Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Tentang Ba

2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia memiliki berbagai macam kebiasaan. Mulai dari berolahraga,
membaca, menulis, mengarang dan sebagainya. Di antara sekian banyak
kebiasaan manusia, ada salah satu kebiasaan manusia yang sangat merugikan
bagi kesehatan mereka. Anehnya, kebiasaan yang tidak baik ini sering
dilakukan oleh masyarakat kita, yakni kebiasaan merokok. Merokok sendiri
bukanlah hal yang dianggap tabu oleh masyarakat kita, meskipun yang
melakukannya adalah anak yang masih duduk di bangku sekolah.
Berdasarkan dari badan kesehatan dunia WHO (World Health
Organization), mengatakan 1 dari 10 kematian pada orang dewasa
diakibatkan karena merokok, dan rokok dapat membunuh hampir 5 juta orang
setiap tahunnya. Jika tidak dihentikan, maka dapat dipastikan bahwa 10 juta
orang akan meninggal karena rokok pertahunnya pada tahun 2020 nanti,
dengan 70% kasus yang terjadi di Indonesia. Pusat Promkes Kemenkes RI
(2013) memperkirakan pada tahun 2030 angka kematian akibat rokok akan
melebihi 8 juta orang pertahunnya dan akan ada 1 milyar kematian akibat
rokok selama abad 21 ini bila tidak dilakukan upaya-upaya intervensi yang

efektif.
Laporan Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2014, presentase
perokok berusia 15 tahun ke atas terus melompat saban tahun. Penelitian
Global Youth Tobacco Survey (GYTS) terhadap 5.986 remaja, khususnya
1

2

pelajar di Indonesia dengan rentang umur 13 hingga 15 tahun menunjukkan,
dari 19,4% remaja laki-laki dan perempuan adalah perokok aktif. Sebanyak
35,5% perokok tembakau adalah remaja laki-laki, sedangkan remaja
perempuan hanya 3,4%. Sebanyak 35,6% remaja perokok menghisap 1
batang rokok per hari. Sementara, hanya 0,5% remaja yang mengaku
merokok lebih dari 20 batang per hari. Masih dalam penelitian yang sama
disebutkan, sebanyak 43,2% remaja pertama kali merokok saat masih
berumur 12 hingga 13 tahun. Jumlah ini lebih banyak dari mereka yang
mencoba merokok pada usia 10 hingga 11 tahun dengan presentase mencapai
25,6%. Prevalensi perokok berdasarkan Survey Lentera tahun 2015, sebanyak
45% jumlah remaja di Indonesia pada usia 13 hingga 19 tahun. Di Sulawesi
Utara prevalensi perokok yaitu sebanyak 1,1% terjadi pada usia 5-9 tahun,

pada usia 10-14 tahun terjadi sebanyak 16,6%, 15-19 tahun terjadi sebanyak
44,7%, 20-24 tahun terjadi sebanyak 15,0%, 25-39 tahun terjadi sebanyak
3,1%, dan pada usia 30 tahun terjadi sebanyak 3,2% (Riskesdas. 2013).
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Fitrianan. M, dkk (2015)
tentang gambaran tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap bahaya
merokok di RW 17 Kelurahan Simpang Tiga Kecamatan Bukit Raya,
menyatakan bahwa terdapat 73,3% sampel memiliki pengetahuan tinggi
mengenai bahaya merokok dan 50% masyarakat memiliki sikap positif dan
negatif yang sama. Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Yosantaraputra,
dkk (2014), yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap

rokok berada dalam kategori baik sebesar 0,4%, kategori sedang sebesar
2

2

64,5%, dan kategori kurang sebesar 35,1%. Hasil uji sikap responden
terhadap rokok berada dalam kategori baik sebesar 90,1%, kategori sedang
sebesar 9,5% dan kategori kurang sebesar 0,4%. Dari hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas berada pada kategori sedang dan sikap mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas berada pada kategori baik.
Disarankan kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas agar
mencari tahu tentang nikotin dan akibatnya secara mandiri sesuai dengan
sistem pembelajaran PBL, serta segera diberlakukannya peraturan bebas asap
rokok di lingkungan FK Unand.
SD INPRES Tontalete merupakan salah satu sekolah dasar yang
berada di wilayah Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa Utara. Desa
Tontalete memiliki luas wilayah sebesar 2000ha dengan 732 KK dan 2.542
jiwa, masyarakat Desa Tontalete sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai
petani sawah dan jagung (Data Penduduk Desa Tontalete Tahun 2016).
Sekolah ini berada di daerah pedesaan yang sebagian besar masyarakat di
daerah tersebut masih kurang memperhatikan tentang budaya hidup sehat.
Berdasarkan pengamatan, merokok sudah menjadi kebiasaan masyarakat
Desa Tontalete entah itu pria atau wanita. Latar belakang merokok beraneka
ragam, di kalangan remaja dan dewasa pria adalah faktor gengsi dan agar
disebut jagoan, malahan ada salah satu pepatah menarik yang digunakan
sebagai pembenar atas kebiasaan merokok yaitu “Ayam jago diatas genteng.
Ngga ngerokok? Ngga ganteng!”. Sedangkan kalangan orang tua, stres dan
3


2

karena ketagihan adalah faktor penyebab keinginan untuk merokok. Bagi
anak-anak yang orang tuanya merokok kemungkinan lebih besar anaknya ikut
merokok. Pada akhirnya anak itu beresiko untuk merokok seperti orang
tuanya. Kurangnya pengetahuan pada siswa di SD Inpres Tontalete dapat
menjadi pemicu anak untuk merokok. Apalagi di sekolah tersebut belum
pernah dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan dan sikap tentang
bahaya merokok. Berdasarkan permasalahan tersebut rasanya penting
dilakukan penelitian tingkat pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok
pada siswa kelas V dan VI di SD Inpres Tontalete, Kecamatan Kema,
Kabupaten Minahasa Utara.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dapat diidentifikasi
masalahnya sebagai berikut:
1. Karena kurangnya pengawasan orang tua terhadap siswa kelas V dan VI
di SD INPRES Tontalete, Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa Utara
sehingga anak tidak tahu dampak kesehatan akibat merokok.
2. Masih adanya siswa kelas V dan VI SD INPRES Tontalete, Kecamatan

Kema, Kabupaten Minahasa Utara yang tidak tahu kandungan zat kimia
yang berbahaya pada rokok.
3. Belum diketahuinya tingkat pengetahuan tentang bahaya merokok pada
siswa kelas V dan VI di SD INPRES Tontalete, Kecamatan Kema,
Kabupaten Minahasa Utara.

4

2

4. Siswa belum berani menyikapi apabila melihat teman sekolah, guru,
orang tua ataupun saudara mereka yang merokok di dalam maupun di
luar sekolah.
5. Masih adanya siswa yang tidak memberi respon disaat melihat iklan
tentang rokok.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, penelitian ini dibatasi pada masalah
tingkat pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok kelas V dan VI SD
INPRES Tontalete, Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa Utara.
D. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
seberapa tinggi tingkat pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok pada
siswa kelas V dan VI di SD INPRES Tontalete, Kecamatan Kema, Kabupaten
Minahasa Utara?
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap tentang bahaya
merokok pada siswa kelas V dan VI di SD INPRES Tontalete, Kecamatan
Kema, Kabupaten Minahasa Utara.
2. Tujuan Khusus
Menguraikan frekuensi tingkat pengetahuan dan sikap tentang bahaya
merokok

5

2

F. Manfaat Penelitian
Bagi pembaca, penelitian ini dapat digunakan untuk menambah
wawasan tentang pentingnya mengetahui bahaya merokok bagi tubuh

manusia dan kesehatan.
Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang bahaya merokok.
Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran tentang
pentingnya budaya hidup sehat khususnya bahaya merokok, agar terhindar
dari berbagai penyakit.
Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
referensi dan perbandingan dalam masalah kesehatan. Selain itu, dapat
memperoleh

pengetahuan

yang

lebih

mendalam

pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok.


6

mengenai

tingkat

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengetahuan
`

Pengetahuan ialah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

orang

melakukan


penginderaan

terhadap

Penginderaan terjadi melalui panca

suatu

obyek

tertentu.

indera manusia yaitu : indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo,
Notoadmodjo 2003).
Benjamin Bloom (1956), seorang ahli pendidikan, membuat klasifikasi
(taxonomy) pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipakai untuk merangsang
proses berfikir pada manusia. Menurut Bloom kecakapan berfikir pada

manusia dapat dibagi dalam 6 kategori yaitu :
1. Pengetahuan (knowledge)
Mencakup ketrampilan mengingat kembali faktor-faktor yang pernah
dipelajari.
2. Pemahaman (comprehension)
Meliputi pemahaman terhadap informasi yang ada.
3. Penerapan (application)
Mencakup ketrampilan menerapkan informasi atau pengetahuan yang
telah dipelajari ke dalam situasi yang baru.
4. Analisis (analysis)
7

2

Meliputi pemilahan informasi menjadi bagian-bagian atau meneliti dan
mencoba memahami struktur informasi.
5. Sintesis (synthesis)
Mencakup menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah ada
untuk menggabungkan elemen-elemen menjadi suatu pola yang tidak
ada sebelumnya.

6. Evaluasi (evaluation)
Meliputi pengambilan keputusan atau menyimpulkan berdasarkan
kriteria-kriteria

yang ada biasanya pertanyaan memakai kata:

pertimbangkanlah, bagaimana kesimpulannya.\
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur
dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan yang ada
(Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 142).
Seseorang dikatakan mengerti suatu bidang tertentu apabila orang
tersebut dapat menjawab secara lisan atau tulisan. Sekumpulan jawaban
verbal

yang

diberikan

orang

tersebut

dinamakan

pengetahuan

(knowledge). Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara orang
yang bersangkutan mengungkapkan apa yang diketahui dalam bentuk
bukti atau jawaban, baik secara lisan maupun tulisan.
Pertanyaan atau tes dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan.
Secara umum pertanyaan dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu:
8

2

1. Pertanyaan subjektif, misal jenis pertanyaan lisan.
2. Pertanyaan objektif, misal pertanyaan pilihan ganda (multiple choice),
betul-salah dan pernyataan menjodohkan.
Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan objektif khususnya
pilihan ganda dan betul-salah lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat
pengukuran karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang
akan diukur dan lebih cepat.
Dalam penentuan kriterianya pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan memberikan penilaian dengan skala empat, yaitu :
1.

Kategori sangat rendah, apabila memiliki nilai benar < 40 %.

2.

Kategori rendah, apabila memiliki nilai benar 40% - 55%.

3.

Kategori cukup tinggi, apabila memiliki nilai benar 56%-75 %.

4.

Kategori tinggi, apabila memiliki nilai benar 76%-100 %.

2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. (Soekidjo N, 2003). Sikap merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan
motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan
tetapi adalah merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku. Sikap masih
merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. (Newcomb
dalam Notoatmodjo, 2003)
Berbagai tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003) terdiri dari :
a. Menerima (Receiving)
9

2

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
dtimulus yang diberikan (obyek)
b. Merespon (Responding)
Memberi

jawaban

apabila

ditanya,

mengerjakan

sesuatu

dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c.

Menghargai (Valuting)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap.
d.

Bertanggung Jawab (Responsile)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
Dalam penentuan kriterianya pengukuran sikap dapat dilakukan dengan
menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk
mengukur persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai
sebuah peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang
telah ditetapkan oleh peneliti. Skala ini merupakan suatu skala psikometrik
yang biasa diaplikasikan dalam angket dan paling sering digunakan untuk
riset yang berupa survei, termasuk dalam penelitian survei deskriptif.
Dalam penggunaan skala Likert, terdapat dua bentuk pertanyaan, yaitu
bentuk pertanyaan positif untuk mengukur skala positif, dan bentuk
pertanyaan negatif untuk mengukur skala negatif. Pertanyaan positif diberi
skor 5, 4, 3, 2, dan 1; sedangkan bentuk pertanyaan negati diberi skor 1, 2, 3,
4, dan 5 atau -2, -1, 0, 1, 2. Bentuk jawaban skala Likert antara lain: sangat
10

2

setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan tidak setuju. Selain itu, jawaban
setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert bisa juga mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata
antara lain: Sangat Penting (SP), Penting (P), Ragu-ragu (R), Tidak Penting
(TP), Sangat Tidak Penting (STP).
Skala Likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik
tanggapan positif ataupun negatif terhadap suatu pernyataan. Empat skala
pilihan juga kadang digunakan untuk kuesioner skala Likert yang memaksa
orang memilih salah satu kutub karena pilihan “netral” tak tersedia. Mengutip
dari buku Nazir M. “Metode Penelitian”, Ghalia Indonesia; Bogor; tahun
2005, dalam membuat skala Likert, ada beberapa langkah prosedur yang
harus dilakukan peneliti, antara lain :
1. Peneliti mengumpulkan item-item yang cukup banyak, memiliki relevansi
dengan masalah yang sedang diteliti, dan terdiri dari item yang cukup jelas
disukai dan tidak disukai.
2. Kemudian item-item itu dicoba kepada sekelompok responden yang cukup
representatif dari populasi yang ingin diteliti.
3. Responden di atas diminta untuk mengecek tiap item, apakah ia
menyenangi

(+)

atau

tidak

menyukainya

(-).

Respons

tersebut

dikumpulkan dan jawaban yang memberikan indikasi menyenangi diberi
skor tertinggi. Tidak ada masalah untuk memberikan angka 5 untuk yang
tertinggi dan skor 1 untuk yang terendah atau sebaliknya. Yang penting
adalah konsistensi dari arah sikap yang diperlihatkan. Demikian juga
11

2

apakah jawaban “setuju” atau “tidak setuju” disebut yang disenangi,
tergantung dari isi pertanyaan dan isi dari item-item yang disusun.
Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, responden
menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan
memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Biasanya disediakan lima
pilihan skala dengan format seperti:
a. Pertanyaan Positif (+)
Skor 1. Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali)
Skor 2. Tidak (setuju/baik/) atau kurang
Skor 3. Netral / Cukup
Skor 4. (Setuju/Baik/suka)
Skor 5. Sangat (setuju/Baik/Suka)
b. Pertanyaan Negatif (-)
Skor 1. Sangat (setuju/Baik/Suka)
Skor 2. (Setuju/Baik/suka)
Skor 3. Netral / Cukup
Skor 4. Tidak (setuju/baik/) atau kurang
Skor 5. Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali)
4. Total skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari skor
masing-masing item dari individu tersebut.
5. Respon dianalisis untuk mengetahui item-item mana yang sangat nyata
batasan antara skor tinggi dan skor rendah dalam skala total. Misalnya,
responden pada upper 25% dan lower 25% dianalisis untuk melihat
12

2

sampai berapa jauh tiap item dalam kelompok ini berbeda. Item-item
yang tidak menunjukkan beda yang nyata, apakah masuk dalam
skortinggi

atau

rendah

juga

dibuang

untuk

mempertahankan

konsistensi internal dari pertanyaan.
3. Merokok
a. Definisi Merokok
Merokok merupakan sebuah perilaku yang dapat meberikan
kenikmatan bagi si perokok. Namun dilain pihak dapat menimbulkan
dampak buruk bagi si perokok itu sendiri maupun orang-orang
disekitarnya, dan merokok merupakan salah satu perilaku yang lazim
ditemui dalam kehidupan sehari-hari (Bustan, 2007).
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum,
Nicotiana rustica dan spesies lainya atau sintesisnya yang mengandung
nikotin, Codan tar dengan atau bahan tambahan (PP RI No. 19 Tahun
2003).
Menurut jenisnya, rokok di Indonesia dibedakan menjadi beberapa
macam. Perbedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok bahan
baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan pengggunaan filter pada
rokok. Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200
diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi
tubuh. Beberapa zat yang sangat berbahaya yaitu nikotin, tar dan
karbonmonoksida (Gondodiputro, 2007).
13

2

b. Bahaya Rokok
Rokok merugikan kesehatan tidak hanya bagi perokok tetapi juga bagi
orang yang menghirup asaprokok. Dalam asap rokok terdapat zat-zat
diantaranya gas karbon monoksida (CO), nitrogen oksida, amonia,
benzene,

metanol,

perilen,

hidrogen

sianida,

akrolein,

asetilen,

benzaldehid, arsenikum, benzopiren, uretan, koumarin, ortokresol, dan
lain-lain (Nainggolan 2006). Dampak berbahaya yang dapat berakibat
buruk pada kesehatan antara lain :
1. Dampak pada paru-paru
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi
saluran nafas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel
mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak
(hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga
penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada
jaringan paru-paru terjadi peningkatan jumlah sel radang dan
kerusakan alveoli (Tandra, 2003). Akibat perubahan anatomi saluran
nafas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru
dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama
terjadinya penyakit paru obstruktif menahun (PPOM). Merokok
merupakan penyebab utama timbulnya kanker dan PPOM, termasuk
emfisema bronkitis kronis, dan asma (Tandra, 2003).
2. Dampak pada jantung

14

2

Nikotin dari rokok itu dapat menyebabkan denyut jantung tidak
teratur, serangan jantung karena akibat merokok ini, dapat terjadi
karena tiba-tiba yang mengakibatkan kematian. Juga karbon
monoksida pada rokok tersebut menghalangi masuknya oksigen
kepada jantung yang dapat mengakibatkan serangan jantung secara
tiba-tiba, apalagi kalau urat nadi pembuluh darah, yang membekali
otot-otot jantung dengan darah telah diendapi oleh penyakit karena
nikotin dan karbon monoksida dari rokok tersebut (Nainggolan 2006).
3. Dampak terhadap terjadinya kanker
Kanker yang dapat diderita seorang perokok. Kanker mulut dan
kanker bibir lebih banyak diderita perokok dibanding mereka yang
tidak merokok. Ini adalah disebabkan panas dari asap rokok itu
terutama kalau perokok itu menggunakan pipa. Perokok juga dapat
menderita penyakit kanker kerongkongan dan usus lima sampai
sepuluh kali lebih cenderung dari yang bukan perokok. Faktor utama
penyebab ini adalah karena unsur kimia seperti carsinogen, arsenic
dan bengopyrene yang terdapat pada rokok tersebut, yang merupakan
zat-zat penyebab kanker (Nainggolan, 2006).

15

2

B. Kerangka Teori

Tingkat Pengetahuan

Sikap

Bahaya Merokok

Perilaku Merokok

Perubahan Perilaku

Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi oleh Notoatmodjo (2007), Jaya (2009)

Keterangan :
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti

16

2

C. Kerangka Konsep

Tingkat Pengetahuan
dan Sikap
(X)

Bahaya Merokok
(Y)

Gambar 2.2 Kerangka Teori

17

2

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian deskriptif. Menurut Arikunto (2010: 3) penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal
lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk
laporan penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional,
artinya pengamatan penelitian dilakukan sekaligus dalam waktu yang sama
dan setiap subjek hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada Bulan Maret 2018 di
SD INPRES Tontalete, Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa Utara.
C. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 173), yang dimaksud populasi
penelitian adalah keseluruhan subyek penelitian. Subjek penelitian adalah
pihak-pihak yang dijadikan sebagai sempel dalam sebuah penelitian.
Berdasarkan pengertian di atas maka subyek dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas V yang berjumlah 25 orang dan siswa kelas VI yang
berjumlah 28 orang.

18

2

Tabel 3.1 Jumlah Populasi

Populasi
Laki-Laki
Perempuan

No.

Jumlah

Kelas
1.

V

16

9

25

2.

VI

16

12

28

D. Sampel
Sampel diambil dengan menggunakan metode Total Sampling, dan seluruh
siswa yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Metode Total Sampling
adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan
populasi (Sugiyono, 2007). Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang
harus dipenuhi disetiap masing-masing anggota populasi yang akan dijadikan
sampel. Sedangkan kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota
populasi yang tidak bisa dijadikan sebagai sampel penelitian (Kriteria inklusi
dan ekslusi menurut Notoatmodjo, 2010).
1. Kriteria inklusi :
a. Seluruh siswa kelas V dan VI yang aktif.
b. Bersedia menjadi responden penelitian.
2. Kriteria eksklusi :
Siswa kelas V dan VI yang tidak hadir pada saat pengambilan data.

19

2

E. Variabel Penelitian
Variabel yang akan diteliti yaitu variabel independen (variabel bebas) dan
variabel dependen (variabel terikat).
1. Variabel Independen : Pengetahuan dan Sikap
2. Variabel Dependen : Bahaya merokok
F. Definisi Operasional
1. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan responden tentang rokok secara umum, termasuk
bahaya rokok dan kandungan zat dalam rokok. Dengan menggunakan alat
ukur yaitu kuesioner, dengan kriteria penilaian sangat rendah, rendah, cukup
tinggi, tingi. Skala ordinal.
2. Sikap
Tingkat tanggapan atau penilaian dari responden. Dengan menggunakan
alat ukur kuesioner, dengan kriteria penilaian :
a. Positif (+)
Skor 1. Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali)
Skor 2. Tidak (setuju/baik/) atau kurang
Skor 3. Netral / Cukup
Skor 4. (Setuju/Baik/suka)
Skor 5. Sangat (setuju/Baik/Suka)
b. Negatif (-)
Skor 1. Sangat (setuju/Baik/Suka)
Skor 2. (Setuju/Baik/suka)
20

2

Skor 3. Netral / Cukup
Skor 4. Tidak (setuju/baik/) atau kurang
Skor 5. Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali)
G. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner
adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis
mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa
orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang
diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.
Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, yang nantinya akan
dianalisis menggunakan teknik statistik deskriptif dan dituangkan dalam
bentuk presentase.
Menurut Arikunto (2010: 203), instrumen penelitian adalah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap, dan sistematis sehinga lebih mudah diolah.
2. Teknik Pengumpulan Data
Data primer atau yang diambil secara langsung di lokasi penelitian
dengan cara membagikan kuesioner kepada siswa sesuai dengan jumlah
berdasarkan teknik pengambilan sampel, dan siswa hanya bisa mengisi
kuesioner satu kali saja.

21

2

H. Pengolahan Dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Langkah-langkan dalam pengolahan data :
a. Penyuntingan
Setelah kuesioner dibagikan dan diisi oleh responden, kuesioner
tersebut diperiksa untuk mengecek apakah ada kesalahan pada saat
pengisian.
b. Pengkodean
Setelah data diperiksa, peneliti melakukan pengkodean untuk
mempermudah dalam pengolahan data di aplikasi dalam komputer.
c. Pemasukan data
Setelah pengkodean, data hasil kuesioner dimasukkan kedalam master
tabel dengan menggunakan aplikasi software SPSS 16.0
d. Pembersian data
Setelah dimasukkan, akan diperiksa kembali untuk melihat jika ada
kesalahan kode, dan ketidaklengkapan dan selanjutnya dikoreksi.
2. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik
statistik deskriptif dalam bentuk presentase, untuk menggambarkan kondisi
tingkat pengetahuan dan bagaimana sikap dari siswa kelas V dan VI tentang
bahaya merokok. Data tingkat pengetahuan dan sikap siswa tentang bahaya
merokok kemudian akan dikumpul dan dideskripsikan dengan menggunakan
tabel distribusi frekuensi dan histogram, dilengkapi dengan perolehan skor,
22

2

mean, median, modus, dan standar deviasi. Selanjutnya data-data penelitian
ini akan diinterpretasikan dalam kalimat kualitatif.

23

2

DAFTAR PUSTAKA

John W. Santrok (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi kesebelas. Jakarta : PT.
Erlangga
Ma’ruf, Ali. 2015. Tingkat Pengetahuan Tentang Bahaya Merokok. Yogyakarta,
Universitas Negeri Yogyakarta
Pusat Promosi Kesehatan. Dampak merokok terhadap kesehatan remaja/smoking go
kills. (online) diakses dari Promkes.depkes.go.id28 Oktober2017
Didiet, 2017. Pengertian Skala Likert dan Contoh Cara Hitung Kuesionernya.
Jakarta (online) diakses dari https://www.diedit.com/skala-likert/ pada
tanggal 2 Oktober 2017
Novita, Riski. 2013. Tingkat Pengetahuan Remaja Putra Tentang Bahaya Rokok.
Surakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada
Wibowo, Adik. 2014. Kesehatan Masyarakat di Indonesia. PT Rajagrafindo Persada
Notoatmodjo, 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta, PT Rineka Cipta
Setyawan, Edi. Dkk. 2013. Perbedaan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Perokok Dan
Bukan Perokok Di SMP Negeri 1 Blado Kabupaten Batang. Jurnal
Keperawatan Vol. 2 No. 2 :124-132
Yosantaraputra, dkk. 2014. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Andalas tentang Rokok. Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)
Depkes RI.(2004). Bahaya-bahaya rokok bagi kesehatan. Jakarta.
Mohamad Adib. (2012). Pengetahuan, Ilmu, Filsafat Ilmu, dan Agama. Diakses dari
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/pengetahuan-ilmu-filsafatilmu-danagama/. Pada tanggal 07 Oktober 2017

24