Lembaga sosial Lembaga agama. docx

Makalah sosiologi
Lembaga agama

Kelompok 2
Annisa Putri Dessaratu
Azzahra Pramathana
Djorgie Bernandus Wijaya
Resa Sulastri
Rizki Hidayanti
Windah Oktavia Sinurat

XII IPS 2
SMA NEGERI 5 KOTA CIMAHI

A. Hakikat Lembaga Sosial
1. Pengertian Lembaga Sosial
Istilah lembaga sosial merupakan terjemahan dari istilah bahasa
inggris social institution yang merujuk pada dua pengertian, yakni sistem
nilai dan norma norma sosial serta bentuk atau oragan sosial. Dalam
bahasa indonesia, para pakar belum sepakat untuk menerjemahkan istilah
social institution ini kedalam suatu istilah yang baku.

Koentjaraningrat, misal lebih mengutamakan sistem nilai dan norma
sehingga dia menerjemahkan social institution sebagai peranata sosial.
Selo soemardjan dan Sulaiman sumardi menerjemhakan social
institution sebgai lembaga kemasyarakatan. Hal yang sama juga
dikemukakan

Soerdjono

Soekanto.

Ia

lebih

memilih

lembaga

kemasyarakatan menurutnya pengertian lembaga lebih menunjuk pada
suatu bentuk, sekaligus juga mengandung pengertian yang abstrak tentang

adanya peraturan tertentu yang menjadi ciri lembaga tersebut.
Ada beberapa definisi lembaga sosial menurut para sosiolog.
a. Paul Horton dan Chester L. Hunt, lembaga sosial adalah sistem
norma-norma sosial dan hubungan-hubungan yang menyatukan
nilai nilai dan prosedur prosedur tertentu dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat.
b. Peter L Berger, Lembaga sosial adalah suatu prosedur yang
menyebabkan perbuatan masyarakat di tekan oleh pola tertentu dan
di paksa bergerak melalui jalan yang di anggap sesuai dengan
keinginan masyarakat.
c. Mayor Polak, Lembaga sosial adalah suatu komplek atau sistem
peraturan dan adat istiadat yang mempertahankan nilai nilai yang
penting.
d. W Hamilton, Lembaga sosial adalah tata cara kehidupan kelompok
yang apa bila di langgar akan di jatuhi berbagai derajt sanksi

e. Robert maclver dan C.H. Page, Lembaga sosial adalah prosedur
atau tata cara yang telah di ciptakan untuk mengatur hubungan
antar manusia yang tergabung dalam suatu kelompok masyarakat.
f. Leopold Von Wiese dan Becker, Lembaga sosial adalah jaringan

proses hubungan antar manusia dan antar kelompok yang berfungi
memelihara hubungan itu serta pola polanya sesuai dengan minat
dan kepentingan individu dan kelompoknya
Dari defini di atas dapat di simpulkan bahwa lembaga sosial berkaitan
dengan hal hal berikut :
1) Seperangkat norma yang saling berkaitan, bergantung dan
memengaruhi.
2) Seperangkat norma yang dapat dibentuk, diubah, dan di
pertahankan sesuai dengan kebutuhan hidup
3) Seperangkat norma yang mengatur hubungan antar warga
masyarakat agar dapat berjalan tertib dan teratur.

B. Proses pertumbuhan lembaga sosial
Norma-norma dalam masryarakat kemudian membentuk sistem norma
yang

kemudian

di


sebut

dengan

lembaga

sosial.

proses sejumlah norma menjadi lembaga sosial di sebut pelembagaan
atau institusionalisasi. Proses ini pun memekan yang lama dan juga
melalui internalisasi (penyetapan) dalam kebiasaan warga masyarakat.
Secara garis besar, timbulnya lembaga sosial dapat di klasifikasikan
kedalam dua cara berikut:
1. Secara tidak terencana
Proses pertumbuhan lembaga sosial dengan cara tiidak terencana
artinya, lembaga sosial itu lahirnya secara bertahap atau beransuransuur dalam praktik kehidupan masyarakat. Hal ini biasanya
terjadi ketika manusia di hadapkan pada masalah-masalah yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidupnya. contohnya,

dalam bidang ekonomi, ketika sistem tukar menukar barang

(barter)

sudah

dianggap

tidak

efisien,

maka

masyarakat

menggunkan mata uang untuk mendapatkan barang yang di
inginkan.
2. Secara terencana
Proses pertumbuhan lembaga sosial dengan cara terencana
artnya,lembaga sosial muncul melalui suatu perencanaan yang
matang oleh seorang atau sekelompok orang yang memiliki

keuasaan

dan

wewenang.

Misalnya,

untuk

meningkatkan

kesejahteraan masyarakat desa dan kota yang penghasilannya terus
menurun akibat lahan usaha dan lahan pertanian yang kurang
memadai,pemerintah

membentuk

institusi


atau

lembaga

transmigrasi.

C. Fungsi Lembaga Sosial
Secara umum fungsi lembaga sosial dapat kita di bedakan atas dua
bentuk yakni
1. Fungsi manifes (nyatanya) adalah fungsi lembaga sosial yang di
sadari dan menjadi harapan banyak orang, contohnya:
a. Lembaga keluarga
b. Lembaga ekonomi
2. Fungsi laten adalah fungsi lembaga sosial yang tidak di sadari dan
bukan jadi tujuan utama banyak orang
3. Contohnya dalam lembaga keluarga perkawinan di jadikan sarana
untuk menutup rasa malu dari anggapan yang mengatakan bahwa
orang yang tidak menikah berarti tidak laku.

D. Karakteristik Lembaga Sosial

Karakteristik atau ciri ciri tertentu yang membedakannyadengan
sistem norma yang bukan lembaga sosial. Karakteristik atau ciri
tersebut adalah sebagai berikut :

1. Memiliki simbol sendiri, setiap lembaga sosial memiliki simbol
tersendiri yang di gunakan untuk menandai duatu ke khasan atau
memberi ciri khusus dari setiap lembaga, dengan demikian
lembaga sosial tersebut dapat memberi identitas tersendiri bagi
setiap anggotanya
2. Memiliki tata tertib dan Tradisi. Lembaga sosial memiliki tata tertib
dan tradisi yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang di jadikan
panutan bagi pengikutnya
3. Usianya lebih lama. Pada umumnya, usia lembaga sosial lebih lama
dibandingkan dengan usia orang. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya lembaga sosial yang diwariskan dari generasi ke
generasi.
4. Memiliki alat kelengkapan. Lembaga sosial memiliki alat
kelengkapan tertentu yang digunakan untuk mewujudkan tujuan
lembaga sosial tersebut.
5. Memiliki idiologi. Lembaga sosial memiliki ideologi sendiri.

Ideologi atau sistem gagasan mendasar ini dimiliki secara bersama
dan dianggap ideal bagi para pendukung lembaga.
6. Memiliki tingkat kekebalan/ daya tahan. Lembaga yang sudar
terbentuk tidak akan lenyap begitu saja.

E. Tipe-Tipe Lembaga Sosial
Menurut John Lewis Gillin dan Jhon Philip Gillin, tipe lembaga sosial
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan sudut perkembangannya.
a. Crescive institution, yaitu lembaga sosial yang secara tidak sengaja
tumbuh dari adat istiadat masyarakat.
Contonya: lembaga perkawinan, hak milik, dan agama

b. Enacted institution, yaitu lembaga sosial yang sengaja di bentuk
untuk mencapai tujuan tertentu.
Contohnya: lembaga utang piutang dan lembaga pendidikan.
Meskipun lembaga jenis itu dibentuk dengan sengaja, tetapi tetap
berakar pada kebiasaan yang berlaku di masyarakat.
2. Berdasarkan sudut sistem nilai yang diterima oleh masyarakat
a. Basic institution, yaitu lembaga sosial yang penting untuk

memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat.
Contohnya: keluarga, sekolah, dan negara.
b. Subsidiary institution, yaitu lembaga sosial yang berkaitan dengan
hal yang dianggap oleh masyarakat kurang penting seperti rekreasi.
Ukuran yang digunakan untuk menentukan penting atau tidaknya
suatu lembaga sosial sangat bergantung pada kondisi dan situasi
masyarakat yang bersangkutan.
Contohnya: mentraktir makan teman teman saat gajian pertama.
3. Berdasarkan sudut penerimaan masyarakat
a. Approved dan sanctioned institution yaitu lembaga sosial yang
diterima oleh masyarakat, karna masyarakat ingin lembaga yang
sudah ada menjadi lebih efektif dan mampu melaksanakan
tugasnya dengan baik. Contoh: lembaga sekolah dan perusahaan
dagang.
b. Unsanctioned institution, yaitu lembaga sosial yang ditolak
masyarakat meskipun masyarakat tidak mampu memberantasnya
karena alasan tertentu. Contoh : sindikat kejahatan, pelacuran, dan
perjudian.

4. Berdasarkan sudut penyebarannya

a. General institution, yaitu lembaga sosial yang dikenang dan
diterima oleh sebagian besar masyarakat dunia. Contoh : lembaga
agama.
b. Restructed institution, yaitu lembaga sosial yang hanya dikenal
oleh masyarakat tertentu. Contohnya lembaga agama islam, kristen

protestan, hindu, dan budha. Masing masing pemeluk mengenal
lembaga agamanya masing masing.
5. Berdasarkan sudut fungsinya.
a. Operative institution,yaitu lembaga sosial yang berfungsi
menghimpun pola pola atau cara cara yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dari masyarakat yang bersangkutan. Contoh:
lembaga industri.
b. Regulative institution, yaitu lembaga sosial yang bertujuan
mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan yang ada dalam
masyarakat. Contoh : lembaga hukum, seperti kejaksaan dan
pengadilan.

F. Lembaga Agama
1. Pengertian Agama.
Agama merupakan suatu lembaga (institusi) penting yang mengatur
kehidupan manusia. Dalam hal ini, agama di artikan istilah religion
menurut Durkheim 1966, agama adalah suatu sistem terpadu yang
terdiri atas kepercayaan dan pratik yang berhubungan dengan hal
suci. Kepercayaan tersebut mempersatukan semua orang yang
berhubungan kedalam suatu komunitas yang di namakan umat.
Durkheim menjalaskan bahwa semua agama membagi semua benda
yang ada di bumi ini, baik yang berujut nyata maupun yang ideal,
kedalam dua kelompok yang saling bertentangan yaitu hal yang
bersifat profan dan suci (sacred), atau duniawi atau ilahi.
Agama merupakan sarana bagi manusia untuk berhubungan dengan
Sang Pencipta sehingga manusia senantiasa mendekatkan diri padaNya. Melalui kitab suci, manusia diberi petunjuk untuk mencapai
keselamatan di dunia maupun di akhirat. Jika manusia kehilangan
arah atu menyimpang dari norna sosial yang berlaku,maka agama
dapat mengembalikan keseimbangan. Jika seseorang tidak memiliki
agama, ia akan kehilangan arah didalam hidupnya. sebagai manusia
yang beragama , seseorang senantiasa harus konsisten terhadap atura

aturan agamanya masing masing, yaitu menjalankan perintah dan
menjauhi larangan-Nya.
2. Fungsi agama
Menurut Durkheim (1966), melalui komunikasi dengan Tuhan orang
yang beriman bukan hanya mengetahui kebenaran yang tidak di
ketahui orang yang tidak percaya adanya Tuhan (ateis), tetapi juga
menjadi yang lebih kuat lagi. Meurutnya, fungsi agama adalah untuk
menggerakan dan membantu kita hidup. Dari segi makro, agama
dapat menjalankan fungsi positif karna memenuhi keperluan
masyarakat untuk secara berkala menegakkan dan memperkuat
perasaan dan ide kolektif yang menjadi ciri dan inti persatuan dan
persamaan umat.
Adapun sosiolog yang mengemukakan bahwa agama sebagai institusi
mempunyai kelemahan. Misalnya, munculnya pertentangan atau
konflik sebagai akibat sifat fanatik antar umat beragama tidak di
sebabkan semata-mata faktor agama, tetapi banyak dipengaruhi
faktor kepentingan di luar agama, seperti kepentingan politik,
ekonomi.
Secara rinci, agama berfungsi sebagai berikut:
a. Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok.
b. Mengatur tata cara hubungan antarmanusia dan manusia dengan
Tuhan.
c. Merupakan tuntunan tentang prinsip benar atau salah untuk
menghindari

perilaku

menyimpang,

memerkosa, berzinah, dan berjudi.
d. Pedoman untuk mengungkapkan

rasa

seperti

membunuh,

kebersamaan

yang

mewajibkan seseorang untuk selalu berbuat baik terhadap sesama
dan lingkungan hidupnya.
e. Pedoman perasaan keyakinan (considen). Siapa pun yang selalu
berbuat baik akan mendapat pahala dari Tuhan.
f. Pedoman keberadaan (exsistence). Keberadaan alam semesta
dengan segala isinya, termasuk manusia, harus disikapi dengan
rasa syukur dan ikhlas.

g. Pengungkapan keindahan (estetika). Manusia yang suka akan
keindahan akan

mengekspresikan

rasa estetiknya

dengan

membangun rumah ibadah dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
kepercayaan agama yang dianutnya.
h. Pedoman rekreasi dan hiburan untuk mencari ketenangan dan
kesegaran jiwa, manusia dapat menjalankan ritual agama seperti
shalat, yoga, dan meditasi.
i. Memberikan identitas kepada manusia sebagai bagian dari satu
agama, misalnya sebagai umat islam, kristen, hindu, budha, dan
khonghucu.
G. Unsur lembaga agama
Menurut Light, Keller dan Callhoun (1989), unsur –unsur dasar
agama adalah sebagai berikut:
1. Kepercayaan
Kepercayaan adalah suatu prinsip yang dianggap benar dan tanpa
ada keraguan lagi. Seperti kepercayaan monoteisme yang percaya
bahwa Tuhan itu satu, atau kepercayaan pada reinkarnasi bagi
umat agama-agama Timur, seperti Hindu dan Budha.
2. Praktik keagamaan, seperti berdoa, bersembahyang, berpuasa,
dan

sedekah,

praktik

keagamaan

berbeda

dengan

ritual

keagamaan, karena ritual keagamaan menyangkut hubungan
manusia dengan Tuhan secara vertikal. Pratik keagamaan
meliputi hubungan vertikal dan hubungan horizontal, yaitu
hubungan antar manusia sesuai dengan ajaran agama
3. Simbol keagamaan dapat memberi tanda atau idetitas bagi orang
yang menganutnya. Misalnya, model atau corak pakaian orangorang islam dan bentuk bangunan rumah ibadah umat Hindu
(pure, candi).
4. Umat adalah penganut masing-masing agama. Sekarang ini,
banyak wadah atau organisasi yang menampung uamt beragama
dalam rangka melaksanakan praktik agamanya, seperti KWI
(Katolik), Muhammaddiah, MUI (islam), PGI (Kristen), PHDI
(Hindu), dan WALUBI (Budha).

5. Pengalamaan keagamaan. Pengalamaan keagamaan setiap umat
berbeda karena menyangkut masalah yang sulit di butikan dan di
ukur kadarnya.
Pengalamaan keagamaan bersifat idividual seperti pengalamaan
spiritual seorang pasien yang sakit parah oleh dokter sudah
divonis meninggal, tetapi karena doa dari sipasien maupun
keluarganya, pasien tersebut dapat sembuh kembali.
Unsur-unsur agama tersebut merupakan elemen yang dimiliki
setiap agama. Hanya corak dan perwujudannya saja yang
berbeda.

H. Lembaga agama
Lembaga agama adalah sebuah organisasi yang di bentuk oleh umat
beragama yang bertujuan untuk memajukan suatu kepentingan hidup beragama
yang ada didalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tujuannya
adalah untuk menigkatkan kualitas hidup beragama setiap umat.
I. Macam-macam Lembaga Agama

1. MUI (Majelis Ulama Indonesia)

MUI atau Majelis Ulama Indonesia adalah Lembaga Swadaya
Masyarakat yang mewadahi ulama, zu'ama, dan cendikiawan Islam di
Indonesia untuk membimbing, membina dan mengayomi kaum muslimin
di seluruh Indonesia.
a. Peran MUI
Dalam khittah pengabdian Majelis Ulama Indonesia telah
dirumuskan lima fungsi dan peran utama MUI yaitu:
1) Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul
Anbiya)
2) Sebagai pemberi fatwa (mufti)
3) Sebagai pembimbing dan pelayan umat (Ri’ayat wa
khadim al ummah)
4) Sebagai gerakan Islah wa al Tajdid
5) Sebagai penegak amar ma'ruf nahi munkar
b. Hubungan dengan pihak eksternal
Sebagai organisasi yang dilahirkan oleh para ulama, zuama dan
cendekiawan muslim serta tumbuh berkembang di kalangan umat
Islam, Majelis Ulama Indonesia adalah gerakan masyarakat. Dalam
hal ini, Majelis Ulama Indonesia tidak berbeda dengan organisasiorganisasi kemasyarakatan lain di kalangan umat Islam, yang
memiliki keberadaan otonom dan menjunjung tinggi semangat
kemandirian. Semangat ini ditampilkan dalam kemandirian -dalam arti tidak tergantung dan terpengaruh -- kepada pihak-pihak
lain di luar dirinya dalam mengeluarkan pandangan, pikiran, sikap
dan mengambil keputusan atas nama organisasi.
Dalam kaitan dengan organisasi-organisasi kemasyarakatan di
kalangan umat Islam, Majelis Ulama Indonesia tidak bermaksud
dan tidak dimaksudkan untuk menjadi organisasi supra-struktur
yang membawahi organisasi-organisasi kemasyarakatan tersebut,
dan apalagi memposisikan dirinya sebagai wadah tunggal yang

mewakili kemajemukan dan keragaman umat Islam. Majelis Ulama
Indonesia , sesuai niat kelahirannya, adalah wadah silaturrahmi
ulama, zuama dan cendekiawan Muslim dari berbagai kelompok di
kalangan umat Islam.
Kemandirian

Majelis

Ulama

Indonesia

tidak

berarti

menghalanginya untuk menjalin hubungan dan kerjasama dengan
pihak-pihak lain baik dari dalam negeri maupun luar negeri, selama
dijalankan atas dasar saling menghargai posisi masing-masing serta
tidak menyimpang dari visi, misi dan fungsi Majelis Ulama
Indonesia. Hubungan dan kerjasama itu menunjukkan kesadaran
Majelis Ulama Indonesia bahwa organisasi ini hidup dalam tatanan
kehidupan bangsa yang sangat beragam, dan menjadi bagian utuh
dari tatanan tersebut yang harus hidup berdampingan dan
bekerjasama antarkomponen bangsa untuk kebaikan dan kemajuan
bangsa. Sikap Majelis Ulama Indonesia ini menjadi salah satu
ikhtiar mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil alamin (Rahmat
bagi Seluruh Alam)
2. PGI (Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia)

Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia - PGI (bahasa Inggris:
Council of Churches in Indonesia (CCI); dulu disebut "Dewan
Gereja-gereja di Indonesia" - DGI didirikan pada 25 Mei 1950 di
Jakarta sebagai perwujudan dari kerinduan umat Kristen di

Indonesia untuk mempersatukan kembali Gereja sebagai Tubuh
Kristus yang terpecah-pecah. Karena itu, PGI menyatakan bahwa
tujuan pembentukannya adalah "mewujudkan Gereja Kristen
Yang Esa di Indonesia."
a. Peranan PGI
Untuk mengatur, dan menjadi wadah perlindungan hukum
bagi Gereja-Gereja di Indonesia

3. KWI (Konferensi Waligereja Indonesia)

Konferensi Waligereja Indonesia (KWI atau Kawali)
adalah organisasi Gereja Katolik yang beranggotakan para Uskup
di Indonesia dan bertujuan menggalang persatuan dan kerja sama
dalam tugas pastoral memimpin umat Katolik Indonesia.
Masing-masing Uskup adalah otonom dan KWI tidak berada di
atas maupun membawahi para Uskup dan KWI tidak mempunyai
cabang di daerah. Keuskupan bukanlah KWI daerah. Yang
menjadi anggota KWI adalah para Uskup di Indonesia yang
masih aktif, tidak termasuk yang sudah pensiun. KWI bekerja
melalui komisi-komisi yang diketuai oleh Uskup-Uskup.
Pada 2006 anggota KWI berjumlah 36 orang, sesuai dengan
jumlah keuskupan di Indonesia (35 keuskupan) ditambah seorang
uskup dari Ambon (Ambon memiliki 2 uskup).
4. PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia)

Parisada Hindu Dharma Indonesia (disingkat PHDI)
adalah majelis organisasi umat Hindu Indonesia yang mengurusi
kepentingan keagamaan maupun sosial.
PHDI yang awalnya bernama Parisada Hindu Dharma Bali ini
didirikan di pada tahun 1959 untuk memperjuangkan agar agama
Hindu menjadi agama yang diakui di Indonesia. Pada tahun 1964,
nama organisasi ini diubah menjadi Parisada Hindu Dharma
Indonesia, yang mencerminkan upaya-upaya selanjutnya untuk
mendefinisikan Hindu tidak hanya sebagai kepentingan Bali
tetapi juga nasional. Pengurus Pusat PHDI berkedudukan di
Jakarta.
5. WALUBI

Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) adalah wadah
kebersamaan organisasi umat Buddha Indonesia yang terdiri dari Majelis-Majelis

Agama Buddha, Lembaga Keagamaan Buddha, Dewan Sangha, Badan
Kehormatan dan Wadah Kemasyarakatan yang bernapaskan Agama Buddha.