APAKAH HUKUM ITU mempunyai sebarang

APAKAH HUKUM ITU?
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum

Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.

Intan Putri Setia
Anisa Hendriani Sariputri
Silvy Khaera Ummatin
Alya Riyafani
Desi Oktaviani

(172050075)
(172050076)
(172050086)
(172050088)
(172050258)


PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILM SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana yang berjudul “Apa Hukum Itu ?”.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi dan menambah wawasan
pengetahuan kepada kita semua tentang Pengertian Hukum. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, Sehubungan dengan hal ini, kritik dan saran dari para pembaca yang
bersifat membangun tentu saya harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah senantiasa Meridhoi segala
usaha kita. AMIN.
Bandung, 24 Februari 2018

Penyusun


2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
A. Kesulitan Pendefinisan Hukum............................................................................................2
B. Perlukah Hukum Didefinisikan?...........................................................................................4
C. Bagaimana Membuat Definisi Hukum Yang Baik...............................................................4
D. Beberapa Definisi Hukum....................................................................................................6
E. Pandangan Islam Tentang Hukum........................................................................................9
BAB III..........................................................................................................................................11

PENUTUP.....................................................................................................................................11
A. Simpulan.............................................................................................................................11

3

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Hukum merupakan seperangkat norma atau kaidah yang berlaku di masyarakat yang
terdapat suatu larangan dan mengontrol tingkah laku masyarakat agar tifak melanggar serta
agar dapat hidup sejahtera. Peranan hukum di dalam masyarakat khususnya dalam
menghadapi perubahan masyarakat perlu dikaji dalam rangka mendorong terjadinya
perubahan sosial. Pengaruh peranan hukum ini bisa bersifat langsung dan tidak langsung
atau signifikan atau tidak. Hukum memiliki pengaruh yang tidak langsung dalam
mendorong munculnya perubahan sosial pada pembentukan lembaga kemasyarakatan
tertentu yang berpengaruh langsung terhadap masyarakat. Di sisi lain, hukum membentuk
atau mengubah institusi pokok atau lembaga kemasyarakatan yang penting, maka terjadi
pengaruh langsung, yang kemudian sering disebut hukum digunakan sebagai alat untuk

mengubah perilaku masyarakat.

B.

Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan Hukum ?
2.
Bagaimana pengertian hukum menurut para pakar ?
3.
Bagaimana pandangan islam tentang hukum ?

C.

Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian Hukum
2.
Untuk memahami pengertian hukum menurut para pakar
3.

Untuk mengetahui pandangan islam tentang hukum

1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesulitan Pendefinisan Hukum
1. Kesulitan dari Sifat Intern Hukum
Pandangan yang dikemukakan oleh Radcliff-Brown yang menyatakan ; in this
sense some simple societies have no law merupakan sesuatu yang tidak dapat kita
terima. Adapun pandangan Prof. Van Apeldoorn lebih dapat kita terima, seperti
dinyatakan berikut ini.
‘Recth is over de gehele wereld, overall waar een samenleving van mensen is”
(Hukum terdapat di seluruh dunia, di mana terdapat suatu masyarakat manusia).
Juga, pandagan Logemann yang menyatakan:
“Nu is men het eens, dat recht op de een of andere wijze op de menselijke
amenleving is betrokken”. Pandangan umum telah menyepakati bahwa
bagaimanapun hukum itu ada hubungannya dengan masyarakat. Namun kemudian
menimbulkan pertanyaan baru, yaitu hukum itu apa?
Mr. Dr. I Kisch mengemukakan:

Doorat het recht onwaarneembaar is onstaat een moeilijkheid bij het vinden on een
algemeen bevredigente definitie. (Karena hukum tidak dapat ditangkap oleh
pancaindra, maka sulit untuk membuat suatu definisi tentang hukum yang dapat
memuaskan orang pada umumnya).
Hukum pada hakikatnya sesuatu yang abstrak, meskipunn dalam manifestasinya
bisa terwujud konkret. Pertanyaan tentang hukum merupakan pertanyaan yang
jawabannya tidak mungkin satu. Dengan kata lain, persepsi orang tentang hukum itu
beraneka ragam, tergantung dari sudut mana mereka memandangnya. Kalangan
hakim akan memandang hukum itu dari sudut pandang profesi sebagai hakim;
kalangan ilmuwan hukum akan memandang hukum itu dari sudut pandang profesi
keilmuan mereka; dan rakyat kecil akan memandang hukum dari sudut pandang
mereka, dan sebagainya.
Perkembangan sejarah kehidupan umat manusia senantiasa menyebabkan
terjadinya perubahan tentang apa yang dimaksud sebagai hukum dari masa ke masa.
Sebelum manusia mengenal undang-undang, hukum identik dengan kebiasaan dan
tradisi yang menjadi pedoman dalam kehidupan. Ketika keberadaan dan kemampuan
undang-undang sedemikian diangungkan, muncul pandangan yang mengidentikan
hukum dengan undang-undang. Lalu, bagi masyarakat yang religius, hukum di
2


identikan sebagai hukum tuhan/hukum agama. Ketika masyarakat tiba pada tahap
perkembangan dimana pranata peradilan sangat difungsikan, orang lantas
menidentikan hukum dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan peradilan.
Selain sifatnya yang abstrak tadi, penyebab kesulitan dalam mendefinisikan
hukum ialah karena cakupan yang diatur oleh hukum luas sekali. Secara normatif dan
dogmatik, dapat dikatakan bahwa hukum mengatur hampir seluruh segi kehidupan
manusia, mulai dari sebelum manusia dilahirkan sampai sesudah manusia meninggal.
Namun didalam kenyataannya, tidak semua segi kehidupan diatur dan harus
diselesaikan oleh hukum. Ada hal-hal tertentu yang dalam kenyataannya tidak
membutuhkan campur tangan hukum.

2. Kesulitan dari Segi Kata-Kata

Terlepas dari penyebab intern, yaitu keabstrakan hokum dan keinginan hukum untuk
mengatur hampir seluruh kehidupan manusia, kesulitan pendefinisian juga bisa timbul dari
faktor ekstern hukum, yaitu faktor bahasa itu sendiri. Jangankan hukum yang memang bersifat
abstrak, sesuatu yang konkrit pun sering sulit untuk di definisikan dengan hanya satu definisi.
Terlihat jelas bahwa Paton, persoalan pendefinisian tidaklah sesederhana seperti apa yang
biasa dipikirkan orang. Secara logis, terlebih dahulu harus dicari genus dari persoalan yang
ingin di definisikan dan dicara pada genus yang mana res itu termasuk. Setelah itu, dicari lagi

sifat-sifat khas yang membedakannya dengan spesies lain pada genus yang sama. Sebagai
contoh : sendok, garpu, dan piring adalah spesies yang semuanya termasuk dalam genus alat
untuk makan.
Dalam keanekaragaman manusia yang tak terbatas, hukum dikedepankan untuk
menghadapinya, meskipun hanya dengan sumber-sumber bahasa yang terbatas. Hukum
senantiasa mencoba untuk mengatasi kehidupan dan pekerjaan yang kompleks, dengan
menyederhanakannya dengan wujud kategori-kategori. Banyak perdebatan yang terjadi dalam
ilmu hukum, dimana sebenarnya hanya merupakan perdebatan yang beragumentasikan tentang
makna kata-kata. Akhirnya Paton menuliskan bahwa pengujian yang sesungguhnya terhadap
suatu definisi adalah apakah definisi tersebut bermanfaat bagi tujuan-tujuan tertentu yang ada
dalam pikiran penulisnya. Namun perbedaan tentang suatu definisi dapat timbul sebagai akibat
dari perbedaan pandangan tentang aliran filsafat hukum yang dianutnya.
L.B. Curzon (1979:24-28) mengemukakan pendapat yang melihat kesulitan pendefinisian
hukum terletak pada kesulitan dari segi kata-kata. Beberapa sifat khusus yang menyulitkan
pendefinisian menurut Curzon ialah sebagai berikut :
a. Penggunaan kata-kata yang sangat dibatasi.
b. Penggunaan kata-kata yang sangat spesifik.
c. Kecenderungan setiap orang untuk memberi arti yang berbeda terhadap suatu hal.
Sebagai contoh, adanya perbedaan arti suatu istilah yang digunakan dalam “ilmu
3


hukum” dengan arti kata atau istilah yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari diluar
dunia ilmu hukum.
d. Sejarah perubahan dalam konteks ilmu hukum sendiri. Sebagai contoh, Curzon
mengemukakan adanya perbedaan arti tentang istilah “burglary” (pencurian dengan
pembongkar) sebelum dan sesudah diundangkannya peraturan tentang pencurian tahun
1968.

B. Perlukah Hukum Didefinisikan?
Suatu definisi hukum dibutuhkan sebagai pegangan, dengan tetap menyadari
keterbatasan definisi tersebut. Dalam hal ini, Arnold mengemukakan bahwa meskipun
ada yang menganggap hukum tidak akan pernah dapat didefinisikan, tetapi Arnold
menyadari bahwa bagaimanapun hukum tidak akan pernah menghentikan perjuangan
mereka untuk mendefinisikan hukum. Sebab, bagi mereka merupakan suatu bagian yang
esensial dan dianggap rasional dan mampu untuk mendefinisikan hukum tersebut.
Dari pernyataan dan komentar pakar, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut .
a. Beberapa yuris telah menunjukan cara pendefinisian yang mereka anggap benar.
b. Kita tidak dapat mengatakan bahwa hukum itu tidak mungkin didefinisikan sebab,
definisi hanyalah suatu ekspresi belaka dari pengakuan simbol-simbol suatu
fenomena/konsep

c. Dimungkinkan untuk memuat definisi tentang objek dari suatu penyelidikan “tanpa
mengantipasi hasil”. Kita dapat memulai dengan teori-teori lanjutan tentang sifat dari
hukum dan mencoba untuk memastikan konteks dari kebenaran teori-teori itu.
d. Usaha-usaha untuk membuat suatu definisi yang tepat merupakan aspek yang penting
didalam ilmu hukum.
e. Sangat penting untuk mengetahui apa yang ada dalam pikiran seseorang penulis
ketika dia menggunakan kata-kata seperti “law” suatu definisi, meskipun hanya
bersifat perkiraan, tetapi dapat ditarik kesan suatu sikap fundamental. Artinya, dari
definisi kita dapat menarik sikap fundamental apa yang dianut oleh penulis itu
tentang hukum.
C. Bagaimana Membuat Definisi Hukum Yang Baik
Hukum dapat diartikan dalam pengertian yang agak metaporis, seperti jika kita
mengatakan tentang hukum-hukum kimia. Hukum juga berbeda-beda artinya jika yang
memandangnya seorang sosiolog, sejarawan, atau filsuf, dan yuris. Para yuris pun
berbeda-beda sudut pandangnya, tergantung ia penganut aliran ilmu hukum apa, biasanya
penganut hukum alam, positivistis, sosiologis, antropologis, historis, realisme, dan
sebagainya.
4

Beberapa pakar mengemukakan way out untuk keluar dari kesulitan itu. Antara

lain dapat ditemukan dalam bukunya Curzon (1979 : 24-28) :
1. Note the importance, in considering the problem of defining the term”law”, of
Wittgentein’s comment :
“For a large class of statement-though not all in which we employ the word
‘meaning’ it can be defined thus: the meaning of word is its use the
language.”
2. Hart criticize the word of Austin so as to emphasize the importance of
searching to definitions: “We are looking not merely at words… but also at
the realities we use words to talk about. We are using a sharpened awarenedd
of words to sharpen out perception of the phenomena.”
Dari apa yang dikemukakan oleh beberapa pakar diatas, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Di dalam mendefinisikan hukum , guanakan saja arti yang dikenal dalam
bahasa yang bersangkutan.
2. Hendaknya kita tidak semata-mata terpaku pada persoalan kata-kata saja,
melainkan seharusnya melihat kenyataan-kenyataan dalam hal apa kata-kata
itu digunakan.
3. Seharusnya kita menggunakan pertanyaan arti dari kata-kata yang hendak
didefinisikan. Untuk mempertajam persepsi kita mengenai fenomenafenomena yang bersangkutan.
4. Kita pun dapat menjawab pertanyaan tentang definisi hukum dengan memilih
salah satu dari tiga cara berikut.
a. Kita dapat membuat suatu definisi yang bersifat eksplisit atau ekuivalen,
dengan cara menetapkan kata-kata yang dapat digunakan sebagai
pengganti.
b. Kita dapat membuat suatu definisi dengan menggunakan serangkaian
evuialensi yang menunjukkan penggunaan kata di dalam jenis-jenis
kalimat yang berbeda-beda.
c. Kita membuat suatu gambaran dengan menjelaskan sifat-sifat khas dan
umum tentang apa arti dari kata-kata yang bersangkutan.
5. Di dalam definisi tentang istilah-istilah khusus yang dibuat oleh para penulis,
kita tidak boleh mengabaikan faktor-faktor seperti ideologi yang dianut
pembuat definisi ataupun lingkungan sosialnya.
6. Bagaimanapun definisi tidaklah penting, kecuali pengekspresian dan
mengetahui pasti tentang arti kata. Definisi yang beraneka ragamlah yang
dibutuhkan.
Paton (1951:51) memandang bahwa hukum dapat didefinisikan dengan
memilih satu dari lima kemungkinan dibawah ini, yaitu:
5

1.
2.
3.
4.
5.

Sesuai sifat-sifatnya yang mendasar, logis, religius ataupun etis
Menurut sumbernya, yaitu kebiasaan, preseden, atau undang-undang
Menurut efeknya di dalam kehidupan masyarakat
Menurut metode pernyataan formalnya atau pelaksanaan otoritasnya
Menurut tujuan yang ingin dicapainya.

D. Beberapa Definisi Hukum
1. Pakar yang Berpaham Sosiologis
a. Definisi Hukum dari Roscoe Pound
Roscoe Pound membedakan hukum dalam dua arti, yaitu
1. Hukum dalam arti sebagai tata hukum yang mempunyai pokok bahasan :
a) Hubungan antara manusia dengan individu lainnya, dan
b) Tingkah laku individu yang memengaruhi individu lainnya atau yang
memengaruhi tata sosial/tata ekonomi
2. Hukum dalam arti kumpulan dasar-dasar kewenangan dari putusan-putusan
pengadilan dan tindakan administrative mempunyai pokok bahasan, yaitu harapanharapan atau tuntutan-tuntutan oleh manusia sebagai individu atau kelompok yang
memengaruhi hubungan mereka atau menentukan tingkah laku mereka.
b. Definisi Hukum dari H.J. Hamaker
“Hukum bukan suatu perangkat kaidah dan hukum bukan merupakan perangkat aturan
yang memaksa orang bertingkah laku menurut tata tertib masyarakat. Namun hukum
merupakan seperangkat aturan yang menunjuk kebiasaan orang dalam pergaulannya
dengan pihak lain didalam masyarakatnya (regel die aangeven hoe mensen zich
togonever elkaar plegen te gedragen in de’samenleving).”
c. Definisi Hukum dari J.H.A. Logemann
“Nu is men her eens dat recht op de een of andere wijze on de menselijke amenleving is
betrokken”. (Telah diterima oleh pandangan umum bahwa bagaimanapun hukum itu
sangat berkaitan dengan masyarakat). Hukum adalah semata mata suatu “socialphychisch gebeuren” (peristiwa yang bersifat psiko sosial). (Logeman,1948:2).
2. Pakar yang Berpaham Realis (Curzon, 1979:27)
a. Definisi Hukum dari Holmes
Pendiri aliran realis adalah Holmes, seorang hakim agung USA yang
berpengalaman selama 30 tahun sebagai hakim.
“The propheeies of what the court will do … are what I mean by the law.” (Apa
yang diramalkan akan diputuskan oleh pengadilan, itulah yang saya artikan sebagai
hukum).
b. Definisi Hukum dari Lewellyn
“What official do about disputes is the law its self.” (Apa yang diputuskan oleh
seorang hakim tentang suatu persengketaan adalah hukum itu sendiri).
c. Definisi Hukum dari Lunstedt
“Law is simply the facts of social existence, all else is illusion. Law is essential if
society is to endure its basic is, therefore, the very requirements of ‘social welfare:”

6

(Hukum sunguh-sungguh berwujud eksistensi dari fakta-fakta sosial yang secara
keseluruhan berbeda dari sekedar ilusi. Hukum sangat esensial jika masyarakatnya
bertahan lama, inilah hal yang mendasar dari hukum. Oleh karena itu, sangat
dibutuhkan kesejahteraan masyarakat)
3. Pakar yang Berpaham Antropologis
a. Definisi Hukum dari Gluckman
“Law is any rule of conduct likely to be enforced by the courts.” (Hukum adalah
keseluruhan gudang aturan, dimana para hakim mendasarkan putusannya).
Demikian juga Gluckman, meskipun ia memasukkan pengadilan sebagai salah satu unsur
hukumnya, tetapi ia lebih menekankan pada unsur keseluruhan gudang aturan.
b. Definisi Hukum dari Paul Bohannon
“Law is that body of binding obligation which has been reinstitutionalised within the
legal institution.” (Hukum merupakan himpunan kewajiban yang telah dilembagakan dalam
pranala hukum).
c. Definisi Hukum dari Pospisil
“Law is rules or modes of conduct made obligatory by some sanction which is imposed
and enforced for their violation by controlling authority.” (Hukum adalah aturan-aturan dan
mode-mode tingkah laku yang dibuat menjadi kewajiban melalui sanksi-sanksi yang
dijatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan kejahatan melalui suatu otoritas pengendalian).
4. Pakar yang Berpaham Historis
Definisi hukum dari Karl von Savigny
“All law is organally formed by custom and popular feeling, that is, by silently operating
forces. Law is rooted a people’a history: the roots are ted by the consciousness, the faith and the
custom of people.” (Keseluruhan hukum sungguh-sungguh terbentuk melalui kebiasaan dan
perasaan kerakyatan, yaitu melalui pengoperasian kekuasaan secara diam-diam. Hukum berakar
pada sejarah manusia, dimana akarnya dihidupkan oleh kesadaran, keyakinan, dan kebiasaan
masyarakat.)
5. Pakar yang Berpaham Marxist
“Law is an expression of the general economic relation withinsociety at agiven stage of
development.” (Adalah suatu pencerminan dari hubungan umum ekonomis dalam masyarakat
pada suatu perkembangan tertentu.)
6. Pakar Berpaham Hukum Alam
a. Definisi Hukum dari Thomas Hobbes (Abad XVII)
“The Civil Laws are the command of him who is endued with supreme power in the city
concerning the feature action of his subject.” (Civil Law adalah perintah-perintah hukum
yang didukung oleh kekuasaan tertinggi di negara itu, mengenai tindakan-tindakan di masa
datang yang akan dilakukan oleh subjeknya).
b. Definisi Hukum dari John Locke (Abad XVII)
“The laws that men generally refer their actions to, to judge og their rectitude or obliquity
seem to me be these there: 1. The divine law; 2. The civil laws; 3. The law of opinion or
reputation… By the relation, they bear to the first of these, men judge whether their action
are sins or duites, by the second, wether they by criminal or innocent; and by the third,
7

whether they be virtues or vices. (Hukum adalah sesuatu yang ditentukan oleh masyarakat
pada umumnya tentang tindakan-tindakan mereka, untuk menilai/mengadili mana yang
merupakan perbuatan yang jujur, dan mana yang merupakan perbuatan curang. Dalam
pandangan saya (Locke) hukum itu terdiri dari tiga jenis : (1) hukum agama; (2) hukum
negara; (3) hukum opini atau reputasi. Hukum agama menilai mana tindakan yang berdosa
dan mana tindakan yang wajib dilakukan. Hukum negara menilai mana tindakan kriminal
dan mana tindakan yang tidak kriminal. Hukum opini atau reputasi menilai mana tindakan
yang luhur dan mana yang perbuatan yang buruk (secara kesusilaan).)
7. Pakar yang Berpaham Positivis dan Dogmatik
a. Definisi Hukum dari John Austin
“Law is a command set, either directlyor circuitously, by a sovereign individual or body,
to a member or member of some independent political society in which his authority is
supreme.” (Hukum adalah seprangkat perintah, baik langsung maupun tidak langsung, dari
pihak yang berkuasa kepada masyarakatnya yang merupakan masyarakat politik yang
independen, dimana otoritasnya (pihak yang berkuasa) merupakan otoritas yang tertinggi).
b. Definisi Hukum dari Blackstone (Abad XVIII)
“Law is a rule of action prescribed or dictated by some superior which some interior is
bound to obey.” (Hukum adalah suatu aturan tindakan-tindakan yang ditentukan oleh orangorang yang bekuasa bagi orang-orang yang dikuasai untuk ditaati)
c. Definisi Hukum dari Hans Kelsen
“Law is a coercive order of human behavior… it is the primary norm which stipulates the
sanction”. (Hukum adalah suatu perintah memaksa terhadap tingkah laku manusia. hukum
adalah kaidah primer yang menetapkan sanksi-sanksi).
8. Beberapa Definisi Hukum dari Kamus
a. Definisi Hukum dari Cassell’s Dictionary
“Law is a rule of conduct imposed by authority or accepted by the community as
binding” (Hukum adalah aturan tingkah laku yang dipaksakan melalui otoritas atau diterima
oleh masyarakat sebagai suatu yang mengikat).
b. Definisi Hukum dari Oxford English Dictionary
“Law, is the body ofrules wheter formally enacted or costumary, which a state or community
recognizes as binding on its members or subjects.” (Hukum adalah kumpulan aturan
,perundang-undangan, atau hukum kebiasaan, di mana suatu negara atau masyarakat
menagkuinya sebagai sesuatu yang mempunyai kekuatan mengikat terhadap warganya)
9. Definisi Hukum dari Literature Berbahasa Indonesia
a. Definisi hokum dari Mr.M.E.Algra,et al.
“Pendiri(pendapat) menyatakan bahwa undang undanglah yang memberikan
hukum,sudah lama ditinggalkan.secara menyeluruh,dapat dikatakan bahwa sebagian
besar undang undang diterima sebagai aturan hukum.selanjutnya, hanyalah aturan hukum
yang tidak terdapat dalam undang undang (misalnya: aturan hukum kebiasaan dan aturan
yang dibentuk dalam keputusan pengadilan).”
b. Definisi Hukum dari E.Utrecht
Utrecht sendiri memandang hukum tidak sekedar kaidah,melainkan sebagai gejala sosial dan
segi kebudayaan. Jika hukum dilihat sebagai kaidah,Utrecht memberikan definisi hukum
sebagai berikut.
8

“Hukum adalah himpunan petunjuk hidup,perintah,dan larangan yang mengatur tata tertib
dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang
bersangkutan. Karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan oleh
pemerintah atau penguasa masyarakat itu.

E. Pandangan Islam Tentang Hukum
Bagi kalangan muslim,jelas yang dimaksud sebagai hukum adalah hukum islam,yaitu
keseluruhan aturan hukum yang bersumber pada Al-Quran. Untuk kurun zaman tertentu,lebih
dikonkretkan oleh Nabi Muhammad dalam tingkah laku beliau,yang lazim disebut sunah rasul.
Kaidah kaidah yang bersumber dari Allah SWT lebih di konkretkan dan diselaraskan dengan
kebutuhan zamannya melalui ijtihad atau penemuan hukum oleh para mujtahid dan pakar di
bidangnya masing masing.
Prof .Dr.T.M. Hashi Ash-Shiddieqy (1975:26) menurut beberapa pandangan ulama
tentang hukum islam ini.
1. Al-Imam Abu Hamid Al-Ghazzali berpendapat bahwa:
‘Fiqh itu bermakna paham dan ilmu. Akan tetapi, bagi para ulama, fiqh telah menjadi suatu
ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara tertentu bagi perbuatan-perbuatan para
mukalaf, seperti wajib, haram, mubah, sunah, makruh, sahih, fasid, batil, qadis, dan yang
sepertinya.”
Unsur –unsur yang harus ada bagi hukum harus ada bagi hukum sebagai kaidah, yaitu :
1. Harus ada seperangkat kaidan atau aturan yang tersusun dalam satu sistem
2. Perangkat kaidah itu menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh warga
masyarakat
3. Berlaku bagi manusia sebagai masyarakat dan bukan manusia sebagai individu
4. Kaidah itu bersumber, baik dari masyarakat sendiri maupun dari sumber lain, seperti
otoritas negara ataupun dari Tuhan (hukum agama)
5. Kaidah itu secara nyata benar-benar diberlakukan oleh masyarakat (sebagai satu
kesatuan) di dalam kehidupan mereka, yakni sebagai living law
6. Harus ada sanksi eksternal jika terjadi pelanggaran kaidah hukum tersebut, dimana
dipertahankan oleh otoritas tertinggi.

9

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Hukum memiliki arti sempit dan luas. Dalam arti sempit hukum adalah keseluruhan
asas-asas yang mengatur masyarakat. Sedangkan menurut arti luas menurut para ahli
hukum sulit didefinisikan karena menyentuh atau mengkaji seluruh aspek sosial, budaya,
dan politik. Pendefinisian hukum sulit dari faktor intern maupun faktor ekstern (kata-kata).
Tetapi hukum sangat perlu didefinisikan untuk menjadi sebuah acuan dalam kehidupan.
Banyak defisini hukum menurut para pakar dari mulai pakar sosial, politik, antropologi dan
lain-lain. Adapun hukum menurut pandangan islam yaitu keseluruhan aturan hukum yang
ada dalam Al-Quran.

10

11

1