer Rusia, Putin meminta para pembuat senjata untuk mengurangi harga
dan meningkatkan kualitas produk. Putin mengatakan, pemerintah Rusia menjamin keuntungan
35 persen yang akan diterima perusahaan pembuat senjata. Angkatan laut Rusia mengambil porsi
terbesar dari jatah anggaran peningkatan kapasitas kemiliteran Rusia. Rencananya, Rusia akan
menghabiskan dana hingga US$653 miliar (Rp5.836 triliun) sebelum tahun 2020 untuk
keperluan pembaruan persenjataan.
Rusia, baru-baru ini mengancam akan menempatkan rudal-rudalnya di perbatasan dengan
Uni Eropa (UE), untuk menanggapi Amerika Serikat (AS) yang bersikeras melaksanakan
keinginan menempatkan sistem rudal pertahanannya di Eropa timur. Presiden Rusia Dmitry
Medvedev mengatakan Rusia siap menempatkan rudal Iskander di eksklave Kaliningrad, yang
membatasi dua anggota UE, Polandia dan Lithuania. Rudal yang mampu mengenai sasaran
sejauh 500 km itu juga akan ditempatkan di selatan, dekat dengan Georgia dan Turki, untuk
digunakan menghancurkan sistem rudal pertahanan AS di Eropa12.
11 Denny Armandhanu. “Rusia Akan Buat Lima Kapal Selam Nuklir”. httpdunia.vivanews.comnewsread262931rusia-berencana-beli-lima-kapal-selam-nuklir/262931-rusia-berencana-beli-lima-kapal-selam-nuklir.htm. Diakses, 8
November 2013.
12 “Saingi AS, Rusia Ancam Tempatkan Rudal di Eropa”. /httpwww.suarapembaruan.cominternasionalsaingi-asrusia-ancam-tempatkan-rudal-di-perbatasan-eropa14021/14021.htm. diakses, 8 November 2013.

12

Medvedev memperingatkan jika Barat terus menekan dengan bersikeras menjalankan
rencananya, Federasi Rusia akan menempatkan sistem persenjataan modern mereka di barat dan
selatan, yang bisa digunakan untuk menghancurkan komponen rudal AS di Eropa. Medvedev
memerintahkan kementerian pertahanan segera menempatkan sistem radar di Kaliningrad, untuk
mewaspadai serangan rudal pada mereka13.
Dia juga menegaskan bahwa rudal balistik Rusia akan diberi kapasitas untuk mengatasi
sistem pertahanan rudal, serta hulu ledak baru yang sangat efektif. Arogansi AS untuk tetap
menempatkan rudal-rudalnya di negara-negara yang berbatasan dengan Rusia, berulangkali
menjadi penghalang perbaikan hubungan Rusia dan AS. Medvedev memperingatkan rencana
penempatan rudal AS juga bisa berdampak pada penghentian Perjanjian Pengurangan Senjata
Strategis (START), yang mengatur pengurangan jumlah senjata nuklir Rusia dan AS,
ditandatangani oleh Medvedev dan Presiden AS Barack Obama, April 2010. “Itu akan menjadi
dasar bagi keluarnya kami dari START,” ujarnya14.
Berangkat dari pemikiran kaum realis, di sini terlihat jelas bahwa Rusia telah melakukan
peningkatan kekuatan militer (walaupun baru pada kapal selam) terdapat sebuah indikasi yang
menunjukan bahwa Rusia berusaha untuk merespon tindakan AS tersebut. di sini terlihat adanya
perimbangan kekuatan (balance of power) yang sedang diusahakan oleh Rusia.
Selain melakukan peningkatan kapabilitas militernya, Rusia juga menjalin hubungan
aliansi dengan beberapa negara yang notabenenya merupakan musuh potensial dari AS dan
sekutunya, seperti Iran, Cina, dan Korea Utara. Hal ini menunjukan bahwa perimbangan
kekuasaan dengan menciptakan aliansi secara tidak langsung menjadi salah satu kekuatan
andalan Rusia dalam menghadapi ancaman AS dan NATO.
Salah satu contoh kebijakan Rusia dalam menentang dominasi AS adalah Rusia menolak
rayuan dan bujukan dari AS sebagai anggota Dewan Keamanan Tetap PBB untuk memberikan
sanksi terhadap program nuklir Iran yang dilaporkan oleh IAEA.

13 Ibid.
14 Ibid.

13

Silang pendapat antara Washington dan Moskow tidak terhenti sampai di Iran. Kedua
musuh Perang Dingin itu juga berbeda dalam menyikapi isu Suriah. AS mendukung kelompok
oposisi Suriah dan menyusun berbagai skenario untuk menggulingkan pemerintahan Presiden
Bashar Assad. Akan tetapi, Assad mengancam akan menyerang rezim Zionis Israel dan
memperpanas situasi di Timur Tengah jika NATO melancarkan operasi militer ke Suriah.
Resolusi untuk pemberlakuan sanksi ke Suriah gagal tercapai setelah Rusia dan Cina
menggunakan hak vetonya. Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin bahkan memperingatkan
Barat terhadap intervensi militer di Suriah, menggambarkan setiap tindakan semacam itu
terhadap Damaskus tidak dapat diterima15.
Rusia baru-baru ini mengirim kapal perang ke perairan Suriah dalam sebuah langkah
yang bertujuan untuk mencegah setiap serangan asing terhadap wilayah Suriah. Menurut sumber
Rusia, langkah terakhir bertujuan menyampaikan pesan bahwa Moskow akan memblokir setiap
serangan yang dipimpin NATO di bawah kedok intervensi kemanusiaan16.

PENUTUP
Saat ini dunia menjadi semakin tegang dengan adanya upaya dari negara – negara superpower
yang notabenenya dipegang oleh AS berusaha untuk meningkatkan kapabilitas militernya
diberbagai kawasan. Salah satunya di Eropa Timur.
Perluasan ABM System milik AS di Eropa Timur mendapat kecaman keras dari pihak
Rusia sendiri. Hal ini terjadi karena Rusia menganggap bahwa hal tersebut mengancam
keamanan nasional Rusia.
Rusia, dengan kebijakan luar negerinya berusaha untuk menciptakan balance of power dengan
AS beserta sekutunya. Hal inilah yang menimbulkan terjadinya dilemma keamanan (security
dilemma).
15 “Isu Global, dan Hubungan Tegang AS – Rusia”. HTTPIN~1.IR%25/isu-global-dan-hubungan-tegang-asrusia.htm. Diakses, 8 November 2013.
16 Ibid.

14

Bukan hal tidak mungkin bahwa Perang Dunia Ketiga dapat terjadi. Mengingat system hubungan
internasional saat ini bersifat multipolar yang sangat kompleks. Negara - negara berkembang
berusaha untuk menjalin hubungan dengan negara – negara maju untuk menjamin keamanan
negaranya. Dan hal ini yang sedang terjadi saat ini.
Namun, Perang Dunia Ketiga mungkin saja terjadi apabila negara – negara besar tidak
dapat menahan diri untuk menciptakan perang besar antar sesame negara kuat yang akan
menyeret negara – negara kecil ke dalam peperangan tersebut. dan dari hal tersebut, jelas sudah
bahwa perang besar tidak dapat terhindarkan lagi oleh negara – negara di dunia.

DAFTAR PUSTAKA
Buku :
 Mas,Oed, Mochtar. “Ilmu Hubungan Internasional”.1990. (Disiplin dan Metodologi).
Jakarta : LP3S.
Websites :
 Armandhanu,

Denny.

“Krisis

Rudal,

Rusia

Ancam

AS

dan

NATO”.

httpdunia.vivanews.comnewsread267093-beruang-merah-marah--mengancam-paman-

15

sam/267093-beruang-merah-marah--mengancam-paman-sam.htm. Diakses, 8 November
2013.
. “Rusia Ancam Hancurkan Rudal NATO di Eropa”.
httpdunia.vivanews.comnewsread266937-rusia-ancam-hancurkan-rudal-nato-dieropa/266937-rusia-ancam-hancurkan-rudal-nato-di-eropa.htm. diakses,8 November
2013.

 “Hubungan Rusia dan AS kembali Memanas”.
http//:www.jurnalmedan.co.idindex.phpoption=com_content&task=view&id=69942&Ite
mid=55/index.php.htm. diakses,8 November 2013.


16