Hubungan Ekonomi Islam dengan Muamalat d

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muamalah adalah medan hidup yang sudah tersentuh oleh tangan-tangan
manusia sejak zaman klasik, bahkan zaman purbakala. Setiap orang membutuhkan
harta yang ada di tangan orang lain. Hal ini membuat manusia berusaha membuat
beragam cara pertukaran, bermula dengan kebiasaan melakukan tukar menukar
barang yang disebut barter, berkembang menjadi sebuah sistem jual-beli yang
kompleks dan multidimensional. Perkembangan itu terjadi karena semua pihak
yang terlibat berasal dari latar belakang yang berbeda, dengan karakter dan pola
pemikiran yang bermacam-macam, dengan tingkat pendidikan dan pemahaman
yang tidak sama. Baik itu pihak pembeli atau penyewa, penjual atau pemberi
sewa, yang berutang dan berpiutang, pemberi hadiah atau yang diberi, saksi,
sekretaris atau juru tulis, hingga calo, makelar atau broker. Semuanya menjadi
majemuk dari berbagai kalangan dengan berbagai latar belakang sosial dan
pendidikan yang variatif. Selain itu, transaksi muamalah juga semakin
berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Sarana atau media dan fasilitator
dalam melakukan transaksi juga kian hari kian canggih. Sementara komoditi yang
diikat dalam satu transaksi juga semakin bercorak-ragam, mengikuti kebutuhan
umat manusia yang semakin konsumtif dan semakin terikat tuntutan zaman yang
juga kian berkembang.

Segala kegiatan ekonomi dibutuhkan oleh setiap orang termasuk orang
muslim karena arti dari kegiatan ekonomi itu sendiri adalah segala kegiatan yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Di dalam agama Islam itu
sendiri telah diatur segala macam aturan untuk manusia menjalani hidupnya yang
dinamakan Syariat.
Namun, semakin maju pesat perkembangan zaman sistem Syariat itu sendiri
tidak dapat menjawab permasalahan-permasalahan kompleks yang terjadi di

1

zaman sekarang dengan segala macam kecanggihan teknologi dan permasalahan
baru yang terus bermunculan.
Datang dari permasalahan inilah Fiqh ada. Fiqh itu sendiri adalah ilmu
turunan dari Syariat. Dimana di dalamnya terdapat unsur Al-quran, Hadits, ijma
dan qiyas. Kalau Syariat adalah hukum Islam yang sifatnya tetap/mutlak,
sedangkan Fiqh adalah hukum Islam yang sifatnya fleksibel dalam arti mampu
menyesuaikan sesuai permasalahan yang muncul, keadaan/kondisi dan wilayah di
mana masalah tersebut muncul.
Hukum Fiqh juga terbagi sesuai dengan jenis kegiatannya. Dalam teori
hukum Islam, pembahasan Fiqh dibagi pada dua kelompok besar: ibadah dan

muamalat. Fiqh ibadah berarti pembahasan seputar hukum-hukum ibadah (seperti
salat, zakat, haji, puasa), sedangkan fiqh mu`amalah adalah pembahasan seputar
hukum Islam di luar persoalan ibadah; jadi ruang lingkup mu`amalah sangat luas,
meliputi seluruh aspek kehidupan seorang muslim.1
Fiqh muamalah inilah yang dijadikan acuan dalam sistem ekonomi Islam, di
mana maksud dari ekonomi Islam itu sendiri adalah sistem ekonomi yang
berlandaskan atas hukum Islam. Untuk memahami hubungan antara fiqh
muamalah dan ekonomi Islam maka pada makalah ini akan dibahas mengenai hal
tersebut serta ruang lingkup kajian ekonomi Islam dan muamalat.
A. Rumusan Masalah
1. Apa arti dari ekonomi Islam, Muamalat dan Fiqh muamalat?
2. Apa saja ruang lingkup kajian ekonomi Islam dan muamalat?
3. Bagaimana hubungan antara ekonomi Islam, muamalah dan fiqh muamalah?
B. Tujuan Pembahasan
1. Memahami arti dari ekonomi Islam, muamalat dan fiqh muamalat.
2. Mengetahui ruang lingkup kajian ekonomi, muamalat dan fiqh muamalat.
3. Mengetahui serta memahami hubungan antara ekonomi Islam, muamalat dan
fiqh muamalat.

1 http://wardahcheche.blogspot.com/2013/05/hubungan-ekonomi-Islam-denganfiqihlm.html (akses tanggal 23 Maret 2014)


2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekonomi Islam
Ilmu ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.2
Adapun beberapa pengertian ekonomi Islam menurut para ahli ekonomi
Islam, menurut M. Akram Kan ilmu Ekonomi Islam bertujuan untuk melakukan
kajian

tentang

kebahagiaan

hidup

manusia


yang

dicapai

dengan

mengorganisasikan sumber daya alam atas dasar bekerja sama dan partisipasi.
Menurut Muhammad Abdul Manan ilmu ekonomi Islam adalah ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang
diilhami oleh nilai-nilai Islam.
Menurut M. Umer Chapra Ekonomi Islam adalah sebuah pengetahuan yang
membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi
sumber daya yang terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu pada
pengajaran Islam tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku
makro

ekonomi

yang


berkesinambungan

dan

tanpa

ketidakseimbangan

lingkungan.
Menurut Muhammad Nejatulah Ash-Sidiqy ilmu ekonomi Islam adalah
respon pemikir muslim terhadap tantangan ekonomi ada masa tertentu. Dalam
usaha keras ini mereka dibantu oleh Al-Quran dan Sunnah, akal (ijtihad) dan
pengalaman.
Menurut Kursyid Ahmad Ilmu ekonomi Islam adalah sebuah usaha
sistematis untuk memahami masalah-masalah ekonomi dan tingkah laku manusia
secara relasional dalam perspektif Islam.

2 Mustafa Edwin nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta, Prenada Media
Group, 2006), hlm. 15


3

B. Pengertian Muamalah dan Fiqh Muamalah
Istilah Muamalah secara umum dapat dibagi dua pengertian, pengertian
dalam arti sempit dan pengertian dalam arti luas. Pengertian muamalah dalam arti
sempit berasal dari istilah Fiqh Islam, mu’amalat, bentuk ttunggalnya mu’amalah.
Muamalat merupakan bagian dari hokum Islam yang khusus berkenaan dengan
ketentuan-ketentuan tentang benda dan hak kebendaan yang terjadi dalam
hubungan manusia dengan sesamanya.3 Sa’d al-Din Muhammad al-Kibbi
menyebutnya dengan mu’amalat Maliyah, yakni kumpulan hukum mengenai
transaksi kebendaan yang terjadi di antara dua pihak.4
Dalam perspektif ilmu hukum modern, muamalah pada dasarnya dapat
disejajarkan dengan hukum kekayaan yang meliputi hukum kebendaan dan
hukum perikatan (perjanjian). Hukum kebendaan mencakup hukum tentang harta
kekayaan dan tentang hak, baik hak atas kebendaan material, maupun immaterial.5
Adapun muamalah dalam arti yang luas diposisikan sebagai lawan dari
ibadah sebagai turunan dari syariah. Dengan kata lain, syariah Islam merangkum
aspek ritual (ibadah) dan aspek sosial (muamalah). Ibadah diperlukan untuk
menjaga ketaatan dan keharmonisan hubungan manusia dengan khalik-Nya.
Adapun muamalah diturunkan untuk menjadi Rule of the game atau aturan main

manusia dalam kehidupan sosial.
Fiqh mu`amalah adalah pembahasan seputar hukum Islam di luar persoalan
ibadah; jadi ruang lingkup mu`amalah sangat luas, meliputi seluruh aspek
kehidupan seorang muslim.6
C. Ruang Lingkup Kajian Ekonomi Islam dan Muamalah
3 Mustafa Ahmad al-Zarqa’, al-Fiqh al-Islami fi Sawbih al-Jadid: al-Madkhal al-Fiqhi
al-‘Amm (Damaskus: Matba’ah Tarbayn, 1968), 1:55-6.
4 Muhammad, Metodologi Penelitian Pemikiran Ekonomi Islam, Cet. 1 (Yogyakarta:
Ekonesia, 2003), hlm. 21.
5 Lihat Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, Cet. 4 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 9; R. Abdoel Djamali, Pengantar
Hukum Indonesia, Cet. 3 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 144-7.
6 http://mrusydi73.blogspot.com/2007/11/keterikatan-syariah-khususnya-fiqh (akses
tanggal 23 Maret 2014)

4

Beberapa ahli ekonomi memberikan penegasan bahwa ruang lingkup dari
ekonomi Islam adalah masyarakat muslim dan negara muslim itu sendiri. Ruang
lingkup ekonomi Islam yang tampaknya menjadi administrasi kekurangan

sumber-sumber daya manusia dipandang dari konsepsi etik kesejahteraan dalam
Islam. Oleh karena itu, ekonomi Islam tidak hanya mengenai sebab-sebab material
kesejahteraan, tetapi juga mengenai hal-hal non material yang tunduk kepada
larangan Islam tentang konsumsi, produksi7 dan distribusi
Sedangkan ruang lingkup fiqh muamalah terbagi dua yaitu ruang lingkup
muamalah yang bersifat adabiyah ialah ijab dan Kabul, saling meridhai, tidak ada
keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan kewajiban, kejujuran pedagang,
penipuan, pemalsuan, penimbunan, segala sesuatu yang bersumber dari indra
manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta dalam hidup bermasyarakat.
Ruang lingkup yang bersifat madiyah itu mencakup segala aspek kegiatan
ekonomi sebagai berikut:8
1. Jual beli (Al-bai’ at-Tijarah)
2. Gadai (rahn)
3. Jaminan/ tanggungan (kafalah/dhaman)
4. Pemindahan utang (hiwalah)
5. Jatuh bangkit (tafjis)
6. Batas bertindak (al-hajru)
7. Perseroan atau perkongsian (asy-syirkah)
8. Perseroan harta dan tenaga (al-mudharabah)
9. Sewa menyewa tanah (al-musaqah al-mukhabarah)

10. Upah (ujral al-amah)
11. Gugatan (asy-syuf’ah)
7 http://syariahcooperation.blogspot.com/2012/04/pengertian-ruang-lingkup-dantujuan.html (akses tanggal 23 Maret 2014).
8 Mardani, Fiqh ekonomi Syariah, hlm. 3.

5

12. Sayembara (al-ji’alah)
13. Pembagian kekayaan bersama (al-qisamah)
14. Pemberian (al-hibbah)
15. Pembebasan (al-ibra’), damai (ash-shulhu)
16. beberapa masalah mu’ashirah (mukhadisah), seperti masalah bunga bank,
asuransi, kredit, dan masalah lainnya9

D. Hubungan antara Ekonomi Islam, Muamalah dan Fiqh Muamalah
Secara istilah muamalah merupakan sistem kehidupan.Islam memberikan
warna pada setiap dimensi kehidupan manusia tak terkecuali pada dunia
ekonomi,bisnis,dan masalah sosial.Sistem islam ini mencoba mendialektkan nilainilai ekonomi dengan nilai-nilai akidah atau etika.Untuk lebih jelasnya akan
dijelaskan dengan bercabang
Contoh baganya bisa dilihat sebagai berikut:


9 Ismail Nawawi, Fikih Muamalah klasik dan kontemporer.Hal 12

6

ISLAM

Aqidah

Syariah

Ibadah

Muamalah

Hukum Pidana

Asuransi

Akhlak


Bank

Ekonomi

Leasing

Politik

Pegadaian

dll

kegiatan eknomi yang dilakukan oleh manusia dibagun dengan dialektika
antara spiritualisme dan materalisme.kegiatan ekonomi yang dilakukan bukan
hanya berbasis pada nilai materi,melainkan terdapat sandaran transendental di
dalamya sehingga bernilai ibadah.Selain itu,konsep dasar islam dalam kegiatan
muamalah atau ekonomi dan bisnis juga sangat censern dengan nilai-nlai
humanisme yang bersifat islami.dantaranya adalah kaidah kaidah dasar fikih
muamalah yang di ungkapkan oleh Juwaini (2008:xviii-xxii),yaitu sebagai
berikut:
a.hukum asal muamalah adalah diperbolehkan.
b.konsep fikih muamalah untuk mewujudkan kemaslahatan
c.menetapkan harga yang kompetitif.
d.meninggalkan intervensi yang terlarang.
e.menghindari eksploitasi.
f.memberian kelenturan dan toleransi.10
Kesimpulan dari Hubungan ruang lingkup ekonomi islam,muamalah dan fiqh
muamalah bisa dilihat dari bagan berikut:
Muamalah

10Ibid. Hal 10

7

Al MuamalahAl Maddiyah
( Ekonomi Islam)

Al Muamalah Al-Adabiyah
(Ekonomi Islam)

Fiqh Muamalah
Bagan diatas disimpulkan pembagian muamalat dari al-Fikri,dalam kitab Al
muamalah Al-Maddiyah wa Al-adabiyah

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur seluruh aspek
kehidupan manusia,salah satu aspeknya adalah ekonomi.Ekonomi adalah ilmu
yang mempelajari perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhannya dalam hal ini
ekonomi termasuk dalam bidang muamalah dalam perspektif hukum
syariah,karena muamalah adalah aturan-aturan yang mengatur hubungan manusia
dengan manusia lainnya apakah itu mengembangkan harta atau yang
lainnya.Sedangkan fiqh muamalah adalah hokum-hukum syara yang diperoleh
dari dalil-dalil yang terperinci yang mengatur tentang muamalah.

8

DAFTAR PUSTAKA
Al-Zarqa, Mustafa Ahmad’ (1968). al-Fiqh al-Islami fi Sawbih al-Jadid: alMadkhal al-Fiqhi al-‘Amm. Damaskus: Matba’ah Tarbayn.
http://mrusydi73.blogspot.com/2007/11/keterikatan-syariah-khususnya-fiqh (akses
tanggal 23 Maret 2014).
http://syariahcooperation.blogspot.com/2012/04/pengertian-ruang-lingkup-dantujuan.html (akses tanggal 23 Maret 2014).
http://wardahcheche.blogspot.com/2013/05/hubungan-ekonomi-Islam-denganfiqihlm.html (akses tanggal 23 Maret 2014).
Nawawi , Ismail. (2012) Fikih Muamalah klasik dan kontemporer.Bogor:Ghalia
Indonesia
Mardani, (2012) Fiqh ekonomi Syariah.Jakarta:Kencana

9

Muhammad, (2003). Metodologi Penelitian Pemikiran Ekonomi Islam, Cet. 1.
Yogyakarta: Ekonesia.
Nasution, Mustafa Edwin (2006). Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta:
Prenada Media Group.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji (1994). Penelitian Hukum Normatif: Suatu
Tinjauan Singkat, Cet. 4. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada; Djamali, R.
Abdoel (1993). Pengantar Hukum Indonesia, Cet. 3. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

10