Pemikiran Pendidikan Islam pada Masa Pem

Abstrak

Sebuah kekhalifahan yang berdiri lama dan terbesar dalam sejarah
kekhalifahan Islam, Kerajaan Turki Usmani adalah contoh dari
kekuasaan Islam yang menyebar keseluruh daratan Asia dan Eropa.
Beberapa dekade awal kerajaan ini masuk dalam fase kejayaan namun
belakangan karena mulai pudarnya sistem pemerintahan yang dianut
dan militer yang melemah, maka kerajaan ini masuk dalam fase
genting yang perlu diperbaharui. Nama-nama seperti Sultan Mahmud
II, kelompok Usmani Muda, Turki Muda, Ziya Gokalp, dan Mustafa
Kamal adalah tokoh-tokoh pembaharuan dengan segala ide
pembaharuan yang mereka bawa. Walaupun dalam perjalanan ide ini
mendapat reaksi yang negatif dan positif dari berbagai pihak tetapi inti
kesemuanya adalah untuk tetap membuat kerajaan Turki Usmani
bertahan dan mengadopsi hal-hal baru yang didapat dari Barat.
Pembaharuan dalam bidang pendidikan dapat dirasakan karena ide-ide
ini ditanamkan mulai dari hal yang paling mendasar seperti
pendidikan. Mulai dari dimasukkannya pelajaran umum dalam
pendidikan yang selama ini terpisah, maka hal ini tergolong dalam
pembaharuan yang bersifat positif. Tetapi ada juga pembaharuan yang
bersifat negatif dimana ide merubah kekhalifahan kepada

nasionalisme berakibat kepada terhapusnya kekhalifahan Islam dari
dunia untuk selamanya.
Kata Kunci: Pembaharuan, Turki, Pendidikan
A long and greatest Caliphate in the history of the Islamic Caliphate,
the Ottoman Empire is an example of Islamic rule that spread
throughout Asia and Europe. The early few decades of this kingdom
entered the glory phase but later due to the fading system of
government and the weakened military, the kingdom entered a critical
phase that needs to be renewed. Names like Sultan Mahmud II, the
Young Ottoman group, Young Turks, Ziya Gokalp, and Mustafa
Kamal are the figures of renewal with all the ideas of renewal they
bring. Although in the course of this idea received a negative and
positive reaction from various parties but the core of all is to keep the
Ottoman Empire survive and adopt new things that are obtained from
the West. Renewal in the field of education can be felt because these
ideas are embedded starting from the most basic things like education.
Starting from the inclusion of general lessons in education that has
been separated, then this is classified in a positive renewal. But there
is also a negative renewal in which the idea of changing the Caliphate
to nationalism resulted in the eradication of the Islamic caliphate from

the world forever.
Keyword: Renewal, Turkey, Education

1

2

A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan usaha kemanusiaan yang dilakukan secara sadar dan
rasional pencapaian cita-cita kemanusiaan yang tidak pernah selesai dan tercapai oleh
hanya satu generasi belaka. Selanjutnya setelah manusia menyadari bahwa cita-cita dan
harapan manusia jauh melampaui batas usia manusia itu sendiri, bahkan batas generasi
dan zamannya, maka pendidikan generasi masa depan mulai dikembangkan dan
dikonsepsikan sebagai usaha yang belum selesai. Oleh karena itu, secara sistematis
setiap usaha pendidikan merupakan bagian integral dari sebuah rekayasa sejarah. 1
Mempelajari sejarah adalah hal mesti dan harus dalam membentuk pendidikan
yang mengajarkan akan kesalahan di masa lampau dan kebaikan yang terjadi di masa
lalu untuk dapat digunakan atau diperbaharui kedepannya. Pendidikan yang terlahir dari
sejarah akan lebih baik apabila hal tersebut didukung oleh segala aspek dalam
perkembangannya. Sebagaimana kata-kata bijak “pengalaman adalah guru terbaik

dalam hidup”, maka berangkat dari kata-kata ini sejarah adalah guru terbaik bagi
kelangsungan kehidupan kedepannya. Dalam sejarahnya, Islam pernah mengalami halhal luar biasa yang menyebabkan Islam disegani oleh kerajaan-kerajaan dan negaranegara di Eropa. Masa itu disebut masa kejayaan Islam. Masa dimana perkembangan
pendidikan sangat luar biasa dan menjadi contoh bagi Eropa pada saat itu.
Salah satu kerajaan yang berdiri dalam dunia Islam adalah kerajaan Turki
Usmani. Sebuah kerajaan besar yang pernah berdiri dalam dunia Islam. Kerajaan ini
memiliki wilayah yang luas dalam perkembangannya dan memiliki kemajuan dalam
beberapa bidang. Setelah Islam tidak terlalu perhatian pada warisan filsafat dan ilmu
pengetahuan,

secara

berangsur-angsur

memberikan

kesempatan

Barat

untuk


membangkitkan kekuatan di Eropa dalam berbagai aspek keilmuan dan teknologi.
Seiring waktu berjalanpun, kekuasaan umat Islam ditundukkan oleh kekuasaan bangsa
Eropa, dan terjadilah penjajahan dimana-mana diseluruh wilayah yang pernah dikuasai
oleh kekuasaan Islam. Dalam hal ini, terjadi beberapa pembaharuan yang dilakukan
pada masa Turki Usmani berkuasa yang terjadi di Turki dan akan pemakalah jelaskan
dalam pembahasan berikut.

1

Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim (Pengantar Filsafat Pendidikan Islam
dan Dakwah) (Yogyakarta: Sipress, 1994), h. 64

3

B. Sekilas tentang Kerajaan Turki Usmani
Kerajaan Turki Usmani berasal dari suku Qayigh Aghuz yang di pimpin oleh
Sulaeman Syah. Upaya menghindari serangan Mongol yang sedang berusaha
menguasai dunia Islam. Sulaeman Syah dan sukunya meminta perlindungan kepada
Jalaludin (Dinasti Khawarizmi Syah) di Transoxiana. Jalaludin meminta agar Sulaeman

dan anggota sukunya tinggal di Asia kecil. Masih dalam menghindari serangan Mongol.
Kemudian mereka pindah ke Syam.2
Lebih kurang tiga abad, suku ini pindah ke Turkistan lalu ke Persia dan Irak.
Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di
Asia Tengah. Di bawah tekanan dan serangan-serangan Mongol pada abad ke-13 M,
mereka melarikan diri ke daerah Barat dan mencari tempat pengungsian di tengahtengah orang Turki Seljuk, di daratan tinggi Asia Kecil. Di sana, di bawah pimpinan
Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan Seljuk yang
kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan
Alaudin mendapat kemenangan. Atas jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan sebidang
tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina
wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibukota.3
Sejarawan mencatat bahwa Turki Usmani berdiri tahun (1281 M) terletak di
daerah Asia kecil. Pendirinya adalah Us|man bin Erthogrul. Wilayah kekuasaannya
meliputi: Asia kecil dan daerah Trace (1354 M), kemudian menguasai selat Dardanlese
(1361 M), Casablanca (1389 M) selanjutnya kerajaan Turki menaklukan kerajaankerajaan Romawi (1453 M). Kata Usman di ambil dari nama kakek mereka yang
pertama dan pendiri kerajaan ini, yaitu Us|man bin Erthogrul bin Sulaeman syah dari
suku Qayigh.4
Setelah Erthogul wafat pada tahun 1289 M, kepemimpinan dilanjutkan oleh
putranya Usman pada tahun 1300 M. Mongol menyerang dinasti Saljuk dan Sultan
Allaudin II mati terbunuh. Sepeninggal Sultan Allaudin II, Saljuk terpecah menjadi

dinasti-dinasti kecil, dalam keadaan demikian, Usman menyatakan kemerdekaannya
dan berkuasa penuh atas daerah yang dikuasainya. Maka sejak itulah kerajaan Usmani
dinyatakan berdiri, dan Penguasa pertamanya adalah Usman, yang disebut juga dengan
2

Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), h. 113
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II) (Bandung: Raja Grapindo
Persada, 2000), h. 129
4
Phillip K. Hitti, History of Arab, terj. R Cecep Lukman yasin dan Dedi Slamet Riyadi (Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta, 2006), h. 714
3

4

Usman I. Dengan lahirnya kerajaan Usman dapatlah Islam kembali kepermukaan dan
memperlihatkan kegagahperkasaannya yang luar biasa dan dapat menyambung usaha
dan kemegahannya yang lama sampai abad ke-20. Perluasan Islam pada masa kerajaan
Usman semakin meluas, dari semenanjung Balkan (Negeri-negeri Eropa Timur),
kemudian kerajaan Usmaniyah melebarkan sayapnya kesebelah timur, sehingga dalam

waktu singkat, seluruh Persia dan irak yang dikuasai kerajaan Safawiyah yang beraliran
syi’ah dapat direbut. Selanjutnya menguasai Syam dan Mesir sehingga, pada tahun
1516 M. Kerajaan Usman memegang kendali dunia Islam, dengan pusat
pemerintahannya di Istanbul.5
Faktor utama yang mendukung keberhasilan dalam melakukan ekspansi yaitu
keberanian, keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup
bertempur kapan dan dimanapun berada, salah satu tim elit dalam militer ini dinamakan
Yenisari. Setelah Orkhan meninggal kemudian digantikan oleh Murad I, yang berkuasa
pada tahun (1359-1389 M), selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan
perluasan ke daerah Benua Eropa. Ia dapat menaklukan Adrianopel kemudian
dijadikannya ibu kota kerajaan yang baru, Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh utara
bagian Yunani. Karena cemas atas kemajuan Turki Usmani terhadap ekspansi yang
mereka lakukan, maka Paus menyatakan perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa
disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman,
raja Hongaria. Namun sultan Bayazid I (1389-1403 M), pengganti Murod I, dapat
menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut. Peristiwa ini merupakan catatan
sejarah yang amat gemilang bagi umat Islam.6
Ekspansi kerajaan Usmani sempat terhenti beberapa lama, ketika ekspansi di
arahkan ke Konstantinopel. Tentara Mongol yang di pimpin oleh Timur Lenk,
melakukan serangan ke Asia kecil. Pertempuran hebat terjadi di Ankara tahun 1402 M.

tentara Turki Usmani mengalami kekalahan. Bayazid bersama putranya, Musa tertawan
dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M.7
Setelah Timur Lenk meninggal dunia tahun 1405 M dan kesultanan Mongol
terpecah-pecah, Turki Usmani melepaskan diri dari kekuasaan Mongol, selanjutnya
mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakan dasar-dasar keamanan dalam negeri.
Usaha ini diteruskan oleh Murad II (1421-1451 M) sehingga Turki Usmani mencapai
5

Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 247
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, h. 131
7
Ibid.
6

5

puncak kemajuannya pada Masa Muhammad II atau biasa disebut Muhamad al-Fatih
(1451 M). Gelar ini berarti sang penakluk. Disandangkan kepadanya setelah ia berhasil
menaklukan benteng Konstantinopel dan diganti namanya menjadi Istambul yang asal
katanya Islambul (artinya Tahta Islam) yang pada saat itu sebagai benteng pertahanan

terkuat kerajaan Bizantium.8

C. Latar Belakang Timbulnya Pembaharuan Pemikiran Pendidikan Islam di
Turki
Pada sejarahnya, Turki mengalami kemajuan dan perkembangan yang
mengagumkan pada abad ke-16, dan setelahnya terjadi kemunduran dan kekacauan.
Pembaharuan dilakukan di Turki karena terdapat beberapa kemunduran yang terjadi
pada kerajaan ini. Hasan Asari9 menjelaskan beberapa penyebab kemunduran kerajaan
Turki, yaitu:
1. Semakin rendahnya kualitas aparat pemerintahan pusat. Kualitas individual
para sultan kerajaan Usmani di abad ke-17 sangat rendah dibandingkan para
sultan sebelumnya. Ini berkaitan dengan praktek pembatasan kehidupan para
pangeran di istana, sehingga mereka tidak mempunyai pengalaman politikmiliter yang memadai sebelum menjadi sultan;
2. Merosotnya disiplin dan loyalitas Yenisari, pasukan elit kerajaan Usmani
yang sebelumnya menjadi tulang punggung sukses militer kerajaan ini. Ini
adalah akibat dari melemahnya ekonomi untuk mendanai pasukan tersebut,
sebagai kelanjutan dari terhentinya penaklukan dan pampasan perang;
3. Kemajuan teknologi perang yang teutama dikembangkan oleh Eropa
mempengaruhi daya saing militer kerajaan Usmani;
4. Kebangkitan Eropa sebagai kekuatan ekonomi, sosial, dan politik baru,

memaksa kerajaan Usmani terlibat dalam persaingan kompleks di berbagai
arena. Dukungan teknologi transportasi laut memberi Eropa keuntungan
yang sangat besar dalam persaingan ini. Kerajaan Usmani kehilangan
kontrol atas ekonomi dan teritori yang luas kepada Eropa;

8

Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai Aspek (Jakarta: UI Press, 1985), h. 84
Hasan Asari, Modernisasi Islam: Tokoh, Gagasan dan Gerakan (Bandung: Citapustaka Media,
2002), h. 108
9

6

5. Melemahnya

kekuatan politik-militer kerajaan Turki

Usmani


juga

memberikan peluang kepada provinsi-provinsi untuk lebih memilih otonom
dan lepas dari kontrol pusat, dan
6. Kehidupan sosial yang beragam juga menjadi andil bagi keinginan untuk
melepaskan diri dari pusat pemerintahan yang semakin melemah, karena
secara natural perbedaan suku, agama, dan budaya ini membuat mereka
tertarik kepada bangsa Eropa yang secara ekonomi memberikan dukungan
yang mungkin pada mreka, sehingga memberikan alternatif yang lebih
menjanjikan.
Dari sebab di atas, nampak bahwa kelemahan yang menjerat kepemimpinan di
kerajaan Usmani ini sudah kronis, dan butuh pembaharuan baik itu dalam bidang
politik, militer, pendidikan, serta sosial budaya. Akhirnya beberapa pemimpin dari
kerajaan ini melakukan gerakan atau pembaharuan demi menyelamatkan kerajaan dari
kehancuran walaupun pada akhirnya kerajaan ini akan hancur tetapi usaha yang mereka
lakukan patut diapresiasi karena berhasil memberikan efek bagi kelangsungan kerajaan
Turki Usmani.

D. Tokoh-tokoh Penggagas dan Pemikirannya
1. Sultan Salim III
Pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan Salim III (1789-1807) dengan
melakukan langkah-langkah pembaharuan sebagi berikut: restrukturisasi pemerintahan
yang efektif, rekrutmen pegawai secara profesional, usaha ini berhasil tetapi tidak
berlangsung lama, kemudian mendirikan sekolah dan balai latihan, menghilangkan hak
istimewa

militer

Yenisari

yang mewajibkan mereka

harus

melalui

seleksi

profesionalisme. Pembaharuan yang dilakukan Sultan Salim III ini mendapat tantangan
dari militer Yenisari (yang takut kehilangan peran) yang mendapat sokongan fatwa dari
ulama konservatif bahwa gerakan pembaharuan Sultan Salim III bertentangan dengan
agama dan tradisi sehingga dapat dikalahkan. Upaya pembaharuan yang dilakukan
Sultan Salim III ini dikenal dengan sebutan Nizam-i Jedid (Orde Baru) tetapi
pembaharuan ini tidak berhasil merubah keadaan.10 Dalam pemikirannya, Sultan Salim
III beranggapan bahwa kemunduran Islam karena kemiliteran yang melemah, sehingga
diperlukan sesuatu yang baru dalam bidang kemiliteran.
10

109

Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, h. 209, lihat juga Hasan Asari, Modernisasi Islam, h.

7

2. Sultan Mahmud II-Tanzimat
Pada penghujung abad ke-18 serangkaian langkah pembaharuan sebenarnya
telah dilakukan oleh Sultan Salim III (1789-1807) akan tetapi terjadi kegagalan karena
tidak mendapat dukungan dari ulama. Hal ini dihidupkan kembali oleh Sultan Mahmud
II (1808-1839). Pada tahun 1826 Sultan Mahmud II membentuk korp tentara baru di
luar Yenisari dan menggunakan instruktur dari Mesir dan tidak berasal dari Eropa agar
tidak direspon negatif oleh ulama dan segera membubarkan Yenisari yang selama ini
telah menunjukkan kemerosotan kemampuan pada beberapa dekade belakangan serta
melarang Tarekat Bektasyi yang sangat dekat dengan Yenisari dimana mereka adalah
mentor bagi Yenisari, menggantikan Sadrazam yang dahulu adalah pembantu utama
Sultan untuk urusan politik dan pemerintahan dengan Perdana Menteri yang
membawahi sejumlah menteri-menteri, dan memberlakukan sistem hukum sekuler yang
selama ini diurus oleh Syaikh al-Islam pembantu utama Sultan dalam bidang
keagamaan. Karena hal ini maka wewenang Syeikh al-Islam berkurang sebab selama ini
hanya membidangi hukum Islam saja. Pada tahun 1838 dikeluarkan peraturan tentang
kehakiman, pegawai negara, dan tindak korupsi. Dan dalam upaya memberantas buta
huruf maka dibangun sekolah-sekolah, memperbaharui kurikulum madrasah tradisional
dengan memasukkan pengetahuan umum serta mendirikan Sekolah Pengetahuan Umum
(Mekteb-i Ma’arif) dan Sekolah Sastra (Mekteb-i Ulum-u Edebiye), sekolah militer,
teknik dan kedokteran, mengirim siswa-siswa ke Eropa yang kemudian membawa halhal baru ke Turki dan menyebarkannya melalui tulisan dan terjemahan, serta pada tahun
1831 diterbitkan surat kabar resmi dengan nama Takvim-i Vekayi.11
Sepeninggal Sultan Mahmud II, gerakan pembaharuan dilakukan oleh Abdul
Majid (1839-1861) dengan Perdana Menteri Mustafa Rasyid Pasya. Periode ini disebut
masa Tanzimat yang mengandung arti peraturan dan perundang-undangan baru.
Tokoh-tokoh Tanzimat antara lain: Mustafa Rasyid Pasya, Mehmed Sadik Rif’at Pasya,
Muhammad Ali Pasya, Ahmed Cevdet Pasya dan Fuad Pasya.12
Di antara beberapa peraturan perundang-undangan yang dihasilkan pada masa
tanzimat antara lain:
a. Piagam Hatt-i Sherif Gulhane, yang berisikan tentang asas kemakmuran suatu
negara bergantung kepada kemakmuran rakyat yang diperoleh dengan cara
11

Hasan Asari, Modernisasi Islam, h. 111-113
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta: Bulan
Bintang, 2003), h. 90
12

8

menghilangkan pemerintahan absolut selama ini, menghilangan kesewenangwenangan, peraturan mengenai kewajiban dan lamanya dinas militer, hukuman
mati dengan diracun tidak dibolehkan lagi, hak milik terhadap harta dijamin dan
tiap orang mempunyai kebebasan terhadap harta yang dimilikinya, semua
pegawai kerajaan menerima gaji sesuai dengan beban tugasnya untuk
mengurangi korupsi, mengajak rakyat memberikan pendapat tentang soal-soal
negara dan administrasi, mendirikan Bank Usmani dan mengganti peredaran
uang dengan memakai sistem desimal, dan pendidikan umum dilepaskan dari
kekuasaan kaum ulama untuk diserahkan kepada kementerian Pendidikan yang
dibentuk pada tahun 1847.13
b. Piagam Hatt-i Humayun, yang mengakomodir hak-hak minoritas seperti
penghapusan perbedaan agama, bahasa dan bangsa, rakyat non muslim
diperbolehkan masuk dinas militer, dan penghapusan perbedaan pajak yang
bagi rakyat non muslim, penghapusan hukum bunuh terhadap orang yang
murtad dari Islam dan pemasukan anggota-anggota bukan Islam ke dalam
dewan hukum. Setelah piagam Hatt-i Humayun ini, maka diadakan
penyempurnaan hukum pidana, hukum dagang dan hukum maritim dengan
menggunakan hukum Prancis, didirikan Mahkamah Agung, serta dalam bidang
pendidikan didirikan Sekolah Galatasaray tahun 1868 yang siswanya Islam dan
non dapat duduk berdampingan. Padahal sebelumnya masing-masing golongan
agama mempunyai sekolah tersendiri.14
Kedua piagam yang dihasilkan kelompok Tanzimat ini mendapat kritikan keras
terutama dari kalangan Intelektual Turki Usmani. Piagam ini mengandung
sekularasisasi dalam berbagai institusi kemasyarakatan seperti lembaga hukum baru
yang dipengaruhi sistem hukum Barat, menimbulkan pro-Barat yang mengakibatkan
campur tangan negara-negara Barat dalam soal inter kerajaan Usmani yang pada
akhirnya jatuhnya perekonomian negara ini, serta menyebabkan semakin absolutnya
kekuasaan sultan dan menteri-menterinya karena tidak adanya oposisi dari Yeniseri
sebagai yang sudah dibubarkan pada masa Sultan Mahmud II. 15
Dalam perkembangannya, pengembalian kepada Alquran dan hadis dilakukan
oleh Sultan Mahmud II, pemikirannya ke arah pembaharuan dalam bidang pendidikan
13

Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 90-94
Ibid., h. 95-96
15
Ibid., h. 97
14

9

sangat terlihat, mulai dari penghapusan sebuah lembaga resmi pada masa pemerintahan
sebelumnya hingga pembukaan sekolah yang sudah jauh berubah dari sekolah
tradisional. Pembaharuan yang dilakukan melihat kepada kalahnya kesutltanan Islam
dari Eropa pada saat itu. pemikiran-pemikirannya sampai melahirkan sebuah fase yang
disebut tanzimat. Fase ini ingin mengembalikan kepada Islam yang sebenarnya.
Pembaharuan yang tidak keluar dari ajaran-ajaran Islam yang murni. Disitulah letak
Islam yang diinginkan oleh Sultan Mahmud II.

3. Usmani Muda
Kematian Perdana Menteri Ali Pasya (1871 M)

menandai berakhirnya

Tanzimat, gerakan pembaharuan diganti oleh kelompok Usmani Muda yang berhasil
menurunkan secara paksa Sultan Abdul Aziz pada tahun 1876 melalui fatwa Syaikh alIslam dan diganti oleh Murad V yang mendapat dukungan Usmani Muda. Akan tetapi
karena Murad V dianggap tidak berhasil memimpin Turki Usmani dan dianggap sakit
mental oleh Syaikh al-Islam di kemudian hari, maka diganti oleh Sultan Abdul Hamid
(31 Agustus 1876) dan perdana menterinya Mihdat Pasya salah seorang tokoh Usmani
Muda.16
Usmani Muda merupakan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1865 dengan
tujuan

untuk

mengubah

pemerintahan

absolut

menjadi

pemerintahan

yang

konstitusional. Tokoh Usmani muda antara lain Ibrahim Syinasi (1826-1871), Mihdat
Pasya (1822-1883), Ziya Pasya (1825-1880), dan Namik Kamal (1840-1888). Di antara
isi ide-ide pembaharunnya sebagai berikut17:
a. Ekonomi dan politik yang tidak beres dapat diatasi dengan merubah sistem
pemerintahan absolut menjadi pemerintahan konstitusional yang memisahkan
kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Rakyat sebagai warga negara
mempunyai hak politik. Pemerintahan demokrasi tidak bertentangan dengan
ajaran Islam, karena dalam Islam dikenal sistem bay’ah yang pada hakikatnya
merupakan kedaulatan rakyat. Khalifah sebagai eksekutif

tidak boleh

mengambil sikap atau tindakan yang berlawanan dengan maslahat umum (almaslahah al-‘ammah), dan tidak melanggar syariah, kaum ulama sebagai
pembuat hukum, dan pemerintah yang melaksanakan hukum. Sehingga sistem

16
17

Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, h. 212
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 101-102

10

pemerintahan konstitusional tidak merupakan bid’ah dalam Islam. Hal ini
merupakan ide baru pada saat itu yang memegang sistem otokrasi.
b. Tumbuh ide tanah air Usmani bukan tanah air Turki dengan melihat perlu
adanya persatuan umat Islam di bawah pimpinan Turki Usmani yang mirip PanIslamisme.

4. Turki Muda
Pada periode ini, Sultan Abd al-Hamid II membubarkan kelompok Usmani
Muda namun tidak secara serta merta menghapus ide-ide yang mereka sebarkan. Ide-ide
ini kembali muncul pada penghujung abad ke-19 dibawah kepemimpinan organisasi
baru yaitu Turki Muda. Oleh Turki Muda arah pembaharuan yang dibawa cenderung
sekularis, dengan tetap membawa ide-ide Usmani Muda tentang penegakan hukum
secara konsisten. Kelompok ini cepat memperoleh popularitas dan dukungan dari para
pelajar di Turki maupun intelegensia di pengasingan18.
Bergabung dengan sejumlah mahasiswa Akademi Militer dan personil angkatan
bersenjata Kerajaan Usmani memberi warna revolusioner bagi Turki yang berujung
pada pemberontakan dibawah kelompok bawah tanah Komite Persatuan dan Kemajuan
(Ittihad ve Terekki) yang dipimpin Enver Bey, Jemal Pasya, Mustafa Kamal, Ahmed
Riza, dan Ahmed Niyazi. Tuntutan mereka yaitu restorasi Konstitusi 1876 dan
pengaktifan kembali sistem pemerintahan parlemen yang dibekukan oleh Sultan Abd alHamid II, dan karena dukungan yang kuat maka hal tersebut disetujui dan parlemen
baru ini dipimpin oleh Ahmed Riza dari Komite Persatuan dan Kemajuan. Hal ini
membuka jalan bagi kelompok ini untuk mengembangkan ide-ide pembaharuannya
tetapi mereka dihadapkan oleh kenyataan yang mempertanyakan ide-ide pembaharuan
mereka. Yang pada akhirnya mereka hanya cenderung mempertahankan struktur
Kerajaan Usmani secara resmi dengan sangat menekankan unsur Turki.19

5. Ziya Gokalp
Di fase ini Kerajaan Turki Usmani mengalami banyak kegagalan dan
kekacauan. Ide pembaharuan yang dibawa Turki Muda baik tetapi mereka tidak
memiliki kesempatan dan sumber daya dalam menjalankan ide pembaharuan mereka.
Dalam hal ini muncul pemikiran-pemikiran baru tentang arah, identitas, dan perjuangan
18
19

Hasan Asari, Modernisasi Islam, h. 122
Ibid., h. 123

11

dalam menentukan masa depan Kerajaan Turki Usmani. Piagam Gulhane menyatakan
dengan tegas bahwa menerapkan Islam dengan benar akan dapat membuat Turki
Usmani jaya kembali, tetapi ide pencontohan Barat dengan Usmanisme sebagai
pemersatu yang dibawa Usmani Muda dan Turki Muda gagal dilaksanakan sehingga
butuh hal lain yang dapat ditawarkan demi menjaga eksistensi Kerajaan Usmani yang
multi-agama dan multi-ras ini.
Ziya Gokalp berpandangan bahwa Usmanisme ini tidak dapat dipertahankan
secara natural sebagai pemersatu, sehingga dia mengajukan pemikiran baru yaitu,
pemikiran tentang kebangsaan (nation). Hal ini didasari atas pengaruh yang besar dari
paham-paham sosiologi Perancis yang dipelajarinya. Ia beranggapan bahwa bangsa
mempersatukan manusia. Setiap bangsa memiliki masa lalu dan tradisi sendiri yang
berbeda dari bangsa manapun. Aspirasi dan karakter bangsa terungkap dalam ceritacerita rakyat dan lagu-lagu daerah. Identitas kebangsaan ini terkait erat dengan bahasa.
Karena itu kelompok pemakai satu bahasa (biasanya mendiami tempat tertentu) bisa
diharapkan membentuk satu bangsa.20
Ziya Gokalp menerapkan konsepnya ini terbatas hanya kepada orang Turki yang
mendiami Anatolia dan sekitarnya. Dan poin penting lain dari idenya ini adalah bahwa
hubungan peradaban dengan bangsa itu sendiri adalah insidental, yang berarti satu
bangsa bisa memilih satu peradaban, mengadopsinya, atau menggantinya dengan yang
lain, disinilah letak peluang pembaharuan itu. Dahulu Turki mengadopsi peradaban
Islam (Arab dan Persia). Sekarang bangsa Turki dapat beralih mengadopsi peradaban
Barat tanpa harus merubah karakter dasar bangsanya. Kehidupan bangsa hanya dapat
diekspresikan secara penuh melalui peradaban yang baik. Walaupun mengutamakan
kebangsaan, tetapi Ziya Gokalp juga mempertimbangkan Islam. Menurutnya, Islam
yang ditafsirkan secara benar tidak secara mutlak terikat dengan peradaban Arab dan
Persia, Islam bisa saja dibawa ke dalam peradaban yang baru. 21

6. Mustafa Kamal
Mustafa Kamal lahir pada 1881 di suatu daerah di Salonika. Sering dikenal
dengan nama Mustafa Kamal Pasya. Dan dikenal juga dengan Mustafa Kamal Attaturk
(Bapak Bangsa Turki). Beliau juga mendapat julukan Ghazi, artinya sang pembela
keyakinan. Julukan ini diberikan ketika beliau dengan gemilang membawa Turki
20
21

Ibid., h. 125
Ibid., h. 126

12

kepada kemenangan dalam perang kemerdekaan melawan Yunani, Mustafa Kamal
dielu-elukan dan dipanggil dengan gelar kehormatan Ghazi. Ayahnya bernama Ali
Riza, seorang juru tulis rendahan di salah satu kantor pemerintahan di kota itu. Beliau
sempat mencoba lari dari Kamalangan hidupnya dengan cara menegak racun.
Sedangkan Ibunya bernama Zubayde, seorang wanita sholihah. Ali Riza meninggal saat
Mustafa Kamal berusia tujuh tahun sehingga ia kemudian diasuh oleh ibunya 22.
Setelah perang dunia I, Mustafa Kamal diangkat menjadi panglima militer di
Turki Selatan untuk merebut Izmir dari tentara sekutu dan berhasil memukul mundur
tentara sekutu dan menyelamatkan Turki dari penjajahan Barat. Pada saat itu Sultan di
Istanbul berada di bawah kekuasaan sekutu yang harus menyesuaikan diri dengan
mereka. Mustafa Kamal sependapat dengan ide nasionalismenya Ziya Gokalp. Turki
hanya bisa memasuki dunia modern apabila merumuskan diri sebagai bangsa bukan
dalam bentuk tradisional Kerajaan Usmani. Karena kedudukannya di militer sangat
strategis dan memiliki pengaruh yang besar, terutama di daerah Anatolia. Maka
Mustafa Kamal mengambil langkah drastis dengan membentuk pemerintah tandingan di
Anatolia dengan menyebarkan berbagai pernyataan yang berporos kepada dua hal, yaitu
(1) bahwa kondisi kerajaan sudah sedemikian merosot, sehingga bahkan kemerdekaan
tanah air sudah dalam keadaan terancam. Keadaan sudah sedemikian kritis, sementara
pemerintah Kerajaan Usmani tak mampu membela diri dan rakyat dari rongrongan
serangan musuh, (2) oleh karena itu maka rakyat Turki harus turun berjuang
mempertahankan kebebasan negerinya. Kehancuran kerajaan meski diimbangi dengan
perjuangan rakyat. Namun perjuangan ini hanya akan efektif bila didasari oleh
persatuan yang kokoh. Setiap kelompok perjuangan yang ada mesti bersatu
menciptakan arus perjuangan baru yang lebih solid dan lebih besar.23
Dengan pernyataan tersebut Mustafa Kamal dipecat dari jabatan panglima oleh
Sultan. Kemudian ia berkiprah di dunia politik menjadi ketua perwakilan rakyat yang
mengamanatkan Turki harus merdeka dari kungkungan asing, dan pada tahun 1920
membentuk Majlis Nasional Agung (MNA) di Ankara untuk menandingi Parlemen di
Istanbul.
Mustafa Kamal memproklamirkan Republik Turki pada 29 Oktober 1923
dengan membentuk negara modern didasarkan kepada kekecewaan yang amat
mendalam terhadap sistem kekhalifahan sebelumnya yang dianggap gila dan dibangun
22
23

Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, h. 215-216
Hasan Asari, Modernisasi Islam, h. 128

13

atas sendi-sendi keagamaan yang rapuh. Peraturan dan pengadilan agama kuno segera
digantikan dengan hukum perdata yang modern dan ilmiah, begitu juga sokolah agama
harus diserahkan kepada pemerintah sekuler.24
Arnold Toynbee dalam Mainkid and Mother Earth (terjemah Sejarah Umat
Manusia), menyebutkan Atatturk memimpin rakyat Turki bukan hanya untuk
memenangkan perang demi mempertahankan kelangsungan hidup mereka, tetapi juga
untuk melakukan westernisasi yang revolusioner guna melanjutkan apa yang telah
dirintis oleh Mahmud II. Lebih Jauh Arnold membandingkan Atatturk seperti Lenin di
Rusia sebagai intelezensia yang menumbangkan rezim yang membentuk kelas ini di
negaranya, terutama dalam menggunakan kekerasan untuk menuntaskan pekerjaan
penting ini.25
Salah satu bukti penghapusan kekhalifahan, menghapus kementerian syariah
dan waqaf dan menyatukan sistem pendidikan di bawah kementerian pendidikan
lahirnya Undang-undang yang disetujui Dewan Nasional Agung Turki pada tanggal 3
Maret 1924.26 Tujuan akhir Mustafa Kamal dengan reformasi berupa westernisasi
adalah membawa Turki berbaris bersama dengan peradaban Barat, bahkan berusaha
mencuri satu langkah mendahului peradaban Barat. Mustafa Kamal dikenal sebagai
Bapak Rakyat Turki dengan julukan Atatturk, dan ia juga mendapat julukan Ghazi.27
Rangkaian kebijakan pembaharuan Mustafa Kamal berperinci kepada:
nasionalisme, sekularisme, westernisme28:
Pertama, unsur Nasionalisme. Ide Nasionalisme dalam pemikiran Mustafa
Kamal ialah nasionalisme Turki yang terbatas daerah geografisnya dan bukan ide
nasionalisme yang luas, yakni diilhami oleh Ziya Gokalp (1875-1924) yang
menyerukan reformasi Islam untuk menjadikan Islam sebagai ekspresi dari etos Turki.
Dalam pemahaman Mustafa Kamal, Islam yang berkembang di Turki adalah Islam yang
telah disatukan dengan budaya Turki, sehingga ia berkeyakinan bahwa Islam dapat
diselaraskan dengan dunia modern. Namun turut campurnya Islam dalam segala aspek
kehidupan pada bangsa dan agama akan menghambat Turki untuk maju. Atas dasar itu,
Mustafa Kamal berpendapat bahwa agama harus dipisahkan dari negara. Islam tidak
24

Ajid Tohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam (Jakarta: Rajawali Press,
2009), h. 220
25
Arnold Toynbee, Mankind and Mother Earth, terj. Sejarah Umat Manusia (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007), h. 762
26
Ajid Tohir, Perkembangan Peradaban, h. 220
27
Ibid., h. 222
28
Hasan Asari, Modernisasi Islam, h. 130-135

14

perlu menghalangi Turki mengadopsi peradaban Barat sepenuhnya, termasuk merubah
bentuk negara. Pada permulaan di dirikannya Republik Turki, Mustafa Kamal
berpendapat bahwa pemerintah nasional harus didasarkan pada prinsip pokok
populisme (kerakyatan). Ini berarti, kedaulatan dan semua kekuatan administrasi harus
langsung diberikan kepada rakyat. Konsekuensi logis dari prinsip tersebut adalah
dihapusnya sistem kekhalifahan.
Kedua sekulerisme, sekulerisasi yang dijalankan oleh Mustafa Kamal tidak serta
merta menghilangkan agama dari rakyat Turki, namun hanya melakukan pembatasan
kekuasaan golongan ulama dalam soal negara dan politik. Oleh karena itu,
pembentukan partai yang berdasarkan agama dilarang, institusi-institusi negara, sosial,
ekonomi, hukum, politik, dan pendidikan harus dibebaskan dari kekuasaan syariah.
Menurut Mustafa Kamal, sekulerisme bukan saja memisahkan masalah bernegara
(legislatif, eksekutif, dan yudikatif) dari pengaruh agama melainkan juga membatasi
peranan agama dalam kehidupan orang Turki sebagai suatu bangsa, karena menurut
beliau bahwa indikasi ketinggian suatu peradaban terletak pada keseluruhannya, bukan
secara parsial. Peradaban Barat dapat mengalahkan peradaban-peradaban lain bukan
hanya karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya, tetapi karena keseluruhan
unsurnya. Dan sekulerisasilah yang menimbulkan peradaban yang tinggi itu. Sehingga,
Mustafa Kamal berpendapat jika rakyat Turki ingin mempunyai peradaban tinggi harus
melakukan sekulerisasi.
Ketiga, westernisme, dalam hal ini Mustafa Kamal berpendapat bahwa Turki
harus berorientasi ke Barat. Ia melihat bahwa dengan meniru Barat Negara Turki akan
maju. Ungkapan yang digunakan oleh Mustafa Kamal, “Kita (bangsa Turki) harus
bergerak bersama zaman.” Oleh karena itu, satu-satunya jalan untuk memajukan rakyat
Turki adalah dengan melakukan reformasi berupa modernisasi yakni suatu upaya untuk
mengubah wajah Turki secara total dengan menerapkan nilai-nilai modern yang
progresif dan meninggalkan segala hal yang dipandang kaku, kolot, tradisional dan
berbau Utsmaniyah. Kamal berkeyakinan hanya dengan jalan itu rakyat Turki akan
makmur dan dihormati oleh bangsa-bangsa lain.

E. Aspek-aspek Pembaharuan Pemikiran Pendidikan Islam yang dikembangkan
Ada beberapa aspek pembaharuan pendidikan Islam pada masa Turki Usmani
berkuasa. Mulai dari pola pembaharuan yang dilakukan hingga kepada sistem

15

pengajaran pendidikan yang dilakukan di Turki. Dalam pola pendidikan Edi Yusrianto29
menjabarkan bahwa terdapat tiga pola pembaharuan di Turki, yaitu:
1. Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada Pendidikan Modern
Barat
Pada dasarnya mereka berpendapat bahwa pola pendidikan Islam harus
meniru pola Barat dan yang dikembangkan oleh Barat sehingga pendidikan
Islam dapat setara dengan pendidikan mereka. Mereka berpendapat usaha
pembaharuan yang dilakukan adalah dengan cara mendirikan lembaga
pendidikan/sekolah dengan pola pendidikan Barat, baik sistem maupun isi
pendidikanya.
2. Golongan yang berorientasi pada Sumber Islam murni
Mereka berpendapat bahwa Islam merupakan sumber dari kemajuan dan
perkembangan peradaban ilmu pengetahuan modern. Sehingga penyebab
kelemahan umat Islam adalah karena tidak lagi melaksanakan ajaran agam islam
sebagaimana mestinya. Ajaran Islam yang tidak murni lagi digunakan untuk
sumber kemajuan dan kekuatan.
3. Usaha yang berorientasi pada nasionalisme
Kelompok ini melihat bahwa di Barat rasa nasionalisme timbul bersamaan
dengan berkembangnya pola kehidupan modern sehingga mengalami kemajuan
yang menimbulkan kekuatan politik yang berdiri sendiri. Pada umumnya
keadaan ini mendorong bangsa Timur dan bangsa terjajah lainnya untuk
mengembangkan nasionalisme mereka masing-masing. Sebagai akibat dari
pembaharuan ini terdapat dua kecenderungan dalam sistem pendidikan, yaitu
sistem pendidikan modern dan sistem pendidikan tradisional.
Pada sistem pendidikan mengalami pembaharuan dengan munculnya sekolah
atau madrasah seperti Mekteb-i Ma’arif dan Mekteb-i Ulum-u Edebiye, serta dengan
adanya perpustakaan yang jumlahnya tidak terhitung. Hampir di seluruh mesjid dan
madrasah ada perpustakaan yang berisi bermacam-macam ilmu terutama ilmu agama
dan bahasa Arab. Tetapi pada masa kemunduran Turki Usmani, jumlah perpustakaan
ini berkurang, hanya terdapat di Istanbul dan sedikit di Mesir, Damsyik, Halab, dan

29

53

Edi Yusrianto, Lintasan Sejarah Pendidikan Islam (Pekanbaru: Intania Grafika, 2001), h. 51-

16

Qudus. Jumlah perpustakaan pada masa itu sekitar 26 buah, 22 buah di Istanbul dan 4
buah di luarnya. Jumlah kitabnya hanya sekitar 30.000 kitab.30
Dengan adanya pengaruh langsung dari model pendidikan Barat, madrasah
merupakan lembaga pendidikan yang terpisah dari masjid. Hal ini terjadi karena model
pendidikan Barat yang klasikal dan memisahkan antara ilmu agama dan umum. Dengan
demikian, madrasah dipandang sebagai model pengajaran formal dari ilmu-ilmu agama
saja (Quran, Hadis, akhlak, dan fikih), sementara sekolah mengajarkan ilmu-ilmu
umum di luar ilmu agama.31
Salah satu terobosan bermakna dalam pembaharuan sistem pendidikan di Turki
adalam perumusan kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan di madrasah berkembang
secara dinamis menuju ke arah yang lebih baik. Salah satu hal yang berlaku dalam
proses pengajaran di madrasah Turki Usmani adalah mendorong pawa siswa untuk
mengakses sebanyak mungkin buku yang membahas beragam ilmu. Sistem
pengajarannya dengan cara menghafal matan-matan walaupun tidak mengerti
maksudnya. Setelah menghafal matan, murid dapat mempelajari syarahnya, hal ini
disebabkan pelajaran tersebut bertambah berat dan sulit di hafal walaupun belakangan
sistem ini mengalami perubahan. Adapun tingkat pengajaran di Turki, yaitu (1) Tingkat
Rendah (SD) 5 tahun, (2) Tingkat Menengah (SMP) 3 tahun, (3) Tingkat Menengah
Atas (SMA) 3 tahun, dan (4) Tingkat Tinggi (Universitas) 4 tahun. Dasar-dasar
pengajarannya adalah tafsir, hadis, bahasa Arab, bahasa Turki, filsafat, sejarah
kebudayaan Islam dan ilmu bumi.32

F. Pengaruh Pembaharuan Pemikiran Pendidikan Islam di Turki pada
Penyelenggaraan Pendidikan di Dunia
Dampak pembaharuan pendidikan Islam masih dapat dirasakan sampai saat ini,
di antara dampaknya adalah sistem klasikal pendidikan Islam yang diadopsi dari Eropa
oleh Turki Usmani yang bila merujuk kepada masa pendidikan awal Islam bukan secara
klasikal. Walaupun secara materi ilmu tetap meneruskan apa yang telah diajarkan pada
era sebelumnya, secara metode lebih banyak pengayaan.
Sistem pendidikan tinggi Islam secara klasikal untuk dijadikan legitimasi
doktriner bagi para pemimpin Muslim, tokoh-tokoh pendidikan, dan komunitas Muslim
30

Abdul Kodir, Sejarah Pendidikan Islam: dari Masa Rasulullah hingga Reformasi di Indonesia
(Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 135
31
Ibid., h. 130
32
Ibid., 133

17

dalam membangun sistem pendidikan Muslim yang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern. Dan upaya ini dapat terlihat di Indonesia
sebagaimana dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama 3 Menteri pada tahun 1975
tentang Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah yang menugaskan madrasah untuk
memberikan pelajaran agama sebanyak 35% dan pelajaran umum sebanyak 65%.
Semua upaya pembaharuan ini mendapat pro dan kontra pada saat itu, tetapi sebenarnya
dalam hal ini, pada masa kerajaan Turki Usmani ini sudah pernah dilakukan dan
memperoleh hasil yang baik bagi perkembangan peserta didik. Dimana sekarang dapat
kita lihat seorang ahli fisika yang agamawan.

G. Kesimpulan
Dalam perkembangan Kerajaan Turki Usmani, abad ke-16 adalah puncak dari
kejayaan dan setelahnya mulai mengalami kekacauan dan kemunduran. Abad ke-17 dan
ke-18 adalah fase perubahan besar-besaran dalam pemikiran di Turki. Fase ini
melahirkan para pemikir yang menggerakkan roda pemerintahan yang akhirnya
berevolusi kepada perubahan sistem pemerintahan dari kekhalifahan yang dipimpin
oleh sultan menjadi republik yang terjadi pada 29 Oktober 1923.
Para pembaharu yang menonjol pada masa Turki Usmani ini antara lain Sultan
Salim III; Sultan Mahmud II dan setelahnya disebut fase tanzimat (undang-undang)
yang mengeluarkan dua piagam penting yaitu piagam Hatt-i Sherif Gulhane dan
Piagam Hatt-i Humayun; kelompok Usmani Muda di antara tokohnya yaitu Ibrahim
Syinasi, Mihdat Pasya, Ziya Pasya, dan Namik Kamal; kelompok Turki Muda yang
terdiri dari kelompok militer yang di antara tokohnya yaitu Enver Bey, Jemal Pasya,
Mustafa Kamal, Ahmed Riza, dan Ahmed Niyazi; Ziya Gokalp; dan Mustafa Kamal
yang digelar sebagai Bapak Bangsa Turki.
Terdapat beberapa aspek pembaharuan pendidikan Islam pada masa Turki
Usmani, yaitu pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada Pendidikan
Modern Barat, golongan yang berorientasi pada Sumber Islam murni, usaha yang
berorientasi pada nasionalisme. Pada sistem pendidikan mengalami pembaharuan
dengan munculnya sekolah atau madrasah seperti Mekteb-i Ma’arif dan Mekteb-i Ulumu Edebiye.Beberapa perubahan yang terjadi sangat berpengaruh kepada pola pendidikan
di dunia yang salah satunya berorientasi pada pola klasikal yang dilakukan oleh sekolah
atau madrasah.

18

Daftar Pustaka

Asari, Hasan. 2002. Modernisasi Islam: Tokoh, Gagasan dan Gerakan. Bandung:
Citapustaka Media
Hitti, Phillip K. 2006. History of Arab, terj. R Cecep Lukman yasin dan Dedi Slamet
Riyadi. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta
Kodir, Abdul. 2015. Sejarah Pendidikan Islam: dari Masa Rasulullah hingga
Reformasi di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia
Mubarok, Jaih. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Mulkhan, Abdul Munir. 1994. Paradigma Intelektual Muslim (Pengantar Filsafat
Pendidikan Islam dan Dakwah), Yogyakarta: Sipress
Nasution, Harun. 1985. Islam ditinjau dari berbagai Aspek. Jakarta: UI Press
Nasution, Harun. 2003. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan.
Jakarta: Bulan Bintang
Sunanto, Musyrifah. 2003. Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Prenada Media
Tohir, Ajid. 2009. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta:
Rajawali Press
Toynbee, Arnold. 2007. Mankind and Mother Earth, terj. Sejarah Umat Manusia.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Yatim, Badri. 2000. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II). Bandung: Raja
Grapindo Persada
Yusrianto, Edi. 2001. Lintasan Sejarah Pendidikan Islam. Pekanbaru: Intania Grafika

18

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22