Manajemen di akademi Strategi (12)

Strategi Pengembangan Daerah Berbasis
Sumber Daya Unggul Pada Kawasan Andalan
di Manado (Sulawesi Utara)

Oleh :

PROGRAM STUDI ILMU MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di era globalisasi sekarang ini, isu daya saing kian menjadi sorotan banyak
kalangan. Hal ini tidak hanya menuntut kesiapan setiap negara, namun juga
menuntut kesiapan setiap daerah untuk mampu bersaing dengan daerah lain,

bahkan dari negara lain. Setiap daerah harus mampu meningkatkan potensi yang
dimiliki dan mampu menguasai pasar dengan didukung oleh ketersediaan sumber
daya yang handal.
Pembangunan ekonomi daerah di era otonomi menghadapi berbagai

tantangan,baik internal maupun eksternal, seperti masalah kesenjangan dan iklim
globalisasi. Tentunya, hal tersebut menuntut tiap daerah untuk mampu bersaing di
dalam dan luar negeri. Kesenjangan dan globalisasi berimplikasi kepada propinsi
dan kabupaten/kota, untuk melaksanakan percepatan pembangunan ekonomi
daerah secara terfokus melalui pengembangan kawasan dan produk andalannya.
Percepatan pembangunan ini bertujuan agar daerah tidak tertinggal dalam
persaingan pasar bebas, seraya tetap memperhatikan masalah pengurangan
kesenjangan. Karena itu seluruh pelaku memiliki peran mengisi pembangunan
ekonomi daerah dan harus mampu bekerjasama melalui bentuk pengelolaan
keterkaitan antarsektor, antarprogram, antarpelaku, dan antardaerah.
Kawasan Andalan, dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah
suatu kawasan yang dikembangkan untuk mengurangi kesenjangan antardaerah
melalui pengembangan kegiatan ekonomi yang diandalkan sebagai motor
penggerak pengembangan wilayah. Kawasan Andalah diharapkan mampu menjadi
pusat dan pendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan di sekitarnya. Kawasan
andalah juga diharap mampu bersaing di dalam dan luar negeri. Kemampuan
bersaing ini lahir melalui pengembangan produk unggulan yang kompetitif di
pasar domestik maupun global, yang didukung sumber daya manusia (SDM)
unggul, riset dan teknologi, informasi, serta keunggulan pemasaran.
Sementara itu dalam pelaksanaan di daerah, konsep pengembangan kawasan

andalan tidak secara efektif dikembangkan khususnya di Manado (Sulawesi
Utara) sehingga tidak pernah dapat diukur keberhasilannya. Maka dibutuhkan
model–model pengembangan ekonomi daerah dengan pendekatan kawasan
andalan, yang memiliki konsep pengembangan yang terfokus dan terpadu,
terutama berorientasi pada karakteristik potensi kawasan dan kemampuan
pengembangan kawasan.
Program pengembangan wilayah di Manado telah banyak dikembangkan,
namun kurang optimal, karena menekankan pada sisi pengelolaan project

oriented, kurang terfokus pada kesinambungan program jangka panjang, serta
terhadang masalah-masalah lainnya. Maka dari itu, kami melakukan kajian lebih
dalam mengenai strategi pengembangan daerah berbasis sumber daya unggul pada
kawasan andalan di Manado, Sulawesi Utara.
Tujuan Penulisan
Tujuan

kajian

ini


adalah

menganalisis

model

pengelolaan

dan

pengembangan keterkaitan program dalam pengembangan ekonomi daerah
berbasis kawasan andalan. Sasaran yang dituju dari kajian adalah: (1)
mengidentifikasi prinsip dasar pengembangan kawasan andalan Manado; (2)
mengidentifikasi faktor kunci dalam pengembangan kawasan andalan sesuai
dengan karakter daerah; (3) menyusun masukan bagi kebijakan dan strategi
pengelolaan dan pengembangan kawasan andalan.

TINJAUAN TEORI
2.1 Pengembangan Ekonomi Daerah
Berdasarkan Bappenas (2012), pengembangan ekonomi daerah berbeda

dari pengembangan ekonomi nasional dalam beberapa hal, yaitu (Meyer-Stamer,
2003). Ada sejumlah instrumen untuk meningkatkan pengembangan ekonomi
yang berada di luar jangkauan inisiatif lokal, untuk mendorong semua samua
tersebut harus dikerjakan dalam kerangka kondisi yang umum, misalnya nila tukar
mata uang, tarif pajak, kebijakan anti-trust, atau kerangka hukum ketenagakerjaan.
Dalam waktu yang sama, banyak instrumen LED yang tidak sesuai untuk
pemerintahan nasional, contohnya pengembangan bisnis real estate atau program
pelatihan bisnis. Pengembangan ekonomi nasional dirumuskan dan dilaksanakan
oleh pemerintah. Pelaku non pemerintahan dilibatkan dalam proses pengambilan
kebijakan, seperti lobi atau bertukar informasi dan pengetahuan. Akan tetapi
dalam hal penetapan akhir kebijakan, lebih banyak jumlah kelompok sasaran
daripada para penentu kebijakan.
Pada tingkat daerah, hal tersebut dapat dianggap sebagai suatu perbedaan.
Dalam kasus yang paling ekstrim, inisiatif pembanguna daerah dapat didesain dan

dilaksanakan oleh pelaku swasta tanpa partisipasi dari pemerintah. Dalam keadaan
normal, inisiatif daerah menyangkut kerjasama yang erat antara aktor pemerintah
dan aktor swasta (kamar dagang dan asosiasi bisnis,perdagangan global, lembaga
pendidikan dan penelitian, perusahaan-perusahaan,LSM, dan lain-lain) selama
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Program pengembangan

ekonomi nasional mencakup pengertian yang jelas mengenai pembagian tugas
antara badan legislatif dan eksekutif dari pemerintah. Inisiatif pengembangan
daerah biasanya mencakup definisi-definisi peran yang samar, dan menjelaskan
serta mendefinisikan peran dari berbagai stakeholder yang berbeda merupakan
satu tantangan utama dari setiap inisiatif pengembangan daerah.
2.2 Strategi Pengembangan
Adanya keterkaitan antar perusahaan akan meningkatkan pembagian kerja
dan mendorong kerja sama antar perusahaan termasuk penyebaran ide dan
inovasi. Keterkaitan ke belakang (backward linkage) maupun kedepan (forward
linkage) antarperusahaan atau bahkan dengan perusahaan yang lebih besar
mendorong terjadinya produksi bersama (joint manufacture). Pemerintah perlu
mengambil peran sebagai motivator, katalisator dan inisiator pengembangan
jaringan serta kerjasama antar usaha sehingga tercipta tindakan bersama (joint
and collectibe action). Pemerintah perlu membangkitkan kondisi UKM agar tidak
tergantung pada kapasitasnya yang terbatas tapi bekerja sama dalam kelompok
untuk menjadi lebih kuat.
Beberapa kebijakan dan strategi untuk memperkuat kerjasama dan
mendorong persaingan positif antar perusahaan antara lain :
(1) Peningkatan kerjasama dan jaringan antar usaha
Strategi yang dapat dilakukan:



Mempromosikan

kerjasama

diantara

UKM-UKM

melalui

pendekatan partisipatif.


Mendorong peran asosiasi usaha sebagai basis kerjasama kolektif
para pelaku usaha.




Memfasilitasi asosiasi usaha untuk melakukan aktivitas-aktivitas
bersama (collective action).

(2) Penciptaan iklim kompetisi yang sehat
Strategi yang dapat dilakukan:


Melakukan pembinaan serta memeperkuat jaringan pasar UKM agar
tidak terjadi persaingan harga yang kontra-produktif.



Meningkatkan kesadaran pelaku usaha terhadap Hak kekayaan
intelektual (HAKI).



Mendorong dan memfasilitasi pendaftaran paten, merek, dan hak
cipta produk-produk yang dihasilkan oleh usaha.




Memfasilitasi keberadaan lembaga penyedia layanan HAKI.

2.3 Gambaran Umum Wilayah
Kota Manado terletak di ujung jazirah utara pulau Sulawesi, pada posisi
geografis 124°40' - 124°50' BT dan 1°30' - 1°40' LU. Iklim di kota ini adalah
iklim tropis dengan suhu rata-rata 24° - 27° C. Curah hujan rata-rata 3.187
mm/tahun dengan iklim terkering di sekitar bulan Agustus dan terbasah pada
bulan Januari. Intensitas penyinaran matahari rata-rata 53% dan kelembaban nisbi
±84 %. Luas wilayah daratan adalah 15.726 hektare.
Manado juga merupakan kota pantai yang memiliki garis pantai sepanjang
18,7 kilometer. Wilayah daratannya didominasi oleh kawasan berbukit dengan
sebagian dataran rendah di daerah pantai. Interval ketinggian dataran antara 040% dengan puncak tertinggi di gunung Tumpa. Wilayah perairan Kota Manado
meliputi pulau Bunaken, pulau Siladen dan pulau Manado Tua. Pulau Bunaken
dan Siladen memiliki topografi yang bergelombang dengan puncak setinggi 200
meter. Sedangkan pulau Manado Tua adalah pulau gunung dengan ketinggian ±
750 meter.
Sementara itu, perairan teluk Manado memiliki kedalaman 2-5 meter di
pesisir pantai sampai 2.000 meter pada garis batas pertemuan pesisir dasar lereng

benua. Kedalaman ini menjadi semacam penghalang sehingga sampai saat ini
intensitas kerusakan Taman Nasional Bunaken relatif rendah. Jarak dari Manado
ke Tondano adalah 28 km, ke Bitung 45 km dan ke Amurang 58 km.
Kota Manado memiliki 3 (tiga) wilayah kepulauan, yakni pulau Manado
Tua, pulau Bunaken, dan pulau Siladen. Kekayaan sumber daya alam laut wilayah

kepulauan di Kota Manado dengan kualitas keindahan dan keasliannya berpotensi
menjadi tempat tujuan wisata yang menarik, seperti cruising, yachting, diving,
surfing, dan fishing serta marine eco-tourism. Di samping itu, wilayah kepulauan
Kota Manado juga mempunyai potensi wisata terrestrial, yaitu “wisata dengan
pemanfaatan lahan daratannya”.

Wisata terrestrial wilayah kepulauan Kota

Manado merupakan daya tarik tersendiri bagi penikmat pariwisata, mengingat
wilayah kepulauan Kota Manado yang rata-rata termasuk sepi, sehingga alamnya
masih sangat asri, disamping itu juga akan banyak ditemui flora dan fauna
endemik.
Dengan mempertimbangkan peran ekonomis dan fungsi ekologis serta
potensi sumberdaya di wilayah kepulauan Kota Manado maka kegiatan

kepariwisataan harus dilakukan melalui pendekatan ekosistem, pemberdayaan
masyarakat setempat, dan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya secara
berkelanjutan. Wilayah kepulauan Kota Manado merupakan aset wisata bahari
yang sangat besar yang didukung oleh potensi geologis dan karaktersistik yang
mempunyai hubungan sangat dekat dengan terumbu karang (Coral Reef),
khususnya hard corals. Disamping itu, kondisi wilayah kepulauan Kota Manado
yang berpenghuni hanya sedikit saja, secara logika akan memberikan kualitas
keindahan dan keaslian dari bio-diversity yang dimilikinya.
Berdasarkan rating yang dilakukan oleh lembaga kepariwisataan
internasional, beberapa wilayah kepulauan di Indonesia termasuk di Kota Manado
dengan sumberdaya yang dimilikinya mempunyai rating tertinggi bila ditinjau
dari segi daya tarik wisata bahari dibandingkan dengan kawasan-kawasan lain di
dunia. Wilayah kepulauan di Kota Manado memiliki potensi wisata bahari yang
cukup potensial. Dapat disebutkan disini, yakni Taman Nasional Laut (TNL)
Bunaken yang telah terkenal di dunia.

PEMBAHASAN
Kawasan Andalan Manado
1. Prinsip/Strategi Dasar Pengembangan Kawasan
a. Fokus


Berdasarkan cakupan pemasaran (ekspor), keterkaitan dengan sektor lain, dan
ketersediaan prasarana dan sarana pendukung, sektor perikanan merupakan
unggulan, dengan kantong produksi terbesar di Kota Bitung.
b. Industri Pendorong
Industri penangkapan dan pengolahan ikan merupakan industri pendorong yang
memiliki nilai investasi tinggi. Pengembangan potensi ini didukung keberadaan
banyak industri pengolahan ikan dan pelabuhan perikanan modern berikut
fasilitasnya. Berdasarkan data BKPMD,di Kota Bitung terdapat sekitar 13
perusahaan yang bergerak di bidang penangkapan dan pengolahan ikan.
c. Target pasar
Saat ini tujuan pasar ekspor masih didominasi negara Jepang. Berbagai jenis
komoditas ekspor perikanan tangkap adalah tuna/cakalang beku, tuna segar, dan
ikan kaleng. Kegiatan promosi dilakukan oleh Dinas KUKM serta Dinas
Perindag yang bentuknya berupa pameran dan promosi melalui leaflet dan media
elektronik. Dalam rangka meningkatkan pemasaran, tindakan pemerintah adalah
peningkatan ekspor, mengembangkan diversifikasi produk, membentuk trading
housedi luar negeri, dsb.
d. Rencana Bisnis
Saat ini pengembangan Kawan Manado didukung rencana bisnis berkurun waktu
10 tahun di dalam Rencana Induk Pengembangan Kapet Manado dan mulai
dipromosikan peluang investasinya, meskipun dengan informasi minimal.
Berikut adalah gambar rencana bisnis:

e. Skenario Keterkaitan
Skenario keterkaitan dan keterpaduan pengembangan Kawasan Andalan
Manado-Bitung yang menitikberatkan pada keterkaitan ke depan dan ke
belakang (forward and backward linkages), ditujukan untuk membuka peluang
investasi pada kegiatan utama dan pendukung. Fokus keterkaitan Kawasan
Andalan Manado-Bitung adalah keterkaitan yang kuat antar industri
penangkapan ikan dan industri pengolahan ikan. Kedua industri utama tersebut
didukung industri hulu dan hilir yang kuat baik langsung maupun tak langsung.
f. Peran pemerintah
Sebagai fasilitator, pemerintah mengambil beberapa kebijakan pembangunan,
seperti program peningkatan kulitas pelayanan administrasi usaha industri,
perdagangan, dan jasa. Sedang sebagai katalisator, kebijakan yang diambil
adalah program penciptaan iklim usaha yang kondusif, penguatan lembaga dan
organisasi masyarakat, dan pembangunan infrstruktur fisik dan ilmiah. Namun
peran pemerintah juga diharapkan mensinergikan pengembangan Kawan
Manado dengan kawasan andalan lainnya.
g. Kendala Pengembangan Kawasan dan Komoditas Unggulan
Kendala yang dihadapi dalam mengembangkan kawasan adalah investasi PMA
dan PMDN yang rendah serta pertumbuhan PDRB yang juga rendah, jika
dibanding pertumbuhan PDRB nasional. Dari sisi pengembangan komoditas,

kendalanya adalah kurangnya armada perikanan tangkap berteknologi tinggi,
adanya dominasi negara tujuan ekspor ke Jepang yang berakibat rendahnya
posisi tawar, terjadinya penurunan kualitas pada pengolahan ikan, sebagai akibat
dari penanganan yang kurang baik, dan lain-lain.
2. Faktor Kunci Pengembangan Kawasan
a. R&D
Selama ini nelayan tangkap masih menggunakan teknologi sederhana,
sebaliknya kapal-kapal tangkap (dalam dan luar negeri) skala industri sudah
menggunakan teknologi maju, begitu pula dengan industri pengolahannya.
Aktivitas penelitian dan pengembangan telah didukung lembaga penelitian dari
lembaga pendidikan, yaitu Akademi Maritim Indonesia dan Akademi Perikanan
Bitung, serta instansi pemerintah, yaitu Baristand dan Badan Pengelola KAPET.
b. SDM
Tingkat pendidikan nelayan sebagian besar masih rendah, SD. Guna peningkatan
SDM, Dinas KUKM dan Dinas Perindag melakukan pelatihan dan pembinaan
tenaga kerja, begitu pula dengan perguruan tinggi dan Badan Pengelola KAPET.
c. Pasar
Komoditas perikanan tangkap sudah menembus pasar ekspor, baik dalam bentuk
segar maupun olahan. Untuk meningkatkan akses informasi pasar, BP KAPET
beserta KADIN dan dinas terkait telah membuka situs internet.
d. Akses terhadap Ketersediaan Infrastruktur, Modal, dan Bahan Baku
Penangkapan dan pengolahan ikan di Kota Bitung telah didukung prasarana dan
sarana yang cukup lengkap, berupa sentra pelabuhan perikanan tangkap modern
di Aertembaga dan pelabuhan internasional diKota Bitung. Untuk penyediaan
modal, lembaga perbankan dan non perbankan telah tersedia, dengan bentuk
pelayanan berupa kredit berbunga rendah dan modal ventura.Walau berpotensi
cukup banyak, namun fluktuasi pasokan ikan segar dari nelayan kepada industri
pengolah yang tidak menentu, mengakibatkan beberapa usaha mengimpor bahan
baku, bahkan ada yang tutup.
e. Linkages
Sektor perikanan tangkap terkait erat dengan sektor industri,baik pada hulu
maupun hilir. Kerjasama yang telah dilakukan dalam aktivitas penangkapan

ikan.

Sebanyak 288 kapal berbendera asing turut berperan dalam usaha

penangkapan ikan.
f. Iklim Usaha
Berdasarkan kajian KPPOD, terdapat tiga macam Perda bermasalah di Kota
Bitung yang dapat berdampak negatif pada ekonomi, termasuk investasi. Namun
upaya menciptakan iklim yang kondusif telah dilakukan BP KAPET berupa
kemudahan perijinan dalam satu atap, kendati belum berjalan sesuai harapan.
g. Pola Keterkaitan Pengelolaan Kawasan
Berdasarkan matriks keterkaitan faktor kunci dengan rantai nilai, Kawan
Manado mempunyai ciri-ciri: pertama, keterkaitan antarsubsistem yang cukup
optimal dengan faktor prasarana dan sarana dan linkagesangat berperan. Kedua,
keterkaitan satu subsistem yang cukup baik, denganperlu peningkatan pada
faktor kunci pemasaran dan jasa pelayanan.
3. Kebijakan Pengelolaan
a. Kebijakan Investasi
Berdasarkan tabel kerja,kebijakan investasi cukup optimal dalam mendukung
pengelolaan pengembangan kawasan. Kebijakan investasi perlu memperhatikan
keterkaitan dari hulu hingga hilir.
b. Kebijakan Pengembangan Kawasan
Berdasarkan tabel kerja, kebijakan pengembangan kawasan mendapatkan nilai
sangat tinggi dalam mengantisipasi pasar yang kompetitif. Daya tarik kawasan
dan kemampuan bersaing dengan kombinasi faktor kunci yang sangat tinggi
didukung visi dan strategi investasi.
c. Kebijakan Perdagangan
Berdasarkan tabel kerja, kebijakan perdagangan cukup tinggi, disebabkan
tingginya hubungan kerjasama antardaerah dan antarsektor dan pelaku di
kawasan ini.
d. Kebijakan Infra Struktur
Dalam tabel kerja, kebijakan prasarana dan sarana cukup baik dalam
mengantisipasi pengembangan kawasan. Namun infrstruktur nonfisik masih
perlu ditingkatkan.
e. Kebijakan Pengembangan Kelembagaan

Dalam tabel kerja, kebijakan pengembangan kelembagaan mendapatkan nilai
paling rendah. Upaya perijinan satu atap telah diupayakan oleh BP Kapet, namun
dalam pelaksanaan di lapangan belum berjalan sesuai harapan. Selain itu masih
terdapat kebijakan daerah yang menghambat investasi daerah.

PENUTUP
Kesimpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA

Bappenas, 2012. Kajian Strategi Pengembangan Kawasan Dalam Rangka
Mendukung Akselerasi Peningkatan Daya Saing Daerah. Jakarta.
Porter, Michael E., 1993/1994, Keunggulan Bersaing, Menciptakan Dan
Mempertahankan Kinerja Unggul, Harvard Business Review.
Meyer Dan Stamer, 2003, The PACA Book Of Concepts, www.mesopartner.com
Suhandoyo, Et.Al, 2000, Pengembangan Wilayah Perdesaan Dan Kawasan
Tertentu, Sebuah Kajian Eksploratif, BPPT.
Lincoln Arsyad, 1999, Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi
Daerah, BPFE Yogyakarta.
Pemerintah

Kota

Manado.

www.manadokota.go.id

2013.

Manado

Kota

Model

Ekowisata.