Laporan Praktikum Kimia Dasar Sifat Koli

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II
“SIFAT KOLIGATIF LARUTAN”

Tanggal Praktikum : Selasa, 17 Februari 2015
Tanggal Laporan : Selasa, 03 Februari 2015
Disusun Oleh :
Ahmad Hanif Fahrudy

(1147040003)

Dini Meila Andriani

(1147040023)

Hadya Ayu Hajayasti

(1147040032)

Latifatunabila

(1147040037)


KIMIA 2-A
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG

2015

A.

TUJUAN PERCOBAAN

B.

1.
Mengetahui terjadinya peristiwa difusi.
2.
Mengetahui kelarutan zat terlarut pada pelarut Polar dan pelarut non-polar.
3.

Mengetahui pengaruh suhu pada kelarutan zat terlarut.
4.
Mengetahui titik didih beberapa larutan.
5.
Mengetahui harga faktor van’t Hoff.
DASAR TEORI
Difusi adalah peristiwa berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
yang berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah sehingga
mencapai titik kesetimbangan, dimana molekul-molekul dalam pelarut bebas
bergerak tanpa mengubah konsentrasi akhir larutan.
Kelarutan yaitu jumlah maksimum zat terlarut yang dapat larut pada suatu
pelarut pada suhu tertentu, dimana suhu mempengaruhi kelarutan zat terlarut.
Untuk kelarutan zat padat dan zat cair dalam cairan, semakin tinggi suhu, maka
kelarutan zat terlarut dalam suatu pelarut semakin besar. Tetapi untuk kelarutan
gas pada zat cair berbeda, semakin tinggi suhu, maka kelarutannya semakin
berkurang.
Sifat koligatif yaitu sifat larutan yang hanya bergantung pada jumlah
zatnya, dan tidak bergantung pada jenis zat tersebut. Yang disebut sebagai sifat
koligatif yaitu penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku,
dan tekanan osmotik.

Untuk kenaikan titik didih larutan nonelektrolit, berlaku:

∆ Td=T d −T ° d
Dimana Td adalah titik didih larutan dan T°d adalah titik didih pelarut
murni. Karena

∆ Td

berbanding lurus dengan penurunan tekanan uap, maka

kenaikan titik didih juga berbanding lurus dengan konsentrasi (molalitas) larutan.
Dengan kata lain,

∆ T d ∝m
∆ T d =K d ×m

1

Dimana m adalah moralitas larutan dan Kd adalah konstanta kenaikan titik
didih molal. Satuan Kd adalah °C/m

Sifat koligatif elektrolit memerlukan pendekatan yang sedikit berbeda
daripada yang digunakan untuk sifat koligatif nonelektrolit. Alasannya adalah
karena elektrolit terurai menjadi ion-ion dalam larutan, dan dengan demikian satu
satuan senyawa elektrolit terpisah menjadi dua atau lebih partikel bila dilarutkan.
Hal inilah yang menyebabkan sifat koligatif elektrolit lebih besar dibandingkan
sifat koligatif nonelektrolit.
C.

ALAT DAN BAHAN
1.
Alat

2.

a. Gelas beker
b. Pipet tetes
c. Tabung reaksi
d. Spatula
e. Pembakar bunsen
f. Kaki tiga

g. Kawat kasa
h. Termometer
i. Neraca analitik
j. Pengaduk gelas
Bahan
a.
b.
c.
d.
e.
f.

D.

Aquades
K2SO4
C6H14
NaCl
CaCl2.2H2O
C11H22O11


1 buah
1 buah
8 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
g.
h.
i.
j.
k.

C10H8
K2SO4
Na2SO4

KCl
KNO3

CARA KERJA
1.
Difusi
a.
Mengisi gelas beker dengan aquades, lalu mendiamkan supaya
b.
2.

permukaan aquades diam dan tenang.
Meneteskan larutan K2CrO4 yang berwarna kuning ke dalam aquades

lalu mengamati perubahan larutan.
Kelarutan
a.
Memasukkan masing-masing 1 mL aquades ke dalam 6 tabung reaksi.
b.
Memasukkan masing-masing 1 mL heksana ke dalam 6 tabung reaksi.

c.
Memasangkan ke-6 tabung reaksi, yang satu berisi aquades dan yang
lainnya berisi heksana, sehingga menjadi 6 pasang.

2

3.

4.

E.

d.

Memasukkan NaCl sebanyak 0,1 gram ke dalam sepasang tabung

e.

reaksi, lalu menggoyangnya dengan tangan.
Memasukkan 0,1 gram CaCl2.2H2O ke dalam sepasang tabung reaksi,


f.

lalu menggoyangkannya dengan tangan.
Memasukkan 0,1 gram C11H22O11 ke dalam sepasang tabung reaksi,

g.

lalu menggoyangkannya dengan tangan.
Memasukkan 0,1 gram C10H8 ke dalam sepasang tabung reaksi, lalu

menggoyangkannya dengan tangan.
h.
Mengamati apa yang terjadi pada masing-masing tabung reaksi.
Efek suhu pada kelarutan
a.
Mengisi gelas beker dengan 50 mL aquades, lalu memanaskannya.
b.
Memasukkan termometer ke dalam tabung reaksi.
c.

Memasukkan 2 gram K2SO4 ke dalam tabung reaksi.
d.
Memasukkan 7 gram Na2SO4 ke dalam tabung reaksi.
e.
Memasukkan 5 gram KCl ke dalam tabung reaksi.
f.
Menghentikan pemanasan aquades ketika suhu mencapai 39 °C.
g.
Menambahkan 10 mL aquades hangat ke dalam masing-masing
h.
i.

tabung reaksi, lalu menggoyangkannya dengan tangan.
Mengamati padatan yang tersisa.
Melanjutkan pemanasan aquades, lalu menghentikannya ketika suhu

j.

mencapai 68 °C.
Memasukkan ketiga tabung reaksi ke dalam aquades hangat tersebut,


k.
l.

kemudian mengaduknya dengan pengaduk gelas.
Mengamati padatan yang tersisa.
Memanaskan aquades hingga suhu mencapai

81

°C,

lalu

menghentikan pemanasan.
m.
Mengaduk larutan di dalam tabung reaksi dengan pengaduk gelas.
n.
Mengamati padatan yang tersisa pada tabung reaksi.
Sifat koligatif
a.
Mengambil 10,1 gram KNO3, lalu memasukkan ke dalam gelas beker.
b.
Mengambil 10 mL air, lalu memasukkan ke dalam gelas beker yang
c.
d.
e.

berisi KNO3, kemudian mengaduknya dengan pengaduk gelas.
Memanaskan larutan tersebut hingga mendidih.
Mencatat suhu larutan ketika pertama kali mendidih.
Mengambil 19,2 gram C11H22O11, lalu memasukkan ke dalam gelas

f.

beker.
Mengambil 10 mL air, lalu memasukkan ke dalam gelas beker yang

berisi C11H22O11, kemudian mengaduknya dengan pengaduk gelas.
g.
Memanaskan larutan tersebut hingga mendidih.
h.
Mencatat suhu larutan ketika pertama kali mendidih.
i.
Menghitung faktor van’t Hoff masing-masing larutan.
HASIL PENGAMATAN
1.
Difusi

Bahan

Ciri fisik

Perlakuan

Pengamatan

3

Mula-mula
K2CrO4
menyeb

Cairan
kuni
K2CrO4

Setelah 1 menit
Larutan membentuk 2

ng
trans
para

ar
Diberi 10

secara

tetes

merata

air

ke
seluruh

n

permuk
aan air

2.

fasa

dan

lebih

terlihat

pekat

bagian

di

bawah.

Bagian atas larutan
berwarna

bening,

sedangkan larutan
bagian

bawah

berwarna

kuning

transparan

Kelarutan

Bahan

Ciri fisik
Serbuk
puti

Dilarutkan dalam
Satu mL air

h
NaCl

Pengamatan
Mula-mula
Setelah diagitasi
Larut, berwarna
Belum larut
bening
Tidak
larut,
solvent dan

sepe
rti

Satu mL heksana

Belum larut

puti
CaCl2.

Satu mL air

Belum larut

h

2H2

sepe

O

rti

Satu mL heksana

Belum larut

tetap
putih
Larut, berwarna

Satu mL air

Belum larut

putih

Belum larut

kecoklatan
Tidak
larut,

h
keco

bening
Tidak larut, solut

berwarna

al
Serbuk
puti

putih
Larut, berwarna

dan solvent

krist
C12H22O11

tetap

berwarna

krist
al
Serbuk

solut

Satu mL heksana

4

solven dan
solut
klata

berwarna

n
Serbuk

putih
Tidak larut, solut

puti
h
C10H8

dan solven
Satu mL air

Belum larut

tetap

sepe

berwarna

rti
krist

Satu mL heksana

Belum larut

putih
Larut, berwarna
bening

al
3.

Efek suhu pada kelarutan

Tinggi
Bahan

Ciri fisik

Perlakuan

Suhu

endap
an

Dilarutkan dalam
Serbuk
ber
K2SO4

wa
rna
put
ih

Na2SO4

tetap

Serbuk

10 mLair,

39 °C

3 cm

65 °C

2 cm

Keteranga
n
Warna
larut

kemudian

an

dipanaskan.

dan

Pada suhu

zat

39 °C, 65

81 °C

1 cm

terlar

°C, dan 81

ut

°C,dilakuka

tetap

n

putih

penghentian

ber

pemanasan

wa

dan

rna

dilakukan

put

agitasi

39 °C

6 cm

65 °C

5 cm

81 °C

2,5 cm

Warna
larut
an
dan
zat

5

ih

terlar
ut

Serbuk

39 °C

7 cm

65 °C

3,5 cm

larut
an

ber

dan

wa

KCl

Warna

zat

rna
81 °C

put

2 cm

terlar
ut

ih

tetap
putih

4.

Sifat koligatif

Bahan
KNO3

Ciri fisik

Perlakuan

Padatan

Dilarutkan

putih

dalam

Suhu mendidih
101 °C

10

Padatan

mL
Padatan
C12H22O11

melarut

aquad

putih

es

kecokl

kemu

atan

dian

Keterangan

seluruhny
101 °C

a ketika
mendidih

dipan
askan
5.

Perhitungan
Molalitas KNO3:

m=

gram
1000
10,1 1000
×
=
×
=10 molal
mr
pelarut 101
10

Faktor van’t Hoff KNO3:

6

∆ Td=i × Kd × m
∆ Td
1
i=
=
=0,19
Kd ×m 0,52×10
6.

Reaksi:
a.
Difusi:
K2CrO4(aq)+2H2O(l)→H2CrO4(aq)+2KOH(aq)
b.

F.

Kelarutan:

NaCl(s)+H2O(l)→HCl(aq)+NaOH(aq)
CaCl2.2H2O(s)+2H2O(l)→2HCl(aq)+CaOH(aq)+2H2O(l)
C12H22O11(s)+H2O(l)→C6H12O6(aq)+ C6H12O6(aq)
C10H8(aq)+C6H14(l)→2C8H8(aq)+3H2(g)
c.
Efek suhu pada kelarutan:
K2SO4(s)+2H2O(l)→H2SO4(aq)+2KOH(aq)
Na2SO4(s)+2H2O(l)→H2SO4(aq)+2NaOH(aq)
KCl(s)+H2O(l)→HCl(aq)+KOH(aq)
d.
Sifat koligatif:
KNO3(s)+H2O(l)→HNO3(aq)+KOH(aq)
C12H22O11(s)+H2O(l)→C6H12O6(aq)+ C6H12O6(aq)
PEMBAHASAN
1.
AHMAD HANIF FAHRUDY
Praktikum kali ini mempelajari tentang difusi, kelarutan, efek suhu
pada kelarutan, dan sifat koligatif larutan. Percobaan pertama yaitu tentang
proses difusi.
Untuk mempelajari proses difusi, kami menggunakan aquades sebagai
pelarut dan senyawa K2CrO4. Mula-mula air sebagai pelarut diletakkan di
tempat yang datar dan tenang dari guncangan. Setelah permukaan air terlihat
tenang, kami memberi 10 tetes K2CrO4. Setelah kami menetesi dengan
K2CrO4 yang berwarna kuning transparan, solut tersebut menyebar ke
seluruh permukaan air, sehingga air menjadi kuning transparan seluruhnya.
Beberapa detik berlalu, permukaan larutan menjadi terlihat lebih kuning
pada bagian dasar gelas beker, sedangkan bagian atas menjadi bening
(terbentuk 2 fasa).
Peristiwa di atas telah menjelaskan tentang difusi, yaitu peristiwa
berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian yang berkonsentrasi tinggi
ke

bagian

yang

berkonsentrasi

rendah

sehingga

mencapai

titik

kesetimbangan, dimana molekul-molekul dalam pelarut bebas bergerak
tanpa mengubah konsentrasi akhir larutan. Meskipun terbentuk 2 fasa pada
percobaan tersebut, proses pembentukan 2 fasa tersebut tidak termasuk
peristiwa difusi, karena dari hasil pengamatan terlihat bahwa larutan bagian
bawah lebih pekat dan lebih berwarna dibandingkan larutan bagian atas.

7

Percobaan yang kedua yaitu tentang kelarutan zat terlarut pada pelarut
Polar dan pelarut non-polar. Pelarut Polar yang kami gunakan yaitu air murni
(H2O), sedangkan pelarut non-polar yang kami gunakan yaitu heksana
(C6H14).
Senyawa yang kami gunakan untuk mengetahui kelarutan zat terlarut
yaitu Natrium klorida (NaCl), Kalsium klorida dihidrat (CaCl 2.2H2O), gula
pasir (C12H22O11), dan Naftalena (C10H8).
Pertama, kami melarutkan Natrium klorida ke dalam air dan heksana.
Tetapi, hanya air yang dapat melarutkan Natrium klorida. Natrium klorida
adalah senyawa ionik, sehingga apabila terlarut dalam air menghasilkan 2
ion, yaitu Na+ dan Cl-. Senyawa Natrium hidroksida dapat larut dalam
larutan Polar meskipun bukan termasuk senyawa Polar. Ini disebabkan
karena senyawa Natrium klorida merupakan senyawa elektrolit yang
menghasilkan ion-ion dalam larutan. Ion-ion tersebut mengalami proses
solvasi karena ion-ion tersebut dikelilingi oleh molekul pelarut yang
memiliki susunan tertentu. Dalam air, reaksi ini menghasilkan produk berupa
Asam klorida (HCl), dan Natrium hidroksida (NaOH). Senyawa NaCl tidak
dapat larut dalam heksana karena bukan merupakan larutan yang sejenis,
sehingga lebih susah larut.
Kedua, kami melarutkan Kalsium klorida dihidrat (CaCl 2.2H2O) ke
dalam air dan heksana. Hasilnya, Kalsium klorida dihidrat dapat larut dalam
air, tetapi tidak dapat larut dalam heksana. Ini disebabkan karena senyawa
CaCl2.2H2O merupakan senyawa ionik dan juga senyawa elektrolit
sebagaimana senyawa Natrium klorida. CaCl 2.2H2O yang terlarut dalam air
menghasilkan 3 ion, yaitu 1 ion Ca 2+ dan 2 ion Cl-. Ion-ion dari senyawa
CaCl2.2H2O juga mengalami solvasi sebagaimana NaCl. Produk yang
dihasilkan dari reaksi ini yaitu Asam klorida (HCl), Kalsium hidroksida
(CaOH), dan air (H2O). Kalsium klorida dihidrat tidak dapat larut dalam
heksana karena bukan merupakan larutan sejenis, sehingga lebih susah larut.
Yang ketiga yaitu gula pasir yang dilarutkan dalam air dan heksana.
Gula pasir atau sukrosa (C12H22O11) dapat larut dalam air, tetapi tidak dapat
larut dalam heksana. Gula pasir merupakan senyawa kovalen Polar, karena
tidak dapat larut dalam pelarut non-polar seperti heksana. Dalam air, reaksi
ini menghasilkan produk berupa glukosa dan fruktosa dalam bentuk larutan.

8

Reaksi yang keempat yaitu naftalena yang dilarutkan dalam air dan
heksana. Berdasarkan hal pengamatan kami, naftalena tidak larut dalam air,
tetapi larut dalam heksana. Ini disebabkan karena naftalena merupakan
senyawa yang berikatan kovalen non-polar, sehingga lebih mudah larut
dalam pelarut non-polar. Dalam heksana, reaksi ini menghasilkan produk
berupa larutan benzena dan gas hidrogen.
Percobaan selanjutnya yaitu mengenai efek suhu pada kelarutan zat
terlarut. Kami menggunakan senyawa ionik seperti Kalium sulfat (K 2SO4),
Natrium sulfat (Na2SO4), dan Kalium klorida (KCl) sebagai bahan
percobaan, sedangkan pelarut yang kami gunakan yaitu air.
Dua gram Kalium sulfat, 7 gram Natrium sulfat, maupun 5 gram
Kalium klorida setelah dilarutkan dalam 10 mL air pada suhu 39 °C dan
diaduk, padatan masih belum terlarut seluruhnya. Ketika larutan tersebut
dipanaskan hingga suhu mencapai 65 °C dan diaduk, padatan yang tersisa
tadi belum sepenuhnya melarut, tetapi telah terjadi pengurangan padatan.
Ketika dipanaskan lagi hingga suhu 81 °C, terjadi pengurangan padatan
dengan selisih yang cukup besar bila dibandingkan dengan padatan yang
tersisa ketika sebelum dipanaskan. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
suhu larutan, maka kelarutan zat terlarut akan semakin besar, karena dengan
bertambahnya suhu, ion-ion dalam larutan semakin mudah bertumbukan,
sehingga ion-ion zat terlarut mengalami solvasi dengan molekul-molekul air.
Percobaan yang terakhir yaitu tentang sifat koligatif larutan. Disini
kami mempelajari sifat koligatif tentang kenaikan titik didih larutan.
Senyawa yang kami gunakan yaitu senyawa ionik dan senyawa kovalen
Polar, karena keduanya mudah larut dalam air. Senyawa ionik yang kami
gunakan yaitu 10,1 gram Kalium nitrat (KNO 3), sedangkan untuk senyawa
kovalen Polar yaitu 19,2 gram sukrosa (C12H22O11).
Setelah melarutkan kedua senyawa tersebut dalam 10 mL air, kami
memanaskannya diatas pembakar Bunaken dan menunggu hina kedua
larutan mendidih, sambil diaduk hingga larut. Ketika kedua larutan
mendidih, tidak ada padan yang tersisa sedikitpun. Kalium nitrat mendidih
pada suhu 101 °C, sedangkan larutan sukrosa mendidih pada suhu 101 °C.
Kalium nitrat apabila dilarutkan dalam air, maka ion-ionnya (K +) dan
(NO3-), mengalami solvasi. Karena sifat koligatif hanya bergantung pada
jumlah zat yang terlarut, Kalium nitrat memiliki dua zat terlarut, yaitu ion K +

9

dan ion NO3-. Seharusnya larutan kalium nitrat jika dipanaskan akan
mendidih pada suhu yang lebih tinggi dibandingkan larutan glukosa yang
hanya memiliki 1 macam zat terlarut.

Ini mungkin disebabkan karena

kesalahan pengamatan meniskus pada termometer, pengaruh suhu ruangan
yang menyebabkan suhu larutan menjadi lebih rendah, maupun karena
penggunaan termometer yang menempel pada dasar gelas beker sehingga
2.

mengurangi ketelitian pengukuran.
DINI MEILA ANDRIANI
Pada praktikum kali ini yaitu mengenai sifat koligatif terdapat empat
kali percobaan. Percobaan pertama yaitu difusi, percobaan ke dua mengenai
kelarutan, percobaan ketiga mengenai efek suhu pada kelarutan, dan
percobaan yang keempat mengenai sifat koligatif.
Percobaan pertama yaitu mengenai difusi. Pada percobaan ini
digunakan ini digunakan H2O(aq) dengan zat pewarna K2CrO4. Setelah 1
menit H2O(aq) yang ditetesi 10 tetes K2CrO4 menjadi berwarna kuning dengan
tampak fasa yang berbeda. Peristiwa mengalir/berpindahnya suatu zat dalam
pelarut dari bagian yang berkonsentrasi tinggi kebagian yang berkonsentrasi
rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada pada kedua larutan disebut gradient
konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas
secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan
molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi.
Percobaan kedua yaitu kelarutan. Suatu zat dapat larut dalam pelarut
tertentu tetapi jumlahnya selalu terbatas. Batas itu disebut kelarutan.
Kelarutan adalah suatu zat yang dapat melarut pada sejumlah pelarut pada
suhu tertentu sampai membentuk larutan jenuh. Pada percobaan kelarutan ini
digunakan senyawa (bahan) NaCl (Natrium Klorida), CaCl 2.2H2O (Kalsium
Klorida Dihidrat), C12H22O11 (Gula), dan C10H8 (Naftalena). Masing masing
senyawa (bahan) dilarutkan dalam H 2O(aq) dan C6H14 (Heksana). Sebanyak 1
sendok spatula NaCl dilarutkan dengan H2O(aq) membentuk senyawa NaOH
dengan HCl, NaCl larut dalam air karena NaCl merupakan ikatan ionik
(senyawa yang dapat larut dalam air tetapi tidak dapat larut dalam pelarut
organik seperti alcohol dan benzene). Sebanyak 1 sendok spatula
CaCl2.2H2O (Kalsium Klorida Dihidrat) dilarutkan dalam H 2O(aq) ,
CaCl2.2H2O dapat larut dalam air karena senyawa ini mempunyai ikatan
ionik yang dapat larut dalam air sepeti halnya NaCl. Sebanyak 1 sendok

10

spatula C12H22O11 (Gula) dilarutkan dalam H 2O(aq), C12H22O11 dapat larut
dalam air karena senyawa ini mempunyai ikatan kovalen Polar (jika dua
senyawa yang memiliki ikatan yang sama dicampur/disatukan, maka
keduanya akan saling melarutkan. Sebanyak 1 sendok spatula C 10H8
(Naftalena) dilarutkan dalam H2O(aq), C10H8 (Naftalena) tidak dapat larut
dalam air karena senyawa ini mempunyai ikatan kovalen non-polar
sedangkan H2O(aq) mempunyai ikatan kovalen Polar.
Percobaan selanjutnya yaitu percobaan yang dilarutkan dengan C 6H14
(Heksana). Sebanyak 1 sendok spatula NaCl dilarutkan dengan C 6H14
(Heksana). NaCltidak larut dalam C6H14 (Heksana) karena NaCl merupakan
ikatan ionik (senyawa yang dapat larut dalam air tetapi tidak dapat larut
dalam pelarut organik seperti alkohol dan benzena). Sebanyak 1 sendok
spatula CaCl2.2H2O (Kalsium Klorida Dihidrat) dilarutkan dalam C 6H14
(Heksana), CaCl2.2H2O tidak dapat larut dalam C6H14 (Heksana) karena
senyawa ini mempunyai ikatan ionik (senyawa yang dapat larut dalam air
tetapi tidak dapat larut dalam pelarut organik seperti alkohol dan benzena).
Sebanyak 1 sendok spatula C12H22O11 (Gula) dilarutkan dalam C6H14
(Heksana), C12H22O11 dapat tidak larut dalam C6H14 (Heksana) karena
senyawa ini mempunyai ikatan kovalen Polar sedangkan C6H14 (Heksana)
mempunyai ikatan kovalen non-polar. C10H8 (Naftalena) dilarutkan dalam
C6H14 (Heksana), C10H8 (Naftalena) tidak dapat larut dalam C6H14 (Heksana)
karena senyawa ini mempunyai ikatan kovalen non-polar , C10H8 (Naftalena)
akan larut dalam benzena.
Percobaan ketiga mengenai efek suhu pada kelarutan. Pada percobaan
ini digunakan senyawa (bahan) yaitu K 2SO4, Na2SO4, dan KCl pada suhu
300C – 400C, 600C – 700C, dn 800C – 900C. Sebanyak 2 g K2SO4 tinggi
mula-mula 3cm, ditambahkan H 2O(aq) yang bersuhu 390C sebanyak 10 ml,
K2SO4 larut sebagian sehingga tingginya menjadi 2 cm, lalu kemudian
dipanaskan dalam air yang bersuhu 65 0C, larutan K2SO4 larut kembali
sebgian dengan tingginya menjadi 1cm, kemudian di panaskan lagi dalam air
yang bersuhu 820C, K2SO4 tersebut kembali larut. Sebanyak 7 g Na 2SO4
tinggi mula-mula 6,5 cm, ditambahkan H2O(aq) yang bersuhu 390C sebanyak
10 ml, Na2SO4 larut sebagian sehingga tingginya menjadi 5cm, lalu
kemudian dipanaskan dalam air yang bersuhu 65 0C, larutan Na2SO4 larut

11

kembali sebgian dengan tingginya menjadi 2,5 cm, kemudian di panaskan
lagi dalam air yang bersuhu 820C, Na2SO4 tersebut kembali larut. Sebanyak
5 g KCl tinggi mula-mula 7 cm, ditambahkan H 2O(aq) yang bersuhu 360C
sebanyak 10 ml, KCl larut sebagian sehingga tingginya menjadi 5 cm, lalu
kemudian dipanaskan dalam air yang bersuhu 68 0C, larutan KCl larut
kembali sebgian dengan tingginya menjadi 3,5 cm, kemudian di panaskan
lagi dalam air yang bersuhu 820C, KCl tersebut kembali larut. Kelarutan
suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut,
juga bergantung pada faktor temperatur (suhu). Pengaruh suhu pada
kelarutan zat berbeda beda antara yang satu dengan yang lainnya, tetapi pada
umumnya kelarutan zat padat dalam cairan bertambah dengan naiknya
suhukarena kebanyakan proses pembentukan larutan bersifat endoterm,
tetapi ada zat yang sebaliknya, yaitu eksoterm dalam melarut. Percobaan ini
sesuai dengan percobaan bahwa semakin tinggi suhu maka akan semakin
cepat proses kelarutan terjadi.
Percobaan keempat yaitu mengenai sifat koligatif larutan. Sifat
koligatif adalah sifat yang bergantung pada jumlah zat yang terlarut. Pada
percobaan ini dilakukan pemanasan KNO 3 dan C12H22O11 (Gula) dengan
H2O(aq). Sebanyak 10,1 g KNO3ditambahkan 10 ml H2O(aq) lalu dipanaskan
hingga mendidih, titik didih larutan KNO 3 yaitu 1010C. KNO3 merupakan
senyawa ionik yang dapat larut dalam air dan tidak dapat larut dalam pelarut
organic seperti alcohol dan benzena. KNO 3 merupakan senyawa elektrolit
sehingga dapat dicari faktor van hoff’nya dengan persamaan. Tb – Tb 0 = m
x kb x i. di dapatlah hasil dari perhitungan tersebut i sebesar 0,19.
KNO3(s) + H2O(aq)  HNO3(aq) + KOH(aq)
Sebanyak 19,2 g C12H22O11 (Gula) ditambahkan 10 ml H2O(aq) lalu
dipanaskan hingga mendidih, titik didih larutan C 12H22O11 (Gula)

yaitu

1010C. C12H22O11 (Gula) merupakan senyawa kovalen Polar yang dapat larut
dalam air dan tidak dapat larut dalam pelarut organic seperti alcohol dan
benzena. C12H22O11 (Gula) merupakan senyawa nonelektrolit sehingga tidak
ada faktor van hoff’nya.
C12H22O11(s) + H2O(aq)  larutan gula

12

3.

HADYA AYU HAJAYASTI
Pada percobaan pertama, yaitu difusi. Difusi adalah peristiwa
berpindahnya molekul-molekul zat terlarut yang bergerak dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Difusi akan
terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau
mencapai keadaan setimbang, dimana perpindahan molekul tetap terjadi
walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi.
Dalam percobaan ini, untuk membuktikan adanya proses Difusi, kami
mereaksikan air sebanyak 75 mL sebagai pelarut dan larutan berwarna
K2CrO4 sebagai terlarut. Disini cairan K 2CrO4 berwarna kuning. Sehingga
saat kita tetesi

±10

tetes K2CrO4 ke dalam air. Pada awalnya Air dan

K2CrO4 bercampur menjadi warna kuning. Tetapi setelah di diamkan selama
1 menit, larutan terpisah menjadi 3 lapisan. Lapisan dipermukaan atas
terdapat sedikit cairan K2CrO4 ,lalu lapisan tengah air yang warnanya tetap
bening, dan lapisan bawah adalah cairan K 2CrO4 yang berwarna kuning
terang.
Hal ini terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi , berdasarkan
hasil pengamatan cairan K2CrO4 berada di bawah, ini berarti konsentrasi
K2CrO4 lebih

tinggi

daripada

air.

Molekul-molekul

K 2CrO4 yang

berkonsentrasi tinggi berpindah, dan berhenti sampai keadaan setimbang.
Lalu cairan K2CrO4 yang berada di lapisan atas adalah sisa dari cairan
K2CrO4 yang belum berpindah, ini dikarenakan cairan K2CrO4 memiliki
ukuran partikel yang lebih tinggi sehingga cairan ini membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk mencapai keadaan setimbang.
Pada percobaan kedua, yaitu kelarutan. Kelarutan adalah kemapuan
suatu zat terlarut (solute) untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Dalam
percobaan ini, kami menguji kelautan dari empat bahan ini : NaCl, Gula,
Kalsium klorida dihidrat (CaCl(2H2O)) dan Naftalena (C10H8) dalam pelarut
yang berbeda, yaitu air (pelarut Polar) dan heksana (pelarut non-polar).
Reaksi pertama, kami mereaksikan 1 mL air dengan NaCl sebanyak 1
sendok spatula. Lalu kemudian diagitasikan dengan agak kuat. Dan hasil

13

yang didapat adalah NaCl larut dengan air, larutan juga menjadi keruh , dan
tidak berbau. Maka ini sesuai teori bahwa Polar melarutkan Polar.
Selanjutnya, kami mengganti pelarut dengan 1 mL heksana dan
mereaksikan dengan NaCl sebanyak 1 sendok spatula. Lalu kemudian
diagitasikan dengan agak kuat. Dan hasil yang didapat adalah NaCl tidak
dapat larut dengan heksana, namun mengendap dengan warna endapan putih.
Ini disebabkan karena NaCl merupakan senyawa Polar, sedangkan heksana
merupakan senyawa non-polar. NaCl tidak dapat larut dalam heksana karena
molekul pelarut non-polar tidak memiliki momen dipol, molekul ini tidak
secara efektif mensolvasi ion Na+ dan Cl-. Berikut adalah persamaan
rekasinya :
NaCl + H2O

→ HCl + NaOH

NaCl + C6H14 → HCl + NaC6H13
Reaksi kedua, kami mereaksikan 1 mL air dengan Gula sebanyak 1
sendok spatula. Lalu kemudian diagitasikan dengan agak kuat. Dan hasil
yang didapat adalah Gula dapat larut dengan air, dengan warna larutan
menjadi sedikit keruh kekuningan , dan tidak berbau. Gula dapat larut karena
gula merupakan senyawa kovalen Polar dan air adalah senyawa Polar.
Selanjutnya, kami mengganti pelarut dengan 1 mL heksana dan
mereaksikan dengan Gula sebanyak 1 sendok spatula. Lalu kemudian
diagitasikan dengan agak kuat. Dan hasil yang didapat adalah Gula tidak
dapat larut dengan heksana, namun menggumpal dan mengendap didasar
tabung dengan warna endapan putih. Ini disebabkan karena NaCl merupakan
senyawa Polar, sedangkan heksana merupakan senyawa non-polar.
Reaksi ketiga, kami mereaksikan 1 mL air dengan Kalsium klorida
dihidrat sebanyak 1 sendok spatula. Lalu kemudian diagitasikan dengan agak
kuat. Dan hasil yang didapat adalah Kalsium klorida dihidrat dapat larut
dengan air, dengan warna larutan menjadi sedikit keruh keputihan. Kalsium
klorida dihidrat dapat larut karena Kalsium klorida dihidrat merupakan
senyawa Polar dan air adalah senyawa Polar.

14

Selanjutnya, kami mengganti pelarut dengan 1 mL heksana dan
mereaksikan dengan Kalsium klorida dihidrat sebanyak 1 sendok spatula.
Lalu kemudian diagitasikan dengan agak kuat. Dan hasil yang didapat adalah
Kalsium klorida dihidrat tidak dapat larut dengan heksana, namun
menggumpal dan mengendap didasar tabung dengan warna endapan putih.
Ini disebabkan karena Kalsium klorida dihidrat merupakan senyawa Polar,
sedangkan heksana merupakan senyawa non-polar.
Reaksi keempat, kami mereaksikan 1 mL air dengan Naftalena
sebanyak 1 sendok spatula. Lalu kemudian diagitasikan dengan agak kuat.
Dan hasil yang didapat adalah Naftalena tidak dapat larut dengan air, namun
menggumpal dan mengendap didasar tabung dengan warna endapan putih.
Naftalena tidak dapat larut karena Naftalena merupakan senyawa non-polar
dan air adalah senyawa Polar.
Selanjutnya, kami mengganti pelarut dengan 1 mL heksana dan
mereaksikan dengan Naftalena sebanyak 1 sendok spatula. Lalu kemudian
diagitasikan dengan agak kuat. Dan hasil yang kami peroleh adalah
Naftalena tidak dapat larut dengan heksana, keadaan larutan sedikit keruh.
Seharusnya Naftalena ini dapat larut dengan heksana. Ini disebabkan karena
Naftalena merupakan senyawa non-polar, sedangkan heksana merupakan
senyawa non-polar. Perbedaan hasil yang kami dapat dengan teori, bisa
dikarenakan faktor suhu atau faktor saat pengagitasi kurang lama.
Pada percobaan yang ketiga, yaitu Efek suhu pada kelarutan. Kami
menguji dengan menggunakan 3 bahan, yaitu : K 2SO4 (Kalium Sulfat),
Na2SO4 (Natrium Sulfat), dan KCl. Dimana kami akan membandingkannya
pada suhu yang berbeda, yaitu : pada suhu 30°-40°C, 60°-70°C, dan 80°90°C.
Pertama, terlebih dahulu kami memanaskan 50 mL Aquades. Dan
ketika suhu air menjangkau 30°-40°C kami menghentikan pemanasan dan
menambahkan 10 mL air hangat tersebut ke masing-masing tabung reaksi
yang sudah di isi 2 g K 2SO4, 7 g Na2SO4, dan 5 g KCl. Dan hasil yang
didapat adalah:

15

(1)

10 mL Aquades direaksikan dengan 2 g K2SO4, pada suhu 30°-40°C ini
Kalsium sulfat belum larut dalam Aquades. Melainkan masih
mengendap dengan keadaan warna tidak berubah dan endapan

(2)

berwarna putih. Dan juga tinggi endapan tidak berubah yaitu 3cm.
10 mL Aquades direaksikan dengan 7 g Na 2SO4, pada suhu 30°-40°C
ini Natrium sulfat belum larut dalam Aquades. Melainkan masih
mengendap dengan keadaan warna tidak berubah dan endapan

(3)

berwarna putih. Dan juga tinggi endapan tidak berubah yaitu 6,5cm.
10 mL Aquades direaksikan dengan 5 g KCl , pada suhu 30°-40°C ini
KCl belum larut dalam Aquades. Melainkan masih mengendap dengan
keadaan warna tidak berubah dan endapan berwarna putih. Dan juga
tinggi endapan tidak berubah yaitu 7cm.
Selanjutnya, Aquades yang masih tersisa 20 mL dari pemanasan awal

dipanaskan kembali hingga suhu 60°-70°C dan kedalam beaker glass besar
tersebut dimasukkan kembali 3 tabung reaksi. Sehingga, hasil pengamatan
yang didapatkan adalah:
(1)

Pada tabung berisi Aquades ditambahkan 2 g K 2SO4, pada suhu 60°70°C ini Kalsium sulfat sedikit melarut dalam Aquades. Bisa dilihat
dari berkurangnya endapan menjadi 2cm. Keadaan warna tidak
berubah dan endapan masih berwarna putih. Dan juga dalam tabung

(2)

reaksi terlihat adanya gelembung.
Pada tabung berisi Aquades ditambahkan 7 g Na2SO4, pada suhu 60°70°C ini Natrium sulfat sedikit melarut dalam Aquades. Bisa dilihat
dari berkurangnya endapan menjadi 5cm. Keadaan warna tidak
berubah dan endapan masih berwarna putih. Dan juga dalam tabung

(3)

reaksi terlihat adanya gelembung.
Pada tabung berisi Aquades ditambahkan 5 g KCl , pada suhu 60°-70°C
ini KCl sedikit melarut dalam setengahnya. Bisa dilihat dari
berkurangnya endapan menjadi 3,5cm. Keadaan warna tidak berubah
dan endapan masih berwarna putih. Dan juga dalam tabung reaksi
terlihat adanya gelembung.
Lalu yang terakhir, Aquades dipanaskan kembali hingga suhu 80°-

90°C dan masukkan kembali 3 tabung reaksi ke dalam beaker glass besar

16

sambil mengaduknya tau meng-agitas kembali. Sehingga, hasil pengamatan
yang didapatkan adalah:
(1)

Pada tabung berisi Aquades ditambahkan 2 g K 2SO4, pada suhu 80°90°C ini larutan Kalsium sulfat melarut setengahnya dalam Aquades.
Bisa dilihat dari berkurangnya endapan menjadi 1cm. Keadaan warna
tidak berubah dan endapan masih berwarna putih. Dan juga dalam
tabung reaksi terlihat lebih banyak gelembung. Larutan ini tetap tidak

(2)

melarut sampai suhu tidak naik lagi dan tetap disuhu 82°C.
Pada tabung berisi Aquades ditambahkan 7 g Na2SO4, pada suhu 80°90°C ini larutan Natrium sulfat melarut setengahnya dalam Aquades.
Bisa dilihat dari berkurangnya endapan menjadi 2,5cm. Keadaan
warna tidak berubah dan endapan masih berwarna putih. Dan juga
dalam tabung reaksi terlihat lebih banyak gelembung. Larutan ini tetap

(3)

tidak melarut sampai suhu tidak naik lagi dan tetap disuhu 82°C.
Pada tabung berisi Aquades ditambahkan 5 g KCl , pada suhu 80°-90°C
ini KCl hanya melarut sedikit. Bisa dilihat dari berkurangnya endapan
menjadi 2cm. Keadaan warna tidak berubah dan endapan masih
berwarna putih. Dan juga dalam tabung reaksi terlihat adanya
gelembung. Larutan ini juga tetap tidak melarut sampai suhu tidak
naik lagi dan tetap disuhu 82°C.
Dari hasil 3 perlakuan suhu yang berbeda diatas, dapat dilihat bahwa

suhu berpengaruh pada kelarutan. Pengurangan endapan pada saat suhu
dinaikkan

dikarenakan

proses

pelarutan

bersifat

eksoterm,

maka

kelarutannya berkurang pada suhu yang lebih tinggi. Dapat dikatakan juga
bahwa kelarutan umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi.
Maka faktor lainnya dapat dilihat dari timbulnya atau adanya gelembunggelembung udara yang keluar dari air, sehingga air tersebut menjadi
berkurang.
Pada percobaan yang terakhir, yaitu sifat koligatif. Dimana sifat
koligatif adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut
tetapi hanya bergantung pada konsentrasi partikel tersebut. Pada percobaan
ini kami akan mengidentifikasi titik didih dari KNO 3 dan Gula yang
dilarutkan dengan air sebagai pelarut.

17

Larutan KNO3 dan Gula ini dipanaskan, setelah di cek dengan
menggunakan termometer KNO3 memiliki titik didih 101°C dan Gula 101°C.
Pada kedua larutan ini seharusnya kenaikan titik didih KNO 3 lebih besar dari
Gula. Karena larutan KNO3 merupakan larutan elektrolit yang dipengaruhi
dengan faktor Van’t Hoff, sehingga KNO 3 memiliki titik didih yang besar.
Berarti gaya tarik menarik antar molekulnya lebih kuat daripada larutan gula.
Hasil yang kami dapat ini berbeda dengan teori. Faktor kesalahan yang
terjadi pada percobaan ini adalah kesalahan pada saat melihat skala
thermometer, atau thermometer menyentuh dinding atau alas sehingga tidak
mengukur suhu larutan.
4.

LATIFATUNABILAH
Pada percobaan yang pertama adalah difusi. Difusi adalah peristiwa
yang mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
konsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Difusi akan terus
terjadi sehingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai
keadaan setimbang.
Sama halnya dengan percobaan kali ini yaitu difusi antara aquades
(H2O) ditambahkan beberapa tetes K2CrO4 berwarna kuning. K2CrO4 yang
berkonsentrasi tinggi seluruh partikelnya tersebar luas secara merata
sehingga aquades (H2O) berwarna kuning merata karena telah mencapai
kesetimbangan. Difusi dalam praktikum kali ini mencapai kesetimbangannya
sangat cepat, karena ukuran partikel dari K 2CrO4 yang sangat kecil
menyebabkan partikel tersebut akan bergerak dengan cepat sehingga
kecepatan difusi semakin tinggi.
Selanjutnya yaitu praktikum kelarutan. Dalam praktikum kali ini kita
menggunakan dua pelarut yaitu H2O (aquades) dan heksana, dan zat terlarut
yang dipakai antara lain: NaCl, gula, CaCl (2H 2O), dan naftalen.
Dari ke empat zat terlarut tersebut tiga diantaranya larut dalam pelarut
H2O (aquades) dengan baik, sedangkan naftalen tidak dapat larut, ini karena
naftalen senyawa hidrokarbon aromatis yang bersifat non polar yang tidak
dapat larut dalam pelarut H2O (aquades) yang bersifat polar. Berdasarkan

18

kelas kelarutannya naftalen digolongkan pada kelas 1. Hal ini didasarkan
pada naftalen yang tidak dapat larut dalam pelarut yang bersifat asam
maupun basa. Hal ini juga dipengaruhi oleh berat formula naftalen cukup
besar dan energi resonasinya sedikit lebih rendah. Dari ke tiga zat terlarut
yang dapat larut dalam pelarut H2O (aquades) diantaranya: NaCl, gula, CaCl
(2H2O). NaCl dapat larut dalam pelarut H 2O (aquades) karena ion-ionnya
distabilkan dalam larutan melalui hidrasi,yang melibatkan interaksi iondipol, sehingga bahwa senyawa ionik akan jauh lebih larut dalm pelarut
polar seperti H2O,dibandingkan pelarut non polar seperti heksana.karena
pelarut non polar tidak memilki momen dipol, molekul seperti ini tidak dapat
secara efektif mensolvasi ion-ion (solvasi ialah proses dimana ion atau
molekul dikelilingi oleh molekul pelarut yang memiliki susunan tertentu).
Selain NaCl yang senyawa ionik CaCl (2H 2O) pun merupakan senyawa
ionik yang akan mudah larut dalam pelarut polar yaitu H 2O (aquades). Zat
terlarut selanjutnya ialah gula, gula merupakan senyawa kovalen polar,
sehingga dibentuk oleh ikatan kovalen dan muatan dielektriknya adalah 0,
karena kecilnya perbedaan keelektronegatifannya.
Untuk pelarut heksana semua zat terlarut tidak dapat larut, karena dari
ke empat zat terlart hampir semuanya senyawa ionik dan kovalen polar yang
akan mudah larut dalam pelarut polar sedang heksana merupakan pelarut
non polar, seperti NaCl yang merupakan senyawa ionik, interaksi antar
molekul yang menonjol antara ion-ionnya dan senyawa non polar ialah
interaksi ion-dipol tereduksi, yang jauh lebih lemah dibandingkan interaksi
ion-dipol. Akibatnya, senyawa ionik biasanya memiliki kelarutan yang
sangat rendah dalam pelarut non polar.
Praktik selanjutnya yaitu efek suhu pada kelarutan. Pada praktik ini
kita memanaskan 50 ml H2O (aquades) dalam gelas beaker dan memasukan
zat seperti 2 gr K2SO4, 7 gr NaSO4, dan 5 gr KCl kedalam tabun reaksi, dan
setelah air yang di panaskan bersuhu sekitar 30-40°C, masukan air hangat
tersebut kedalam masing-masing tabung reaksi yang berisikan zat yang telah
di sediakan, panaskan kembali air tersebut hingga mencapai suhu 60-70°C,
setelah itu masukan tabung reaksi ke dalam beaker gelar yang berisi H 2O
(aquades) yang di panaskan lalu aduk, sampai air mencapai suhu 100°C.

19

Dari perlakuan tersebut akan terlihat efek suhu pada kelarutan, suhu akan
mempengaruhi kelarutan, semakin tinggi suhu akan meningkat pula
kelarutan zat padat. Tapi tidak berlaku pada kelarutan gas terhadap suhu,
karena semakin tinggi suhu maka kelarutan gas akan menurun. Ini
berbanding terbalik dengan kelarutan zat padat.
Praktikum yang terakhir yaitu sifat koligatif larutan yang merupakan
kenaikan titik didih. Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair
sama dengan tekanan udara disekitarnya, hal ini menyebabkan penguapan di
sekitar bagian zat cair. sedangkan titik didih larutan ialah suhu pada saat
tekanan uap larutan sama dengan tekanan atsmosfer luar. Pada umumnya
tekanan titik didih larutan lebih besar dari tekanan titik didih pelarut, karena
energi yang dibutuhkan untuk mendidihkan larutan lebih besar dari pada
untuk mendidihkan suatu pelarut. Sehingga tekanan titik didih lebih besar.
Ini terlihat ketika praktikum yaitu titik didih larutan gula sekitar 101-103°C.
G.

KESIMPULAN
1.
AHMAD HANIF FAHRUDY
a.
Difusi yaitu peristiwa berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari
bagian yang berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi
rendah sehingga mencapai titik kesetimbangan, dimana molekulmolekul dalam pelarut bebas bergerak tanpa mengubah konsentrasi
b.

akhir larutan.
Pada pelarut Polar seperti air, secara umum senyawa ionik dan
senyawa kovalen Polar dapat larut, sedangkan senyawa kovalen Polar
tidak dapat larut. Ini menunjukan bahwa secara umum, teori “yang

2.

c.

sejenis melarutkan yang sejenis” berlaku.
Suhu mempengaruhi kelarutan zat terlarut, dimana semakin tinggi

d.

suhu, maka kelarutan zat terlarut semakin besar.
Larutan memiliki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan pelarut

e.

murni seperti air.
Faktor van’t Hoff hanya dapat dihitung pada larutan yang

mengandung senyawa elektrolit.
DINI MEILA ANDRIANI
a.
Difusi adalah perpindahan zat cair dari yang konsentrasinya tinggi ke
yang konsentrasinya rendah.

20

b.

Kelarutan merupakan ukuran banyaknya zat terlarut yang akan
melarut dalam pelarut dalam suhu tertentu. “yang sejenis melarutkan

c.

yang sejenis”.
Kelarutan suatu zat akan bertambah dengan semakin meningkatnya
suhu. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi suhu maka tumbukan
antara partikel partikel dalam zat tersebut semakin cepat sehingga

d.

3.

akan mempercepat terjadinya reaksi (pelarutan)
Sifat koligatif tidak bergantung pada zat terlarut tetapi bergantung

pada jumlah zat terlarutnya (konsentrasi).
e.
Dari percobaan dapat menghitung faktor van’ hoff.
HADYA AYU HAJAYASTI
a.
Difusi terjadi karena adanya peristiwa berpindahnya suatu zat dalam
pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi
akan terus terjadi hingga seluruh partikel kedua larutan tersebar luas
b.

secara merata atau mencapai keadaan setimbang.
Kelarutan sangat berkaitan sekali dengan prinsip like disolve like,
dimana larutan polar akan melarutkan larutan polar dan sebaliknya
larutan non-polar melarutkan non-polar ini dikarenakan jenis dan
besar gaya antar molekul yang sama akan cenderung saling

c.

melarutkan.
Suhu berpengaruh pada kelarutan, dikarenakan proses pelarutan
bersifat eksoterm maka kelarutannya berkurang pada suhu yang lebih
tinggi. Dapat dilihat juga dari berkurangnya endapan pada saat suhu

d.

lebih tinggi.
Adanya zat terlarut akan mempengaruhi titik didih. Kenaikan titik
didih zat terlarut akan lebih tinggi dibanding zat pelarut,karena gaya

4.

H.

tarik menarik antar molekul zat terlarut lebih kuat daripada zat pelarut.
LATIFATUNABILAH
a.
Senyawa yang berkonsentrasi tinggi akan mengalir atau menyebar ke
b.

larutan yang berkonsentrasi rendah (encer).
Kelarutan suatu larutan tergantung dari jenis pelarutnya, jenis zat

c.

terlarutnya, dan suhu.
Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengruhi kelarutan.

d.

Semakin tinggi suhu semakin tinggi kelarutan suatu zat padat.
Kenaikan titik didih di pengaruhi oleh konsentrasi suatu zat dan

konstanta kenaikan titik didihnya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
AHMAD HANIF FAHRUDY

21

2.

a.

Brady. 2012. Chemistry: The Molecular Nature of Matter 6th –ed.

b.

USA: John Wiley and Sons, Inc.
Brown, Theodore. 2012. Chemistry: The Central Science 12th –ed.

c.

USA: Prentice Hall.
Chang, Raymond. 2010. Chemistry 10th –ed. New York: McGraw

d.

Hill.
Timberlake. 2012. Chemistry: An Introduction to General, Organic,

and Biological Chemistry 11th –ed. USA: Prentice Hall.
e.
Zumdahl. 2014. Chemistry 9th –ed. USA: Cengage Learnings.
DINI MEILA ANDRIANI
a.
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar edisi ketiga jilid 2. Jakarta:
b.

3.

4.

I.

Erlangga
Paramudya B, Muniroch. 2010. Kimia SMA. Jakarta: PT Kawan

Pustaka
c.
http://ud.wikipedia.org/wiki/sifat_koligatif_larutan
d.
www.kelarutan.blogspot.com
HADYA AYU HAJAYASTI
a.
Anonim A.2009. Difusi. http://id.wikpedia.org/wiki/Difusi

.

b.

25/11/2009. Diakses pada tanggal 26 Februari 2015
Anonim1. 2009. Sifat koligatif larutan. http://www.chem-is-try.org.

c.

Diakses pada tanggal 26 Februari 2015
Anonim2. 2009. Penurunan titik uap. http://kimia.upi.edu.com.

Diakses pada tanggal 26 Februari 2015
d.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga
LATIFATUNABILAH
a.
Anonim. 2013. Sifat koligatif larutan.

http://id.wikipedia.org/wiki/sifat_koligatif_larutan
b.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar jilid 2. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN
1.
DOKUMENTASI FOTO


Sepuluh tetes K2CrO4
dalam aquades

22








1 mL aquades


Padatan CaCl2.2H2O





1 mL heksana






Padatan NaCl

Padatan C11H22O11

23







Padatan C10H8



Senyawa CaCl2.2H2O
setelah diaduk dalam



aquades




Senyawa
C11H22O11setelah
diaduk
aquades

dalam



Senyawa

NaCl

setelah diaduk dalam
aquades

24







Senyawa

C10H8

Senyawa CaCl2.H2O

setelah diaduk dalam

setelah diaduk dalam

aquades

heksana









Senyawa

C11H22O11



Senyawa

NaCl

setelah diaduk dalam

setelah diaduk dalam

heksana

heksana

25







Senyawa

C10H8

setelah diaduk dalam
heksana



Tujuh gram Na2SO4








Lima gram KCl

Dua gram K2SO4

26







Larutan K2SO4 pada



suhu 39 °C




Larutan

KCl

pada

suhu 39 °C


Larutan Na2SO4 pada
suhu 39 °C



Larutan K2SO4 pada
suhu 68 °C

27







Larutan Na2SO4 pada



suhu 68 °C

KNO3

dalam aquades





Pemanasan



Larutan

KCl

suhu 68 °C

pada



Larutan KNO3 yang
mendidih

28







Senyawa C11H22O11



Larutan

C11H22O11

yang mendidih






Pemanasan C11H22O11
dalam aquades

29

a.

2.
PRE-TEST
Buatlah daftar senyawa yang kita gunakan pada percobaan ini, lalu kelompokkan
berdasarkan senyawa ionik, kovalen, kovalen Polar, dan non-polar!

b.

No
Senyawa
Ionik
Kovalen
Polar
Non-polar
1
H2O
Ya
Ya
2
K2CrO4
Ya
3
C6H14
Ya
Ya
4
NaCl
Ya
5
CaCl2.2H2O
Ya
6
C11H22O11
Ya
Ya
7
C10H8
Ya
Ya
8
K2SO4
Ya
9
Na2SO4
Ya
10
KCl
Ya
11
KNO3
Ya
Apa kesamaan yang terdapat pada garam-garam yang digunakan dalam
percobaan efek suhu pada kelarutan? Apa perbedaannya?
Jawab: Persamaan senyawa yang digunakan dalam percobaan
efek suhu pada kelarutan seperti K 2SO4, Na2SO4, dan KCl merupakan
senyawa ionik yang membentuk asam dan basa. Perbedaannya yaitu
terletak pada jumlah ion yang terhidrolisis jika direaksikan dengan air
yang biasa disebut sebagai orde reaksi untuk kelarutan. Untuk K 2SO4
terspisah menjadi 2 ion K+ dan 1 ion SO42-. Untuk Na2SO4 terpisah
menjadi 2 ion Na+ dan 1 ion SO42-. Untuk KCl terpisah menjadi 1 ion
c.

3.

K+ dan 1 ion Cl-.
Sifat koligatif apa yang sedang kita pelajari?
Jawab: Sifat koligatif yang sedang kita pelajari yaitu kenaikan

titik didih larutan elektrolit.
POST-TEST
a.
Apakah minyak goreng merupakan zat yang Polar atau non-polar?
Jelaskan alasannya!
Jawab: Minyak goreng merupakan senyawa kovalen non-polar,
karena minyak goreng tidak dapat larut dalam air. Minyak goreng
yang bersifat non-polar tidak dapat larut dalam air yang bersifat Polar
b.

karena keduanya bukan termasuk zat yang sejenis.
Apa yang anda pikir tentang penurunan titik beku? Dapatkah
menerangkannya?

Jawab: Penurunan titik beku disebabkan karena larutan lebih
tidak teratur dibandingkan air murni sebagai pelarut, maka lebih
banyak energi yang harus diambil darinya untuk menciptakan
keteraturan dibandingkan pelarut murni. Oleh karena itu larutan selalu
memiliki titik didih yang lebih rendah dibandingkan pelarut murni
c.

seperti air.
Perhatikan senyawa-senyawa yang kita gunakan untuk percobaan
kenaikan titik didih dan harga “i” yang dihitung untuk masing-masing
senyawa. Apa realitas dari “i” itu?
Jawab: “i” disini adalah faktor van’t Hoff, yang menunjukkan
ukuran banyaknya penguraian elektrolit dalam larutan.