Potensi tentang Manusia 1 docx

MAKALAH
TAFSIR TENTANG POTENSI MANUSIA
AN – NAHL AYAT 78
“Ditujukan untuk memenuhi tugas”
Mata Kuliah
Dosen
Jurusan

: Ayat dan Hadits Pendidikan
: Dra.Hj.Anida.MA
: Tarbiyah - PAI (VI-Eksekutif)

Di susun Oleh
Kelompok 5 (Lima )
Muhammad Jawahir
Nur Adinah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH
MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT
TAHUN PERIODE : 2017- 2018


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt karena berkat rahmat Nya penyusunan
makalah ini dapat diselesaikan.Makalah ini merupakan makalah Tafsir yang
membahas “Potensi Manusia An Nahl 78”.Secara khusus pembahasan dalam
makalah ini diatur sedemikian rupa sehingga materi yang disampaikan sesuai
dengan mata kuliah. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit
hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan
orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi . oleh karena itu
kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dosen mata kuliah Ayat dan Hadits pendidikan Bapak Dra.Hj.Anida.MA
yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi
dan menyelesaikan tugas makalah ini.
2. Orang tua, teman dan kerabat yang telah turut membantu, membimbing, dan
mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas makalah ini selesai.
Kami sadar, bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak
kesalahan.Untuk itu kami meminta maaf apabila ada kekurangan. Kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna meningkatkan kualitas
makalah penulis selanjutnya. Kebenaran dan kesempurnaan hanya Allah-lah
yang punya dan maha kuasa .Harapan kami, semoga makalah yang sederhana

ini, dapat memberikan manfaat tersendiri bagi generasi muda islam yang akan
datang, khususnya dalam bidang Tafsir.

1

Tanjung Pura, Maret 2018

Tim Penyusun

Kelompok 5

DAFTAR IS

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan.....................................................................................1

BAB II.....................................................................................................................2
PEMBAHASAN.....................................................................................................2
A. Q.S. An-Nahl Ayat 78..................................................................................2
1.

Ayat Al-Qur’an.......................................................................................2

2. Mufrodat......................................................................................................2
3. Tafsir Ayat....................................................................................................3
4.

Munasabah ayat........................................................................................6

4.

Nilai – Nilai Pendidikan...........................................................................9

5.

Analisis Penulis........................................................................................9


BAB III.................................................................................................................11
2

PENUTUP.............................................................................................................11
A. Kesimpulan................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Potensi diri merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang belum terwujud
maupun yang telah terwujud, yang dimiliki seseorang, tetapi belum sepenuhnya
terlihat atau dipergunakan secara maksimal.

Manusia

menurut


berpotensi. Dalam

agama

al-Qur’an,

islam

ada

tiga

adalah
kata

makhluk
yang

Allah


yang

menunjuk

pada

manusia, yang di gunakan adalah basyar insan atau nas dan bani Adam.

Kata basyar diambil dari akar kata yang berarti ‘penampakan sesuatu
dengan baik dan indah’. Dari kata itu juga, muncul kata basyarah yang artinya
‘kulit’.

Jadi,

manusia

disebut basyar karena

kulitnya


tampak

jelas dan

berbeda dengan kulit binatang. Manusia dipilih oleh Allah sebagai khalifah di
muka bumi. Alasan mengapa dipilih sebagai khalifah karena manusia memiliki
berbagai potensi.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana kandungan surah an nahl ayat 78?
b. Bagaimana nilai nilai pendidikan yang terkandung dalam surah an nahl 78?

C. Tujuan Pembahasan
a. Untuk mengetahui kandungan surah an nahl ayat 78.
b. Untuk mengetahui nilai nilai pendidikan yang terkandung dalam surah an
nahl 78.

1


BAB II
PEMBAHASAN
A. Q.S. An-Nahl Ayat 78
1. Ayat Al-Qur’an

yoy‰Ï«øùF{$#ur »|Áö/F{$#ur nìôJ¡¡9$# ãNä3s9 Ÿ@yèy_ur
$\«ø‹x© šcqßJn=÷ès? Ÿw öNä3ÏF»yg¨Bé& ÈbqäÜç/ .`ÏiB
Nä3y_t÷zr& ª!$#ur
šcrãä3ô±s?Nä3ª=yès9
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun dan Dia memberi kalian pendengaran penglihatan
dan hati agar kalian bersyukur”.1
2. Mufrodat

Arti
Telah

Lafadz

Arti


‫ أ جمخجرججك كمم‬Pendengaran

Lafadz

‫جال سجسممجع‬

mengeluarkan
kamu sekalian
Kamu

‫ تجمعل جكمموجن‬Penglihatan

‫ا جل مجعبمجصاجر‬

‫ججعكل‬
‫ يج م‬- ‫ جججعجل‬Hati; akal budi
‫ ل جك كمم‬Kamu bersyukur

‫أ جل مأ جمفئئجدجة‬

‫تجمشك ككرموجن‬

mengetahuinya;
kamu tahu
Menjadikan
Bagi
kamu
sekalian
1 Depertemen Agama RI, al-Qur`an dan Terjemahnya, (Dipenogoro: Hikmah, 2011),
hal. 275

2

3. Tafsir Ayat

Di dalam Tafsir Al Misbah, ayat ini menyatakan bahwa

Allah

mengeluarkan kamu berdasar kuasa dan Ilmu-Nya, dari perut ibu-ibu kamu

sedang tadinya kamu tidak wujud, maka demikian juga Dia dapat mengeluarkan
kamu dari perut bumi dan menghidupkan kamu kembali. Ketika Dia
mengelurkan kamu dari perut ibu-ibu kamu, kamu semua dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun yang ada di sekeliling kamu Dan dia menjadikan bagi
kamu pendengaran, penglihatan-penglihatan dan aneka hati, sebagai bekal dan
alat-alat untuk meraih pengetahuan agar kamu bersyukur dengan menggunakan
alat-alat tersebut sesuai dengan tujuan Allah menganugrahkannya kepadamu.2
Di dalam tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Sayyid Quthb menjelaskan bahwa
proses kejadian janin bisa terdeteksi oleh manusia. Akan tetapi, mereka tidak tahu
bagaimana proses itu terjadi, sebab ia merupakan rahasia kehidupan yang
tersembunyi.3

‘’Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui apapun...’’

Allah

yang

melahirkan

para

pakar

dan

para

peneliti,

dan

mengeluarkannya dari perut ibunya dalam kondidi tidak mengetahui apa-apa,
adalah Maha Dekat sekali. Setiap ilmu yang ia dapatkan sesudah itu, semuanya
adalah anugrah dari Allah sesuai ukuran yang di kehendaki-Nya untuk
2 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), vol. 7, hal. 302
3 Sayyid Quthub, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, diterjemahkan oleh As’ad Yasin dkk,
dengan judul Tafsir Fi Zhilalil Qur’an dibawah naungan alquran jilid 7, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2003), hal. 200

3

kepentingan manusia dan untuk mencukupi keperluan manusi untuk hidup di
muka bumi ini.

Ayat di atas menggunakan kata ( ‫ ) ألسمع‬as-sam’ / pendengaran dengan
bentuk tunggal dan menempatkannya sebelum kata ( ‫ ) ال بصار‬al-abshar/
penglihatan-penglihatan yang berbentuk jamak, serta ( ‫ ) ال فتدة‬al-af’idah /
aneka hati yang juga berbentuk jamak.

M. Quraish Shihab menterjemahkan Kata al-af‘idah adalah bentuk jamak
dari kata ( ‫ ) فؤاد‬fu’ad yang artinya adalah aneka hati guna menunjuk makna
yang jamak itu. Kata ini di pahami oleh banyak ulama dalam arti akal. Makna ini
dapat di terima jika yang di maksud dengannya adalah gabungan daya pikir dan
daya qalbu, yang menjadikan seseorang terikat sehingga tidak terjerumus dalam
kesalahan dan kedurhakaan. Dengan demikian tercakup dalam pengertiannya
potensi meraih ilham dan percikan Ilahi.4

Dalam bahasa Al Qur’an, hati terkadang di ungkapkan dengan kata Qalbu
atau dengan kata Fu’aad, untuk menjelaskan setiap alat (organ) pemahaman pada
diri manusia. Hal ini meliputi apa yang di istilahkan dengan akal, juga potensi
inspiratif (Ilham) pada diri manusia yang tersembunyi dan tak diketahui
hakikatnya serta cara kerjanya. Allah memberimu pendengaran, penglihatan dan
hati itu dalam rangka, “agar kamu bersyukur.”

4 M Quraish Shihab, Op. Cit. h. 304

4

Buya Hamka di dalam tafsir Al Azhar, menjelaskan bahwa “dan di
jadikan-Nya untuk kamu pendengaran dan penglihatan dan hati.’’ Dengan arti
bahwa dengan berangsur-angsur tumbuhlah pendengaran, maka terdengarlah
suara-suara dari yang dekat sampai kepada yang jauh, lalu di tumbuhkan pula
penglihatan,

sehingga

dapat

membedakan

berbagai

warna

dan

dapat

memperhatikan wajah ibu yang sedang menyusukan dan pendengaran serta
penglihatan itu di tuntun oleh perkembangan hati , yakni hati dan fikiran. Sampai
berangsur-angsur besar dan dewasa, bertambah lama bertambah matang, sampai
menjadi manusia yang berbudi bahasa, bersopan dan bersantun, sanggup
memikul Taklif, yaitu tangung jawab yang di pikulkan oleh Allah ke atas pundak,
menjadi anggota penuh kemanusiaan, “supaya kamu bersyukur.’’5

Didahulukannya kata pendengaran atas penglihatan, merupakan urutan
yang sungguh tepat, karena memang ilmu kedokteran modern membuktikan
bahwa indra pendengaran berfungsi mendahului indra penglihatan. Ia dimulai
tumbuh pada diri seorang bayi pada pekan-pekan pertama. Sedangkan indra
penglihatan baru bermula pada bulan ketiga dan menjadi sempurna menginjak
bulan keenam. Adapun kemampuan akal dan

mata hati yang berfungsi

membedakan yang baik dan buruk, maka ini berfungsi jauh sesudah kedua indra
tersebut di atas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perurutan penyebutan
indra-indra pada ayat di atas mencerminkan tahap perkembangan fungsi indraindra tersebut.

Firman-Nya di atas menunjuk kepada alat-alat pokok yang

digunakan guna meraih pengetahuan. Alat pokok yang bersifat material adalah

5 Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), hal. 272

5

mata dan telinga, sedang pada objek yang bersifat immaterial adalah akal dan
hati.
4. Munasabah ayat

M. Quraish Shihab menghubungkannya dengan ayat yang lalu dengan
menyatakan bahwa uraian al-qur’an surat an-Nahl ayat 77. “dan kepunyaan
Allah-lah segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. tidak adalah
kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi).
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”, yang merupakan salah
satu bukti kuasa Allah menghidupkan kembali siapa yang meninggal dunia serta
kebangkitan pada hari kiamat. Allah Swt. menyebutkan tentang pengetahuan dan
kekuasaan-Nya yang maha sempurna atas segala sesuatau. Dia mengetahui apa
yang gaib yang ada dilangit dan dibumi, dan hanya Allah-lah yang mempunyai
perkara gaib. Maka tiada seorangpun yang diberi-Nya ilmu gaib ini kecuali bila
Allah menghendakinya untuk memperlihatkan kepadanya apa yang dikehendakiNya.6

Kemudian Allah menyebutkan keruniaNya yang telah Dia limpahkan
kepada hamba-hambaNya yaitu Dia mengeluarkan mereka dari perut ibu mereka
dalam tidak mengetahi sesuatu pun. Sesudah itu Allah memberinya pendengaran
hingga ia dapat mendengar suara, penglihatan hingga ia dapat melihat, dan hati
(yakni akal yang menurut pendapat shahih pusatnya berada di hati). Menurut
pendapat yang lain adalah otak. Dengan akal itu manusia dapat membedakan di
antara segala sesuatu, mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya.
6 M. Quraish Shihab, Op. Cit., hal. 307

6

Sesuai dengan firman Allah SWT. yang mengatakan :

Ÿyoy‰Ï«øùF{$#ur »|Áö/F{$#ur nìôJ¡¡9$# ãNä3s9 Ÿ@yèy_ur
$\«ø‹x© šcqßJn=÷ès? Ÿw öNä3ÏF»yg¨Bé& ÈbqäÜç/ .`ÏiB
Nä3y_t÷zr& ª!$#ur
šcrãä3ô±s?Nä3ª=yès9

Artinya: “dan Dia member kalian pendengaran, penglihatan dan
hati agar kalian bersyukur. (Q.S. an-Nahl: 78)

Sama yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

ö@è% uqèd ü“Ï%©!$# ö/ä.r't±Sr& Ÿ@yèy_ur â/ä3s9
yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noy‰Ï«øùF{$#ur ( Wx‹Î=s%
$¨B tbrãä3ô±n@ ÇËÌÈ

Artinya: “Katakanlah: "Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati". (tetapi) Amat sedikit kamu
bersyukur”.

(Q.S. al-Mulk: 23).

7

pada dasarnya sasaran pemikiran adalah segala sesuatu yang hanya dapat
ditangkap atau diperoleh dari pengalaman indra manusia, seperti pendengaran
dan penglihatan. Yang membuat rasa percaya yang timbul dari hati yang suci. 7

Dari penjelasan di atas dapat disajikan beberapa dasar hadits Nabi Saw, yang
membahas hal di atas:

(‫كل مولود علي الفطرة بواه يهودانه او ينصرانه او يمجسا نه )رواه البخاري‬

Artinya: “Setiap bayi yang dilahirkan itu di atas suci (fitrah), kedua orang
tuanyalah yang menjadikan dia yahudi, nasrani atau majusi” (H.R Bukhari)

Artinya: Hadits dari Ibn Abdi Bar dari sahabat Anas r.a :”carilah ilmu sampai
ke negeri cina, maka sesungguhnya mencari ilmu itu wajib bagi setiap orang
islam, sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya kepada orang yang mencari
ilmu karena ridla kepada apa yang dicari”.
Dari hadits diatas salah satu kewajiban manusia sebagai hamba terhadap
Allah swt, adalah kewajiban menuntut ilmu, seberapa juah, seberapa mampu
manusia menuntut ilmu serta diwajibkan menuntut ilmu dari kecil hingga masuk
ke liang kubur. Allah mewajibkan hal tersebut lantas tidak ada hikmahnya, tetapi
ada hikmah besar didalamnya. Hal tersebut untuk membekali manusia sebagai
khalifah di muka bumi dan mempersiapkan diri di akhirat nanti.
Nabi saw, bersabda: “Barangsiapa menjalani suatu jalan untuk menuntut
ilmu, maka dianugerahi Allah kepadanya jalan ke surga”. Juga Nabi saw,
bersabda: “Sesungguhnya malaikat itu membentangkan sayapnya kepada
penuntut ilmu tanda rela, dengan usahanya itu”. Serta Nabi saw, bersabda:
“Bahwa sesungguhnya engkau berjalan pergi mempelajari suatu bab dari ilmu
adalah lebih baik baginya dari dunia dan seisinya”.
Dengan kata lain, Allah mempermudah jalan menuju surga bagi pelajar yang
sunggug-sungguh menuntut ilmu dan menuntut ilmu dan mempelajarinya lebih
baik dari pada dunia dan isinya.

7 Ibid., hal. 216

8

Setelah manusia memikirkan tanda-tanda kekuasaan Allah yang
terbentang di alam atau yang tertulis di dalam kitab-Nya, maka tidak akan
mengakui adanya Allah kalau hatinya tidak berfungsi yang disebabkan oleh
ketidak yakinan atau tidak rasional. karena sesuatu yang rasional tentu dapat
diterima oleh akal, sebab dengan akal manusia akan semakin berfungsi dengan
baik manakala unsur rasa atau hatinya baik, suci dan senantiasa beriman.

Jadi, hakikat kebenaran itu ditentukan oleh akal, sedang fungsinya akal
ditentukan oleh hati. Maka hakikat kebenaran itu adalah dari hati. Barang siapa
yang hatinya dibuka untuk masuk islam dan selalu beriman, maka Allah akan
memberikan pelajaran dan petunjuk-Nya untuk dapat membedakan yang benar
dan yang salah serta akan mudah menentukan kebenaran yang dipelajarinya.
4. Nilai – Nilai Pendidikan
Makna yang terkandung dalam ayat ini adalah Allah mengajarkan kita apa
yang sebelumnya tidak kita ketahui, yaitu sesudah Allah mengeluarkan dari perut
ibu kita tanpa memahami dan mengetahui sesuatu apapun. Allah mengkaruniakan
kepada kita pendengaran, penglihatan, dan hati sebagai bekal dan alat-alat
potensial untuk meraih pengetahuan agar kita bersyukur, yaitu dengan
memberdayakan dan menggunakan alat-alat tersebut sesuai dengan tujuan Allah
menganugrahinya kepada manusia.8
Seperti, akal untuk memahami dan membedakan antara yang baik dan
buruk. Kemudian Allah membuka mata kita untuk melihat apa yang tidak kita
lihat sebelumnya, dan memberi kita telinga untuk mendengar suara-suara
8 Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Quran, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa,
1996), Cet. Ke-3, hal. 486

9

sehingga sebagian dari kita memahami perbincangan kalian, serta memberi kita
mata untuk melihat berbagai sosok, sehingga kalian dapat saling mengenal dan
membedakan.
5. Analisis Penulis

Jadi, potensi manusia yang di berikan allah adalah pendengaran,
penglihatan dan hati nurani yang perlu kita syukuri.

Salah satu cara bersyukur ialah menjaga dan mempergunakan potensi
tersebut sesuai dengan keinginan yang membuatnya, yaitu Allah SWT. Dengan
mendengar, manusia memiliki kemampuan untuk mendengarkan hal-hal yang
bermanfaat dan menhasilkan ilmu dan pengetahuan. Dengan penglihatan manusia
mampu untuk melihat dan memperhatikan segala sesuatu yang bermanfaat. Dan
dengan hati nurani manusia mampu untuk membedakan dan merasakan yang hak
dan yang bathil.

Manusia memiliki potensi yang besar namun potensi yang dimiliki
manusia terbatas, karena manusia hanyalah makhluk yang memiliki keterbatasan
dan tidak ada yang mengetahui sampai mana batas potensi manusia itu. Tidak
sedikit manusia yang tidak mau mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

Maka,

bersyukurlah

bagi

kita

yang

mau

menggunakan

dan

mengoptimalkan potensi yang kita miliki, agar tidak rugi baik dunia dan akhirat,
karena Allah sudah memberikan potensi manusia yang sangat dahsyat dan sangat
luar biasa yang patut untuk disyukuri.

10

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Makna yang terkandung dalam ayat ini adalah Allah mengajarkan kita apa
yang sebelumnya tidak kita ketahui, yaitu sesudah Allah mengeluarkan dari perut
ibu kita tanpa memahami dan mengetahui sesuatu apapun. Allah mengkaruniakan
kepada kita pendengaran, penglihatan, dan hati sebagai bekal dan alat-alat
potensial untuk meraih pengetahuan agar kita bersyukur, yaitu dengan
memberdayakan dan menggunakan alat-alat tersebut sesuai dengan tujuan Allah
menganugrahinya kepada manusia.
Seperti, akal untuk memahami dan membedakan antara yang baik dan
buruk. Kemudian Allah membuka mata kita untuk melihat apa yang tidak kita
lihat sebelumnya, dan memberi kita telinga untuk mendengar suara-suara
sehingga sebagian dari kita memahami perbincangan kalian, serta memberi kita
mata untuk melihat berbagai sosok, sehingga kalian dapat saling mengenal dan
membedakan.

11

DAFTAR PUSTAKA
Depertemen Agama RI, 2011. al-Qur`an dan Terjemahnya, . Dipenogoro:
Hikmah.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian alQur’an. vol. 7. Jakarta: Lentera Hati,
Quthub, Sayyid. 2003. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, diterjemahkan oleh As’ad
Yasin dkk, dengan judul Tafsir Fi Zhilalil Qur’an dibawah naungan
alquran jilid 7. Jakarta: Gema Insani Press.
Hamka, 1983. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Khalil Al-Qattan, Manna’ . 1996. Studi Ilmu-Ilmu Quran, Cet. Ke-3. Bogor:
Pustaka Litera Antar Nusa,

12