Pengaruh Hutang Luar Negeri Terhadap Inv

ABSTRAK

Utang luar negeri menjadi suatu tolak ukur perekonomian di Indonesia. Karena dalam
negara sedang berkembang pengaruh utang luar negeri menjadi hal penting dalam pertumbuhan
ekonomi. Indonesia masih terikat dalam kemelut utang luar negeri. Dan harus bangkit,
setidaknya meminimalisir utang dan mengoptimalkan potensi pendapatan. Karena tabungan
domestik tidak mencukupi dan menunjukkan bahwa dana domestik tidak pernah mengimbangi
besarnya kebutuhan dana untuk investasi. Kesenjangan antara tabungan dalam negeri
menyebabkan utang merupakan suatu keharusan bagi pembiayaan investasi.

1

PENDAHULUAN
Indonesia termasuk negara sedang berkembang, dimana pada negara sedang berkembang
memiliki suatu keharusan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya dan melaksanakan
pembangunan dalam mencapai kemakmuran.Keharusan hal tersebut merupakan tuntutan dalam
negara sedang berkembang. Maka, hal tersebut menjadi tolak ukur negara sedang berkembang
untuk bisa lebih maju. Dapat di asumsikan bahwa apabila taraf hidup masyarakat meningkat dan
pelaksanaan pembangunan lancar maka dikatakan negara itu maju. Sebaliknya, apabila taraf
hidup masyarakat rendah dan pelaksanaan pembangunan terkendala dikatakan negara itu sedang
berkembang. Dari asumsi tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwasannya pembangunan

ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi memperlancar
pembangunan ekonomi, hal ini berkaitan dengan asumsi diatas. Karena keharusan tersebut,
diperlukan perencanaan-perencanaan untuk kedepannya agar pembangunan dan pertumbuhan
seimbang dan tercapai. Dan disini sangat diperlukan peranan pemerintah untuk membuat
perencanaan pembangunan.
Dalam upaya mencapai kemakmuran dan melaksanankan pembangunan dalam suatu
negara diperlukan beberapa usaha yaitu usaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan
memperhitungkan penduduk. Pendapatan perkapita disini yaitu adalah besarnya pendapatan ratarata penduduk di suatu negara yang diperoleh dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu
negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Biasanya, pendapatan perkapita sering disebut
dengan produk domestik bruto (PDB) perkapita. Pendapatan perkapita sering digunakan untuk
mengukur kemakmuran sebuah negara.Semakin besar pendapatan perkapita, negara tersebut
dapat dikatakan makmur. Sebaliknya, semakin kecil pendapatan perkapita disuatu negara maka
dapat dikatakan negara itu tidak makmur. Namun, dalam upaya meningkatkan pendapatan
perkapita negara berkembang terutama Indonesia selalu berhadapan dengan persoalan kebutuhan
akan pembiayaan. Rendahnya kemampuan dalam negeri yang disebabkan oleh masih rendahnya
kemampuan masyarakat dalam menyisihkan pendapatannya (tabungan) untuk memenuhi
kebutuhan dana tersebut sehingga menyebabkan terjadinya kesenjangan tabungan dalam negeri.
Dimana kesenjangan tabungan tersebut mencerminkan suatu jumlah dana yang diperlukan untuk
melengkapi kekurangan-kekurangan tabungan dalam negeri. Namun, dari dalam negeri sendiri
tidak memungkinkan bisa membiayai kekurangan-kekurangan tersebut. Maka alternatif lain yang

2

dilakukan pemerintah untuk bisa menutupi kekurangan-kekurangan dalam hal pembiayaan yaitu
dengan mencari bantuan sumber dana. bantuan ini dapat berupa bantuan luar negeri, dimana
bantuan ini berperan sebagai pelengkap tabungan dalam negeri. Biasanya bantuan yang diterima
negara Indonesia berupa hibah (pemberian yang dilakukan oleh seseorang kepada pihak lain
dengan kondisi sehat), bantuan program, bantuan proyek. Dari berbagai bantuan tersebut
pastinya ada dampak negatif dan dampak positif dari utang dalam bentuk apapun. Dari latar
belakang dan permasalahan diatas, artikel ini bertujuan mengetahui pengaruh utang luar negeri
terhadap pertumbuhan ekonomi.

3

PEMBAHASAN
Perkembangan Utang Luar Negeri di Indonesia
Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri, adalah sebagian dari total utang suatu negara
yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Penerima utang luar negeri dapat
berupa pemerintah, perusahaan, atau perorangan. Bentuk utang dapat berupa uang yang
diperoleh dari bank swasta, pemerintah negara lain, atau lembaga keuangan internasional seperti
IMF dan Bank Dunia.

Selama lima tahun terakhir ini, utang luar negeri Pemerintah Indonesia meningkat tajam.
Data Bank Indonesia tahun 2012 menyatakan, jika tahun 2006 total utang luar negeri Indonesia
sebesar 132,63 miliar dollar AS, pada 2011 utang luar negeri Indonesia telah membengkak
menjadi 221,60 miliar dollar AS. Oleh sebab itu, rakyat harus mewaspadai perkembangan utang
luar negeri tersebut.Besarnya jumlah utang Indonesia ternyata tidak menunjukkan korelasi
signifikan terhadap kualitas pertumbuhan ekonomi yang indikatornya ditunjukkan oleh
perbaikan kualitas pelayanan dasar kepada masyarakat, dapat dicontohkan infrastruktur energi
dan transportasi, pendidikan, serta kesehatan yang masih minim dan terbatas. Posisi indeks
pembangunan manusia Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan Thailand dan
Malaysia. Begitu juga dengan daya saing dan kemudahan melakukan usaha atau doing business
(melakukan bisnis), itu juga masih lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara tersebut.
Pada penelitian lainnya, utang luar negeri indonesia terus mengalami peningkatan tajam,
khususnya utang pemerintah. Apabila pada tahun 2006 total pinjaman luar negeri mencapai
132,63 miliar dolar dan pada tahun 2012 kuartal pertama telah mencapai 221, 60 miliar dolar.
Dalam rupiah pinjaman indonesai salam 3 tahun terakhir tercatat pada tahun 2012 Rp 1.667
triliun, pada tahun 2011 Rp 1.803 triliun dan pada tahun 2014 Rp 2.461,36 triliun dengan rasio
terhadap PDB sebesar 25.1%. Perkembangan utang sedemikian cepat jelas bukan pengelolaan
keuangan negara yang baik. Pinjaman ini diperuntukan menghadapi krisis eropa yang
memingkinkan semakin berbahaya. Karena pada dasarnya utang luar negeri baik oleh swasta
maupun pemerinth memiliki resiko terhadap masyarakat. Dan masyarakat melakukan

pembayaran utang tersebut melalui pajak. Sampai sekarang pun masyarakat terus menanggung
bunga utang obligasi tersebut. Namun, apabila uang dari utang luar negeri digunakan untuk
4

infrastruktur atau kegiatan produktif yang lain pasti perekonomian Indonesia jauh lebih sehat
dari saat ini. Karena utang luar negeri yang tidak terkendali sama artinya mengambil hak-hak
generasi mendatang. Anak cucu kita yang tidak tahu menahu harus menanggung beban utang
yang dilakukan saat ini. Pinjaman luar negeri Indonesia memang dinilai masih aman oleh bank
dunia, karena menunjukkan penurunan rasio terhadap pendapatan nasional. Rasio pinjaman luar
negeri terhadap pendapatan nasional saat ini diperkirakan sekitar 28,2%. Artinya jumlah utang
lebih dari seperempat nilai barang dan jasa yang dihasilkan di Indonesia selama setahun. Ini
lebih baik jika dibandingkan dengan Amerika Serikaat (69,4%), Inggris (79,5%), dan italia
(120,1%).
Dari permasalahan diatas apakah negara Indonesia berarti aman jika kita terus berutang,
karena angka-angka rasio menunjukkan penurunan dan jauh lebih baik jika dibandingkan
beberapa negara maju. Tentu saja tidak, negara maju saja menghadapi situsi ekonomi tidak
menentu akibat utang, apalagi Indonesia. Bahkan harus disadari bahwa perekonomian Indonesia
tidak memiliki landasan yang kokoh seperti di negara-negara maju. Bangsa ini harus memahami
jika ekonomi Indonesia tidak memiliki pondasi yang kuat. Bukankah selama ini misalkan kita
masih bergantung pasa ekspor tambang dan mineral seperti gas dan batu bara, komoditas

perkebunan seperti karet, coklat, dan kopi, serta ditopang oleh sector keuangan yang didominasi
asing. Disisi lain, kita tidak memiliki sector industri yang kuat. Artinya perekonomian Indonesia
sangat mudah terkoreksi oleh penurunan harga komoditas, menurunnya permintaan luar negeri
atau adannya pelarian modal ke luar negeri bahkan penurunan nilai tukar rupiah.
Pemerintah berperan langsung terhadap pembangunan nasional Indonesia dalam upaya
menciptakan pertumbuhan ekonomi menuju masyarakat makmur. Pemerintah membutuhkan
dana pembiayaan yang besar, baik yang berasal dari dalam negeri berupa tabungan masyarakat,
tabungan swasta dan tabungan pemerintah, sedangkan yang berasal dari luar negeri adalah
berupa bantuan hibah (grant), pinjaman luar negeri dan penanaman modal asing (Kamaluddin;
1989).
Secara teoritis, kata Umar Juoro (1994), pada tahun 1950 dan 1960-an, dalam semangat
duet ekonomi Harrod-Domar, bantuan luar 13negeri dipandang mempunyai dampak positif pada
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan tabungan masyarakat sebagai dampak lanjutannya.
Alasannya, aliran bantuan luar negeri dapat meningkatkan investasi yang selanjutnya
5

meningkatkan pendapatan dan tabungan domestik dan seterusnya.Sampai di situ, secara teori,
bantuan luar negeri justru menghasilkan dampak pengganda (multiplier effects) yang positif pada
perekonomian. Pada tahun 1970-an, dua ekonom lain Keith Griffin dan John Enos dalam
bukunya "Foreign Assistance: Objectives and Consequences" membuktikan pinjaman


luar

negeri berdampak negatif pada pertumbuhan. Mereka mengajukan bukti empiris bahwa utang
luar negeri berkorelasi negatif pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan tabungan
masyarakat. Bantuan luar negeri telah membuat pemerintah meningkatkan pengeluaran yang
mengurangi dorongan untuk meningkatkan penerimaan pajak dan sebagainya. Ekonom di era
berikutnya juga melakukan studi yang mendukung kesimpulan Griffin dan rekannya.
M. Todaro (1998) berpendapat bahwa akumulasi utang luar negeri (external

debt)

merupakan suatu gejala umum yang wajar. Rendahnya tabungan dalam negeri tidak
memungkinkan dilakukannya investasi secara memadai, sehingga pemerintah negara-negara
berkembang harus menarik dana pinjaman dan investasi dari luar negeri. Bantuan luar negeri
dapat memainkan peranan yang sangat penting dalam usaha negara yang bersangkutan guna
mengurangi kendala utamanya yang berupa 14kekurangan devisa, serta untuk mempertinggi
tingkat pertumbuhan ekonominya.
Utang luar negeri sendiri sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, karena
dengan adanya utang pasti secara otomatis akan ketergantungan. Karena setiap negara yang

utang ke luar negeri pastinya bertujuan untuk memperbaiki kondisi, pembangunan, dan
pertumbuhan perekonomian agar semakin membaik.Namun, pada kenyataannya pertumbuhan
perekonomian di Indonesia statis dan utang pun semakin menumpuk.Perkembangan utang luar
negeri sendiri tahun 2012 semakin meningkat hingga mencapai Rp 1.937 Triliun.Direktur MPI
(Mitra Peduli Indonesia) mengungkapkan saatnya Indonesia mengoptimalkan pengembangan
potensi sumberdaya lokal untuk mengantisipasi dampak krisis global yang saat in tengah
melanda dunia Internasional, khususnya Eropa dan Amerika. Bahkan, jika terlambat, maka
bukan tak mungkin krisis juga akan mendera tanah air. Menurut Seknas Fitra Uchok Sky
Khadafi, hutang luar negeri Indonesia pada tahun 2010 atau era Presiden SBY sebesar Rp 1.677
triliun. Pada tahun anggaran 2011 utang luar negeri Indonesia sebesar Rp 1.803 triliun dan pada
tahun 2012 utang luar negeri Indonesia mencapai Rp 1.937 triliun. Selain tingginya hutang luar
negeri, dia juga prihatin dengan makin gencarnya impor yang tidak mampu dihadapi pengusaha
6

lokal.Karena, masih tingginya biaya produksi dan lemahnya daya saing. Untuk itu, pemerintah
perlu mencermati efektifitas penggunaan anggaran baik APBN maupun APBD.Prinsip-prinsip
partisipasi, transparansi dan akuntabilitas perlu diimplementasikan. Sehingga, setiap rupiah yang
dikeluarkan negara betul-betul bisa memberi kontribusi untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat, termasuk meningkatkan daya saing komoditi dalam negeri sehingga mampu
bersaing dengan komoditi internasional.


Dampak Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Adanya utang luar negeri menimbulkan dampak bagi negara Indonesia. Dampak ini dapat
dilihat dari 2 sisi, yaitu sisi positif dan sisi negatif. Dari dua sisi tersebut, jarang terlihat dampak
positif dari utang luar negeri tersebut. Karena sudah kita ketahui sejak dahulu bahwasannya
namanya behutang pasti itu negatif, kesannya pemerintah tidak bisa membiayai negaranya
sendiri sampai harus berhutang ke negara lain. Namun, dari berbagai sumber banyak yang
menyatakan bahwa dampak positif dari utang luar negeri yaitu terhadap pembangunan ekonomi
dan peningkatan tabungan masyarakat. Sebab, alirannya dapat meningkatkan pendapatan dan
tabungan domestik sehingga utang luar negeri menghasilkan multiplier effect positif terhadap
perekonomian, kemudian terhadap pertumbuhan ekonomi dan peningkatan tabungan masyarakat
sebagai dampak lanjutannya. Alasannya, aliran bantuan luar negeri dapat meningkatkan investasi
yang selanjutnya meningkatkan pendapatan dan tabungan domestik dan seterusnya. Sampai di
situ, secara teori, bantuan luar negeri justru menghasilkan dampak pengganda (multiplier effects)
yang positif pada perekonomian, pinjaman luar negeri dalam jangka pendek dapat menutup
defisit APBN, dan ini jauh lebih baik dibandingkan jika defisit APBN, sehingga memungkinkan
pemerintah untuk melaksanakan pembangunan dengan dukungan modal yang relatif lebih besar,
tanpa disertai efek peningkatan tingkat harga umum. Dengan demikian pemerintah dapat
melakukan ekspansi fiskal untuk mempertinggi laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi berarti meningkatnya pendapatan nasional, yang

selanjutnya memungkinkan untuk meningkatnya pendapatan perkapita.
Setelah memaparkan dampak positif, selanjutnya yaitu dampak negatif, dimana setiap
utang selalu dipandang negative oleh orang lain, dan negara lain. Dampak negative dari utang
7

luar negeri yaitu timbulnya krisis ekonomi yang makin lama makin meluas dan mendalam.
Kemudian krisis ekonomi ini memperkuat krisis yang lain dan begitu seterusnya sehingga
terjadilah vicious circle, Pemerintah akan terbebani dengan pembayaran utang tersebut sehingga
hanya sedikit dari APBN yang digunakan untuk pembangunan, Cicilan bunga yang makin
memberatkan perekonomian Indonesia kemudian bantuan tersebut negara akan dicap sebagai
negara miskin dan tukang utang karena tidak mampu untuk mengatasi perekonomian negara
sendiri sampai membutuhkan campur tangan dari pihak lain. Selain itu, dalam jangka panjang
utang luar negeri dapat menimbulkan berbagai macam persoalan ekonomi negara Indonesia,
salah satunya dapat menyebabkan nilai tukar rupiah jatuh(Inflasi) dan yang pasti akan
mengakibatkan ketergantungan dari penerima bantuan (dalam negeri) terhadap pemberi bantuan
(luar negeri).

Bangkit dari Utang Luar Negeri
Di bidang ekonomi,Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan SDA yang
melimpah ruah,akan tetapi Indonesia masih saja kekurangan dalam hal apapun,sehingga masih

banyak rakyat miskin di negara ini. Angka kemiskinan (lingkaran setan) tiap tahun ke tahun
mengalami kenaikan, hal ini dikarenakan harga bahan pokok yang kian meroket tanpa disertai
kenaikan pemasukanmasyarakat. Utang luar negeri Indonesia pun mencapai 2 trilyun
rupiah,sungguh angka yang fantastis. Dari angka yang begitu “wow” apabila di dengar saja,
sudah menjadi kelemahan atau kekurangan dari kelebihan yang dimiliki Indonesia khususnya
dalam bidang ekonomi. Dari kata utang saja sudah membuat satu pandangan yang negative.
Namun, utang luar negeri dipandang sebagai salah satu tiang penyangga pembangunan nasional.
Hal ini dapat dilihat kebijakan anggaran belanjanya selalu menempatkan utang luar negeri
sebagai komponen utama untuk menutup defisit anggaran. Oleh karena itu, jika ingin bangkit
dari ketergantungan dari negara asing harus ada perubahan yang dilakukan oleh pemerintah
Indonesia, yaitu :
Pertama, Meningkatkan daya beli masyarakat, yakni melalui pemberdayaan ekonomi
pedesaan dan pemberian modal usaha kecil seluasnya. Dengan peningkatan daya beli masyarakat
ini membuat barang-barang hasil buatan dalam negeri terjual habis tentu akan memberikan
8

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Apalagi yang terjual dan laku terbeli itu yaitu produk
hasil ekonomi pedesaaan dan usaha kecil, tentu akan membuat perkembangan yang signifikan
bagi kemajuan usaha pedesaan dan usaha kecil sehingga mampu bersaing perusahaan besar milik
swasta. Keuntungan lain dari peningkatan daya beli masyarakat yaitu perputaran uang akan lebih

banyak terdapat di dalam negeri sehingga uang ini akan menambah pendapatan negara dengan
pajak.
Kedua, meningkatkan pajak secara progresif terhadap barang mewah dan impor. Realitas
yang ada saat ini pemerintah mengambil pajak barang mewah
Ketiga, Konsep pembangunan yang berkesinambungan, berlanjut dan mengarah pada
satu titik maksimalisasi kekuatan ekonomi nasional, melepaskan secara bertahap ketergantungan
utang luar negeri. Telah di jelaskan pada awal prinsip pembangunan yang diusung Orde Baru
yakni mengutang untuk pembangungan, sekarang saatnya membangun Indonesia dari keringat
peluh yang dihasilkan diri sendiri Indonesia walaupun harus bertahap sesuai dengan pendapatan
yang diraih. Jangan asal cepat-cepat membangun negeri sehingga kita selalu bertumpu pada
utang / Investasi luar negeri tapi membangun negeri perlu proses sehingga dibutuhkan sikap
sabar yang tinggi pemerintah untuk membangun negeri. Masyarakat sebagai rakyat harus
mendukung setiap tindakan pemerintah yang benar.
Keempat, menggalakan kebanggaan akan produksi dalam negeri, meningkatkan kemauan
dan kemampuan ekspor produk unggulan dan membina jiwa kewirausahaan masyarakat. Hal
yang memprihatinkan dengan televisi atau surat kabar di negeri ini yakni banyaknya iklan swasta
produk luar negeri berkembang di dalam negeri, sadar atau tidak iklan-iklan ini mempengaruhi
pergaulan masyarakat di negeri ini, Para remaja lebih suka makanan produk luar negeri daripada
produk-produk dalam negeri seperti kacang rebus, ketela godok. Sehingga hasil jual lebih banyak
keluar daripada ke dalam negeri.Padahal dari segi kandungan zat makanan tradisional inilah
lebih banyak di banding produk luar negeri. Negeri ini kaya akan Sumber daya alam unggulan
sehingga bila kita manfaatkan secara maksimal maka akan memberikan devisa negara, akhirakhir ini negeri kita mampu dengan “swasembada pangan” mengapa kita tidak swasembada
kehutanan, pertambangan atau seterusnya. Permasalahan yang ada adalah terkendala dana dan
teknologi peraalatan, sebenarnya ini dapat disiasati dengan memanfaatkan dana terbatas dan
peralatan kurang itu untuk mendukung produksi hasil pada potensi yang sangat besar.
9

Kelima, mengembangkan sumber daya manusia berkualitas dan menempatkan
kesejateraan yang berkeadilan dan merata sebagai landasan penyusunan operasionalisasi
pembangunan ekonomi. Pepatah ada yang bilang “ orang yang bodoh dekat dengan kemiskinan”
ini tentu sesuai dengan realitas yang ada di Indonesia, banyak anak kecil di kolong-kolong
jembatan dan Perhentian lampu merah tidak bersekolah malah mencari nafkah membantu orang
tua-nya. Ditambah lagi dengan harga pendidikan Indonesia yang mahal tentu akan menambah
daftar panjang orang-orang bodoh baru yang akan bernasib sama. Padahal negara kita akan
menghadapi perdagangan bebas sungguh sangat ironi bila negara kita hanya bergantung dengan
bangsa lain. Bila kita cermati dengan tingkat pendidikan tinggi rata-rata penduduknya akan
memberikan penghasilan yang besar bagi penduduk akan memperkuat ekonomi nasional melalui
pengurangan tenaga kerja luar negeri. Bila kesejateraan penduduk besar tentu akan memberikan
pajak sangat besar sehingga negeri ini memperoleh pendapatan yang besar.
Dari solusi Ekonomi nasionalis populis tersebut akan berhasil bila ada sinergi antara
legislatif, eksekutif dan yudikatif. Tidak lupa hal terpenting yakni adanya kemauan rakyat untuk
berubah ( Change will) dan bergerak bersama untuk menghasilkan negara Indonesia yang
mandiri dan bertekad bangkit serta mengakhiri utang luar negeri.

10

PENUTUP
Utang luar negeri sangat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian karena dengan
adanya utang dari luar negeri, pembangunan di Indonesia semakin membaik sehingga
memperlancar pertumbuhan perekonomian. Perkembangan utang luar negeri tahun 2014
meningkat, tidak bisa di pungkiri apabila dengan utang ke luar negeri yang tidak terkendali sama
artinya dengan mengambil hak-hak generasi mendatang. Anak cucu kita yang tidak tahu menahu
harus menanggung beban utang yang dilakukan saat ini.
Namun, dalam hal “utang” pastinya ada banyak asumsi yaitu berupa dampak positif dan
dampak negative. Dampak positif dari utang luar negeri sendiri yaitu meningkatkan pendapatan
dan tabungan domestik sehingga utang luar negeri menghasilkan multiplier effect positif
terhadap perekonomian, dan batuan luar negeri dalam jangka pendek dapat menutup defisit
APBN. Sedangkan dampak negatifnya sendiri yaitu negara akan dicap sebagai negara miskin dan
tukang utang karena tidak mampu untuk mengatasi perekonomian negara sendiri sampai
membutuhkan campur tangan dari pihak lain, dan yang paling penting adalah akan
mengakibatkan ketergantungan dari penerima bantuan (dalam negeri) terhadap pemberi bantuan
(luar negeri). Karena pada dasarnya sikap ketergantungan dalam hal utang akan berkelanjutan.
Semakin meningkatnya utang negara Indonesia ke luar negeri yang berakibat membawa
masyarakat ke dalam lingkaran setan, harus bisa menahan untuk tidak utang lagi harus bisa
bangkit dari utang luar negeri yang nantinya akan berdampak negative apabila terus-terusan
berhutang ke luar negeri. Caranya dengan meningkatkan daya beli masyarakat, meningkatkan
pajak secara progresif terhadap barang mewah dan impor, mengembangkan konsep
pembangunan yang berkesinambungan, dan mengembangkan sumber daya manusia berkualitas
dan menempatkan kesejateraan yang berkeadilan dan merata. Namun, cara tersebut harus
diimbangi dengan kemauan masyarakat untuk berubah dan mau bergerak guna menghasilkan
Indonesia yang mandiri.

11

DAFTAR PUSTAKA
http://artikel2.com/kumpulan-bermacam2-artikel/06/hutang-luar-negeri-indonesia

http://www.lensaindonesia.com/2012/02/05/gawat-tahun-2012-utang-indonesia-di-luar-negericapai-rp-1-937-triliun.html
(http://id.wikipedia.org/wiki/Utang_luar_negeri

http://prumph.blogspot.com/2009/06/solusi-terhadap-ketergantungan-terhadap.html

http://www.jurnal.lipi.go.id/

artikel2.com/kumpulan...artikel/06/hutang-luar-negeri-indonesia

12

13