KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF

  

MYASTENIA GRAVIS

SISKA SULISTIYOWATI

1620221168

  

Pembimbing :

dr Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc

  

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF

RSUD AMBARAWA 2018

IDENTITAS PASIEN

  Nama : Nn.S Umur : 19 tahun Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Junggul, Bandungan Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan : SMA

Status : Belum Menikah

No CM : 064xxx Tanggal Kontrol Poli RS : 27/03/18

  

DILAKUKAN AUTOANAMNESIS

PADA 30 MARET 2018 PUKUL

10.00 WIB DI RUMAH PASIEN

  Keluhan utama Kelopak mata kiri lebih turun dibandingkan kelopak mata kirinya

  8 tahun yang lalu 5 tahun yang lalu

  • Kelopak mata kiri nya lebih turun dibandingkan kelopak mata kanannya.
  • Awalnya kelopak mata kiri nya turun dan terasa berat jika sedang menonton tv

  

dan rasa berat pada mata kirinya hilang

dengan sendirinya., namun mata kirinya

tetap turun dibanding mata kanannya.

  • Kelopak mata kiri yang turun tidak

  

mengganggu aktivitas sehari-hari dan

belajar.

  • Gatal terutama jika sedang sedang bermain diluar ruangan dan rasa gatal pada mata kiri nya hilang dengan sendirinya.
  • Pasien mengira hanya iritasi pada mata dan pasien tidak berobat ke dokter.

  • Kelopak mata kirinya semakin turun

  5 tahun SMRS dibandingkan mata kanannya dan semakin terasa berat kelopak mata kirinya terutama jika menonton tv dan membaca terlalu lama.

  • • Keluhan membaik saat menutup

    matanya selama kurang lebih 3 menit. Namun kelopak mata kiri nya tetap

  jatuh dibandingkan kelopak mata kanannya.

  • • Pasien merasa saat 5 tahun lalu

  kelopak matanya semakin turun dibandingkan 8 tahun lalu

  • • Belum memeriksakan ke dokter karena

  belum mengganggu aktivitas sehari- harinya.

  4 hari SMRS

  • kelopak mata kirinya semakin

  turun, semakin terasa berat

  • Merasa ada benjolan dikelopak

  

mata kirinya. Lalu pasien ke dokter

kemudian diberikan obat tetes mata dan menurut dokter tidak ada benjolan dikelopak mata nya.

  • Tidak ada perbaikan karena mata kirinya masih terasa berat dan mulai

  mengganggu aktivitasnya. Lalu pasien dirujuk ke poli saraf

  3 hari yang lalu (poli saraf)

  • Kelopak mata kirinya semakin turun dibandingkan kelopak mata kanannya dan semakin terasa berat.
  • Kelopak mata sebelah kiri lebih turun hampir

  separuhnya dari kelopak mata kanan

terutama ketika mata lelah karena banyak

  membaca, didepan computer, menonton televisi dalam waktu yang lama atau saat siang hari

  dengan keadaan diluar panas dan pulih kembali setelah pasien beristirahat atau berwudhu namun tidak disertai penglihatan ganda.

  • Keluhan mengganggu aktivitas keseharian dan pekerjaannya.
  • Dipoli diberikan obat mestinon tablet 2x1 dan mecobalamin 2x1 tablet.

  1 hari yang lalu (post poli saraf)

  • ketika berbicara terlalu banyak, semakin lama suaranya semakin serak, melemah

  dan bahkan menghilang tetapi pasien masih

  dapat memberikan jawaban dengan jelas

  • lalu pasien diam dan tidak berbicara selama beberapa jam kemudian dapat berbicara seperti biasa lagi.
  • Menurut pasien keluhan tersebut timbul

  

setelah minum obat mestinon, pasien juga

  merasa bagian perut dan punggung

  berkedut sebanyak 5x lalu kedutan hilang dengan istirahat.

  Saat kunjungan dirumah pasien

  • Berat pada kelopak mata kirinya berkurang, namun

  kelopak mata kirinya masih lebih turun dibandingkan kelopak mata kanannya.

  • Tidak ada keluhan berbicara atau suara serak lagi.
  • Keluhan lain seperti sulit menelan, suara sengau, sulit mengunyah, sesak nafas, pusing, mual-muntah, kelemahan anggota gerak, bicara pelo, tremor, kesemutan/kebas/kekakuan anggota gerak, demam, batuk-batuk lama dan penurunan berat badan disangkal oleh pasien. BAK dan BAB tidak terdapat keluhan.
  • Setelah mengkonsumsi obat mestinon selama 2

  kali, keluhan berat pada kelopak mata kirinya membaik namun kelopak mata kirinya masih turun dibandingkan yang kanan.

  • Rencana kontrol lagi ke Poli Saraf RSUD Ambarawa hari Selasa tanggal 03 April 2018.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

  RIWAYAT KELUARGA DENGAN KELUHAN YANG SAMA : DISANGKAL RIWAYAT KELAINAN PADA TIMUS : DISANGKAL

RIWAYAT HIPERTENSI, DM , KEGANASAN :

DISANGKAL

  Riwayat penyakit Riwayat Pengobatan dahulu

  Setelah

   mengkonsumsi obat

  Kelainan pada

  timus : disangkal

  mestinon selama 2

   kali, keluhan berat

  Riwayat pada kelopak mata pneumonia : kirinya membaik disangkal

  namun kelopak mata kirinya masih turun dibandingkan yang . kanan

RIWAYAT PRIBADI DAN SOSIAL EKONOMI

  • Tinggal dirumah bersama ayah, ibu, kakak, kakak ipar, dan keponakannya.
  • Tinggal di lingkungan padat penduduk dengan

    higienitas yang cukup baik. Kesan ekonomi pasien

    cukup.
  • Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS.
  • Pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi

    minuman keras dan bukan pengguna obat-obatan

    terlarang.
  • Ayah pasien merokok.
  • Pasien sehari-hari bekerja di toko tahu bakso.

ANAMNESIS SISTEM

  Sistem serebrospinal: tidak ada keluhan Sistem neurologi : kelopak mata kiri turun

  (+), penglihatan ganda (-), suara mengecil (+)

  Sistem kardiovaskular : tidak ada keluhan Sistem respiratorius : tidak ada keluhan Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan Sistem urogenital : tidak ada keluhan Sistem musculoskeletal : tidak ada keluhan Sistem integumen : tidak ada keluhan

RESUME ANAMNESIS

   Pasien perempuan berusia 19 tahun datang dengan keluhan kelopak mata sebelah kiri lebih turun dibandingan mata kanannya terutama saat terlalu lama membaca/menonton tv (+) dan membaik setelah istirahat atau berwudhu.

  

Keluhan ini sudah dirasakan sejak 8 tahun yang lalu dan saat ini

kelopak mata kiri semakin turun dan semakin terasa berat serta

menggangu aktivitas dan pekerjannya.

   Pasien juga megeluh suara serak dan makin mengecil ketika terlalu banyak berbicara (+) 1 hari yang lalu dan saat ini sudah membaik.

   Keluhan lain seperti penglihatan ganda, sulit menelan, suara sengau, sulit mengunyah, sesak nafas, pusing, mual-muntah, kelemahan anggota gerak, bicara pelo, tremor, kesemutan/kebas/kekakuan anggota gerak, demam, batuk-batuk

lama, penurunan berat badan, konsumsi obat-obatan dalam jangka

waktu lama disangkal oleh pasien.

   Dipoli dokter spesialis saraf menduga pasien menderita miastenia gravis, kemudian pasien diberikan obat mestinon tablet 2x1 dan mecobalamin 2x1 tablet.

   Pasien mengatakan setelah mengkonsumsi obat mestinon selama 2 kali, keluhan berat pada kelopak mata kirinya membaik namun kelopak mata kirinya masih turun dibandingkan yang kanan

  DISKUSI I 

  Pada miastenia gravis progresivitas relatif

  

lambat  Hal ini sesuai dengan keluhan pasien

  yang sudah berlangsung selama beberapa tahun.

  

  Keluhan pertama pasien adalah adanya keluhan pada mata yaitu kelopak mata kiri lebih turun, namun belum terdapat penglihatan ganda.

  

  Hal ini sesuai teori MG dimana pada 90% kasus,

  awal mulanya mengeluh kelemahan otot

levator palpebrae (ptosis) dan otot ekstraokuler

(diplopia).

  

  Ptosis kemudian akan diikuti dengan

  kesulitan menutup mata (dikarenakan kelemahan

m.orbicularis oculi). Keluhan pada mata relatif lebih

  dirasakan mengganggu ketimbang kelemahan pada otot lainnya.

  DISKUSI I 

  

Setelah banyak bicara suara dapat menghilang dan

menjadi sengau.

  

Sifat kelemahan pada miastenia gravis bersifat fuktuatif,

gejala bervariasi dari hari ke hari dan dari jam ke jam, biasanya akan membaik pada pagi hari atau saat istirahat dan memburuk pada saat siang/sore hari saat aktivitas.

  

Hal ini sesuai dengan keluhan yang dialami pasien saat

ini dimana semua keluhan seperti kelopak mata jatuh ,

suara serak dan mengecil saat jika beraktiftas namun

pulih kembali setelah beristirahat. Selain itu riwayat pengobatan dimana pasien mempunyai responsi yang baik terhadap pemberian obat mestinon dapat memperkuat kecurigaan terhadap miastenia gravis.

   Sehingga pada kasus ini kecurigaan bahwa pasien mengalami miastenia gravis ditegakan atas dasar

gambaran klinis yang khas dan responsi yang baik terhadap

pemberian obat mestinon.

MIASTENIA GRAVIS

  KRISIS MIASTENIK DEFINISI penyakit autoimun kegawatan yang disebabkan oleh neurologi yang rusaknya reseptor terjadi pada asetilkolin pada post sinaptik sehingga kasus-kasus MG. menganggu transmisi

  Krisis miastenik neuromuscular, ditandai ditandai oleh dengan kelemahan otot secara fuktuatif yaitu kelemahan otot- kelemahan otot otot bulbar dan memberat setelah otot pernafasan aktivitas dan membaik dengan istirahat

  

MIASTENIA GRAVIS

FAKTOR RESIKO  Infeksi pneumonia bakterialis. 

  Penggunaan obat-obatan tertentu

  

  Stess fsik dan psikis, suhu ekstrim, nyeri, kurang tidur

MANIFESTASI KLINIS

  Kelemahan otot yang selalu sebelumnya terjadi akibat aktivitas kegiatan fsik atau latihan berulang yang akan membaik dengan istirahat atau tidur

  Kelemahan yang timbul bersifat intermitten/fuktuatif

  Distribusi kelemahan otot bervariasi, bisanya memiliki pola tipikal, yaitu craniocaudal dimulai dari otot-otot kranialis terutama kelopak mata dan otot ekstraokuler kemudian menyerang otot-otot ekstremitas yang dimulai dari proksimal dan bersifat asimetrik.

  Kelemahan juga dapat menyerang otot-otot pernapasan dan menyebabkan krisis miastenik

  DIAGNOSIS Anamnesis

   Awitan biasanya tidak jelas dan progresivitas relatif lambat. 

  Biasanya diawali dengan mata, muka, rahang tenggorok dan leher. Tetapi ditemui juga yang mulai dengan ekstremitas. 90% awal mulanya mengeluh kelemahan otot levator palpebrae (ptosis) dan otot ekstraokuler (diplopia).

  

  Ptosis kemudian akan diikuti dengan kesulitan menutup mata (dikarenakan kelemahan m.orbicularis oculi).

  

  Pada stadium selanjutnya muncul akan mengenai otot wajah, otot pengunyah, otot menelan dan otot untuk bicara (pada 80% kasus). Setelah banyak bicara suara dapat menghilang dan menjadi sengau.

  

  Otot leher, gelang bahu dan panggul jarang terkena. Lebih sering terkena adalah m.erector spinae. Bila otot leher terkena, maka ada keluhan sulit untuk mempertahankan posisi tegak kepala.

  

  Sifat kelemahan akan membaik pada pagi hari atau saat istirahat, kelemahan yang sedang atau berat bisa berlangsung sampai 1 bulan.

  

  Gejala pada mata (diplopia atau pandangan kabur) akan memburuk saat membaca lama, menonton TV, menyetir

PEMERIKSAAN FISIK

  1. Tes watenberg/simpson test : memandang objek di atas bidang antara kedua bola mata > 30 detik, lama- kelamaan akan terjadi ptosis (tes positif)

  2. Tes pita suara : penderita disuruh menghitung 1-100, maka suara akan menghilang secara bertahap (tes positif)

  

3. Diplopia stress test yaitu pasien diminta untuk melihat ke

samping secara maksimal selama 30 detik, bila positif

akan muncul gejala diplopia

PEMERIKSAAN FISIK

  1. Tanda Cogan yaitu tampak kedutan transien pada

  kelopak mata segera setelah pasien diminta untuk melihat ke bawah dan ke atas secara cepat Dan pasien menutup kelopak mata selama 30 detik

  lalu membuka matanya , (+) ptosis 2.

  3. Anggota gerak : penderita di suruh menggerakkan

  anggota gerak abduksi ke atas kira-kira 20 kali atau menggerakkan tangan ke arah mulut dan dibandingkan akan terjadi kelemahan

  Tes Edrophonium Tes Prostigmine

  Endrofonium merupakan antikolinesterase kerja pendek Prostigmin 0,5-1,0 mg yang memperpanjang kerja dicampur dengan 0,1 mg acetilkolin pada nerumuscular atropin sulfas disuntikkan juction dalam beberapa menit. intramuskular atau subkutan.

  

  Untuk uji tensilon, disuntikkan 2 mg tensilon secara intravena Tes dianggap positif selama 15 detik, bila dalam 30 apabila gejala-gejala detik tidak terdapat reaksi menghilang dan tenaga maka disuntikkan lagi sebanyak membaik

  8-9 mg tensilon secara intravena.

  

  Bila kelemahan itu benar disebabkan oleh Miastenia gravis, maka ptosis itu akan segera lenyap..

  Pemeriksaan antibodi anti 9 Pemeriksaan Radiologi AChR& anti MuSK Chest x-ray dapat

  Hasil yang positif merupakan dilakukan dalam posisi diagnosis defnitif MG, namun anteroposterior dan jika dijumpai hasil yang negatif lateral. Pada roentgen kemungkinan MG belum dapat thorak, thymoma dapat disingkirikan. Antibodi anti diidentifkasi sebagai MuSK didapatkan pada 40% suatu massa pada bagian pasien dengan hasil anterior mediastinum. pemeriksaan antibodi anti AChR yang negatif.

  Besar kecilnya kadar antibodi yang terdeteksi dalam serum tidak menggambarkan derajat keparahan penyakit MG

DIAGNOSIS SEMENTARA

  Diagnosis klinik : ptosis unilateral, disfonia.

  Diagnosis topis: neuromuscular junction Diagnosis etiologi: autoimmune susp myasthenia gravis dd/ periodic

paralysis hipokalemia lambert-eaton

myasthenic syndrome (LEMS) dd/ Congenital Myasthenic Syndrome

PEMERIKSAAN FISIK

  PEMERIKSAAN DILAKUKAN PADA TANGGAL 30 MARET 2018 PUKUL  

10.00 WIB

    KU : tampak sakit ringan

Kesadaran : compos mentis (GCS E4-V5-M6)

Tanda Vital : TD100/80 mmHgRR20 x/menit

  HR67 x/menit T  36,4 Antropometri : BB  46 kg TB  155 cm   BMI  19.16 (normoweight)

VI.2 Status Internus

  Kepala : normocephal Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Leher : JVP tidak meningkat, kelenjar tiroid dbn Thoraks : tidak ada deformitas

Pulmo dan Cor : sonor, vesikuler di seluruh lapangan paru, suara tambahan (-)

Abdomen : hepar dan lien tidak teraba, supel, NT (-) Ekstremitas : edema (-), atrofi otot (-), deformitas (-)

VI.3 Status Psikiatri

  Tingkah laku : normoaktif Perasaan hati : normoritmik Orientasi : dalam batas normal Kecerdasan : dalam batas normal Daya ingat : dalam batas normal

STATUS NEUROLOGIS

  

Mata : pupil isokor 3 mm/ 3mm, refleks cahaya +/+, refleks kornea +/+,

ptosis OS (-/+) nervi craniales : parese N.III ,X Leher : meningeal sign kaku kuduk (-)

  Badan

  • Kolumna vertebralis : dbn
  • Sensibilitas : dbn
  • Vegetatif : dbn
  Daya Pembau N N N. I (OLFAKTORIUS) Kanan Kiri Lubang hidung Lubang hidung Pengenalan Warna N N Daya Penglihatan N N N. II (OPTIKUS) Mata Kanan Mata Kiri Medan Penglihatan N mata kiri ptosis Sulit dinilai karena N. III (OKULOMOTORIS) Mata Kanan Mata Kiri
  • + - Ptosis
  • + + Gerak Mata Ke Atas Ukuran Pupil 3 mm 3 mm
    • Gerak Mata Ke Bawah + + + Gerak Mata Ke Media Bentuk Pupil Isokor Isokor + + Reflek Cahaya Konsesuil + + Reflek Cahaya Langsung Strabismus Divergen - - - - Diplopia

      N. IV (TROKHLEARIS) Mata Kanan Mata Kiri
    • - - Strabismus Konvergen + + Gerak Mata Lateral Bawah
    • Diplopia

      Mengigit N N Membuka Mulut N N N. V (TRIGEMINUS) Kanan Kiri Sensibilitas Muka Bawah N N Sensibilitas Muka Tengah N N Sensibilitas Muka Atas N N Reflek Kornea

    • - - Trismus
      • + +

        Gerak Mata Lateral Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah

        N. VI (ABDUSEN) Mata Kanan Mata Kiri

        - - Starbismus Konvergen

        Diplopia N. VII (FASIALIS) Kanan Kiri - -

        + + Lipatan Nasolabial

        + + Menutup Mata

        + + Kerutan Kulit Dahi

        Tik Fasial
        • - - + + Sudut Mulut Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan Mendengar Suara Berbisik Normal Normal N. VIII (AKUSTIKUS) Kanan Kiri Tes Schwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tes Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan

        N.IX

          Daya Kecap 1/3 Belakang Normal Normal Arkus Faring Simetris Simetris (GLOSSOFARINGEUS) Pemeriksaan Khusus Reflek Muntah Normal Normal Tes Wartenberg (-) kelopak mata Sengau - - kiri pasien berkedut dan pasien sering - Tersedak - berkedip Reflek muntah Normal Normal Arkus faring Simetris Simetris N. X (VAGUS) Kanan Kiri Cogan lid twitch (+) Disfonia (-) karena sudah membaik Tes counting (-) karena sudah Bersuara ketika diperiksa + + Menelan perbaikan saat pemeriksaan Memalingkan Kepala dan konsistensi N. XI (AKSESORIUS) Kanan Kiri kontur otot tegas tegas dan kontur otot Sikap Bahu Simetris Simetris keras, adekuat keras, adekuat konsistensi

          Mengangkat Bahu Adekuat Adekuat - - Trofi Otot Bahu Artikulasi Cukup jelas Sikap lidah Tidak ada Deviasi N. XII (HIPOGLOSUS) Menjulurkan lidah Tidak ada Deviasi

        • - Fasikulasi lidah
        •   Motorik B B 4+ 4+ N N Eu Eu

          G B B K 4+ 4+ Tn N N Tr Eu Eu

          • – – + +

            RP Cl

          – – – + + RF

            PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN DARAH RUTIN Hemoglobin 13.8 11.7 – 15.5 g/dL

            Leukosit 5.7 3.6 – 11.0 ribu

            Eritrosit 4.55 3.8 - 5.2 juta

            Hematokrit 42.6 35 - 47 %

            MCV 93.6 82 – 98 f

            MCH 30.3 27 - 32 pg

            MCHC 32.4 32 -37 g/dL

            RDW 12.5 10 -16 %

            Trombosit 280 150 - 400 ribu Limfosit 1.2 1.0 – 4.5

            Monosit 0.4 0.2 -1.0

            Granulosit 4.1 2 - 4

            

          Liimfosit% 20.5 (L) 25 - 40 %

          Monosit% 7.1 2 – 8 %

            Granulosit% 72.4 50 – 80 %

            Pemeriksaan Laboratorium 27/03/2018

          PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN KIMIA KLINIK SGOT

            18 0 - 35 U/L

            SGPT

            11 0 – 35 IU/L

            Ureum

            17.4 10 – 50 mg/dL

            Kreatinin

            0.58 0.45 –

            0.75 mg/dL

            Calsium

            11 8.8-10.2 mg/dL

            Natrium 138 136-146 mmol/L Kalium

            3.5 3.5-5.1 mmol/L

            Chlorida 103 98-106 mmol/L

          DISKUSI II

            Berdasarkan hasil pemeriksaan fsik didapatkan kesadaran pasien compos mentis, GCS 15 (E4M6V5) dengan tanda vital: TD: 100/80 mmHg, N: 67x/menit, RR: 20x/menit, S: o 36,4 C. Pada pemeriksaan nervus cranialis diidapatkan adanya

            parese N.III ditandai dengan adanya ptosis pada palpebra kiri pasien, serta N.X ditandai dengan disfonia, namun pada pemeriksaan disfonia (-) karena sudah perbaikan.

            Hal ini sesuai dengan teori dimana pada MG keluhan yang

            

          paling sering terjadi adalah keluhan pada wajah yang

          mengenai otot eksta okular dan okular sehingga timbul manifstasi ptosis dan diplopia serta otot orofaringeal yang menimbulkan disfonia.

            Sehingga berdasarkan derajat keparahannya pasien termasuk kedalam kategori MG ringan stadium I yang

            

          ditandai dengan kelemahan otot okular yang semakin

          parah.

          DISKUSI II

            Pada pemeriksaan counting test didapatkan hasil (-) karena sudah perbaikan.

            Sedangkan pada test wartenberg (-) karena sudah dalam perbaikan namun saat pemeriksaan ini kelopak mata pasien berkedut dan pasien sering berkedip. Tanda Cogan (+) yaitu tampak kedutan transien pada

          kelopak mata segera setelah pasien diminta untuk melihat

          ke bawah dan ke atas secara cepat. Dan saat pasien menutup kelopak mata selama 30 detik lalu membuka matanya , (+) ptosis pada kelopak mata kiri

          Pemeriksaan khusus pada MG ini yang menunjukan hasil (+)

          dapat memperkuat diagnosis MG karena tes provokasi ini mencetuskan terjadinya kelelahan otot pada pasien.

            Hal ini sesuai dengan teori MG dimana keluhan biasanya diperberat oleh aktivitas dan membaik setelah pasien beristirahat.

          DISKUSI II

            

          Pemeriksaan penunjang laboratorium elektrolit dilakukan untuk

          mencari penyebab kelemahan otot pada pasien sehingga dapat

          menyingkirkan diagnosis banding periodic paralysis hipokalemia karena pada pasien ini tidak ditemukan adanya penurunan kalium.

            Pada kasus disarankan pemeriksaan rontgen thoraks untuk mencari tahu ada tidaknya hiperplasia timus ataupun timoma dikarenakan myasthenia gravis sering terjadi bersamaan dengan timoma (15%) dan hiperplasi timus (65%).

            Kelenjar timus terdiri atas sel myoid yang mengandung AChR. Sel

          limfosit B dan T yang diproduksi kelenjar timus akan merusak AChR

          sehingga menimbulkan manifestasi kelemahan otot. Untuk dapat memperkuat diagnosis miastenia gravis sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan serologis antibodi anti AChR& anti MuSK, elektrofsiologi Single-fber Electromyography (SFEMG) &

          Repetitive Nerve Stimulation (RNS) dan bipsi kelenjar timus.

          DIAGNOSIS AKHIR

            Diagnosis klinik : ptosis unilateral Diagnosis topis : neuromuscular junction Diagnosis etiologi: autoimun susp miastenia gravis   TERAPI Non Medikamentosa Medikamentosa

            Tirah Baring Mestinon tab 2x60 mg Edukasi keluarga Meticobalamin 2x500 mg mengenai penyakitnya Diagnosis pasien Tata laksana yang akan dilakukan Prognosis dari penyakit yang diderita pasien

          PLANNING PROGNOSIS

            Death : Ad bonam Tes Prostigmin dan edrophonium (tensilon test)

            Disease : Dubia ad bonam Rongten Thorax

            Dissability : Dubia ad bonam CT Scan thoraks

            Discomfort : Dubia ad bonam Serologi ( antibodi anti AChR & anti MuSK )

            Dissatisfaction : Dubia ad bonam Elektrofsiologi (SFEMG & RNS)

            Distutition : Dubia ad bonam Biopsi timus

          DISKUSI III

            Pasien diberikan AChEIs sebagai tata laksana medikamentosa yaitu piridostigmin (mestinon) 2x60

            mg.

            Hal ini sesuai dengan teori dimana AChEIs masih merupakan pengobatan lini pertama pada tahap awal

            MG atau apabila dijumpai gejala yang masih ringan. Pasien ini termasuk kedalam MG derajat I sehingga

            pemberian AchEIs akan sangat bermanfaat. AchEIs

            bekerja dengan cara memperlambat degradasi ACh

          oleh AChE. AChEIs akan meningkatkan kadar ACh di

          celah sinaps dan dengan demikian akan mengkompensasi jumlah AChR yang sedikit.

            Namun, AChEIs hanya merupakan pengobatan simtomatik dan tidak mengobati penyebab utama MG.

          DISKUSI III

            Efek samping yang sering muncul adalah gangguan gastrointestinal yang berhubungan dengan peningkatan aktivitas muscarinic.

            Gangguan tersebut antara mual, muntah, kram perut, dan diare.

            Efek samping ini dapat diobati dengan pemberian antimuscarinics (loperamide hidroklorida, diphenoxylate hidroklorida, bromide propantheline) tanpa mengurangi efek nicotinic AChEIs.