Provinsi Lampung - Pemerintah Provinsi Lampung BAB I1

(1)

P

P

E

E

N

N

D

D

A

A

H

H

U

U

L

L

U

U

A

A

N

N

A.

DASAR HUKUM

a.

Pembentukan Provinsi Lampung

Secara Yuridis Formal Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964 tanggal 18 Maret 1964, yang sebelumnya merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan dengan kedudukan sebagai Keresidenan Lampung. Pada saat pembentukannya ibukota Provinsi Lampung adalah Kota Praja Tanjungkarang – Telukbetung. Kota Praja Tanjungkarang – Telukbetung berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 berubah menjadi Kotamadya Tanjungkarang – Telukbetung. Selanjutnya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1983 tanggal 17 Juni 1983, nama Kotamadya Tanjungkarang – Telukbetung diganti menjadi Kotamadya Bandar Lampung.

Secara administratif Provinsi Lampung terdiri dari 15 kabupaten/kota dengan luas wilayah 35.288,35 km2, yang terbagi menjadi 13 kabupaten dan 2 kota.

Tabel 1. Dasar Hukum Pembentukan Wilayah Administrasi Provinsi Lampung

No. Kab/Kota Dasar Hukum Pembentukan

1. Lampung Selatan Perppu No.3/1964 (menjadi UU No.14 / 1964) 2. Lampung Tengah Perppu No.3/1964 (menjadi UU No.14 / 1964) 3. Lampung Utara Perppu No.3/1964 (menjadi UU No.14 / 1964) 4. Lampung Barat UU No.6 / 1991 tanggal 16 Agustus 1991 5. Tulang Bawang UU No.2 / 1997 tanggal 3 Januari 1997 6. Tanggamus UU No.2 / 1997 tanggal 3 Januari 1997 7. Lampung Timur UU No.12 / 1999 tanggal 5 Mei 1999 8. Way Kanan UU No.12 / 1999 tanggal 5 Mei 1999

9. Bandar Lampung UU No.14/1964 (PP No.24/83 tgl 17 Juni 1983) 10. Metro UU No.12 / 1999 tanggal 5 Mei 1999

11. Pesawaran UU No.33 / 2007 tanggal 10 Agustus 2007 12. Pringsewu UU No.48 / 2008 tanggal 6 November 2008 13. Mesuji UU No.49 / 2008 tanggal 6 November 2008 14. Tulang Bawang Barat UU No.50 / 2008 tanggal 6 November 2008 15. Pesisir Barat UU No.22 / 2012 tanggal 25 Oktober 2012

Sumber : Biro Hukum Setdaprov Lampung

B


(2)

Tabel 2. Data Wilayah Administrasi Provinsi Lampung

No. Kab/Kota Luas Wilayah

Ha2 Σ Kec Σ Desa/Kel

1. Lampung Selatan 331.904 17 260

2. Lampung Tengah 380.268 28 307

3. Lampung Utara 272.587 23 247

4. Lampung Barat 214.278 15 136

5. Pesisir Barat 290.723 11 118

6. Tulang Bawang 319.632 15 151

7. Tanggamus 302.064 20 302

8. Lampung Timur 532.503 24 264

9. Way Kanan 392.163 14 222

10. Bandar Lampung 19.296 20 126

11. Metro 6.179 5 22

12. Pesawaran 224.351 11 144

13. Pringsewu 62.500 9 131

14. Mesuji 218.400 7 105

15. Tulang Bawang Barat 120.100 8 96

Jumlah 3.528.835 227 2.631 Sumber :Buku LDA tahun 2015, BPS Provinsi Lampung

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dalam pasal 27 (2) disebutkan bahwa Kepala Daerah mempunyai kewajiban untuk menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan memberikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD serta menginformasikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat, bahwa Kepala Daerah wajib


(3)

melaporkan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam bentuk LPPD yang mencakup penyelenggaraan urusan desentralisasi, Tugas Pembantuan dan Tugas Umum Pemerintahan.

LPPD Provinsi Lampung Tahun 2015 disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor SE.120./313/OTDA tanggal 24 Januari Tahun 2011, mencakup :

1. Urusan Desentralisasi meliputi 26 (dua puluh enam) Urusan Wajib, 8 (delapan) Urusan Pilihan.

2. Tugas Pembantuan meliputi Tugas Pembantuan yang Diterima dari Pemerintah kepada Kabupaten/Kota dan Desa.

3. Tugas Umum Pemerintahan.

4. Indikator Kinerja Kunci, Capaian Kinerja pada Tataran Pengambilan Kebijakan dan Pelaksanaan Kebijakan.

b.

Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Pemerintah Provinsi Lampung telah menetapkan Kelembagaan Perangkat Daerah Provinsi Lampung yang baru pada akhir tahun 2014 dan berjalan efektif melaksanakan kegiatan/programnya pada tahun 2015. Dengan demikian sesuai ketentuan penyusunan LKPJ/LPPD Provinsi Lampung Tahun 2015, kontribusi datanya menggunakan program/kegiatan yang telah dilaksanakan oleh seluruh SKPD Pemerintah Provinsi Lampung, dengan Komposisi Kelembagaan Perangkat Daerah, sebagai berikut:

1. Perda Provinsi Lampung Nomor : 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Perda Prov Lampung No 11 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tatakerja Sekretariat Daerah Provinsi, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Lampung dan Staf Ahli, terdiri dari 4 Asisten, 5 Staf Ahli, 12 Biro, dan 1 Sekretariat DPRD, yaitu :

a. Asisten

1) Asisten Bidang Pemerintahan;

2) Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan; 3) Asisten Bidang Kesejahteraan Rakyat;


(4)

b. Staf Ahli Gubernur Lampung

1) Staf Ahli Bidang Hukum dan Politik; 2) Staf Ahli Bidang Pemerintahan; 3) Staf Ahli Bidang Pembangunan;

4) Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan; dan

5) Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia. c. Sekretariat DPRD Provinsi Lampung

d. Sekretariat Daerah

1) Biro Tata Pemerintahan Umum; 2) Biro Otonomi Daerah;

3) Biro Hukum; 4) Biro Perekonomian;

5) Biro Administrasi Pembangunan; 6) Biro Bina Sosial;

7) Biro Bina Mental 8) Biro Umum;

9) Biro Hubungan Masyarakat dan Protokol; 10) Biro Keuangan;

11) Biro Perlengkapan dan Aset Daerah; 12) Biro Organisasi.

2. Perda Provinsi Lampung Nomor : 3 Tahun 2014 Tentang Perubahan Kedua Atas Perda Prov Lampung No 12 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tatakerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Lampung, terdiri dari 11 Badan, 2 Rumah Sakit, Inspektorat, Sat Pol PP, dan Kantor Sandi Daerah yaitu:

a) Inspektorat Provinsi;

b) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; c) Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Daerah;

d) Badan Penelitian dan Pengembangan Inovasi Daerah; e) Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah; f) Badan Ketahanan Pangan Daerah;

g) Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah; h) Badan Pengelolaan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah; i) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa;

j) Badan Kepegawaian Daerah;

k) Badan Pendidikan dan Latihan Daerah;


(5)

m) Satuan Polisi Pamong Praja;

n) Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hi. Abdul Moeloek; o) Rumah Sakit Jiwa Daerah; dan

p) Kantor Sandi Daerah

3. Perda Provinsi Lampung Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Perubahan Kedua Atas Perda Prov Lampung Nomor : 13 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tatakerja Dinas Daerah Provinsi Lampung, terdiri dari 20 Dinas, yaitu:

a) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan; b) Dinas Pemuda dan Olahraga; c) Dinas Kesehatan;

d) Dinas Sosial;

e) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi; f) Dinas Perhubungan;

g) Dinas Komunikasi dan Informatika; h) Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; i) Dinas Bina Marga;

j) Dinas Pengairan dan Pemukiman;

k) Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah; l) Dinas Perindustrian;

m) Dinas Perdagangan;

n) Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura; o) Dinas Perkebunan;

p) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan; q) Dinas Kelautan dan Perikanan;

r) Dinas Kehutanan;

s) Dinas Pertambangan dan Energi; dan t) Dinas Pendapatan.

4. Perda Provinsi Lampung Nomor : 4 Tahun 2014 Tentang Perubahan Kedua Atas Perda Prov Lampung Nomor 14 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tatakerja Lembaga Lain Sebagai Bagian Dari Perangkat Daerah pada Pemerintah Provinsi Lampung, terdiri dari 2 Sekretariat Badan, 1 Sekretariat Komisi, 1 Sekretariat Dewan, 1 pelaksana harian dan 1 pelaksana badan yaitu :

a) Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Lampung;

b) Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Lampung;

c) Sekretariat Dewan Pembina Korps Pegawai Negeri Sipil Republik Indonesia Provinsi Lampung;

d) Sekretariat Badan Perwakilan Pemerintah Provinsi Lampung di Jakarta; e) Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Provinsi Lampung; dan f) Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Daearah Provinsi Lampung.


(6)

B.

GAMBARAN UMUM DAERAH

a.

Kondisi Geografis

1.

Geografi

Daerah Provinsi Lampung meliputi areal seluas 3.528.835 ha termasuk pulau-pulau yang terletak pada bagian sebelah paling ujung tenggara pulau Sumatera, dan dibatasi oleh :

a) Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, di sebelah Utara; b) Selat Sunda disebelah Selatan;

c) Laut Jawa disebelah Timur; d) Samudera Hindia disebelah Barat.

Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung, yang merupakan gabungan kota kembar Tanjung Karang dan Telukbetung memiliki wilayah yang relatif luas, dan menyimpan potensi kelautan. Pelabuhan utamanya bernama Panjang dan Bakauheni serta pelabuhan nelayan seperti pasar ikan (Teluk Betung), Tarahan, Kalianda di Teluk Lampung. Sedangkan di Teluk Semangka adalah Kota Agung, dan di Laut Jawa terdapat pula pelabuhan nelayan seperti Labuan Maringgai dan Ketapang. Disamping itu, kota Menggala juga dapat dikunjungi kapal–kapal nelayan dengan menyusuri sungai Way Tulang Bawang, adapun di Samudera Hindia terdapat Pelabuhan Krui. Lapangan terbang utamanya adalah “Raden Inten II”, yaitu nama baru dari “Branti” 28 km dari ibukota melalui jalan negara menuju Kotabumi, dan lapangan terbang AURI terdapat di Menggala bernama Astra Ksetra.

Secara geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan: Timur – Barat berada antara : 103° 40’ – 105° 50’ Bujur Timur Utara – Selatan berada antara : 6° 45’- 3° 45’ Lintang Selatan

2.

Topografi

Secara topografi daerah Lampung dapat dibagi 5 (lima) unit topogafi antara lain sebagai berikut:

a) Daerah topografis berbukit sampai bergunung; b) Daerah topografis berombak sampai bergelombang; c) Daerah dataran alluvial;

d) Daerah dataran rawa pasang surut; e) Daerah river basin.


(7)

a) Daerah topografis berbukit sampai bergunung

Lereng-lereng yang curam atau terjal dengan kemiringan 25 %, dan ketinggian rata-rata 300 m di atas permukan laut. Daerah ini meliputi Bukit Barisan dengan puncak tonjolan-tonjolanya berada pada Gunung Tanggamus, Gunung Pesawaran, dan Gunung Rajabasa. Yang terakhir ini berlokasi di Kalinda dengan ketinggian rata-rata 1.500 m. Puncak-puncak lainnya adalah Bukit Pugung, Bukit Pesagi, Sekincau yang terdapat di bagian Utara. Daerah tersebut umumnya ditutupi oleh vegetasi hutan primer atau sekunder.

b) Daerah topogarafis berombak sampai bergelombang

Ciri-ciri khusus daerah ini adalah terdapatnya bukit-bukit sempit, kemiringannya antara 8 % sampai 15 % dan ketinggian antara 300 m sampai 500 m dari permukaan laut. Daerah ini membatasi daerah pegunungan dengan dataran alluvial, vegetasi yang terdapat di daerah ini adalah tanaman–tanaman perkebunan: Kopi, cengkeh, lada dan tanaman pertanian perladangan seperti : Padi, jagung, dan sayuran. Daerah tersebut meliputi daerah–daerah: Kedaton di daerah kota Bandar Lampung, Gedong Tataan di Kabupaten Lampung Selatan, Sukoharjo dan Pulau Panggung di Kabupaten Tanggamus serta Kalirejo dan Bangun Rejo di Wilayah Kabupaten Lampung Tengah.

c) Daerah dataran alluvial

Daerah ini sangat luas meliputi Lampung Tengah sampai mendekati pantai sebelah Timur, yang merupakan bagian hilir (down stream) dari sungai–sungai yang besar seperti Way Sekampung, Way Tulang Bawang, dan Way Mesuji. Ketinggian daerah ini berkisar antara 25 m sampai 75 m, dengan kemiringan 0% sampai 3% . Pada bagian pantai sebelah Barat dataran Alluvial menyempit dan memanjang menurut arah Bukit Barisan.

d) Daerah dataran rawa pasang surut

Disepanjang pantai timur adalah merupakan daerah rawa pasang surut dengan ketinggian ½ m sampai 1 m, pengendapan air menurut naiknya pasang air laut.

e) Daerah river basin

Daerah Lampung terdapat 5 (lima) River Basin yang utama : 1) River Basin Tulang Bawang;

2) River Basin Seputih; 3) River Basin Sekampung; 4) River Basin Semangka; 5) River Basin Jepara.


(8)

3.

Geologi

Punggung sebelah barat Lampung adalah bagian dari Bukit Barisan yang merupakan geantiklinal dengan sinklinal yang terdapat disebelah timurnya. Punggung pegunungan dari zaman kapur (creteccus) ini mengalami dekormas pada tertier terjadinya gejala-gejala patahan (gaya vertikal) sehingga terjadi fenomena geologi seperti patahan semangka yang panjang menyusuri Way Semangka dan Teluk Semangka, gunung–gunung api yang berbentuk oval Tanggamus, Rindingan, Rebang dan lain-lain sekitarnya. Depresi tektonik seperti Lembah Suoh, Gedung Surian dan Way Lima yang ditutupi oleh sedimen–sedimen vulkanis dari celah fisuves erruption. Pada bagian utara lapisan sedimen ini mengalamin peliputan di zaman peistosin tua yang menghasilkan lapisan/membawa minyak bumi di dalam 4 (empat) seri Lapisan Palembang.

Lapisan sedimen disebelah timur ini umumnya tertutup pula oleh endapan tufa massam bagian hasil dari debu gunung api di Bukit Barisan (zaman peitosin) yang membentuk dataran peneplain dibagian timur Lampung. Lapisan Palembang yang terdapat di daerah Lampung yakni di daerah Menggala, Kotabumi dan Sukadana yang ditandai dengan singkapan endapan tuffa massam Lapisan Palembang adalah pengantar dari endapan minyak bumi.

Sukadana Bosalt yang merupakan “plateau” diiringi dengan instruksi desit yang terjadi pada zaman holassin. Singkapan “plateau” ini tidak merata, sebagian ditutupi oleh endapan alluvin seperti pasir vulkanis, yang berasal dari debu-debu gunung berapi. Data tentang endapan mineral di daerah Lampung belum banyak ditemukan sehinga potensi dari endapan bahan tambang ini tidak/belum banyak diketahui. Dari literatur dan peta geologi daerah Lampung dapat diinventaris adanya bahan-bahan tambang (endapan mineral) diantaranya:

a) Minyak bumi; b) Uranium;

c) Batubara muda (brown coal); d) Mineral besi;

e) Emas dan perak; f) Marmer;

g) Sumber air panas dan gas bumi.

4.

Klimatologi

a) Arus angin

Lampung terletak dibawah katulistiwa 5O Lintang Selatan beriklim tropis hummid dengan angin laut lembah yang bertiup dari Samudera Hindia dengan dua musim angin setiap tahunnya.


(9)

Dua musim yang dimaksud adalah :

1) November s.d. Maret angin bertiup dari arah barat dan barat laut;

2) Juli s.d. Agustus angin bertiup dari arah timur dan tenggara. Kecepatan angin rata- rata 2 hingga 3 knot.

b) Temperatur

Rata-rata suhu minimum di Provinsi Lampung antara 21,3 0C pada bulan Agustus 2008 hingga 23,7 0C pada bulan April. Sedangkan rata-rata suhu maksimum berkisar antara 31,5 0C hingga 34,0 0C.

c) Kelembaban Udara

Dari stasiun meteorologi Raden Inten II Bandar Lampung, rata-rata kelembaban udara disekitar 69%-81%, dan ternyata kelembaban udara tertinggi pada bulan Juni 2008.

b.

Gambaran Umum Demografis

1.

Administrasi Pemerintah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 1964, yang kemudian menjadi Undang–Undang Nomor 14 tahun 1964 Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi Provinsi Lampung dengan ibukota Tanjungkarang-Telukbetung pada tanggal 18 Maret 1964. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 24 tahun 1983 ibukota Tanjungkarang-Telukbetung diganti namanya menjadi Kotamadya BandarLampung terhitung sejak tanggal 17 Juni 1983.

Secara administratif Provinsi Lampung dibagi dalam 15 (lima belas) kabupaten/kota , dengan luas masing-masing kab/kota sbb:

Tabel 3. Luas wilayah kabupaten/kota se-Provinsi Lampung*

No. Kab/Kota Ibu Kota Luas Wilayah

Ha2

1. Lampung Selatan Kalianda 331.904

2. Lampung Tengah Gunung Sugih 380.268

3. Lampung Utara Kotabumi 272.587

4. Lampung Barat Liwa 214.278

5. Pesisir Barat Krui 290.723

6. Tulang Bawang Menggala 319.632

7. Tanggamus Kota Agung 302.064

8. Lampung Timur Sukadana 532.503

9. Way Kanan Blambangan Umpu 392.163

10. Bandar Lampung Bandar Lampung 19.296

11. Metro Metro 6.179

12. Pesawaran Gedong Tataan 224.351

13. Pringsewu Pringsewu 62.500

14. Mesuji Mesuji 218.400

15. Tulang Bawang Barat Panaragan Jaya 120.100

Jumlah 3.528.835


(10)

2.

Penduduk

a) Jumlah Penduduk

Pada tahun 2015 telah dilaksanakan program penyediaan data kependudukan yang akurat dan uptodate melalui pengembangan SAK secara sistem online, penerapkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Elektronik yang dilengkapi biometrik (perekaman sidik jari) dan chip bagi seluruh penduduk wajib KTP 15 kabupaten/kota di Provinsi Lampung untuk mengeliminasi KTP ganda dan KTP palsu.

Berdasarkan data Kependudukan pada Biro Tata Pemerintahan Umum Setdaprov Lampung hasil rekapitulasi Kependudukan Nasional Tingkat Kabupaten/Kota semester II (dua) tahun 2015 tercatat jumlah penduduk Provinsi Lampung tahun 2015 sebesar 9.553.179jiwa, yang terdiri laki-laki sebesar 4.925.593 jiwa dan perempuan sebesar 4.627.586jiwa.

Bila dibandingkan dengan hasil sensus penduduk tahun 2014 yang tercatat sebesar 8.025.190 orang, maka jumlah penduduk Provinsi Lampung tahun 2014 sampai dengan tahun 2015 mengalami peningkatan laju pertumbuhan sebesar 3,32%.

Tingkat kepadatan penduduk di Provinsi Lampung tampak masih timpang atau tidak merata antar wilayah. Dibandingkan dengan kabupaten, kepadatan penduduk di kota umumnya sangat tinggi. Tingkat kepadatan penduduk Kota Bandar Lampung misalnya mencapai 3.183 jiwa per kilometer persegi dan Kota Metro mencapai 2.484 jiwa per kilometer persegi. Sementara itu, tingkat kepadatan penduduk di semua kabupaten masih berada dibawah 600 jiwa per kilometer persegi, bahkan Kabupaten Lampung Barat baru mencapai 134 jiwa per kilometer persegi. Secara rinci jumlah penduduk menurut kabupaten/kota dapat dilihat dalam tabel pada halaman berikut. Tabel 4. Jumlah Penduduk Provinsi Lampung

No. Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Total

1. Lampung Barat 155.774 142.036 297.810

2. Tanggamus 330.283 306.212 636.495

3. Lampung Selatan 651.347 610.046 1.261.393

4. Lampung Timur 567.225 539.796 1.107.021

5. Lampung Tengah 748.538 711.274 1.459.812

6. Lampung Utara 453.128 426.876 880.004

7. Way Kanan 244.658 231.251 475.909

8. Tulang Bawang 217.603 198.407 416.010

9. Pesawaran 280.332 263.463 543.795

10. Pringsewu 215.596 202.425 418.021

11. Mesuji 164.646 150.051 314.697

12. Tulang Bawang Barat 131.767 124.597 256.364

13. Bandar Lampung 601.835 556.264 1.168.099

14. Metro 82.443 81.093 163.536

15. Pesisir barat 80.418 73.795 154.213

Provinsi Lampung 4.925.593 4.627.586 9.553.179 Sumber : Ditjen Adminduk dan Catatan Sipil Kementerian Dalam Negeri RI melalui Server


(11)

b) Pertumbuhan Penduduk

Penduduk Provinsi Lampung tahun 2000 sebesar 6.659.869 orang dan rata-rata kepadatan penduduk per kabupaten/kota di Provinsi Lampung 189 orang per km2 tahun 2000 berturut-turut adalah Kabupaten Lampung Barat 74 orang per km2, Kabupaten Tanggamus 239, Kabupaten Lampung Selatan 356, Kabupaten Lampung Timur 200, Kabupaten Lampung Tengah 218, Kabupaten Lampung Utara 195, Kabupaten Way Kanan 91, Kabupaten Tulangbawang, dan Kota Bandar Lampung 3.851, dan Kota Metro 1.917 orang per km2.

Berdasar hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 (SP2010) Penduduk Provinsi Lampung tahun 2010 sebesar 7.608.405 orang dan rata-rata kepadatan penduduk per kabupaten/kota di Provinsi Lampung 216 orang per km2 tahun 2010 berturut-turut adalah Kabupaten Lampung Barat 85, Kabupaten Tanggamus 196, Kabupaten Lampung Selatan 455, Kabupaten Lampung Timur 219, Kabupaten Lampung Tengah 244, Kabupaten Lampung Utara 214, Kabupaten Way Kanan 104, Kabupaten Tulang Bawang 91, Kabupaten Pringsewu 585, Kabupaten Tulang Bawang Barat 209, Kabupaten Mesuji 86, Kota Bandar Lampung 4.570, dan Kota Metro 2.354 orang per km2.

Pertumbuhan penduduk Provinsi Lampung per tahun dari tahun 2014-2015 sebesar 84,04%. Sedangkan pertumbuhan penduduk Kabupaten Lampung Barat adalah yang tertinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lain yaitu sebesar 97,69% disusul oleh Kabupaten Pesisir Barat sebesar 96,54%, Kota Metro menempati urutan ketiga terbesar dengan laju pertumbuhan sebesar 96,39 %.

Adapun wilayah yang pertumbuhan penduduknya paling kecil adalah Kabupaten Mesuji sebesar 64,18% dan sedangkan kabupaten yang mengalami jumlah penurunan penduduk adalah Kabupaten Tulang Bawang Barat sebesar 0,04 % dan Kabupaten Tulang Bawang sebesar 0,02.%. Kabupaten Lampung Tengah yang tercatat sebagai wilayah dengan penduduk terbanyak di Provinsi Lampung hanya memiliki laju pertumbuhan sebesar 84,64% atau masih berada di bawah angka laju pertumbuhan penduduk Provinsi Lampung.


(12)

Tabel 5. Pertumbuhan Penduduk Provinsi Lampung*

Kabupaten/Kota Jml Pend. Tahun 2014

Jml Pend. Tahun 2015

Pertumbuhan

Lampung Barat 290.388 297.253 97,69

Tanggamus 567.172 635.089 89,31

Lampung Selatan 961.897 1.260.135 76,33

Lampung Timur 998.277 1.105.990 90,26

Lampung Tengah 1.227.185 1.449.851 84,64

Lampung Utara 602.727 878.874 68,58

Way Kanan 428.097 472.815 90,54

Tulang Bawang 423.710 415.601 0,02

Pesawaran 421.497 543.334 77,58

Pringsewu 383,101 453.522 84,47

Mesuji 194.282 302.730 64,18

Tulang Bawang Barat 262.316 251.206 0,04

Bandar Lampung 960.695 1.167.101 82,31

Metro 155.992 161.830 96,39

Pesisir Barat 148.412 153.738 96,54

PROVINSI 8.025.190 9.549.079 91,57

Sumber : Lampung Dalam Angka Tahun 2015, BPS Provinsi Lampung

c.

Kondisi Ekonomi

1. Pertumbuhan Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto a) Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampungsampai dengan Triwulan IV 2015 tumbuh 5,13% menguat dibanding tahun 2014 sebesar 5,08 % (year on year). Selama triwulan IV 2015 Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan serta Informasi dan Komunikasi sebesar 11,67 persen dan 10,84 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor Luar Negeri sebesar 17,40 persen, diikuti oleh Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 13,06 persen dan Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 7,05 persen.


(13)

Perekonomian Lampung tahun 2015 tumbuh sebesar 5,13 persen. Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha. Transportasi dan Pergudangan merupakan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 11,67 persen, diikuti oleh Informasi dan Komunikasi sebesar 10,84 persen, serta Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 9,79 persen. Selain itu Penyediaan Akomodasi, Makan dan Minum serta jasa- jasa lainnya pun tumbuh dengan laju di atas 8,5 persen.

Grafik 2.SumberPertumbuhanPDRB MenurutLapangan Usaha

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Lampung tahun 2015, Industri Pengolahan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 1,32 persen, diikuti Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, serta Transportasi dan Pergudangan masing-masing sebesar 1,19 persen dan 0,54 persen.

b) Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2015 Terhadap Triwulan IV-2014 (y-on-y)

Padat riwulan IV-2015 ekonomi Lampung tumbuh 5,33 persen bila dibandingkan triwulan IV-2014 (y-on-y). Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha kecuali Pertambangan dan Penggalian yang mengalami kontraksi sebesar 0,2 persen. Konstruksi merupakan lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi sebesar 14,13 persen, diikuti Informasi dan Komunikasi sebesar 11,41 persen dan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 10,06 persen. Struktur perekonomian Lampung pada triwulan IV-2015 didominasi oleh empat lapangan usaha utama yaitu: Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (25,51 persen); Industri Pengolahan (20,83 persen); Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor


(14)

(11,60 persen) dan Konstruksi (10,14 persen). Sumber utama pertumbuhan ekonomi Lampung Triwulan IV-2015 (yony) adalah Konstruksi sebesar 1,37 persen, diikuti Industri Pengolahan sebesar 1,34 persen; dan Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor sebesar 0,49 persen.

c) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 1) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Selama lima tahun terakhir, besaran PDRB atas dasar harga berlaku Provinsi Lampung terus meningkat hampir dua kali lipat dari nilai Rp.150,56 triliun di tahun 2010 menjadi Rp. 231,01 triliun tahun 2014. Hal itu menunjukkan bahwa tingkat perekonomian Lampung secara umum terus mengalami perkembangan.

Tabel 6 : PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014(Juta Rupiah)

URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014

PDRB 150.560.841,71 170.046.794,30 187.348.817,12 204.402.787,43 231.008.426,05

1.

Pertanian 52.038.767,51 58.959.004,63 63.343.918,79 67.774.668,66 75.522.867,10

2. Pertambangan & Penggalian

88.900.079,05 10.258.207,05 11.272.441,57 13.069.360,36 14.562.822,88 3. Industri

Pengolahan 25.860.878,58 29.141.277,05 32.809.031,37 36.081.678,21 41.654.761,78

4. Pengadaan

Listrik, Gas 129.492,29 129.156,60 130.294,33 126.384,56 150.118,46

5. Pengadaan Air 167.954,68 182.188,40 194.38316 198.252,48 235.239,18

6.

Konstruksi 13.558.459,94 14.883.878,53 16.532.644,77 17.848.072,11 20.561.022,37

7. Perdagangan, Hotel &

Restoran 18.389.730,39 20.591.946,64 21.911.832,94 23.164.361,55 25.439.113,11

8. Transportasi &

Pergudangan 6.346.849,47 6.901.019,63 7.742.100,38 9.169.874,18 10.736.082,00

9. Penyed. Akomodasi & Makan Minum

1.782.206,96 2.179.092,86 2.531.152,48 2.851.517,21 3.354.434,97

10.

Informasi &

Komunikasi 5.003.090,96 5..704.049,74 6.627.734,38 7.245.352,92 7.980.824,51

11. Jasa Keuangan 2.889.661,84 3.508.525,,35 4.277.303,87 4.832.132,38 5.210.691,45

12. Real Estate 4.159.647,88 4.741.499,88 5.175.205,47 5.588.979,84 6.540.047,80

13.

Jasa

Perusahaan 165.561,28 206.730,60 245.349,76 290.526,73 348.028,02

14. Adm. Pem., Pertahanan & Jaminan Sos. Wajib

4.911.269,82 5.207.974,71 6.099.581,30 6.842.595,86 8.181.048,27

15.

Jasa

Pendidikan 3.621.675,01 4.460.877,06 5.191.519,23 5.797.982,66 6.551.072,03

16.

Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial

1.317.212,12 1.541.855,60 1.744.984,52 1.904.552,17 2.126.187,67


(15)

Jika dilihat kontribusi masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB dalam kurun waktu 2010-2014, maka sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap total PDRB dan berturut-turut diikuti oleh sektor industri pengolahan, perdagangan besar/eceran dan reparasi mobil/sepeda motor, dan konstruksi.

Dari besaran PDRB di tahun 2014, lebih dari separuhnya (50,72 persen) berasal dari sektor pertanian/kehutanan/perikanan dan sektor industri pengolahan, dengan kontribusi masing-masing sebesar 32,69 persen dan 18,03 persen. Sebaliknya, kontribusi terkecil berasal dari sektor pengadaan listrik/gas yang memberikan andil terhadap pembentukan PDRB sebesar Rp.150,12 miliar (0,06 persen).

Dilihat dari sisi PDRB penggunaan, maka komponen terbesar digunakan untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga. Dalam kurun waktu 2010 – 2014, setiap tahunnya lebih dari 59 persen total PDRB digunakan untuk pengeluaran komponen ini. Tahun 2014 PDRB yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga adalah Rp.138,84 triliun, atau memberikan kontribusi sebesar 60,10 persen terhadap total PDRB. Kontribusi terbesar kedua adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto. Nilainya dari tahun 2010-2014 terus mengalami peningkatan namun dilihat kontribusinya terhadap total PDRB cenderung fluktuatif.

Tabel 7 : PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan Tahun 2010-2014 (Juta Rupiah)

No. URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014

1. Pengeluaran Kosumsi

Rumah Tangga 89.663.683 102.964.888 114.543.997 125.210.619 138.842.595

2. Pengeluaran Kosumsi Lembaga Swasta Nirlaba

1.901.264 2.133.695 2.314.826 2.588.363 2.994.652

3. Pengeluaran Kosumsi

Pemerintah 12.483.702 14.518.137 16.587.050 18.426.477 20.697.888

4. Pembentukan Modal

Tetap Domestik Bruto 43.927.327 52.335.471 60.102.825 64.815.395 71.015.353

5.

Perubahan Inventori 1.309.530 1.641.944 1.301.837 2.012.859 893.627

6.

Eksport Luar Negeri 58.516.351 69.089.445 91.099.628 104.496.103 107.078.059

7.

Impor Luar Negeri 57.241.015 72.636.785 98.601.345 113.147.029 110.513.746

PDRB 150.560.842 170.046.794 187.348.817 204.402.787 231.008.426

2) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010

Pertumbuhan ekonomi Lampung yang digambarkan melalui perkembangan PDRB atas dasar harga konstan 2010, dalam kurun waktu 2010-2014 menunjukkan pertumbuhan yang positif. Tahun 2010 dengan nilai PDRB sebesar Rp.150,56 triliun, perekonomian Lampung tumbuh sebesar 5,81 persen. Tahun 2014, dengan nilai PDRB sebesar Rp.231,01 triliun perekonomian tumbuh sebesar 5,08 persen.


(16)

Tabel 8 : PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014(Juta Rupiah)

URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014

PDRB 150.560.841,71 160.437.501,38 170.769.206,61 180.636.657,69 189.809.458,54

1. Pertanian 520.038.767,51 54.841.031,00 56.997.473,17 59.636.487,79 61.655.601,22

2. Pertambangan &

Penggalian 8.890.079,05 9.757.014,14 10.303.929,10 11.485.798,88 11.592.348,12

3. Industri

Pengolahan 25.860.878,58 27.146.426,78 29.677.128,61 31.973.934,77 33.414.650,44

4. Pengadaan Listrik,

Gas 129.492,29 140.402,82 161.678,16 179.418,03 195.179,71

5. Pengadaan Air 167.954,68 176.577,59 185.094,42 182.183,66 195830,39

6. Konstruksi 13.558.459,94 14.336.717,39 15.259.752,72 15.806.448,10 17.023.886,19

7. Perdagangan,

Hotel & Restoran 18.389.730,39 19.776.844,70 20.813.161,02 21.431.655,47 22.713.949,81

8. Transportasi &

Pergudangan 6.346.849,47 6.867.518,44 7.578.029,84 8.135.378,62 8.757.695,08

9.

Penyediaan Akomodasi & Makan Minum

1.782.206,96 1.936.229,65 2.119.584,03 2.242.989,97 2.416.469,08

10. Informasi &

Komunikasi 5.003.090,96 1.620.478,67 6.372.263,98 6.969.231,55 7.584.986,20

11. Jasa Keuangan 2.889.661,84 3.304.941,58 3.691.722,96 3.946.853,47 4.043.055,50

12. Real Estate 4.159.647,88 4.451.859,26 4.820.945,80 5.301.395,57 5.709.667,45

13. Jasa Perusahaan 165.561,28 191.610,67 218.239,69 244.412,09 264.091,57

14.

Adm. Pem., Pertahanan & Jaminan Sos. Wajib

4.911.269,82 4.968.667,70 5.274.721,38 5.406.075,52 5.850.911,70

15. Jasa Pendidikan 3.621.675,01 4.116.944,44 4.302.016,87 4.526.262,74 5.027.311,54

16. Jasa Kesehatan &

Kegiatan Sosial 1.317.212,12 1.414.398,23 1.578.687,77 1.694.907,15 1.781.589,34

17. Jasa Lainnya 1.328.303,93 1.389.838,32 1.414.777,09 1.463.224,32 1.582.235,20

Kondisi tahun 2014, semua sektor mengalami pertumbuhan positif, sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor Jasa Pendidikan sebesar 11,07 persen.

Dari sisi penggunaan/pengeluaran, selama tahun 2010-2014 komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, Pembentukan modal tetap domestik bruto dan ekspor impor mengalami pertumbuhan positif. Komponen konsumsi rumah tangga merupakan jenis penggunaan yang paling besar, tahun 2010 tercatat sebesar Rp.89,66 triliun dan pada tahun 2014 komponen ini tumbuh 6,16 persen atau tercatat Rp.112,29 triliun.

Pengeluaran konsumsi pemerintah di tahun 2010 tercatat Rp.12,48 triliun dan tahun 2014 mencapai Rp.15,11 triliun. Selama kurun waktu 2010-2014 konsumsi pemerintah rata-rata tumbuh 4,91 persen setiap tahun.


(17)

Tabel 9 : PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Penggunaan Tahun 2010-2014 (Juta Rupiah)

No. URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014

1. Pengeluaran Kosumsi

Rumah Tangga 89.663.683 94.027.628 99.967.589 105.772.262 112.289.849

2. Pengeluaran Kosumsi Lembaga

Swasta Nirlaba 1.901.124 2.008.907 2.126.286 2.208.700 2.353.846

3. Pengeluaran Kosumsi Pemerintah 12.483.702 13.325.586 14.149.516 14.743.701 15.113.038

4. Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto 43.927.327 49.058.861 53.646.824 556.900.805 58.841.761

5. Perubahan Inventori 1.309.530 962.361 930.213 465.748 222.691

6. Eksport Luar Negeri 58.516.351 65.805.535 82.723.066 88.308.654 90.436.607

7. Impor Luar Negeri 57.241.015 64.751.377 82.774.289 86.553.212 89.448.334

PDRB 150.560.842 160.437.501

(6,56)

170.769.207 (6,44)

180.636.658 (5,78)

189.809.459 (5,08)

3) PDRB Per Kapita

Perkembangan PDRB per kapita selama tahun 2010-2014 menunjukkan trend yang selalu meningkat. PDRB per kapita penduduk Lampung di tahun 2010 tercatat Rp.19,72 juta atau sekitar Rp.1,64 juta per bulan. Peningkatan masing-masing menjadi Rp.21,98 juta (tahun 2011), Rp.23,91 juta (tahun 2012), Rp.25,77 juta (tahun 2013). Memasuki tahun 2014 PDRB per kapita Lampung meningkat lagi menjadi Rp.28,78 juta atau Rp.2,40 juta setiap bulannya

Tabel 10 : PDRB Per Kapita Tahun 2010-2014 (Rupiah)

URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014

Lampung 19.722.392 21.981.474 23.910.842 25.768.959 28.781.825

Nasional 28.778.163 32.363.747 35.105.215 38.279.918 41.808.743

d) Neraca Perdagangan

Neraca perdagangan Lampung selama kurun waktu 2010-2014 berada pada posisi positif dengan surplus neraca perdagangan yang berfluktuasi. Terjadi penurunan surplus yaitu 36,97 persen di tahun 2010 dan 36,01 persen di tahun 2011. Kemudian terjadi peningkatan surplus selama kurun waktu 2012-2013. Tahun 2014 terjadi penurunan sebesar 23,47 persen.

Dalam lima tahun terakhir nilai ekspor Lampung naik hampir dua kali lipat 2,47 miliar dolar AS tahun 2010 menjadi 3,90 miliar dolar AS tahun 2014. Lampung


(18)

membukukan nilai ekspor cukup besar, krisis Eropa diperkirakan tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan Lampung secara keseluruhan karena pertama, struktur perekonomian Lampung lebih berbasis pada permintaan domestik (konsumsi dan investasi). Kedua, sebagian besar komoditas ekspor Lampung dipasarkan ke negara-negara Asia (sekitar 48 persen), sementara kontribusi ekspor Lampung sendiri terhadap total ekspor nasional masih terhitung kecil, tahun 2014 baru sekitar 2,21 persen.

Gambar 1. Perkembangan Nilai Ekspor Lampung 2010-2014(Juta US$)

Tahun 2010 nilai ekspor Lampung tercatat US$ 2,47 miliar. Tahun 2014 nilai ekspor tercatat US$ 3,90 miliar atau terjadi sedikit penurunan sebesar 0,73 persen dibandingkan tahun 2013. Secara keseluruhan kegiatan ekspor di Provinsi Lampung didominasi oleh komoditi non migas dan tidak melakukan transaksi ekspor untuk migas kecuali di tahun 2012. Tahun 2014 nilai ekspor non migas tercatat US$ 3,90 miliar.

Tabel 11 : Nilai Ekspor Lampung Menurut Migas & Non Migas 2010-2014 (Ribu US$)

EKSPOR 2010 2011 2012 2013 2014

Migas 0 0 30,00 0 0

Minyak Mentah - - 30,00 - -

Gas Alam - - - - -

Non Migas 2.467.380,74 3.265.825,88 3.727.630,96 3.924.475,70 3.895.784,50

Pertanian 801.623,52 959.638,10 1.134.612,23 1.169.284,31 825.469,08

Industri 1.419.765,72 1.900.602,86 2.137.611,07 2.332.668,24 2.696.427,51

Hasil Tambang 245.991,50 405.584,92 455.407,67 422.514,19 373.875,76

Sektor Lain - - - 8,96 12,15

Jumlah 2.467.380,74 3.265.825,88 3.727.660,96 3.924.475,70 3.895.784,50


(19)

Jenis komoditas ekspor Lampung dari hasil pertanian sangat beragam, diantaranya terdapat beberapa komoditas unggulan yang memebrikan kontribusi cukup besar seperti kopi, udang segar/beku, biji coklat dan rempah-rempah. Selama kurun waktu 2010-2014, kopi yang merupakan komoditas unggulan memberikan kontribusi terbesar yaitu rata-rata 14,42 persen dari total kontribusi hasil pertanian.

Komoditi ekspor terbesar ke wilayah Asia dengan rata-rata nilai ekspor 51,14 persen terhadap total nilai ekspor setiap tahunnya. Jepang merupakan negara penyerap ekspor Lampung terbesar. Wilayah tujuan ekspor Lampung terbesar kedua adalah Eropa dengan rata-rata nilai ekspor sebesar 30,09 persen terhadap nilai ekspor setiap tahunnya. Negara Eropa yang paling besar menyerap ekspor Lampung adalah Belanda.

Perkembangan nilai impor Lampung selama tahun 2010-2014 menunjukkan pola yang tidak jauh berbeda dengan perkembangan ekspor. Nilai impor Lampung di tahun 2010 sebesar US$ 1,91 miliar dan tahun 2014 mencapai US$ 3,44 miliar.

Tabel 12 Nilai Impor Lampung Menurut Migas & Non Migas 2010-2014 (Ribu US$)

Komoditi impor Lampung tidak seluruhnya dikonsumsi oleh masyarakat Lampung melainkan ada yang diteruskan ke luar daerah. Nilai impor didominasi oleh bahan baku/hasil tambang sebesar 67,64 persen diikuti minuman & tembakau sebesar 11,29 persen. Selama kurun waktu 2010-2014 bahan baku/hasil tambang tercatat sebagai nilai impor terbesar dengan menyumbang lebih dari 69 persen total nilai impor.

Kebutuhan komoditi di Provinsi Lampung dipenuhi dari impor negara-negara anggota APEC yang besarnya rata-rata 52,47 persen terhadap total nilai impor setiap tahunnya. Negara eksportir terbesar ke Lampung selama kurun waktu 2010-2014 adalah Singapura (21,84 persen), diikuti dengan Australia (6,11 persen) dan China (5,94 persen).


(20)

e) Inflasi

Laju inflasi Lampung tahun 2015 hingga Oktober tercatat sebesar 7,01 persen (yoy) atau secara kumulatif tercatat sebesar 3,12 persen. Pada tahun 2015 terjadi pergeseran trend dimana inflasi Provinsi Lampung tercatat berada di atas nasional yang apabila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya berada di bawah nasional. Tingginya laju inflasi pada tahun 2015 terutama disumbang oleh komoditas bahan pangan seiring dengan adanya kebijakan pembatasan impor, kenaikan bea masuk impor untuk barang konsumsi serta faktor eksternal lainnya. Namun demikian, inflasi Provinsi Lampung tahun 2015 sebesar 4,65 persen sesuai dengan target yakni 4,5 ± 1 persen.

Meningkatnya harga komoditas bahan pangan terutama didorong oleh meningkatnya harga pada sub kelompok bumbu-bumbuan seperti komoditi bawang merah dan cabai merah. Kenaikan harga cabai disebabkan karena penurunan produksi seiring dengan mulai masuknya musim kemarau pada triwulan I 2015. Sementara kenaikan harga bawang merah disebabkan karena penurunan pasokan akibat banjir dan gagal panen di sentra produksi pada triwulan II 2015. Sementara pada triwulan III 2015, beras menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar sejalan dengan adanya fenomena el-nino yang mempengaruhi produksi padi.

Perkembangan laju inflasi Kota Bandar Lampung selama lima tahun terakhir seperti disajikan pada tabel. Selama periode tahun 2010-2013, inflasi tertinggi Kota Bandar Lampung terjadi tahun 2010 mencapai 9,95 persen. Tingginya inflasi tersebut diakibatkan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang cukup signifikan sehingga menimbulkan multiple effect terhadap harga-harga barang lainnya. Tahun 2014, inflasi Kota Bandar Lampung sama dengan nasional yaitu 8,36 persen.

Tabel 13. IHK dan Inflasi Kota Bandar Lampung dan Nasional Tahun 2010-2014

No Tahun 2014

IHK INFLASI

Bandar

Lampung Nasional

Bandar

Lampung Nasional

1. Januari 142,13 130,00 0,74 1,07

2. Februari 141,98 130,96 0.02 0,26

3. Maret 141,68 131,05 -0,15 0,08

4. April 142,24 131,32 -0,05 -0,02

5. Mei 142,48 131,41 0,04 0,16

6. Juni 143,60 132,23 0,78 0,43

7. Juli 144,35 133,16 1,10 0,93

8. Agustus 145,97 134,43 0,78 0,47

9. September 146,44 134,45 0,22 0,27

10. Oktober 146,78 134,67 0,83 0,47

11. Nopember 146,35 134,76 1,04 1,50

12. Desember 147,31 135,49 2,72 2,46

13. 2013 144,28 132,83 7,56 8,38

14. 2012 141,24 129,91 4,30 4,30

15. 2011 135,50 125,17 4,24 3,79


(21)

f) Ketenagakerjaan

Sektor ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor penting bagi pembangunan ekonomi daerah khususnya dalam upaya pemerintah daerah mengurangi jumlah penduduk miskin. Dalam penyajian data ketenagakerjaan, BPS menggunakan batasan umur 15 tahun ke atas dari semua penduduk dan dikenal dengan istilah penduduk usia kerja. Penduduk usia kerja di Provinsi Lampung tahun 2014 berjumlah 5.759.210 jiwa yang terdiri dari jumlah angkatan kerja 3.857.984 jiwa dan bukan angkatan kerja 1.901.236 jiwa. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja (3.673.207 jiwa) dan pengangguran (184.890 jiwa). Penduduk Provinsi Lampung sebagian besar bekerja di sektor pertanian yaitu 48,87% atau 1.795.272 jiwa. Adapun penduduk yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan tercatat 14,29% atau 525.042 jiwa. Upaya untuk terus meningkatkan kesejahteraan pekerja terus dilakukan, salah satunya melalui penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP). Penetapan UMP Provinsi Lampung, 2014 adalah Rp.1.399.037 per bulan.

g) Kemiskinan

1) Perkembangan Penduduk Miskin di Lampung

Angka kemiskinan Provinsi Lampung mengalami penurunan pada September 2015. Berdasarkan hasil survei terbaru diketahui angka kemiskinan Lampung sebesar 13,53% atau 1.100,68 ribu jiwa (lihat Tabel 1). Data Maret 2015 angka kemiskinan Provinsi Lampung masih 14,35% atau 1.163,49 ribu jiwa. Dengan kata lain selama periode Maret 2015 - September 2015 telah terjadi pengurangan jumlah penduduk miskin sekitar 62,81 ribu jiwa atau 5,74 %. Angka kemiskinan Lampung September 2015 ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional yang sebesar 11,13%

Trend penurunan angka kemiskinan berlanjut pada September 2015 walaupun pada semester sebelumnya sempat terkoreksi. Penurunan ini juga terjadi pada tingkat nasional namun penurunan angka kemiskinan Provinsi Lampung lebih cepat. Dengan demikian, gap antara angka kemiskinan nasional dengan Lampung menjadi semakin sempit.


(22)

Berdasarkan daerah tempat tinggal, penduduk miskin terkonsentrasi di perdesaan dengan tingkat kemiskinan sebesar 15,05%. Cukup jauh terpaut dengan kemiskinan di perkotaan yang 9,25%. Dari sisi jumlah penduduk miskin juga terdapat perbedaan yang signifikan yakni 197,94 ribu jiwa di perkotaan dan 902,74 ribu jiwa di daerah pedesaan.

Tabel 11. Jumlah dan persentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Menurut Daerah, 2010-2015

Tahun Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) Persentase Penduduk Miskin

Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

2010 (Maret) 2011 (Maret) 2011 (Sept) 2012 (Maret) 2012 (Sept) 2013 (Maret) 2013 (Sept) 2014 (Maret) 2014 (Sept) 2015 (Maret) 2015 (Sept) 301,73 243,61 226,09 241,10 240,11 235,47 224,81 230,63 224,21 233,27 197,94 1 178,20 1 064,09 1 062,48 1 023,39 990,05 939,88 919,95 912,28 919,73 930,22 902,74 1 479,93 1 307,70 1 288,58 1 264,48 1 230,16 1 175,35 1 144,76 1 142,92 1 143,93 1 163,49 1 100,68 14,30 12,27 11,32 12,00 11,88 11,59 10,89 11,08 10,68 10,94 9,25 20,65 18,54 18,39 17,63 16,96 15,99 15,62 15,41 15,46 15,56 15,05 18,94 16,93 16,57 16,18 15,65 14,86 14,39 14,28 14,21 14,35 13,53

Penurunan tingkat kemiskinan selama periode Maret 2015-September 2015, lebih signifikan terjadi di daerah urban (perkotaan) yangb erkurang 15,15% (35,33 ribu jiwa), sedangkan di daerah rural (perdesaan) hanya turun 2,95% (27, 48 ribu jiwa). Berarti pada periode ini kenaikan tingkat kesejahteraa npenduduk miskin lebih cepat terjadi diperkotaan dibanding di perdesaan.

2) Pergeseran Penduduk Miskin

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Semakin tinggi garis kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin jika tidak terjadi peningkatan pendapatan.

Program-program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan saat ini belum optimal dalam memberikan kesempatan kerja yang permanen bagi masyarakat miskin, sehingga belum bisa memberikan lompatan yang signifikan bagi masyarakat miskin untuk keluar dari garis kemiskinan. Sebagai contoh, secara nasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri mampu menciptakan 4,8 juta lapangan kerja pada tahun 2010 namun sebagian besar merupakan pekerjaan sementara. Demikian juga dengan penyaluran Kredit Untuk Rakyat (KUR), yang pada awalnya diharapkan dapat menyerap 5 juta tenaga kerja, akan tetapi kesempatan


(23)

kerja per tahun yang diciptakan masih kurang dari 400.000 orang. Kebanyakan tenaga kerja adalah tenaga kerja di sektor informal yang hanya bisa memberikan kekuatan bagi masyarakat miskin untuk bertahan hidup tetapi belum dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana mengaitkan kebijakan makro ekonomi baik yang bersifat mendorong pertumbuhan ekonomi maupun untuk menjaga stabilitas harga dapat lebih menggerakkan sektor riil dan berdampak pada penambahan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin secara permanen dan layak.

Terjadinya perubahan iklim juga masih menjadi tantangan yang dihadapi dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Kegagalan panen oleh petani akibat banjir dan tidak melautnya nelayan akibat cuaca buruk masih menjadi pemicu tingginya angka kemiskinan di tahun 2015. Untuk itu, upaya mitigasi dan adaptasi terhadap bencana alam tetap menjadi perhatian Pemerintah Provinsi Lampung. Selain itu, masyarakat miskin di pedesaan yang sebagian besar adalah petani semakin termarjinalkan akibat adanya alih fungsi lahan pertanian.

Selain itu, efektivitas pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan baik program pusat maupun yang digagas pemerintah provinsi dan kabupaten/kota masih akan terkendala oleh berbagai permasalahan sinkronisasi dan koordinasi program serta kegiatan dan juga penganggarannya. Dalam kaitannya dengan hal ini, perlu adanya penajaman upaya-upaya penurunan kemiskinan di daerah-daerah dengan tingkat kemiskinan relatif tinggi, seperti untuk Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Lampung Selatan, dan Kabupaten Way Kanan. untuk mengurangi kesenjangan yang ada. Hal ini juga perlu didukung dengan upaya peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam rangka menyusun rencana dan anggaran agar lebih berpihak pada masyarakat miskin karena salah satu tantangan yang dihadapi pula adalah meningkatkan ketepatan kebijakan, program dan kegiatan di daerah agar dapat menyelesaikan permasalahan kemiskinan.

Semakin termarjinalkannya masyarakat miskin di perkotaan juga menjadi tantangan yang dihadapi tahun 2015. Masyarakat miskin semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka secara layak karena kurangnya akses terhadap pelayanan dasar sehingga tidak memungkinkan mereka untuk mengembangkan kehidupan mereka secara layak. Kegiatan yang bersifat affirmative/keberpihakan pada masyarakat miskin perkotaan menjadi hal penting yang harus diperhatikan, terutama agar dapat memberikan akses yang lebih luas dalam pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat miskin perkotaan.

Tantangan lain yang juga dihadapi adalah masih kurang efektifnya penyelenggaraan bantuan sosial, serta keterbatasan jumlah dan kapasitas sumber daya


(24)

manusia, seperti tenaga lapangan yang terdidik, terlatih dan memiliki kemampuan dalam penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial. Selain itu, belum optimalnya lembaga pelaksanaan program-program jaminan sosial terutama untuk menjaga agar masyarakat miskin atau hampir miskin tidak semakin parah kondisi sosial ekonominya.

Kinerja penanggulangan kemiskinan di Provinsi Lampung menunjukkan hasil yang baik. Indikator keberhasilannya adalah trend penurunan jumlah penduduk miskin yang terus terjadi sejak 5 tahun terakhir, baik ditinjau dari jumlah penduduk miskin maupun ditinjau dari persentase penduduk miskin. Pada tahun 2015 penduduk miskin Provinsi Lampung sebesar 1,101 juta jiwa (13,53%) berkurang 62,80 ribu orang dibandingkan dengan penduduk miskin 2014 yang sebesar 1,163 juta jiwa (14,35%).

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM).

Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilo kalori perkapita per hari. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.

Selama tahun 2006 s/d 2015, jumlah penduduk miskin Provinsi Lampung terus mengalami penurunan, dari sekitar 1.638.000 jiwa (2006), menjadi sekitar 1.100.680 jiwa (2015). Kondisi tersebut tentunya diikuti oleh penurunan persentase tingkat kemiskinan, dimana pada tahun 2006, tingkat kemiskinan mencapai 22,77%, turun menjadi 13,53% pada 2015. Kondisi ini menjadikan Provinsi Lampung yang selama ini merupakan peringkat ke-3 tertinggi turun menjadi peringkat ke-4 tertinggi diantara provinsi se-wilayah Sumatera, dibawah Provinsi Bengkulu, Aceh dan Sumsel.

0 20

2010 2011 2012 2013 2014 18.94 16.93 16.18

14.86 14.28

Persentase Penduduk Miskin

Persentase Penduduk Miskin


(1)

Jenis komoditas ekspor Lampung dari hasil pertanian sangat beragam, diantaranya terdapat beberapa komoditas unggulan yang memebrikan kontribusi cukup besar seperti kopi, udang segar/beku, biji coklat dan rempah-rempah. Selama kurun waktu 2010-2014, kopi yang merupakan komoditas unggulan memberikan kontribusi terbesar yaitu rata-rata 14,42 persen dari total kontribusi hasil pertanian.

Komoditi ekspor terbesar ke wilayah Asia dengan rata-rata nilai ekspor 51,14 persen terhadap total nilai ekspor setiap tahunnya. Jepang merupakan negara penyerap ekspor Lampung terbesar. Wilayah tujuan ekspor Lampung terbesar kedua adalah Eropa dengan rata-rata nilai ekspor sebesar 30,09 persen terhadap nilai ekspor setiap tahunnya. Negara Eropa yang paling besar menyerap ekspor Lampung adalah Belanda.

Perkembangan nilai impor Lampung selama tahun 2010-2014 menunjukkan pola yang tidak jauh berbeda dengan perkembangan ekspor. Nilai impor Lampung di tahun 2010 sebesar US$ 1,91 miliar dan tahun 2014 mencapai US$ 3,44 miliar.

Tabel 12 Nilai Impor Lampung Menurut Migas & Non Migas 2010-2014 (Ribu US$)

Komoditi impor Lampung tidak seluruhnya dikonsumsi oleh masyarakat Lampung melainkan ada yang diteruskan ke luar daerah. Nilai impor didominasi oleh bahan baku/hasil tambang sebesar 67,64 persen diikuti minuman & tembakau sebesar 11,29 persen. Selama kurun waktu 2010-2014 bahan baku/hasil tambang tercatat sebagai nilai impor terbesar dengan menyumbang lebih dari 69 persen total nilai impor.

Kebutuhan komoditi di Provinsi Lampung dipenuhi dari impor negara-negara anggota APEC yang besarnya rata-rata 52,47 persen terhadap total nilai impor setiap tahunnya. Negara eksportir terbesar ke Lampung selama kurun waktu 2010-2014 adalah Singapura (21,84 persen), diikuti dengan Australia (6,11 persen) dan China (5,94 persen).


(2)

e) Inflasi

Laju inflasi Lampung tahun 2015 hingga Oktober tercatat sebesar 7,01 persen (yoy) atau secara kumulatif tercatat sebesar 3,12 persen. Pada tahun 2015 terjadi pergeseran trend

dimana inflasi Provinsi Lampung tercatat berada di atas nasional yang apabila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya berada di bawah nasional. Tingginya laju inflasi pada tahun 2015 terutama disumbang oleh komoditas bahan pangan seiring dengan adanya kebijakan pembatasan impor, kenaikan bea masuk impor untuk barang konsumsi serta faktor eksternal lainnya. Namun demikian, inflasi Provinsi Lampung tahun 2015 sebesar 4,65 persen sesuai dengan target yakni 4,5 ± 1 persen.

Meningkatnya harga komoditas bahan pangan terutama didorong oleh meningkatnya harga pada sub kelompok bumbu-bumbuan seperti komoditi bawang merah dan cabai merah. Kenaikan harga cabai disebabkan karena penurunan produksi seiring dengan mulai masuknya musim kemarau pada triwulan I 2015. Sementara kenaikan harga bawang merah disebabkan karena penurunan pasokan akibat banjir dan gagal panen di sentra produksi pada triwulan II 2015. Sementara pada triwulan III 2015, beras menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar sejalan dengan adanya fenomena el-nino yang mempengaruhi produksi padi.

Perkembangan laju inflasi Kota Bandar Lampung selama lima tahun terakhir seperti disajikan pada tabel. Selama periode tahun 2010-2013, inflasi tertinggi Kota Bandar Lampung terjadi tahun 2010 mencapai 9,95 persen. Tingginya inflasi tersebut diakibatkan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang cukup signifikan sehingga menimbulkan

multiple effect terhadap harga-harga barang lainnya. Tahun 2014, inflasi Kota Bandar

Lampung sama dengan nasional yaitu 8,36 persen.

Tabel 13. IHK dan Inflasi Kota Bandar Lampung dan Nasional Tahun 2010-2014

No Tahun 2014

IHK INFLASI

Bandar

Lampung Nasional

Bandar

Lampung Nasional

1. Januari 142,13 130,00 0,74 1,07

2. Februari 141,98 130,96 0.02 0,26

3. Maret 141,68 131,05 -0,15 0,08

4. April 142,24 131,32 -0,05 -0,02

5. Mei 142,48 131,41 0,04 0,16

6. Juni 143,60 132,23 0,78 0,43

7. Juli 144,35 133,16 1,10 0,93

8. Agustus 145,97 134,43 0,78 0,47

9. September 146,44 134,45 0,22 0,27

10. Oktober 146,78 134,67 0,83 0,47

11. Nopember 146,35 134,76 1,04 1,50

12. Desember 147,31 135,49 2,72 2,46

13. 2013 144,28 132,83 7,56 8,38

14. 2012 141,24 129,91 4,30 4,30

15. 2011 135,50 125,17 4,24 3,79


(3)

f) Ketenagakerjaan

Sektor ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor penting bagi pembangunan ekonomi daerah khususnya dalam upaya pemerintah daerah mengurangi jumlah penduduk miskin. Dalam penyajian data ketenagakerjaan, BPS menggunakan batasan umur 15 tahun ke atas dari semua penduduk dan dikenal dengan istilah penduduk usia kerja. Penduduk usia kerja di Provinsi Lampung tahun 2014 berjumlah 5.759.210 jiwa yang terdiri dari jumlah angkatan kerja 3.857.984 jiwa dan bukan angkatan kerja 1.901.236 jiwa. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja (3.673.207 jiwa) dan pengangguran (184.890 jiwa). Penduduk Provinsi Lampung sebagian besar bekerja di sektor pertanian yaitu 48,87% atau 1.795.272 jiwa. Adapun penduduk yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan tercatat 14,29% atau 525.042 jiwa. Upaya untuk terus meningkatkan kesejahteraan pekerja terus dilakukan, salah satunya melalui penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP). Penetapan UMP Provinsi Lampung, 2014 adalah Rp.1.399.037 per bulan.

g) Kemiskinan

1) Perkembangan Penduduk Miskin di Lampung

Angka kemiskinan Provinsi Lampung mengalami penurunan pada September 2015. Berdasarkan hasil survei terbaru diketahui angka kemiskinan Lampung sebesar 13,53% atau 1.100,68 ribu jiwa (lihat Tabel 1). Data Maret 2015 angka kemiskinan Provinsi Lampung masih 14,35% atau 1.163,49 ribu jiwa. Dengan kata lain selama periode Maret 2015 - September 2015 telah terjadi pengurangan jumlah penduduk miskin sekitar 62,81 ribu jiwa atau 5,74 %. Angka kemiskinan Lampung September 2015 ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional yang sebesar 11,13%

Trend penurunan angka kemiskinan berlanjut pada September 2015 walaupun

pada semester sebelumnya sempat terkoreksi. Penurunan ini juga terjadi pada tingkat nasional namun penurunan angka kemiskinan Provinsi Lampung lebih cepat. Dengan demikian, gap antara angka kemiskinan nasional dengan Lampung menjadi semakin sempit.


(4)

Berdasarkan daerah tempat tinggal, penduduk miskin terkonsentrasi di perdesaan dengan tingkat kemiskinan sebesar 15,05%. Cukup jauh terpaut dengan kemiskinan di perkotaan yang 9,25%. Dari sisi jumlah penduduk miskin juga terdapat perbedaan yang signifikan yakni 197,94 ribu jiwa di perkotaan dan 902,74 ribu jiwa di daerah pedesaan.

Tabel 11. Jumlah dan persentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Menurut Daerah, 2010-2015

Tahun Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) Persentase Penduduk Miskin

Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

2010 (Maret) 2011 (Maret) 2011 (Sept) 2012 (Maret) 2012 (Sept) 2013 (Maret) 2013 (Sept) 2014 (Maret) 2014 (Sept) 2015 (Maret) 2015 (Sept) 301,73 243,61 226,09 241,10 240,11 235,47 224,81 230,63 224,21 233,27 197,94 1 178,20 1 064,09 1 062,48 1 023,39 990,05 939,88 919,95 912,28 919,73 930,22 902,74 1 479,93 1 307,70 1 288,58 1 264,48 1 230,16 1 175,35 1 144,76 1 142,92 1 143,93 1 163,49 1 100,68 14,30 12,27 11,32 12,00 11,88 11,59 10,89 11,08 10,68 10,94 9,25 20,65 18,54 18,39 17,63 16,96 15,99 15,62 15,41 15,46 15,56 15,05 18,94 16,93 16,57 16,18 15,65 14,86 14,39 14,28 14,21 14,35 13,53

Penurunan tingkat kemiskinan selama periode Maret 2015-September 2015, lebih signifikan terjadi di daerah urban (perkotaan) yangb erkurang 15,15% (35,33 ribu jiwa), sedangkan di daerah rural (perdesaan) hanya turun 2,95% (27, 48 ribu jiwa). Berarti pada periode ini kenaikan tingkat kesejahteraa npenduduk miskin lebih cepat terjadi diperkotaan dibanding di perdesaan.

2) Pergeseran Penduduk Miskin

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Semakin tinggi garis kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin jika tidak terjadi peningkatan pendapatan.

Program-program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan saat ini belum optimal dalam memberikan kesempatan kerja yang permanen bagi masyarakat miskin, sehingga belum bisa memberikan lompatan yang signifikan bagi masyarakat miskin untuk keluar dari garis kemiskinan. Sebagai contoh, secara nasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri mampu menciptakan 4,8 juta lapangan kerja pada tahun 2010 namun sebagian besar merupakan pekerjaan sementara. Demikian juga dengan penyaluran Kredit Untuk Rakyat (KUR), yang pada awalnya diharapkan dapat menyerap 5 juta tenaga kerja, akan tetapi kesempatan


(5)

kerja per tahun yang diciptakan masih kurang dari 400.000 orang. Kebanyakan tenaga kerja adalah tenaga kerja di sektor informal yang hanya bisa memberikan kekuatan bagi masyarakat miskin untuk bertahan hidup tetapi belum dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana mengaitkan kebijakan makro ekonomi baik yang bersifat mendorong pertumbuhan ekonomi maupun untuk menjaga stabilitas harga dapat lebih menggerakkan sektor riil dan berdampak pada penambahan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin secara permanen dan layak.

Terjadinya perubahan iklim juga masih menjadi tantangan yang dihadapi dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Kegagalan panen oleh petani akibat banjir dan tidak melautnya nelayan akibat cuaca buruk masih menjadi pemicu tingginya angka kemiskinan di tahun 2015. Untuk itu, upaya mitigasi dan adaptasi terhadap bencana alam tetap menjadi perhatian Pemerintah Provinsi Lampung. Selain itu, masyarakat miskin di pedesaan yang sebagian besar adalah petani semakin termarjinalkan akibat adanya alih fungsi lahan pertanian.

Selain itu, efektivitas pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan baik program pusat maupun yang digagas pemerintah provinsi dan kabupaten/kota masih akan terkendala oleh berbagai permasalahan sinkronisasi dan koordinasi program serta kegiatan dan juga penganggarannya. Dalam kaitannya dengan hal ini, perlu adanya penajaman upaya-upaya penurunan kemiskinan di daerah-daerah dengan tingkat kemiskinan relatif tinggi, seperti untuk Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Lampung Selatan, dan Kabupaten Way Kanan. untuk mengurangi kesenjangan yang ada. Hal ini juga perlu didukung dengan upaya peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam rangka menyusun rencana dan anggaran agar lebih berpihak pada masyarakat miskin karena salah satu tantangan yang dihadapi pula adalah meningkatkan ketepatan kebijakan, program dan kegiatan di daerah agar dapat menyelesaikan permasalahan kemiskinan.

Semakin termarjinalkannya masyarakat miskin di perkotaan juga menjadi tantangan yang dihadapi tahun 2015. Masyarakat miskin semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka secara layak karena kurangnya akses terhadap pelayanan dasar sehingga tidak memungkinkan mereka untuk mengembangkan kehidupan mereka secara layak. Kegiatan yang bersifat affirmative/keberpihakan pada masyarakat miskin perkotaan menjadi hal penting yang harus diperhatikan, terutama agar dapat memberikan akses yang lebih luas dalam pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat miskin perkotaan.

Tantangan lain yang juga dihadapi adalah masih kurang efektifnya penyelenggaraan bantuan sosial, serta keterbatasan jumlah dan kapasitas sumber daya


(6)

manusia, seperti tenaga lapangan yang terdidik, terlatih dan memiliki kemampuan dalam penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial. Selain itu, belum optimalnya lembaga pelaksanaan program-program jaminan sosial terutama untuk menjaga agar masyarakat miskin atau hampir miskin tidak semakin parah kondisi sosial ekonominya.

Kinerja penanggulangan kemiskinan di Provinsi Lampung menunjukkan hasil yang baik. Indikator keberhasilannya adalah trend penurunan jumlah penduduk miskin yang terus terjadi sejak 5 tahun terakhir, baik ditinjau dari jumlah penduduk miskin maupun ditinjau dari persentase penduduk miskin. Pada tahun 2015 penduduk miskin Provinsi Lampung sebesar 1,101 juta jiwa (13,53%) berkurang 62,80 ribu orang dibandingkan dengan penduduk miskin 2014 yang sebesar 1,163 juta jiwa (14,35%).

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM).

Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilo kalori perkapita per hari. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.

Selama tahun 2006 s/d 2015, jumlah penduduk miskin Provinsi Lampung terus mengalami penurunan, dari sekitar 1.638.000 jiwa (2006), menjadi sekitar 1.100.680 jiwa (2015). Kondisi tersebut tentunya diikuti oleh penurunan persentase tingkat kemiskinan, dimana pada tahun 2006, tingkat kemiskinan mencapai 22,77%, turun menjadi 13,53% pada 2015. Kondisi ini menjadikan Provinsi Lampung yang selama ini merupakan peringkat ke-3 tertinggi turun menjadi peringkat ke-4 tertinggi diantara provinsi se-wilayah Sumatera, dibawah Provinsi Bengkulu, Aceh dan Sumsel.

0 20

2010 2011 2012 2013 2014 18.94 16.93 16.18

14.86 14.28

Persentase Penduduk Miskin

Persentase Penduduk Miskin