KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF
MYASTENIA GRAVIS
SISKA SULISTIYOWATI
1620221168
Pembimbing :
dr Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF
RSUD AMBARAWA 2018
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn.S Umur : 19 tahun Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Junggul, Bandungan Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan : SMA
Status : Belum Menikah
No CM : 064xxx Tanggal Kontrol Poli RS : 27/03/18
DILAKUKAN AUTOANAMNESIS
PADA 30 MARET 2018 PUKUL
10.00 WIB DI RUMAH PASIEN
Keluhan utama Kelopak mata kiri lebih turun dibandingkan kelopak mata kirinya
8 tahun yang lalu 5 tahun yang lalu
- Kelopak mata kiri nya lebih turun dibandingkan kelopak mata kanannya.
- Awalnya kelopak mata kiri nya turun dan terasa berat jika sedang menonton tv
dan rasa berat pada mata kirinya hilang
dengan sendirinya., namun mata kirinyatetap turun dibanding mata kanannya.
- Kelopak mata kiri yang turun tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari dan
belajar.- Gatal terutama jika sedang sedang bermain diluar ruangan dan rasa gatal pada mata kiri nya hilang dengan sendirinya.
- Pasien mengira hanya iritasi pada mata dan pasien tidak berobat ke dokter.
• Kelopak mata kirinya semakin turun
5 tahun SMRS dibandingkan mata kanannya dan semakin terasa berat kelopak mata kirinya terutama jika menonton tv dan membaca terlalu lama.
• Keluhan membaik saat menutup
matanya selama kurang lebih 3 menit. Namun kelopak mata kiri nya tetap
jatuh dibandingkan kelopak mata kanannya.
• Pasien merasa saat 5 tahun lalu
kelopak matanya semakin turun dibandingkan 8 tahun lalu
• Belum memeriksakan ke dokter karena
belum mengganggu aktivitas sehari- harinya.
4 hari SMRS
- kelopak mata kirinya semakin
turun, semakin terasa berat
- Merasa ada benjolan dikelopak
mata kirinya. Lalu pasien ke dokter
kemudian diberikan obat tetes mata dan menurut dokter tidak ada benjolan dikelopak mata nya.- Tidak ada perbaikan karena mata kirinya masih terasa berat dan mulai
mengganggu aktivitasnya. Lalu pasien dirujuk ke poli saraf
3 hari yang lalu (poli saraf)
- Kelopak mata kirinya semakin turun dibandingkan kelopak mata kanannya dan semakin terasa berat.
- Kelopak mata sebelah kiri lebih turun hampir
separuhnya dari kelopak mata kanan
terutama ketika mata lelah karena banyak
membaca, didepan computer, menonton televisi dalam waktu yang lama atau saat siang hari
dengan keadaan diluar panas dan pulih kembali setelah pasien beristirahat atau berwudhu namun tidak disertai penglihatan ganda.
- Keluhan mengganggu aktivitas keseharian dan pekerjaannya.
- Dipoli diberikan obat mestinon tablet 2x1 dan mecobalamin 2x1 tablet.
1 hari yang lalu (post poli saraf)
- ketika berbicara terlalu banyak, semakin lama suaranya semakin serak, melemah
dan bahkan menghilang tetapi pasien masih
dapat memberikan jawaban dengan jelas
- lalu pasien diam dan tidak berbicara selama beberapa jam kemudian dapat berbicara seperti biasa lagi.
- Menurut pasien keluhan tersebut timbul
setelah minum obat mestinon, pasien juga
merasa bagian perut dan punggung
berkedut sebanyak 5x lalu kedutan hilang dengan istirahat.
Saat kunjungan dirumah pasien
- Berat pada kelopak mata kirinya berkurang, namun
kelopak mata kirinya masih lebih turun dibandingkan kelopak mata kanannya.
- Tidak ada keluhan berbicara atau suara serak lagi.
- Keluhan lain seperti sulit menelan, suara sengau, sulit mengunyah, sesak nafas, pusing, mual-muntah, kelemahan anggota gerak, bicara pelo, tremor, kesemutan/kebas/kekakuan anggota gerak, demam, batuk-batuk lama dan penurunan berat badan disangkal oleh pasien. BAK dan BAB tidak terdapat keluhan.
- Setelah mengkonsumsi obat mestinon selama 2
kali, keluhan berat pada kelopak mata kirinya membaik namun kelopak mata kirinya masih turun dibandingkan yang kanan.
- Rencana kontrol lagi ke Poli Saraf RSUD Ambarawa hari Selasa tanggal 03 April 2018.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
RIWAYAT KELUARGA DENGAN KELUHAN YANG SAMA : DISANGKAL RIWAYAT KELAINAN PADA TIMUS : DISANGKAL
RIWAYAT HIPERTENSI, DM , KEGANASAN :
DISANGKALRiwayat penyakit Riwayat Pengobatan dahulu
Setelah
mengkonsumsi obat
Kelainan pada
timus : disangkal
mestinon selama 2
kali, keluhan berat
Riwayat pada kelopak mata pneumonia : kirinya membaik disangkal
namun kelopak mata kirinya masih turun dibandingkan yang . kanan
RIWAYAT PRIBADI DAN SOSIAL EKONOMI
- Tinggal dirumah bersama ayah, ibu, kakak, kakak ipar, dan keponakannya.
- Tinggal di lingkungan padat penduduk dengan
higienitas yang cukup baik. Kesan ekonomi pasien
cukup. - Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS.
- Pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi
minuman keras dan bukan pengguna obat-obatan
terlarang. - Ayah pasien merokok.
- Pasien sehari-hari bekerja di toko tahu bakso.
ANAMNESIS SISTEM
Sistem serebrospinal: tidak ada keluhan Sistem neurologi : kelopak mata kiri turun
(+), penglihatan ganda (-), suara mengecil (+)
Sistem kardiovaskular : tidak ada keluhan Sistem respiratorius : tidak ada keluhan Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan Sistem urogenital : tidak ada keluhan Sistem musculoskeletal : tidak ada keluhan Sistem integumen : tidak ada keluhan
RESUME ANAMNESIS
Pasien perempuan berusia 19 tahun datang dengan keluhan kelopak mata sebelah kiri lebih turun dibandingan mata kanannya terutama saat terlalu lama membaca/menonton tv (+) dan membaik setelah istirahat atau berwudhu.
Keluhan ini sudah dirasakan sejak 8 tahun yang lalu dan saat ini
kelopak mata kiri semakin turun dan semakin terasa berat serta
menggangu aktivitas dan pekerjannya. Pasien juga megeluh suara serak dan makin mengecil ketika terlalu banyak berbicara (+) 1 hari yang lalu dan saat ini sudah membaik.
Keluhan lain seperti penglihatan ganda, sulit menelan, suara sengau, sulit mengunyah, sesak nafas, pusing, mual-muntah, kelemahan anggota gerak, bicara pelo, tremor, kesemutan/kebas/kekakuan anggota gerak, demam, batuk-batuk
lama, penurunan berat badan, konsumsi obat-obatan dalam jangka
waktu lama disangkal oleh pasien. Dipoli dokter spesialis saraf menduga pasien menderita miastenia gravis, kemudian pasien diberikan obat mestinon tablet 2x1 dan mecobalamin 2x1 tablet.
Pasien mengatakan setelah mengkonsumsi obat mestinon selama 2 kali, keluhan berat pada kelopak mata kirinya membaik namun kelopak mata kirinya masih turun dibandingkan yang kanan
DISKUSI I
Pada miastenia gravis progresivitas relatif
lambat Hal ini sesuai dengan keluhan pasien
yang sudah berlangsung selama beberapa tahun.
Keluhan pertama pasien adalah adanya keluhan pada mata yaitu kelopak mata kiri lebih turun, namun belum terdapat penglihatan ganda.
Hal ini sesuai teori MG dimana pada 90% kasus,
awal mulanya mengeluh kelemahan otot
levator palpebrae (ptosis) dan otot ekstraokuler
(diplopia).
Ptosis kemudian akan diikuti dengan
kesulitan menutup mata (dikarenakan kelemahan
m.orbicularis oculi). Keluhan pada mata relatif lebih
dirasakan mengganggu ketimbang kelemahan pada otot lainnya.
DISKUSI I
Setelah banyak bicara suara dapat menghilang dan
menjadi sengau.
Sifat kelemahan pada miastenia gravis bersifat fuktuatif,
gejala bervariasi dari hari ke hari dan dari jam ke jam, biasanya akan membaik pada pagi hari atau saat istirahat dan memburuk pada saat siang/sore hari saat aktivitas.
Hal ini sesuai dengan keluhan yang dialami pasien saat
ini dimana semua keluhan seperti kelopak mata jatuh ,suara serak dan mengecil saat jika beraktiftas namun
pulih kembali setelah beristirahat. Selain itu riwayat pengobatan dimana pasien mempunyai responsi yang baik terhadap pemberian obat mestinon dapat memperkuat kecurigaan terhadap miastenia gravis. Sehingga pada kasus ini kecurigaan bahwa pasien mengalami miastenia gravis ditegakan atas dasar
gambaran klinis yang khas dan responsi yang baik terhadap
pemberian obat mestinon.MIASTENIA GRAVIS
KRISIS MIASTENIK DEFINISI penyakit autoimun kegawatan yang disebabkan oleh neurologi yang rusaknya reseptor terjadi pada asetilkolin pada post sinaptik sehingga kasus-kasus MG. menganggu transmisi
Krisis miastenik neuromuscular, ditandai ditandai oleh dengan kelemahan otot secara fuktuatif yaitu kelemahan otot- kelemahan otot otot bulbar dan memberat setelah otot pernafasan aktivitas dan membaik dengan istirahat
MIASTENIA GRAVIS
FAKTOR RESIKO Infeksi pneumonia bakterialis. Penggunaan obat-obatan tertentu
Stess fsik dan psikis, suhu ekstrim, nyeri, kurang tidur
MANIFESTASI KLINIS
Kelemahan otot yang selalu sebelumnya terjadi akibat aktivitas kegiatan fsik atau latihan berulang yang akan membaik dengan istirahat atau tidur
Kelemahan yang timbul bersifat intermitten/fuktuatif
Distribusi kelemahan otot bervariasi, bisanya memiliki pola tipikal, yaitu craniocaudal dimulai dari otot-otot kranialis terutama kelopak mata dan otot ekstraokuler kemudian menyerang otot-otot ekstremitas yang dimulai dari proksimal dan bersifat asimetrik.
Kelemahan juga dapat menyerang otot-otot pernapasan dan menyebabkan krisis miastenik
DIAGNOSIS Anamnesis
Awitan biasanya tidak jelas dan progresivitas relatif lambat.
Biasanya diawali dengan mata, muka, rahang tenggorok dan leher. Tetapi ditemui juga yang mulai dengan ekstremitas. 90% awal mulanya mengeluh kelemahan otot levator palpebrae (ptosis) dan otot ekstraokuler (diplopia).
Ptosis kemudian akan diikuti dengan kesulitan menutup mata (dikarenakan kelemahan m.orbicularis oculi).
Pada stadium selanjutnya muncul akan mengenai otot wajah, otot pengunyah, otot menelan dan otot untuk bicara (pada 80% kasus). Setelah banyak bicara suara dapat menghilang dan menjadi sengau.
Otot leher, gelang bahu dan panggul jarang terkena. Lebih sering terkena adalah m.erector spinae. Bila otot leher terkena, maka ada keluhan sulit untuk mempertahankan posisi tegak kepala.
Sifat kelemahan akan membaik pada pagi hari atau saat istirahat, kelemahan yang sedang atau berat bisa berlangsung sampai 1 bulan.
Gejala pada mata (diplopia atau pandangan kabur) akan memburuk saat membaca lama, menonton TV, menyetir
PEMERIKSAAN FISIK
1. Tes watenberg/simpson test : memandang objek di atas bidang antara kedua bola mata > 30 detik, lama- kelamaan akan terjadi ptosis (tes positif)
2. Tes pita suara : penderita disuruh menghitung 1-100, maka suara akan menghilang secara bertahap (tes positif)
3. Diplopia stress test yaitu pasien diminta untuk melihat ke
samping secara maksimal selama 30 detik, bila positif
akan muncul gejala diplopiaPEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Cogan yaitu tampak kedutan transien pada
kelopak mata segera setelah pasien diminta untuk melihat ke bawah dan ke atas secara cepat Dan pasien menutup kelopak mata selama 30 detik
lalu membuka matanya , (+) ptosis 2.
3. Anggota gerak : penderita di suruh menggerakkan
anggota gerak abduksi ke atas kira-kira 20 kali atau menggerakkan tangan ke arah mulut dan dibandingkan akan terjadi kelemahan
Tes Edrophonium Tes Prostigmine
Endrofonium merupakan antikolinesterase kerja pendek Prostigmin 0,5-1,0 mg yang memperpanjang kerja dicampur dengan 0,1 mg acetilkolin pada nerumuscular atropin sulfas disuntikkan juction dalam beberapa menit. intramuskular atau subkutan.
Untuk uji tensilon, disuntikkan 2 mg tensilon secara intravena Tes dianggap positif selama 15 detik, bila dalam 30 apabila gejala-gejala detik tidak terdapat reaksi menghilang dan tenaga maka disuntikkan lagi sebanyak membaik
8-9 mg tensilon secara intravena.
Bila kelemahan itu benar disebabkan oleh Miastenia gravis, maka ptosis itu akan segera lenyap..
Pemeriksaan antibodi anti 9 Pemeriksaan Radiologi AChR& anti MuSK Chest x-ray dapat
Hasil yang positif merupakan dilakukan dalam posisi diagnosis defnitif MG, namun anteroposterior dan jika dijumpai hasil yang negatif lateral. Pada roentgen kemungkinan MG belum dapat thorak, thymoma dapat disingkirikan. Antibodi anti diidentifkasi sebagai MuSK didapatkan pada 40% suatu massa pada bagian pasien dengan hasil anterior mediastinum. pemeriksaan antibodi anti AChR yang negatif.
Besar kecilnya kadar antibodi yang terdeteksi dalam serum tidak menggambarkan derajat keparahan penyakit MG
DIAGNOSIS SEMENTARA
Diagnosis klinik : ptosis unilateral, disfonia.
Diagnosis topis: neuromuscular junction Diagnosis etiologi: autoimmune susp myasthenia gravis dd/ periodic
paralysis hipokalemia lambert-eaton
myasthenic syndrome (LEMS) dd/ Congenital Myasthenic SyndromePEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN DILAKUKAN PADA TANGGAL 30 MARET 2018 PUKUL
10.00 WIB
KU : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis (GCS E4-V5-M6)
Tanda Vital : TD100/80 mmHgRR20 x/menitHR67 x/menit T 36,4 Antropometri : BB 46 kg TB 155 cm BMI 19.16 (normoweight)
VI.2 Status Internus
Kepala : normocephal Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Leher : JVP tidak meningkat, kelenjar tiroid dbn Thoraks : tidak ada deformitas
Pulmo dan Cor : sonor, vesikuler di seluruh lapangan paru, suara tambahan (-)
Abdomen : hepar dan lien tidak teraba, supel, NT (-) Ekstremitas : edema (-), atrofi otot (-), deformitas (-)VI.3 Status Psikiatri
Tingkah laku : normoaktif Perasaan hati : normoritmik Orientasi : dalam batas normal Kecerdasan : dalam batas normal Daya ingat : dalam batas normal
STATUS NEUROLOGIS
Mata : pupil isokor 3 mm/ 3mm, refleks cahaya +/+, refleks kornea +/+,
ptosis OS (-/+) nervi craniales : parese N.III ,X Leher : meningeal sign kaku kuduk (-)Badan
- Kolumna vertebralis : dbn
- Sensibilitas : dbn
- Vegetatif : dbn
- + - Ptosis
- + + Gerak Mata Ke Atas Ukuran Pupil 3 mm 3 mm
- Gerak Mata Ke Bawah + + + Gerak Mata Ke Media Bentuk Pupil Isokor Isokor + + Reflek Cahaya Konsesuil + + Reflek Cahaya Langsung Strabismus Divergen - - - - Diplopia
- - - Strabismus Konvergen + + Gerak Mata Lateral Bawah
- Diplopia
- - - Trismus
- + +
Gerak Mata Lateral Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
N. VI (ABDUSEN) Mata Kanan Mata Kiri- - Starbismus Konvergen
Diplopia N. VII (FASIALIS) Kanan Kiri - -+ + Lipatan Nasolabial
+ + Menutup Mata+ + Kerutan Kulit Dahi
Tik Fasial - - - + + Sudut Mulut Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan Mendengar Suara Berbisik Normal Normal N. VIII (AKUSTIKUS) Kanan Kiri Tes Schwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tes Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- - Fasikulasi lidah
- – – + +
Mengigit N N Membuka Mulut N N N. V (TRIGEMINUS) Kanan Kiri Sensibilitas Muka Bawah N N Sensibilitas Muka Tengah N N Sensibilitas Muka Atas N N Reflek Kornea
N.IX
Daya Kecap 1/3 Belakang Normal Normal Arkus Faring Simetris Simetris (GLOSSOFARINGEUS) Pemeriksaan Khusus Reflek Muntah Normal Normal Tes Wartenberg (-) kelopak mata Sengau - - kiri pasien berkedut dan pasien sering - Tersedak - berkedip Reflek muntah Normal Normal Arkus faring Simetris Simetris N. X (VAGUS) Kanan Kiri Cogan lid twitch (+) Disfonia (-) karena sudah membaik Tes counting (-) karena sudah Bersuara ketika diperiksa + + Menelan perbaikan saat pemeriksaan Memalingkan Kepala dan konsistensi N. XI (AKSESORIUS) Kanan Kiri kontur otot tegas tegas dan kontur otot Sikap Bahu Simetris Simetris keras, adekuat keras, adekuat konsistensi
Mengangkat Bahu Adekuat Adekuat - - Trofi Otot Bahu Artikulasi Cukup jelas Sikap lidah Tidak ada Deviasi N. XII (HIPOGLOSUS) Menjulurkan lidah Tidak ada Deviasi
Motorik B B 4+ 4+ N N Eu Eu
G B B K 4+ 4+ Tn N N Tr Eu Eu
RP Cl
– – – + + RF
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN DARAH RUTIN Hemoglobin 13.8 11.7 – 15.5 g/dL
Leukosit 5.7 3.6 – 11.0 ribu
Eritrosit 4.55 3.8 - 5.2 juta
Hematokrit 42.6 35 - 47 %
MCV 93.6 82 – 98 f
MCH 30.3 27 - 32 pg
MCHC 32.4 32 -37 g/dL
RDW 12.5 10 -16 %
Trombosit 280 150 - 400 ribu Limfosit 1.2 1.0 – 4.5
Monosit 0.4 0.2 -1.0
Granulosit 4.1 2 - 4
Liimfosit% 20.5 (L) 25 - 40 %
Monosit% 7.1 2 – 8 %Granulosit% 72.4 50 – 80 %
Pemeriksaan Laboratorium 27/03/2018
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN KIMIA KLINIK SGOT
18 0 - 35 U/L
SGPT
11 0 – 35 IU/L
Ureum
17.4 10 – 50 mg/dL
Kreatinin
0.58 0.45 –
0.75 mg/dL
Calsium
11 8.8-10.2 mg/dL
Natrium 138 136-146 mmol/L Kalium
3.5 3.5-5.1 mmol/L
Chlorida 103 98-106 mmol/L
DISKUSI II
Berdasarkan hasil pemeriksaan fsik didapatkan kesadaran pasien compos mentis, GCS 15 (E4M6V5) dengan tanda vital: TD: 100/80 mmHg, N: 67x/menit, RR: 20x/menit, S: o 36,4 C. Pada pemeriksaan nervus cranialis diidapatkan adanya
parese N.III ditandai dengan adanya ptosis pada palpebra kiri pasien, serta N.X ditandai dengan disfonia, namun pada pemeriksaan disfonia (-) karena sudah perbaikan.
Hal ini sesuai dengan teori dimana pada MG keluhan yang
paling sering terjadi adalah keluhan pada wajah yang
mengenai otot eksta okular dan okular sehingga timbul manifstasi ptosis dan diplopia serta otot orofaringeal yang menimbulkan disfonia.Sehingga berdasarkan derajat keparahannya pasien termasuk kedalam kategori MG ringan stadium I yang
ditandai dengan kelemahan otot okular yang semakin
parah.DISKUSI II
Pada pemeriksaan counting test didapatkan hasil (-) karena sudah perbaikan.
Sedangkan pada test wartenberg (-) karena sudah dalam perbaikan namun saat pemeriksaan ini kelopak mata pasien berkedut dan pasien sering berkedip. Tanda Cogan (+) yaitu tampak kedutan transien pada
kelopak mata segera setelah pasien diminta untuk melihat
ke bawah dan ke atas secara cepat. Dan saat pasien menutup kelopak mata selama 30 detik lalu membuka matanya , (+) ptosis pada kelopak mata kiriPemeriksaan khusus pada MG ini yang menunjukan hasil (+)
dapat memperkuat diagnosis MG karena tes provokasi ini mencetuskan terjadinya kelelahan otot pada pasien.Hal ini sesuai dengan teori MG dimana keluhan biasanya diperberat oleh aktivitas dan membaik setelah pasien beristirahat.
DISKUSI II
Pemeriksaan penunjang laboratorium elektrolit dilakukan untuk
mencari penyebab kelemahan otot pada pasien sehingga dapat
menyingkirkan diagnosis banding periodic paralysis hipokalemia karena pada pasien ini tidak ditemukan adanya penurunan kalium.Pada kasus disarankan pemeriksaan rontgen thoraks untuk mencari tahu ada tidaknya hiperplasia timus ataupun timoma dikarenakan myasthenia gravis sering terjadi bersamaan dengan timoma (15%) dan hiperplasi timus (65%).
Kelenjar timus terdiri atas sel myoid yang mengandung AChR. Sel
limfosit B dan T yang diproduksi kelenjar timus akan merusak AChR
sehingga menimbulkan manifestasi kelemahan otot. Untuk dapat memperkuat diagnosis miastenia gravis sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan serologis antibodi anti AChR& anti MuSK, elektrofsiologi Single-fber Electromyography (SFEMG) &Repetitive Nerve Stimulation (RNS) dan bipsi kelenjar timus.
DIAGNOSIS AKHIR
Diagnosis klinik : ptosis unilateral Diagnosis topis : neuromuscular junction Diagnosis etiologi: autoimun susp miastenia gravis TERAPI Non Medikamentosa Medikamentosa
Tirah Baring Mestinon tab 2x60 mg Edukasi keluarga Meticobalamin 2x500 mg mengenai penyakitnya Diagnosis pasien Tata laksana yang akan dilakukan Prognosis dari penyakit yang diderita pasien
PLANNING PROGNOSIS
Death : Ad bonam Tes Prostigmin dan edrophonium (tensilon test)
Disease : Dubia ad bonam Rongten Thorax
Dissability : Dubia ad bonam CT Scan thoraks
Discomfort : Dubia ad bonam Serologi ( antibodi anti AChR & anti MuSK )
Dissatisfaction : Dubia ad bonam Elektrofsiologi (SFEMG & RNS)
Distutition : Dubia ad bonam Biopsi timus
DISKUSI III
Pasien diberikan AChEIs sebagai tata laksana medikamentosa yaitu piridostigmin (mestinon) 2x60
mg.
Hal ini sesuai dengan teori dimana AChEIs masih merupakan pengobatan lini pertama pada tahap awal
MG atau apabila dijumpai gejala yang masih ringan. Pasien ini termasuk kedalam MG derajat I sehingga
pemberian AchEIs akan sangat bermanfaat. AchEIs
bekerja dengan cara memperlambat degradasi ACh
oleh AChE. AChEIs akan meningkatkan kadar ACh di
celah sinaps dan dengan demikian akan mengkompensasi jumlah AChR yang sedikit.Namun, AChEIs hanya merupakan pengobatan simtomatik dan tidak mengobati penyebab utama MG.
DISKUSI III
Efek samping yang sering muncul adalah gangguan gastrointestinal yang berhubungan dengan peningkatan aktivitas muscarinic.
Gangguan tersebut antara mual, muntah, kram perut, dan diare.
Efek samping ini dapat diobati dengan pemberian antimuscarinics (loperamide hidroklorida, diphenoxylate hidroklorida, bromide propantheline) tanpa mengurangi efek nicotinic AChEIs.