Anarchy dalam Hubungan Internasional perspektif

Adhe Nuansa Wibisono
Kajian Terorisme FISIP UI
NPM : 1206299023

Anarchy dalam Hubungan Internasional
Ujian Tengah Semester - Teori Keamanan Internasional
'Anarchy is one of the most vague and ambiguous words in language'1
George Cornewall Lewis, 1832

Apa itu anarki?
Istilah anarki berasal dari bahasa Yunani, ‘anarchos’, yang memiliki arti ‘tidak adanya
penguasa’. Kata anarki secara bahasa berarti ‘tanpa penguasa’. Gabungan aksara Yunani
‘an’ yang berarti tanpa atau tiada, dengan aksara Indo-Eropa ‘arkh’ yang memiliki arti
‘memulai’ atau ‘mengambil alih kepemimpinan’. Istilah anarki ini juga bisa dilihat dari
penggunaan bahasa Yunani ‘anarchia’ yang memiliki arti ‘tiadanya kepemimpinan’ atau
‘absennya kepemimpinan’. Secara umum kita dapat menerjemahkan anarki sebagai suatu
kondisi dimana tidak adanya penguasa, tidak adanya tata aturan yang juga ikut menghilang
dengan tidak adanya pemimpin atau penguasa. The Cambridge English Dictionary kemudian
mendefinisikan anarki sebagai ‘suatu situasi dimana tidak adanya institusi atau organisasi
yang mengawasi dan mengendalikan masyarakat diakrenakan tidak berjalannya
pemerintahan’.

Dalam pembahasan lainnya, anarki paling tidak memiliki dua pengertian, pengertian
pertama menyebutkan bahwa anarki adalah ‘tidak adanya tata aturan’, yang
mengakibatkan adanya kekacauan (chaos). The Oxford English Dictionary menyebutkan
anarki sebagai ‘sejumlah ketidakberaturan politik atau kekacauan politik’. Ketiadaan aturan
umumnya sering dihubungkan dengan
keberadaan peperangan, ini seperti analogi
Hobbesian akan kondisi politik dalam tidak ada dan absennya kedaulatan negara. Hedley
Bull menggambarkan cara pandang kaum realis bahwa tradisi Hobbesian melihat hubungan
internasional sebagai arena peperangan antara satu negara dengan negara lainnya, semua
melawan semua, ini adalah arena peperangan dimana setiap negara bermusuhan dengan
negara lainnya. Hubungan internasional dalam, dalam cara pandang Hobbesian,
merepresentasikan konflik murni antar negara dan menyerupai logika konflik ‘zero-sum
game’. Dalam cara pandang Hobbesian, hampir semua aktivitas-aktivitas internasional
dilihat dalam logika dan kerangka peperangan. 2
Kondisi anarki umumnya dipahami sebagai cara untuk menggambarkan sistem
internasional dimana negara dilihat sebagai salah satu unit analisa, yang dianggap memiliki
kedaulatan penuh dan dipersepsikan setara sebagai sebuah aktor. Dalam penjelasan
lainnya, Robert Gilpin melihatnya dengna pendekatan, ‘hubungan antar negara memiliki
derajat yang tinggi dari sebuah order, sehingga sistem internasional pun dianggap sebagai
bagian dari anarki (Gilpin melihatnya sebagai tidak adanya otoritas pemerintahan yang

formal diantara aktor-aktor negara, karena fungsi kedaulatan tertinggi tetap berada di

1

Helen
Studies
2
Helen
Studies

Milner, ‘The Assumption Of Anarchy in International Relations Theory : A Critique’, Review Of International
Vol. 17 No. 1, (London : Cambridge Press, 1991), hal 67
Milner, ‘The Assumption Of Anarchy in International Relations Theory : A Critique’, Review Of International
Vol. 17 No. 1, (London : Cambridge Press, 1991), hal 69

1

tangan negara dan bukan sistem internasional), sistem secara hierarki memberikan
pengendalian terhadap perilaku politik aktor-aktor negara.3
Robert Gilpin mendefinisikan dasar-dasar yang fundamen akan politik internasional

sebagai ‘usaha-usaha untuk mendapatkan akan kekuasaan dan kemakmuran diantara aktoraktor independen dalam kondisi negara yang anarki’. Kenneth Waltz melihat anarki sebagai
elemen pertama yang mendasar bagi terbentuknya sistem internasional. Robert Keohane
kemudian menjelaskan kerjasama internasional dengan memiliki asumsi bahwa anarki
adalah fakta yang fundamen dari relitas politik internasional, Keohane melihat sistem
internasional sebagai suatu kumpulan manusia yang egois, mengedepankan kepentingan
pribadinya pada suatu self-help system tanpa adanya otoritas yang terpusat. 4
Anarki juga didefinisikan sebagai suatu kondisi ‘tidak adanya pemerintahan
bersama’, kondisi demikian akan memaksa aktor-aktor negara untuk membuat kesepakatan
dan perjanjian diantara mereka. Robert Art dan jervis kemudian menjelaskan bahwa ‘politik
internasional kemudian mengambil peran dalam situasi tidak adanya otoritas pemerintahan
yang terpusat, tidak adanya lembaga-lembaga yang muncul diatas negara dengan otoritas
dan kekuasaan untuk membuat hukum dan menyelesaikan persengketaan. Negara dapat
membuat perjanjian dan kerjasama, tetapi tidak adanya kekuatan yang berdaulat yang
mampu untuk memastikan kepatuhan dan menindak pelanggaran. Kondisi ‘absence of
supreme powers’ inilah yang kemudian dimaksud sebagai anarki dalam konteks politik
internasional.5
Penjelasan lainnya mengenai definisi anarki adalah ‘tiadanya pemerintahan’ seperti
yang disebutkan pada Oxford English Dictionary. Kenneth Waltz kemudian menerjemahkan
anarki sebagai ‘absennya pemerintahan atau tidak adanya pemerintahan’, kemudian Martin
Wight memberikan pengertian lain akan anarki yaitu ‘melihat sistem internasional sebagai

suatu contoh anarki, beragamnya negara-negara yang memiliki power tanpa adanya adanya
suatu pemerintah internasional’. Frederick Dunn juga berpendapat bahwa ‘politik
internasional terpusat kepada suatu relasi kuasa yang muncul pada suatu komunitas yang
mengesampingkan keberadaan otoritas’. Pada titik ini pendekatan Thomas Hobbes akhirnya
kembali digunakan, negara dalam sistem internasional dilihat pada kondisi ‘states of nature’,
suatu kondisi negara yang dikendalikan oleh monster besar pengendali otoritas ‘Leviathan’.6
Thomas Hobbes memperkenalkan dalam artikelnya ‘Leviathan’ yang mencoba
menjelaskan sifat alamiah manusia, manusia yang jahat, serakah dan licik. Pemikiran
Thomas Hobbes ini dipengaruhi oleh latar belakang kehidupannya ketika ia hidup pada masa
peperangan saudara antara Kristen Protestan dengan Kristen Katolik di Inggris, pemikiran
‘states of nature’ ditelurkan dalam kondisi ketika Hobbes hidup pada masa perang saudara
di Inggris. Sifat anarki itu berasal dari dalam diri manusia, bersifat alamiah dimana analisa
terhadap perilaku manusia itu berpengaruh pada politik internasional. Penjelasan lainnya
akan anarki, adalah ‘the absence of supreme powers’, dimana tidak adanya otoritas dari
‘supreme powers’ yang mengatur perilaku dari aktor-aktor yang ada, sehingga kondisi chaos
muncul.
Dalam bayangan Thomas Hobbes, ‘supreme powers’ itu dibayangkan sebagai
monster ‘Leviathan’ yang mampu menerapkan orders kepada aktor-aktor lainnya yang
3


Helen Milner, ‘The Assumption Of Anarchy in International Relations Theory : A Critique’,
Studies Vol. 17 No. 1, (London : Cambridge Press, 1991), hal 70
4
Helen Milner, ‘The Assumption Of Anarchy in International Relations Theory : A Critique’,
Studies Vol. 17 No. 1, (London : Cambridge Press, 1991), hal 69
5
Robert Powell, ‘Anarchy In International Relations Theory: The Neorealist-Neoliberal
Organization Vol. 48 No. 2, (Massachusetts : The MIT Press, 1994), hal 330
6
Helen Milner, ‘The Assumption Of Anarchy in International Relations Theory : A Critique’,
Studies Vol. 17 No. 1, (London : Cambridge Press, 1991), hal 71

2

Review Of International
Review Of International
Debate’, International
Review Of International

powernya lebih kecil. Dalam penjelasan ini anarki dianggap berasal dari faktor eksternal

dikarenakan tidak adanya ‘supreme powers’ yang mampu menjadi ‘Leviathan’. Pertanyaan
berikutnya yang kemudian muncul apakah yang dimaksud dengan ‘lack’ atau ‘absence’?
Kenneth Waltz menghubungkan anarki dengan ‘tidak adanya pemerintahan’, yang dimaksud
dengan pemerintahan di sini adalah suatu institusi yang mampu mengendalikan kapan dan
bagaimana kekuasaan dan kekuatan itu dapat digunakan. Pemerintahan dalam pandangan
Waltz memiliki arti ‘suatu institusi yang memiliki legitimasi dan monopoli akan penggunaan
kekuasaan dan kekuatan.7
Immanuel Kant memberikan cara pandang lain mengenai konsep anarki dalam
bukunya yang berjudul Anthropology from a Pragmatic Point of View , anarki dilihat sebagai
implementasi dari "Law and Freedom without Force". Immanuel Kant melihat anarki sebagai
bentuk hakiki dan sesungguhnya dari negara sipil, dikarenakan aturan hukum hanya
diposisikan sebagai ‘rekomedasi kosong’ yang tidak menggunakan unsur-unsur kekuasaan
dan kekuatan dalam penegakan hukum. Jika kekuasaan dan kekuatan digunakan sementara
hukum dan kebebasan tetap ada dalam negara tersebut, maka Kant menyebutnya sebagai
bentuk negara ‘republic’. Sebagai contoh kita akan melihat empat model pemerintahan
yang dikemukakan oleh Immanuel Kant :
 Hukum dan kebebasan tanpa kekerasan (Anarki)
 Hukum dan kekerasan tanpa kebebasan (Despostisme)
 Kekerasan tanpa hukum dan kebebasan (Barbarisme)
 Kekerasan dengan hukum dan kebebasan (Republik)

Dalam kacamata struktural, sistem politik dari hubungan internasional dilihat sebagai
suatu anarki, mengacu pada kedaulatan antar negara dan pola hubungan yang terbentuk
diantara negara-negara tersebut. Struktur politik dalam hubungan internasional juga terlihat
sangat ambigu atau tidak jelas, bisa saja dilihat dalam bentuk hierarki (struktur
pemerintahan global), yang kemudian bisa berlanjut pada suatu anarki internasional. Cara
mudah untuk membentuk model pengembangan abstrak dari hubungan internasional
adalah dengan melihatnya sebagai suatu sistem internasional anarki : sistem murni, tanpa
masyarakat. Jika sistem abstrak yang demikian bisa muncul maka kita akan bisa melakukan
pengandaian dengan melihat pola interaksi yang terjadi diantara unit-unit negara. Sejumlah
interaksi damai dan positif (akan menghasilkan perdagangan, kunjungan antar individu,
pernikahan antarbangsa), kemudian juga interaksi negatif seperti konflik dan peperangan
akan menghasilkan kemajuan ide dan teknologi. Perdagangan secara otomatis akan
menghasilkan sebuah aturan-aturan yang akan memfasilitasi proses pertukaran, dan akan
melindungi pihak-pihak manapun yang terikat dengan proses tersebut. Tanpa adanya
jaminan keamana, aktivitas perdagangan akan menjadi sangat terbatasi atau bahkan
musnah akibat adanya pembajakan, pencurian dan bahkan oleh perpajakan yang
berlebihan.8
Referensi :
Buzan, Barry, ‘From International System To International Society : Structural Realism
and Regime Theory Meet the English School’, International Organization Vol. 47 No. 3,

(Massachusetts : The MIT Press, 1993)
Gordon, Uri, ‘Anarchism And Political Theory : Contemporary Problems’, (Oxford :
Mansfield College, 2005)
Milner, Helen, ‘The Assumption Of Anarchy In International Theory’, Review Of
International Studies Vol. 17 No. 1, (London : Cambridge University Press, 1992)

7

Helen Milner, ‘The Assumption Of Anarchy in International Relations Theory : A Critique’, Review Of International
Studies Vol. 17 No. 1, (London : Cambridge Press, 1991), hal 71
8
Barry Buzan, ‘From International System To International Society: Structural Realism And Regime Theory Meet The
English School’, International Organization Vol. 47 No. 3, (Massachusetts : The MIT Press, 1994), hal 340-341

3

Powell, Robert, ‘Anarchy In International Relations Theory: The Neorealist-Neoliberal
Debate’, International Organization Vol. 48 No. 2, (Massachusetts : The MIT Press, 1994)

4