Pengantar Ilmu Ekonomi Dilengkapi Dasar

Bookreview
Judul Buku

: Pengantar Ilmu Ekonomi
(Dilengkapi Dasar – dasar Ekonomi Islam)

Penulis

: Dra. Siti Nur Fatoni, M.Ag

Pengantar

: Prof. Dr. H. Juhaya S. Pradja, M.A

Penerbit

: CV PUSTAKA SETIA

Tahun

: 2014


Tebal

: 330 halaman

MENEMPUH KESEJAHTERAAN DENGAN NILAI ISLAM
DALAM KEHIDUPAN EKONOMI MASYARAKAT
Krisnanda
Mahasiswa Ekonomi Islam UII
Email: krisnanda66@gmail.com
A. Pendahuluan
Ilmu ekonomi (economics) merupakan media untuk memahami dan menganalisis
keadaan yang dihadapi, khususnya yang terkait dengan masalah sosial ekonomi.1 Oleh karena
itu, studi ekonomi merupakan ilmu yang berkaitan tentang kesejahteraan, baik kesejahteraan
individu maupun kelompok yang lebih besar, yaitu bangsa. Akan tetapi bagaimana Ilmu
ekonomi itu dipahami dan diterapkan dalam kehidupan, dalam konteks inilah, terletak
pemasalahan yang sebenarnya. Kerena banyak pelaku ekonomi kehilangan arah dan
keseimbangan. Mereka terlalu mementingkan perlingdungan atas hak-hak perorangan, dan

1 Tim Penulis, Pengantar Ilmu Ekonomi Dilengkapi Dasar-dasar Ekonomi Islam,

Kata Pengantar Prof. Dr. H. Juhaya S. Pradja, M.A, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), hal.
5.

mengabaikan kepentingan bersama dari masyarakat, seperti terjadi dalam sistem kapitalistis,
atau menghancur leburkan hak-hak seseorang, seperti dalam sistem komunistis.2
Sebaliknya, Islam menghormati kebebasan individu tanpa merusak kepentingan
bersama dari masyarakat. Islam meletakkan keseimbangan yang adil dan merata antara hak
perorangan dan hak masyarakat. Islam mengombinasikan segi-segi yang menguntungkan dari
paham komunisme dan kapitalisme. Islam mengajari manusia untuk menjaga keseimbangan
dan memelihara nilai-nilai rohaniah dan moral, disamping terus berusaha meningkatkan taraf
perekonomiannya. Sebaliknya, Islam mengutuk dua pandangan hidup yang saling
bertentangan. Monasistisme ditolak karena merupakan falsafah kehidupan yang tidak dapat
dipergunakan. Hal ini berarti bahwa Islam memiliki nilai yang dapat disumbangkan dalam
kehidupan ekonomi masyarakat untuk menjawab masalah ekonomi masyarakat yang
berpedoman pada al-Quran dan al-Hadits.3
B. Ekonomi Konvensional
Para ahli ekonomi neo klasik mengajukan pengertian lain bahwa inti kegiatan ekonomi itu
adalah aspek pilihan dalam penggunaan sumber daya yang langka. 4 Sehingga ekonom neo
klasik mendefinisikan:
Ilmu ekonomi merupakan suatu studi tentang perilaku orang dan masyarakat dalam

memilih cara menggunakan sumberdaya yang langka dan memiliki beberapa alternatif
penggunaan dalam rangka memproduksi berbagai komoditi untuk menyalurkannyabaik saat ini maupun di masa depan kepada berbagai individu dan kelompok yang ada
dalam suatu masyarakat.5
Pada definisi ini dapat diartikan bahwa segala perilaku manusia mengandung konsekuensi.
Ia dituntut untuk memilih suatu dari berbagai pilihan yang ia hadapi. Walaupun pada
akhirnya pilihannya bukan yang terbaik baginya tetapi usahanya untuk memilih merupakan
bagian usaha yang harus dilakukan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Oleh
karena itu, ekonomi dalam definisi ini dianggap mempengaruhi sikap manusia untuk lebih
memperhatikan kepentingan pribadi dari pada sesamanya.
2 Siti Nur Fatoni, Pengantar Ilmu Ekonomi Dilengkapi Dasar-dasar Ekonomi Islam,
Pustaka Setia, Bandung, hal. 143
3 Heri Sudarsono, Konsep EKONOMI ISLAM Suatu Pengantar, Ekonisia: Yogyakarta.
hal. 13.
4 Dewan Rahardja, Islam dan Tranfortasi Sosial-Ekonomi, Lembaga Studi Agama
Islam dan Filsafat, Jakarta, hal. 8 – 7.
5 Heri Sudarsono, Konsep EKONOMI ISLAM Suatu Pengantar,...., hal. 10.

Memilih tidak lepas dari kepentingan yang memilih, sehingga apa yang kita pilih belum
tentu pilihan terbaik bagi orang lain. Tetapi dengan konsep ini orang bisa saja bertahan pada
anggapan individu, sampai akhirnya orang mendefinisikan ekonomi adalah upaya manusia

dalam memenuhi pilihan kebutuhan yang tidak terbatas dan pilihan sumberdaya yang
terbatas.
Manusia semaksimal mungkin memanfaatkan sumber daya yang ada guna memenuhi
kebutuhan – kebutuhannya. Bila hal ini menjadi kesadaran bersama maka manusia
berbondong – bondong melakukan usaha – usaha yang lebih sistematik, efisien, dan efektif
dalam rangka mengelola sumberdaya yang terbatas. Manusia yang tidak mempunyai sarana
untuk mengelola sumberdaya yang ada akan kehilangan peluang untuk meningkatkan
pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya maka ia akan mencari jalan
pintas dalam memenuhi kebutuhannya, misalnya dengan melakukan praktek ekonomi yang
tidak sesuai dengan norma yang berlaku. Hal ini merupakan gambaran manusia yang telah
memahami bahwa sumberdaya ini terbatas dan untuk mendapatkan harus dengan berebut,
kalau tidak berebut tidak akan mendapat bagian sumberdaya yang dianggapnya terbatas.
C. Ekonomi Islam
S.M. Hasanuz Zaman dalam buku Economic function of an Islam State (1991)
memberikan definisi, “Islamic Economic is the knowledge and applications and rules of the
syariah that prevent injustice in the requisition and disposal of material resources in order to
provide satisfaction to human being and enable them to perform they obligation to Allah and
the society.”6
M.N. Siddiqi dalam buku Role of State in the Economiy (2010) memberikan defenisi,
“Islamic economics is the moslem thinker response to the economic challenges of their times.

In this endeavor they were aided by the Qur`an and the Sunnah as well as by reason and
experience.”
Adapun Syed Nawab Heider Naqvi dalam buku Islam, Economics and Society (1994)
memberikan definisi, “Islamic economics is the representative Moslem`s behaviour in a
typical moslem society.”
Berdasarkan definisi tersebut terdapat dua pernyataan penting, yaitu aspek sumberdaya
yang langka dan beberapa alternatif pemanfaatannya. Kedua hal tersebut dijadikan pokok
permasalahan bagi para ahli ekonomi masa lalu, sekarang, atauun masa yang akan datang.
6 Siti Nur Fatoni, Ilmu Ekonomi Dilengkapi Dasar-dasar Ekonomi Islam,... hal.156.

Bagaimana pengalokasian sumber daya yang langka dan memilih salah satu dari berbagai
alternatif yang ada sedemikian rupa sehingga mendapatkan hasil yang baik?. Hasil yang baik,
yang paling memuaskan adalah pemanfaatan suber daya yang langka dilakukan dengan
optimal dan pemilihan alternatif yang tepat.
D. Nilai – nilai Islam dalam sistem Ekonomi
Ilmu ekonomi yang dikaitkan dengan nilai – nilai Islam disebut ekonomi Islam. Menurut
Habib Nazir dan M. Hasanuddin dalam bukunya Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan
Syariah (2004), pada dekade 1970-an timbul sosok ekonomi Islam dan lembaga keungan
Islam dalam tatanan internasional. Kajian ilmiah tentang sistem ekonomi Islam marak
menjadi barang diskusi di berbagai universitas Islam. Hasil kajian tersebut mulai menunai

hasilnya dengan didirikan Islamic Development Bank (IDB) DI Jeddah tahun 1975 yang
diikuti dengan berdirinya bank-bank Islam di kawasan Timur Tengah. Hal ini bahkan
menggiring asumsi masyarakat bahwa sistem ekonomi Islam adalah Bank Islam, padahal
sistem ekonomi Islam mencakup ekonomi makro, mikro, kebijakan moneter, kebijakan
fiskal, public finance, model pembangunan ekonomi dan instrumen – instrumennya.
Keraguan banyak pihak tentang aksistensi sistem ekonomi Islam sebagai model alternatif
sebuah sistem tidak terelakkan. Beberapa pakar mengatakan, sistem ekonomi Oslam hanya
akomodasi dari sistem kapital dan sosialis, tetapi hal tersebut terbantahkan baik melalui
pendekatan historis maupun faktual. Pada kenyataannya, terlepas dari beberapa kesamaan
dengan sistem ekonomi lainnya, terdapat sistem ekonomi Islam memiliki karakteristik
khusus. Sistem ekonomi Islam merupakan landasan bagi terbentuknya sistem yang
berorientasi terhadap kesejahteraan masyarakat.7
Sistem ekonomi Islam tidak terlepas dari seluruh ajaran Islam secara integral dan
konprehensif. oleh karena itu, prinsip – prinsip dasar ekonomi Islam mengacu pada saripati
ajaran Islam. Kesesuaian sistem tersebut dengan fitrah manusia tidak ditinggalkan.
Keselarasan inilah menghindari terjadinya benturan – benturan dalam implementasinya.
Kebebasan berekonomi terkendali menjadi ciri dalam prinsip sistem ekonomi Islam.
Kebebasan memiliki unsur produksi dalam menjalankan roda perekonomian merupakan
bagian penting yang tidak diragukan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka
lebar, tidak adanya batasan pendapatan seseorang mendorongnya untuk aktif berkarya dengan

segala potensi yang dimilikinya, kecendrungan manusia untuk terus – menerus memenuhi
7 Siti Nur Fatoni,..., hal. 179.

kebutuhan pribadinya yang yak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap
individu terhadap masyarakatnya. Keseimbangan antara kepentingan individu dan kolektif
inilah yang menjadi pendorong bagi bergeraknya roda perekonomian tanpa merusak sistem
sosial yang ada.8
E. Hakikat Ekonomi Islam
Ekonomi Islam berbeda dengan ekonomi konvensional.. dalam ekonomi Islam kebutuhan
(need) terbatas dengan sumber daya yang tidak terbatas, yang tidak terbatas bukan kebutuhan
tetapi keinginan (want).9 Sedangkan pengertian ekonomi menurut ekonomi konvensional
menyatakan bahwa ekonmi sebagai ilmu yang mempelajari “kebutuhan manusia yang tidak
terbatas dengan sumber daya yang terbatas”.10
Dalam ekonom Islam kebutuhan manusia terbatas, karena pemenuhannya disesuaikan
dengan kapasitas jasmani manusia, misalnya makan, minum, dan sebagainya. Kalau sudah
merasa kenyang dengan tiga piring nasi dan sayuran dalam sehari, maka manusia tidak akan
makan lagi, karena kalau makan lagi tidak memenuhi kapasitas perut.11 Contoh sederhana ini
menunjukkan bahwa kebutuhan sebenarnya sangat terbatas. Sedangkan yang tidak terbatas
adalah keinginan, karena keinginan merupakan wujud pemenuhan manusia yang dipengaruhi
faktor dari luar dirinyav(preferensi), misalnya pengaruh keluarga dan lingkungan; promosi,

iklan, sinetron, film, dan sebagainya.12
Menurut ekonomi Islam manusia sumber daya tidak terbatas, Allah menciptakan alam
semesta bagi manusia tidak akan habis – habis, karena di alam semesta ada potensi kekayaan
yang sepenuhnya belum tergali oleh manusia. Oleh karena itu, manusia dituntut untuk
menggali kekayaan alam yang tidak ada batasnya, sehingga timbul sikap kretivitas dalam
menemukan manfaat dari diciptakan sebutir pasir tersebut.
Manusia dituntut untuk bekerja keras guna memanfaatkan nikmat Allah, karena yakin apa
yang diciptakan di alam sementara ini tidak mungkin sia – sia dan habis dipergunakan
8 Ibid,..., hal. 179.
9 Keinginan dalam hal ini sama artinya dengan nafsu. Nafsu atau nafs, walaupun
dalan al-Quran menegaskan bahwa nafs berpotensi positi dan negatif, namun diperoleh
pula isyarat bahwa pada hakikat potensi positif manusia lebih kuat dari potensi
negatifnya, hanya saja daya tarik keburukan lebih kuat dari pada daya tarik kebaikan.
Lihat Catatan Kaki Heri Sudarsono, (2007), Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar,
Ekonisia, Yogyakarta, hal.11
10 Heri Sudarsono,... Ibid,.
11 Ibid,...,.
12 Ibid,...,.

manusia. Alam akan menyesuaikan dengan keselarasan hidup yang alami, sehingga manusia

dianjurkan memanfaatkan sumber daya ini tanpa menimbulkan kerusakan karena manfaatnya
pun digunakan untuk manusia juga. Bila hal ini terjadi akan kembali menimpa kepada
manusia itu sendiri
Ekonomi Islam juga merupakan ilmu yang dihasilkan dan sebuah upaya manusia untuk
keluar dari persoalan ekonomi dengan cara yang sistematis, sehingga menimbulkan
keyakinan akan kebenaran al-Qur`an dan al-Hadits. Tentunya manusia memerlukan kaidah –
kaidah yang berlaku secara umum dan mendapat pengakuan secara umum dan dapat
pengakuan secara umum untuk membuktikan ekonomi Islam juga sebagai ilmu pengetahuan.
Maka ekonomi Islam bisa dipraktekan dalam tata pelaksanaannya pun dapat dipaksakan
karena alasan ke-kemaslahatan manusia; misalnya memaksa membayar zakat bagi yang telah
memenuhi nisab.
Kalau dicoba lebih jauh, membedakan antara ekonomi Islam dan konvensional secara
tekstual akan mendorong untuk berpikir normatif – dikotomis. Hal ini akan menjebak
perbedaan mengenai ekonomi Islam dalam dataran emosi keagamaan yang kurang
menimbulkan ide yang konstruktif. Perbedaan ekonomi Islam dan ekonomi konvensional
tidak pada sisi teknis penggunaan metologinya tetapi lebih menekankan pada perbedaan dasar
dari cara berfikir tentang masalah manusia. Oleh karena itu, Bagi Sadr menyatakan bahwa
perbedaan ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional terletak filosofinya bukan
sainsnya.13
F. Penutup

Buku ini merupakan buku yang membahas tentang ilmu ekonomi pada umumnya. Namun,
dalam buku ini juga diikut sertakan pembahasan mengenai ekonomi Islam, sehingga ketika
seorang membaca buku ini akan dapat memperbedaan mana ekonomi biasa (konvensional)
dan mana ekonomi Islam.
Secara keseluruhan, fokus pembahasan buku ini tentang pengantar ilmu ekonomi. Buku ini
cukup untuk menambah buku – buku literature bagi perguruan tinggi maupun bagi
mahasiswa sebagai bacaan yang bermakna dalam mengenal ilmu ekonomi. Buku ini cukup
tepat bagi pemula yang ingin tahu mengenai ekonomi konvensional maupun ekonomi Islam.
Sehingga buku ini penting dibaca untuk menambah wawasan dan horizon tentang ilmu
13 Ibid,..., hal. 13

ekonomi dan ekonomi Islam. Dengan membaca buku ini pembaca akan memahami konsep
ilmu ekonomi dan juga akan melihat perbandingan antara ekonomi konvensional dan
ekonomi Islam.

DAFTAR PUSTAKA
Fatoni, Siti Nur. 2014. Pengantar Ilmu Ekonomi Dilengkapi Dasar-dasar Ekonomi Islam.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Sudarsono, Heri. 2007. Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar. Yogyakarta: Ekonisia