Studi Kebijakan Pemanfaatan Frekuensi dalam Keterbatasan Alokasi Frekuensi Radio Komunitas Study of Frequency Utilization Policy in the Limitedness of Frequency Allocation for Community Radio
Community Radio
Tatiek Mariyati
Puslitbang Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Jl. Medan Merdeka Barat No.9 Jakarta 10110
tatiek_mar@yahoo.com
Naskah diterima: 10 Februari 2014; Direvisi: 25 Februari 2014; Disetujui: 3 Maret 2014
Abstract — spectrum of radio frequency is a limited natural berkaitan dengan perkembangan dan kelangsungan penyiaran resource and a strategic as well as having high economic value
radio komunitas seiring dengan perkembangan teknologi which must be managed effectively and efficiently in order to
informasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian obtain the resources by taking into account national and
kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif dan international legal norms. The community radio broadcasting
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif di dalam uses frequency allocation in the three canals namely at 107.7
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi MHz, 107.8 MHz, and 107.9 MHz frequency allocation to realize
pada saat penelitian. Seiring dengan kemajuan konvergensi the limitations of these policies need to be supported to develop
(penyatuan) pada ranah penyiaran, telekomunikasi dan community radio broadcasting and succeed in reaching their
informatika, maka kebijakan radio komunitas dalam pemilihan community members. Policy in question is related to the
yang digunakan untuk operasional penyiaran dapat melalui development and sustainability of community radio broadcasting
alternatif konvensional, siaran dengan memanfaatkan streaming along with the development of information technology. The
radio atau hanya streaming radio saja. Melalui studi ini method of this study used a qualitative research method with
ada dapat mendukung using descriptive analysis and tend to use the analysis and the
berkembangnya radio komunitas seiring perkembangan inductive approach in trying to describe a phenomenon, event,
teknologi informasi sehingga dapat mendukung pertumbuhan events that occur in the present. Along with the progress of
ekonomi dan sosal masyarakat.
convergence (unification) in the realm of broadcasting, telecommunications and informatics, the community radio policy
Kata kunci — Kebijakan, Frekuensi Radio, Radio komunitas
in the election that is used for broadcasting operations through a conventional alternative, broadcast by utilizing streaming radio or just streaming radio. Through this study are expected to
ENDAHULUAN I. P
existing policies to support the development of community radio
Spektrum frekuensi radio sebagai sumber daya alam yang
as the development of information technology in order to support economic growth and community social.
terbatas, harus sesuai dengan peruntukannya serta tidak saling menganggu mengingat sifat spektrum frekuensi radio dapat
Keywords — Policy, Radio Frequency, Radio community
merambat ke segala arah tanpa mengenal batas wilayah negara. Penggunaan spektrum frekuensi radio antara lain
Spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya — untuk keperluan penyelenggaraan jaringan telekomunikasi,
Abstrak
alam terbatas dan strategis serta mempunyai nilai ekonomis
penyelenggaraan telekomunikasi khusus, penyelenggaraan
tinggi sehingga harus dikelola secara efektif dan efisien guna
penyiaran, navigasi dan keselamatan, Amatir Radio dan
memperoleh manfaat yang optimal dengan memperhatikan
KRAP, serta sistem peringatan dini bencana alam yang sangat
kaidah hukum nasional maupun international. Radio komunitas
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
yang dalam penyiarannya menggunakan alokasi frekuensi pada
Sebagaimana diketahui, lahirnya Undang -Undang Nomor
tiga kanal yaitu pada 107.7 MHz, 107.8 MHz, dan 107.9 Mhz disadari adanya keterbatasan alokasi frekuensi ini perlu
32 tahun 2002 tentang Penyiaran merupakan pencapaian
didukung kebijakan yang dapat mengembangkan dan
penting di era reformasi dalam wujud produk demokrasi di
mensukseskan penyiaran radio komunitas dalam menjangkau
bidang penyiaran. Di dalam Undang Undang tersebut meliputi
anggota komunitasnya. Kebijakan dimaksud adalah yang
4 bentuk lembaga penyiaran, yaitu : Lembaga Penyiaran
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.12 No.1 Maret 2014 : 1 - 14 Publik – LPP, Lembaga Penyiaran Swasta-LPS, Lembaga
tetapi juga sebagai alat kontrol dan perekat sosial masyarakat, Penyiaran Berlangganan – LPB, dan lembaga penyiaran
khususnya lagi bagi masyarakat dalam komunitas ini. komunitas –LPK. Lembaga Penyiaran Komunitas merupakan
Sementara ketentuan umum terkait dengan operasional lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia,
radio komunitas, dinyatakan bahwa :
didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan
1. Spektrum frekuensi radio adalah sumber daya alam tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan
terbatas yang dikuasai oleh negara. wilayah
2. Penggunaan spektrum frekuensi radio wajib memiliki Izin komunitasnya (UU RI No.32, 2002). Menurut Suranto
terbatas, serta
untuk melayani
kepentingan
Stasiun Radio serta harus sesuai dengan peruntukannya (Suranto, 2011) mengatakan bahwa radio komunitas adalah
dan tidak saling mengganggu.
radio yang diudarakan dalam sebuah komunitas, untuk
3. Penggunaan spektrum frekuensi radio bukan merupakan komunitas, tentang komunitas, dan dikerjakan oleh komunitas
hak milik perseorangan, instansi pemerintah dan atau itu sendiri. badan hukum.
4. Penggunaan spektrum frekuensi radio harus sesuai dengan diungkapkan Hutabarat (2011) dalam (Takariani, 2013),
Peranan Radio Komunitas sangat strategis, seperti yang
Izin Stasiun Radio dan dilarang merubah dan atau banyak sekali peran dari radio komunitas, peran tersebut
mengganti frekuensi radio, data administrasi dan data terentang mulai dari menyuarakan aspirasi rakyat (petani,
teknis stasiun radio yang telah tercantum dalam Izin nelayan, urban, pengungsi, imigran, komunitas kulit
Stasiun Radio.
berwarna, penduduk asli, kaum minoritas, dan seterusnya),
5. Perubahan data administrasi, perpindahan alamat/lokasi mobilisasi, demokratisasi, membangun partisipasi rakyat,
dan data teknis stasiun radio harus mendapatkan atau memromosikan budaya lokal.
persetujuan dengan mengajukan permohonan perubahan Menurut (Birowo, Antonius, Prakoso, & Nasir, 2013),
kepada Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos Radio komunitas memiliki tiga ciri. Pertama, partisipasi
dan Informatika.
komunitas. Partisipasi warga dapat dilihat pada proses
6. Izin Stasiun Radio atau salinannya wajib ditempatkan pada pendirian, pengelolaan, serta evaluasi dan monitoring sebuah
lokasi.
stasiun radio komunitas. Kedua, kejelasan komunitasnya. Oleh karena itu, dalam hal alokasi kanal frekuensi, Radio komunitas memiliki khalayak yang jelas, yaitu warga
ketentuan-ketentuan yang diberikan kepada masyarakat radio yang berdiam di wilayah tertentu. Radio komunitas melayani
komunitas adalah alokasi tiga kanal, yaitu pada 107.7 MHz, jumlah anggota komunitas yang kecil. Ketiga, wilayah
107.8 MHz, dan 107.9 Mhz (UU No. 51, 2005). Persoalan cakupan terbatas. Radio komunitas melakukan siaran untuk
yang terjadi dengan keterbatasan alokasi frekuensi tersebut melayani kepentingan komunitas yang berada dalam
adalah adanya tumpang tindih frekuensi dengan sesama radio jangkauan siarannya.
komunitas lainnya atau dengan radio swasta, sehingga sampai Dengan berjalannya waktu, maka bermunculan radio
terjadi sesaknya ketiga kanal itu di suatu daerah, sehingga komunitas sehingga jumlahnya pun berkembang pesat. Radio- pada akhirnya menjadikan radio komunitas harus mengalah radio komunitas tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia
dalam menggunakan frekuensi. Ketentuan lainnya adalah yang yang sebagian di antaranya telah mengorganisasikan diri
memberi batas daya jangkau siaran hanya pada radius 2,5 km, dalam organisasi seperti : Jaringan Radio Komunitas
hal ini merupakan ketentuan yang menyulitkan radio Indonesia (JRKI), Jaringan Independen Radio Komunitas
komunitas yang pendengarnya tidak dibatasi oleh wilayah, (JIRAK), Forum Radio Kampus Bandung, dan lain-lain.
tetapi berdasarkan kesamaan visi yang diembannya. Misalnya Tabing dalam Masduki (Masduki, 2004), mengatakan bahwa
radio tentang pendidikan yang target pendengarnya tinggalnya daya tarik radio komunitas ini tidak hanya karena jumlahnya
tersebar di berbagai wilayah.
saja yang menjamur, namun radio komunitas merupakan salah Menurut Ulil Hakam (Hakim, 2011), Dosen Sekolah satu bagian media penyiaran yang memiliki strategi untuk
Tinggi Multi Media MMTC Yogyakarta dalam penelitiannya
menyajikan apa yang tidak bisa ditawarkan oleh radio lainnya “Konvergensi Media Dalam Radio Komunitas” telah
Dengan disahkannya Undang-undang nomor 32 tahun mengulas berbagai pandangan yang berkaitan dengan media 2002 tentang Penyiaran maka Radio Komunitas di Indonesia
komunitas dengan penekanan pada radio komunitas, yaitu : semakin memiliki posisi kuat. Dengan adanya UU No.32
1. Lembaga penyiaran komunitas merupakan lembaga tahun 2002 tentang penyiaran, radio komunitas di Indonesia
penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, mulai diakui keberadaanya, setelah sebelumnya pada akhir
didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen tahun 1990-an, radio komunitas seringkali diberi cap miring
dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas oleh pemerintah maupun kalangan legal pengguna frekuensi di
jangkauan wilayah terbatas serta untuk melayani udara. Dianggap sebagai radio ilegal, radio gelap, radio
kepentingan komunitasnya, (Pasal 21 UU Penyiaran perusak-pengganggu frekuensi, radio bawah tanah, sehingga
selalu dibayang-bayangi sweeping. Bahkan pemerintah
2. Menurut Fraser dan Estrada (2001: 29) terdapat menganggap bahwa radio komunitas dapat memicu konflik
perbedaaan antara lembaga penyiaran publik, komersial dan menyebabkan disintegrasi bangsa bernuansa SARA
penyiaran komersial (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) (Eddyono, 2012).
memperlakukan pendengar sebagai obyek, sedangkan Pemberdayaan radio komunitas penting bagi pembangunan
radio komunitas memperlakukan pendengar sebagai ekonomi
terlibat didalam penyiaran melalui radio komunitas bukan sekedar berfungsi
sosial masyarakat,
sebagai penyebar informasi, hiburan, dan pendidikan akan
Studi Kebijakan Pemanfaatan Frekuensi dalam Keterbatasan Alokasi Frekuensi Radio Komunitas (Tatiek Mariyati)
3. Menurut Ghazali (2002) dalam (Rachmiatie, 2007) Nomor 32 tahun 2002 dan jumlah radio komunitas telah media komunitas merupakan lembaga penyiaran yang
semakin bertambah dan semakin menambah kendala karena didirikan untuk melayani komunitas tertentu, baik dalam
dengan keterbatasan alokasi kanal frekuensi, terdapat konteks suatu batasan geografis maupun dalam konteks
kekurang-leluasaan masyarakat pengguna radio komunitas rasa identitas atau minat yang sama.
yang dikarenakan oleh aturan yang dibuat pemerintah ini Penilaian
Keterbatasan dalam jangkauan menyelenggarakan radio komunitas dapat digambarkan dalam
penyiarannya itulah yang menyebabkan radio komunitas tidak analisis kinerjanya. Di dalam pengukuran kinerja dengan
dapat mendukung visi dan misi komunitasnya dengan baik, menentukan tujuan dari penilaian, maka pengukuran
bahkan dirasa telah menjadikan masalah dalam pemanfaatan kinerjanya adalah untuk menilai hasil kerja (performance
frekuensi pada radio komunitas. Berbagai masalah juga outcomes ) ataupun menilai perilaku personal (personality).
muncul sehingga melalui penelitian ini diharapkan dapat Didalam melakukan pengukuran kinerja minimal mencakup
dirangkum permasalahan sekaligus solusinya. Karena itu tiga variabel yang harus menjadi pertimbangan yaitu, perilaku
disusunlah penelitian ini yang didasarkan pada pertanyaan (proses), output (produk langsung suatu program) dan dampak
berikut :
frekuensi radio pada menggambarkan dengan jelas bahwa pengukuran kinerja
program (outcomes).
penyelenggaraan radio komunitas dalam mendukung adalah sebuah proses kegiatan penilaian terhadap kinerja
informasi bagi kegiatan komunitasnya? dengan variabel tertentu yang sesuai dengan faktor-faktor
2. Strategi apa yang bisa diberikan untuk kelangsungan radio yang membentuk kinerja tersebut untuk melihat apakah tujuan
komunitas agar mendapatkan fasilitas siaran yang layak? dari lembaga tersebut telah tercapai dengan baik atau belum.
3. Kebijakan apa yang dapat diberikan pihak regulator yang Pelaku utama dalam menjalankan kegiatan lembaga tersebut
diharapkan dapat mendukung terselenggaranya operasional pun perlu dilakukan penilaian kinerjanya, karena kinerja
radio komunitas yang tertib sesuai peraturan perundangan merupakan suatu prestasi atau tingkat keberhasilan yang
yang berlaku?.
dicapai oleh individu atau suatu organisasi dalam
penelitian ini adalah melaksanakan pekerjaan pada suatu periode tertentu. Hal ini
Tujuan
dari
Menemukenali/inventarisasi permasalahan frekuensi radio sejalan dengan pengertian kinerja (performance) merupakan
pada radio komunitas dan merekomendasikan kebijakan kuantitas dan kualitas pekerjaan yang diselesaikan oleh
operasional Radio Komunitas sehingga meningkatkan kualitas individu, kelompok atau organisasi.
seluruh anggota komunitas dalam mencapai visi dan misinya; Jadi dapat dinyatakan bahwa radio komunitas dalam
Sedangkan sasaran dari penelitian adalah terwujudnya perkembangannya dan untuk mempertahankan eksistensinya
pemanfaatan frekuensi radio pada penyelenggaraan radio akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, dalam
komunitas dalam mendukung informasi bagi kegiatan hal ini pentingnya mempersiapkan input dalam bentuk
komunitasnya dengan mewujudkan operasional Radio program siaran yang membangun, memenuhi selera anggota
Komunitas yang transparan dan berkeadilan sesuai peraturan komunitas dan dengan fasilitas perangkat siar yang memenuhi
perundangan yang berlaku; Ditetapkannya strategi bagi radio persyaratan, serta pengaturan cashflow /perputaran keuangan
kelangsungannya agar mendapatkan yang mencukupi untuk operasional siaran dan penunjangnya.
komunitas untuk
kelayakan fasilitas siaran dan yang dapat memenuhi harapan Desain penelitian kualitatif dengan format verifikatif yang
dalam mewujudkan bersifat induktif dan berparadigma fenomenologis diharapkan
komunitasnya;
Kebijakan
Radio Komunitas yang dapat memberikan hasil dari penelitian ini yang merupakan
terselenggaranya
operasional
mengoptimalkan penggunaan radio komunitas dan perangkat penelitian eksplorasi dan memainkan peranan yang amat
informasi lainnya dalam pengembangan perannya. penting dalam menciptakan hipotesis atau pemahaman tentang
Ruang lingkup dari penelitian meiputi Peraturan berbagai variable sosial. Oleh karena itu penelitian ini
perundangan yang berkaitan dengan radio komunitas dan menggunakan
frekuensi radio, Kebijakan digitalisasi dan teknis pengaturan menggunakan analisis deskriptif dan menggunakan analisis
frekuensi, Kegiatan radio komunitas dan kelengkapan dengan pendekatan induktif di dalam mendeskripsikan suatu
perangkat penyiaran; dan Inventarisasi kebijakan regulasi gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat penelitian
Radio Komunitas.
dilakukan. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan Dengan berlakunya ketentuan sesuai Undang Undang
penelitian “Studi Kebijakan Dalam Pemanfaatan Frekuensi Nomor 32 tahun 2002, maka ada beberapa hal yang
Radio Komunitas ”.
memberatkan masyarakat radio komunitas adalah ketentuan
1. Pemanfaatan Frekuensi Radio Komunitas adalah suatu dibatasinya dengan ketat alokasi frekuensi pada tiga kanal
upaya dalam organisasi radio komunitas yang mempunyai yaitu pada 107.7 MHz, 107.8 MHz, dan 107.9 Mhz.
kegiatan dan maksud dan tujuan yang sama pada suatu Keterbatasan yang diberikan telah menyebabkan suara siaran
membangun komunikasi menjadi tumpang tindih antar frekuensi radio komunitas
memanfaatkan keberadaan perangkat dan infrastruktur dengan sesama radio komunitas maupun antara radio
radio komunitas sebagai kontak komunikasi dengan/antar komunitas dengan radio swasta. Sesaknya ketiga kanal itu di
anggotanya dengan keterbatasan alokasi kanal ini suatu daerah telah berdampak pada radio komunitas yang
membuat para pengguna radio komunitas perlu melakukan harus menggunakan frekuensi lain.
pemanfaatan frekuensi radio dalam upaya optimalisasi Kesempatan untuk membangun siaran radio komunitas
kinerja mencapai visi dan misi masing masing radio semakin berkembang setelah berlakunya Undang Undang
komunitas dan dengan memanfaatkan teknologi informasi
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.12 No.1 Maret 2014 : 1 - 14
yang sudah berkembang, sehingga dapat mencapai visi dan secara bertanggung-jawab, selaras dan seimbang antara misi suatu komunitas.
kebebasan dan kesetaraan menggunakan hak antar elemen
2. Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk
di Indonesia.
suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk
2) Pemanfaatan frekuensi. Bahwa untuk menjaga integrasi grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak,
nasional, kemajemukan masyarakat dan terlaksananya yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran.
otonomi daerah maka perlu dibentuk sistem penyiaran
3. Penyiaran adalah Kegiatan pemancarluasan siaran melalui nasional yang menjamin terciptanya tatanan system sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di
penyiaran yang adil, merata dan seimbang guna laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media
3) Pengelolaan, pengalokasian dan penggunaan spektrum lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan
frekuensi radio harus tetap berlandaskan pada asas bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima
lembaga penyiaran dan siaran.
untuk kemakmuran
4. Penyiaran Radio adalah media komunikasi massa dengar, masyarakat seluas-luasnya, sehingga terwujud diversity of yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk
ownership dan diversity of content dalam dunia penyiaran. suara secara umum dan terbuka, berupa program yang
4) Informasi. Bahwa Lembaga penyiaran (radio) merupakan teratur dan berkesinambungan.
media informasi dan komunikasi yang mempunyai peran
penting dalam penyebaran informasi yang seimbang dan elektromagnetik yang dipergunakan untuk penyiaran dan
5. Spektrum Frekuensi
setimpal di masyarakat, memiliki kebebasan dan merambat di udara serta ruang angkasa tanpa sarana
tanggungjawab dalam menjalankan fungsinya sebagai penghantar buatan, merupakan ranah publik dan sumber
media informasi, baik dalam kegiatan terkait dengan daya alam terbatas.
pendidikan, hiburan, kontrol maupun sebagai perekat
6. Komisi Penyiaran Indonesia adalah lembaga negara yang
sosial.
bersifat independen yang ada di pusat dan di daerah yang
5) Radio Based Community Development and Disaster Risk tugas dan wewenangnya diatur dalam Undang Undang ini
radio komunitas telah sebagai wujud peran serta masyarakat di bidang penyiaran.
Reduction .
Keberadaan
menunjukkan perannya dan telah menjadi sarana
7. Izin Penyelenggaraan Penyiaran adalah hak yang diberikan pengembangan komunitas dan program pengurangan/ oleh
negara kepada
penanggulangan risiko bencana.
menyelenggarakan penyiaran.
6) Menyiarkan Promosi Budaya Lokal. Radio komunitas memiliki
cukup penting dalam INJAUAN II. T P USTAKA mempromosikan budaya lokal tempat radio komunitas
peran
yang
radio komunitas yang Lopes, 2013), radio komunitas merupakan salah satu bentuk
Menurut Lewis (2008) dalam (Nassanga, Manyozo, &
didirikan.
Umumnya
mempromosikan budaya pada acaranya seluruhnya penyiaran yang memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan
lagu-lagu lokal dan dengan penyiaran lainnya, yaitu : 1) berbasis komunitas; 2)
menceritakan sejarah masa lalu desa dan wilayah setempat. tidak berorientasi profit (keuntungan); 3) Dimiliki oleh dan
7) Radio Komunitas Mengontrol Pembangunan. Radio bertanggungjawab kepada komunitas yang dilayaninya; 4)
komunitas juga berperan sebagai fungsi kontrol terhadap Adanya partisipasi dari komunitas didalam program siaran dan
kinerja pemerintah didaerah tempat radio komunitas manajemen.
didirikan. Misalnya menyiarkan adanya permasalahan/ Radio komunitas juga sering disebut sebagai radio sosial,
temuan dari hasil investigasi lapangan dalam pelaksanaan radio pendidikan, atau radio alternatif. Intinya, radio
pembangunan di wilayahnya. komunitas adalah "dari, oleh, untuk dan tentang komunitas".
program-program
Disamping juga menyampaikan berita-berita kemajuan Dari semua rangkuman di atas, dapat diartikan bahwa
pembangunan wilayahnya, transparansi penggunaan dana Radio Komunitas merupakan radio siaran yang beroperasi
program dan implementasinya di lapangan. atau bersiaran dalam suatu komunitas, dilakukan untuk
8) Diversifikasi Media Radio Komunitas. Radio komunitas kepentingan komunitas, dioperasikan oleh komunitas, dan isi
mempererat hubungan antar radio komunitas untuk siarannya berkaitan dengan komunitas itu sendiri. Radio
melakukan saling tukar informasi, yang oleh Combine komunitas sebagai salah satu bagian dari sistem penyiaran
Resource Institution -(CRI) memperkenalkan sistem Indonesia ikut berpartisipasi dalam penyampaian informasi
informasi antar komunitas yaitu melalui Saluran yang dibutuhkan komunitasnya, baik menyangkut aspirasi
(SIAR). Sistem ini warga masyarakat maupun program-program yang dilakukan
komunitas melalui pemerintah untuk secara bersama-sama menggali masalah dan
menghubungkan
radio-radio
teknologi internet sehingga selain melakukan siaran juga mengembangkan potensi yang ada di lingkungannya.
meng-upload materi siaran melalui web suara komunitas. Keberadaaan radio komunitas salah satunya adalah untuk
Secara umum karakteristik dari media komunitas mewujudkan terciptanya tata pemerintahan yang baik dengan
menurut Jankowski et all (2002) dalam (Hakim, 2011), memandang asas-asas sebagai berikut:
sebagai berikut.
1) Hak asasi manusia. Bahwa kemerdekaan menyampaikan 1). Obyektif dalam menyampaikan berita dan informasi pendapat dan memperoleh informasi melalui penyiaran
yang relevan.
sebagai perwujudan hak asasi manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dilaksanakan
Studi Kebijakan Pemanfaatan Frekuensi dalam Keterbatasan Alokasi Frekuensi Radio Komunitas (Tatiek Mariyati) 2). Kepemilikan dan kontrol dilakukan oleh komunitas
Pasal 24
setempat, pemerintah lokal, dan komunitas yang (1) Lembaga Penyiaran Komunitas wajib membuat kode berbasis organisasi.
etik dan tata tertib untuk diketahui oleh komunitas dan 3). Isi/content berorientasi lokal dan produksi sendiri;
masyarakat lainnya.
4). Produksi media: melibatkan non profesional dan (2) Dalam hal terjadi pengaduan dari komunitas atau volunteer / sukarela,
masyarakat lain terhadap pelanggaran kode etik dan/atau 5). Distribusi: melalui udara; infrastruk ‐ tur televisi kabel;
tata tertib, Lembaga Penyiaran Komunitas wajib atau jaringan elektronik lainnya;
melakukan tindakan sesuai dengan pedoman dan 6). Audiens: lokasinya dalam lingkungan yang relatif kecil,
ketentuan yang berlaku.
dalam lingkup geografis meskipun secara fisik audiensnya menyebar.
Di dalam pengelolaan radio komunitas terkait pula dengan 7). Pembiayaan/financing: tidak komersial, meskipun dana
pengelolaan keuangan, karena sebagai usaha non profit ini dapat diperoleh dari kerjasama dengan sponsor, iklan,
harus mengeluarkan dana yang harus bisa ditanggulangi setiap dan subsidi pemerintah.
periodenya. Sementara dalam beberapa radio komunitas yang sangat sederhana, pengelolaan keuangan masih belum
Di dalam penyelenggaraan radio komunitas diatur akuntabel. Karena itu perlu disampaikan pengertian diantaranya pada Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002
Manajemen Keuangan.
khususnya yang berkaitan dengan radio komunitas, yaitu pada Pengertian manajemen keuangan ditafsirkan beragam.
Bagian Keenam Lembaga Penyiaran Komunitas.
Menurut Prof Dr. Bambang Riyanto, manajemen keuangan Pasal 21
adalah “semua aktivitas perusahaan yang bersangkutan (1) Lembaga Penyiaran Komunitas sebagaimana dimaksud
dengan usaha mendapatkan dana yang dibutuhkan oleh dalam Pasal 13 ayat (2) huruf c merupakan lembaga
perusahaan dan usaha untuk menggunakan dana tersebut penyiaran
yang
seefisien mungkin.”
berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh k Dari aspek manajemen pengertian tersebut berarti omunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak
manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan
analisis dan pengendalian kegiatan keuangan perusahaan. wilayah
Fungsi Manajemen Keuangan ada dua yaitu mencari dana kepentingan komunitasnya.
yang dibutuhkan perusahaan dan menggunakan dana yang (2) Lembaga Penyiaran Komunitas sebagaimana dimaksud
diperoleh secara efisien .
dalam ayat (1) diselenggarakan :
1. Fungsi pertama : mencari dana berarti meliputi berbagai
a. Tidak untuk mencari laba atau keuntungan atau tidak kegiatan menemukan, menganalisis serta memutuskan merupakan bagian perusahaan yang mencari
sumber dana mana yang akan dipilih dan diambil serta keuntungan semata; dan
berapa jumlahnya Melalui pelaksanaan fungsi ini akan
b. Untuk mendidik dan memajukan masyarakat dalam terbentuk struktur finansial dan struktur modal. mencapai kesejahteraan, dengan melaksanakan
Struktur finansial adalah susunan seluruh sumber dana program acara yang meliputi budaya, pendidikan,
perusahaan (jangka pendek dan jangka panjang) yang dan informasi yang menggambarkan identitas bangsa.
tercermin dalam neraca bagian kredit, sedangkan struktur (3) Lembaga Penyiaran Komunitas merupakan komunitas
modal adalah susunan sumber dana jangka panjang nonpartisan yang keberadaan organisasinya
perusahaan yang terdiri dari hutang jangka panjang dan
a. tidak mewakili organisasi atau lembaga asing serta
ekuitas (modal sendiri).
bukan komunitas internasional
2. Fungsi kedua : menggunakan dana berarti kegiatan
b. tidak terkait dengan organisasi terlarang; dan merencanakan, menganalisis serta memutuskan aktiva apa
c. tidak untuk kepentingan propaganda bagi kelompok yang akan dibiayai dan berapa jumlahnya sehingga dapat atau golongan tertentu.
memberikan
keuntungan sekaligus meningkatkan nilai perusahaan. Melalui pelaksanaan
peningkatan
Pasal 22
fungsi ini akan diperoleh struktur kekayaan (aktiva). (1) Lembaga Penyiaran Komunitas didirikan atas biaya
yang diperoleh dari kontribusi komunitas tertentu dan
A. Strategi Analisis
menjadi milik komunitas tersebut. Seperti telah dijelaskan bahwa Studi Kebijakan Dalam (2) Lembaga Penyiaran Komunitas dapat memperoleh
Keterbatasan Alokasi sumber pembiayaan dari sumbangan, hibah, sponsor,
Frekuensi Radio Komunitas ini menggunakan metode dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif
Pasal 23
dan menggunakan analisis dengan pendekatan induktif di (1) Lembaga Penyiaran Komunitas dilarang menerima
dalam mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian di bantuan dana awal mendirikan dan dana operasional dari
lapangan. Di dalam strategi analisis data, desain deskriptif- pihak asing.
kualitatif juga disebut sebagai kuasi kualitatif atau desain (2) Lembaga Penyiaran Komunitas dilarang melakukan
kualitatif semu. Oleh karena itu desain strategi ini belum siaran iklan dan/atau siaran komersial lainnya, kecuali
benar benar kualitatif karena konstruksinya masih dipengaruhi iklan layanan masyarakat.
oleh tradisi kuantitatif, terutama dalam menempatkan teori pada data radio komunitas dengan berbagai masalah nya.
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.12 No.1 Maret 2014 : 1 - 14
B. Radio Komunitas Tentang Rencana Induk (Master Plan) Frekuensi Radio Radio Komunitas. Pengelolaan radio Komunitas dilakukan
Penyelenggaraan Telekomunikasi Khusus untuk Keperluan berdasarkan hasil diskusi dan kesepakatan bersama warga,
Radio Siaran FM (Frequency Modulation) sebagaimana telah berbeda dengan pengelolaan radio swasta yang didasarkan
diubah dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM. pada
15 Tahun 2004. Perubahannya adalah pada Pasal 5 ayat (2) selera/kreativitas
hasil pemeringkatan oleh surveyor dan juga
lebih diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: mengutamakan kepentingan dan kebutuhan warga di wilayah
tempat radio tersebut melakukan siaran. Dalam siarannya (2) Perencanaan kanal frekuensi radio sebagaimana radio komunitas menyajikan tema-tema yang dibutuhkan
dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai berikut: warga setempat yang biasanya ditetapkan dalam acara rembug
a. Kanal frekuensi radio 1 s/d 200 untuk radio penyiaran warga komunitas. Dalam siarannya, bahasa yang digunakan
public dan radio penyiaran swasta; radio komunitas umumnya menggunakan bahasa daerah,
b. Kanal frekuensi radio 201 untuk kanal frekuensi radio dengan alasan kalau menggunakan bahasa daerah dirasakan
pemisah (guard band);
lebih mengakrabkan dengan anggota komunitas.
c. Kanal frekuensi radio 202, 203, dan 204 untuk radio Radio komunitas di Indonesia mulai berkembang pada
penyiaran komunitas.
tahun 2000 sebagai perkembangan dari era reformasi pada tahun 1998. Keberadaan radio komunitas di Indonesia
Selain itu, diantara Pasal 13 dan Pasal 14 disisipkan 1 (satu) semakin kuat setelah disahkannya Undang-undang nomor 32
pasal yaitu Pasal 13 A sebagai berikut: tahun 2002 tentang Penyiaran.
Pasal 13 A
C. Jaringan Radio Komunitas Indonesia Penyelenggara radio penyiaran publik dan penyelenggara Jaringan
radio penyiaran swasta yang menggunakan kanal frekuensi dideklarasikan pada tahun 2002. Di dalam organisasi JRKI
radio 201 wajib menyesuaikan kanal frekuensi radio yang terdapat jaringan radio komunitas daerah yaitu JRK Sumatra
digunakannya berdasarkan ketentuan yang diatur lebih lanjut Barat, JRK Lampung, JRK Jabotabek & Banten, JRK Jawa
oleh Direktur Jenderal.
Barat, JRK Jawa Tengah, JRK Yogyakarta, JRK Jawa Timur, Dengan diberlakukannya atas perubahan Keputusan JRK Bali, JRK Lombok, JRK Sulawesi Selatan dan Sulawesi
tersebut, Penyiaran Radio Komunitas masih tetap menempati Barat, dan JRK Papua. Agenda utama JRKI adalah advokasi
frekuensi sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri terhadap
Perhubungan Nomor KM 15 Tahun 2004 yakni pada kanal demokratisasi penyiaran. Radio komunitas sampai saat ini
penyiaran komunitas di
Indonesia
menuju
frekuensi radio 202, 203, dan 204 atau pada frekuensi FM masih menghadapi kesulitan di regulasi. Setelah mendapat
107,7 Mhz; 107,8 Mhz; 107,9 Mhz, dengan power dan pengakuan dari UU Penyiaran tahun 2002, regulasi yang
jangkauan juga tetap yaitu power maskimal 50 watt dan berada di bawahnya seperti Peraturan Pemerintah yang
jangkauan layanan maksimal 2,5 km daya pancar. mengatur lebih detail soal perizinan atau frekuensi masih
F. Partisipasi Komunitas
belum mendukung perkembangan radio komunitas. Partisipasi pada operasional radio komunitas, tidak selalu
D. Persyaratan Radio Komunitas diikuti oleh semua warga anggota dari radio komunitas untuk Radio Komunitas selaku sebuah lembaga penyiaran diatur
dapat berpartisipasi aktif dalam mendukung kontinuitas siaran. sesuai Undang Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang
Berbagai kondisi atau kegiatan para anggota komunitas telah Penyiaran dan Undang Undang No 36 tahu 1999 tentang
membuat minimnya partisipasi warga anggota radio Telekomunikasi.
Komunitas komunitas. Upaya untuk memiliki radio komunitas sudah mempunyai kewajiban dan berbagai persyaratan yang perlu
Oleh
karena itu
Radio
terlihat dengan banyaknya berbagai komunitas dalam ditaati dan dipatuhi, diantaranya :
usahanya agar dapat memiliki radio komunitas. Untuk
mendukung keterlibatan para anggota komunitas maka perlu Komunitas wajib memperoleh Izin Penyelenggaraan
1. Sebelum menyelenggarakan
kegiatannya,
Radio
ditindaklanjuti dengan perlunya memfasilitasi dan mendorong Penyiaran (IPP).
komunitasnya untuk dapat mewujudkan keberadaan radio
2. Sebagai salah satu pengguna frekuensi, Radio Komunitas komunitas yang memberi akses komunikasi dengan kegiatan juga diwajibkan memiliki Izin Stasiun Radio (ISR).
Kemampuan para
3. Batasan persyaratan diantaranya radius jangkauan siaran penyelenggara radio komunitas selaku sumber daya manusia hanya 2,5 km atau berdaya pancar 50 W dengan diberi 3
diharapkan memiliki kualitas yang dapat mengelola dan kanal (202,203,204) dengan alokasi frekuensi 107,7 Mhz,
menyelenggarakan radio komunitas di dalam memenuhi 107,8 Mhz, dan 107,9 Mhz.
harapan masyarakat komunitasnya. Umumnya pada radio
4. Tidak boleh beriklan komunitas yang bergerak di bidang pertanian, peternakan,
5. Modal usaha dari anggota komunitas, persetujuan tertulis perkebunan dan berbagai komunitas lainnya masih ada minimal 51% jumlah penduduk dewasa
kendala untuk mendorong komunitasnya ikut berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan penyiaran radio komunitas,
E. Frekuensi dan Jangkauan karena berbagai kendala yang dihadapi, diantaranya
Menurut ketentuan Kepmenhub no 15 tahun 2002 dan no ketidakmampuan dalam berpartisipasi aktif karena secara 15A tahun 2003 yang diperbarui menjadi Permen Kominfo
teknologi informasi memang kurang memahami, terlalu sibuk Nomor 13 Tahun 2010 ada beberapa ketentuan dalam
bekerja seharian, tetapi senang mendapatkan informasi tentang Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM.15 Tahun 2003
bidang komunitasnya, sehingga hanya bisa berperan sebagai
Studi Kebijakan Pemanfaatan Frekuensi dalam Keterbatasan Alokasi Frekuensi Radio Komunitas (Tatiek Mariyati) anggota komunitas yang pasif. Menghadapi hal demikian
telematika, jelas semakin melemahkan daya hidup radio tentu pengelola radio komunitas lebih berpartisipasi aktif
komunitas.
dalam mengendalikan
Tekanan yang lebih besar lagi menimpa para penggiat komunitasnya sehingga dapat memajukan wawasan dan
radio komunitas yang memilih untuk melakukan siaran secara kemampuan komunitasnya.
konvensional (menggunakan spektrum frekuensi radio) dan juga menayangkan siarannya secara online melalui streaming
G. Perkembangan teknologi multi media
di internet.
Firdaus Cahyadi, dalam “opini” Koran Tempo, 25 April Dengan upaya radio komunitas memanfaatkan streaming
2012 menyatakan bahwa
di internet, maka kewajibannya adalah harus mendapatkan dua telekomunikasi dan informatika (telematika) berkembang
perkembangan
teknologi
ijin dari Menteri. Ijin pertama adalah penggunaan spektrum pesat.
frekuansi radio dan ijin ke dua adalah sebagai penyelenggara konvergensi
telematika. Selain itu, radio komunitas yang memilih bersiaran telekomunikasi dan informatika. Dalam perkembangannya
secara konvensional dan online juga harus membayar Biaya teknologi telematika yang makin konvergen ini telah menjadi
Hak Penyelenggaraan (BHP) telematika dan Biaya Hak peluang bagi penggiat multimedia, baik dari perusahaan
Penggunaan (BHP) spektrum frekuensi radio. maupun komunitas. Dengan kemajuan teknologi telematika,
Keberadaan radio komunitas yang hendak memanfaatkan kini masyarakat bisa menonton televisi melalui teknologi
kemajuan teknologi telematika, menghadapi perkembangan streaming . Disamping itu masyarakat juga bisa mendengarkan
dan peraturan yang dirasakan memberatkan dapat menjadikan radio melalui streaming di internet. Streaming radio di internet
kondisi yang sederhana pada radio komunitas semakin ini merupakan anugerah bagi radio komunitas karena
tertekan sehingga melemah. RUU Konvergensi Telematika keberadaan teknologi streaming ini telah menjadi peluang
dirasakan dari awalnya memang tidak memberikan ruang yang baru bagi penggiat radio komunitas yang selama ini terkendala
cukup layak bagi kepentingan publik.
persoalan jangkauan
menyelenggarakan siaran radio komunitas yang terjangkau terutama oleh seluruh anggota komunitasnya sangat
H. Hasil penelitian sebelumnya
diuntungkan dengan kemajuan teknologi telematika ini, Penelitian yang dilakukan oleh Ambar Sari Dewi, dkk - sehingga para penggiat radio komunitas dapat memilih untuk
2008), pada penelitian ke Radio Komunitas Angkringan, lebih menggunakan cara konvensional (menggunakan spektrum
melihat pada upaya yang dilakukan oleh Radio Komunitas frekuensi radio) dengan memiliki jangkauan yang terbatas
Angkringan (RKA) di Yogyakarta. Adanya usaha untuk pada radius yang ditetapkan di sekitar keberadaan stasiun
mengatasi kesenjangan teknologi di desa, diupayakan dengan radio komunitas atau siaran radio komunitas hanya
melakukan pemerataan koneksi internet warga melalui Radio ditayangkan melalui streaming di internet atau bersiaran
Kusir ‐Angkringan. RKA melakukan pendistribusian internet secara konvensional tetapi juga menayangkan siarannya
kepada warga/komunitas dalam modifikasi RT/EW-net melalui streaming di internet sehingga membuat jangkauan
melalui teknologi nirkabel dengan antena wajanbolic sebagai pendengar radio komunitas semakin luas.
penerima sinyal koneksi jaringan internetnya. Dari Penelitian Yang masih perlu dipertanyakan adalah jika radio
tersebut dinyatakan bahwa penerapan berbagai macam komunitas menayangkan siarannya secara online masuknya
teknologi baru pada RKA diupayakan untuk memberdayakan kedalam kategori penyelenggara telematika non komersial.
warga/komunitas.
Jika melihat pasal dalam draft RUU Konvergensi Telematika, Hasil penelitian menyatakan bahwa perlu melanjutkan dan radio komunitas tidak termasuk dalam penyelenggara
melengkapi penelitian sebelumnya. Dengan lebih melihat pada telematika
Konvergensi fakta yang terjadi di RKA FM dalam melakukan konvergensi Telematika, penyelenggara telematika non-komersial adalah
media melalui pemanfaatan internet dan media website penyelenggara telematika untuk keperluan pertahanan dan
sebagai upaya menyediakan sarana informasi dan komunikasi keamanan nasional, kewajiban pelayanan universal, dinas
yang mudah dan murah kepada masyarakat di desa untuk khusus dan perorangan.
memberikan akses informasi seluas ‐luasnya mengingat Jika radio komunitas menayangkan siarannya secara online
keterbatasan rakom sebagai media informasi bagi warga di dikategorikan
non- desa Timbulharjo yang kurang maksimal. komersial pun, tetap saja memberatkan aktivitasnya. Pasalnya,
sebagai
penyelenggara telematika
Terbatasnya radius siaran Lembaga Penyiaran Komunitas para penggiat radio komunitas harus tetap membayar Biaya
dibatasi maksimum 2,5 km (dua setengah kilometer) dari Hak Penyelenggaraan (BHP) telematika dan mendapat ijin
lokasi pemancar atau dengan ERP (effective radiated power) dari Menteri.
maksimum 50 (lima puluh) watt, tidak memungkinkan bagi Bagi radio komersial yang berorientasi profit disamping
sebuah radio komunitas dapat sepenuhnya menginformasikan berafiliasi dengan media konglomerasi, mungkin bukan
masalah lokal kepada warga komunitasnya dengan maksimal, menjadi persoalan besar. Tetapi bila yang menghadapi
dan juga tuntutan warga untuk mendapatkan informasi dan masalahnya adalah radio komunitas tentu akan menjadi
komunikasi yang lebih luas. Keterbatasan ini dirasakan persoalan yang serius.
menghambat peran RKA sebagai satu ‐satunya media Radio komunitas dalam siarannya yang langsung secara
komunikasi dan informasi bagi warga/ komunitas di desa online akan dapat menjangkau pendengarnya, disamping juga
Timbulharjo.
dapat menghemat biaya operasional. Tetapi kalau efeknya Fenomena kesenjangan tersebut, akhirnya dapat teratasi kemudian Radio Komunitas berkewajiban membayar BHP
dengan hadirnya internet yang memungkinkan untuk
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.12 No.1 Maret 2014 : 1 - 14 pengembangan akses komunikasi dan informasi, karena dapat
J. Kebijakan
menembus ruang dan waktu. Itu sebabnya, sejak tahun 2005 Menurut Harold D. Laswell dan Abraham Kaplan dalam RKA mengawali menggunakan internet, untuk kebutuhan
(Azhar, n.d) kebijakan diartikan sebagai “suatu program akses internet yang dikelola oleh SIAR setelah RKA
pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek praktek yang tergabung dengan SIAR (siar.or.id), dan juga adanya bantuan
terarah”(a projected program of goals, values and practice). peralatan yang diberikan oleh KOMINFO pada tahun 2007.
Sedangkan Carl D. Friedrick dalam (Azhar, n.d) mengartikan kebijakan Keterbukaan yang tumbuh pada masyarakat desa Timbulharjo
sebagai “serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang kelompok atau ternyata tidak hanya berkutat di masalah lokalitas di desa,
pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukkan tetapi juga pada teknologi yang ada saat ini di mana internet
hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan mampu menarik keingintahuan mereka. Hal ini dicerna oleh
usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan” (a proposed pengelola Radio Komunitas Angkringan dengan memberikan
course of action of a person, group, or government within a given media baru bagi mereka, yaitu internet, yang telah ada di
environment providing obstaeles and opportunities which the policy was Stasiun radio sejak tahun 2005. Radio ini telah bergabung
proposed to utilized and overcome in and effort to reach a goal or realize an dengan SIAR (http://www.siar.co.id).
objective or a purpose ).
Perkembangan internet ternyata mendapat respon positif Kebijakan memuat 3 (tiga) elemen, meliputi : dari warga. Warga memanfaatkan internet untuk mencari
1. Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai informasi keseharian, (bahan ‐bahan untuk sekolah dan
2. Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang pekerjaan), chatting dan browsing saja. Pemanfaatan internet
diinginkan.
oleh pengelola Angkringan adalah untuk mengunduh berita
untuk memungkinkan dari SIAR dan Combine untuk materi siarannya. Pada
pelaksanaan secara nyata dari taktik atau strategi. perkembangannya
(angkringan.web.id) menjadi salah satu media yang ETODE III. M P ENELITIAN memadukan
radio dan bulletin
dari RKA
kepada
A. Pendekatan Penelitian
komunitasnya tidak hanya komunitas lokal, tetapi dapat
diakses secara global, Namun, dalam perkembangannya Studi Kebijakan Dalam Pemanfaatan Frekuensi Radio pengelolaan website (angkringan.web.id) dan juga koneksi
Komunitas ini menggunakan metode penelitian kualitatif internet (kusir angkringan) belum dapat dilakukan dengan
dengan menggunakan analisis deskriptif dan cenderung baik oleh manajemen.
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan
I. Manajemen kinerja radio komunitas makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif ini. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
Saat ini telah terjadi perubahan-perubahan yang begitu berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian cepat dan bahkan tidak terduga. Seperti halnya perubahan- yang terjadi pada saat sekarang. Model induksi ini tidak perubahan yang terjadi pada masalah teknologi, ekonomi, mementingkan teori, tetapi fokus pada data lapangan. Data system pasar dan juga persaingan. Oleh karena itu bidang lapangan nantinya amat sangat penting, sedangkan teori akan usaha perusahaan apapun harus melakukan perubahan dengan dibangun berdasar temuan data di lapangan. Jadi data mengubah semua kebiasaan yang sudah dilakukan selama ini diusahakan diperoleh terlebih dahulu untuk mengungkap untuk menghadapi tingkat persaingan yang tinggi dan untuk misteri penelitian Studi Kebijakan Dalam Pemanfaatan mencapai sasaran yang diinginkan. Untuk itu diperlukan suatu Frekuensi Radio Komunitas tanpa dipengaruhi oleh teori. pendekatan baru dalam mengevaluasi kinerja karyawan yang Teori baru akan dipelajari bila data sudah diperoleh, sehingga dikenal
dengan Manajemen
Kinerja
(Performance
originalitas data tetap akan terjaga (Bungin, 2009). Management ).
Pendekatan penelitian deskriptif memusatkan perhatian Universitas Esa Unggul). kepada pemecahan masalah-masalah aktual sebagaimana Pada manajemen kerja terdapat tahapan dan proses adanya pada saat penelitian dilaksanakan; manajemen kinerja yaitu Dalam studi Kebijakan Dalam Pemanfaatan Frekuensi
1. perencanaan kinerja, Radio Komunitas ini, penelitian deskriptif lebih berfungsi
2. pengelolaan kinerja, untuk pemecahan praktis terhadap permasalahan yang
3. penilaian kinerja dan dihadapi dari pada pembangunan Radio Komunitas.
4. penghargaan kinerja. Sebagaimana diketahui ciri-ciri penelitian kualitatif Dengan menerapkan manajemen kinerja ini diharapkan, mewarnai sifat dan bentuk laporannya, sehingga analisisnya kinerja radio komunitas akan meningkat dan sesuai dengan menggunakan analisis kualitatif yang disusun dalam bentuk yang diharapkan sehingga radio komunitas mampu bersaing di narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta menunjukkan arena lokal, regional maupun global. ciri-ciri naturalistik yang penuh keotentikan. Karena itu akan Dalam
disampaikan kondisi yang aktual ada di lapangan, mengharapkan agar terjadi kelangsungan penyiaran radio mendiskripsikan gejala, peristiwa dan kejadian yang ada di komunitas dengan tanpa kendala. Para penyelenggara siaran lapangan saat dilakukan survey Penelitian akan dilakukan radio komunitas memiliki kinerja yang baik supaya dapat pada wilayah kota dengan peran radio komunitasnya memiliki mendukung pencapaian sasaran terjangkau dan diminati permasalahan pada pemanfaatan frekuensi pada masing- komunitasnya. Karenanya diperlukan suatu sistem yang dapat
masing wilayahnya.
mengevaluasi kinerja radio komunitas. Pengambilan data dengan purposive sampling dengan
pertimbangan kepentingan penelitian dalam hal ini untuk
Studi Kebijakan Pemanfaatan Frekuensi dalam Keterbatasan Alokasi Frekuensi Radio Komunitas (Tatiek Mariyati) dapat menjaring sebanyak mungkin permasalahan dan kasus
memperoleh sistem yang berlaku dalam pranata suatu radio yang terjadi dengan keberadaaan Radio Komunitas.
komunitas yang diteliti.
B. Teknik penelitian
F. Teknik Analisis Data
Teknik penelitian dengan melakukan survei lapangan, Studi Kebijakan Dalam Pemanfaatan Frekuensi Radio mengadakan wawancara mendalam dengan radio-radio
Komunitas ini menggunakan metode penelitian kualitatif komunitas pada lokasi yang dipertimbangkan memiliki
dengan menggunakan analisis deskriptif dan cenderung karakteristik yang memberikan gambaran kegiatan Radio
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Berdasar Komunitas
data yang diperoleh melalui proses wawancara dan makna frekuensinya didasarkan pada peraturan perundangan yang
beserta pemantauan
terhadap penggunaan