7 Ciri Mereka yang Mempunyai Kecerdasan

7 Ciri Mereka yang Mempunyai Kecerdasan Emosional Tinggi
14 September 2014

Akhir-akhir ini, kita semakin sadar bahwa kecerdasan emosional ini sangat
penting bagi tiap individu dalam menunjang kesuksesan dan kebahagiaan
mereka, baik di tempat kerja, pergaulan hingga kehidupan keluarga. Memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi akan membantu anda dalam bersikap praktis
ketika di hadapkan pada suatu permasalahan. Untuk itu, kali ini saya akan
sharingkan apa saja ciri-ciri mereka yang mempunyai kecerdasan emosional
yang tinggi. Harapannya, hal ini akan menjadi referensi kita bersama untuk
kehidupan kita yang lebih bermanfaat dan bahagia kedepannya.
1. Fokus pada Hal-hal yang Positif
Mereka yang memiliki kecerdasan emosional tinggi sadar bahwa percuma saja
berlarut-larut dengan masalah.

Fokus pada masalah

tidak

akan


pernah

membawa solusi, sebaliknya bersikap positif dalam menyikapi masalah akan
membawa anda pada solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan
anda.
2. Mereka yang Berpikiran Positif akan Berkumpul dengan Mereka yang
Berpikir Positif Pula
Orang-orang dengan kecerdasan emosional tinggi tidak akan menghabiskan
banyak waktu dengan berkumpul bersama mereka yang suka mengeluh dan
mengumpat. Mendengarkan keluh kesah dari mereka yang suka berpikir negatif

hanya akan membawa menghabiskan energi kita pada hal yang percuma.
Sebaliknya, berkumpul dengan orang yang memiliki pikiran positif dan penuh
semangat akan membuat kita tertular juga. Dan inilah yang pada akhirnya akan
meningkatkan kecerdasan emosional anda juga.
3. Orang dengan Kecerdasan Emosional Tinggi selalu Assertive
Assertive adalah sebuah sikap tegas dalam mengemukakan suatu pendapat,
tanpa harus melukai perasaan lawan bicaranya. Orang yang assertive sangat
tahu betul kapan mereka harus bicara, kapan mereka harus mengemukakan
suatu pendapat dan bagaimana cara yang tepat untuk memberikan sebuah

solusi

tanpa

harus

menggurui.

Dan

yang

pasti

mereka

yang

memiliki


sikap assertive selalu berpikir terlebih dahulu sebelum bicara.
4. Mereka adalah Visioner yang siap Melupakan Kegagalan di Masa Lalu
Orang-orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan sibuk memikirkan
apa yang akan dilakukannya di masa depan dan segera melupakan kegagalan di
masa lalu. Baginya kegagalan di masa lalu adalah sebuah pelajaran yang
penting diambil untuk mengambil langkah yang lebih mantab di masa yang akan
datang.
5. Mereka Tahu Cara Membuat Hidup Lebih Bahagia dan Bermakna
Dimanapun mereka berada, apakah itu di tempat kerja, di rumah ataupun
berkumpul dengan teman-teman, orang dengan kecerdasan emosional yang
tinggi akan membawa kebahagiaan bagi sesamanya. Terkadang arti bahagia bagi
mereka tidak harus sebuah kekayaan. Bersyukur akan nikmat yang didapat hari
ini dan membantu orang lain yang membutuhkan pertolongannya akan
membuat mereka merasa bahagia dan bermakna.
6. Mereka Tahu Bagaimana Mengeluarkan Energi Mereka secara Bijak
Mereka

yang

dikaruniai


kecerdasan

emosional

tinggi,

tahu

bagaimana

memanfaatkan energi mereka dengan bijak.Mereka tidak akan menghabiskan
waktu untuk hal-hal yang percuma saja. Mereka akan fokus pada tindakantindakan yang akan membawa manfaat bagi sesamanya.
7. Terus Belajar dan Berkembang
Mereka yang memiliki kecerdasan emosional tinggi sadar, bahwa apa yang ia
ketahui saat ini masih belumlah apa-apa. Baginya, belajar bukanlah 12 tahun
wajib belajar dan 4 tahun kuliah. Wajib belajar adalah seumur hidup. Mereka
selalu terbuka akan hal-hal baru dan berani mencoba berbagai macam
tantangan yang akan membuat mereka berkembang. Kritik dan saran dari orang
lain akan dijadikan sebagai referensi baru dalam mengambil langkah dan

keputusan di masa yang akan datang.

“It isn’t stress that makes us fall – it;s how we respond to stressful events.” –
Wayde Goodall

7 Kiat Meningkatkan Kecerdasan Emosional (EQ) di Kantor
Emosi adalah hal begitu saja terjadi dalam hidup Anda. Anda menganggap
bahwa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci, cinta, antusias, bosan, dan
sebagainya adalah akibat dari atau hanya sekedar respon Anda terhadap
berbagai peristiwa yang terjadi pada Anda
Membahas soal emosi maka sangat kait eratannya dengan kecerdasan emosi itu
sendiri dimana merupakan kemampuan seseorang untuk memotivasi diri sendiri,
bertahan menghadap frustasi, mengendalikan dorongan hati (kegembiraan,
kesedihan, kemarahan, dan lain-lain) dan tidak melebih-lebihkan kesenangan,
mengatur suasana hati dan mampu mengendalikan stres.
Kecerdasan emosional juga mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan hati,
ketekunan, semangat dan motivasi diri dan kendali dorongan hati, ketekunan,
semangat dan motivasi diri, empati dan kecakapan sosial. Ketrampilan yang
berkaitan dengan kecerdasan emosi antara lain misalnya kemampuan untuk
memahami orang lain, kepemimpinan, kemampuan membina hubungan dengan

orang lain, kemampuan berkomunikasi, kerjasama tim, membentuk citra diri
positif, memotivasi dan memberi inspirasi dan sebagainya.
Nah, agar kecerdasan emosional Anda terjaga dengan baik, berikut
ketrampilan yang harus Anda perhatikan dan tak ada salahnya Anda coba:

7

Mengenali emosi diri
Ketrampilan ini meliputi kemampuan Anda untuk mengidentifikasi apa yang
sesungguhnya Anda rasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam
pikiran, Anda harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan.
Berikut adalah beberapa contoh pesan dari emosi: takut, sakit hati, marah,
frustasi, kecewa, rasa bersalah, kesepian.
Melepaskan emosi negatif
Ketrampilan ini berkaitan dengan kemampuan Anda untuk memahami dampak
dari emosi negatif terhadap diri Anda. Sebagai contoh keinginan untuk
memperbaiki situasi ataupun memenuhi target pekerjaan yang membuat Anda
mudah marah ataupun frustasi seringkali justru merusak hubungan Anda dengan
bawahan maupun atasan serta dapat menyebabkan stres. Jadi, selama Anda
dikendalikan oleh emosi negatif Anda justru Anda tidak bisa mencapai potensi

terbaik dari diri Anda. Solusinya, lepaskan emosi negatif melalui teknik
pendayagunaan pikiran bawah sadar sehingga Anda maupun orang-orang di
sekitar Anda tidak menerima dampak negatif dari emosi negatif yang muncul.

Mengelola emosi diri sendiri
Anda jangan pernah menganggap emosi negatif atau positif itu baik atau buruk.
Emosi adalah sekedar sinyal bagi kita untuk melakukan tindakan untuk
mengatasi penyebab munculnya perasaan itu. Jadi emosi adalah awal bukan
hasil akhir dari kejadian atau peristiwa. Kemampuan kita untuk mengendalikan
dan mengelola emosi dapat membantu Anda mencapai kesuksesan.
Ada beberapa langkah dalam mengelola emosi diri sendiri, yaitu: pertama adalah
menghargai emosi dan menyadari dukungannya kepada Anda.
Kedua berusaha mengetahui pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini
bahwa kita pernah berhasil menangani emosi ini sebelumnya. Ketiga adalah
dengan bergembira kita mengambil tindakan untuk menanganinya. Kemampuan
kita mengelola emosi adalah bentuk pengendalian diri yang paling penting
dalam manajemen diri, karena kitalah sesungguhnya yang mengendalikan emosi
atau perasaan kita, bukan sebaliknya.
Memotivasi diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat

penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri
dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional-menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati--adalah
landasan
keberhasilan
dalam
berbagai
bidang.
Ketrampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi
dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki ketrampilan ini cenderung jauh
lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.
Mengenali emosi orang lain
Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang
dirasakan orang lain. Penguasaan ketrampilan ini membuat kita lebih efektif
dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut sebagai komunikasi
empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Ketrampilan ini
merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif.
Mengelola emosi orang lain
Jika ketrampilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam
berhubungan antar pribadi, maka ketrampilan mengelola emosi orang lain
merupakan pilar dalam membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah

makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar
emosi
yang
muncul
dari
interaksi
antar
manusia.
Ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan yang dahsyat
jika kita dapat mengoptimalkannya. Sehingga kita mampu membangun
hubungan antar pribadi yang kokoh dan berkelanjutan. Dalam dunia industri
hubungan antar korporasi atau organisasi sebenarnya dibangun atas hubungan

antar individu. Semakin tinggi kemampuan individu dalam organisasi untuk
mengelola emosi orang lain.
Memotivasi orang lain
Ketrampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari ketrampilan mengenali
dan mengelola emosi orang lain. Ketrampilan ini adalah bentuk lain dari
kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi
dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini erat

kaitannya dengan kemampuan membangun kerja sama tim yang tangguh dan
andal.
Jadi, sesungguhnya ketujuh ketrampilan ini merupakan langkah-langkah yang
berurutan. Anda tidak dapat memotivasi diri sendiri kalau Anda tidak dapat
mengenali dan mengelola emosi diri sendiri. Setelah Anda memiliki kemampuan
dalam memotivasi diri, barulah kita dapat memotivasi orang lain.

Memahami Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient)

Emosi adalah hal yang sangat sering kita alami dalam hidup. Kita menganggap
bahwa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci, cinta, antusias, bosan, dan
sebagainya adalah sebagai akibat dari atau hanya sekedar respon kita terhadap
berbagai peristiwa yang terjadi pada kita.
Membahas soal emosi maka sangat kait eratannya dengan memahami
kecerdasan emosi (Emotional Quotient), dimana merupakan kemampuan
seseorang untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadap frustasi,
mengendalikan dorongan hati (kegembiraan, kesedihan, kemarahan, dan lainlain) dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan
mampu mengendalikan stres.
Emosi dalam makna paling harfiah didefinisikan dalam Oxford English
Dictionary sebagai setiap kegiatan atau pengelolaan pikiran, perasaan, nafsu,

setiap keadaan mental yang hebat, meluap-luap.

Emosi merupakan sebuah pengalaman rasa, kita merasakan adanya emosi, kita
tidak sekedar memikirkannya. Ketika seseorang mengatakan atau melakukan
sesuatu yang secara pribadi penting untuk kita, maka emosi kita akan
meresponnya, biasanya diikuti dengan pikiran yang ada hubungannya dengan
perkataan tersebut, psikis, dan juga hasrat untuk melakukan sesuatu.
Kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh Peter
Salovey dan John Mayer, beberapa devinisi kecerdasan emosional menurut para
ahli sebagai mana dicatat oleh Achmad Pathoni sebagai berikut:
1. Dalam
buku
karya Shapiro,
Salovey
dan
Mayer mendefinisikan kecerdasan
emosional sebagai
“himpunan
bagian dari kecerdasan yang melibatkan kemampuan memantau perasaan
dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah
semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan
tindakan”.
2. Menurut Jeane Segal, kecerdasan emosional adalah hubungan pribadi
antar pribadi yang bertanggung jawab atas harga diri, kesadaran diri,
kepekaan sosial dan kemampuan adaptasi sosial.
3. Menurut Robert
K
Cooper dalam
bukunya
menjelaskan
bahwa kecerdasan
emosional adalah
kemampuan
merasakan,
memahami dan secara efektif menetapkan daya dan kepekaan emosi
sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi.
4. Menurut Usman Najati mengartikan EQ (Emosional Quotient) sebagai
sebuah kecerdasan yang bisa memotivasi kondisi psikologis menjadi
pribadi-pribadi yang matang.
5. Sedangkan menurut Danies Goleman mengartikan kecerdasan emosional
itu sebagai kemampuan untuk mengenali emosi diri sendiri, mampu
mengelola emosi, mampu memotivasi diri, mengenali emosi orang lain
dan membina hubungan dengan orang lain.
Sedangkan kecerdasan emosi adalah
kemampuan seseorang dalam
mengendalikan setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaaan, nafsu, setiap
keadaan mental yang meluap-luap yang di dasarkan pada pikiran yang sehat.
Kecerdasan emosi merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri
dan perasaaan orang lain , kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan
mengelola emosi, dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan
orang lain.
Kecerdasan emosi adalah kekuatan di balik singgasana intelektual”. Ia
merupakan dasar-dasar pembentukan emosi yang mencangkup ketrampilan
anda untuk:
 Menunda kepuasan dan mengendalikan implus
 Tetap optimis jika berhadapan dengan kemalangan


Menyalurkan emosi-emosi yang kuat secara efektif.



Mampu memotivasi dan menjaga semangat disiplin diri dalam usaha
mencapai tujuan.



Menangani kelemahan-kelemahan pribadi.



Menunjukkan rasa empati pada orang lain.



Membangun kecerdasan diri dan pemahaman pribadi.

“Secara konvensional kecerdasan emosi diartikan sebagai kemapuan individu
untuk berpikir dan bertindak secara terarah, serta mengelola dan menguasai
lingkungan secara efektif”.
Secara ringkas kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengerti dan
mengendalikan emosi yang meliputi motivasi, pengendalian diri, semangat,
ketekunan yang termasuk di dalamnya meliputi kemampuan untuk membina
hubungan dengan orang lain, memiliki rasa empati (membaca perasaan orang
terdalam).
IQ umumnya berhubungan dengan kemampuan berpikir kritis dan analitis, dan
diasosiasikan dengan otak kiri. Sementara, EQ lebih banyak berhubungan
dengan perasaan dan emosi (otak kanan). Kalau ingin mendapatkan tingkah laku
yang cerdas maka kemampuan emosi juga harus diasah. Karena untuk dapat
berhubungan dengan orang lain secara baik kita memerlukan kemampuan untuk
mengerti dan mengendalikan emosi diri dan orang lain secara baik. Di sinilah
fungsi dari kecerdasan emosi.
Kecerdasan emosi bukan merupakan bakat, tapi aspek emosi di dalam diri kita
yang bisa dikembangkan dan dilatih. Jadi setiap orang sudah dianugerahi oleh
Tuhan kecerdasan emosi. Tinggal sejauh mana pengembangannya, itu
tergantung kemauan kita sendiri. Satu yang pasti, kecerdasan emosiolan kita
akan terbentuk dengan baik apabila dilatih dan dikembangkan secara intensif
dengan cara, metode dan waktu yang tepat.

PENGERTIAN EMOSI
December 23, 2010 · Filed under Uncategorized

Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak
menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan
hal mutlak dalam emosi.

Tentang

Emosi,

kadang kita cenderung menganggap nya sebagai reaksi berlebihan atas ada nya
prilaku kurang berkenan yang kita terima, karena banyak juga yang selalu
mengaitkan kata emosi hanya dengan perasaan marah atau kecewa…
sebenernya siy gak sebatas itu aja lho… yuuk kita bahas lebih luas tentang ini.
Yang aku dapetin ketika aku tanya Om Google tentang pengertian emosi ternyata
banyak banget .. diantara nya adalah yang dikeluarkan oleh Daniel Goleman,
emosi adalah suatu perasaan dan fikiran yang khas, keadaan psikologis dan
biologis yang merupakan dorongan untuk bereaksi atau bertindak karena ada
nya rangsangan baik dari dalam maupun dari luar individu, dimana hal tersebut
bisa berupa; marah, sedih, bahagia, takut, jengkel, malu, terkejut, cinta, benci,
puas.. yang secara keseluruhan merupakan respon atas stimulus yang di terima.

Dengan melihat lebih luas, bisa di katakan bahwa emosi adalah bukan sesuatu
yang buruk, dan aku setuju banget dengan pernyataan itu, karena sebagaimana
di nyatakan oleh Aristoteles dalam The Nichomacea Ethics adalah bukan
emosionalitas yang menjadi masalah, tetapi lebih ke bagaimana kita bisa
mengekspresikan dan mengendalikan semua jenis emosi dan menguasai nya
dengan kecerdasan, bahkan Nafsu jika di latih dengan baik akan menghasilkan
kebijaksanaan..hhmmm…. bener

juga

yah….

Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi
merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi
dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat
mengganggu

perilaku

intensional

manusia.

(Prawitasari,1995)

Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain
Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci),
Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan).
Sedangkan JB Watson

mengemukakan tiga macam

emosi,

yaitu : fear

(ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411)
mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua
tokoh di atas, yaitu :
a.

Amarah

:

beringas,

mengamuk,

benci,

jengkel,

kesal

hati

b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali,
waspada,

tidak

tenang,

ngeri

d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat,
bakti,

hormat,Â

f.
g.

Terkejut
Jengkel

:

dan
:

hina,

jijik,

kemesraan

terkesiap,
muak,

mual,

terkejut
tidak

suka

h. malu : malu hati, kesal
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada
dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu
mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap
stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara
filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah
menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih
dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai,
dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak
terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya

bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara
emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi).
Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya
khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri,
tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka
penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan
hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu
perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku
terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
KECERDASAN EMOSI
December 23, 2010 · Filed under Uncategorized

Kecerdasan Emosi atau dalam bahasa londo nya Emotional Intelligent pertama
kali di sosialisasikan oleh seorang psikolog Peter Salovey, dari Havard University
dan John Mayer dari University of New Hampshire yaitu himpunan bagian dari
kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang
melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semua nya dan
menggunakan informasi ini untuk membimbing fikiran dan tindakan
Kecerdasan

Emosi

atau

Emotional

Quotation

(EQ)

meliputi

kemampuan

mengungkapkan perasaan, kesadaran serta pemahaman tentang emosi dan
kemampuan untuk mengatur dan mengendalikannya.
Kecerdasan emosi dapat juga diartikan sebagai kemampuan Mental yang
membantu kita mengendalikan dan memahami perasaan-perasaan kita dan
orang lain yang menuntun kepada kemampuan untuk mengatur perasaanperasaan tersebut.

Jadi orang yang cerdas secara emosi bukan hanya memiliki emosi atau
perasaan-perasaan, tetapi juga memahami apa artinya. Dapat melihat diri
sendiri seperti orang lain melihat kita, mampu memahami orang lain seolah-olah
apa yang dirasakan orang itu kita rasakan juga.
Tidak ada standar test EQ yang resmi dan baku. Namun kecerdasan Emosi dapat
ditingkatkan, baik terukur maupun tidak. Tetapi dampaknya dapat dirasakan baik
oleh diri sendiri maupun orang lain. Banyak ahli berpendapat kecerdasan emosi
yang tinggi akan sangat berpengaruh pada peningkatan kualitas hidup.
Setidaknya
1.
2.

ada 5 unsur yang membangun kecerdasan emosi, yaitu:
Memahami
Mampu

3.
4.

emosi-emosi
mengelola

Memotivasi
Memahami

sendiri

emosi-emosi
diri

emosi-emosi

sendiri
sendiri

orang

lain

5. Mampu membina hubungan sosial
Sejauh mana kecerdasan emosi anda? Untuk mengetahuinya, kelima unsur
diatas dapat dijadikan barometer untuk mengukur apakah anda termasuk orang
yang cerdas secara emosi.

Berikut ini adalah hal-hal spesifik yang perlu

dipahami dan dimiliki oleh orang-orang yang cerdas secara emosi:
Mengatasi Stress
Stress merupakan tekanan yang timbul akibat beban hidup. Stress dapat dialami
oleh siapa saja. Toleransi terhadap stress merupakan kemampuan untuk
bertahan terhadap peristiwa-peristiwa buruk dan situasi penuh tekanan tanpa
menjadi hancur. Ini berarti mengelola stress dengan positif dan merubahnya
menjadi pengaruh yang baik.
Orang yang cerdas secara emosional mampu menghadapi kesulitan hidup
dengan kepala tegak, tegar dan tidak hanyut oleh emosi yang kuat. Cenderung
menghadapi semua hal, bukannya lari dan menghindar. Dapat mengelakkan
pukulan sehingga tidak hancur dan tetap terkendali. Mungkin sesekali terjatuh
namun tidak terpuruk sehingga dapat berdiri tegak kembali.
Mengendalikan Dorongan Hati
Merupakan karakteristik emosi untuk menunda kesenangan sesaat untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik. Hal ini sering juga disebut “menahan diri”.

Orang yang cerdas secara emosi tidak memakai prinsip “harus memiliki
segalanya saat itu juga”. Mengendalikan dorongan hati merupakan salah satu
seni bersabar dan menukar rasa sakit atau kesulitan saat ini dengan kesenangan
yang jauh lebih besar dimasa yang akan datang. Kecerdasan emosi penuh
dengan perhitungan.
Mengelola Suasana Hati
Merupakan kemampuan emosionil yang meliputi kecakapan untuk tetap tenang
dalam suasana apapun, menghilangkan gelisahan yang timbul, mengatasi
kesedihan atau berdamai dengan sesuatu yang menjengkelkan.
Orang yang cerdas secara emosi tidak berada dibawah kekuasaan emosi. Mereka
akan cepat kembali bersemangat apapun situasi yang menghadang dan tahu
cara menenangkan diri.
Mengelola suasana hati bukan berarti menekan perasaan. Salah satu ekspresi
emosi yang bisa timbul bagi setiap orang adalah marah. Menurut Aristoteles,
Marah itu mudah. Tetapi untuk marah kepada orang yang tepat, tingkat yang
tepat, waktu, tujuan dan dengan cara yang tepat, hanya bisa dilakukan oleh
orang-orang yang cerdas secara emosi.
Ketiga hal tersebut diatas, merupakan kemampuan untuk memahami dan
mengelola emosi-emosi diri sendiri yang harus dimiliki oleh orang-orang yang
dikatakan cerdas secara emosi.
Memotivasi Diri
Orang dengan keterampilan ini cenderung sangat produktif dan efektif dalam hal
apapun yang mereka hadapi. Ada banyak cara untuk memotivasi diri sendiri
antra lain dengan banyak membaca buku atau artikel-artikel positif, “selftalk”,
tetap fokus pada impian-impian, evaluasi diri dan sebagainya.
Memahami Orang lain
Menyadari dan menghargai perasaan-perasaan orang lain adalah hal terpenting
dalam kecerdasan emosi. Hal ini juga biasa disebut dengan empati. Empati bisa
juga berarti melihat dunia dari mata orang lain. Ini berarti juga dapat membaca
dan

memahami

emosi-emosi

orang

lain.

Memahami perasaan orang lain tidak harus mendikte tindakan kita. Menjadi

pendengar yang baik tidak berarti harus setuju dengan apapun yang kita dengar.
Keuntungan dari memahami orang lain adalah kita lebih banyak pilihan tentang
cara bersikap dan memiliki peluang lebih baik untuk berkomunikasi dan menjalin
hubungan baik dengan orang lain.
Kemampuan Sosial
Memiliki perhatian mendasar terhadap orang lain. Orang yang mempunyai
kemampuan sosial dapat bergaul dengan siapa saja, menyenangkan dan
tenggang rasa terhadap orang lain ynag berbeda dengan dirinya.
Tingkah laku seperti itu memerlukan harga diri yang tinggi, yaitu: menerima diri
sendiri apa adanya, tidak perlu membuktikan apapun (baik pada diri sendiri
maupun orang lain), bahagia dan puas pada diri sendiri apapun keadaannya.
Kemampuan sosial erat hubungannya dengan keterampilan menjalin hubungan
dengan orang lain. Orang yang cerdas secara emosi mampu menjalin hubungan
sosial dengan siapa saja. Orang-orang senang berada disekitar mereka dan
merasa bahwa hubungan ini berharga dan menyenangkan. Ini berarti kedua
belah

pihak

dapat

menjadi

diri

mereka

sendiri.

Orang-orang dengan kecerdasan emosi yang tinggi bisa membuat orang lain
merasa tentram dan nyaman berada didekatnya. Mereka menebar kehangatan
dan keterbukaan atau transparansi dengan cara yang tepat.
Apakah Anda Termasuk Orang yang Cerdas secara Emosi? Anda dan orang-orang
disekitar Anda-lah yang tahu.
Atau Anda ingin menjadi Orang yang Cerdas secara Emosi? Sepertinya tidak
terlalu
Selamat mencoba, Semoga Berhasil.

sulit

bukan?

Dari

beberapa

pendapat

diatas

dapatlah

dikatakan

bahwa kecerdasan

emosionalmenuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri
sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan
dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. 3 (tiga)
unsur penting kecerdasan emosional terdiri dari : kecakapan pribadi (mengelola
diri sendiri); kecakapan sosial (menangani suatu hubungan) dan keterampilan
sosial (kepandaian menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain).
dikutip dari buku Ariwibowo Prijosaksono dan Sri Bawono “control your live”
Daniel Goleman “kecerdasan emosi”

ARTI PENTING KECERDASAN EMOSI
December 23, 2010 · Filed under Uncategorized

Salah satu komponen penting untuk bisa hidup di tengah-tengah masyarakat
adalah kemampuan untuk mengarahkan emosi secara baik. Penelitian yang
dilakukan oleh Goleman (Ubaydillah, 2004:1) menunjukkan bahwa kontribusi IQ

bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20% sisanya 80% ditentukan oleh
serumpun faktor yang disebut kecerdasan emosional. Dalam kenyataannya
sekarang ini dapat dilihat bahwa orang yang ber-IQ tinggi belum tentu sukses
dan belum tentu hidup bahagia.
Orang yang ber-IQ tinggi tetapi karena emosinya tidak stabil dan mudah marah
seringkali keliru dalam menentukan dan memecahkan persoalan hidup karena
tidak dapat berkonsentrasi. Emosinya yang tidak berkembang, tidak terkuasai,
sering membuatnya berubah-ubah dalam menghadapi persoalan dan bersikap
terhadap orang lain sehingga banyak menimbulkan konflik. Emosi yang kurang
terolah juga dengan mudah menyebabkan orang lain itu kadang sangat
bersemangat

menyetujui

sesuatu,

tetapi

dalam

waktu

singkat

berubah

menolaknya, sehingga mengacaukan kerja sama yang disepakati bersama orang
lain. Maka, orang itu mengalami kegagalan.
Di lain pihak beberapa orang yang IQ-nya tidak tinggi, karena ketekunan dan
emosinya yang seimbang, sukses dalam belajar dan bekerja. Orang yang
memiliki kecerdasan emosi tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan diri
dan lingkungannya, mengusahakan kebahagiaan dari dalam dirinya sendiri,
dapat mengubah sesuatu yang buruk menjadi lebih baik, serta mampu bekerja
sama dengan orang lain yang mempunyai latar belakang yang beragam. Ini
berarti orang yang cerdas secara emosi akan dapat menampilkan kemampuan
sosialnya, dengan kata lain kecerdasan emosi seseorang terlihat dari tingkah
laku yang ditunjukkannya.
Asumsi ini diperkuat oleh pendapat Suparno (2004:21) yang menjelaskan jika
kecerdasan seseorang tidak hanya bersifat teoritik saja, akan tetapi harus
dibuktikan

secara

nyata

dalam

kehidupan

sehari-hari. Kecerdasan

emosimerupakan kapasitas manusiawi yang dimiliki oleh seseorang dan sangat
berguna untuk menghadapi, memperkuat diri, atau mengubah kondisi kehidupan
yang tidak menyenangkan menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi.
Masih menurut Goleman, biasanya pada orang-orang yang murni hanya memiliki
kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak
beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan
cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat.
Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orangorang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila
seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah

maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul,
mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan
kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi
sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun
memilikikecerdasan emosional yang tinggi.

CARA MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI
December 23, 2010 · Filed under Uncategorized

kecerdasan emosi dapat kita tinggkatkan. Ada beberapa aspek penting yang
perlu diperhatikan sebagai langkah awal guna meningkatkan kecerdasan emosi.
Dua ahli EQ (Emotional Quotient), Salovey & Mayer (1990) – pengembang
konsep EQ, jauh sebelum Goleman – merangkumnya menjadi lima aspek berikut
ini :
a. kesadaran diri (self awareness)
b. mengelola emosi (managing emotions)
c. memotivasi diri sendiri (motivating oneself)
d. empati (emphaty) dan
e. menjaga relasi (handling relationship)

Seperti halnya Peter dan Salovey, pada mulanya Daniel Goleman pun menyebut
5 dimensi guna mengembangkan kecerdasan emosi yaitu :
a. Penyadaran Diri
b. Mengelola Emosi
c. Motivasi Diri
d. Empati dan
e. Ketrampilan Sosial
Dalam buku terbarunya yang membahas kompetensi EQ, “The emotionally
Intelligent Workplace” Goleman menjelaskan bahwa perilaku EQ tidak bisa hanya
dilihat dari sisi setiap kompetensi EQ melainkan harus dari satu dimensi atau
setiap cluster-nya. Kemampuan penyadaran social (social awareness) misalnya
tidak hanya tergantung pada kompetensi empati semata melainkan juga pada
kemampuan untuk berorientasi pelayanan dan kesadaran akan organisasi.
Dikatakannya pula ada kaitan antara dimensi EQ yang satu dengan lainnya. Jadi
tidaklah mungkin memiliki ketrampilan sosial tanpa memiliki kesadaran diri,
pengaturan diri maupun kesadaran sosial.
Beberapa cara yang dipaparkan di atas,

ada beberapa yang juga dapat

dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan emosional yang terdapat dalam
artikelnya Mocendink, yaitu:
A. Mengenali emosi diri

Ketrampilan ini meliputi kemampuan Anda untuk mengidentifikasi apa yang
sesungguhnya Anda rasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam
pikiran, Anda harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan.
Berikut adalah beberapa contoh pesan dari emosi: takut, sakit hati, marah,
frustasi, kecewa, rasa bersalah, kesepian
B. Melepaskan emosi negatif

Ketrampilan ini berkaitan dengan kemampuan Anda untuk memahami dampak
dari emosi negatif terhadap diri Anda. Sebagai contoh keinginan untuk
memperbaiki situasi ataupun memenuhi target pekerjaan yang membuat Anda
mudah marah ataupun frustasi seringkali justru merusak hubungan Anda dengan
bawahan maupun atasan serta dapat menyebabkan stres. Jadi, selama Anda
dikendalikan oleh emosi negatif Anda justru Anda tidak bisa mencapai potensi
terbaik dari diri Anda. Solusinya, lepaskan emosi negatif melalui teknik
pendayagunaan pikiran bawah sadar sehingga Anda maupun orang-orang di
sekitar Anda tidak menerima dampak negatif dari emosi negatif yang muncul.
C. Mengelola emosi diri sendiri

Anda jangan pernah menganggap emosi negatif atau positif itu baik atau buruk.
Emosi adalah sekedar sinyal bagi kita untuk melakukan tindakan untuk
mengatasi penyebab munculnya perasaan itu. Jadi emosi adalah awal bukan
hasil akhir dari kejadian atau peristiwa. Kemampuan kita untuk mengendalikan
dan mengelola emosi dapat membantu Anda mencapai kesuksesan. Ada
beberapa langkah dalam mengelola emosi diri sendiri, yaitu : Pertama adalah
menghargai emosi dan menyadari dukungannya kepada Anda. Kedua berusaha
mengetahui pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah
berhasil menangani emosi ini sebelumnya. Ketiga adalah dengan bergembira
kita mengambil tindakan untuk menanganinya. Kemampuan kita mengelola
emosi adalah bentuk pengendalian diri yang paling penting dalam manajemen
diri, karena kitalah sesungguhnya yang mengendalikan emosi atau perasaan
kita, bukan sebaliknya.
D. Memotivasi diri sendiri

Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat
penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri
dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional–menahan
diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati–adalah landasan
keberhasilan

dalam

berbagai

bidang.

Ketrampilan

memotivasi

diri

memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orangorang yang memiliki ketrampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif
dalam hal apapun yang mereka kerjakan.
E. Mengenali emosi orang lain

Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang
dirasakan orang lain. Penguasaan ketrampilan ini membuat kita lebih efektif
dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut sebagai komunikasi
empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Ketrampilan ini
merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif.
F. Mengelola emosi orang lain

Jika

ketrempilan

mengenali

emosi

orang

lain

merupakan

dasar

dalam

berhubungan antar pribadi, maka ketrampilan mengelola emosi orang lain
merupakan pilar dalam membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah
makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar
emosi yang muncul dari interaksi antar manusia. Ketrampilan mengelola emosi
orang

lain

merupakan

kemampuan

yang

dahsyat

jika

kita

dapat

mengoptimalkannya. Sehingga kita mampu membangun hubungan antar pribadi
yang kokoh dan berkelanjutan. Dalam dunia industri hubungan antar korporasi
atau organisasi sebenarnya dibangun atas hubungan antar individu. Semakin
tinggi kemampuan individu dalam organisasi untuk mengelola emosi orang lain.
G. Memotivasi orang lain.

Ketrampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari ketrampilan mengenali
dan mengelola emosi orang lain. Ketrampilan ini adalah bentuk lain dari
kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi
dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini erat

kaitannya dengan kemampuan membangun kerja sama tim yang tangguh dan
andal.
Pengertian: Kecerdasan Emosional Itu Apa?
Materi Kuliah Kecerdasan Emosional, Kunci Sukses, Mama
Pikiran, Psikologi Umum, Tiga Idiot - Penyunting: Firdausi Nisaburi

Idiot, Psikologi

Aristoteles: "Marahlah dengan orang yang tepat, dengan kadar yang tepat, pada
saat yang tepat, untuk maksud yang tepat, dan dengan cara yang tepat."
Begitulah kecerdasan emosional, suatu kemampuan untuk mencerap, memakai,
memahami, dan mengelola emosi.
Anda di sini: Kuliah 3 Idiot » Ilmu Pengetahuan Umum » Kunci Sukses Studi,
Karir, dan Kehidupan /Psikologi Umum » Kecerdasan / Lejitkan Kecerdasan
Emosional » Pengertian: Kecerdasan Emosional Itu Apa?

Kecerdasan Emosional: Seni Pengendalian Diri
Diterjemahkan dari buku kuliah Dennis Coon & John O. Mitterer,Psychology: A
Journey, 5th Ed. (Wadsworth, 2014), p. 392-394 | Hak cipta terjemahan
Indonesia © 2014 Tiga Idiot
Aristoteles sang filsuf Yunani punya resep untuk menangani hubungan-hubungan
[antarmanusia] dengan lancar: "Marahlah dengan orang yang tepat, dengan
kadar yang tepat, pada saat yang tepat, untuk maksud yang tepat, dan dengan
cara yang tepat." Psikolog Peter Salovey dan John Mayer menyebut pengendalian
diri semacam itu kecerdasan emosional, suatu kemampuan untuk mencerap,
memakai, memahami, dan mengelola emosi. Pada umumnya, menjadi cerdas
secara emosional itu berarti menerima bahwa emosi merupakan bagian
mendasar dari siapa kita dan bagaimana kita bertahan hidup. Menjadi terampil
secara emosional itu dapat menjadikan kitalebih lentur, mudah menyesuaikan
diri, dan dewasa secara emosional.
Orang-orang yang unggul dalam kehidupan cenderung cerdas secara emosional.
Jika emosi kita merupakan musik kehidupan, maka orang-orang yang cerdas
secara emosional itu merupakan musisi yang hebat. Mereka tidak melumpuhkan
emosi mereka. Alih-alih, mereka menggubahnya menjadi irama-irama kehidupan
berkelanjutan yang saling bertautan dengan baik dengan orang-orang lain.

Mereka lebih mudah sepakat daripada
emosional yang rendah.

orang-orang

dengan

keterampilan

Bahkan, ongkos keterampilan emosional yang payah itu bisa tinggi. Ongkosnya
berkisar dari masalah perkawinan dan pengasuhan anak sampai kesehatan fisik
yang payah. Kurangnya kecerdasan emosional dapat meruntuhkan karir dan
menyabotase prestasi. Barangkali yang paling terpengaruh ialah anak-anak dan
remaja. Bagi mereka, memiliki keterampilan emosional yang payah itu dapat
turut menyebabkan depresi, kelainan makan, kehamilan yang tak diinginkan,
agresi, kejahatan dengan kekerasan, dan prestasi akademik yang jelek. Jadi, di
banyak situasi kehidupan, kecerdasan emosional itu sepenting IQ.
Adakah
keterampilan
tertentu
yang
menjadi
penyusun
kecerdasan
emosional? Banyak unsurberkontribusi terhadap kecerdasan emosional. Berikut
ini paparan sebagian dari keterampilan-keterampilan terpentingnya:
Mencerap Emosi
Pondasi kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mencerap emosi diri
Anda sendiri dan emosi orang-orang lain. Tidak seperti orang-orang yang
kehilangan kemampuan untuk membaca, orang-orang yang cerdas secara
emosional itu menyimak perasaan mereka sendiri. Mereka mampu mengenali
dengan cepat kalau-kalau mereka marah, dengki, merasa bersalah, atau pun
merasa depresi. Ini berharga karena banyak orang memiliki emosi yang
terpecah-belah tanpa mampu menunjukkan mengapa mereka merasa tidak
nyaman. Pada saat yang sama, orang-orang yang cerdas secara emosional itu
memiliki empati. Mereka secara akurat mencerap emosi orang-orang lain dan
mengerti apa yang mereka rasakan. Mereka lihati "membaca" ekspresi wajah,
nada suara, dan tanda-tanda emosi lainnya.
Memakai Emosi
Orang-orang yang cerdas secara emosional itu memakai perasaan mereka untuk
meningkatkan pemikiran dan pengambilan keputusan. Contohnya, kalau Anda
dapat mengingat bagaimana Anda bereaksi secara emosional pada masa lalu, ini
dapat membantu Anda bereaksi dengan lebih baik terhadap situasi-situasi baru.
Anda dapat pula memakai emosi untuk mendorong pengembangan pribadi dan
mengembangkan hubungan dengan orang-orang lain. Sebagai misal, bisa Anda
perhatikan bahwa menolong orang lain menjadikan Anda merasa lebih baik juga.
Secara demikian, bila keberuntungan menghampiri mereka, orang-orang yang
cerdas secara emosional itu berbagi kabar dengan orang-orang lain. Melakukan
itu hampir selalumemperkuat hubungan dan meningkatkan kebugaran
emosional.
Memahami Emosi
Emosi mengandung informasi yang berfaedah. Misalnya, kemarahan merupakan
isyarat bahwa sesuatu keliru; kecemasan menunjukkan ketidakpastian; depresi
berarti kita merasa tak berdaya; antusiasme kita memberitahu bahwa kita
bergairah. Orang-orang yang cerdas secara emosional itu tahu apa yang
menyebabkan berbagai emosi, apa maknanya, dan bagaimana pengaruhnya
terhadap perilaku.

Mengelola Emosi
Kecerdasan emosional meliputi suatu kemampuan untuk mengelola emosi Anda
sendiri dan emosi orang-orang lain. Contohnya, Anda tahu bagaimana
menenangkan diri ketika Anda marah dan Anda juga tahu bagaimana
menenangkan orang lain. Sebagaimana telah diperhatikan oleh Aristoteles sejak
dahulu kala, orang-orang yang cerdas secara emosional itu memiliki kemampuan
untuk menguatkan atau pun melemahkan emosi-emosi, tergantung pada
situasinya.
Menjadi Cerdas secara Emosional
Pilihan-pilihan yang tepat dalam kehidupan seringkali hanya bisa ditentukan
dengan mempertimbangkan nilai-nilai, kebutuhan-kebutuhan, dan emosi-emosi
pribadi. Penentuan pilihan secara terlalu rasional dapat menghasilkan putusanputusan yang masuk akal, tetapi hampa secara emosional. Singkatnya,
kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk secara sadar menjadikan
emosi-emosi itu bekerja untuk Anda.
Ada banyak pelajaran berharga yang perlu dipelajari dari menaruh perhatian
sedekat-dekatnya pada emosi Anda dan emosi orang lain. Tidak mengherankan,
banyak orang mengagumi selebritis yang bukan hanya cerdas melainkan juga
cerdas secara emosional. (Aktris drama Korea?)

Mereka itu orang-orang yang tahu bagaimana menawarkan tos sewaktu makanminum bersama di resepsi pernikahan, bersenda-gurau di warung tegal,
menghibur tuanrumah yang berduka sewaktu melayat, menyelipkan gairah
untuk memeriahkan pesta, atau pun menenangkan anak yang ketakutan.
Keterampilan-keterampilan begini layak dibudidayakan.
Manusia Seutuhnya
Ada kecenderungan alamiah untuk menyambut emosi-emosi positif (seperti
kenikmatan), tetapi memperlakukan emosi-emosi negatif (seperti kemarahan)
sebagai malapetaka yang perlu dicampakkan. Namun ingat-ingatlah, emosi
negatif merupakan bagian dari manusia seutuhnya. Emosi negatif itu juga bisa

berharga dan konstruktif. Emosi negatif itu cenderung mempersempit fokus
perhatian pada tindakan-tindakan yang membantu para leluhur kita untuk
bertahan hidup: melarikan diri, menyerang, membuang racun, dan sebagainya.
Secara demikian, kepedihan yang berlangsung lama dapat mendorong orang
untuk mencari bantuan, memperbaiki hubungan, atau pun menemukan arah
baru dalam kehidupan.
Sebaliknya, emosi positif bukanlah sekadar efek samping yang menyenangkan
dari keadaan-keadaan bahagia; emosi positif itu cenderung memperluas fokus
perhatian kita. Sebagai misal, emosi-emosi seperti kenikmatan, minat, dan
kepuasan-hati menciptakan dorongan untuk bermain, kreatif, merambah,
menyelamatkan kehidupan, mencari pengalaman baru, melakukan integrasi, dan
mengembangkan diri. Ini semua membuka kemungkinan-kemungkinan baru dan
mendorong pengembangan diri dan peluasan jaringan sosial.
Kebahagiaan dapat dibudidayakan dengan menggunakan kekuatan-kekuatan
yang sudah kita punyai--termasuk keramahan, orisinalitas, humor, optimisme,
dan kemurahan-hati. Kekuatan semacam itu merupakan benteng alamiah
terhadap kesialan. Kekuatan semacam itu dapat pula turut menjadikan
orang menjalani hidup dengan lebih positif, kehidupan yang sungguh-sungguh
bahagia. Kapasitas untuk memiliki emosi-emosi positif itu merupakan kekuatasdasar manusia, dan membudidayakan perasaan yang baik itu merupakan bagian
dari kecerdasan emosional.

AJARKAN KECERDASAN EMOSI SEJAK DINI

baik

Sejak dini balita dilatih mengendalikan emosi, kelak ia disukai teman karena
hati!
Ajarkan
kecerdasan
emosi
sejak
dini.

Mengenal





emosi

diri

(mulai

usia

2

tahun).

Sebutkan berbagai emosi.Semisal, balita sedang cemberut, Anda bisa
bertanya, ”Kenapa kamu cemberut sayang? Kesal karena dilarang bermain, ya?”
Dengan begitu anak dipandu untuk terbiasa mengenali kondisi emosinya dan
penyebab munculnya emosi itu. Semakin sering balita mendengar jenis emosi
dan pemicunya, ia belajar menilai sendiri emosi seperti apa yang sedang terjadi
padanya.
Tiap minggu, gambarkan perasaan yang dialami. Anda dapat
memberi warna “biru” untuk rasa sedih, “merah” untuk kejutan, “merah muda”
untuk senang, dan “hitam” untuk perasaan marah. Bahas dengan anak setiap
kali dia merasakan salah satu dari perasaan-perasaan yang Anda tempelkan
tanda warnanya di kulkas rumah.
Kontrol

diri (bisa

mulai

usia

2

tahun)







Tidak semua keinginan terpenuhi dalam waktu singkat. Ia harus
belajar bersabar untuk mendapatkan benda yang ia inginkan. Semisal
ia merengek minta es krim. Anda bisa memintanya bersabar karena es krim
harus dibeli dulu. Bila balita tetap merengek, tarik napas dalam-dalam dan
hitung sampai sepuluh. Tinggalkan anak dengan orang yang bisa dipercaya, lalu
temui mereka kembali setelah balita tenang.
Menangis atau berteriak-teriak tak akan menyelesaikan masalah.
Contohnya, Anda tidak akan tergerak memberikan kue sampai ia bicara dengan
suara pelan.
Belajar konsekuensi. Jika diajak ke pertokoan dan di sana ia menangis
dan merengek, ajak ia langsung kembali ke mobil tanpa membeli apa-apa.
Memotivasi diri









(dari

usia

1

tahun).

Berlatih menghadapi kesulitan, terbangun mentalitas anak yang kuat,
yakni tidak cengeng, tidak menyerah menghadapi kesulitan. Contoh sederhana
ketika anak belajar jalan dan ia jatuh, ibu merespon, "Ayo bangun lagi..” Dengan
begitu anak akan berusaha bangkit tanpa menangis. Jika Anda langsung
menolong, ia cenderung menangis karena dengan menangis ia yakin Anda tidak
akan melepaskannya lagi.
Belajar tanggung jawab, ketika anak lelah bermain dan ingin segera
makan, arahkan ia untuk membereskan mainannya dahulu baru makan.
Memberi
kesempatan
mencoba
dan mengajarkan
kemandirian. Pola pengasuhan yang serba melayani kebutuhan anak,
membuatnya tak cepat mandiri. Beri dia motivasi untuk melakukan segala
sesuatunya sendiri. Tegaskan ia mampu. Jika gagal, dorong balita untuk mencoba
lagi.
Mengenali



sendiri

emosi

orang

lain/empati (bisa

dari

usia

2

tahun).

Lewat contoh dan tindakan. Semisal, melihat anak memukul kucing
peliharaan. Katakan, “Sakit lho kalau dipukul. Coba kalau Ibu membelai kamu
rasanya lebih enak, kan?” Dengan cara ini, secara langsung Anda memberi anak
pengertian, memukul itu tidak baik.
Beri pujian. Bila anak berbuat baik, seperti mau meminjamkan mainan
pada teman, katakan bahwa sikapnya itu tepat. “Anak Ibu baik sekali mau
meminjamkan mainan ke teman. Lihat, temanmu senang sekali.”



Perhatikan kebiasaan orang lain. Ajarkan anak untuk memerhatikan
kebaikan orang lain. Ajak ia memerhatikan seseorang yang membantu orang
lain, “Lihat anak itu, baik sekali ya, mau mengambilkan kotak susu kamu yang
terjatuh.”



Menunjukkan beragam emosi lewat media seperti gambar, televisi,
majalah, buku dan sebagainya. Jangan lupa sebutkan situasi emosi para tokoh

dalam media tersebut. Misalnya membacakan buku cerita tentang anak yang
gembira karena ayahnya membelikan sepeda yang sudah lama diidamidamkannya. Beri komentar seperti, “Lihat, Chandra senang karena ayahnya
membelikan sepeda.”
Pandai







hubungan (bisa

diajarkan

mulai

usia

1

tahun).

Jangan membatasi lingkungan bermain. Biarkan anak bermain
dengan siapa saja yang disukainya.
Orang tua perlu mendampingi anak, terutama jika memasuki
lingkungan baru. Namun bukan berarti harus selalu berada di sebelah anak,
setidaknya ada di sekitarnya. Ini penting mengingat anak belum mampu menilai
”benar” dan ”salah”.
Mengajak kumpul-kumpul acara keluarga atau teman-teman seperti
acara ulang tahun anak teman atau sepupu. Dengan begitu balita kenal anakanak dan keluarga lain.
Sudah



membina

“Cerdas

Emosi”

Jika:

Mengenali emosi diri. Bila si kecil melihat anak lain menangis atau
ngambek, apakah si kecil tahu anak itu sedang sedih atau kesal?
Mengontrol diri. Apabila anak lebih menggunakan cara komunikasi
verbal untuk menyelesaikan masalah daripada menangis atau berteriak-teriak.
Semisal meminta sesuatu yang tidak mungkin didapatnya sekarang.



Memotivasi diri. Jika sudah bisa bertanggungjawab terhadap apa yang
dilakukannya, semisal, membereskan mainannya sendiri tanpa disuruh setelah
selesai bermain.



Mengenali emosi orang lain. Bila anak mampu berempati kepada
kesedihan orang lain. Semisal menghibur teman yang sedang menangis.



Membina
hubungan
dengan
orang
lain, semisal
meminjamkan mainan kepada adik yang meminta mainannya.

mengalah