BAB I Pendahuluan A. Latar belakang - Analisis Kebijakan Politik Pangan SBY-Boediono Tahun 2009-2014

BAB I Pendahuluan A. Latar belakang Indonesia sebagai negara yang menganut paham demokrasi mengetahui

  kedaulatan rakyat merupakan pusat pemerintahan. Secara etimologi demokrasi berasal dari gabungan dua kata yang berasal dari yunani, yakni demos yang berakti rakyat dan kratos/cratein yang berarti pemerintah. Atau secara ringkas demokrasi diartikan sebagai bentuk pemerintahan rakyat. Penerapan demokrasi tersebut dapat menjadi dasar bahwa demokrasi masih dianggap sistem yang terbaik dalam menjalankan sebuah pemerintahan. Pemerintahan sebuah negara yang menganut sistem demokrasi sebenarnya tidak lebih dari pelayan bagi seluruh rakyat, yang diserahi tugas untuk melaksanakan Undang-Undang yang telah disetujuhi bersama.

  Demokrasi yang dianut Indonesia identik dengan Trias Politica yang membagi kekuasaan negara menjadi tiga yaitu executive, judicative dan legislative yang mengontrol negara dengan prinsip check and balances dimana ketiga lembaga negara ini berada di jajaran posisi yang sama dan saling mengawasi dalam menjalankan negara. Kekuasaan yang diperoleh tiga lembaga negara diperoleh dari rakyat sehingga kekuasaan yang dimiliki oleh ketiga lembaga negara harus memprioritaskan kemakmuran dan kebutuhan rakyat. Hal ini menjadikan kedaulatan rakyat adalah pusat dari pemerintahan dan negara, sehingga baik eksekutif dan legislatif adalah representatif dari masyrakat yang dipilih oleh rakyat. Indonesia telah menjalankan pemilihan umum baik secara tak langsung (orde lama-orde baru) dan langsung (reformasi) untuk memilihi lembaga eksekutif dan legislatif. Selama enam puluh sembilan tahun merdeka telah terpilih tujuh Presiden yang merupakan buah dari demokrasi. Dan Lembaga Eksekutif yang dipimpin oleh presiden yang berkuasa pada pemilu terakhir sebelum tahun demokrasi 2014 adalah Soesilo Bambang Yudhoyono yang memang incomeben, yang telah memimpin dari periode sebelumnya dengan wakil presidennya adalah seorang akademisi dari salah satu universitas Negeri, dan Juga Pejabat di Bank Indonesia Boediono.

  Selama enam puluh sembilan tahun merdeka Indonesia telah memiliki 6 Presiden yang memiliki kebijakan berbeda-beda dalam menjaga stabilitas pangan.

  Sebagai Negara agraris Indonesia seharusnya memiliki kapabilitas yang besar dalam menangani polemik kebutuhan hidup yaitu pangan. Pasang-surut masalah pangan sering terjadi, krisis pangan pernah terjadi di Indonesia yang merupakan Negara yang sebagian besar penduduknya bekerja di bidang pertanian yaitu berjumlah 101,53 juta

  1

  jiwa . Permasalahan pangan seolah-olah sering menjadi anak tiri bila dibandingkan permasalahan lainnya, bahkan lebih sering dijadikan sebuah pencitraan politik untuk menutupi urgenitas masalah yang lebih utama. Isu-isu penting seperti masalah pendidikan, kehidupan masyarakat menengah kebawah dan kriminalitas kalah dengan 1 isu-isu pencitraan dinamika politik.

  Dikutip dari pada 11 september 2014 13.56 wib

  Kebijakan publik merupakan bagian yang selalu ada di dalam pemerintahan modern, dengan harapan kebijakan publik menjadikan seluruh tindakan pemerintah lebih rasional dan memiliki jaminan dalam menjaga keberlangsungan hidup seluruh warga masyrakat di dalam sebuah Negara.

  Kebijakan berasal dari kata “bijak” yang bertujuan bahwa setiap kebijakan harus mengandung nilai yang membangun dan tidak merugikan setiap pihak yang terkait didalam kebijakan tersebut. Istilah kebijakan dan kebijakan publik sering membingungkan bagi masyarakat awam, kebijakan dan kebijakan publik adalah dua istilah yang memiliki arti yang sama namun makna yang berbeda, bila dilihat dari maknanya maka kebijakan adalah suatu pernyataan yang berlaku di wilayah tertentu sedangkan kebijakan publik berlaku secara umum. Kebijakan adalah suatu keputusan yang mencerminkan sikap suatu organisasi terhadap suatu persoalan yang telah, sedang atau akan dihadapi. Sedangkan kebijakan publik adalah sebuah keputusan yang mencerminkan sikap pemerintahan terhadap suatu persoalan yang telah, sedang atau akan dihadapi oleh pemerintah sebagai penyelenggara negara yang bertugas menjaga kelangsungan hidup dan ketertiban warga Negara.

  Ada dua bentuk mekanisme pembuatan kebijakan publik di sebuah republik yaitu, secara langsung dengan menggunakan hak inisiatif dan referendum ataupun secara tidak langsung melalui lembaga perwakilan rakyat. Kebijakan Publik adalah

  

output dari penyelenggaraan Negara, selain Undang-Undang, barang-barang publik dan pelayanan publik. Kebijakan Publik dipahami sebagai keputusan yang diambil untuk menangani hal-hal yang terkait dengan kehidupan masyarakat. Menurut Rose di dalam buku Muchlis Hamdit kebijakan publik merupakan suatu rangkaian panjang dari kegiatan-kegiatan yang berkaitan dan akibatnya bagi mereka yang

  2

  berkepentingan, daripada hanya sekedar suatu keputusan. Kebijakan publik adalah pola tindakan yang diterapkan oleh pemerintah dan terwujud dalam bentuk peraturan perundang-undangan dalam rangka penyelenggaran pemerintahan Negara. Kebijakan publik bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi publik sehari- hari. Kebijakan publik merupakan pola tindakan yang terjabarkan dalam program dan kegiatan guna menyelesaikan masalah yang dihadapi.

  Kebijakan Politik Pangan SBY-Boediono adalah salah satu bentuk kebijakan publik yang dibuat untuk menyelesaikan masalah pangan yang menjadi beban tahunan yang dihadapi masyrakat setiap tahun.Khususnya kisah busung lapar yang hingga kini masih berlangsung di sejumlah daerah, seperti di Nusa Tenggara Timur dan Papua Barat. Bila melihat Indonesia sebagai salah satu Negara agraris yang sudah mengalami swasembada beras, Ketahanan Pangan bukan menjadi Isu yang perlu dipermasalahkan. Hingga saat ini pemerintah masih menggunakan Undang-Undang dari orde baru sebagai dasar konstitusi ketahanan pangan yaitu Undang-Undang No.7 2 Tahun 1996. Belajar dari Krisis Ekonomi pada pertengahan 1997 Seharusnya

  Prof. Muchlis Hamdi, MPA,Ph.D.2013.Kebijakan Publik: Proses,Analisis, dan Partisipasi: Penerbit Ghalia Indonesia.Hal. 36. Kebijakan Politik Pangan SBY-Boediono harus lebih menjamin keberlangsungan kebutuhan pokok masyarakat.Untuk komoditas utama yaitu Beras, Pemerintah selalu mengintervensi pasar agar ketersediaan pangan dan kestabilan ekonomi terjaga, hal yang dilakukan dengan mementukan harga terendah baik ekspor ataupun komsumsi publik guna menjaga kesejahteraan rakyat secara umum dan petani secara khusus, hal ini menjadikan Pemerintah sebagai si pembuat kebijakan publik bertanggung jawab penuh terhadap semua Program Pertanian Indonesia.

  Sebagai contohnya, swasembada beras pada orde baru menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor beras di dunia, dan juga menjadikan Indonesia jatuh kedalam krisis pangan terbesar pada masa akhirnya orde baru. Negara agraris, mungkin sebutan itu lebih tepat jika diberikan kepada Indonesia 28 tahun lalu. Pada saat itu, tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras. Di bawah kendali presiden Soeharto saat itu, petani Indonesia secara gotong royong dan suka rela berhasil mengumpulkan 100.000 ton gabah yang kemudian disumbangkan untuk negara yang mengalami kelaparan khususnya negara-negara di Afrika. Masalah pangan adalah salah satu Poin Krusial yang harus di perhatikan pemerintah, hal ini diatur didalam pasal 27 UUD 1945 yang menyatakan bahwa pangan adalah bagian dari hak asasi

  3 manusia.

  Ketahanan pangan Indonesia pernah terancam oleh krisis pangan pada masa pemerintahan SBY

  • – JK. Krisis pangan yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh

  dikutip darabu 24 September 2014 19.32 WIB beberapa faktor yang sebenarnya dapat dicegah, antara lain perubahan iklim yang ekstrim menggagalkan panen disejumlah wilayah, bencana alam, kekeringan akibat kurangnya sistem irigasi. Sebagai contoh kegagalan panen yang diakibatkan bencana alam yaitu gagal panen merata petani Tanah Karo yang diakibatkan oleh debu vulkanik Gunung Sinabung, sedangkan kekekringan yang terjadi di Nusa Tenggara Timur karena kurangnya pengairan terhadap persawahan. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap petani juga menjadi masalah yang terjadi belakangan ini sehingga pada pemilu Presiden yang baru berlangsung perhatian pemerintah terhadap petani menjadi salah satu faktor preferensi pemilih dalam memilih dan menjadi isu yang penting. Selain kurangnya perhatian Pemerintah terhadap petani, keterbatasan SDM petani dan kurangnya teknologi pertanian menjadi salah satu mata rantai penyebab krisis pangan. Hal ini menjadi contoh betapa pentingnya sebuah kebijakan politik pangan pemerintah terhadap sebuah negara.

  Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap Analisis Kebijakan Politik Pangan SBY-Boediono 2009-2014 dan menganalisisis apa-apa saja yang menjadi Kebijakan Politik Pangan SBY melalui isi kebijakan dan implementasinya.

B. Perumusan Masalah

  Dengan berlalunya masa pemerintahan SBY

  • – Boediono maka dapat kita mengetahui apa yang menjadi bentuk kebijakan-kebijakan politik pangan yang sangat
mempengaruhi program ketahanan pangan Indonesia, dengan tujuan menjamin ketersediaan kebutuhan pangan sesuai dengan rencana swasembada pangan pada tahun sebelumnya. Namun pada akhirnya didapati berbagai upaya pemenuhan ketersediaan pangan melalui program import beras dari negara asing. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikanterlebih dahulu, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apa-apa saja yang menjadi kebijakan politik pangan SBY-Boediono Periode Tahun 2009-2014, dan bagaimana upaya Impelementasi kebijakan Politik Pangan 2009-2014

C. Pembatasan Masalah

  Dalam melakukan Penelitian, perlu membuat pembatasan masalah terhadap apa yang akan di analisa dan diteliti, dengan tujuan untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian dan hasil penelitian yang dihasilkan tidak menyimpang dari tujuan awal penulisan yang ingin dicapai. Penelitian ini hanya berfokus pada :

1. Penelitian ini hanya mengkaji tentang analisis kebijakan pangan

  2. Penelitian ini mengkaji tentang politik pangan SBY-Boediono 3.

  Penelitian ini hanya mengkaji tentang Analisis kebijakan Politik Pangan SBY-Boediono

D. Tujuan Penelitian

  Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

  1. Untuk mengetahui isi dari kebijakan Politik Pangan SBY-Boediono pada periode 2009-2014.

  2. Untuk mengetahui dan menganalisis kebijakan politik pangan SBY- Boediono 2009-2014

E. Manfaat Penelitian

  Dalam penelitian ini, diharapkan mampu memberikan masukan, infromasi yang bermanfaat, baik bagi peneliti maupun bagi orang lain, yaitu :

  1. Secara Akademis, Penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan ilmiah di bidang politik terkait dengan menganalisis kebijakan-kebijakan publik yang dikeluarkan Pemerintah.

  2. Secara Kelembagaan, penelitian ini dapat menjadi peluang maupun evaluasi bagi pemerintah dalam menghasilkan sebuah kebijakan publik yang berhubungan dengan kebutuhan hidup masyarakat.

  3. Secara Individu, penelitian ini bermanfaat mengembangkan kemampuan penulis dalam mengasah kemampuan berpikir secara ilmiah mengenai kebijakan ketahanan pangan

  F. Kerangka Teori

  Adapun kerangka teori yang menjadi landasan berfikir penulis dalam penelitian ini adalah:

  F. 1 Teori Kebijakan Publik

  Kebijakan adalah suatu keputusan yang mencerminkan sikap suatu organisasi terhadap suatu persoalan yang telah, sedang atau akan dihadapi .Kebijakan publik adalah keputusan yang di buat oleh Negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk mengantarkan masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju pada masyarakat yang dicita-citakan.

  4 Dalam

  Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kebijakan diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan.

  Menurut Carl Frederich memandang kebijakan publik adalah suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seorang kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan - kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan atau suatu maksud tertentu.

  5

4 Riant Nugraoho,Public Policy.Jakarta: Elex media Komputindo,2008.Hal.55.

  Budi Winarno,Teori dan Proses Kebijakan Publik, Jogjakara:Media Presindo,2002, Hal. 16.

  Sebagian dasar pemikiran, macam dan jenis kebijakan publik sangat banyak, namun demikian secara sederhana dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu: 1.

   Kebijakan publik yang bersifat makro atau umum atau mendasar, yaitu: Undang-Undang dasar Negara Reoublik Indonesia tahun 1945, Undang

  • – Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang,Peraturan Pemeirntah,Peraturan Presiden dan Peraturan Daerah.

  2. Kebijakan publik yang bersifat mesoatau menengah berupa penjelasan pelaksanaan. Kebijakan ini dapat berbentuk peraturan menteri, Surat Edaran Kebijakanya dapat pula berbentuk Surat Keputusan Bersama atau SKB antar Menteri, Gubernur dan Bupati atau Walikota.

  3. Kebijakan Publik yang bersifat mikro adalah kebijakan yang mengatur kebijakanya adalah peraturan yang dikeluarkan oleh aparat publik di 6 bawah Menteri, Gubernur ,Bupati atau Wali Kota.

  7 Menurut Lowi kebijakan umum dibagi atas empat tipe, yaitu: 1.

  Kebijakan regulatif: kebijakan ini terjadi apabila mengandung paksaan dan akan diterapkan secara langsung terhadap individu. Artinya adalah bahwa kebijakan ini dibuat agar individu tidak melakukan suatu tindakan yang tidak diperbolehkan. Seperti undang-undang hukum pidana, undang-undang antimonopoli dan kompetisi yang tidak sehat dan berbagai ketentuan yang menyangkut keselamatan umum.

2. Kebijakan redistributif: kebijakan yang bersifat paksaan secara langsung

  6 kepada warga negara, tetapi penerapannya melalui lingkungan. Seperti 7 Riant Nugroho D, Kebijakan Publik Untuk negara-negara berkembang ,Jakarta, 2006. Hal 31 Ramlan Surbakti. 2010. Memahami ilmu politik. Jakarta: PT. Grasindo. Hal. 246-247 pengenaan pajak secara progresif kepada sejumlah orang yang termasuk kategori wajib pajak untuk memberikan manfaat bagi orang lain melalui berbagai program pemerintah.

  3. Kebijakan distributif: kebijakan yang pengenaannya dilakukan secara tidak langsung (jauh dari pengenaan paksaan secara fisik), tetapi kebijakan tersebut diterapkan secara langsung terhadap individu. Dalam kebijakan ini penggunaan anggaran belanja negara atau daerah untuk memberikan manfaat secara langsung kepada individu, seperti pendidikan dasar bebas biaya, subsidi energi BBM dan sebagainya.

  4. Kebijakan konstituen: kemungkinan paksaan secara fisik sangat jauh dari kebijakan tersebut. Kebijakan ini dapat dikatakan sebagai kebijakan sisa dari ketiga kebijakan diatas. Kebijakan ini mencakup dua lingkup bidang yaitu urusan keamanan nasional dan keamanan dan luar negeri.

  Policy atau kebijakan memiliki banyak pengertian yang berbeda

  • – beda. Heclo mengatakan bahwa kebijakan adalah cara bertindak yang sengaja untuk menyelesaikan beberapa permasalahan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurutnya kebijakan lebih dapat digolongkan sebagai suatu alat analisis daripada sebagai suatu rumusan kata-kata. Menurut, Charles O. Jones kebijakan terdiri dari beberapa

  8

  komponen

  • – komponen, yaitu Said Abidin Zainal, Kebijakan Publik, Jakarta: Yayasan Pancur Siwah, 2004.hal.21.

  1. Goal atau tujuan yang diinginkan 2.

   Plans atau proposal, yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai tujuan.

  

3. Program atau cara tertentu yang telah mendapata persetujuan

dan pengesahan untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

  4. Decision atau keputusan, yaitu tindakan – tindakan untuk mementukan tujuan, membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program.

  5. Efek, yaitu akibat – akibat dari progam (baik di sengaja atau tidak primer atau sekunder).

  F.2 Proses Perumusan Kebijakan

  Dalam pembuatan kebijakan, terdapat proses yang kompleks karena melibatkan banyak bagian dari proses maupun variabel yang harus dikaji. Kebijakan publik adalah suatu kesatuan sistem yang bergerak dari satu bagian kebagian lain secara berkesinambungan, timbal

  • –balik dan saling membentuk. Kebijakan publik tidak terlepas dari sebuah proses kegiatan yang melibatkan aktor
  • – aktor yang akan bermain dalam proses pembuat kebijakan.perumusan kebijakan adalah inti dari kebijakan publik, karena di dalam perumusan akan dirumuskan b
  • – batas

  9

  kebijakan itu sendiri. Tidak semua isu yang dianggap masalah oleh masyarakat perlu dipecahkan oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan, yang akan memasukkannya kedalam agenda pemerintah yang kemudian diproses menjadi sebuah kebijakan setelah melalui berbagai tahapan.Yaitu :

1. Tahap pertama, perumusan masalah mengenali dan merumuskan masalah merupakan langkah yang paling fundamental dalam perumusan kebijakan.

  Riant Nogroho, Op cit., Hal.355.

  Untuk dapat merumuskan kebijakan dengan baik, maka masalah

  • – masalah publik harus dikenali dan didefenisikan dengan baik.

  2. Tahap kedua, agenda kebijakan. Tidak semua masalah publik akan masuk kedalam agenda kebijakan. Masalah

  • – masalah tersebut akan berkompetisi antara satu dengan yang lain. Hanya masalah
  • – masalah tertentu yang pada akhirnya akan masuk kedalam agenda kebijakan masalah publik yang masuk kedalam agenda kebijakan akan dibahas oleh para perumus kebijakan. Masalah – masalah tersebut dibahas berdasarkan tingkat urgensinya untuk dilaksanakan.

  3. Tahap ketiga, pemilihan alternatif kebijakan untuk memecahkan masalah.

  Pada tahap ini, para perumus kebijakan akan berhadapan dengan berbagai alternatif pilihan kebijakan yang akan diambil untuk memecahkan masalah.

  Para perumus kebijakan akan dihadapkan pada pertarungan kepentingan antar berbagai aktor yang terlibat dalam perumusan kebijakan. Pada kondisi ini, maka pilihan

  • – pilihan kebijakan akan didasarkan pada kompromi dan negoisasi yang terjadi antar aktor yang berkepentingan dalam pembuatan kebijakan tersebut.

  4. Tahap keempat, penetapan kebijakan setelah salah satu dari kebijakan alternatif diputuskan untuk diambil sebagai cara pemecahan masalah, maka tahap terakhir dalam pembuat kebijakan adalah menetapkan kebijakan yang dipilih tersebut sehingga memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Alternatif kebijakan yang diambil pada dasarnya merupakan kompromi dari berbagai kelompok kepentingan yang terlibat dalam pembuatan kebijakan

  10 tersebut.

  F.3 Analisis Kebijakan

  Suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupanya sehuingga dapat memberi landasan dari para pembuat kebijakan dalam

  11

  membuat keputusan. Analisis yang dimaksud di dalam analisis kebijakan publik adalah proses dalam menelaah dan memilah unsur-unsur penting yang terkandung di dalam kebijakan publik tersebut. Selain memilah dan menilah bagian-bagian penting yang terkandung di dalam suatu kebijakan, analisis kebijakan publik juga bertujuan untuk menemukan rancangan-rancangan alternatif baru yang ada didalam kebijakan tersebut. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dapat direntangkan mulai penelitian untuk menjelaskan atau memberikan pandangan-pandangan terhadap isu-isu atau masalah- masalah yang terantisipasi sampai mengevaluasi suatu program yang lengkap.

  Analisis kebijakan diambil dari berbagai macam disiplin dan profesi yang tujuannya

  

12

  bersifat deskriptif,evaluatif, dan perspektif

  10 11 Budi Winarno, Op cit., Hal.82. 12 William.N.Dunn Analisis Kebijakan Publik II,Yogyakarta,Gadjah Mada University Press.2003,Hal.95 Ibid.Hal97

  Sebagai suatu terapan dalam disiplin ilmu analisis kebijakan publik diharaplam dapat menghasilkan informasi dan argumen-argumen yang memiliki dasar logika yang jelas dan mengandung 3 macam tolak ukur utama yaitu : o

  Nilai yang pencapainya mertupakan tolok ukur utama untuk melihat apakah masalah telah teratasi o fakta yang keberadaanya dapat membatasi atau meningkatkan pencapaian nilai-nilai

  13

  o tindakan yang penerapannya dapat menghasilkan pencapaian nilai-nilai.

  Adapun pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan sesorang dalam menganalisis sehingga memiliki dasar logika yang kuat yaitu pendekatan empiris,valuatif dan normatif.

  Ibid.Hal 97

  Pendekatan Dalam Analisis Kebijakan Publik Tabel A1.1

  Pendekatan Pertanyan Utama Tipe Informasi Empiris Adakah dan adakah Deskriptif dan prediktif

  (fakta) Valuatif Apa manfaatnya (nilai) Valuatif Normatif Apakah yang harus di Preskriptif perbuat (aksi)

  Sumber : Analisis Kebijakan Publik. William N.Dunn hal 98

  Tabel diatas menjelaskan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam menganalisis sebuah kebijakan publik. Pendekatan empirisi menekankan penjelasan berbagai sebab dan akibat dari sebuah kebijakan publik. Pertanyaan utama di dalam pendekatan empiris bersifat faktual dan informasi yang dihasilkan bersifat deskriptif.

  Contohnya meramalkan, menjelaskan pengeluaran publik untuk kesehatan,

  14

  pendidikan atau jalan raya. Sebaliknya, pendekatan valuatif lebih menekankan terhadap penentuan bobot atau nilai yang terkandung didalam kebijakan. Adapun pertanyaan dalam analisisnya adalah berapa nilai dan bobot yang terkandung di dalam kebijakan tersebut, sehingga informasi yang dihasilkan bersifat valuatif. Sebagai 14 contoh, setelah memberikan informasi deskriptif mengenai berbagai macam

  Thomas Dye,Police Analysis: What Governments Do Why They do it, and what Diffrence it Makes (Univesrity,AL: The University of Alabama Press,1976) kebijakan perpajakan, analisi dapat mengevaluasi berbagai cara yang berbeda dalam mendistribusikan beban pajak menurut konsekuensi etis dan moral mereka. Dan yang terakhir adalah pendekatan normatif yang menekankan terhadap rekomendasi serangkaian tindakan-tindakan yang akan datang yang dapat menyelesaikan masalah publik, pertanyaan dalam pendekatan ini adalah yang berkenaan dengan tindakan yang diapilkasikan dari kebijakan publik tersebut. Sebagai contoh, kebijakan jaminan pendapatan minimum tahunan dapat direkomendasikan sebagai cara untuk menyelesaikan masalah kemiskinan.

G. Definisi & Konsep G.1 Definisi Ketahanan Pangan

  Ketahanan Pangan, yaitu kondisi mensyaratkan terpenuhinya dua sisi secara simultan yaitu (a) sisi ketersediaan, yaitu tersedianya pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dalam jumlah, mutu, keamanan dan keterjangkauannya serta stabilitas ketersediaannya secara lestari dan (b) sisi konsumsi, yaitu adanya kemampuan setiap rumah tangga mengakses pangan yang cukup tinggi bagi masing

  • – masing anggotanya untuk tumbuh, sehat, produktif dan bermanfaat dari waktu kewaktu.

  Kedua sisi tersebut memerlukan sistem distribusi yang efisien dan keseluruh golongan masyarakat. Ketahanan pangan dikaitkan dengan 3 (tiga) faktor utama yaitu a. Kecukupan (ketersediaan) pangan.

  b. Stabilitas ekonomi pangan.

  c. Akses fisik maupun ekonomi bagi individu untuk mendapatkan pangan. Indonesia menerima konsep ketahanan pangan, yang dilegitimasi pada Undang- undang pangan Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan Undang-Undang ini ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemeintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan. Indonesia memasukkan mutu, keamanan, dan keragaman sebagai kondisi yang harus terpenuhi dalam pemenuhan kebutuhan pangan penduduk secara cukup, merata dan terjangkau.Ketahanan pangan sebagai termuat dalam Undang- undang RI Nomor 7 Tahun 1996 adalah yaitu :

  “Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutu, aman, merata dan terjangkau”.

  Dari definisi diatas dapat dilihat bahwa swasembada merupakan bagian dari ketahanan pangan.Meskipun demikian, pengertian ketahanan pangan dan swasembada secara konsep dapat dibedakan.Kembali lagi ke pengertian ketahanan pangan yang konsepsinya tidak mempersoalkan asal sumber pangan, apakah dari dalam negeri atau impor.Ketahanan pangan merupakan sebagian dari ketahanan pangan.Meskipun demikian, pengertian ketahanan pangan dan swasembada secara konsep dapat dibedakan.Kembali lagi ke pengertian ketahanan pangan yang konsepsinya tidak mempersoalkan asal sumber pangan, apakah dari dalam negeri atau impor.Ketahanan pangan merupakan konsep yang komplek dan terkait dengan mata rantai sistem pangan dan gizi mulai dari distribusi, produksi, konsumsi dan status gizi. Konsep ketahanan pangan (food security) dapat diterapkan untuk menyatakan ketahanan pangan pada beberapa tingkatan: global, nasional, regional dan tingkat rumah tangga dan individu.

  G.2 Konsep Penyediaan Pangan

  Penyediaan pangan tentunya dapat ditempuh melalui : a.

  Produksi sendiri, dengan cara mengalokasikan sumber daya alam (SDA), manajemen dan pengembangan sumber daya manusia (SDM), serta aplikasi dan penguasaan teknologi yang optimal.

  b. Impor dari negara lain, dengan menjaga perolehan devisa yang memadai disektor perekonomian untuk menjaga neraca keseimbangan

  15 luar negeri.

H. Metode Penelitian

  Metode Penelitian adalah cara yang akan ditempuh oleh peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah. Metode dan langkah- langkah dalam penelitian ini menyangkut jenis penelitian, sumber data, teknik penelitian dan teknik analisis data.Pendekatan kualitatif ini diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang diamati dari suatu individu, kelompok masyarakat dan atau organisasi tertentu dalam 15 suatu konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan

  Bustanul Aripin & didik j Rachbini, Ekonomi Politik dan Kebijakan Publik, Jakarta, Widiasarana Indonesia, 2001, Hal. 157.

  16

  holistik . Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisis dan menkaji data dan bahan penelitian dalam skripsi ini adalah metode penelitian kualitatif positivis

  H.1. Jenis Penelitian

  Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitiandeskriptifanalitif .Penelitian library research (tinjuan pustaka) bukan hanya sebuah tulisan diskursif yang berisi publikasi atau penelitian yang sebelumnya secara berurutan dan di susun secara deskriptif semata. Tinjauan pustaka juga bukansekedar laporan yang berisi rangkaian simpulan atas berbagai literatur yang telah dibacadalam topik terkait. Lebih dari itu, sebuah tinjauan pustaka seyogyanya merupakan sebuahtulisan yang mampu memaparkan tema dan mengidentifikasi trend, termasuk teori-teori yangrelevan. Oleh karenanya, dalam menyusun tinjauan pustaka, peneliti tidak hanya berusahauntuk membuat daftar tentang semua publikasi dan penelitian terkait tetapi harus sekaligus dapat melakukan sintesis dan evaluasi terhadap berbagai publikasi dan penelitian tersebutseusai dengan permasalahan dalam penelitian yang akan dilakukan.Dengan menyusun tinjauan pustaka seperti ini, maka peneliti berupaya untuk dapatmengintegrasikan apa saja yang telah dikatakan atau dilakukan oleh peneliti lain sebelumnyamengkritisi hasil penelitian atau publikasi ilmiah yang ada, dan menjembatani berbagai areatopik terkait, ataupun mengidentikasi isu utama dalam bidang terkait

16 Soewadji Jusuf. Pengantar Metodologi Penelitian. 2012. Jakarta: Mitra Wacana Media. Hal 52

  Penelitian deskriptif diartikan sebagai suatu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu fenomena/peristiwa secara sistematis sesuai dengan apa adanya. Penelitian deskriptif dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai

  17

  keadaan saat ini. Jenis penelitian ini digunakan karena peneliti ingin membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis dari data yang terkumpul dan fakta yang terjadi di lapangan kemudian di analisis.

  H.2. Sumber Data

  Sumber Data dalam Penelitian ini dikelompokan menjadi dua bagian yakni data primer dan data sekunder;

  1. Data Primer adalah data yang sudah tersedia kemudian dikutip oleh peneliti dalam penelitianya. Data ini berasal dari buku, dan peraturan perundang-undangan tentang ketahanan pangan .

  2. Data sekunder adalah data yang diambil oleh peneliti sendiri dari sumber utama, seperti berita baik dari media elektronik maupun cetak yang membahas tentang ketahanan pangan.

  H.3. Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulam data yang digunakan peneliti dalampenelitianini adalah

  

library research ,yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dijalankan dengan cara

  mengadakan penelitian dengan mencari data dari buku dan penelitian dari hasil 17 peneliti lainnya.

  Nyoman Dantes.2009.Metode penelitian,Yogyakarta: Andi Offset. Hal.58.

  H.4. Teknik Analisa Data

  Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa deskriptif kualitatif yang dimulai dari analisis berbagai data yang terhimpun dari suatu penelitian, kemudian bergerak kearah pembentukan kesimpulan kategoris atau

  18 ciri-ciri umum tertentu.

I. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan merupakan penjabaran rencana penulisan untuk lebih mempermudah dan terarah dalam penulisan karya ilmiah. Agar mendapatkan gambaran yang jelas dan terperinci, maka penulis membagi penulisan skripsi ini kedalam 4 (empat) bab. Adapun susunan sistematika penulisan skripsi ini adalah

BAB I : INDONESIA DAN PERKEMBANGAN KEBIJAKAN POLITIK PANGAN Pada Bab ini berisi tentang Latar belakang Masalah,Rumusan Masalah,Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Metode Penelitian dan sistematika Penulisan. BAB II: KEBIJAKAN POLITIK PANGAN SBY-BOEDIONO 2009-2014 Pada Bab ini menguraikan gambaran umum kebijakan pangan Pemerintahan SBY

  • – Boediono periode 2009-2014 yang berisikan sejarah, gambaran
  • 18 deskriptif dan kebijakan politik pangan di Indonesia

      Burhan Bungin.2001.Metode Penelitian social : Format-format kuantitatif dan kualitatif.Surabaya: Airlangga University Pers

    BAB III: ANALISA KEBIJAKAN POLITIK PANGAN SBY – BOEDIONO2009-2014 Pada Bab ini akan menyajikan analisa dari penelitian mengenai Analisa Kebijakan Pemerintahan SBY

    • – Boediono dalam Konteks Politik Pangan Tahun 2009-2014.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pembuatan Etil Ester Sebagai Biodiesel Dari Crude Palm Oil Menggunakan Katalis Choline Hydroxide

0 0 9

1. Usia BapakIbu saat ini Tahun 2. Jenis Kelamin BapakIbu Laki-laki Perempuan 3. Sudah berapa lama BapakIbu bekerja sebagai Guru di Di Dinas Pendidikan Kabupaten Toba Samosir sejak pengangkatan pertama: Tahun 4. Pendidikan Terakhir BapakIbu DIIISarjana Mu

0 0 29

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Penelitian Terdahulu Iskandar (2012), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Motivasi - Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja, Disiplin Dan Tunjangan Profesi Guru Terhadap Kinerja Guru Di Dinas Pendidikan Kabupaten Toba

0 0 38

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja, Disiplin Dan Tunjangan Profesi Guru Terhadap Kinerja Guru Di Dinas Pendidikan Kabupaten Toba Samosir

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Proses Transesterifikasi Minyak Sawit Menggunakan Novozyme® 435 Untuk Menghasilkan Biodiesel Sawit

0 7 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1. Pengertian Kinerja - Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Petugas KIA di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2015

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Petugas KIA di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2015

0 4 8

I. KETERANGAN WAWANCARA - Pemilihan Anti Nyamuk Ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Pendapatan dan Perilaku serta Keluhan Kesehatan pada Keluarga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015

0 0 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Pemilihan Anti Nyamuk Ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Pendapatan dan Perilaku serta Keluhan Kesehatan pada Keluarga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015

0 0 28

BAB II KEBIJAKAN POLITIK PANGAN SBY-BOEDIONO 2009-2014 A.Sejarah Perkembangan Kebijakan Politik Pangan di Indonesia - Analisis Kebijakan Politik Pangan SBY-Boediono Tahun 2009-2014

0 0 46