Internet: Teknologi Pencipta Dunia “Cyber”
“Cybercrime”: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
M.E. Fuady
ABSTRACT It had been long known that technology, as Janus, has two side of coins: the good side,
and the bad side. Everybody knows the benefit of technology development. But there aren’t much who realize the negative potent of technology. Cybercrime discussed in this article is an example
of how crime was developed sophisticatedly by using technological means. Cybercrime, simply defined as criminal acts using cyber and Internet, has faced a new challenge for lawmaker and law enforcement mission. In Indonesia, carding become serious issues to be combated. Another type of cybercrime frequently occur in Indonesia are hacking and deface. Although Internet user in Indonesia is estimated no more than 5% of total
population (4.38 million persons), everybody must attended cybercrime issues seriously. The loss of cybercrime reached unspeakable heights and damaged public safety in communication and information flows.
Kata kunci: “cybercrime”, realitas virtual, dunia tanpa batas
Internet: Teknologi Pencipta
berkomunikasi hanya dengan menekan keyboard
Dunia “Cyber”
dan mouse di hadapannya. Informasi apa pun yang dibutuhkan telah tersedia. Karena kemudahan
Kehadiran teknologi komunikasi modern yang ditawarkan itulah banyak individu yang seperti internet telah membuat pandangan manusia menggunakannya. Dibandingkan radio dan mengenai kehidupan berubah. Paradigma televisi, penetrasi internet di kalangan masyarakat, komunikasi manusia dalam menjalani aktivitas termasuk yang paling cepat. Untuk mencapai ekonomi, bisnis, interaksi sosial, dan politik, pengguna sebanyak 50 juta orang, internet hanya menjadi berbeda. Sebelumnya, manusia didominasi membutuhkan waktu 5 tahun, sementara radio oleh aktivitas yang bersifat fisik, face to face. membutuhkan waktu 38 tahun dan televisi 13 tahun Manusia dihalangi oleh berbagai keterbatasan. (Temporal & Lee, 2002:7). Saat ini, diperkirakan Dengan internet, ruang, jarak, dan waktu yang pengguna internet telah mencapai 220 juta orang. membatasi manusia menghilang. Menurut Kenichi
Dengan menggunakan internet, user Ohmae (Mahayana, 1999:97), itulah dunia tanpa berkesempatan untuk berpetualang, berkelana,
batas (the borderless world). berselancar menelusuri cyberspace, sebuah dunia Internet merupakan jaringan dari jutaan komunikasi berbasis komputer (computer mediated
komputer yang saling terhubungkan. Dengan communication). Realitas yang ditawarkan adalah internet, setiap orang di seluruh dunia dapat realitas virtual, kehadirannya tidak dapat ditangkap
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
internet, muncul istilah cybercrime. Cyberspace menawarkan segala hal yang
Bagi sebagian besar masyarakat yang terbiasa diperlukan manusia, termasuk kesenangan, menggunakan media teknologi komunikasi keuntungan, dan kemudahan tanpa bersusah (telekomunikasi), cybercrime bukanlah istilah yang payah menggerakkan badan untuk memeroleh asing terdengar. Cybercrime atau kejahatan di sesuatu. Berbagai informasi gratis dari surat kabar
ruang maya merupakan sebuah fenomena yang dalam dan luar negeri dapat diperoleh tanpa
tidak terbantahkan. Tidak terlihat namun nyata. membeli. Menikmati musik tanpa harus membeli
Terdapat berbagai kasus cybercrime yang kian hari kaset. Bagi dosen, berbagai literatur tersaji secara
kian meningkat, terutama di negara-negara yang gratis tanpa harus pergi ke tempat berada. Inilah tidak memiliki kepastian hukum dalam bidang “zona mabuk teknologi” yang dikemukakan Philips teknologi komunikasi modern (convergence). dan Naisbitt (2001).
Teknologi komunikasi yang memiliki kekuatan Kehidupan virtual yang disajikan cyberspace dahsyat dalam merubah perilaku komunikasi telah memunculkan bentuk aktivitas baru untuk manusia, selain membawa keuntungan berupa mencapai kepuasan, seperti teleshopping, telecon- kemudahan dalam berkomunikasi, ternyata memiliki ference, virtual gallery, virtual museum, e-com- “sisi gelap”. Teknologi membawa kerugian, salah merce, namun juga memunculkan penyimpangan- satunya berupa semakin dipermudahkannya penyimpangan seperti kejahatan dengan “penjahat” dalam melakukan kejahatannya. memanfaatkan internet atau cybercrime.
Kecanggihan teknologi memungkinkan penjahat
“Cybercrime”: Bentuk Kejahatan cyber memangsa korban-korbannya. Meski tidak
mau disebut sebagai pelaku kriminal, sebagai akibat
di Dunia Maya
dari perbuatannya, mereka tidak ada bedanya Dalam beberapa literatur, cybercrime sering dengan seorang penjahat. diidentikkan sebagai computer crime. The U.S.
Menurut Raharjo (2002:29), sebagai sebuah Department of Justice memberikan pengertian com- gejala sosial, kejahatan telah ada sejak awal
puter crime sebagai:”…any illegal act requiring kehidupan manusia di dunia, namun kemajuan knowledge of computer technology for its perpe- teknologi komunikasi membuat kejahatan dalam tration, investigation, or prosecution”. Pengertian bentuk primitif berubah menjadi sebuah kejahatan lainnya diberikan oleh Organization of European yang lebih maju (modern). Kejahatan Community Development, yaitu: “any illegal, un- konvensional di dunia nyata muncul dalam dunia ethical or unauthorized behavior relating to the maya (virtual) dengan wajah kejahatan yang telah automatic processing and/or the transmission of diperhalus sedemikian rupa. Kehalusan kejahatan data”. Hamzah (1989) mengartikan: “kejahatan di virtual atau cybercrime membuat masyarakat luas, bidang komputer secara umum dapat diartikan khususnya di negara berkembang yang memiliki sebagai penggunaan komputer secara ilegal”.
kesenjangan digital seperti Indonesia, tidak Dari beberapa pengertian di atas, Wisnubroto merasakannya sebagai sebuah bentuk kejahatan.
(1999) merumuskan computer crime sebagai Padahal, sudah begitu banyak korban (victim) dan 256
M EDIA T OR, Vol. 6 No.2 Desember 2005
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
kerugian moril dan materil akibat cybercrime. pemaksaan kehendak pada orang lain. Mereka Korbannya dapat berupa netizen (penduduk dunia
memegang prinsip bahwa meng-hack untuk virtual/penghuni cyberspace) dan masyarakat
tujuan meningkatkan keamanan jaringan luas yang awam.
internet. Misalnya, bila ada sebuah Perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis
perusahaan perbankan mengatakan bahwa dan individu tak berdosa, yang tidak memiliki
jaringan sistem komunikasi mereka sudah keahlian bahkan pemahaman akan teknologi
sangat canggih dan mustahil dibobol, tidak komunikasi, dapat menjadi korban. Tidak perlu
dapat ditembus oleh siapa pun, maka hacker jauh-jauh, kita semua masih ingat dengan kasus
tertantang untuk mencoba dan setelah berhasil mahasiswa dan artis “bugil” yang beredar di
mereka memperingatkan betapa lemahnya internet. Sedikit sekali di antara mereka yang
sistem informasi perusahaan terrsebut. Oleh memahami teknologi komunikasi, tetapi mereka telah
karena itu, tidak sedikit dari mereka yang menjadi korban. Sebut saja artis dengan inisial YS,
akhirnya direkrut perusahaan untuk KD, KF, CK, dan masih banyak lagi. Itu salah satu
mengamankan sistem informasi dan contoh kecil korban dari cybercrime. Meski
komunikasi di dunia maya. memang ada publik yang tidak menyepakati (2) Cracker cyberporn sebagai cybercrime. Tetapi, kita telah
Di dunia cyber, ada pula hacker yang memiki melihat adanya korban akibat perbuatan pelaku
sisi gelap. Mereka disebut cracker. Para cybercrime. Sebagai catatan penting, menurut
cracker ini secara ilegal melakukan Menteri Negara Komunikasi dan Informasi, sekitar
penyusupan dan perusakan terhadap situs,
50 persen kalangan muda yang menggunakan website, dan sistem keamanan jaringan internet internet lebih suka untuk mengunjungi situs porno
untuk memperoleh kesenangan dan (Kompas Cyber Media, 05 Mei 2002).
keuntungan. Mereka bangga dan sombong Untuk memahami cybercrime, perlu kiranya
atas keberhasilan mereka merusak situs sebuah dipahami terlebih dahulu apa yang disebut dengan
perusahaan. Serangannya sangat luar biasa. hacker, cracker dan beberapa lainnya. Karena,
Kementerian Petahanan Amerika Serikat di seperti halnya kehidupan nyata, ada di antara
Pentagon mencatat serangan 100 cracker mereka yang “hitam” dan “putih”, ada yang
dalam satu hari (Republika, 6 Januari 2000). berlaku seperti pahlawan dan penjahat.
(3) Carder
(1) Hacker Carder adalah orang yang melakukan crack- Hacker secara harfiah berarti mencincang atau
ing, yakni pembobolan terhadap kartu kredit membacok. Dalam arti luas adalah mereka yang
untuk mencuri nomor kartu orang lain dan menyusup melalui komputer ke dalam jaringan
menggunakannya untuk kepentingan pribadi. komputer (Republika, 22 Agustus 1999).
Biasanya yang menjadi korbannya adalah Menurut Ustadiyanto (2001:304), ada definisi
mereka yang memiliki kartu kredit dalam jumlah yang relevan, yakni hacker adalah orang-or-
besar. Menurut hasil riset, pada tahun 2002, ang yang ahli dalam bidangnya. Bila komputer,
Indonesia menempati urutan kedua setelah maka dia pandai menggunakannya. Ia sangat
Ukraina dalam kejahatan carding. menguasai komputer. Hacker adalah orang- (4) Deface orang yang gemar mempelajari seluk-beluk
Deface adalah tindakan menyusup ke suatu sistem komputer dan bereksperimen
situs, lalu mengubah tampilan halaman dari dengannya. Mereka pandai untuk menyusup
situs dengan tujuan tertentu. Indonesia ke dalam jaringan komunikasi suatu institusi
pernah diserang para deface yang mengubah di dunia maya. Hacker menjunjung tinggi etika
situs TNI. Tampilan gambar Burung Garuda atau norma yang berlaku di dunia maya.
Pancasila diganti dengan lambang palu arit. Mereka anti penyensoran, anti penipuan, dan
Hompage Polri diganti tampilannya dengan
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
SI10.HTM):
Yaitu seseorang yang melakukan cracking (1) Perbuatan yang dilakukan secara ilegal, tanpa terhadap jaringan telepon, sehingga dapat
hak atau tidak etis tersebut terjadi di ruang/ menelepon secara gratis ke daerah manapun
wilayah maya (cyberspace), sehingga tidak yang dituju (Komputeraktif, No. 43/18
dapat dipastikan yurisdiksi hukum negara Desember 2002). Di Indonesia, kasus semacam
mana yang berlaku terhadapnya. ini pernah terjadi pada wartel–wartel.
(2) Perbuatan tersebut dilakukan dengan Para pelaku hacking biasanya bukan dari
menggunakan peralatan apapun yang bisa kalangan lapisan bawah, pada umumnya mereka
terhubung dengan internet. adalah kaum terpelajar, setidak-tidaknya (3) Perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian mengenyam pendidikan formal sampai tingkat
materil maupun immateril (waktu, nilai, jasa, tertentu dan dapat menggunakan atau
uang, barang, harga diri, martabat, kerahasiaan mengoperasikan komputer. Para craker adalah or-
informasi) yang cenderung lebih besar ang yang berpendidikan, tidak buta teknologi,
dibandingkan kejahatan konvensional secara ekonomis mampu dan tidak termasuk dalam (4) Pelakunya adalah orang yang menguasai masyarakat lapisan bawah. Kejahatan ini dapat
penggunaan internet beserta aplikasinya dikategorikan kepada white collar crime (kejahatan (5) Perbuatan tersebut seringkali dilakukan secara kerah putih). Jo Ann L. Miller, mengkategorikan
transnasional/melintasi batas negara. pelakunya menjadi 4 (empat).
“Cybercrime” di Indonesia
(a) Organizational occupational crime
Pelakunya adalah para eksekutif. Mereka Di antara negara berkembang, Indonesia melakukan perbuatan ilegal atau merugikan termasuk negara yang lambat mengikuti
orang lain melalui jaringan internet demi perkembangan teknologi komunikasi modern. In- kepentingan atau keuntungan korporasi.
donesia tidak memrioritaskan strategi (b) Government occupational crime
pengembangan dan penguasaan teknologi. Yang Pelakunya adalah pejabat atau birokrat yang terjadi kemudian, transfer teknologi dari negara
melakukan perbuatan ilegal melalui internet maju tidak serta merta diikuti dengan penguasaan atas persetujuan atau perintah negara atau teknologi oleh negara berkembang seperti Indo- pemerintah, meski dalam banyak kasus, bila nesia. Bandingkan saja dengan Malaysia yang terungkap hal itu akan disangkal.
telah memproduksi secara massal software, per- (c) Professional occupational crime
sonal Computer (PC), dan ponsel. Sungguh ironis Berbagai profesi yang melakukan kejahatan memang, karena menjelang 1980-an Indonesia secara sengaja (malpractice).
adalah negara Asia Tenggara pertama yang (d) Individual occupational crime
memiliki satelit komunikasi. Singapura dan Malay- Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh para sia yang saat itu masih menyewa satelit Palapa
pengusaha, pemilik modal atau orang-orang dari Indonesia, kini menjadi negara maju berbasis independen lainnya, walau mungkin tidak teknologi komunikasi modern. tinggi tingkat sosial ekonominya. Dalam
Meski masih diperdebatkan, dapat dikatakan bidang kerjanya kalangan ini memilih jalan Indonesia merupakan negara yang memiliki
yang menyimpang yang melanggar hukum kesenjangan digital yang cukup lebar. Kesenjangan atau merugikan orang lain.
digital dapat diartikan sebagai adanya jurang di
Karakteristik “Cybercrime” antara mereka yang mampu mengakses teknologi
komunikasi dan yang tidak mampu (Staubhaar & Cybercrime memiliki karakter yang khas La Rose, 2000:9). Selain masih senjangnya tingkat dibandingkan kejahatan konvensional, yaitu pendidikan dan ekonomi di Indonesia, kesempatan
258 M EDIA T OR, Vol. 6 No.2 Desember 2005
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
Gambar 1: Model Pusat-Pinggiran Akses Teleteknologi
SES rendah Belum pernah mendengar Internet
Belum pernah menggunakan komputer sebelumnya
Tidak terpengaruh
oleh kemajuan
Akses Internet dan Komputer publik Memiliki komputer tanpa Internet
Akses Pinggiran Menggunakan Pelayanan “on-line” namun
bukan sebagai sarana (alat)
informasi dan komunikasi yang
utama
Pusat
(kaum Pinggiran)
Pengguna
Informasi Masyarakat
SES Tinggi
Sumber: Wilhelm (2003:119)
untuk menggunakan teknologi komunikasi di In- Notebook bermerk Sony seharga 20 Juta yang donesia belum merata. Ketimpangan, dipesan melalui carding, dijual seharga 4 Juta ru- ketidakmilikan informasi dan telekomunikasi dapat piah. Untuk yang satu ini, ClearCommerce, dibagi dalam beberapa kategori. Yang paling perusahaan keamanan internet yang berbasis di banyak aksesnya, tentu saja, yang paling dekat Texas, Amerika Serikat, memasukkan Indonesia ke dengan pusat informasi masyarakat.
dalam daftar negara-negara terburuk untuk Meskipun terdapat kesenjangan digital, di In- kejahatan yang memanfaatkan kecanggihan
donesia marak sekali kejahatan cyber. Kasus yang teknologi komunikasi. Setidaknya, 20 persen paling sering terjadi adalah pembobolan kartu transaksi kartu kredit internet yang berasal dari kredit oleh para hacker hitam. Mereka bisa Indonesia merupakan penipuan. Berikut ini adalah memperoleh barang apa pun yang diinginkan, mulai data kejahatan yang memanfaatkan internet: dari berlian, radar laut, corporate software, com-
Dari data di bawah (Koran Tempo, 26 Maret puter server, Harley Davidson, hingga senjata M- 2003), Yogyakarta menempati urutan pertama dan
16 (Warta Ekonomi.com, 23 Desember 2002) Bandung kedua dalam cybercrime jenis carding dengan menggunakan kartu kredit milik orang lain. di Indonesia. Yang melakukan jenis kejahatan itu Istilahnya adalah carding. Para carder (hacker adalah kalangan muda, biasanya mahasiswa. hitam) memesan barang-barang melalui internet Seorang mahasiswa universitas swasta di untuk dikirimkan ke negara mereka berada. Barang Bandung pernah memesan 5 buah ponsel Nokia yang dipesan dapat digunakan sendiri, dapat pula Communicator yang ia jual seharga 5 Juta rupiah, dijual dengan harga yang sangat murah. Misalnya, padahal saat itu harganya berkisar 10 Juta rupiah.
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
Gambar 2: Kejahatan Umum yang Memanfaatkan Internet
Agar tidak diketahui identitasnya, ia melakukan pendidikan, tingkat korupsi, termasuk cybercrime carding di warnet sekitar kampus dan saat jenis carding. mengambil pesanan, agar dimudahkan, ia
Kejahatan memang tidak dapat diprediksi bekerjasama dan memberi sejumlah uang kepada kejadiannya, tidak mempedulikan tempat dan oknum karyawan biro pengiriman paket terkemuka suasana ketika hendak muncul, tidak pula di Indonesia.
membanding-bandingkan siapa pelaku dan Indonesia tampaknya akan semakin korbannya, tidak mengenal kasta ataupun status mengukuhkan diri sebagai negara kampiun sosial pelaku dan korbannya. Saat muncul, ia dapat penipuan kartu kredit di internet Dalam berbagai menjadi bahan yang menarik untuk dibicarakan, urusan yang berkonotasi buruk, Indonesia baik di media massa maupun ruang-ruang seminar. memang seringkali termasuk di dalamnya, mulai dari Apalagi saat kejahatan itu dipadukan dengan pendapatan perkapita yang rendah, mutu kecanggihan teknologi komunikasi. Tanpa sadar
260 M EDIA T OR, Vol. 6 No.2 Desember 2005
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
Gambar 3. Bagan Konstruksi Kejahatan dari “Hacking”
1 2 3 4 Mempelajari
Membuat Sistem operasi
Menyusup/
menjelajah sistem
masuk jaringan
komputer mencari
backdoor
Target sasaran komputer
akses lebih tinggi
hilangkan jejak
Crime ringan/
CRIME
Pelanggaran
1. Public wrong 2. Moral wrong
Pemanfaatan
sosial kejahatan Internet oleh
Proses
konstruksi
sehubungan dengan pemanfataan internet pemerintah, dunia usaha dan kegiatan lain
Sumber: Raharjo (2002)
di sekeliling kita terdapat kejahatan yang “inno- bisnis maupun situs pendidikan. cent”, seolah tanpa dosa dan begitu halus.
(b) Tahun 1998, tampilan depan atau frontpage Adapun konstruksi kejahatan Hacking dapat
Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah Lembaga dilihat pada gambar 3.
Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII LIPI) Selain cybercrime jenis carding, di Indone-
diganti dengan gambar wanita telanjang. sia juga sering terjadi kasus deface. Tampilan si- (c) Tahun 1998, setelah kerusuhan 13–14 Mei, tus di Internet dirusak dan diganti oleh para hacker
craker yang diduga berasal dari Cina hitam. Berikut ini adalah kasus-kasus yang pernah
menghantam situs milik pemerintah, yaitu terjadi (Raharjo, 202:35):
BKKBN. Serangan ini merupakan reaksi atas (a) Tahun 1997 ketika masalah Timor-Timur
pemberitaan media mengenai kerusuhan Mei menghangat, situs milik Departemen Luar Ne-
yang menyebabkan etnis Cina di Indonesia gri dan ABRI (TNI, pen) dijebol oleh craker
menjadi korban pembantaian dan Porto (Portugis) yang pro-kemerdekaan.
pemerkosaan.
Mereka juga merusak situs-situs bisnis dan (d) Juni 1999, homepage POLRI diganti dengan pendidikan. Serangan dari craker Porto ini
gambar telanjang, kemudian diganti lagi mendapat balasan dari craker Indonesia. Hal
dengan gambar yang mirip logo PDI- ini dilakukan karena, menurut mereka, craker
Perjuangan.
Porto dinilai keterlaluan, serangannya (e) Januari 2000, situs yang diserang, antara lain membabi-buta, tidak mempedulikan apakah itu
Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bank Central Asia situs milik pemerintah ataupun bukan, situs
dan Indosatnet.
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
(f) September dan Oktober 2000, Fabian Clone menyelesaikannya. Oleh karena itu, pemerintah berhasil menjebol web milik Bank Bali, harus meningkatkan pemahaman serta keahlian sebelumnya juga berhasil menjebol web milik aparatur penegak hukum mengenai upaya Bank Lippo. Kedua bank itu memberikan pencegahan, investigasi, dan penuntutan perkara- layanan Internet Banking, kerugian yang perkara yang berhubungan dengan cybercrime. diderita lebih besar dibandingkan kerugian Aparat kepolisian perlu menanggapi secara serius yang diderirta BEJ.
kejahatan saiber.
(g) Januari 2001, situs milik PT. Ajinomoto Indo- Tentunya, harus dibarengi pula dengan nesia diserang craker. Serangan ini merupakan serangkaian langkah proaktif dan antisipatif yang reaksi atas penggunaan enzim porcine (babi) dilakukan oleh beragam institusi terkait di Indone- yang digunakan sebagai katalis dalam proses sia. Misalnya, asosiasi yang membawahi para pembuatan bumbu penyedap rasa. Situs Internet Service Provider (ISP) dan warnet di In- Ajinomoto hhtp://www.mjk.ajinomoto.co.id donesia harus memikirkan langkah yang akan ketika dibuka yang muncul adalah gambar diambil untuk melindungi para konsumen. seekor babi yang tengah tersenyum dengan
Selanjutnya, adalah dengan melakukan tulisan Babi, open in December 2K, kampanye dan edukasi tentang ber-internet yang “Ajinomoto You Lied to Us”, “Ajinomoto: aman secara komprehensif dan berkala kepada HARAM...HARAM...HARAM”.
masyarakat umum. Jika hal tersebut tidak segera (h) Pada 8 Mei 2001, situs Polri mendapat dilakukan, maka kita harus siap menerima kenyataan serangan dari Kesatuan Aksi Hacker Muslim bahwa peningkatan penetrasi Internet di Indone- Indonesia (KAHMI). Serangan ini merupakan sia akan berbanding lurus dengan meningkatnya reaksi atas ditangkapnya pimpinan dari angka kejahatan Internet secara kuantitatif dan Pasukan Komando Jihad.
kualitatif. Ujung-ujungnya, hal tersebut justru akan Bila tidak ditangani dengan baik, ada menghancurkan kegiatan usaha/bisnis dan industri kemungkinan jumlah kasus berikut korban akan internet di Indonesia. Seperti pemblokiran yang bertambah, baik cybercrime dalam bentuk card- dilakukan komunitas internet internasional ing maupun deface, termasuk cyberporn meskipun terhadap pengguna internet dengan nomor tidak semua publik sepakat bahwa itu adalah suatu Internet Provider (IP) Indonesia, sehingga kegiatan kejahatan. Namun, dapat dibayangkan bila orang- bisnis di dunia cyber tidak mungkin dilakukan. Itu orang di sekitar kita, misalnya isteri dan anak kita semua akan menghancurkan kegiatan ekonomi yang tidak bersalah, tiba-tiba fotonya terpampang melalui internet. di internet dalam keadaan tanpa pakaian dengan
Tidak kalah pentingnya pula, pemerintah teknik rekayasa foto melalui komputer.
harus bergegas membuat UU Cyberlaw untuk
Urgensi Penyelesaian “Cybercrime” menuntaskan kasus cybercrime. Perlu dipahami
bahwa kegiatan bisnis melalui internet telah
di Indonesia
mengubah tatanan ekonomi konvesional. Hal itu Berdasarkan berbagai kasus cybercrime yang memunculkan ketidakpastian, karena pihak yang
telah terjadi dan pasti akan bertambah, perlu berkomunikasi tidak bertemu secara tatap muka. kiranya dilakukan percepatan dalam menuntaskan Untuk memberikan kepastian, perlu dilindungi oleh kasus cybercrime. Untuk menghadapi sekian cyberlaw. Meskipun pengguna internet di Indo- banyak varian dan modifikasi modus kejahatan di nesia kurang dari 5 % total populasi penduduk Internet, maka langkah represif dan reaktif yang (data lainnya menyebutkan hanya 1,9 % atau sekitar selama ini dilakukan oleh aparat penegak hukum 4,38 juta), cyberlaw tetap diperlukan sebagai tidaklah memadai. Aparat tidak siap pegangan hukum bagi aparat dalam menuntaskan menghadapinya. Maraknya cybercrime cybercrime. Akan lebih buruk bila tak ada menunjukkan ketidakberdayaan pemerintah dalam perangkat hukum yang memadai.
262 M EDIA T OR, Vol. 6 No.2 Desember 2005
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
Daftar Pustaka
Temporal, Paul, K.C. Lee. 2001. Hi-Tech Hi Touch Branding. Jakarta: Salemba Empat.
A. Buku
Ustadiyanto, Riyeke. 2001. Framework e-Com- merce. Yogyakarta: Andi
Mahayana, Dimitri. 1999. Menjemput Masa Depan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Wilhelm, Anthony G, Demokrasi di Era Digital. 2003. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Naisbitt, John, Naisbitt, Nana, & Philips, Douglas. 2001. High Tech High Touch. Bandung: Mizan Pustaka.
B. Sumber lain:
Piliang, Yasraf Amir. 2001. Sebuah Dunia yang Kompas Cyber Media, 05 Mei 2002. Menakutkan. Bandung: Mizan Pustaka.
Republika, 22 Agustus 1999. Raharjo, Agus. 2002. Cybercrime Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi komputeraktif, No. 43/18 Desember 2002.
Tinggi. Bandung: Citra Aditya Bakti. Cybercrime_files\inline_files\SI10.HTM. Staubhaar, J. & La Rose, R., Media Now, 2000.
Warta Ekonomi.com, 23 Desember 2002.
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
264 M EDIA T OR, Vol. 6 No.2 Desember 2005
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
“Cybercrime”: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
M.E. Fuady
ABSTRACT It had been long known that technology, as Janus, has two side of coins: the good side,
and the bad side. Everybody knows the benefit of technology development. But there aren’t much who realize the negative potent of technology. Cybercrime discussed in this article is an example
of how crime was developed sophisticatedly by using technological means. Cybercrime, simply defined as criminal acts using cyber and Internet, has faced a new challenge for lawmaker and law enforcement mission. In Indonesia, carding become serious issues to be combated. Another type of cybercrime frequently occur in Indonesia are hacking and deface. Although Internet user in Indonesia is estimated no more than 5% of total
population (4.38 million persons), everybody must attended cybercrime issues seriously. The loss of cybercrime reached unspeakable heights and damaged public safety in communication and information flows.
Kata kunci: “cybercrime”, realitas virtual, dunia tanpa batas
Internet: Teknologi Pencipta
berkomunikasi hanya dengan menekan keyboard
Dunia “Cyber”
dan mouse di hadapannya. Informasi apa pun yang dibutuhkan telah tersedia. Karena kemudahan
Kehadiran teknologi komunikasi modern yang ditawarkan itulah banyak individu yang seperti internet telah membuat pandangan manusia menggunakannya. Dibandingkan radio dan mengenai kehidupan berubah. Paradigma televisi, penetrasi internet di kalangan masyarakat, komunikasi manusia dalam menjalani aktivitas termasuk yang paling cepat. Untuk mencapai ekonomi, bisnis, interaksi sosial, dan politik, pengguna sebanyak 50 juta orang, internet hanya menjadi berbeda. Sebelumnya, manusia didominasi membutuhkan waktu 5 tahun, sementara radio oleh aktivitas yang bersifat fisik, face to face. membutuhkan waktu 38 tahun dan televisi 13 tahun Manusia dihalangi oleh berbagai keterbatasan. (Temporal & Lee, 2002:7). Saat ini, diperkirakan Dengan internet, ruang, jarak, dan waktu yang pengguna internet telah mencapai 220 juta orang. membatasi manusia menghilang. Menurut Kenichi
Dengan menggunakan internet, user Ohmae (Mahayana, 1999:97), itulah dunia tanpa berkesempatan untuk berpetualang, berkelana,
batas (the borderless world). berselancar menelusuri cyberspace, sebuah dunia Internet merupakan jaringan dari jutaan komunikasi berbasis komputer (computer mediated
komputer yang saling terhubungkan. Dengan communication). Realitas yang ditawarkan adalah internet, setiap orang di seluruh dunia dapat realitas virtual, kehadirannya tidak dapat ditangkap
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
internet, muncul istilah cybercrime. Cyberspace menawarkan segala hal yang
Bagi sebagian besar masyarakat yang terbiasa diperlukan manusia, termasuk kesenangan, menggunakan media teknologi komunikasi keuntungan, dan kemudahan tanpa bersusah (telekomunikasi), cybercrime bukanlah istilah yang payah menggerakkan badan untuk memeroleh asing terdengar. Cybercrime atau kejahatan di sesuatu. Berbagai informasi gratis dari surat kabar
ruang maya merupakan sebuah fenomena yang dalam dan luar negeri dapat diperoleh tanpa
tidak terbantahkan. Tidak terlihat namun nyata. membeli. Menikmati musik tanpa harus membeli
Terdapat berbagai kasus cybercrime yang kian hari kaset. Bagi dosen, berbagai literatur tersaji secara
kian meningkat, terutama di negara-negara yang gratis tanpa harus pergi ke tempat berada. Inilah tidak memiliki kepastian hukum dalam bidang “zona mabuk teknologi” yang dikemukakan Philips teknologi komunikasi modern (convergence). dan Naisbitt (2001).
Teknologi komunikasi yang memiliki kekuatan Kehidupan virtual yang disajikan cyberspace dahsyat dalam merubah perilaku komunikasi telah memunculkan bentuk aktivitas baru untuk manusia, selain membawa keuntungan berupa mencapai kepuasan, seperti teleshopping, telecon- kemudahan dalam berkomunikasi, ternyata memiliki ference, virtual gallery, virtual museum, e-com- “sisi gelap”. Teknologi membawa kerugian, salah merce, namun juga memunculkan penyimpangan- satunya berupa semakin dipermudahkannya penyimpangan seperti kejahatan dengan “penjahat” dalam melakukan kejahatannya. memanfaatkan internet atau cybercrime.
Kecanggihan teknologi memungkinkan penjahat
“Cybercrime”: Bentuk Kejahatan cyber memangsa korban-korbannya. Meski tidak
mau disebut sebagai pelaku kriminal, sebagai akibat
di Dunia Maya
dari perbuatannya, mereka tidak ada bedanya Dalam beberapa literatur, cybercrime sering dengan seorang penjahat. diidentikkan sebagai computer crime. The U.S.
Menurut Raharjo (2002:29), sebagai sebuah Department of Justice memberikan pengertian com- gejala sosial, kejahatan telah ada sejak awal
puter crime sebagai:”…any illegal act requiring kehidupan manusia di dunia, namun kemajuan knowledge of computer technology for its perpe- teknologi komunikasi membuat kejahatan dalam tration, investigation, or prosecution”. Pengertian bentuk primitif berubah menjadi sebuah kejahatan lainnya diberikan oleh Organization of European yang lebih maju (modern). Kejahatan Community Development, yaitu: “any illegal, un- konvensional di dunia nyata muncul dalam dunia ethical or unauthorized behavior relating to the maya (virtual) dengan wajah kejahatan yang telah automatic processing and/or the transmission of diperhalus sedemikian rupa. Kehalusan kejahatan data”. Hamzah (1989) mengartikan: “kejahatan di virtual atau cybercrime membuat masyarakat luas, bidang komputer secara umum dapat diartikan khususnya di negara berkembang yang memiliki sebagai penggunaan komputer secara ilegal”.
kesenjangan digital seperti Indonesia, tidak Dari beberapa pengertian di atas, Wisnubroto merasakannya sebagai sebuah bentuk kejahatan.
(1999) merumuskan computer crime sebagai Padahal, sudah begitu banyak korban (victim) dan 256
M EDIA T OR, Vol. 6 No.2 Desember 2005
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
kerugian moril dan materil akibat cybercrime. pemaksaan kehendak pada orang lain. Mereka Korbannya dapat berupa netizen (penduduk dunia
memegang prinsip bahwa meng-hack untuk virtual/penghuni cyberspace) dan masyarakat
tujuan meningkatkan keamanan jaringan luas yang awam.
internet. Misalnya, bila ada sebuah Perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis
perusahaan perbankan mengatakan bahwa dan individu tak berdosa, yang tidak memiliki
jaringan sistem komunikasi mereka sudah keahlian bahkan pemahaman akan teknologi
sangat canggih dan mustahil dibobol, tidak komunikasi, dapat menjadi korban. Tidak perlu
dapat ditembus oleh siapa pun, maka hacker jauh-jauh, kita semua masih ingat dengan kasus
tertantang untuk mencoba dan setelah berhasil mahasiswa dan artis “bugil” yang beredar di
mereka memperingatkan betapa lemahnya internet. Sedikit sekali di antara mereka yang
sistem informasi perusahaan terrsebut. Oleh memahami teknologi komunikasi, tetapi mereka telah
karena itu, tidak sedikit dari mereka yang menjadi korban. Sebut saja artis dengan inisial YS,
akhirnya direkrut perusahaan untuk KD, KF, CK, dan masih banyak lagi. Itu salah satu
mengamankan sistem informasi dan contoh kecil korban dari cybercrime. Meski
komunikasi di dunia maya. memang ada publik yang tidak menyepakati (2) Cracker cyberporn sebagai cybercrime. Tetapi, kita telah
Di dunia cyber, ada pula hacker yang memiki melihat adanya korban akibat perbuatan pelaku
sisi gelap. Mereka disebut cracker. Para cybercrime. Sebagai catatan penting, menurut
cracker ini secara ilegal melakukan Menteri Negara Komunikasi dan Informasi, sekitar
penyusupan dan perusakan terhadap situs,
50 persen kalangan muda yang menggunakan website, dan sistem keamanan jaringan internet internet lebih suka untuk mengunjungi situs porno
untuk memperoleh kesenangan dan (Kompas Cyber Media, 05 Mei 2002).
keuntungan. Mereka bangga dan sombong Untuk memahami cybercrime, perlu kiranya
atas keberhasilan mereka merusak situs sebuah dipahami terlebih dahulu apa yang disebut dengan
perusahaan. Serangannya sangat luar biasa. hacker, cracker dan beberapa lainnya. Karena,
Kementerian Petahanan Amerika Serikat di seperti halnya kehidupan nyata, ada di antara
Pentagon mencatat serangan 100 cracker mereka yang “hitam” dan “putih”, ada yang
dalam satu hari (Republika, 6 Januari 2000). berlaku seperti pahlawan dan penjahat.
(3) Carder
(1) Hacker Carder adalah orang yang melakukan crack- Hacker secara harfiah berarti mencincang atau
ing, yakni pembobolan terhadap kartu kredit membacok. Dalam arti luas adalah mereka yang
untuk mencuri nomor kartu orang lain dan menyusup melalui komputer ke dalam jaringan
menggunakannya untuk kepentingan pribadi. komputer (Republika, 22 Agustus 1999).
Biasanya yang menjadi korbannya adalah Menurut Ustadiyanto (2001:304), ada definisi
mereka yang memiliki kartu kredit dalam jumlah yang relevan, yakni hacker adalah orang-or-
besar. Menurut hasil riset, pada tahun 2002, ang yang ahli dalam bidangnya. Bila komputer,
Indonesia menempati urutan kedua setelah maka dia pandai menggunakannya. Ia sangat
Ukraina dalam kejahatan carding. menguasai komputer. Hacker adalah orang- (4) Deface orang yang gemar mempelajari seluk-beluk
Deface adalah tindakan menyusup ke suatu sistem komputer dan bereksperimen
situs, lalu mengubah tampilan halaman dari dengannya. Mereka pandai untuk menyusup
situs dengan tujuan tertentu. Indonesia ke dalam jaringan komunikasi suatu institusi
pernah diserang para deface yang mengubah di dunia maya. Hacker menjunjung tinggi etika
situs TNI. Tampilan gambar Burung Garuda atau norma yang berlaku di dunia maya.
Pancasila diganti dengan lambang palu arit. Mereka anti penyensoran, anti penipuan, dan
Hompage Polri diganti tampilannya dengan
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
SI10.HTM):
Yaitu seseorang yang melakukan cracking (1) Perbuatan yang dilakukan secara ilegal, tanpa terhadap jaringan telepon, sehingga dapat
hak atau tidak etis tersebut terjadi di ruang/ menelepon secara gratis ke daerah manapun
wilayah maya (cyberspace), sehingga tidak yang dituju (Komputeraktif, No. 43/18
dapat dipastikan yurisdiksi hukum negara Desember 2002). Di Indonesia, kasus semacam
mana yang berlaku terhadapnya. ini pernah terjadi pada wartel–wartel.
(2) Perbuatan tersebut dilakukan dengan Para pelaku hacking biasanya bukan dari
menggunakan peralatan apapun yang bisa kalangan lapisan bawah, pada umumnya mereka
terhubung dengan internet. adalah kaum terpelajar, setidak-tidaknya (3) Perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian mengenyam pendidikan formal sampai tingkat
materil maupun immateril (waktu, nilai, jasa, tertentu dan dapat menggunakan atau
uang, barang, harga diri, martabat, kerahasiaan mengoperasikan komputer. Para craker adalah or-
informasi) yang cenderung lebih besar ang yang berpendidikan, tidak buta teknologi,
dibandingkan kejahatan konvensional secara ekonomis mampu dan tidak termasuk dalam (4) Pelakunya adalah orang yang menguasai masyarakat lapisan bawah. Kejahatan ini dapat
penggunaan internet beserta aplikasinya dikategorikan kepada white collar crime (kejahatan (5) Perbuatan tersebut seringkali dilakukan secara kerah putih). Jo Ann L. Miller, mengkategorikan
transnasional/melintasi batas negara. pelakunya menjadi 4 (empat).
“Cybercrime” di Indonesia
(a) Organizational occupational crime
Pelakunya adalah para eksekutif. Mereka Di antara negara berkembang, Indonesia melakukan perbuatan ilegal atau merugikan termasuk negara yang lambat mengikuti
orang lain melalui jaringan internet demi perkembangan teknologi komunikasi modern. In- kepentingan atau keuntungan korporasi.
donesia tidak memrioritaskan strategi (b) Government occupational crime
pengembangan dan penguasaan teknologi. Yang Pelakunya adalah pejabat atau birokrat yang terjadi kemudian, transfer teknologi dari negara
melakukan perbuatan ilegal melalui internet maju tidak serta merta diikuti dengan penguasaan atas persetujuan atau perintah negara atau teknologi oleh negara berkembang seperti Indo- pemerintah, meski dalam banyak kasus, bila nesia. Bandingkan saja dengan Malaysia yang terungkap hal itu akan disangkal.
telah memproduksi secara massal software, per- (c) Professional occupational crime
sonal Computer (PC), dan ponsel. Sungguh ironis Berbagai profesi yang melakukan kejahatan memang, karena menjelang 1980-an Indonesia secara sengaja (malpractice).
adalah negara Asia Tenggara pertama yang (d) Individual occupational crime
memiliki satelit komunikasi. Singapura dan Malay- Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh para sia yang saat itu masih menyewa satelit Palapa
pengusaha, pemilik modal atau orang-orang dari Indonesia, kini menjadi negara maju berbasis independen lainnya, walau mungkin tidak teknologi komunikasi modern. tinggi tingkat sosial ekonominya. Dalam
Meski masih diperdebatkan, dapat dikatakan bidang kerjanya kalangan ini memilih jalan Indonesia merupakan negara yang memiliki
yang menyimpang yang melanggar hukum kesenjangan digital yang cukup lebar. Kesenjangan atau merugikan orang lain.
digital dapat diartikan sebagai adanya jurang di
Karakteristik “Cybercrime” antara mereka yang mampu mengakses teknologi
komunikasi dan yang tidak mampu (Staubhaar & Cybercrime memiliki karakter yang khas La Rose, 2000:9). Selain masih senjangnya tingkat dibandingkan kejahatan konvensional, yaitu pendidikan dan ekonomi di Indonesia, kesempatan
258 M EDIA T OR, Vol. 6 No.2 Desember 2005
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
Gambar 1: Model Pusat-Pinggiran Akses Teleteknologi
SES rendah Belum pernah mendengar Internet
Belum pernah menggunakan komputer sebelumnya
Tidak terpengaruh
oleh kemajuan
Akses Internet dan Komputer publik Memiliki komputer tanpa Internet
Akses Pinggiran Menggunakan Pelayanan “on-line” namun
bukan sebagai sarana (alat)
informasi dan komunikasi yang
utama
Pusat
(kaum Pinggiran)
Pengguna
Informasi Masyarakat
SES Tinggi
Sumber: Wilhelm (2003:119)
untuk menggunakan teknologi komunikasi di In- Notebook bermerk Sony seharga 20 Juta yang donesia belum merata. Ketimpangan, dipesan melalui carding, dijual seharga 4 Juta ru- ketidakmilikan informasi dan telekomunikasi dapat piah. Untuk yang satu ini, ClearCommerce, dibagi dalam beberapa kategori. Yang paling perusahaan keamanan internet yang berbasis di banyak aksesnya, tentu saja, yang paling dekat Texas, Amerika Serikat, memasukkan Indonesia ke dengan pusat informasi masyarakat.
dalam daftar negara-negara terburuk untuk Meskipun terdapat kesenjangan digital, di In- kejahatan yang memanfaatkan kecanggihan
donesia marak sekali kejahatan cyber. Kasus yang teknologi komunikasi. Setidaknya, 20 persen paling sering terjadi adalah pembobolan kartu transaksi kartu kredit internet yang berasal dari kredit oleh para hacker hitam. Mereka bisa Indonesia merupakan penipuan. Berikut ini adalah memperoleh barang apa pun yang diinginkan, mulai data kejahatan yang memanfaatkan internet: dari berlian, radar laut, corporate software, com-
Dari data di bawah (Koran Tempo, 26 Maret puter server, Harley Davidson, hingga senjata M- 2003), Yogyakarta menempati urutan pertama dan
16 (Warta Ekonomi.com, 23 Desember 2002) Bandung kedua dalam cybercrime jenis carding dengan menggunakan kartu kredit milik orang lain. di Indonesia. Yang melakukan jenis kejahatan itu Istilahnya adalah carding. Para carder (hacker adalah kalangan muda, biasanya mahasiswa. hitam) memesan barang-barang melalui internet Seorang mahasiswa universitas swasta di untuk dikirimkan ke negara mereka berada. Barang Bandung pernah memesan 5 buah ponsel Nokia yang dipesan dapat digunakan sendiri, dapat pula Communicator yang ia jual seharga 5 Juta rupiah, dijual dengan harga yang sangat murah. Misalnya, padahal saat itu harganya berkisar 10 Juta rupiah.
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
Gambar 2: Kejahatan Umum yang Memanfaatkan Internet
Agar tidak diketahui identitasnya, ia melakukan pendidikan, tingkat korupsi, termasuk cybercrime carding di warnet sekitar kampus dan saat jenis carding. mengambil pesanan, agar dimudahkan, ia
Kejahatan memang tidak dapat diprediksi bekerjasama dan memberi sejumlah uang kepada kejadiannya, tidak mempedulikan tempat dan oknum karyawan biro pengiriman paket terkemuka suasana ketika hendak muncul, tidak pula di Indonesia.
membanding-bandingkan siapa pelaku dan Indonesia tampaknya akan semakin korbannya, tidak mengenal kasta ataupun status mengukuhkan diri sebagai negara kampiun sosial pelaku dan korbannya. Saat muncul, ia dapat penipuan kartu kredit di internet Dalam berbagai menjadi bahan yang menarik untuk dibicarakan, urusan yang berkonotasi buruk, Indonesia baik di media massa maupun ruang-ruang seminar. memang seringkali termasuk di dalamnya, mulai dari Apalagi saat kejahatan itu dipadukan dengan pendapatan perkapita yang rendah, mutu kecanggihan teknologi komunikasi. Tanpa sadar
260 M EDIA T OR, Vol. 6 No.2 Desember 2005
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
Gambar 3. Bagan Konstruksi Kejahatan dari “Hacking”
1 2 3 4 Mempelajari
Membuat Sistem operasi
Menyusup/
menjelajah sistem
masuk jaringan
komputer mencari
backdoor
Target sasaran komputer
akses lebih tinggi
hilangkan jejak
Crime ringan/
CRIME
Pelanggaran
1. Public wrong 2. Moral wrong
Pemanfaatan
sosial kejahatan Internet oleh
Proses
konstruksi
sehubungan dengan pemanfataan internet pemerintah, dunia usaha dan kegiatan lain
Sumber: Raharjo (2002)
di sekeliling kita terdapat kejahatan yang “inno- bisnis maupun situs pendidikan. cent”, seolah tanpa dosa dan begitu halus.
(b) Tahun 1998, tampilan depan atau frontpage Adapun konstruksi kejahatan Hacking dapat
Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah Lembaga dilihat pada gambar 3.
Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII LIPI) Selain cybercrime jenis carding, di Indone-
diganti dengan gambar wanita telanjang. sia juga sering terjadi kasus deface. Tampilan si- (c) Tahun 1998, setelah kerusuhan 13–14 Mei, tus di Internet dirusak dan diganti oleh para hacker
craker yang diduga berasal dari Cina hitam. Berikut ini adalah kasus-kasus yang pernah
menghantam situs milik pemerintah, yaitu terjadi (Raharjo, 202:35):
BKKBN. Serangan ini merupakan reaksi atas (a) Tahun 1997 ketika masalah Timor-Timur
pemberitaan media mengenai kerusuhan Mei menghangat, situs milik Departemen Luar Ne-
yang menyebabkan etnis Cina di Indonesia gri dan ABRI (TNI, pen) dijebol oleh craker
menjadi korban pembantaian dan Porto (Portugis) yang pro-kemerdekaan.
pemerkosaan.
Mereka juga merusak situs-situs bisnis dan (d) Juni 1999, homepage POLRI diganti dengan pendidikan. Serangan dari craker Porto ini
gambar telanjang, kemudian diganti lagi mendapat balasan dari craker Indonesia. Hal
dengan gambar yang mirip logo PDI- ini dilakukan karena, menurut mereka, craker
Perjuangan.
Porto dinilai keterlaluan, serangannya (e) Januari 2000, situs yang diserang, antara lain membabi-buta, tidak mempedulikan apakah itu
Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bank Central Asia situs milik pemerintah ataupun bukan, situs
dan Indosatnet.
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
(f) September dan Oktober 2000, Fabian Clone menyelesaikannya. Oleh karena itu, pemerintah berhasil menjebol web milik Bank Bali, harus meningkatkan pemahaman serta keahlian sebelumnya juga berhasil menjebol web milik aparatur penegak hukum mengenai upaya Bank Lippo. Kedua bank itu memberikan pencegahan, investigasi, dan penuntutan perkara- layanan Internet Banking, kerugian yang perkara yang berhubungan dengan cybercrime. diderita lebih besar dibandingkan kerugian Aparat kepolisian perlu menanggapi secara serius yang diderirta BEJ.
kejahatan saiber.
(g) Januari 2001, situs milik PT. Ajinomoto Indo- Tentunya, harus dibarengi pula dengan nesia diserang craker. Serangan ini merupakan serangkaian langkah proaktif dan antisipatif yang reaksi atas penggunaan enzim porcine (babi) dilakukan oleh beragam institusi terkait di Indone- yang digunakan sebagai katalis dalam proses sia. Misalnya, asosiasi yang membawahi para pembuatan bumbu penyedap rasa. Situs Internet Service Provider (ISP) dan warnet di In- Ajinomoto hhtp://www.mjk.ajinomoto.co.id donesia harus memikirkan langkah yang akan ketika dibuka yang muncul adalah gambar diambil untuk melindungi para konsumen. seekor babi yang tengah tersenyum dengan
Selanjutnya, adalah dengan melakukan tulisan Babi, open in December 2K, kampanye dan edukasi tentang ber-internet yang “Ajinomoto You Lied to Us”, “Ajinomoto: aman secara komprehensif dan berkala kepada HARAM...HARAM...HARAM”.
masyarakat umum. Jika hal tersebut tidak segera (h) Pada 8 Mei 2001, situs Polri mendapat dilakukan, maka kita harus siap menerima kenyataan serangan dari Kesatuan Aksi Hacker Muslim bahwa peningkatan penetrasi Internet di Indone- Indonesia (KAHMI). Serangan ini merupakan sia akan berbanding lurus dengan meningkatnya reaksi atas ditangkapnya pimpinan dari angka kejahatan Internet secara kuantitatif dan Pasukan Komando Jihad.
kualitatif. Ujung-ujungnya, hal tersebut justru akan Bila tidak ditangani dengan baik, ada menghancurkan kegiatan usaha/bisnis dan industri kemungkinan jumlah kasus berikut korban akan internet di Indonesia. Seperti pemblokiran yang bertambah, baik cybercrime dalam bentuk card- dilakukan komunitas internet internasional ing maupun deface, termasuk cyberporn meskipun terhadap pengguna internet dengan nomor tidak semua publik sepakat bahwa itu adalah suatu Internet Provider (IP) Indonesia, sehingga kegiatan kejahatan. Namun, dapat dibayangkan bila orang- bisnis di dunia cyber tidak mungkin dilakukan. Itu orang di sekitar kita, misalnya isteri dan anak kita semua akan menghancurkan kegiatan ekonomi yang tidak bersalah, tiba-tiba fotonya terpampang melalui internet. di internet dalam keadaan tanpa pakaian dengan
Tidak kalah pentingnya pula, pemerintah teknik rekayasa foto melalui komputer.
harus bergegas membuat UU Cyberlaw untuk
Urgensi Penyelesaian “Cybercrime” menuntaskan kasus cybercrime. Perlu dipahami
bahwa kegiatan bisnis melalui internet telah
di Indonesia
mengubah tatanan ekonomi konvesional. Hal itu Berdasarkan berbagai kasus cybercrime yang memunculkan ketidakpastian, karena pihak yang
telah terjadi dan pasti akan bertambah, perlu berkomunikasi tidak bertemu secara tatap muka. kiranya dilakukan percepatan dalam menuntaskan Untuk memberikan kepastian, perlu dilindungi oleh kasus cybercrime. Untuk menghadapi sekian cyberlaw. Meskipun pengguna internet di Indo- banyak varian dan modifikasi modus kejahatan di nesia kurang dari 5 % total populasi penduduk Internet, maka langkah represif dan reaktif yang (data lainnya menyebutkan hanya 1,9 % atau sekitar selama ini dilakukan oleh aparat penegak hukum 4,38 juta), cyberlaw tetap diperlukan sebagai tidaklah memadai. Aparat tidak siap pegangan hukum bagi aparat dalam menuntaskan menghadapinya. Maraknya cybercrime cybercrime. Akan lebih buruk bila tak ada menunjukkan ketidakberdayaan pemerintah dalam perangkat hukum yang memadai.
262 M EDIA T OR, Vol. 6 No.2 Desember 2005
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
Daftar Pustaka
Temporal, Paul, K.C. Lee. 2001. Hi-Tech Hi Touch Branding. Jakarta: Salemba Empat.
A. Buku
Ustadiyanto, Riyeke. 2001. Framework e-Com- merce. Yogyakarta: Andi
Mahayana, Dimitri. 1999. Menjemput Masa Depan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Wilhelm, Anthony G, Demokrasi di Era Digital. 2003. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Naisbitt, John, Naisbitt, Nana, & Philips, Douglas. 2001. High Tech High Touch. Bandung: Mizan Pustaka.
B. Sumber lain:
Piliang, Yasraf Amir. 2001. Sebuah Dunia yang Kompas Cyber Media, 05 Mei 2002. Menakutkan. Bandung: Mizan Pustaka.
Republika, 22 Agustus 1999. Raharjo, Agus. 2002. Cybercrime Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi komputeraktif, No. 43/18 Desember 2002.
Tinggi. Bandung: Citra Aditya Bakti. Cybercrime_files\inline_files\SI10.HTM. Staubhaar, J. & La Rose, R., Media Now, 2000.
Warta Ekonomi.com, 23 Desember 2002.
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
264 M EDIA T OR, Vol. 6 No.2 Desember 2005
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
“Cybercrime”: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
M.E. Fuady
ABSTRACT It had been long known that technology, as Janus, has two side of coins: the good side,