131362853 Metode Ekspositori Adalah Metode Pembelajaran Yang Digunakan Dengan Memberikan Keterangan Terlebih Dahulu Definisi

Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan
memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran
serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah,
demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh
guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran
mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.
Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan
keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan
contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab
dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan
metode ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi
pelajaran kepada siswa secara langsung.
Penggunaan metode ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep
dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan
penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran.
Metode ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya sama-sama
memberikan informasi.
Pada umumnya guru lebih suka menggunakan metode ceramah dikombinasikan dengan
metode tanya jawab. Metode ceramah banyak dipilih karena mudah dilaksanakan dengan
persiapan yang sederhana, hemat waktu dan tenaga, dengan satu langkah langsung bisa

menjangkau semua siswa dan dapat dilakukan cukup di dalam kelas. Popham & Baker
(1992 : 79) menjelaskan bahwa setiap penyajian informasi secara lisan dapat disebut
ceramah. Penyajian ceramah yang bersifat formal dan biasanya berlangsung selama 45 menit
maupun yang informal yang hanya berlangsung selama 5 menit. Ceramah tidak dapat
dikatakan baik atau buruk, tetapi penyampaian ceramah harus dinilai menurut tujuan
penggunaannya.
Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2000 : 13) metode ceramah adalah cara penyampaian
bahan pelajara dengan komunikasi lisan. Metode ceramah lebih efektif dan efisien untuk
menyampaikan informasi dan pengertian. Margono (1989 : 30) mengemukakan bahwa
metode ceramah adalah metode mengajar yang menggunakan penjelasan verbal. Komunikasi
bersifat satu arah dan sering dilengkapi dengan alat bantu audio visual, demonstrasi, tanya
jawab, diskusi singkat dan sebagainya. Lebih lanjut Hasibuan dan Moedjiono (2000 : 13)
mengemukakan bahwa agar metode ceramah efektif perlu dipersiapkan langkah-langkah
sebagai berikut:
a) merumuskan tujuan instruksional khusus yang luas,
b) mengidentifikasi dan memahami karakteristik siswa,
c) menyusun bahan ceramah dengan menggunakan bahan pengait (advance organizer),
d) menyampai-kan bahan dengan memberi keterangan singkat dengan menggunakan papan
tulis, memberikan contoh-contoh yang kongkrit dan memberikan umpan balik (feed back),
memberikan rangkuman setiap akhir pembahasan materi,

e) merencanakan evaluasi secara terprogram. Metode retitasi adalah metode pembelajaran
yang lebih dikenal dengan istilah pekerjaan rumah, meskipun sebutan ini tidak seluruhnya
benar.
Metode tanya jawab digunakan bersama dengan metode ceramah, untuk merangsang kegiatan
berfikir siswa, dan untuk mengetahui keefektifan pengajarannya, sebagai mana diutarakan
Popham & Baker (1992 : 89). Penerapan metode tanya jawab guru dapat mengatur bagian-

bagian penting yang perlu mendapat perhatian khusus.
Dalam proses pembelajaran dengan metode ceramah harus peka terhadap respon siswa.
Skiner dalam Driscoll (1994 : 30) menjelaskan bahwa diskripsi hubungan antara stimulan dan
respon tidaklah sesederhana yang diperkirakan, melainkan stimulan yang diberikan
berinteraksi satu dengan lainnya, dan interaksi ini artinya mempengaruhi respon yang
diberikan juga menghasilkan berbagai konsekwensi yang akan mempengaruhi tingkah laku
siswa. Untuk menciptakan terjadinyan interaksi, menarik perhatian siswa dan melatih
keterampilan siswa, metode ceramah biasanya dikombinasikan dengan metode tanya jawab
dan pemberian tugas. Resitasi atau tugas dapat pula dikerjakan di luar rumah ataupun di
dalam laboratorium. Pasaribu mengemukanan bahwa metode resitasi mempunyai tiga fase,
yaitu : a) guru memberi tugas, b) siswa melaksakan tugas, dan c) siswa mempertanggungjawabkan pada guru apa yang telah dipelajari (Sutomo, 2003: 45).
Menurut Sujadi (1983 : 3), di dalam pembelajaran matematika penggunaan metode ceramah
dan tanya jawab tersebut masih ditambah dengan pemberian contoh-contoh berupa gambargambar, model bangunan, dan contoh rumus-rumus beserta penggunaannya. Guru

menjelaskan materi dengan bantuan gambar atau model, untuk mempermudah penanaman
konsep bangun datar dan ruang.
Percival dan Elington dalam Yeni Indrastoeti S.P (1999 : 43) menamakan model
konvensional ini dengan model pembelajaran yang berpusat pada guru (the Teacher Centered
Opproach). Dalam model pembelajaran yang berpusat pada guru hampir seluruh kegiatan
pembelajaran dikendalikan penuh oleh guru. Seluruh sistem diarahkan kepada rangkaian
kejadian yang rapi dalam lembaga pendidikan, tanpa ada usaha untuk mencari dan
menerapkan strategi belajar yang berbeda sesuai dengan tema dan kesulitan belajar setiap
individu.
Somantri (2001 : 45) membedakan metode ekspositori dan metode ceramah. Dominasi guru
dalam metode ekspositori banyak dikurangi. Guru tidak terus bicara, informasi diberikan
pada saat-saat atau bagian-bagian yang diperlukan, seperti di awal pemebelajaran,
menjelaskan konsep-konsep dan prinsip baru, pada saat memberikan contoh kasus di
lapangan dan sebaginya. Metode ekspositori adalah suatu cara menyampaikan gagasan atau
ide dalam memberikan informasi dengan lisan atau tulisan.
Menurut Herman Hudoyo(1998 : 133) metode ekspositori dapat meliputi gabungan metode
ceramah, metode drill, metode tanya jawab, metode penemuan dan metode peragaan.
Pentatito Gunawibowo (1998 : 6.7) dalam pembelajaran menggunakan metode ekspositori,
pusat kegiatan masih terletak pada guru. Dibanding metode ceramah, dalam metode ini
dominasi guru sudah banyak berkurang. Tetapi jika dibanding dengan metode demonstrasi,

metode ini masih nampak lebih banyak.
Kegiatan guru berbicara pada metode ekspositori hanya dilakukan pada saat-saat tertentu
saja, seperti pada awal pembelajaran, menerangkan materi, memberikan contoh soal.
Kegiatan siswa tidak hanya mendengarkan, membuat catatan, atau memperhatikan saja, tetapi
mengerjakan soal-soal latihan, mungkin dalam kegiatan ini siswa saling bertanya.
Mengerjakan soal latihan bersama dengan temannya, dan seorang siswa diminta mengerjakan
di papan tulis. Saat kegiatan siswa mengerjakan latihan, kegiatan guru memeriksa pekerjaan
siswa secara individual dan menjelaskan kembali secara individual. Apabila dipandang masih
banyak pekerjaan siswa belum sempurna, kegiatan tersebut diikuti penjelasan secara klasikal.
Pendapat David P. Ausebul dalam Pentatito Gunowibowo (1998:6.7) menyebutkan bahwa
metode ekspositori merupakan cara mengajar yang paling efektif dan efisien dalam
menanamkan belajar bermakna. Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (1999:172) mengatakan
metode ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada
siswa. Peranan guru yang penting adalah 1) menyusun program pembelajaran, 2) memberi
informasi yang benar, 3) pemberi fasilitas yang baik, 4) pembimbing siswa dalam perolehan

informasi yang benar, dan 5) penilai prolehan informasi. Sedangkan peranan siswa adalah 1)
pencari informasi yang benar, 2) pemakai media dan sumber yang benar, 3) menyelesaikan
tugas dengan penilaian guru.
Dari beberapa pendapat di atas, bahwa metode ekspositori yang digunakan dalam penelitian

ini adalah mengobinasikan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Pemberian
tugas diberikan guru berupa soal-soal (pekerjaan rumah) yang dikerjakan secara individual
atau kelompok. Adapun hasil belajar yang dievaluasi adalah luas dan jumlah pengetahuan,
keterampilan, dan nilai yang dikuasai siswa. Pada umumnya alat evaluasi hasil belajar yang
digunakan adalah tes yang telah dibakukan atau tes buatan guru.
inquiri discovery
PEMBELAJARAN INQUIRY DAN DISCOVERY
Tujuan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam GBHN adalah pembangunan
manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal ini berarti
bahwa pembangunan tidak hanya mengejar kepuasan lahiriah saja seperti sandang, pangan,
papan, dan kesehatan saja ataupun mengejar kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa aman,
bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab dan rasa keadilan saja, melainkan
antara pembangunan lahiriah dan batiniah tersebut haruslah berjalan seiring secara serasi.
Untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional seperti yang tercantum di atas, maka sudah
barang tentu akan sangat diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam hal ini
pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menciptakan sumber daya – sumber daya
manusia yang berkualitas tersebut.
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.
Sifatnya mutlak dalam kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun
bangsa dan Negara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya

pendidikan bangsa itu (Sudirman N, dkk, 1992 : 3).
Tujuan pendidikan dan pengajaran di Indonesia berlandaskan pada falsafah hidup bangsa,
yaitu Pancasila. Bila kita kaji lebih jauh lagi apa yang diuraikan dalam Pasal 4 UUSPN No. 2
tahun 1989, maka kita dapat mengetahui apa yang menjadi tujuan pendidikan di Indonesia
dimana Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Untuk mecapai tujuan pendidikan nasional tersebut, guru sebagai ujung tombak pelaksana
pendidikan di lapangan sangat menentukan keberhasilannya. Dalam hal ini guru dapat
dikatakan sebagai pemegang peranan utama dalam proses pendidikan yang tercermin dalam
proses belajar-mengajar di sekolah.
Dalam proses belajar-mengajar melibatkan banyak factor. Dapat dijelaskan bahwa masukan
(raw input) yang merupakan bahan dasar diberikan pengalaman belajar tertentu dalam proses
belajar-mengajar, dengan harapan dapat berubah menjadi keluaran (expected) input) yang
berupa hasil belajar yang diharapkan. Dalam proses belajar-mengajar diharapkan pula
sejumlah factor sarana dan factor lingkungan guna menunjang tercapainya keluaran yang
dikehendaki.
Metode Penemuan (Discovery-Inquiry)


Metode penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam
proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Menurut Sund (Sudirman N, 1992 ),
discovery adalah proses mental, dan dalam proses itu individu mengasimilasi konsep dan
prinsip-prinsip.
Istilah asing yang sering digunakan untuk metode ini ialah discovery yang berarti penemuan,
atau inquiry yang berarti mencari. Mengenai penggunaan istilah discovery dan inquiry para
ahli terbagi ke dalam dua pendapat, yaitu :


Istilah-istilah discovery dan inquiry dapat diartikan dengan maksud yang sama dan
digunakan saling bergantian atau keduanya sekaligus.

Istilah discovery, sekalipun secara umum menunjuk kepada pengertian yang sama dengan
inquKelebihan metode penemuan/discovery-inquiry :
1. Strategi pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian informasi oleh guru
kepada siswa sebagai penerima informasi yang baik tetapi proses mentalnya berkadar
rendah, menjadi pengajaran yang menekankan kepada proses pengolahan informasi di
mana siswa yang aktif mencari dan mengolah sendiri informasi yang kadar proses
mentalnya lebih tinggi atau lebih banyak.

2. Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar atau ide lebih baik.
3. Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan dalam rangka transfer kepada
siutuasi-situasi proses belajar yang baru.
Mendorong siswa untuk berfikur dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
Kekurangan metode penemuan/discovery-inquiry :
1. Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari
guru apa adanya, ke arah membiasakan belajar mandiri dan berkelompok dengan
mencari dan mengolah informasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah sesuatu yang
mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun-tahun dilakukan.
2. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi
informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. Inipun
bukan pekerjaan yang mudah karena umumnya guru merasa belum puas kalau tidak
banyak menyajikan informasi (ceramah).
3. Metode ini memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar, tetapi tidak berarti
menjamin bahwa siswa belajar dengan tekun, penuh aktivitas, dan terarah.
4. Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik.
Dalam kondisi siswa banyak (kelas besar) dan guru terbatas, agaknya metode ini sulit
terlaksana dengan baik.
Jenis-Jenis Metode Penemuan (Discovery-Inquiry)


Moh. Amin (Sudirman N, 1992) menguraikan tentang tujuh jenis inquiry-discovery yang
dapat diikuti sebagai berikut :
1. Guided Discovery-Inquiry Lab. Lesson
Sebagian perencanaan dibuat oleh guru. Selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan
atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan
problema, sementara petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat
diberikan oleh guru.
1. Modified Discovery-Inquiry
Guru hanya memberikan problema saja. Biasanya disediakan pula bahan atau alat-alat yang
diperlukan, kemudian siswa diundang untuk memecahkannya melalui pengamatan, eksplorasi
dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Pemecahan masalah
dilakukan atas inisiatif dan caranya sendiri secara berkelompok atau perseorangan. Guru
berperan sebagai pendorong, nara sumber, dan memberikan bantuan yang diperlukan untuk
menjamin kelancaran proses belajar siswa.
1. Free Inquiry
Kegiatan free inquiry dilakukan setelah siswa mempelajarai dan mengerti bagaimana
memecahkan suatu problema dan telah memperoleh pengetahuan cukup tentang bidang studi
tertentu serta telah melakukan modified discovery-inquiry. Dalam metode ini siswa harus
mengidentifikasi dan merumuskan macam problema yang akan dipelajari atau dipecahkan.
1. Invitation Into Inquiry

Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan problema sebagaimana cara-cara yang lazim
diikuti scientist. Suatu undangan (invitation) memberikan suatu problema kepada siswa, dan
melalui pertanyaan masalah yang telah direncanakan dengan hati-hati mengundang siswa
untuk melakukan beberapa kegiatan atau kalau mungkin, semua kegiatan sebagai berikut :
merancang eksperimen, merumuskan hipotesis, menetapkan kontrol, menentukan sebab
akibat, menginterpretasi datadan membuat grafik
1. Inquiry Role Approach
Inquiry Role Approach
merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam tim-tim yang masingmasing terdiri tas empat anggota untuk memecahkan invitation into inquiry. Masing-masing
anggota tim diberi tugas suatu peranan yang berbeda-beda sebagai berikut : koodinator tim,
penasihat teknis, pencatat data dan evaluator proses
1. Pictorial Riddle
Pendekatan dengan menggunakan pictorial riddle adalah salah satu teknik atau metode untuk
mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam diskusi kelompok kecil maupun besar.
Gambar atau peragaan, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk
meningkatkan cara berfikir kritis dan kreatif siswa. Suatu ridlle biasanya berupa gambar di

papan tulis, papan poster, atau diproyeksikan dari suatu trasparansi, kemudian guru
mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan ridlle itu.
1. Synectics Lesson

Pada dasarnya syntetics memusatkan pada keterlibatan siswa untyuk membuat berbagai
macam bentuk metafora (kiasan) supaya dapat membuka intelegensinya dan mengembangkan
kreativitasnya. Hal ini dapat dilaksankan karena metafora dapat membantu dalam melepaskan
“ikatan struktur mental” yang melekat kuat dalam memandang suatu problema sehingga
dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif.
CTL

Pengertian CTL
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan
bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya
terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural),
sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk
mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

Rasional
Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih
memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam
benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami
bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang
siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional
tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.

Pemikiran Tentang Belajar
Proses belajar anak dalam belajar dari mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan,
kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Transfer belajar; anak harus tahu makna
belajar dan menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang diperolehnya untuk
memecahkan masalah dalam kehidupannya. Siswa sebagai pembelajar; tugas guru mengatur
strategi belajar dan membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru,
kemudian memfasilitasi kegiatan belajar. Pentingnya lingkungan belajar; siswa bekerja dan
belajar secara di panggung guru mengarahkan dari dekat.

Hakekat
Komponen pembelajaran yang efektif meliputi:
Konstruktivisme, konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna

atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun
oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan
seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.
Tanya jawab, dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun
oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, seangkan pertanyaan siswa
merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa,
guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke
kelas.
Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/ konsep yang bermula dari
melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep.
Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab, hipoteis, pengumpulan data, analisis data,
kemudian disimpulkan.
Komunitas belajar, adalah kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi sebagai wadah
komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam;
pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja
dengan kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, beekrja dengan masyarakat.
Pemodelan, dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat
mencontoh, belajr atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru
memberi model tentang how to learn (cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model dapat
diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik.
Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang
bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui
agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah; pertanyaan
langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan
dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.
Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan,
ketrampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian otentik adalah pada;
pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada
diperolehnya informasi di akhr periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih
pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh
siswa.

Penerapan CTL dalam pembelajaran
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri, menemukan sendiri dan engkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru.
Lakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua toipik. Kembangkan sifat keingin
tahuan siswa dengan cara bertanya. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompokkelompok). Hadirkan model sebagai contoh dalam pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir
pertemuan. Lakukan penilaian otentik yang betul-betul menunjukkan kemampuan siswa.
Tujuan

1. Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka seharihari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu ketrampilan yang secara
refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainya.
2. Model pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya
sekedar menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman
3. Model pembelajaran
pengalaman siswa.

ini

menekankan

pada

pengembangan

minat

4. Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat
berfikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat
menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya
sendiri dan orang lain
5. Model pembelajaran CTL ini bertujun agar pembelajaran lebih produktif
dan bermakna
6. Model pembelajaran model CTL ini bertujuan untuk mengajak anak pada
suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks
jehidupan sehari-hari
7. Tujuan pembelajaran model CTL ini bertujuan agar siswa secara indinidu
dapat menemukan dan mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa
dapat menjadikan informasi itu miliknya sendiri.

Strategi Pembelajaran CTL
Beberapa strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru secara
konstektual antara lain:
a. Pembelajaran berbasis masalah
Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa ditantang untuk
berfikir kritis untuk memecahkan.

b. Menggunakan konteks yang beragam
Dalam CTL guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna yang
diperoleh siswa menjadi berkualitas.

c. Mempertimbangkan kebhinekaan siswa

Guru mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan individual dan social
seyogianya

dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar

saling

menghormati dan toleransi untuk mewujudkan ketrampilan interpersonal.

d. Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri
Pendidikan formal merupakan kawah candradimuka bagi siswa untuk menguasai
cara belajar untuk belajar mandiri dikemudian hari.

e. Belajar melalui kolaborasi
Dalam setiap kolaborasi selalu ada siswa yang menonjol dibandingkan dengan
koleganya dan sisiwa ini dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam kelompoknya.

f. Menggunakan penelitian autentik
Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu
dan konstektual dan memberi kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus
sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

g. Mengejar standar tinggi
Setiap seyogyanya menentukan kompetensi kelulusan dari waktu kewaktu terus
ditingkatkan dan setiap sekolah hendaknya melakukan Benchmarking dengan
melukan study banding keberbagai sekolah dan luar negeri.

Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD)
Penerapan strategi pembelajaran konstektual digambarkan sebagai berikut:

a. Relating

Belajar

dikatakan

dengan

konteks

dengan

pengalaman

nyata,

konteks

merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu peserta didik
agar yang dipelajarinya bermakna.

b. Experiencing
Belajar adalah kegiatan “mengalami “peserta didik diproses secara aktif dengan
hal yang dipelajarinya dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang
dikaji,berusaha menemukan dan menciptakan hal yang baru dari apa yang
dipelajarinya.

c. Applying
Belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki
dengan dalam konteks dan pemanfaatanya.

d. Cooperative
Belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui kegiatan kelompok,
komunikasi interpersonal atau hubunngan intersubjektif.

Langkah-langkah CTL CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa
saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah.
Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2. Laksanakan
sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa
dengan bertanya. 4. Ciptakan masyarakat belajar. 5. Hadirkan model sebagai contoh
pembelajaran. 6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan. 7. Lakukan penilaian yang sebenarnya
(authentic assessment) dengan berbagai cara. Karakteristik Pembelajaran CTL 1. Kerjasama.
2. Saling menunjang. 3. Menyenangkan, tidak membosankan. 4. Belajar dengan bergairah. 5.
Pembelajaran terintegrasi. 6. Menggunakan berbagai sumber. 7. Siswa aktif. 8. Sharing
dengan teman. 9. Siswa kritis guru kreatif. 10. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil
kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain. 11. Laporan kepada orang tua
bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lainlain.... Baca Selengkapnya di : http://www.m-edukasi.web.id/2011/12/pengertianpembelajaran-kontekstual-ctl.html
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia

Cooperative learnig
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap
atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur
kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Cooperative Learning mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama
dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Kebanyakan melibatkan siswa dalam
kelompok yang terdiri dari 4 (empat) siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda
(Slavin, 1994), dan ada yang menggunakan ukuran kelompok yang berbeda-beda (Cohen,
1986; Johnson & Johnson, 1994; Kagan, 1992; Sharan & Sharan, 1992).
Khas Cooperative Learning yaitu siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kooperatif
dan tinggal bersama dalam satu kelompok untuk beberapa minggu atau beberapa bulan.
Sebelumnya siswa tersebut diberi penjelasan atau diberi pelatihan tentang bagaimana dapat
bekerja sama yang baik dalam hal:
- Bagaimana menjadi pendengar yang baik
- Bagaimana memberi penjelasan yang baik
- Bagaimana cara mengajukan pertanyaan dengan benar dan lain-lainnya.
B. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya:
a. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis.
b. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah,
sedang, dan tinggi.
c. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya,
dan jenis kelamin.
d. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam.
model pembelajaran kooperatif yaitu:
a. Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok
dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
b. Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas
kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota
kelompok.
c. Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan
pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang
penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta
pemahaman dari materi yang diberikan.
d. Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang
pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi,
dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.

. Model Cooperative Learning
Berikut ini model pembelajaran yang dapat mewakili model-model cooperative learning :
a. Student teams achievement division (STAD)
Langkah-langkah:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang.
2) Guru menyajikan materi pelajaran.
3) Guru memberi tugas untuk dikerjakan, anggota kelompok yang mengetahui jawabannya

memberikan penjelasan kepada anggota kelompok.
4) Guru memberikan pertanyaan/kuis dan siswa menjawab pertanyaan/kuis dengan tidak
saling membantu.
5) Pembahasan kuis
6) Kesimpula

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

Diskriminasi Daun Gandarusa (Justicia gendarrusa Burm.f.) Asal Surabaya, Jember dan Mojokerto Menggunakan Metode Elektroforesis

0 61 6

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Hubungan Antara Kompetensi Pendidik Dengan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini di PAUD As Shobier Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

4 116 4

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Preparasi dan Karaterisasi Nanopartikel Zink Pektinat Mengandung Diltiazem Hidroklorida dengan Metode Gelasi Ionik.

7 51 92

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124

Aplikasi Data Mining Menggunakan Metode Decision Tree Untuk Pemantauan Distribusi Penjualan Sepeda Motor Di PD. Wijaya Abadi Bandung

27 142 115

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Laporan Keuangan Arus Kas Pada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Cabang Bandung Dengan Menggunakan Software Microsoft Visual Basic 6.0 Dan SQL Server 2000 Berbasis Client Server

32 174 203