PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBI
“PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA
AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) MELALUI SEKTOR
PERTANIAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN
PETANI DI KABUPATEN TULUNGAGUNG”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Seminar Proposal Skripsi”
Dosen Pengampu:
Rokhmat Subagiyo, S.E., M.E.I
Disusun Oleh:
Muhammad Miftahul Khoir Rahmatullah
(17402153027)
EKONOMI SYARIAH (VI/A)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
2018
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan
sebagian besar dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang umumnya berada di
pedesaan. Dengan demikian, sudah sewajarnya masyarakat desa sebagai
petani menjadi sasaran utama dalam upaya meningkatkan kemajuan pertanian.
Tingkat kemajuan pertanian dapat diwujudkan mulai dari pembangunan
pertanian, yang dijalankan melalui program-program daerah. Pembangunan
pertanian ditujukan dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat terutama petani dan pelaku usaha pertanian. Dalam pencapaian
tujuan tersebut, kegiatan pembangunan pertanian menuntut termanfaatkannya
seluruh potensi yang ada di masyarakat, baik potensi sumber daya alam,
manusia, teknologi, dan juga sumber daya institusi secara optimal,
menguntungkan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Pengembangan sektor pertanian diharapkan tidak hanya dapat
menyediakan sumber pangan dan bahan baku industri, melainkan juga akan
menyokong pembangunan nasional dalam hal pembentukan Produk Domestik
Bruto (PDB), Penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat,
pemicu pertumbuhan ekonomi di pedesaan, perolehan devisa, maupun
sumbangan tidak langsung melalui penciptaan kondisi kondusif bagi
pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan sektor lain.1
Memperbincangkan pembangunan, khususnya di negara berkembang,
tidak bisa lepas dari wilayah perdesaan. Sebabnya sederhana saja, sebagian
besar penduduk di negara berkembang bermukim didaerah perdesaan dan
mayoritas masih dalam kondisi miskin. Di luar itu, wilayah perdesaan karena
lokasinya jauh dari pusat kota/pembangunan dicirikan oleh terbatasnya
infrastruktur ekonomi, sedikitnya kesempatan kerja diluar pertanian (non-
1 Ike Wahyu Nur Tyas, Evaluasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Di
Desa Jetis Kecamatan Pace Kabupaten Nganjuk, (Fakultas Ilmu Sosial, UNESA, E-Journal, pdf.), hal.
2
farm), dan jauh dari pasar.2 Kondisi wilayah tersebut bisa dikatakan
merupakan mniatur dari keadaan kehidupan masyarakat perdesaan di banyak
negara dunia ketiga. Wilayah perdesaan di dunia ketiga biasanya di
deskripsikan sebagai tempat bagi orang-orang untuk bekerja di sektor
pertanian. Sementara itu dalam pengertian yang sempit, desa adalah suatu
masyarakat para petani yang mencukupi hidup sendiri (swasembada).3
Masalah paling dasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah
masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan
yang dihadapi dalam permodalan pertanian berkaitan langsung dengan
kelembagaan selama ini, yaitu lemahnya organisasi tani, sistem dan prosedur
penyaluran kredit yang rumit, birokratis dan kurang memperhatikan kondisi
lingkungan sosial budaya perdesaan, sehingga sulit menyentuh kepentingan
petani yang sebenarnya. Dalam rangka menanggulangi permasalahan tersebut,
dicanangkan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP).
Program ini bertujuan untuk membantu mengurangi tingkat kemiskinan dan
menciptakan lapangan pekerjaan di perdesaan serta membantu penguatan
modal dalam kegiatan usaha di bidang pertanian sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan petani. Kehadiran program PUAP diharapkan dapat mengatasi
masalah kesulitan modal yang dihadapi petani.4
Di Kabupaten Tulungagung, program PUAP juga sudah terlaksana dari
tahun 2008 melalui Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung. Masyarakat
anggota gapoktan yang menggunakan modal pinjaman PUAP tersebut masih
belum tersosialisasi dan masih mempunyai kesadaran yang kecil, mereka
meminjam dana tersebut tanpa mengembalikannya dan kebanyakan anggota
gapoktan meminjam dana tersebut bukan untuk permasalahan petaniannya
tetapi untuk hal-hal yang lain seperti kebutuhan rumah tangga dan lain-lain,
sehingga dana PUAP tersebut tidak berjalan maksimal.
2 Ahmad Erani Yustika, Rukavina Baks. Konsep Ekonomi Kelembagaan Perdesaan, Pertanian, dan
Kedaulatan Pangan. (Malang: Empat Dua, 2015). hal. 1
3 Ibid. hal. 2
4 Zagaruddin Sagala, Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
Terhadap Pendapatan Petani, (Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB,
Skripsi, pdf.) hal. 3
Berdasarkan fenomena yang terjadi tersebut, penulis akan membuat
penelitian yang berjudul “Peran Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan
(PUAP)
Melalui
Sektor
Pertanian
Dalam
Meningkatkan
Pendapatan Masyarakat Petani Di Kabupaten Tulungagung”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
fokus penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian dari program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP)?
2. Bagaimana mekanisme program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP)?
3. Bagaimana peran program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP) dalam meningkatkan pendapatan petani padi anggota gapoktan di
Kabupaten Tulungagung?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengertian dari program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP).
2. Mengetahui mekanisme program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP).
3. Mengetahui peran program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP) dalam meningkatkan pendapatan petani padi anggota gapoktan di
Kabupaten Tulungagung.
D. Identifikasi dan Batasan Penelitian
Penelitian ini mencakup tentang peningkatan pendapatan pada
masyarakat khususnya para petani di kabupaten Tulungagung dengan adanya
program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di sektor
pertanian padi, dan juga mekanisme pelaksanaannya (PUAP) di beberapa
wilayah di kabupaten Tulungagung.
Untuk menghindari pembahasan yang meluas serta kesalah pahaman,
maka perlu adanya pembatasan terhadap penelitian dengan penentuan
variable-variabel penelitian secara jelas. Variabel yang hendak diteliti adalah
program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), kondisi sektor
pertanian di beberapa wilayah kabupaten Tulungagung, dan peran program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat petani anggota gapoktan di Kabupaten Tulungagung.
Untuk keperluan data penelitian, peneliti akan mencari data-data yang
menyangkut dengan topik penelitian di beberapa desa di kabupaten
Tulungagung yang mempunyai potensi lahan pertanian padi dan pada masingmasing gapoktan yang ada di desa tersebut.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah khazanah keilmuan, khususnya dalam upaya meningkatkan
perekonomian masyarakat petani padi di kabupaten Tulungagung
melalui program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
di sektor pertanian.
b. Sebagai
acuan
peneliti
berikutnya
dalam
mengkaji
upaya
meningkatkan perekonomian masyarakat petani padi di kabupaten
Tulungagung melalui program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP) di sektor pertanian.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan syarat menyelesaikan
pendidikan program Strata satu.
c. Bagi
lembaga,
dapat
dijadikan
sebagai
tambahan
khazanah
pengetahuan dan menjadikan sumbangan referensi bagi penelitian
berikutnya terkait upaya meningkatkan perekonomian masyarakat
petani
padi
di
kabupaten
Tulungagung
melalui
program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di sektor
pertanian.
d. Bagi masyarakat, agar lebih mengetahui secara transparan, mengenai
peningkatkan perekonomian masyarakat petani padi di kabupaten
Tulungagung melalui program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP) di sektor pertanian.
F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami skripsi yang
berjudul “Peran Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP) Melalui Sektor Pertanian Dalam Meningkatkan Pendapatan Petani
Di Kabupaten Tulungagung”, maka penulis memandang perlu untuk
menegaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul, yaitu sebagai berikut:
1. Penegasan Konseptual
b. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
Bentuk fasilitas bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani
pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang
dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).
c. Sektor Pertanian
Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber
energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.
d. Pendapatan
Jumlah uang yang diterima oleh pelaku usaha dari aktivitasnya,
kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan
atau konsumen.
1. Penegasan Operasional
Secara operasional penelitian dimaksudkan untuk mengetahui “Peran
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Melalui Sektor
Pertanian Guna Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Petani Di Kabupaten
Tulungagung”, yang dimaksud adalah mengetahui prosedur dan peran dari
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) melalui sektor
pertanian guna meningkatkan pendapatan masyarakat petani di kabupaten
Tulungagung.
KAJIAN PUSTAKA
A. KerangkaTeori
1. Pengertian Sektor Pertanian Perdesaan
Sektor
pertanian
merupakan
andalan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan sebagian masyarakat Indonesia karena sebagian besar
masyarakat Indonesia tinggal di desa dan bekerja di sektor pertanian. Negara
Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena besarnya luas lahan yang
digunakan untuk pertanian yaitu kurang lebih 74,52% dari keseluruhan luas
lahan yang ada di Indonesia.5 Pengembangan sektor pertanian melalui strategi
peningkatan nilai tambah (value added) komoditas hasil pertanian diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan para petani dan mengembalikan pamor
sektor pertanian sebagai salah satu sektor andalan dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional.6
Memperbincangkan pembangunan, khususnya di negara berkembang,
tidak bisa lepas dari wilayah perdesaan. Sebabnya sederhana saja, sebagian
besar penduduk di negara berkembang bermukim didaerah perdesaan dan
mayoritas masih dalam kondisi miskin. Di luar itu, wilayah perdesaan karena
lokasinya jauh dari pusat kota/pembangunan dicirikan oleh terbatasnya
infrastruktur ekonomi, sedikitnya kesempatan kerja diluar pertanian (nonfarm), dan jauh dari pasar.7 Kondisi wilayah tersebut bisa dikatakan
5 Imamudin Yuliadi. Perekonomian Indonesia Masalah dan Implementasi Kebijakan. (Yogyakarta:
UPFE-UMY, 2007). hal. 179
6 Ibid.
7 Ahmad Erani Yustika, Rukavina Baks. Konsep Ekonomi Kelembagaan Perdesaan, Pertanian, dan
Kedaulatan Pangan. (Malang: Empat Dua, 2015). hal. 1
merupakan mniatur dari keadaan kehidupan masyarakat perdesaan di banyak
negara dunia ketiga. Wilayah perdesaan di dunia ketiga biasanya di
deskripsikan sebagai tempat bagi orang-orang untuk bekerja di sektor
pertanian. Sementara itu dalam pengertian yang sempit, desa adalah suatu
masyarakat para petani yang mencukupi hidup sendiri (swasembada).8
2. Pengertian Agribisnis
Agribisnis sebagai sebuah sistem dan budaya baru mengelola bisnis
berbasis sumber daya alam sebenarnya sudah dikenal di Indonesia sejak akhir
1970-an. Namun, karena esensi utama suatu sistem agribisnis sebagai
keterkaitan seluruh komponen dan subsistem agribisnis, tidaklah mudah untuk
merumuskan suatu strategi pengembangan yang terintegrasi, apalagi dengan
faktor eksternal yang sukar dikendalikan. Hal ini pun sangat berhubungan
dengan karakter utama komoditas agribisnis yang mengandung resiko dan
ketidakpastian cukup tinggi.9
Agribisnis sendiri bukan sekedar proses kegiatan pertanian yang
berbasis lahan, tetapi merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh pelaku
pertanian yang menyiapkan input, proses menuju output, dan transportasi
untuk menjual produk ke konsumen. Dengan definisi seperti itu, strategi
agribisnis setidaknya terdiri dari empat subsistem yang terintegrasi secara
fungsional, yaitu sebagai berikut.
a. Subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness) berupa ragam
kegiatan industri dan perdagangan sarana produksi pertanian primer,
seperti industri pupuk, obat-obatan, bibit/benih, alat dan mesin
pertanian, dan lain-lain.
b. Subsitem
usaha
tani
primer
(on-
farm
agribusiness)
yang
menghasilkan komoditas pertanian primer.
8 Ibid. hal. 2
9 Bustanul Arifin. Diagnosis Ekoonomi Politik Pangan dan Pertanian. (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007). hal. 212
c. Subsistem agribisnis hilir (down- stream agribusiness) yang
mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan, baik dalam
bentuk siap untuk dimasak/siap disaji/siap untuk dikonsumsi beserta
kegiatan perdagangannya di pasar domestik dan internasional.
d. Subsistem jasa layanan pendukung, seperti lembaga keuangan,
transportasi, penelitian dan pengembangan, asuransi, kebijakan
pemerintah, dan lain-lain.10
Keseluruhan kegiatan subsistem tersebut saling terkait dalam sebuah
rangkaian sistem yang terintegrasi dan komprehensif. Terintegrasi disini bukan
dimaksudkan seluruh kepemilikan sejak dari hulu sampai hilir harus berada
dalam satu kelompok tertentu. Justru yang di harapkan adalah kepemilikan
tersebut terdistribusi secara proporsional diantara pelaku ekonomi yang
berkecimpung dalam proses agribisnis, sehingga di antara mereka tercipta
hubungan yang sepadan dan tidak saling merugikan. Dengan begitu, sebagai
strategi pembangunan ekonomi sistem agribisnis hendak menekankan bahwa
tanpa
perkembangan
di
seluruh
subsistem,
berbagai
upaya
untuk
meningkatkan pendapatan petani akan menemui kendala-kendala yang
serius.11
Sektor agribisnis telah terbukti mampu bertahan dari terpaan badai
krisis moneter. Kenyataan ini menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia
tidak dapat sepenuhnya tergantung pada sektor industri dan jasa saja, tetapi
juga pada sektor agribisnis. Oleh karena itu semestinya para pengambil
kebijakan baik dari tingkat pusat, provinsi sampai ke tingkat kabupaten dalam
pembangunan ekonomi di wilayahnya masing-masing perlu memberikan
prioritas pada sektor agribisnis karena mampu meningkatkan pendapatan para
pelaku agribisnis, menyerap tenaga kerja, meningkatkan perolehan devisa, dan
mampu mendorong munculnya industri yang lain.12
10 Ahmad Erani Yustika, Rukavina Baks. Op. Cit. hal. 46-47
11 Ibid. Hal. 47
12 Iga Widari Upadani dkk. Strategi Pengembangan Agribisnis Puring di Desa Petiga, Kecamatan
Marga, Kabupaten Tabanan. (Universitas Udayana, Vol. 1, No. 2, Oktober 2013). Pdf. hal. 68
3. Pengertian Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP)
PUAP merupakan bentuk fasilitas bantuan modal usaha untuk petani
anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah
tangga tani yang dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).
Dana tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan produktif budidaya (Onfarm) dan kegiatan non budidaya (Off-farm) yang terkait dengan komoditas
pertanian yaitu industri rumah tangga pertanian, pemasaran hasil pertanian dan
usaha lain berbasis pertanian.13
Dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan
kerja di pedesaan, bapak Presiden RI pada tanggal 30 April 2007 di Palu,
Sulawesi Tengah telah mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM-M), Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan
(PUAP) yang dilaksanakan oleh Departemen Pertanian pada tahun 2008
dilakukan secara terintegrasi dengan program PNPM-M. Untuk pelaksanaan
PUAP di Departemen Pertanian, Menteri Pertanian membentuk tim
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan melalui Keputusan Menteri
Pertanian (KEPMENTAN) Nomor 545/Kpts/OT.160/9/2007.14
Prosedur Pencairan Dana BLM-PUAP
Dana BLM-PUAP yang disalurkan dari Kementerian Pertanian
kepada Gapoktan dimanfaatkan sebagai modal usaha, diharapkan dikelola
dengan baik dan berkelanjutan oleh pengurus Gapoktan sesuai dengan
Rencana Usaha Bersama (RUB) yang telah disusun Gapoktan. Prosedur
penarikan dana BLM-PUAP dari Gapoktan kepada Kelompoktani dan petani
anggota serta pemanfaatannya sebagai berikut.
13 Septria I. Rajagukguk, Menenth Ginting, dan Emalisa, Partisipasi Petani Dalam Program
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), (Fakultas Pertanian USU, E-Journal, pdf), hal.
2
14 Menteri Pertanian, Pedoman Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan, (Peraturan Menteri
Pertanian, Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008, pdf), hal. 323
a.
Pengurus Gapoktan PUAP menginformasikan kepada seluruh
petani anggota melalui Kelompoktani bahwa dana BLM-PUAP telah
masuk ke rekening Gapoktan.
b.
Pembekalan pengetahuan PUAP dilakukan
oleh Tim Teknis
Kabupaten/Kota dan atau PMT, sebelum dana dicairkan kepada
Kelompoktani atau petani anggota.
c.
Pengurus Gapoktan meminta kepada seluruh Kelompok tani untuk
menentukan jadwal penarikan sesuai dengan Rencana Usaha
Kelompok (RUK).
d.
Pengurus Kelompok tani meminta kepada seluruh petani anggota
untuk menentukan jadwal penarikan sesuai dengan Rencana Usaha
Anggota (RUA).
e.
Penarikan/Pencairan dana BLM PUAP dari Bank diketahui oleh
Tim Teknis PUAP Kabupaten/Kota, dilaksanakan secara bertahap
sesuai dengan jadwal pemanfaatan yang disepakati pada Rapat
Anggota.
Prosedur Pemanfaatan Dana BLM-PUAP
a.
Dana BLM-PUAP dimanfaatkan sebagai
modal usaha
produktif agribisnis sesuai dengan RUB/RUK/RUA
yang telah disepakati.
b.
Setiap
transaksi
dilaksanakan
secara
transparan dan dibukukan serta bukti transaksi harus disimpan secara
tertib oleh Bendahara Gapoktan.
c.
Pemanfaatan Dana BLM-PUAP yang tidak
sesuai dengan siklus dan peluang usaha yang terdapat dalam RUB,
maka Gapoktan PUAP dapat melakukan perubahan/revisi RUB yang
telah diputuskan melalui musyawarah/Rapat Anggota (RA) dengan
Berita Acara yang ditandatangani oleh Ketua Gapoktan, diketahui oleh
Penyelia Mitra Tani (PMT) dan Tim Teknis Kabupaten/Kota.
d.
Dana BLM PUAP merupakan modal dasar
bagi Gapoktan yang dapat dimanfaatkan oleh petani, dan harus
ditumbuhkembangkan secara berkelanjutan menjadi LKM-A.
e.
Apabila
terjadi
penyimpangan
terhadap
penyaluran dan pemanfaatan dana BLM-PUAP, maka Tim Teknis agar
melakukan pemeriksaan, dan hasil pemeriksaan yang dinyatakan
dengan Berita Acara penyelesaian Permasalahan (BAP).15
4. Pengertian Pendapatan
Tujuan kebijakan ekonomi adalah menciptakan kemakmuran. Salah
satu ukuran kemakmuran terpenting adalah pendapatan. Kemakmuran tercipta
karena ada kegiatan yang menghasilkan pendapatan. Ada juga pendapatan dari
harta, tetapi harta adalah akumulasi dari kegiatan sebelumnya.16
Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun
berupa barang yang berasal dari pihak lain maupun hasil industri yang dinilai
atas dasar sejumlah uang dari harta yang berlaku saat itu. Pendapatan
merupakan sumber penghasilan seseorang untuk memenuhi kebutuhan sehari
– hari dan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup dan penghidupan
seseorang secara langsung mau pun tidak langsung.17
B. Penelitian Terdahulu
No
1
Judul/Penulis/
Masalah Penelitian
Sampel & Teknik
Hasil Penelitian
Tahun
Tujuan Penelitian
Sampling
Keterbatasan &
PERANAN
Mengetahui pengaruh
Analisis Data
Data yang dikumpulkan
Saran
Hasil penelitiannya
PROGRAM
pemberian dana
terdiri dari data primer
adalah bahwa
PENGEMBANG-
program PUAP
dan sekunder. Data
program PUAP
15 Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Petunjuk Teknis Verifikasi Dokumen
Administrasi dan Penyaluran Dana Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaan (BLM-PUAP) Tahun 2015. (Jakarta: TP, 2015) Hal. 17-18
16 Robinson Tarigan. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2015). Hal. 13
17 http://www.hestanto.web.id/pengertian-pendapatan/ di akses pada tanggal 2 April 2018,
pukul 21:34 WIB.
AN USAHA
terhadap pendapatan
primer diperoleh secara
memberi pengaruh
AGRIBISNIS
petani sebelum dan
langsung melaui
positif terhadap
PEDESAAN
sesudah program
wawancara kepada
masyarakat
(PUAP)
PUAP
sampel dengan
khususnya dalam
TERHADAP
menggunakan daftar
bidang permodalan
PENINGKATAN
pertanyaan (kuesioner)
bagi masyarakat
PENDAPATAN
dan data sekunder
tani, serta dapat
PETANI/Sasmita
diperoleh dari lembaga
mempengaruhi sikap
Siregar & Gustami
atau instansi-instansi
petani. Program
Harahap, Evi
terkait dengan penelitian.
PUAP dapat
Erawati & Yudha
memberi
Andriansyah
Teknik sampling yang
peningkatan dalam
Putra/2013
digunakan adalah
hal pendapatan
purposive sampling.
sebesar 0,16%.
Metode penelitian yang
dipergunakan adalah
kuantitatif dengan jenis
2
DAMPAK
1) Mengetahui
deskriptif
Data yang dikumpulkan
Hasil dari penelitian
PELAKSANAAN
karakteristik petani
terdiri dari data primer
ini adalah bahwa
PROGRAM
anggota gapoktan
dan sekunder.
pendapatan
PENGEMBANG-
penerima dana
Pengumpulan data primer perkapita perbulan
AN USAHA
AGRIBISNIS
PEDESAAN
(PUAP) DI
KABUPATEN
INDRAGIRI
HULU/Sri Ayu
Kurniati/2016
PUAP.
2) Mengetahui
pelaksanaan
program PUAP
pada gapoktan
penerima dana
PUAP.
3) Mengetahui
kinerja gapoktan
diperoleh melalui
sebelum dan setelah
wawancara langsung
program
kepada petani
PUAP menunjukkan
sampel dengan
hasil yang nyata. Hal
berpedoman pada daftar
ini dapat terlihat
pertanyaan (kuisioner)
bahwa nilai p value
meliputi identitas
kurang
penerima
dari alpha 0,05
menurut petani
dana PUAP yaitu umur,
artinya terdapat
penerima dana
tingkat pendidikan,
perbedaan yang
pengalaman usaha,
nyata antara
jumlah anggota keluarga,
pendapatan sebelum
jenis dan luas lahan, luas
dilaksanakan
dan status kepemilikan
program PUAP dan
lahan. Sedangkan data
setelah dilaksanakan
sekunder meliputi
program PUAP.
PUAP.
4) Mengetahui
dampak kegiatan
program PUAP
terhadap
peningkatan
pendapatan
anggota gapoktan.
gambaran umum atau
keadaan daerah, iklim,
Saran
luas daerah, jumlah
Pemerintah harus
penduduk, tingkat
melakukan
pendidikan dan sumber
monitoring dan
mata pencaharian
evaluasi kepada
penduduk dan data-data
gapoktan secara
yang berhubungan
berkala dan
dengan
berkelanjutan untuk
program PUAP, yang
mengidentifikasi
diperoleh dari instansi-
masalah yang
instansi terkait, seperti
muncul dari
Kantor Kecamatan, BPS,
pelaksanaan
penyuluh dan penyelia
kegiatan
gapoktan.
pinjaman bergulir di
Teknik sampling yang
lapangan dan
digunakan adalah
kesesuaian antara
stratified purposive
pelaksanaan
sampling.
kegiatan dengan
ketentuan yang
Metode penelitian yang
berlaku dan
digunakan adalah dengan
meningkatkan
statistik deskriptif,
pembinaan,
analisis deskriptif,
pembimbingan dan
Importance Performance
pengawasan dalam
Analysis (IPA),
hal pengajuan
menggunakan rumus
pinjaman oleh petani
menurut Soekartawi
sampai pemanfaatan
(1995) yang selanjutnya
dan pengembalian
menggunakan uji statistik dana ke LKMA.
t-hitung untuk
3
PENGARUH
1) Mengetahui jenis
DANA
usaha.
2) Mengetahui
PENGEMBANGAN USAHA
AGRIBISNIS
PERDESAAN
TERHADAP
PENDAPATAN
ANGGOTA
KELOMPOK
pendapatan bersih
dari usaha sumber
dana PUAP.
3) Mengetahui
pengaruh
pemberian dana
PUAP terhadap
anggota kelompok.
berpasangan.
Data yang diambil terdiri
Hasil penelitian ini
dari data primer dan
adalah bahwa dana
sekunder. Data primer di
bantuan PUAP telah
peroleh langsung dari
dapat meningkatkan
anggota Gapoktan. Data
pendapatan
sekunder di
keluarga. Melalui
peroleh dari instansi
usaha tani, petani
terkait dan dinas
telah memperoleh
Pertanian kota
pendapatan untuk
Pekanbaru.
rumah tangga
PADA
mereka. Selama
GAPOKTAN DI
Teknik sampling yang
dana digulirkan telah
KELURAHAN
digunakan adalah
membuat penerima
REJOSARI
purposive sampling.
dana melakukan
KECAMATAN
usaha dan meningkat
TENAYAN
Metode analisis data
setiap tahunnya.
RAYA/Latifa
yang digunakan adalah
Siswati, Rini Nizar,
analisis deskriptif
Saran
Mufti/2015
kualitatif.
Jumlah dana yang
diberikan dapat
ditingkatkan untuk
menambah modal
usaha, dan juga
perlu pelatihann dan
pendampingan dari
instansi terkait untuk
meningkatkan
produktivitas.
4
ANALISIS
1) Mengetahui
Data-data yang
Hasil dari penelitian
PENDAPATAN
gambaran umum
dikumpulkan pada
tersebut adalah
PENERIMA
pelaksanaan
kegiatan penelitian
bahwa tidak terdapat
BANTUAN
Bantuan Langsung
tersebut meliputi data
perbedaan antara
LANGSUNG
Masyarakat-
primer dan data sekunder. pendapatan
MASYARAKAT
Pengembangan
Data Primer yakni data
responden penerima
PENGEMBANG-
Usaha Agribisnis
yang bersumber
dan non
AN
Perdesaan (BLM-
langsung dari penerima
penerima BLM-
USAHA
PUAP) di Kab.
dan yang
PUAP, dan
AGRIBISNIS
PERDESAAN
(BLM-PUAP)
DI KABUPATEN
BARITO
KUALA/Andi Suci
Anita, Umi
Salawati/2011
Barito Kuala.
2) Membadingkan
tingkat pendapatan
penerima dengan
yang tidak
menerima BLMPUAP.
3) Menganalisis
faktor-faktor yang
mempengaruhi
pendapatan
penerima BLMPUAP.
tidak mendapatkan BLM- pendapatan
PUAP di
dipengaruhi nyata
Kabupaten Barito Kuala,
oleh besarnya dana
yang
BLM-PUAP, modal
didapatkan melalui
sendiri, umur,
teknik wawancara
pendidikan,
terstruktur
pengalaman, jumlah
(menggunakan
anggota keluarga
kuesioner) dengan
yang
responden. Data
ditanggung, dan
sekunder yang diperoleh
jenis usaha yang
dari berbagai sumber,
digunakan.
seperti hasil-hasil
penelitian, dan
publikasi-publikasi yang
diterbitkan
oleh instansi yang
berwenang, yaitu: Badan
Pusat Statistik,
Pemerintah Desa,
Pemerintah Kecamatan,
Pemerintah Kabupaten,
instansi terkait dan
kepustakaan yang relevan
dengan kegiatan
penelitian.
Teknik sampling yang
digunakan adalah
purposive sampling.
Metode penelitian yang
digunakan adalah
kuantitatif
C. Kerangka Konseptual
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan juga kajian
penelitian terdahulu, Skema hubungan antar variabel atau kerangka berfikir
penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Sektor
Pertanian Padi
Mekanisme
Pelaksanaan
PUAP
Gapoktan
Program
Faktor
Penghambat
/kendala dan
Solusi
Peningkatan
Pendapatan Petani
PUAP
D. Proposisi
1. Penerapan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
sebagai upaya meningkatkan pendapatan masyarakat petani di kabupaten
Tulungagung.
2. Faktor-faktor yang menghambat dan mendorong program Pengembangan
Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) sebagai upaya meningkatkan
pendapatan masyarakat petani di kabupaten Tulungagung.
3. Penerapan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
sebagai upaya meningkatkan pendapatan masyarakat petani di kabupaten
Tulungagung dalam perspektif ekonomi Islam.
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pendekatan yang diambil dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah
sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian
lebih menekankan makna daripada generalisasi.18
18 Rokhmat Subagiyo. Metode Penelitian Ekonomi Islam: Konsep dan Penerapan. (Jakarta: Alim’s
Publishing, 2017). Hal. 232
B. Tempat Penelitian
Adapun tempat penelitian yang akan diteliti adalah di beberapa
Gapoktan yang ada di daerah Kabupaten Tulungagung. Selain itu, peneliti juga
akan menggali informasi di dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung yang
beralamatkan di Jl. Ki Mangunsarkoro, Beji, Tulungagung PO.BOX. 117.
C. Instrumen Pengumpulan Data
Pada dasarnya ada tiga teknik dalam pengumpulan data yang lazim
digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi.
1.
Observasi
Observasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah observasi terlibat
yang dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu pengamatan deskriptif, pengamatan
terfokus, dan pengamatan selektif.
a.
Pengamatan deskriptif
yaitu pengamatan dimana saat memasuki situasi social tertentu sebagai
obyek penelitian, pada tahap ini peneliti belum membawa masalah
yang akan diteliti.19 Yang dimaksud adalah peneliti datang hanya
meneliti secara umum tentang letak geografis dari beberapa gapoktan
di daerah Kabupaten Tulungagung, mengenai apakah gapoktangapoktan tersebut masih aktif dalam menjalankan administrasi
pelaksanaan pertanian. Dan juga peneliti akan meneliti mengenai peran
dari dinas pertanian Kabupaten Tulungagung.
b.
Pengamatan terfokus
yaitu dimana peneliti sudah mempersempit observasi menjadi fokus
tertentu. Yang dimaksud adalah peneliti sudah mulai menarik
pengamatan umum menjadi lebih sempit. 20 Antara lain adalah apakah
beberapa gapoktan tersebut sudah mendapatkan dana program BLMPUAP dan apakah sudah tersosialisasi mengenai mekanisme
pelaksanaannya oleh dinas pertanian kabupaten Tulungagung.
19 Ibid. Hal. 233
20 Ibid
c.
Pengamatan
selektif
adalah peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga
datanya menjadi lebih rinci.21 Dalam observasi kali ini peneliti telah
benar-benar fokus meneliti mengenai seberapa besar peran program
BLM-PUAP dalam meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani
padi pada beberapa gapoktan yang ada di kabupaten Tulungagung.
2.
Studi Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber-sumber
non-insani yakni berupa dokumen-dokumen atau arsip-arsip yang terkait
dengan fokus dan sub fokus penelitian.22
3.
Wawancara
Yang dimaksud wawancara adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan tatap muka secara langsung antara pewawancara dengan
narasumber dimana pewawancara mengajukan sejumlah pertanyaan yang
harus dijawab secara lisan oleh narasumber.23 Adapun dalam wawancara ini
peneliti akan menggali informasi dari ketua gapoktan, Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL), dan dari pihak dinas pertanian kabupaten Tulungagung
mengenai pelaksanaan dan dampak dari program BLM-PUAP terhadap
produktivitas dan pendapatan petani Tulungagung.
D. Teknik Analisis Data
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti
memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan,
atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan focus penelitian.
Namun focus penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.24
21 Ibid
22 Ibid. Hal 234
23 Ibid. Hal. 83
24 Ibid. Hal. 235
Analisis selama di lapangan yang diungkapkan oleh Miles dan
Huberman yaitu menggunakan analisis data reduction (reduksi data) yaitu
merangkum data. Merangkum adalah memilih hal-hal pokok, mmefokuskan
pada hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.25
Langkah selanjutnya yaitu data display (penyjajian data). Dalam
penelitian kualitatif yaitu dengan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Yang sering digunakan dalam
penelitian kualitatif yaitu dengan teks bersifat naratif. Dengan mendisplay
data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Selain
dengan cerita narasumber juga berupa grafik, matrik dan chart.26
Langkah terakhir yaitu conclusion drawing/ verivication, yaitu menarik
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti
valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. 27
DAFTAR PUSTAKA
o Arifin, Bustanul. 2007. Diagnosis Ekoonomi Politik Pangan dan
Pertanian. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007).
o Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. 2015. Petunjuk Teknis
Verifikasi Dokumen Administrasi dan Penyaluran Dana Bantuan
Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(BLM-PUAP) Tahun 2015. (Jakarta: TP)
25 Ibid. Hal. 236
26 Ibid
27 Ibid
o
http://www.hestanto.web.id/pengertian-pendapatan/
o Menteri Pertanian, Pedoman Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan,
(Peraturan Menteri Pertanian, Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008, pdf).
o Nur Tyas, Ike Wahyu. Evaluasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP) Di Desa Jetis Kecamatan Pace Kabupaten Nganjuk.
(Fakultas Ilmu Sosial, UNESA, E-Journal, pdf.).
o Rajagukguk, Septria I dkk. Partisipasi Petani Dalam Program
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). (Fakultas Pertanian
USU, E-Journal, pdf).
o Sagala, Zagaruddin. Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Petani. (Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB, Skripsi, pdf.)
o Subagiyo, Rokhmat. 2017. Metode Penelitian Ekonomi Islam: Konsep dan
Penerapan. (Jakarta: Alim’s Publishing).
o Tarigan, Robinson. 2015. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. (Jakarta:
Bumi Aksara).
o Yuliadi, Imamudin. 2007. Perekonomian Indonesia Masalah dan
Implementasi Kebijakan. (Yogyakarta: UPFE-UMY).
o Yustika, Ahmad Erani & Baks, Rukavina. 2015. Konsep Ekonomi
Kelembagaan Perdesaan, Pertanian, dan Kedaulatan Pangan. (Malang:
Empat Dua).
o
Upadani, Iga Widari dkk. 2013. Strategi Pengembangan Agribisnis Puring
di Desa Petiga, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. (Universitas
Udayana, Vol. 1, No. 2, Pdf. )
AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) MELALUI SEKTOR
PERTANIAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN
PETANI DI KABUPATEN TULUNGAGUNG”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Seminar Proposal Skripsi”
Dosen Pengampu:
Rokhmat Subagiyo, S.E., M.E.I
Disusun Oleh:
Muhammad Miftahul Khoir Rahmatullah
(17402153027)
EKONOMI SYARIAH (VI/A)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
2018
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan
sebagian besar dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang umumnya berada di
pedesaan. Dengan demikian, sudah sewajarnya masyarakat desa sebagai
petani menjadi sasaran utama dalam upaya meningkatkan kemajuan pertanian.
Tingkat kemajuan pertanian dapat diwujudkan mulai dari pembangunan
pertanian, yang dijalankan melalui program-program daerah. Pembangunan
pertanian ditujukan dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat terutama petani dan pelaku usaha pertanian. Dalam pencapaian
tujuan tersebut, kegiatan pembangunan pertanian menuntut termanfaatkannya
seluruh potensi yang ada di masyarakat, baik potensi sumber daya alam,
manusia, teknologi, dan juga sumber daya institusi secara optimal,
menguntungkan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Pengembangan sektor pertanian diharapkan tidak hanya dapat
menyediakan sumber pangan dan bahan baku industri, melainkan juga akan
menyokong pembangunan nasional dalam hal pembentukan Produk Domestik
Bruto (PDB), Penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat,
pemicu pertumbuhan ekonomi di pedesaan, perolehan devisa, maupun
sumbangan tidak langsung melalui penciptaan kondisi kondusif bagi
pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan sektor lain.1
Memperbincangkan pembangunan, khususnya di negara berkembang,
tidak bisa lepas dari wilayah perdesaan. Sebabnya sederhana saja, sebagian
besar penduduk di negara berkembang bermukim didaerah perdesaan dan
mayoritas masih dalam kondisi miskin. Di luar itu, wilayah perdesaan karena
lokasinya jauh dari pusat kota/pembangunan dicirikan oleh terbatasnya
infrastruktur ekonomi, sedikitnya kesempatan kerja diluar pertanian (non-
1 Ike Wahyu Nur Tyas, Evaluasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Di
Desa Jetis Kecamatan Pace Kabupaten Nganjuk, (Fakultas Ilmu Sosial, UNESA, E-Journal, pdf.), hal.
2
farm), dan jauh dari pasar.2 Kondisi wilayah tersebut bisa dikatakan
merupakan mniatur dari keadaan kehidupan masyarakat perdesaan di banyak
negara dunia ketiga. Wilayah perdesaan di dunia ketiga biasanya di
deskripsikan sebagai tempat bagi orang-orang untuk bekerja di sektor
pertanian. Sementara itu dalam pengertian yang sempit, desa adalah suatu
masyarakat para petani yang mencukupi hidup sendiri (swasembada).3
Masalah paling dasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah
masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan
yang dihadapi dalam permodalan pertanian berkaitan langsung dengan
kelembagaan selama ini, yaitu lemahnya organisasi tani, sistem dan prosedur
penyaluran kredit yang rumit, birokratis dan kurang memperhatikan kondisi
lingkungan sosial budaya perdesaan, sehingga sulit menyentuh kepentingan
petani yang sebenarnya. Dalam rangka menanggulangi permasalahan tersebut,
dicanangkan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP).
Program ini bertujuan untuk membantu mengurangi tingkat kemiskinan dan
menciptakan lapangan pekerjaan di perdesaan serta membantu penguatan
modal dalam kegiatan usaha di bidang pertanian sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan petani. Kehadiran program PUAP diharapkan dapat mengatasi
masalah kesulitan modal yang dihadapi petani.4
Di Kabupaten Tulungagung, program PUAP juga sudah terlaksana dari
tahun 2008 melalui Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung. Masyarakat
anggota gapoktan yang menggunakan modal pinjaman PUAP tersebut masih
belum tersosialisasi dan masih mempunyai kesadaran yang kecil, mereka
meminjam dana tersebut tanpa mengembalikannya dan kebanyakan anggota
gapoktan meminjam dana tersebut bukan untuk permasalahan petaniannya
tetapi untuk hal-hal yang lain seperti kebutuhan rumah tangga dan lain-lain,
sehingga dana PUAP tersebut tidak berjalan maksimal.
2 Ahmad Erani Yustika, Rukavina Baks. Konsep Ekonomi Kelembagaan Perdesaan, Pertanian, dan
Kedaulatan Pangan. (Malang: Empat Dua, 2015). hal. 1
3 Ibid. hal. 2
4 Zagaruddin Sagala, Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
Terhadap Pendapatan Petani, (Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB,
Skripsi, pdf.) hal. 3
Berdasarkan fenomena yang terjadi tersebut, penulis akan membuat
penelitian yang berjudul “Peran Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan
(PUAP)
Melalui
Sektor
Pertanian
Dalam
Meningkatkan
Pendapatan Masyarakat Petani Di Kabupaten Tulungagung”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
fokus penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian dari program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP)?
2. Bagaimana mekanisme program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP)?
3. Bagaimana peran program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP) dalam meningkatkan pendapatan petani padi anggota gapoktan di
Kabupaten Tulungagung?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengertian dari program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP).
2. Mengetahui mekanisme program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP).
3. Mengetahui peran program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP) dalam meningkatkan pendapatan petani padi anggota gapoktan di
Kabupaten Tulungagung.
D. Identifikasi dan Batasan Penelitian
Penelitian ini mencakup tentang peningkatan pendapatan pada
masyarakat khususnya para petani di kabupaten Tulungagung dengan adanya
program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di sektor
pertanian padi, dan juga mekanisme pelaksanaannya (PUAP) di beberapa
wilayah di kabupaten Tulungagung.
Untuk menghindari pembahasan yang meluas serta kesalah pahaman,
maka perlu adanya pembatasan terhadap penelitian dengan penentuan
variable-variabel penelitian secara jelas. Variabel yang hendak diteliti adalah
program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), kondisi sektor
pertanian di beberapa wilayah kabupaten Tulungagung, dan peran program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat petani anggota gapoktan di Kabupaten Tulungagung.
Untuk keperluan data penelitian, peneliti akan mencari data-data yang
menyangkut dengan topik penelitian di beberapa desa di kabupaten
Tulungagung yang mempunyai potensi lahan pertanian padi dan pada masingmasing gapoktan yang ada di desa tersebut.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah khazanah keilmuan, khususnya dalam upaya meningkatkan
perekonomian masyarakat petani padi di kabupaten Tulungagung
melalui program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
di sektor pertanian.
b. Sebagai
acuan
peneliti
berikutnya
dalam
mengkaji
upaya
meningkatkan perekonomian masyarakat petani padi di kabupaten
Tulungagung melalui program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP) di sektor pertanian.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan syarat menyelesaikan
pendidikan program Strata satu.
c. Bagi
lembaga,
dapat
dijadikan
sebagai
tambahan
khazanah
pengetahuan dan menjadikan sumbangan referensi bagi penelitian
berikutnya terkait upaya meningkatkan perekonomian masyarakat
petani
padi
di
kabupaten
Tulungagung
melalui
program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di sektor
pertanian.
d. Bagi masyarakat, agar lebih mengetahui secara transparan, mengenai
peningkatkan perekonomian masyarakat petani padi di kabupaten
Tulungagung melalui program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP) di sektor pertanian.
F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami skripsi yang
berjudul “Peran Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP) Melalui Sektor Pertanian Dalam Meningkatkan Pendapatan Petani
Di Kabupaten Tulungagung”, maka penulis memandang perlu untuk
menegaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul, yaitu sebagai berikut:
1. Penegasan Konseptual
b. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
Bentuk fasilitas bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani
pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang
dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).
c. Sektor Pertanian
Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber
energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.
d. Pendapatan
Jumlah uang yang diterima oleh pelaku usaha dari aktivitasnya,
kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan
atau konsumen.
1. Penegasan Operasional
Secara operasional penelitian dimaksudkan untuk mengetahui “Peran
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Melalui Sektor
Pertanian Guna Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Petani Di Kabupaten
Tulungagung”, yang dimaksud adalah mengetahui prosedur dan peran dari
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) melalui sektor
pertanian guna meningkatkan pendapatan masyarakat petani di kabupaten
Tulungagung.
KAJIAN PUSTAKA
A. KerangkaTeori
1. Pengertian Sektor Pertanian Perdesaan
Sektor
pertanian
merupakan
andalan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan sebagian masyarakat Indonesia karena sebagian besar
masyarakat Indonesia tinggal di desa dan bekerja di sektor pertanian. Negara
Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena besarnya luas lahan yang
digunakan untuk pertanian yaitu kurang lebih 74,52% dari keseluruhan luas
lahan yang ada di Indonesia.5 Pengembangan sektor pertanian melalui strategi
peningkatan nilai tambah (value added) komoditas hasil pertanian diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan para petani dan mengembalikan pamor
sektor pertanian sebagai salah satu sektor andalan dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional.6
Memperbincangkan pembangunan, khususnya di negara berkembang,
tidak bisa lepas dari wilayah perdesaan. Sebabnya sederhana saja, sebagian
besar penduduk di negara berkembang bermukim didaerah perdesaan dan
mayoritas masih dalam kondisi miskin. Di luar itu, wilayah perdesaan karena
lokasinya jauh dari pusat kota/pembangunan dicirikan oleh terbatasnya
infrastruktur ekonomi, sedikitnya kesempatan kerja diluar pertanian (nonfarm), dan jauh dari pasar.7 Kondisi wilayah tersebut bisa dikatakan
5 Imamudin Yuliadi. Perekonomian Indonesia Masalah dan Implementasi Kebijakan. (Yogyakarta:
UPFE-UMY, 2007). hal. 179
6 Ibid.
7 Ahmad Erani Yustika, Rukavina Baks. Konsep Ekonomi Kelembagaan Perdesaan, Pertanian, dan
Kedaulatan Pangan. (Malang: Empat Dua, 2015). hal. 1
merupakan mniatur dari keadaan kehidupan masyarakat perdesaan di banyak
negara dunia ketiga. Wilayah perdesaan di dunia ketiga biasanya di
deskripsikan sebagai tempat bagi orang-orang untuk bekerja di sektor
pertanian. Sementara itu dalam pengertian yang sempit, desa adalah suatu
masyarakat para petani yang mencukupi hidup sendiri (swasembada).8
2. Pengertian Agribisnis
Agribisnis sebagai sebuah sistem dan budaya baru mengelola bisnis
berbasis sumber daya alam sebenarnya sudah dikenal di Indonesia sejak akhir
1970-an. Namun, karena esensi utama suatu sistem agribisnis sebagai
keterkaitan seluruh komponen dan subsistem agribisnis, tidaklah mudah untuk
merumuskan suatu strategi pengembangan yang terintegrasi, apalagi dengan
faktor eksternal yang sukar dikendalikan. Hal ini pun sangat berhubungan
dengan karakter utama komoditas agribisnis yang mengandung resiko dan
ketidakpastian cukup tinggi.9
Agribisnis sendiri bukan sekedar proses kegiatan pertanian yang
berbasis lahan, tetapi merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh pelaku
pertanian yang menyiapkan input, proses menuju output, dan transportasi
untuk menjual produk ke konsumen. Dengan definisi seperti itu, strategi
agribisnis setidaknya terdiri dari empat subsistem yang terintegrasi secara
fungsional, yaitu sebagai berikut.
a. Subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness) berupa ragam
kegiatan industri dan perdagangan sarana produksi pertanian primer,
seperti industri pupuk, obat-obatan, bibit/benih, alat dan mesin
pertanian, dan lain-lain.
b. Subsitem
usaha
tani
primer
(on-
farm
agribusiness)
yang
menghasilkan komoditas pertanian primer.
8 Ibid. hal. 2
9 Bustanul Arifin. Diagnosis Ekoonomi Politik Pangan dan Pertanian. (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007). hal. 212
c. Subsistem agribisnis hilir (down- stream agribusiness) yang
mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan, baik dalam
bentuk siap untuk dimasak/siap disaji/siap untuk dikonsumsi beserta
kegiatan perdagangannya di pasar domestik dan internasional.
d. Subsistem jasa layanan pendukung, seperti lembaga keuangan,
transportasi, penelitian dan pengembangan, asuransi, kebijakan
pemerintah, dan lain-lain.10
Keseluruhan kegiatan subsistem tersebut saling terkait dalam sebuah
rangkaian sistem yang terintegrasi dan komprehensif. Terintegrasi disini bukan
dimaksudkan seluruh kepemilikan sejak dari hulu sampai hilir harus berada
dalam satu kelompok tertentu. Justru yang di harapkan adalah kepemilikan
tersebut terdistribusi secara proporsional diantara pelaku ekonomi yang
berkecimpung dalam proses agribisnis, sehingga di antara mereka tercipta
hubungan yang sepadan dan tidak saling merugikan. Dengan begitu, sebagai
strategi pembangunan ekonomi sistem agribisnis hendak menekankan bahwa
tanpa
perkembangan
di
seluruh
subsistem,
berbagai
upaya
untuk
meningkatkan pendapatan petani akan menemui kendala-kendala yang
serius.11
Sektor agribisnis telah terbukti mampu bertahan dari terpaan badai
krisis moneter. Kenyataan ini menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia
tidak dapat sepenuhnya tergantung pada sektor industri dan jasa saja, tetapi
juga pada sektor agribisnis. Oleh karena itu semestinya para pengambil
kebijakan baik dari tingkat pusat, provinsi sampai ke tingkat kabupaten dalam
pembangunan ekonomi di wilayahnya masing-masing perlu memberikan
prioritas pada sektor agribisnis karena mampu meningkatkan pendapatan para
pelaku agribisnis, menyerap tenaga kerja, meningkatkan perolehan devisa, dan
mampu mendorong munculnya industri yang lain.12
10 Ahmad Erani Yustika, Rukavina Baks. Op. Cit. hal. 46-47
11 Ibid. Hal. 47
12 Iga Widari Upadani dkk. Strategi Pengembangan Agribisnis Puring di Desa Petiga, Kecamatan
Marga, Kabupaten Tabanan. (Universitas Udayana, Vol. 1, No. 2, Oktober 2013). Pdf. hal. 68
3. Pengertian Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP)
PUAP merupakan bentuk fasilitas bantuan modal usaha untuk petani
anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah
tangga tani yang dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).
Dana tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan produktif budidaya (Onfarm) dan kegiatan non budidaya (Off-farm) yang terkait dengan komoditas
pertanian yaitu industri rumah tangga pertanian, pemasaran hasil pertanian dan
usaha lain berbasis pertanian.13
Dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan
kerja di pedesaan, bapak Presiden RI pada tanggal 30 April 2007 di Palu,
Sulawesi Tengah telah mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM-M), Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan
(PUAP) yang dilaksanakan oleh Departemen Pertanian pada tahun 2008
dilakukan secara terintegrasi dengan program PNPM-M. Untuk pelaksanaan
PUAP di Departemen Pertanian, Menteri Pertanian membentuk tim
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan melalui Keputusan Menteri
Pertanian (KEPMENTAN) Nomor 545/Kpts/OT.160/9/2007.14
Prosedur Pencairan Dana BLM-PUAP
Dana BLM-PUAP yang disalurkan dari Kementerian Pertanian
kepada Gapoktan dimanfaatkan sebagai modal usaha, diharapkan dikelola
dengan baik dan berkelanjutan oleh pengurus Gapoktan sesuai dengan
Rencana Usaha Bersama (RUB) yang telah disusun Gapoktan. Prosedur
penarikan dana BLM-PUAP dari Gapoktan kepada Kelompoktani dan petani
anggota serta pemanfaatannya sebagai berikut.
13 Septria I. Rajagukguk, Menenth Ginting, dan Emalisa, Partisipasi Petani Dalam Program
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), (Fakultas Pertanian USU, E-Journal, pdf), hal.
2
14 Menteri Pertanian, Pedoman Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan, (Peraturan Menteri
Pertanian, Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008, pdf), hal. 323
a.
Pengurus Gapoktan PUAP menginformasikan kepada seluruh
petani anggota melalui Kelompoktani bahwa dana BLM-PUAP telah
masuk ke rekening Gapoktan.
b.
Pembekalan pengetahuan PUAP dilakukan
oleh Tim Teknis
Kabupaten/Kota dan atau PMT, sebelum dana dicairkan kepada
Kelompoktani atau petani anggota.
c.
Pengurus Gapoktan meminta kepada seluruh Kelompok tani untuk
menentukan jadwal penarikan sesuai dengan Rencana Usaha
Kelompok (RUK).
d.
Pengurus Kelompok tani meminta kepada seluruh petani anggota
untuk menentukan jadwal penarikan sesuai dengan Rencana Usaha
Anggota (RUA).
e.
Penarikan/Pencairan dana BLM PUAP dari Bank diketahui oleh
Tim Teknis PUAP Kabupaten/Kota, dilaksanakan secara bertahap
sesuai dengan jadwal pemanfaatan yang disepakati pada Rapat
Anggota.
Prosedur Pemanfaatan Dana BLM-PUAP
a.
Dana BLM-PUAP dimanfaatkan sebagai
modal usaha
produktif agribisnis sesuai dengan RUB/RUK/RUA
yang telah disepakati.
b.
Setiap
transaksi
dilaksanakan
secara
transparan dan dibukukan serta bukti transaksi harus disimpan secara
tertib oleh Bendahara Gapoktan.
c.
Pemanfaatan Dana BLM-PUAP yang tidak
sesuai dengan siklus dan peluang usaha yang terdapat dalam RUB,
maka Gapoktan PUAP dapat melakukan perubahan/revisi RUB yang
telah diputuskan melalui musyawarah/Rapat Anggota (RA) dengan
Berita Acara yang ditandatangani oleh Ketua Gapoktan, diketahui oleh
Penyelia Mitra Tani (PMT) dan Tim Teknis Kabupaten/Kota.
d.
Dana BLM PUAP merupakan modal dasar
bagi Gapoktan yang dapat dimanfaatkan oleh petani, dan harus
ditumbuhkembangkan secara berkelanjutan menjadi LKM-A.
e.
Apabila
terjadi
penyimpangan
terhadap
penyaluran dan pemanfaatan dana BLM-PUAP, maka Tim Teknis agar
melakukan pemeriksaan, dan hasil pemeriksaan yang dinyatakan
dengan Berita Acara penyelesaian Permasalahan (BAP).15
4. Pengertian Pendapatan
Tujuan kebijakan ekonomi adalah menciptakan kemakmuran. Salah
satu ukuran kemakmuran terpenting adalah pendapatan. Kemakmuran tercipta
karena ada kegiatan yang menghasilkan pendapatan. Ada juga pendapatan dari
harta, tetapi harta adalah akumulasi dari kegiatan sebelumnya.16
Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun
berupa barang yang berasal dari pihak lain maupun hasil industri yang dinilai
atas dasar sejumlah uang dari harta yang berlaku saat itu. Pendapatan
merupakan sumber penghasilan seseorang untuk memenuhi kebutuhan sehari
– hari dan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup dan penghidupan
seseorang secara langsung mau pun tidak langsung.17
B. Penelitian Terdahulu
No
1
Judul/Penulis/
Masalah Penelitian
Sampel & Teknik
Hasil Penelitian
Tahun
Tujuan Penelitian
Sampling
Keterbatasan &
PERANAN
Mengetahui pengaruh
Analisis Data
Data yang dikumpulkan
Saran
Hasil penelitiannya
PROGRAM
pemberian dana
terdiri dari data primer
adalah bahwa
PENGEMBANG-
program PUAP
dan sekunder. Data
program PUAP
15 Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Petunjuk Teknis Verifikasi Dokumen
Administrasi dan Penyaluran Dana Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaan (BLM-PUAP) Tahun 2015. (Jakarta: TP, 2015) Hal. 17-18
16 Robinson Tarigan. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2015). Hal. 13
17 http://www.hestanto.web.id/pengertian-pendapatan/ di akses pada tanggal 2 April 2018,
pukul 21:34 WIB.
AN USAHA
terhadap pendapatan
primer diperoleh secara
memberi pengaruh
AGRIBISNIS
petani sebelum dan
langsung melaui
positif terhadap
PEDESAAN
sesudah program
wawancara kepada
masyarakat
(PUAP)
PUAP
sampel dengan
khususnya dalam
TERHADAP
menggunakan daftar
bidang permodalan
PENINGKATAN
pertanyaan (kuesioner)
bagi masyarakat
PENDAPATAN
dan data sekunder
tani, serta dapat
PETANI/Sasmita
diperoleh dari lembaga
mempengaruhi sikap
Siregar & Gustami
atau instansi-instansi
petani. Program
Harahap, Evi
terkait dengan penelitian.
PUAP dapat
Erawati & Yudha
memberi
Andriansyah
Teknik sampling yang
peningkatan dalam
Putra/2013
digunakan adalah
hal pendapatan
purposive sampling.
sebesar 0,16%.
Metode penelitian yang
dipergunakan adalah
kuantitatif dengan jenis
2
DAMPAK
1) Mengetahui
deskriptif
Data yang dikumpulkan
Hasil dari penelitian
PELAKSANAAN
karakteristik petani
terdiri dari data primer
ini adalah bahwa
PROGRAM
anggota gapoktan
dan sekunder.
pendapatan
PENGEMBANG-
penerima dana
Pengumpulan data primer perkapita perbulan
AN USAHA
AGRIBISNIS
PEDESAAN
(PUAP) DI
KABUPATEN
INDRAGIRI
HULU/Sri Ayu
Kurniati/2016
PUAP.
2) Mengetahui
pelaksanaan
program PUAP
pada gapoktan
penerima dana
PUAP.
3) Mengetahui
kinerja gapoktan
diperoleh melalui
sebelum dan setelah
wawancara langsung
program
kepada petani
PUAP menunjukkan
sampel dengan
hasil yang nyata. Hal
berpedoman pada daftar
ini dapat terlihat
pertanyaan (kuisioner)
bahwa nilai p value
meliputi identitas
kurang
penerima
dari alpha 0,05
menurut petani
dana PUAP yaitu umur,
artinya terdapat
penerima dana
tingkat pendidikan,
perbedaan yang
pengalaman usaha,
nyata antara
jumlah anggota keluarga,
pendapatan sebelum
jenis dan luas lahan, luas
dilaksanakan
dan status kepemilikan
program PUAP dan
lahan. Sedangkan data
setelah dilaksanakan
sekunder meliputi
program PUAP.
PUAP.
4) Mengetahui
dampak kegiatan
program PUAP
terhadap
peningkatan
pendapatan
anggota gapoktan.
gambaran umum atau
keadaan daerah, iklim,
Saran
luas daerah, jumlah
Pemerintah harus
penduduk, tingkat
melakukan
pendidikan dan sumber
monitoring dan
mata pencaharian
evaluasi kepada
penduduk dan data-data
gapoktan secara
yang berhubungan
berkala dan
dengan
berkelanjutan untuk
program PUAP, yang
mengidentifikasi
diperoleh dari instansi-
masalah yang
instansi terkait, seperti
muncul dari
Kantor Kecamatan, BPS,
pelaksanaan
penyuluh dan penyelia
kegiatan
gapoktan.
pinjaman bergulir di
Teknik sampling yang
lapangan dan
digunakan adalah
kesesuaian antara
stratified purposive
pelaksanaan
sampling.
kegiatan dengan
ketentuan yang
Metode penelitian yang
berlaku dan
digunakan adalah dengan
meningkatkan
statistik deskriptif,
pembinaan,
analisis deskriptif,
pembimbingan dan
Importance Performance
pengawasan dalam
Analysis (IPA),
hal pengajuan
menggunakan rumus
pinjaman oleh petani
menurut Soekartawi
sampai pemanfaatan
(1995) yang selanjutnya
dan pengembalian
menggunakan uji statistik dana ke LKMA.
t-hitung untuk
3
PENGARUH
1) Mengetahui jenis
DANA
usaha.
2) Mengetahui
PENGEMBANGAN USAHA
AGRIBISNIS
PERDESAAN
TERHADAP
PENDAPATAN
ANGGOTA
KELOMPOK
pendapatan bersih
dari usaha sumber
dana PUAP.
3) Mengetahui
pengaruh
pemberian dana
PUAP terhadap
anggota kelompok.
berpasangan.
Data yang diambil terdiri
Hasil penelitian ini
dari data primer dan
adalah bahwa dana
sekunder. Data primer di
bantuan PUAP telah
peroleh langsung dari
dapat meningkatkan
anggota Gapoktan. Data
pendapatan
sekunder di
keluarga. Melalui
peroleh dari instansi
usaha tani, petani
terkait dan dinas
telah memperoleh
Pertanian kota
pendapatan untuk
Pekanbaru.
rumah tangga
PADA
mereka. Selama
GAPOKTAN DI
Teknik sampling yang
dana digulirkan telah
KELURAHAN
digunakan adalah
membuat penerima
REJOSARI
purposive sampling.
dana melakukan
KECAMATAN
usaha dan meningkat
TENAYAN
Metode analisis data
setiap tahunnya.
RAYA/Latifa
yang digunakan adalah
Siswati, Rini Nizar,
analisis deskriptif
Saran
Mufti/2015
kualitatif.
Jumlah dana yang
diberikan dapat
ditingkatkan untuk
menambah modal
usaha, dan juga
perlu pelatihann dan
pendampingan dari
instansi terkait untuk
meningkatkan
produktivitas.
4
ANALISIS
1) Mengetahui
Data-data yang
Hasil dari penelitian
PENDAPATAN
gambaran umum
dikumpulkan pada
tersebut adalah
PENERIMA
pelaksanaan
kegiatan penelitian
bahwa tidak terdapat
BANTUAN
Bantuan Langsung
tersebut meliputi data
perbedaan antara
LANGSUNG
Masyarakat-
primer dan data sekunder. pendapatan
MASYARAKAT
Pengembangan
Data Primer yakni data
responden penerima
PENGEMBANG-
Usaha Agribisnis
yang bersumber
dan non
AN
Perdesaan (BLM-
langsung dari penerima
penerima BLM-
USAHA
PUAP) di Kab.
dan yang
PUAP, dan
AGRIBISNIS
PERDESAAN
(BLM-PUAP)
DI KABUPATEN
BARITO
KUALA/Andi Suci
Anita, Umi
Salawati/2011
Barito Kuala.
2) Membadingkan
tingkat pendapatan
penerima dengan
yang tidak
menerima BLMPUAP.
3) Menganalisis
faktor-faktor yang
mempengaruhi
pendapatan
penerima BLMPUAP.
tidak mendapatkan BLM- pendapatan
PUAP di
dipengaruhi nyata
Kabupaten Barito Kuala,
oleh besarnya dana
yang
BLM-PUAP, modal
didapatkan melalui
sendiri, umur,
teknik wawancara
pendidikan,
terstruktur
pengalaman, jumlah
(menggunakan
anggota keluarga
kuesioner) dengan
yang
responden. Data
ditanggung, dan
sekunder yang diperoleh
jenis usaha yang
dari berbagai sumber,
digunakan.
seperti hasil-hasil
penelitian, dan
publikasi-publikasi yang
diterbitkan
oleh instansi yang
berwenang, yaitu: Badan
Pusat Statistik,
Pemerintah Desa,
Pemerintah Kecamatan,
Pemerintah Kabupaten,
instansi terkait dan
kepustakaan yang relevan
dengan kegiatan
penelitian.
Teknik sampling yang
digunakan adalah
purposive sampling.
Metode penelitian yang
digunakan adalah
kuantitatif
C. Kerangka Konseptual
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan juga kajian
penelitian terdahulu, Skema hubungan antar variabel atau kerangka berfikir
penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Sektor
Pertanian Padi
Mekanisme
Pelaksanaan
PUAP
Gapoktan
Program
Faktor
Penghambat
/kendala dan
Solusi
Peningkatan
Pendapatan Petani
PUAP
D. Proposisi
1. Penerapan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
sebagai upaya meningkatkan pendapatan masyarakat petani di kabupaten
Tulungagung.
2. Faktor-faktor yang menghambat dan mendorong program Pengembangan
Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) sebagai upaya meningkatkan
pendapatan masyarakat petani di kabupaten Tulungagung.
3. Penerapan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
sebagai upaya meningkatkan pendapatan masyarakat petani di kabupaten
Tulungagung dalam perspektif ekonomi Islam.
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pendekatan yang diambil dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah
sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian
lebih menekankan makna daripada generalisasi.18
18 Rokhmat Subagiyo. Metode Penelitian Ekonomi Islam: Konsep dan Penerapan. (Jakarta: Alim’s
Publishing, 2017). Hal. 232
B. Tempat Penelitian
Adapun tempat penelitian yang akan diteliti adalah di beberapa
Gapoktan yang ada di daerah Kabupaten Tulungagung. Selain itu, peneliti juga
akan menggali informasi di dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung yang
beralamatkan di Jl. Ki Mangunsarkoro, Beji, Tulungagung PO.BOX. 117.
C. Instrumen Pengumpulan Data
Pada dasarnya ada tiga teknik dalam pengumpulan data yang lazim
digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi.
1.
Observasi
Observasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah observasi terlibat
yang dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu pengamatan deskriptif, pengamatan
terfokus, dan pengamatan selektif.
a.
Pengamatan deskriptif
yaitu pengamatan dimana saat memasuki situasi social tertentu sebagai
obyek penelitian, pada tahap ini peneliti belum membawa masalah
yang akan diteliti.19 Yang dimaksud adalah peneliti datang hanya
meneliti secara umum tentang letak geografis dari beberapa gapoktan
di daerah Kabupaten Tulungagung, mengenai apakah gapoktangapoktan tersebut masih aktif dalam menjalankan administrasi
pelaksanaan pertanian. Dan juga peneliti akan meneliti mengenai peran
dari dinas pertanian Kabupaten Tulungagung.
b.
Pengamatan terfokus
yaitu dimana peneliti sudah mempersempit observasi menjadi fokus
tertentu. Yang dimaksud adalah peneliti sudah mulai menarik
pengamatan umum menjadi lebih sempit. 20 Antara lain adalah apakah
beberapa gapoktan tersebut sudah mendapatkan dana program BLMPUAP dan apakah sudah tersosialisasi mengenai mekanisme
pelaksanaannya oleh dinas pertanian kabupaten Tulungagung.
19 Ibid. Hal. 233
20 Ibid
c.
Pengamatan
selektif
adalah peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga
datanya menjadi lebih rinci.21 Dalam observasi kali ini peneliti telah
benar-benar fokus meneliti mengenai seberapa besar peran program
BLM-PUAP dalam meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani
padi pada beberapa gapoktan yang ada di kabupaten Tulungagung.
2.
Studi Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber-sumber
non-insani yakni berupa dokumen-dokumen atau arsip-arsip yang terkait
dengan fokus dan sub fokus penelitian.22
3.
Wawancara
Yang dimaksud wawancara adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan tatap muka secara langsung antara pewawancara dengan
narasumber dimana pewawancara mengajukan sejumlah pertanyaan yang
harus dijawab secara lisan oleh narasumber.23 Adapun dalam wawancara ini
peneliti akan menggali informasi dari ketua gapoktan, Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL), dan dari pihak dinas pertanian kabupaten Tulungagung
mengenai pelaksanaan dan dampak dari program BLM-PUAP terhadap
produktivitas dan pendapatan petani Tulungagung.
D. Teknik Analisis Data
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti
memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan,
atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan focus penelitian.
Namun focus penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.24
21 Ibid
22 Ibid. Hal 234
23 Ibid. Hal. 83
24 Ibid. Hal. 235
Analisis selama di lapangan yang diungkapkan oleh Miles dan
Huberman yaitu menggunakan analisis data reduction (reduksi data) yaitu
merangkum data. Merangkum adalah memilih hal-hal pokok, mmefokuskan
pada hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.25
Langkah selanjutnya yaitu data display (penyjajian data). Dalam
penelitian kualitatif yaitu dengan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Yang sering digunakan dalam
penelitian kualitatif yaitu dengan teks bersifat naratif. Dengan mendisplay
data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Selain
dengan cerita narasumber juga berupa grafik, matrik dan chart.26
Langkah terakhir yaitu conclusion drawing/ verivication, yaitu menarik
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti
valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. 27
DAFTAR PUSTAKA
o Arifin, Bustanul. 2007. Diagnosis Ekoonomi Politik Pangan dan
Pertanian. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007).
o Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. 2015. Petunjuk Teknis
Verifikasi Dokumen Administrasi dan Penyaluran Dana Bantuan
Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(BLM-PUAP) Tahun 2015. (Jakarta: TP)
25 Ibid. Hal. 236
26 Ibid
27 Ibid
o
http://www.hestanto.web.id/pengertian-pendapatan/
o Menteri Pertanian, Pedoman Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan,
(Peraturan Menteri Pertanian, Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008, pdf).
o Nur Tyas, Ike Wahyu. Evaluasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP) Di Desa Jetis Kecamatan Pace Kabupaten Nganjuk.
(Fakultas Ilmu Sosial, UNESA, E-Journal, pdf.).
o Rajagukguk, Septria I dkk. Partisipasi Petani Dalam Program
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). (Fakultas Pertanian
USU, E-Journal, pdf).
o Sagala, Zagaruddin. Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Petani. (Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB, Skripsi, pdf.)
o Subagiyo, Rokhmat. 2017. Metode Penelitian Ekonomi Islam: Konsep dan
Penerapan. (Jakarta: Alim’s Publishing).
o Tarigan, Robinson. 2015. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. (Jakarta:
Bumi Aksara).
o Yuliadi, Imamudin. 2007. Perekonomian Indonesia Masalah dan
Implementasi Kebijakan. (Yogyakarta: UPFE-UMY).
o Yustika, Ahmad Erani & Baks, Rukavina. 2015. Konsep Ekonomi
Kelembagaan Perdesaan, Pertanian, dan Kedaulatan Pangan. (Malang:
Empat Dua).
o
Upadani, Iga Widari dkk. 2013. Strategi Pengembangan Agribisnis Puring
di Desa Petiga, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. (Universitas
Udayana, Vol. 1, No. 2, Pdf. )