Penjelasan Tentang Apa Itu Shortening Pe

Penjelasan Tentang Apa Itu Shortening ?
cakesusumoo.com/penjelasan-tentang-apa-itu-shortening/

Pendahuluan tentang shortening
Shortening yang dikenal di masyarakat sebagai “Mentega Putih” adalah lemak yang dapat
disantap (edible fat) yang digunakan untuk berbagai macam keperluan seperti membuat
adonan roti, bahan untuk membuat butter cream, dan juga untuk menggoreng. Disebut
sebagai Shortening karena pada saat adonan roti dicampur, lemak akan menghambat
pembentukan gluten yang ada pada terigu, atau dengan kata lain memperpendek gluten
(dalam bahasa Inggeris to shorten). berawal dari inilah kata shorten atau memperpendek
ini muncul sebahai istilah Shortening.
Mentega putih terbuat dari 100% lemak, baik lemak nabati ataupun lemak hewani ataupun
campuran keduanya, yang sudah dimurnikan dan dihilangkan baunya. Secara garis besar
fungsi mentega putih serupa dengan margarin yaitu untuk membuat adonan roti lebih
empuk dan lebih enak pada saat dimakan. Selain itu dikarenakan kandungannya lemaknya
100% maka dapat juga digunakan untuk menggoreng.
Di Indonesia, mentega putih memiliki banyak macam sebutan seperti Baker’s Fat, Cake
Fat, Pastry Fat, Frying mentega putih, White Fat, dan lain sebagainya. Pada intinya semua
produk lemak makan (edible fat) yang terbuat dari 100% lemak dapat dikategorikan
sebagai mentega putih, apapun itu nama produknya.


Perbedaan antara Lemak dan Minyak

1/4

Dari penjelasan di atas bahwa shortening adalah lemak nabati dan salah satu fungsinya
adalah untuk menggoreng. Jadi apa perbedaan antara lemak dan minyak ? Sebenarnya
minyak dan lemak adalah hal yang sama, perbedaannya adalah minyak berwujud cair pada
suhu ruang sedangkan lemak berwujud padat pada suhu ruang. Pada saat dipanaskan
maka baik minyak dan lemak akan berwujud cair.

Perbedaan antara Shortening dan Margarin
Perbedaan utama antara margarin dan mentega putih adalah margarin mengandung kadar
air sedangkan mentega putih tidak mengandung kadar air sama sekali. Tetapi perbedaan
ini tidak kasat mata artinya orang tidak dapat merasakan kadar air dalam produk.
Perbedaan yang kasat mata antara mentega putih dan margarin adalah warnanya.
Umumnya margarin berwarna kuning sehingga dipasaran dikenal sebagai “mentega
kuning“, sedangkan shortening berwarna putih sehingga di pasaran dikenal sebagai
“mentega putih“. Secara umum tabel di bawah ini memperlihatkan perbedaan
antara Mentega Putih dan Margarin.
Meskipun demikian ada beberapa pengecualian, contohnya ada margarin tanpa garam,

margarin yang tidak diberi warna atau margarin putih, dan ada mentega putih yang diberi
warna seperti pastry shortening, dan ada mentega putih yang diberi pewarna dan aroma
seperti BOS.

Proses Produksi Shortening
Seperti dijelaskan sebelumnya, bahan baku mentega putih adalah 100% lemak, yang
dapat terdiri dari satu atau beberapa jenis lemak atau minyak. Selain lemak atau minyak,
ke dalam mentega putih dapat juga ditambahkan bahan lainnya seperti emulsifier (untuk
membantu pada saat proses pengocokan / creaming), pewarna dan aroma (seperti pada
produk BOS).
Proses pembuatan mentega putih hampir mirip seperti proses pembuatan margarin.
Seluruh bahan baku dicampur hingga merata dalam tangki mixing pada suhu tertentu,
kemudian campuran ini didinginkan (cooling) dan dihomogenisasi (working) agar ukuran
2/4

partikelnya seragam. Setelah itu siap untuk dikemas. Pada saat dikemas tekstur mentega
putih masih dalam bentuk setengah padat / pasta. Setelah itu shortening harus disimpan
dahulu selama beberapa hari atau disebut sebagai tempering, dengan tujuan agar tekstur
menjadi padat dan stabil.
Khusus untuk Pastry Shortening proses produksinya agak sedikit berbeda dari pembuatan

shortening yang lainnya karena pastry shortening memiliki tekstur yang khusus untuk
aplikasi pembuatan lapisan-lapisan (layering) pada produk puff pastry.

Jenis shortening
Secara umum shortening dibedakan menjadi dua jenis:
Solid shortening, atau shortening yang memiliki sifat plastis dan berbentuk padat
Liquid shortening, yaitu shortening yang berbentuk cair
Shortening yang beredar dan dikenal di Indonesia adalah shortening yang berbentuk
padat. Liquid shortening belum dikenal luas di Indonesia dan penggunaannya masih
terbatas di kalangan industri.
Solid shortening atau mentega putih padat dibagi menjadi beberapa jenis, meskipun
demikian pembagian ini tidak seragam antara satu pabrikan dengan yang lainnya.
White Fat : mentega putih yang murni hanya lemak tanpa tambahan emulsifier,
contohnya mentega putih yang digunakan untuk membuat roti tawar
Baker’s Fat : mentega putih dengan tambahan emulsifier, contohnya mentega putih
untuk membuat buttercream atau biscuit cream filling
Cake Fat : mentega putih dengan tambahan emulsifier, warna dan aroma untuk
membuat cake
Pastry Fat : mentega putih yang khusus untuk membuat lapisan pada produk puff
pastry

Ada satu jenis mentega putih yang tidak termasuk dalam pembagian mentega putih di
atas, yaitu Frying Shortening atau Frying Fat (minyak goreng padat). Frying shortening
dibedakan tersendiri semata-mata karena penggunaannya yang unik yaitu hanya untuk
menggoreng dengan sistem Deep Frying.

Plastisitas dan Melting Point
Sama halnya dengan margarine, karakteristik utama dari solid shortening adalah sifat
plastisitas dan titik leleh (melting point). Kedua sifat ini menentukan penggunaan / aplikasi
mentega putih pada produk.
Sifat plastisitas adalah sifat dimana tekstur mentega putih mampu menahan tekanan dan
dan dapat berubah bentuk mengikuti tekanan. Untuk membayangkan sifat plastisitas ini
analogi yang mudah adalah lilin mainan anak-anak. Tekstur lilin mainan adalah contoh dari
sifat plastisistas. Jika ditekan atau dibentuk lilin mainan mampu menahan tekanan dan
berubah mengikuti tekanan tersebut.
Mentega putih yang memiliki sifat plastis akan lebih mudah bercampur di adonan roti atau
3/4

biskuit dan akan mengembang dengan baik pada saat dikocok. Sebaliknya, lawan dari sifat
plastis adalah lembek (soft) atau keras (brittle). Menggunakan mentega putih yang
teksturnya sudah lembek atau keras memiliki resiko karena ada kemungkinan kegagalan

pada saat diaplikasikan. Meski demikian ada jenis mentega putih tertentu yang memang
memiliki tekstur soft, misalnya BOS.
Melting Point adalah suhu dimana lemak mulai meleleh menjadi cair. Sifat ini penting untuk
diketahui agar penggunaan mentega putih tepat sasaran. Mentega putih untuk membuat
decorating cream haruslah memiliki titik leleh yang agak sedikit tinggi agar hiasan tidak
mudah kolaps selama dipajang. Lain halnya mentega putih untuk cream filling harus
memiliki tiitk leleh yang mendekati suhu tubuh agar pada saat dimakan tidak meninggalkan
sisa di mulut / ngendal (waxy). Dengan posisi Indonesia berada di khatulistiwa maka titik
leleh mentega putih yang cocok adalah antara 38°C sampai dengan 48°C tergantung
aplikasi dan masa simpan yang diinginkan.

Penggunaan Shortening
Mentega putih digunakan untuk membuat berbagai macam produk seperti :
Roti tawar dan roti burger
Buttercream untuk filling, menghias kue
Biskuit dan wafer
Cream biscuit dan wafer
Puff Pastry
Cake
Pia

Tidak perlu bingung melihat banyaknya jenis mentega putih yang beredar di pasaran.
Semua berpulang pada produk apa dan kualitas bagaimana yang hendak dibuat. Berikut
beberapa pertimbangan dalam memilih mentega putih :
Harga jual produk
Eating quality, yaitu kualitas produk pada saat dimakan
Stabititas mentega putih, baik terhadap panas maupun selama disimpan
Yield, yaitu jumlah produk yang dapat dihasilkan
Masa simpan produk
Sebagai pengusaha penentu utama adalah harga jual produk. Ini kenyataan yang tidak
dapat dipungkiri. Produk dengan harga jual ekonomis tidaklah mungkin menggunakan
mentega putih dengan kualitas premium, demikian sebaliknya produk dengan harga jual
yang mahal tidaklah mungkin menggunakan mentega putih kualitas rendah karena
berakibat pada eating quality. Penggunaan mentega putih yang tepat niscaya dapat
mengoptimalkan kualitas produk, masa simpan dan keuntungan yang diperoleh. Dan akhir
kata, kami : Cake Susu Moo menggunakan shortening dengan kualitas premium.

4/4

Dokumen yang terkait

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

Strategi Pemenangan Pilkada Langsung di Kota Batu Periode 2012-2017 (Studi Tentang Strategi Pemenangan Pilkada Langsung Pasangan Calon Edi Rumpoko Dan Punjul Santoso)

2 49 40

MANAJEMEN SIARAN PADA VOICE OF AMERICA (VOA) INDONESIA (Studi Tentang Pengolahan dan Penyebaran Program Acara Radio dan Televisi Oleh VOA Indonesia)

3 48 23

PEMAKNAAN MAHASISWA PENGGUNA AKUN TWITTER TENTANG CYBERBULLY (Studi Resepsi Pada Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2010 Atas Kasus Pernyataan Pengacara Farhat Abbas Tentang Pemerintahan Jokowi - Ahok)

2 85 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2

Dari Penangkapan Ke Budidaya Rumput Laut: Studi Tentang Model Pengembangan Matapencaharian Alternatif Pada Masyarakat Nelayan Di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur

2 37 2

Pandangan Islam Tentang politik pendidikan

0 29 69

Eksistensi Diri Penari Jaipong di Kota Sukabumi (Studi Deskriptif Tentang Eksistensi Diri Penari Jaipong di Kota Sukabumi)

4 40 1

Konstruksi Makna Gaya Blusukan (studi Fenomenologi Tentang Konstruksi Makna Gaya Blusukan Gubenur Joko Widodo Bagi Masyarakat Jakarta Pusat)

1 65 112

Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Sistem Komputerisasi Kantor Pertahanan (KKP) Terhadap Kualitas Pelayanan Sertifikasi Tanah Di Kantor Pertanahan Kota Cimahi

24 81 167