4. Laporan Kinerja Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 dapat diselesaikan.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas kinerja berdasarkan perencanaan strategis yang telah ditetapkan. Laporan kinerja ini disusun

sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas penggunaan anggaran. Selain itu laporan kinerja merupakan salah satu kendali sekaligus alat untuk memacu peningkatan kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Tahun 2016, Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan memasuki tahun kedua dalam pembangunan kesehatan periode 2015-2019. Program ini didesain untuk mencapai sasaran meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan.

Pelaksanaan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan di tahun 2016 memiliki berbagai inovasi dan terobosan, namun tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Untuk itu, atas nama Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, saya berterima kasih atas saran dan masukan perbaikan bagi penyempurnaan dokumen perencanaan serta pelaksanaan program dan kegiatan di periode berikutnya.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

ii

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas kinerja berdasarkan perencanaan strategis yang telah ditetapkan. Laporan kinerja disusun sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja

Kesehatan Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan. Pada dasarnya laporan ini menginformasikan pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2016 sebagai bagian dari pencapaian sasaran strategis Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada Rencana Stategis (Renstra) Kementerian Kesehatan 2015-2019.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kefarmasian dan alat kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 504, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;

b. pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;

c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;

d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

iii iii

f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan; dan

g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), dengan tujuan yang akan dicapai pada tahun 2016 adalah:

a. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas menjadi 80%.

b. Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional serta Alat Kesehatan (Alkes) yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) sebanyak 14 jenis.

c. Persentase produk Alkes dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat sebesar 77%.

Dari indikator kinerja tahun 2016 tersebut diatas, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah mencapai target yang telah ditetapkan, yaitu dengan capaian:

a. Realisasi persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 81,57%.

b. Realisasi jumlah bahan baku obat dan obat tradisional serta Alat Kesehatan (Alkes) yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) sebanyak 23 jenis.

c. Realisasi persentase produk Alkes dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat sebesar 94,80%.

Keberhasilan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam mencapai target indikator kinerja di tahun kedua Renstra 2015-2019 merupakan hasil kerja keras seluruh komponen, pendayagunaan sumber daya yang optimal dan penguatan terutama

dalam perencanaan program kegiatan dan penyusunan peraturan perundang-undangan bidang kefarmasian dan alat kesehatan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang berkelanjutan.

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan didukung oleh anggaran yang dituangkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2016 dengan alokasi sebesar Rp3.100.850.646.000,00. Selama pelaksanaan kegiatan tahun 2016, anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengalami efisiensi/penghematan sebanyak 2 (dua) kali. Efisiensi/penghematan yang pertama melalui Instruksi Presiden No.4 Tahun 2016 sebesar Rp24.112.000.000,00 yang kemudian ditindaklanjuti melalui Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI selaku mitra

iv

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Sesuai dengan Instruksi Presiden No.8 Tahun 2016 tentang Langkah-langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga dalam rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran 2016, anggaran Kementerian Kesehatan dilakukan efisiensi/penghematan kembali. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan memperoleh penghematan anggaran sebesar Rp455.568.900.000,00. Efisiensi tahap 2 ini dilakukan melaui mekanisme blokir mandiri (Self blocking) pada DIPA Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Pada tahun 2016, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan kembali memperoleh Hibah Luar Negeri Langsung dari Global Alliance for Vaccines and Immunization (GAVI) sebesar Rp110.084.574.000,00 sehingga merubah alokasi anggaran Direktorat

menjadi sebesar Rp3.186.823.220.000,00 (Tiga triliun seratus delapan puluh enam miliar delapan ratus dua puluh tiga juta dua ratus dua puluh ribu rupiah). Adapun realisasi anggaran tahun 2016 adalah sebesar Rp2.666.579.319.125,00 (Dua triliun enam ratus enam puluh enam miliar lima ratus tujuh puluh sembilan juta tiga ratus sembilan belas ribu seratus dua puluh lima rupiah). Bila dibandingkan dengan alokasi anggaran termasuk self blocking yaitu sebesar Rp3.186.823.220.000,00, maka persentase realisasi sebesar 83,68%. Sementara bila dibandingkan dengan alokasi anggaran tanpa self blocking yaitu dengan alokasi sebesar Rp2.731.254.320.000,00, maka persentase realisasi sebesar 97,63%.

Dalam pelaksanaannya, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan memiliki upaya dan prestasi yang telah dicapai pada tahun 2016 antara lain:

1. Kementerian Kesehatan mendapatkan Peringkat Pertama untuk Anugerah Cinta Karya Bangsa kategori Kementerian/LNPK, sebagai apresiasi dalam melaksanakan program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri. Penilaian tersebut didasarkan pada

aspek komitmen, perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pada pengadaan barang/jasa dalam meningkatkan penggunaan produk dalam negeri. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan berperan aktif dalam mendorong pencapaian peningkatan penggunaan produk sediaan farmasi dan alat kesehatan dalam negeri.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Gambar 1. Piagam Penghargaan Peringkat Pertama Anugerah Cinta Karya Bangsa Tingkat Kementerian/Lembaga

2. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan terus melakukan upaya promosi untuk menarik minat investor dan pelaku usaha, pembinaan kepada industri alat kesehatan dalam negeri agar meningkatkan kualitas produk dan kapasitas produksi, melakukan sosialisasi dan advokasi terhadap pemerintah daerah maupun sarana pelayanan kesehatan agar menggunakan alat kesehatan dalam negeri. Antara tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 telah dilakukan berbagai upaya pembinaan terhadap industri alat kesehatan dalam negeri, sehingga telah mampu diproduksi 7 (tujuh) jenis alat kesehatan dalam negeri.

Gambar 2. Pembukaan Secara Resmi Pameran Pembangunan Kesehatan dan Pameran Produksi Alat Kesehatan Dalam Negeri oleh Menteri Kesehatan, Nila Farid Moeloek; Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani; Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution; dan Ketua Komisi IX DPR RI, Dede Yusuf Macan Efendi

vi

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

3. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan berupaya untuk mewujudkan kemandirian bahan baku obat, terutama yang bersumber dari bahan alam. Bersama Pemerintah Daerah setempat, dibentuklah Pusat Penanganan Pasca Panen Tanaman Obat (P4TO) dan Pusat Ekstrak Daerah (PED) untuk meningkatkan derajat kemanfaatan bahan baku obat bersumber alam. Sampai dengan tahun 2016, telah dibentuk 13 P4TO dan 3 PED. Pusat-pusat tersebut berkontribusi untuk meningkatkan kualitas hasil panen setempat untuk dimanfaatkan oleh industri obat maupun obat tradisional.

Gambar 3. Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Dalam Rangka Fasilitasi Peralatan Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat (P4TO) dan Peralatan Laboratorium pada P4TO

4. Ombudsman Republik Indonesia memberikan Predikat Kepatuhan Tinggi terhadap standar pelayanan publik sesuai Undang-undang No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik kepada Kementerian Kesehatan RI. Kontribusi tersebut didapatkan dari Unit Pelayanan Terpadu dalam hal 12 produk layanan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Gambar 4. Piagam Predikat Kepatuhan Tinggi

terhadap Standar Pelayanan Publik

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

vii

5. Website resmi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan memperoleh predikat sebagai Pemenang I (Pertama) dalam kompetisi e-ASPIRASI (Anugerah Situs Sehat Inspirasi Sehat) dilingkungan Kementerian Kesehatan Tahun 2016. Penyelenggaran kompetisi ini dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi, Sekretariat Jenderal, Kementerian Kesehatan RI dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-52. Prestasi ini menunjukkan komitmen

dan

konsistensi

Direktorat Jenderal Kefarmasian dan

Alat Kesehatan

untuk

menjamin keterbukaan informasi dan pelayanan publik yang lebih baik.

Gambar 5. Piagam Penghargaan Website Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2016

6. Direktorat Pelayanan Kefarmasian, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan memperoleh Sertifikat Sistem Manajemen ISO 9001:2015 dengan menerapkan sistem manajemen sesuai dengan standar untuk ruang lingkup Jasa Pelayanan Penyusunan Formularium Nasional. Pelaksanaan surveilans audit sertifikasi ISO 9001:2015 diawali dengan pelatihan, audit internal, rapat tinjauan manajemen dan audit eksternal yang dilaksanakan dalam 2 (dua) tahapan.

Gambar 6. Sertifikat Sistem Manajemen ISO 9001:2015; Penyusunan Formularium Nasional

viii

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

7. Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT mempunyai komitmen untuk melakukan sertifikasi ulang (re-sertifikasi) ISO 9001:2008 serta mengembangkan dan menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 sebagai bentuk peningkatan (upgrading) dari SMM ISO 9001:2008. Re-sertifikasi ISO 9001:2015 bertujuan untuk meningkatkan kinerja aparatur, sistem birokrasi yang lebih efektif dan efisien dalam pelayanan publik terkait perizinan alat kesehatan dan PKRT serta surat keterangan alat kesehatan dan PKRT

pada Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT.

Gambar 7. Sertifikat ISO 9001:2015 Ruang Lingkup Pelayanan Jasa Otorisasi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga

8. Instalasi Farmasi Pusat yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan c.q. Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan memperoleh Sertifikat ISO 9001:2015 sebagai bentuk penerapan sistem manajemen mutu. Proses sertifikasi Instalasi Farmasi Pusat sesuai ISO 9001:2015 melalui 15 tahap.

Gambar 8. Dokumentasi Sertifikasi Instalasi Farmasi Pusat sesuai ISO 9001:2015 Tahun 2016

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

ix

9. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT melakukan berbagai upaya perbaikan dan dan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat diantaranya penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 dimana diharapkan agar pelayanan publik kepada masyarakat dilaksanakan sesuai dengan asas kepastian hukum, tertib penyelenggaraan negara, kepentingan umum, keterbukaan, proporsional, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas. Proses penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 di Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT meliputi Perizinan Produksi Alat Kesehatan, Perizinan Produksi PKRT, dan Perizinan Penyalur Alat Kesehatan.

Gambar 9. Sertifikat Sistem Manajemen ISO 9001:2015; Pelayanan Perizinan di Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT

10. Sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras satuan kerja untuk menjadi bagian dalam pelaksanaan rekonsiliasi yang baik, benar dan cepat, maka KPPN Jakarta VII memberikan penghargaan kepada Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan yang merupakan salah satu dari 253 mitra kerja dari KPPN Jakarta VII. Penghargaan ini selalu diperoleh setiap tahunnya semenjak tahun 2014, yang menunjukkan bahwa Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan memiliki komitmen yang tinggi dalam mempertahankan prestasi kinerjanya. Pemberian piagam tersebut dibarengi juga dengan pemberian fasilitas rekonsiliasi dan penyerahan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

SPM ke loket pelayanan tanpa antrian atau dengan kata lain menjadi Satker Prioritas selama tiga bulan (Desember 2016 s/d Maret 2017).

Gambar 10. Dokumentasi Sebagai Satker dengan LPJ Bendahara Terbaik di KPPN Jakarta VII

Tahun 2016

11. Dukungan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam Program Indonesia Sehat dilakukan salah satunya melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) sebagai upaya promotif dan preventif. Dalam rangka memeriahkan HKN ke-52, Minggu 13 November 2016, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan bersama Badan POM, Ikatan Keluarga Alumni (IKA ISMAFARSI), ISMAFARSI dan Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia DKI Jakarta mengadakan Aksi Sehat untuk Indonesia di Car Free Day Bundaran HI Jakarta. Aksi ini diikuti oleh 1.100 mahasiswa farmasi, apoteker dan masyarakat yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Gambar 11. Suasana Aksi Sehat Untuk Indonesia di Sekitar Bunderan HI,

Jakarta

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

xi

12. Sosialisasi Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa CerMat) di Jabodetabek, pada tanggal 6 November 2016 dilakukan di Stasiun Tangerang, Stasiun Kranji, Stasiun Bogor dan Stasiun Kebayoran ini merupakan hasil kerjasama Direktorat Pelayanan Kefarmasian dengan Komunitas Pengguna KRL. Kegiatan ini juga dimeriahkan dengan lomba foto bersama mock up GeMa CerMat.

Gambar 12. Suasana Sosialisasi GeMa CerMat di Beberapa Stasiun di Jabodetabek

13. Sosialisasi Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa CerMat) dengan melibatkan stakeholder pada tanggal 17 Oktober 2016 di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah

Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Anggota Komisi IX DPR RI (dr. Verna Gladies Merry Inkiriwang), Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah, Bupati Kabupaten Banggai, beserta para Pejabat Daerah.

Gambar 13. Sosialisasi GeMa CerMat di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah

xii

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tabel 17. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Industri yang Memanfaatkan Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional Produksi Dalam Negeri Tahun 2016 .......................................................................................

37 Tabel 18. Industri yang Memanfaatkan Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional Produksi Dalam Negeri Tahun 2015-2016 .....................................................

38 Tabel 19. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Kepuasan Klien Terhadap Dukungan Manajemen Tahun 2016 ..............................................

39 Tabel 20. Pengukuran Persentase Kepuasan Klien Terhadap Dukungan Manajemen Tahun 2016 ...................................................................................................

39 Tabel 21. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Kantor Pusat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Berdasarkan Inpres No.4 Tahun 2016 ..........................................................................................

41 Tabel 22. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Kantor Pusat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Berdasarkan Inpres No.8 Tahun 2016 ..........................................................................................

42 Tabel 23. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Dekonsentrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 ................................

43 Tabel 24. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Menurut Jabatan ...................

44 Tabel 25. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Menurut Golongan ................

44 Tabel 26. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Menurut Pendidikan ..............

45 Tabel 27. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Menurut Jenis Kelamin .........

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

xv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 .................................................................................

13 Grafik 2.

Target dan Realisasi Indikator Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas Tahun 2015-2019 ...................................................................

15 Grafik 3. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional serta Alat Kesehatan (Alkes) yang Diproduksi di Dalam Negeri Tahun 2015-2019 ..........................................................................................

19 Grafik 4. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Produk Alat Kesehatan dan PKRT di Peredaran yang Memenuhi Syarat Tahun 2015-2019 ..............

23 Grafik 5.

Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2015-2019 ...

25 Grafik 6.

Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Tahun 2015-2019 ....................................................

27 Grafik 7.

Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar Tahun 2015-2019 ..................................................................

29 Grafik 8. Komposisi Jumlah IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar Tahun 2015-2016 .....................................................

30 Grafik 9. Komposisi Jumlah IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar per Provinsi Tahun 2015-2016 ..................................

31 Grafik 10. Skor Rata-Rata Persentase IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar per Provinsi Tahun 2015-2016 ..................

32 Grafik 11. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase sarana produksi alat kesehatan dan PKRT yang memenuhi cara pembuatan yang baik

34 Grafik 12. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase penilaian pre-market tepat waktu sesuai Good Review Practices Tahun 2015-2019 ......................

(GMP/CPAKB) Tahun 2015-2019..................................................................

35 Grafik 13. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Industri yang Memanfaatkan Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional Produksi Dalam Negeri Tahun 2015-2019 ..............................................................................

37 Grafik 14. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Kepuasan Klien Terhadap Dukungan Manajemen Tahun 2015-2019 .....................................

39 Grafik 15. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Menurut Jabatan ...................

xvi

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Grafik 16. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Menurut Golongan ................

45 Grafik 17. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Menurut Pendidikan ..............

45 Grafik 18. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Menurut Jenis Kelamin .........

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Piagam Penghargaan Peringkat Pertama Anugerah Cinta Karya Bangsa Tingkat Kementerian/Lembaga .................................................................

vi Gambar 2.

Pembukaan Secara Resmi Pameran Pembangunan Kesehatan dan Pameran Produksi Alat Kesehatan Dalam Negeri oleh Menteri Kesehatan, Nila Farid Moeloek; Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani; Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution; dan Ketua Komisi

IX DPR RI, Dede Yusuf Macan Efendi. ..................................................... vi Gambar 3.

Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Dalam Rangka Fasilitasi Peralatan Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat (P4TO) dan Peralatan Laboratorium pada P4TO .........................................................

vii Gambar 4.

Piagam Predikat Kepatuhan Tinggi terhadap Standar Pelayanan Publik .. vii Gambar 5.

Piagam Penghargaan Website Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 ............................................................................

viii Gambar 6.

Sertifikat Sistem Manajemen ISO 9001: 2015; Penyusunan Formularium Nasional ...................................................................................................

viii Gambar 7.

Sertifikat ISO 9001 : 2015 Ruang Lingkup Pelayanan Jasa Otorisasi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga ...........................

ix Gambar 8.

Dokumentasi Sertifikasi Instalasi Farmasi Pusat sesuai ISO 9001:2015 Tahun 2016 ..............................................................................................

ix Gambar 9.

Sertifikat Sistem Manajemen ISO 9001 : 2015; Pelayanan Perizinan di Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT ..................................

x Gambar 10. Dokumentasi Sebagai Satker dengan LPJ Bendahara Terbaik di KPPN Jakarta VII Tahun 2016 ............................................................................

xi Gambar 11. Suasana Aksi Sehat Untuk Indonesia di Sekitar Bunderan HI, Jakarta .....

xi Gambar 12. Suasana Sosialisasi GeMa CerMat di Beberapa Stasiun di Jabodetabek .

xii Gambar 13. Sosialisasi GeMa CerMat di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah .........

xii Gambar 14. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

4 Gambar 15. Dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 ............................................................................

10 Gambar 16. Lampiran Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 ............................................................................

11 Gambar 17. Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas Tahun 2015-2016 per Provinsi.....................................................................................................

xviii

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Gambar 18. Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas Tahun 2015-2016 per Item Obat .........................................................................................................

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

xix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 PENGUKURAN KINERJA DIREKTORAT TATA KELOLA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN .........................................

48 LAMPIRAN 2

PENGUKURAN

PELAYANAN KEFARMASIAN ...................................................................................

PENGUKURAN KINERJA DIREKTORAT PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN ..............................................................

54 LAMPIRAN 4 PENGUKURAN KINERJA DIREKTORAT PENILAIAN ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA ..

57 LAMPIRAN 5 PENGUKURAN KINERJA DIREKTORAT PENGAWASAN ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA ..

60 LAMPIRAN 6

DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN .......................

PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI PUSKESMAS TAHUN 2016 .................................................................

66 LAMPIRAN 8

SOP

PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN ..........................................

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kefarmasian dan alat kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dituntut untuk melaksanakan pemerintahan berbasis kinerja dalam rangka mewujudkan birokrasi yang bersih dan akuntabel, efektif dan efisien, serta memiliki pelayanan publik yang berkualitas.

Sesuai amanah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran atau target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyusun laporan kinerja sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas dan fungsi dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran strategis dan sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja serta sebagai salah satu alat untuk mendapat masukan bagi stakeholder demi perbaikan kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Penyusunan laporan kinerja mengacu kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada Direktorat

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas penggunaan anggaran. Pelaporan kinerja memberikan informasi kinerja yang terukur atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai dan sebagai upaya perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan kinerja.

C. SASARAN PROGRAM DAN ASPEK STRATEGIS

Program Indonesia Sehat merupakan bentuk pelaksanaan Nawacita ke-5, sasaran dari program ini adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Program Indonesia Sehat terdiri dari tiga pilar, yaitu: 1). Paradigma Sehat; 2). Penguatan Pelayanan Kesehatan; dan 3). Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan berperan dalam mendukung Program Indonesia Sehat, dalam hal menjamin akses, kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan, yang salah satunya di indikasikan oleh tersedianya obat dan vaksin di puskesmas.

Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kefarmasian dan alat kesehatan menjadi tugas Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Berdasarkan

Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan melaksanakan salah satu dari 5 (lima) program teknis Kementerian Kesehatan yaitu Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT). Indikator tercapainya sasaran tersebut adalah:

1. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas.

2. Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional serta alat kesehatan (alkes) yang diproduksi di dalam negeri.

3. Persentase produk alat kesehatan dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat. Strategi Kemandirian, Aksesibilitas dan Mutu Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan,

dimana ada 3 tujuan yang ingin dicapai. Ketiga tujuan tersebut meliputi:

1. Terwujudnya peningkatan ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas.

2 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Strategi yang disusun untuk mencapai tujuan ini adalah:

a. Menyusun regulasi perusahaan farmasi memproduksi bahan baku obat dan obat tradisional dan menggunakannya dalam produksi obat dan obat tradisional dalam negeri, serta bentuk insentif bagi percepatan kemandirian nasional.

b. Mengembangkan Pokja ABGC (Academic-Business-Goverment-Community Colaboration) dalam pengembangan dan produksi bahan baku obat, obat tradisional, dan alat kesehatan dalam negeri.

c. Membangun sistem informasi dan jaringan informasi terintegrasi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan.

d. Menjadikan tenaga kefarmasian sebagai tenaga kesehatan strategis.

e. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat rasional melalui penguatan manajerial, regulasi, edukasi serta sistem monev.

f. Mewujudkan Instalasi Farmasi Pusat sebagai center of excellence manajemen pengelolaan obat, vaksin dan perbekkes di sektor publik.

g. Memperkuat tata laksana HTA dan pelaksanaannya dalam seleksi obat dan alat kesehatan untuk program pemerintah maupun manfaat paket JKN.

2. Terwujudnya kemandirian bahan baku obat, obat tradisional dan alat kesehatan. Strategi yang disusun untuk mencapai tujuan ini adalah:

a. Menyusun regulasi perusahaan farmasi memproduksi bahan baku obat dan obat tradisional dan menggunakannya dalam produksi obat dan obat tradisional dalam negeri, serta bentuk insentif bagi percepatan kemandirian nasional.

b. Mengembangkan Pokja ABGC dalam pengembangan dan produksi bahan baku obat, obat tradisional, dan alat kesehatan dalam negeri.

c. Membangun sistem informasi dan jaringan informasi terintegrasi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan.

d. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dan tenaga kesehatan tentang pentingnya kemandirian bahan baku obat, obat tradisional dan alat kesehatan dalam negeri yang berkualitas dan terjangkau.

e. Percepatan tersedianya produk generik bagi obat-obat yang baru habis masa patennya.

3. Terjaminnya produk alat kesehatan & PKRT yang memenuhi syarat di peredaran.

Strategi yang disusun untuk mencapai tujuan ini adalah:

a. Menyusun regulasi penguatan kelembagaan dan sistem pengawasan pre dan post market alat kesehatan serta PKRT.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

c. Membangun sistem informasi dan jaringan informasi terintegrasi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan.

D. STRUKTUR ORGANISASI

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, susunan organisasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan terdiri atas:

a. Sekretariat Direktorat Jenderal;

b. Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan;

c. Direktorat Pelayanan Kefarmasian

d. Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian

e. Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga; dan

f. Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.

Gambar 14. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

E. SISTEMATIKA

Sistematika laporan kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 sebagai berikut:

Ikhtisar Eksekutif Bab I

Pendahuluan

Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada sasaran program dan aspek strategis organisasi serta permasalahan utama yang sedang dihadapi organisasi.

4 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Bab II Perencanaan Kinerja

Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan.

Bab III Akuntabilitas Kinerja

A. Capaian Kinerja Organisasi Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja.

B. Realisasi Anggaran Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran kantor pusat dan dana dekonsentrasi yang digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.

C Sumber Daya Manusia Pada sub bab ini disajikan gambaran sumber daya manusia yang mendukung pelaksanaan tujuan organisasi.

Bab IV Penutup

Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.

Lampiran

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

BAB II PERENCANAAN KINERJA

A. RENCANA STRATEGIS

Visi dan Misi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengikuti visi dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong- royong”.

Tujuan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan:

1. Terwujudnya peningkatan ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas.

2. Terwujudnya kemandirian bahan baku obat, obat tradisional dan alat kesehatan.

3. Terjaminnya produk alat kesehatan & PKRT yang memenuhi syarat di peredaran. Salah satu strategi pembangunan kesehatan 2015-2019 adalah meningkatkan

ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas farmasi dan alat kesehatan. Arah kebijakan dan strategi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan didasarkan pada arah kebijakan dan strategi nasional yaitu meningkatkan akses, kemandirian, dan mutu Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan. Strategi yang perlu dilakukan dari berbagai upaya antara lain:

1. Regulasi perusahaan farmasi memproduksi bahan baku dan obat tradisional dan menggunakannya dalam produksi obat dan obat tradisonal dalam negeri, serta bentuk insentif bagi percepatan kemandirian nasional.

2. Regulasi penguatan kelembagaan dan sistem pengawasan pre dan post market alat kesehatan.

3. Pokja ABGC (Academic-Business-Government-Community Colaboration) dalam pengembangan dan produksi bahan baku obat, obat tradisional dan alat kesehatan dalam negeri.

4. Regulasi penguatan penggunaan dan pembinaan industri alat kesehatan dalam negeri.

5. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dan tenaga kesehatan tentang pentingnya kemandirian bahan baku obat, obat tradisional dan alat kesehatan dalam negeri yang berkualitas dan terjangkau.

6. Mewujudkan Instalasi Farmasi Pusat sebagai center of excellence manajemen pengelolaan obat, vaksin dan perbekkes di sektor publik.

7. Memperkuat tata laksana HTA dan pelaksanaannya dalam seleksi obat dan alat kesehatan untuk program pemerintah maupun manfaat paket JKN.

8. Percepatan tersedianya produk generik bagi obat-obat yang baru habis masa patennya.

6 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

9. Membangun sistem informasi dan jaringan informasi terintegrasi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan.

10. Menjadikan tenaga kefarmasian sebagai tenaga kesehatan strategis berbasis tim.

11. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat rasional melalui penguatan manajerial, regulasi, edukasi serta sistem monitoring dan evaluasi.

12. Menjalankan program promotif preventif yang berdasarkan pemberdayaan masyarakat, termasuk yang ditujukan untuk meningkatkan penggunaan obat rasional di masyarakat, dan melibatkan lintas sektor.

13. Law enforcement pengawasan alat kesehatan dan PKRT. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan melaksanakan salah satu dari 5 (lima) program teknis Kementerian Kesehatan yaitu Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT).

Tabel 1. Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Meningkatnya akses dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan

Sasaran

dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)

Tercapainya sasaran tersebut direpresentasikan dengan indikator kinerja beserta target Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan, sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. Indikator Kinerja dan Target Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2015-2019 Target

Indikator Kinerja

Persentase ketersediaan obat dan vaksin di

Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional 7 14 21 28 35 serta Alat Kesehatan (Alkes) yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif)

Persentase produk Alat Kesehatan dan

81% 83% PKRT di peredaran yang memenuhi syarat

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Cara perhitungan indikator kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan, sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Cara Perhitungan Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Indikator Kinerja

Cara Perhitungan

Persentase ketersediaan Jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di (n) Puskesmas obat dan vaksin di

Jumlah (n) Puskesmas yang Melapor x jumlah total item obat indikator Puskesmas

Jumlah bahan baku obat Penambahan jenis BBO yang siap diproduksi, dan/atau dibuat di dan obat tradisional serta

Indonesia; serta jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri, Alat Kesehatan (Alkes)

setiap tahunnya, secara kumulatif

yang diproduksi di dalam negeri

Persentase produk Alat Jumlah sampel alkes dan PKRT yang diuji dan memenuhi syarat Kesehatan dan PKRT di

× 100% Jumlah sampel alkes dan PKRT yang di uji

peredaran yang memenuhi syarat

Untuk mencapai sasaran tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4. Sasaran Kegiatan pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Kegiatan

Sasaran

Peningkatan Pelayanan Kefarmasian Meningkatnya pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat rasional di fasilitas kesehatan

Peningkatan Ketersediaan Obat Publik Tersedianya obat, vaksin dan perbekalan dan Perbekalan Kesehatan

kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau di pelayanan kesehatan pemerintah

Peningkatan Pembinaan Produksi dan Meningkatnya pengendalian pra dan pasca Distribusi Alat Kesehatan

pemasaran alat kesehatan dan PKRT Peningkatan Pembinaan Produksi dan

Meningkatnya produksi bahan baku dan obat Distribusi Kefarmasian

lokal serta mutu sarana produksi dan distribusi kefarmasian

Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis Meningkatnya dukungan manajemen dan Lainnya pada Program Kefarmasian dan

pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program Alat Kesehatan

kefarmasian dan alat kesehatan

8 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

B. PERJANJIAN KINERJA

Perjanjian Kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi, dan wewenang serta sumber daya yang tersedia.

Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyusun perjanjian kinerja mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Target ini menjadi komitmen bagi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk mencapainya dalam tahun 2016.

Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5. Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016

Target Sasaran

Indikator Kinerja

80% mutu sediaan farmasi,

Meningkatnya akses dan

Persentase ketersediaan obat dan vaksin di

Puskesmas

Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan

Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional serta 14 Rumah Tangga (PKRT)

Alat Kesehatan (Alkes) yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif)

Persentase produk Alat Kesehatan dan PKRT di 77%

peredaran yang memenuhi syarat

Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 ditandatangani oleh Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebagai Pihak Pertama dan Menteri Kesehatan sebagai Pihak Kedua. Dokumen Perjanjian Kinerja tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Gambar 15. Dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2016

10 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Gambar 16. Lampiran Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2016

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

1. PENGUKURAN KINERJA

Salah satu fondasi utama dalam menerapkan manajemen kinerja adalah pengukuran kinerja dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam pelayanan publik dan meningkatkan akuntabilitas dengan melakukan klarifikasi output dan outcome yang akan dan seharusnya dicapai untuk memudahkan terwujudnya organisasi yang akuntabel. Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah. Pengukuran kinerja menggunakan alat ukur berupa indikator sebagaimana yang telah ditetapkan pada dokumen perencanaan kinerja.

Tahun 2016 merupakan tahun kedua dalam pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara realisasi kinerja dengan target kinerja dari masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam perencanaan kinerja. Melalui pengukuran kinerja diperoleh gambaran pencapaian masing-masing indikator sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan kegiatan di masa yang akan datang agar setiap kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.

Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 sebagai berikut:

Tabel 6. Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016

Realisasi Capaian Sasaran Strategis

Target

Indikator Kinerja

81,57% 101,96% mutu sediaan farmasi,

Meningkatnya akses dan

Persentase ketersediaan obat

dan vaksin di Puskesmas

Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan

14 23 164,29% Rumah Tangga (PKRT)

Jumlah bahan baku obat dan

obat tradisional serta Alat Kesehatan (Alkes) yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif)

Persentase produk Alat

Kesehatan dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat

12 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Grafik 1. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Jumlah bahan baku obat

Persentase produk

Alat Kesehatan dan ketersediaan obat

dan obat tradisional serta

PKRT di peredaran dan vaksin di

Alat Kesehatan (Alkes) yang

yang memenuhi Puskesmas

diproduksi di dalam negeri

(kumulatif)

syarat

Tabel 7.Pemantauan Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016

dalam Aplikasi e-Monev Bappenas

Tabel 8. Pemantauan Indikator Kinerja Kegiatan pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 dalam Aplikasi e-Monev Bappenas

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan