PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH RAMBUTAN SEBAGAI PENGGUMPAL LATEKS PASCA PANEN (STUDI PENGARUH VOLUME,WAKTU DAN PH PENCAMPURAN)

  

PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH RAMBUTAN SEBAGAI

PENGGUMPAL LATEKS PASCA PANEN (STUDI

PENGARUH VOLUME,WAKTU DAN PH PENCAMPURAN)

  Farida Ali, Merry Helina, Yulia Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

  ABSTRACT The using of rambutan fruit extract as a latex coagulant was investagated. . Shynthetic organic acids

which are commonly used are expensive and therefore it is necessary to do research about the use of extract

rambutan fruit for obtaining natural rubber,the research was conducted in several ways .

  This research is done by coagulate latex with extract of seed and seedless rambutan that have variation

of extract rambutan volume (5 ; 10 and 20 ml) at volume of latex 10 ml and volume of latex (5 ; 10 and 20

ml) at volume of extract rambutan 10 ml , variation of time mixed (1 ; 4 ; 8 ; 12 ; 16 ; 20 and 24 hour), and

variation of pH (3 ; 6 and 9)) to get volume, time mixing and pH optimum.

  Volume of extract rambutan 20 ml at volume of latex 10 ml and volume of extract rambutan 10 ml at

volume of latex 20 ml , time mixed 24 hour and pH 3 at volume of extract rambutan 20 ml at volume of latex

10 ml and pH 6 at volume of extract rambutan 10 ml at volume of latex 20 ml obtained a maximal crumb

rubber.

  Key words : coagulation, latex, extract of rambutan.

  

ABSTRAK

Penggunaan ekstrak buah rambutan sebagai koagulan lateks telah diteliti. Asam-asam organik sintetis

yang biasa digunakan selama ini mahal harganya,karena itu diteliti dengan menggunakan ekstrak rambutan

sebagai alternative pengganti.

  Penelitian ini dilakukan dengan cara membekukan lateks dengan ekstrak rambutan berbiji dan tidak

berbiji dengan perlakuan variasi volume ekstrak rambutan (5 ; 10 dan 20 ml) pada volume lateks 10 ml dan

volume lateks (5 ; 10 dan 20 ml) pada volume ekstrak rambutan 10 ml , variasi waktu pencampuran (1 ; 4 ; 8

; 12 ; 16 ; 20 dan 24 jam),dan variasi pH (3 ; 6 dan 9) untuk mendapatkan volume, waktu pencampuran dan

pH optimum.

  Volume rambutan 20 ml pada volume lateks 10 ml dan volume rambutan 10 ml pada volume lateks 20 ml

, waktu pencampuran 24 jam, dan pH 3 pada saat volume rambutan 20 ml pada volume lateks 10 ml dan pH

6 pada saat volume rambutan 10 ml pada volume lateks 20 ml diperoleh karet kering yang maksimal. Kata Kunci : koagulasi, lateks, ekstrak rambutan.

I. PENDAHULUAN karet (isoprena) sebagai fasa terdispersi dan air

1.1 Latar Belakang sebagai fasa pendispersi serta emulgator

  Karet alam merupakan salah satu komoditi protein. Karet dapat terkoagulasi secara perkebunan yang penting baik untuk lingkup alamiah biasanya terjadi karena pencemaran internasional dan terutama di Indonesia. Di Indonesia oleh mikroba yang terdapat pada pisau sadap , karet merupakan salah satu hasil perkebunan yang talang, mangkok sadap, udara sekeliling dan terkemuka karena banyak menunjang perekonomian sebagainya. Penggumpalan secara alamiah Negara., khususnya Sumatera Selatan. Karet alam membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu diperoleh dari lateks pohon karet (Hevea brasiliensis). sekitar 48 jam. Maka biasanya digunakan alat Karet alam menghasilkan lateks atau emulsi lateks atau bahan pembantu untuk menggumpalkan yang merupakan suatu sistem emulsi, dengan partikel lateks agar proses penggumpalannya tidak Berikut ini komposisi lateks Hevea membutuhkan waktu yang lama. Bransiliensis Koagulasi lateks adalah suatu tahap yang sangat Komposisi Lateks Hevea Bransiliensis : penting pada pengolahan karet alam, biasanya

  Komposisi Jumlah (%)

  penggumpalan dilakukan dengan menggunakan asam,

  Hidrokarbon karet 30 - 40

  seperti asam sulfat dan asam format. Penggunaan

  Protein 1,9 - 2,5

  senyawaan kimia ini banyak menimbulkan dampak

  Asam lemak 0,9 -1

  negatif terhadap alam karena itu perlu dicari alternatif

  Gula 1 - 1,5

  lain dalam menggumpalkan lateks yang tidak

  Air 5,5 - 6,5 menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Kadar Abu 0,4 - 0,6

  Sumber : Premamoy Ghosh, 2002

  1.2 Rumusan Masalah

  Rambutan (Nephellium lappacveum ) Permasalahan yang akan ditinjau adalah merupakan tanaman buah-buahan tropika yang mengenai penambahan ekstrak rambutan berbiji dan berasal dari Asia Tenggara. Lahan di tanah air tidak berbiji sebagai bahan pengganti asam sintetis yang memiliki iklim tropis basah merata terhadap koagulasi lateks yang dihasilkan. Oleh sepanjang tahun merupakan lahan pusat karena itu harus dicari faktor-faktor yang penyebaran tanaman rambutan dimana mempengaruhi penggumpalan lateks dan kondisi sebagian besar berasal dari pulau Jawa, optimum dari masing-masing faktor seperti: volume Sumatra, dan Kalimantan. buah rambutan berbiji dan tidak berbiji, waktu

  Rambutan banyak tumbuh di Sumatera pencampuran, dan pH ekstrak rambutan untuk Selatan, biasanya berbuah sepanjang mendapatkan hasil yang maksimal. tahun,merupakan buah yang sangat popular, . digemari, dan dinikmati sebagai buah segar maupun buah olahan.buah rambutan selain

  1.3 Tujuan Penelitian

  memiliki bentuk dan warna menarik – bulat,merah kekuninganatau mera menyala –

  1. Memanfaatkan buah rambutan sebagai bahan rasanyapun cukup khas –kenyal, renyah manis, pengumpalan lateks untuk menggantikan dan segar. Nilai gizi buah rambuatn cukup asam sintetis. tinggi,khususnya kandungan vitamin C.

  2. Menentukan pengaruh volume ekstrak rambutan terhadap berat karet yang

  Komposisi Daging Buah Rambutan dihasilkan. Unsur Penyusunan Daging Buah Kadar dalam100 gram

  3. Menentukan pengaruh waktu pencampuran Air 80,4 gram Protein 1,00 gram terhadap berat karet yang dihasilkan. Lemak 0,30 gram

  4. Menentukan pengaruh pH ekstrak rambutan Glukosa 2,80 gram terhadap berat karet yang dihasilkan. Pati 0 gram Fruktosa 3,00 gram Sukrosa 9,90 gram

  1.4 Manfaat Penelitian Asam malat 0,05 gram Serat makanan 2,80 gram

  1. Sebagai informasi pemanfaatan buah Asam sitrat 0,31 gram rambutan yang masih belum terpikirkan untuk Abu 0,30 gram Energi 297,00 KJ digunakan sebagai bahan penggumpalan Vitamin C 66,75 mg lateks. Thiamin 0,01 mg

  2. Mengurangi resiko saat penggunaan asam Riboflavin 0,07 mg Niacin 0,50 mg sintetis yang berbahaya. Mineral: Na 2,00 mg K 140,00 mg

II. TINJAUAN PUSTAKA

  Mg 10,00 mg Ca 13,00 mg

  Karet adalah polimer hidrokarbon yang Fe 0,80 mg terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai latex) Zn 0,60 mg P 16,00 mg di getah pada beberapa jenis tumbuhan tetapi dapat Bahan-bahan yang dapat dimakan 40,00% juga diproduksi secara sintetis Lateks karet adalah suspensi koloid poliisopren

  Koagulasi adalah penggumpalan partikel yang diperoleh dari tumbuhan Hevea bransiliensis. koloid, sehingga kestabilan sistem koloid menjadi hilang. Ada beberapa hal yang

  Masing-masing percobaan diatas dilakukan sebanyak 2 kali agar akurasi data lebih terpercaya.

  menyebabkan terjadinya koagulasi pada system koloid diantaranya karena ada pengaruh pemanasan, pendinginan, penambahan elektrolit dan karena proses elektroforensis yang berlangsung lama..

  Koagulasi atau penggumpalan lateks merupakan peristiwa fase sol menjadi gel dengan pertolongan bahan penggumpal yang lazimnya dinamakan koagulan. Penggumpalan lateks dapat terjadi karena penurunan muatan listrik atau dehidratasi. Penurunan muatan listrik dapat terjadi karena penurunan pH lateks (penambahan asam H

  • ) dan pengaruh enzim.

III. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

  Pada penambahan 5 ml, karet telah menggumpal meskipun baru sedikit, penambahan 10 ml ekstrak rambutan tidak berbiji dan berbiji, berat karet mengalami peningkatan dan selanjutnya pada penambahan 20 ml pun terus mengalami peningkatan berat karet. Peningkatan jumlah karet pada 20 ml sangat tajam bila dibandingkan penambahan 5 ml, dan 10 ml. Pada kondisi ini koagulan sudah cukup stabil dan sesuai dengan kebutuhan sehingga interaksi antara air dengan asam meningkat dan partikel-partikel terdispersi akan lebih mudah bergabung membentuk agrerat yang lebih besar (mengalami agregasi) yang menyebabkan lateks menggumpal dan berat karet yang dihasilkan meningkat.

  30 Volume Air Rambutan (ml) R a ta -r a ta Be ra t Ak h ir K a re t (g r) R. Tidak berbiji R. Berbiji

  20

  10

  3.5

  3

  2.5

  2

  1.5

  1

  0.5

  Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Universitas Sriwijaya Indralaya yang berlangsung pada tanggal 02 Februari 2009 sampai dengan 28 Februari 2009.

  Alat dan bahan

  IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Volume Optimum antara Ekstrak Rambutan dengan Lateks

  Penggumpalan lateks menurut prinsip dehidratasi di lakukan dengan menambahkan bahan yang dapat menyerap lapisan molekul air di sekeliling partikel karet yang bersifat pelindung. Bahan tersebut misalnya alkohol, aseton dan sebagainya. Penurunan hasil penguraian bakteri atau penambahan asam format (asam semut). Penurunan pH sampai ke titik isoelektrik menyebabkan partikel karet kehilangan muatan sehingga lateks menggumpal tidak mantap disebut daerah potensial stabilitas kritis atau daerah tidak mantap, yaitu daerah pada pH yang berkisar 3,7 – 5,5.

  Dengan memvariasikan volume ekstrak rambutan kemudian didapatkan volume optimum dimana karet yang dihasilkan akan lebih banyak,kemudian memvariasikan waktu pencampuran antara ekstrak rambutan dan lateks karet, untuk mendapatkan hasil penggumpalan karet yang optimal. Divariasikan lagi dengan pH ekstrak rambutan yang dapat menggumpalkan lateks karet secara optimal.

  Dengan menggunakan ekstrak rambutan, lateks akan menggumpal dengan baik dimana dilakukan percobaan dengan membandingkan ekstrak rambutan tidak berbiji dan ekstrak rambutan berbiji.

  Rancangan Penelitian

  Rambutan blender sampai hancur,lalu disaring dengan kertas saring hingga keluar air rambutan lalu ditampung suatu wadah setelah itu diukur pHnya. Lateks karet ditampung dalam suatu wadah,kemudian disaring untuk dipisahkan kotorannya.

  Prosedur Penelitian Sampling

  Lateks segar,ekstrak buah rambutan berbiji dan tidak berbiji.

  Bahan yang digunakan:

  Alat yang digunakan: Gelas kecil, erlenmeyer, corong, batang pengaduk, kertas saring, blender, neraca analitis, oven, pH meter, plastik.

Gambar 4.1. Variasi volume ekstrak rambutan terhadap volume lateks 10 ml.

  7 r) (g

  6 t R. Tidak berbiji R. Berbiji

  5 re a

  4 K ir R. Tidak

  6 h

  3 k berbij i A r) R. berbij i

  2 t (g

  5 t ra

  1 e re B a

4 K

  4

  8

  12

  16

  20

  24

  28 ir h

  3 k Waktu Pencam puran (jam ) A ta

  2 a -r

Gambar 4.4. Variasi waktu terhadap ta a

  1 volume ekstrak rambutan 10 ml dengan R Lateks awal 20 ml.

  10

  20

30 Bila suatu asam dimasukkan ke dalam Volume Lateks (ml)

  sistem emulsi lateks, maka asam akan

  volume ekstrak rambutan 10 ml. tidak stabil sehingga menyebabkan struktur

  protein pada lateks akan terganggu. Protein Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa yang berfungsi sebagai penyelubung atau semakin banyak penambahan volume air buah lapisan pelindung lateks akan menyebabkan rambutan maka berat akhir karet yang dihasilkan emulsi pecah dan mengeluarkan molekul air. meningkat. Dapat dilihat juga perbandingan berat Pada kondisi ini menyatakan bahwa semua untuk rambutan berbiji untuk volume ekstrak emulgator telah pecah, karet dihasilkan telah rambutan 5 ml dan 10 ml hasilnya meningkat lebih maksimal sehingga untuk waktu pencampuran besar dibandingkan rambutan tidak berbiji. yang lebih lama jumlah karet yang dihasilkan Sedangkan pada volume ekstrak rambutan 20 ml, menjadi cenderung menurun. hasil berat akhir karet rambutan tidak berbiji lebih Setelah terjadi penurunan jumlah karet besar dibandingkan berat akhir karet rambutan berbiji. beberapa jam kemudian terjadi penggumpalan karet secara alami. Tetapi untuk

  

Menentukan Waktu Pencampuran Optimum menggumpalkan karet dengan sempurna,

  dibutuhkan waktu yang lama. Dengan

  Antara Ekstrak rambutan dengan Lateks

terhadap pemecahan Emulsi Lateks. penambahan ekstrak rambutan diharapkan

R. Tidak lateks akan menjadi semakin baik terkoagulasi, R. Berbij i menggumpal dengan memanfaatkan enzim dan berbij i karena pada jam-jam pertama lateks akan mikroorganisme yang terkandung pada lateks.

  6 Kemudian setelah semua enzim dan r)

  5

  mikroorganisme tidak mampu lagi

  (g t

  menggumpalkan lateks, baru ekstrak buah

  4 re a rambutan yang melanjutkannya. K

  3 ir h k

  2 A t ra

  1 e B

  4

  8

  12

  16

  20

  24

28 Waktu Pencam puran (jam )

Gambar 4.3. Variasi waktu terhadap volume ekstrak rambutan 20 ml dengan Lateks awal 10 ml.

  • untuk menetralkan muatan negatif penyelubung partikel-partikel karet besar sehingga penggumpalan karet menjadi maksimal.

  1

  9

  12 pH B e ra t K a re t (g r) R. Tidak berbiji R. berbiji Variasi volume ekstrak rambutan terhadap Lateks 10 ml

  2

  4

  6

  10

  20

  30 Volume rambutan (ml) B e ra t k a re t A k h ir ( g r) R. Tidak berbiji R. Berbiji Variasi volume lateks terhadap Ekstrak rambutan 10 ml

  2

  3

  3

  4

  5

  6

  5

  10

  15

  20

  6

  10

  Menentukan pH optimum ekstrak rambutan dengan lateks terhadap pemecahan emusi lateks.

  2

Gambar 4.5. volume lateks 10 ml dan

  Pada pH 3 ini merupakan titik isoelektrik protein penyelubung partikel-partikel karet telah ternetralkan. Pada perlakuan yang dilakukan terlihat menurunnya berat karet seiring dengan meningkatnya pH. Perubahan suatu pH dapat mengakibatkan denaturasi protein. Apabila protein penyelubung telah terdenaturasi maka partikel-partikel karet tidak terselubung lagi sehingga lateks menjadi tidak stabil.

  Penurunan berat karet terjadi pada pH 6, ini disebabkan karena aktifitas asam dalam system menurun dan kemampuan ion H+ untuk menetralkan muatan negatif penyelubung partikel-partikel karet semakin menurun juga sehingga penggumapaln karet yang terjadi tidak maksimal. Keasaman (H+) akan berkurang bila pH tinggi,dimana pada ph 9 walaupun berat lateks meningkat namun mengahsilkan lateks yang tidak sempurna

Gambar 4.6. volume lateks 20 ml dan volume ekstrak rambutan 10 ml

  Gambar diatas menunjukkan peningkatan berat karet yang secara continue terhadap variabel pH yang ditentukan. Dalam grafik untuk rambutan berbiji dan tidak berbiji terlihat dari pH 3 – 9 terjadi peningkatan secara terus menerus.

  Namun sama seperti pH 9 pada percobaan dengan rambutan berbiji dan tidak berbiji dengan volume 20 ml, pada pH 9 terbentuk 2 lapisan yang tidak sempurna.

  Dari variasi pH yang telah dilakukan yaitu pH 3, 6 dan 9,kenaikan berat karet sempurna terjadi pada pH 6. Hal ini dikarenakan aktifitas asam dalam sistem,maka kemampuan ion H

  Perbandingan Volume, waktu pencampuran dan pH antara ekstrak rambutan berbiji dan tidak berbiji dengan ekstrak belimbing wuluh

  4

  8

  6

  8

  3

  6

  9

  12 pH B e ra t K a re t A k h ir R. Tidak berbiji R. berbij i

  2

  4

  6

  25 Volume Lateks (ml) B e ra t K a re t A k h ir (g r) R. Tanpa biji R. Berbiji

  Hasil riset untuk mengumpalkan lateks dengan menggunakan dua parameter. Yang pertama, pada volume lateks 10 ml dan volume rambutan 5 ml, 10 ml, dan 20 ml. Yang kedua, pada volume rambutan 10 ml dan volume lateks 5 ml, 10 ml dan 20 ml. Didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan pada volume 5 ml, 10 ml dan 20 ml baik menggunakan ekstrak rambutan tidak berbiji dan rambutan berbiji pada kedua parameter. Dari kedua parameter tersebut dapat terlihat bahwa parameter kedua (volume rambutan 10 ml dan volume lateks 20 ml) berat karet akhir lebih besar dibandingkan dengan parameter yang pertama. Pada volume lateks 20 ml hasil berat akhir karet lebih besar dibandingkan volume 5 ml dan 10 ml. Hal ini menunjukan bahwa pada volume 20 ml penggupalan lateks terjadi secara sempurna. Hasil riset ini hampir sama dengan riset untuk menggumpalkan lateks dengan menggunakan belimbing wuluh.

  5

  0.44 0.45 0.46 0.47 0.48 0.49 0.5 0.51 4 8 12 16 20 24 28 Waktu pencampuran (jam) B e ra t K a re t A k h ir ( g r) Belimbing wuluh

  Variasi waktu terhadap volume ekstrak rambutan 20 ml

  1

  2

  3

  4

  6

  24 mengakibatkan gangguan pada emulsi lateks

  4

  8

  12

  16

  20

  24

  28 Waktu pencampuran (jam) B e ra t K a re t A k h ir ( g r) R. Tidak Berbiji R. Berbiji Variasi waktu terhadap volume ekstrak belimbing wuluh

  20

  Pada belimbing wuluh terjadi peningkatan secara terus menerus dari volume ekstrak 2ml, 4 ml,6 ml dan 8 ml. Akan tetapi pada volume 10 ml terjadi penurunan berat karet dari berat sebelumnya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada volume 8 ml lateks menggumpal secara optimum dibandingkan dengan volume-volume yang lain. Untuk menggunakan ekstrak belimbing wuluh peningkatan sekitar + 0,001 sampai dengan 0,01 gram sedangkan untuk menggunakan ekstrak rambutan berbiji dan tanpa biji sekitar + 1 sampai dengan 2 gram.

  3

  Untuk mendapatkan waktu optimum menggunakan dua parameter. Parameter pertama menggunakan volume ekstrak rambutan 20 ml dan lateks awal 10 ml. Parameter kedua menggunakan volume ekstrak rambutan 10 ml dan lateks 20 ml. Berdasarkan variabel waktu optimum untuk menggumpalkan lateks menggunakan ekstrak rambutan di dapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan pada waktu 1 jam hingga 24 jam, dan pada waktu 24 jam penggumpalan terjadi sempurna dan berat karet yang dihasilkan lebih besar. Hal ini dapat terlihat pada masing- masing parameter.

  Hasil ini hampir sama dengan hasil riset yang menggunakan ekstrak belimbing wuluh. Pada waktu 1 jam hingga 16 jam terjadi peningkatan akan tetapi pada waktu 17 jam hingga 24 jam terjadi penurunan berat karet. Untuk menggunakan ekstrak rambutan waktu optimumnya lebih lama dibandingkan dengan menggunakan ekstrak belimbing wuluh yang lebih cepat 8 jam. Meskipun demikian persentase berat yang dihasilkan untuk ekstrak rambutan lebih besar dibandingkan dengan belimbing wuluh.

   Variasi volume ekstrak belimbing wuluh

  0.2 0.205 0.21 0.215 0.22 0.225 0.23 2 4 6 8 10 B 12 Volume Ekstrak belimbing wuluh (ml) e ra t K a re t k h ir ( g r) belimbing wuluh Variasi waktu terhadap volume ekstrak rambutan 10 ml

  1

  2

  4

  16

  5

  6

  7

  4

  8

  12

  28 Waktu pencampuran (jam) B e ra t k a re t A k h ir ( g r) R. Tidak Berbiji R. Berbiji

  variasi pH terhadap volume ekstrak sehingga emulsi tidak pecah dengan sempurna. rambutan 20 ml

  Kemudian pada pH 2,5 sampai dengan pH 5,0

  8 R. Tidak berbiji

  mulai terlihat penurunan berat karet yang

  ir

  7 h R. berbiji dihasilkan seiring dengan semakin naiknya pH k

  6 A air asam belimbing wuluh. t

  5 r) re

  4 a (g K

  3 V. KESIMPULAN DAN SARAN t ra

  2 Kesimpulan e B

  1

  1. Memberikan informasi pemanfaatan buah rambutan sebagai salah satu bahan

  3

  6

  9

  12 penggumpalan lateks. pH

  2. Volume optimum ekstrak rambutan berbiji dan tidak berbiji adalah:

  Variasi pH terhadap volume

  • Pada volume rambutan 20 ml dan lateks

  ekstrak rambutan 10 ml

  10 ml

  Pada volume rambutan 10 ml dan lateks

  • 10

  ir

  20 ml

  h

  8 k

  3. Waktu optimum pencampuran ekstrak

  A t

  6

  rambutan berbiji dan tidak berbiji

  r) re a (g

  adalah 24 jam

  K

4 R. tidak t

  berbiji 4. pH optimum ekstrak rambutan berbiji dan

  ra R. berbiji e

  2

  tidak berbiji adalah:

  B

  • pada pH 3 untuk ekstrak rambutan 20 ml dan lateks 10 ml

  3

  6

  9

  12

  • pada pH 6 untuk ekstrak rambutan 10 ml

  pH

  dan lateks 20 ml

  variasi pH terhadap volume ekstrak Saran belimbing wuluh 0.2 Setelah dilakukan penelitian ini, r)

  diharapkan dapat memotivasi para petani

  g ( 0.15 ir

  untuk lebih menggiatkan dalam menanam

  h k A 0.1 rambutan, dan dapat dilakukan penelitian t re

  lanjutan dengan menggunakan tanaman–

  a Belimbin k 0.05 t g wuluh

  tanaman lain yang mengandung asam yang

  ra e B 1 2 3 4 5 6 dapat menggumpalkan lateks karet. pH belimbing wuluh DAFTAR PUSTAKA

  Untuk variabel pH dalam menggumpalkan lateks Cut Fatimah Zuhra,Ssi.Msi, “Karet”, menggunakan ekstrak rambutan yang hasilnya terlihat

  Universitas Sumatera Utara Fakultas dari variasi pH yang dilakukan yaitu pH 3, 6, dan 9, Matematika dan Ilmu Pengetahuan kenaikan berat terjadi pada pH 3 dan 9. Namun, pada Alam, Medan,2006 pH 9 terbentuk 2 lapisan dimana lapisan atas tidak

  Paimin, Farry B dan Nazaruddin. “Karet, berbentuk padatan lateks melainkan lateks yang

  Strategis Pemasaran Budidaya dan

  berbentuk bubur,sedangkan lapisan bawah berbentuk

  Pengolahan”, Penebar

  gumpalan lateks,sehingga pada pH 9 ini emulsi lateks Swadaya,Jakarta,1998. tidak terbentuk secara sempurna. Sehingga dapat

  Susanto, Ivan. “Menentukan Kadar Zat disimpulkan bahwa pH optimum untuk ekstrak

  Menguap Produk Karet Kering

  rambutan pada pH 3. Sedangkan untuk variasi pH

  Olahan Crep Pada Klon Pb 260, Pb

  pada ektrak belimbing wuluh, berat karet yang

  280 Dan Bpm 109 Di Balai Penelitian

  dihasilkan mengalami kenaikan dari pH 1,5 hingga

  Sembawa”, Politeknik Negeri

  pH 2. Pada pH 2 merupakan pH alami ekstrak Srwijaya,Palembang,2004. belimbing wuluh. Hasil pada pH 1,5 lebih rendah

  Handayani, Lily. “Pengaruh Waktu Retensi karena penambahan asam yang berlebihan dapat

  Terhadap Parameter Limbah Pada

  Proses Pengolahan Limbah Cair di Pabrik Karet Balai Penelitian Sembawa”, Politeknik

  Negeri Sriwijaya, Palembang.2004. Bagakalie, Moehammad. ”Budidaya Rambutan Varietas Unggul”, Kanisius, Jogjakarta.1994.

  Suparlan, “Penggunaan air kelapa untuk

  menggumpalkan lateks segar”, Universitas

  Sriwijaya Fakultas Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam, Indralaya, 1990. Rukmana, Rahmat dan Yuyun. “Rambutan

  Komoditas Unggulan dan Prospek Agribisnis”, Kanisius,Jogjakarta.2002.

  Markodanet, Willy. “Karakteristik Mutu Karet Jenis

  Pb 217 Dengan Pembekuan Deorub Dan Asam Semut”, Politeknik Negeri

  Sriwijaya,Palembang,2004.

  belimbing wuluh matang sebagai penggumpal lateks pasca panen (study pengaruh volume, waktu pencampuran, temperatur dan pH)”. Universitas Sriwijaya.

  Palembang. 2008. NN. 2009. Wikipedia Indonesia, “Asam Sitrat”,

  www.wikipedia.co.id

  NN. 2009. Google Indonesia,” Upaya Industri Karet

  Nasional Dalam Menghadapi Persaingan Pasar Karet Remah Di Dunia Internasional “, www.google.co.id

  NN. 2009. Wikipedia Indonesia, “Asam Formiat”,

  www.wikipedia.co.id