Sengketa Waris Hak atas Tanah

Nama

: Rezekiana

NIM

: GAB 113 034

Program studi

: Ilmu Administrasi Negara

Mata kuliah

: Hukum Adm. Negara

Dosen pengampu

: Ricco Septianoor, SH, MH

“Sengketa Kepemilikan Tanah”

Menurut Kusumadi Poedjosewojo Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan
aturan hukum yang mengatur bagaimana negara sebagai pengusaha menjalankan usaha-usaha
untuk memenuhi tugasnya. Sumber Hukum Administrasi Negara dapat dibedakan menjadi dua
yaitu sumber hukum material dan sumber hukum formal. Terdapat banyak permasalahan yang
terkait dengan Hukum Administrasi Negara. Pada kesempatan ini saya mencoba mengangkat
satu permasalahan yang lumayan sering dijumpai dalam masyrakat yakni tentang sengketa
kepemilikan tanah. Sengketa pertanahan adalah perselisihan pertanahan antara orang perorang,
badan hokum atau lembaga yang tidak berdampak luas secara sosio-politis. Penekanan tidak
berdampak luas inilah yang membedakan definisi sengketa pertanahan dengan konflik
pertanahan. Sengketa tanah dapat berupa sengketa admnistratif, sengketa perdata, sengketa
pidana terkait dengan pemilikan transaksi, pendaftaran, penjaminan, pemanfaatan, penguasaan
dan sengketa hak ulayat. Sengketa pertanahan ini dapat memicu terjadinya perkara peratanahan
yang penyelesaiannya dilaksanakan oleh lembaga peradilan atau putusan lembaga peradilan yang
masih dimintakan penanganan perselisihannya di Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia.
Sebagai satu contoh, saya akan mengangkat sebuah realita sengketa tanah. Realita pahit
ini menimpa seorang nenek berusia 90 tahun dengan nama Fatimah. Nenek yang seharusnya
menikmati masa tuanya ini justru digugat anak keempatnya yang bernama Nurhana dan
suaminya Nurhakim. Nenek Fatimah digugat secara materil Rp 1 miliar dan diminta pergi
meninggalkan tempat tinggalnya saat ini yang berlokasi di Jalan KH Hasyim Asyari, kecamatan

Cipondoh kota Tangerang. Seperti yang dituturkan oleh anak bungsu nenek Fatimah, Amas
bahwa tanah dengan ukuran 397 meter persegi yang mereka diami saat ini awalnya merupakan
1

Sengketa Kepemilikan Tanah

milik dari Nurhakim menantu nenek Fatimah. Pada tahun 1987, tanah itu dibeli oleh almarhum
suami nenek Fatimah, Abdurahman senilai Rp 10 juta serta memberikan Rp 1 juta untuk
Nurhana anaknya sebagai warisan. Pembayaran tanah tersebut disaksikan oleh anak-anak nenek
Fatimah yang lain. Untuk sertifkat tanah pun sudah diserahkan kepada Abdurahaman (alm)
namun masih atas nama Nuhakim. Kerumitan permaslahan ini terjadi lantaran sertifikat tanah
yang ada sampai saat ini belum dibalik nama dan masih atas nama Nurhakim sehingga sulit
untuk membuktikan ha katas kepemilikan tanah tersebut.
Setelah Abudurahman meninggal, Nurhakim tiba-tiba menggugat tanah tersebut dan
mengatakan bahwa tidak pernah ada pembayaran atas tanah tersebut. Awalnya Nurhakim
meminta ganti rugi sebesar Rp 10 juta, lalu naik lagi menjadi Rp 50 juta, dan semakin naik
menjadi Rp 100 juta hingga menjadi Rp 1 miliar. Perseteruan ini berlanjut hingga akhirnya
Nurhakim dan Nurhanah melaporkan nenek Fatimah ke Polres Metro Tangerang dengan
tudingan penggelapan sertifikat dan menempati lahan orang tanpa izin.
Pihak keluarga sudah melakukan mediasi namun Nurhakim tetap menuntut ganti rugi

tersebut dan jika ganti rugi tersebut tidak dipenuhi maka nenek Fatimah sekeluarga akan diusir
dari rumah tersebut. Sampai saat ini kasus tersebut belum menemukan titik terang dan masih
dalam masa penanganan kasus perdata. Sejumlah mahasiswa melakukan aksi penggalangan dana
untuk membantu nenek Fatimah.
Menurut saya pribadi, jika memang benar tanah tersebut sudah dibeli oleh Abdurahman
(alm) maka wajib hukumnya untuk melakukan proses balik nama sertifikat kepemilikan tanah
walaupun masih dalam satu keluarga karena tidak ada yang dapat menjamin apa yang akan
terjadi di masa mendatang. Balik nama sertifikat kepemilikan tanah yang telah dibeli itu sangat
penting dilakukan karena akan sangat berguna contohnya seperti pada kasus yang dialami nenek
Fatimah saat ini.

Referensi :
www.bpn.go.id/Program-Prioritas/Penanganan-Kasus-Pertanahan
m.liputan6.com/news/read/2109268/ibu-90-tahun-digugat-rp-1-miliar-oleh-anak-kandungnya
2

Sengketa Kepemilikan Tanah