Pengaruh Penambahan Nutrien terhadap Produksi Tubuh Buah dan Metabolit Bioaktif Pleurotus ostreatus

PENGARUH PENAMBAHAN NUTRIEN TERHADAP PRODUKSI TUBUH BUAH
DAN METABOLIT BIOAKTIF Pleurotus ostreatus

,,*,*lHiill,'IlHx?=* jHff il3ffi;lil:F|l-or"no
Email : nuraeniekowati@vahoo.com

ABSTRAK
namun
Budidaya jamur Pleurotus osfreafus telah lama dilakukan di lndonesia,
maupun
negeri
dalam
produksinya belum mencukupi untuk,produksi
sampai saat ini 'Sefain
juga
s6Oagai jamur pangan (ediple mushroom), jamur ini
ekspor.
sebagai
".tri.
O"rpotenri'sebagai lamur oOit (ieaicinat mushroom), salah satunya adalah.
yang

intimikroba. Tul-uan penelitian ini adalah (1) Mendapatkan komposisi nutrien
potensi ekslrak metabolit
iepat untuf produksitlUun buah P. ostreatus, (2) mengetahui
typhi dan Bacillus
pada
Salmonella
p.osfreafus
bakteri
sebagai antimikroba
bioaktif
rancangan
dengan
cereus. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental,
jagung
pada
tepung
acaf tengfap. Perlakuan yani diberikan adalah penambahan
nutrien
medium 6uOiOaya fadat 6ngin dosis 0%, 1o/o, 2o/o dan 3%, dan komposisi
piOa medium clir. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis

Vrng b"tb"Oa
-an
penelitian
ditanjutkan dengan uji Dunian pada tingkat kesalahan 5olo. Hasil
r.g;;
produksitubuh
terhadap
nyata
mJnunlukran oahwj p"n"ilb"hin nutrien berpengaruh
perlakuan
buah dan aktivitas aniimikroba. produksi tubuh buah tertinggi diperoleh dari
pertama'
Aktivitas
panen
penambahan tepung jagung 3% sebesar 94 g/baglog untuk
jagung,
antimikroba tertingJi'Oiperonn dari perlakuan tanpa penambahan tepung
O"ng.n daya hambit sebesar 28,75 * 3,23 mm untuk S- typhidan 13,63 1,89 mm
untuk B. cereus.


t

Kata

kunci: Pleurotusosfrcafus, metabolit bioaktif,

edible mushroom, medicinal

mushroom, antimikroba

Pendahuluan
pleurotus osfreafus (Jacq.) P. Kumm. merupakan salah satu jenis jamur pangan

yang sudah dibudidayakan di beberapa daerah di lndonesia. Budidaya jamur
p.osfreafus telah lama dilakukan di lndonesia, namun sampai saat ini produksinya
belum mencukupi untuk produksi dalam negeri maupun untuk ekspor. Selain sebagai
jamur pangan (edibte mushroom), jamur ini juga berpotensi sebagai jamur obat

(medicinat mushroom), salah satunya adalah sebagai antimikroba. Lindequist et al.
(2005), Poucheret et at. (20O6), Gregori et al. (2007) dan Kai ?AAT\ menyatakan

bahwa

p.

ostreatu.s tidak hanya berpotensi

sebagaijamur pangan (edible mushroom\,

bio.unsoed.ac.id

namun juga sebagaijamur obat (medicinal mushroom)'
Jamur tiram putih merupakan bahan pangan yang sangat baik untuk dikonsumsi

karena kandungan proteinnya mencapai 24,66a/o. Kandungan protein ini mendekati
jenis sayuran lainnya.
kandungan protein hewani dan lebih tinggi dibandingkan dengan
Keunggulan lainnya adalah kandungan asam aminonya yang lengkap, kandungan

serat mencap?i7,7o/o, mengandung mineral (Ca, P, Fe, Na, K), asam folat, tiamin (B1),
riboflavin (B2), niacin, dan vitamin C (Patil et al',2010).


Produksi jamur pangan

di Cina pada tahun 2008 masih menduduki

urutan

tertinggi di dunia, yaitu mencapai 70o/o dari produksi dunia, sedangkan lndonesia
belum masuk dalam 10 besar (Vostrovsky dan Jablonski,2011). Masih rendahnya
produksi jamur pangan khususnya

P. ostreatus dikarenakan kemampuan

teknologi

budidaya yang masih rendah, dan hanya menggunakan bahan baku medium dengan
kandungan selulosa dan hemiselulosa yang tinggi tanpa memperhatikan kebutuhan

nutrisi lainnya. Oie (1996) menyatakan bahwa untuk mendapatkan produksi tubuh
buah yang tinggi diperlukan penambahan beberapa nutrisi pada medium. Ekowati et al.

(ZO11a) melaporkan bahwa komposisi nutrisi yang berbeda pada medium tanam,
dapat mempengaruhi produksi jamur Shiitake (L. edodes). Selanjutnya Ekowati et al-

(2011b) menyatakan bahwa dengan penambahan mineral pada medium fermentasi
cair, memberikan hasil produksi senyawa bioaktif L. edodes lebih tinggi dibandingkan
medium standartanpa penambahan mineral.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya tersebut, maka dilakukan penelitian
mengenai pengayaan nutrisi pada medium tanam padat dan cair dengan sumber
bahan organik maupun anorganik, untuk meningkatkan produksi tubuh buah maupun
Mendapatkan
ostreatus. . Tujuan penelitian ini adalah
senyawa bioaktif

(1)

P

komposisi nutrien yang tepat untuk produksi tubuh buah P. osfreafus, (2) Mengetahui
potensi ekstrak metabolit bioaktif P.osfreafus sebagai antimikroba pada bakteri

Salmonella typhi dan Baeillus cereus.

illetode Penelitian

A. Materi Penelitian
Bahan yang digunakan adalah: biakan murni P. osfreafus, medium PDA,
ekstrak yeast, ekstrak malt, glukosa, pepton, kloroform, etil asetat, streptomycine,

kloramfenikol, magnesium sulfat, natrium nitrat, besi (ll) sulfat, kalium dihidrogen
fosfat, kalium klorida, natrium klorida, mangan klorida, zing klorida, besi (lll) klorida,
kupri sulfat, ammonium sulfat, dimethylsulfoxide (DMSO), biji jagung, tepung jagung,
serbuk gergaji kayu sengon, bekatul, kalsium karbonat, dan gibs-

bio.unsoed.ac.id

Alat yang digunakan adalah g/ass ware, pompa vacum, lampu spiritus, jarum
inokulasi, laminar air flow, desikator, kompor, tangki minyak, pompa, sekop,
higrometer, termometer, kumbung (rumah jamur), shaker orbital, rotary evaporator,
oven, freeze dryer, water bafh, sentrifus (Sorvall, MC12V), tabung sentrifus 15 ml,
refrigerator (Sanyo, SR-LV239N), inkubator (Jeio-Tech, lB-600M), otoklaf (Hirayama


HV-25/Hiclave), pH meter, mikropipet, timbangan analitik (Ohaus, E0551119062956),
dan kamera digital.

B.

Metode Penelitian

Metode penelitian adalah eksperimental dengan rancangan acak lengkap. Tahap
penelitian ini adalah budidaya P. ostreatus pada medium padat untuk mendapatkan

tubuh buah. Perlakuan yang diberikan adalah penambahan tepung jagung dengan
empat taraf konsentrasi:

1.
2.
3.

4.


Penambahan tePung jagung 0%
Penambahan tepung jagung 1%
Penambahan tePung iagung2o/o
Penambahan tePung jagung 3%

Masing-masing perlakuan dengan ulangan

4 kali. Pengamatan dilakukan

pada

panen pertama. Variabel yang diamati adalah bobot segar tubuh buah.

Metode penelitian tahap

2

(budidaya pada medium cair untuk mendapatkan

biomassa miselium dan filtrat kultur) menggunakan metode eksperimental dengan

rancangan acak lengkap. Budidaya pada medium fermentasi cair (MFC), dengan
perlakuan sebagai berikut:

1.

Medium fermentasi cair (MFC)

2.
3.

Medium fermentasi cair (MFC) 2

1

Medium fermentasicair (MFC) 3

Keterangan:
Medium fermentasi cair (MFC):

=

(MFC) 2 =

(MFC) 1

(g/l) kentang 200,0; dekstrosa 20,0; ekstrak bijijagung10,O.

(g/l) glukosa 20,0; pepton 5,0; ekstrak yeast 2,0; KHzPO+ 1,0;
MgSOa. THzO 0,5; dan NaCl 0,06; MnGlz'4HzA 0-4; ZnClz 0.2;
FeClg.OHzO 0.8; CuSOa'SHzO 0.1.

(MFC)3= (g/l) glukosa 40,0; pepton 1,0; ekstrak yeast 2,0; KHzPO+

1,0;

MgSO+. THzO 0,2; (NHI)SO+ 5,0.

bio.unsoed.ac.id

Masing-masing perlakuan dengan ulangan 5 kali. Pengamatan dilakukan pada
waktu inkubasi hari ke 21 setelah inokulasi. Variabel yang diamati adalah bobot kering
biomassa miselium, dan aktivitas antimikroba.

Tubuh buah dan filtrat kultur P.ostreatus diekstraksi dengan pelarut organik yaitu

etil asetat, kemudian pelarut diuapkan menggunakan rotary evaporator,

sampai

diperoleh ekstrak kental atau kering, kemudian ekstrak ditimbang. Ekstrak yang sudah
bebas pelarut (etil asetat) dilarutkan kembali dalam DMSO 2%, kemudian dilakukan uji
aktivitas antimikroba pada setiap perlakuan dengan metode cakram kertas diameter 6
mm. Setiap perlakuan dilakukan tiga kali ulangan. Zona jernih yang terbentuk diukur,
dan dinyatakan sebagai diamete( zona hambat bakteri Gram positif dan bakteri Gram
negatif. Selanjutnya dilakukan u1i Minimal lnhibitory concentration (MlC) menggunakan
metode dilusi (lwalokun, 2007).

Analisis Data:

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan
dengan uji Duncan pada tingkat kesalahan 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil percobaan penanaman P. osfreafus pada medium padat

dengan

penambahan tepung jagung dengan berbagai konsentrasi menunjukkan hasil yang
yang nyata
bervariasi. Penambahan nutrien yaitu tepung jagung memberikan pengaruh

P.

ostreatus. Pengaruh tersebut disebabkan oleh
pada
bertambahnya nutrien penting terutama protein dan mineral yang terkandung
tepung jagung. Hasil pengukuran bobot basah tubuh buah disajikan pada Tabel 1.

terhadap bobot tubuh buah

Tabel

1.

Bobot basah tubuh buah P.osfreafus pada medium tanam padat dengan
penambahan tePung jagung

Perlakuan
jagung
tepung
lsPurrYJqvur.v
Penarnbahan
l-titlallltJallall
Penambahan tepung jagung
Penambahan tepung jagung
Penambahan

No

1I
2
3
4
-

v'v
0%
1%

a
* 9,07
vt
v' tvY t
67,33
85,33 1'1,93 ab
2olo 90,33 15,31 b
3o/o 94,00 * 8,89 b
huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada
P < 0'05'
taraf
Duncan
uji
berdasarkan

t
t

Bobot basah tubuh buah P.osfreafus yang diperoleh dari panen pertama saja,
menunjukkan bahwa penambahan tepung jagung 3olo memberikan hasil tertinggi yaitu
sebesar 94,00 g, dan nilai Biotogical Efficiency Rafio (BER) sebesar 62,670/o' Hal ini
menunjukkan bahwa penambahan nutrien pada medium tanam dapat meningkatkan

bio.unsoed.ac.id

produksi tubuh buah. Tepung jagung digunakan pada penelitian ini karena bahan
tersebut mengandung gizi yang dibutuhkan gleh jamur tiram, terutama kandungan
protein dan mineral yang masih kurang tersedia pada media tanam utamanya' Menurut
Suarni (2009), kandungan gizi iagung per 100 g adalah: protein 9,2 g, lemak 3,9 g,

vitamin A 510 Sl, dan
karbohidratTg,T g, kalsium 10 mg, fosfor 256 mg, besi 2,4 mg,

Bl 0,38 mg.
Hasil percobaan kultivasi P. osfreafus pada medium cair,

vitamin

menunjukkan

pada umur 20 hari'
pertumbuhan yang lebih cepat, karena sudah dapat dipanen
hasil bobot miselium
Kultivasi P.ostreauspada medium cair yang berbeda memberikan
dikarenakan komposisi medium memberikan pengaruh

yang bervariasi, hal ini

pepton' yeast
terhadap pertumbuhan miselium pada medium cair' Penambahan
miserium P. osfreafusekstrak dan beberapa minerar dapat meningkatkan bobot kering
berbeda nyata dan
Perlakuan MFC2 dan MFG3 menunjukkan hasil yang tidak
tersebut kaya akan
menunjukkan bobot miselium yang tinggi, karena kedua medium
proses metabolisme' Nilai
sumber karbon, nitrogen dan mineralyang akan melengkapi
pada Tabel 2'
rerata bobot kering miselium P.ostreatusditampilkan
Tabel2. Nilai rataan bobot kering miselium P. ostreafus
No

Perlakuan

1

MFCl

miselium
Bobot
353,33 t 71,48 a
508,28 * 48,86 b
r 58.51 b

MFC2

2
3

5@

MFC3

rbeda nYata berdasarkan

ujibuncan Pada taraf P < 0,05.

selanjutnya
Tubuh buah dan filtrat kultur cair P. ostreatus yang telah diperoleh,
Metabolit
diekstrasi menggunakan etil asetat untuk mendapatkan metabolit bioaktifnya.
typhi dan
bioaktif tersebut diujikan aktivitas antimikrobanya pada bakteri Salmonella
pada Tabel 3 dan 4.
cereus. Zona hambat kedua bakteritersebut disajikan
Bacittus

Tabel

3. Nitai rataan diameter zona hambat dari ekstrak etil asetat P. ostreatus
terhadaP bakteri S. tYPhi

Rata-rata diameter zona harnbat (mm)

Perlakuan

No

I

Ekstrak etil asetat

2

Ekstrak etil asetat 2

28,75t3,2d
20,75 * 7,8 bc

3

Ekstrak etil asetat 3

23,00

t 0,6 c

4

Ekstrak etil asetat 4

17 ,75

t

1,5 b

5

Ekstrak etil asetat 5

10,75

t

0,5 a

6

Ekstrak etilasetat 6

11,88

t 1,0 a

7

Ekstrak etil asetat 7

1

bio.unsoed.ac.id8,63 t 0,7 a

feterangan:

@

berbeda nyata berdasarkan
Angka-angkaYang
uji buncan pada taraf P < 0,05.
jagqnq
(1). Ekstrak tubuh birah dari medium yalg_ditambah tepung
i""f
dari
(6).
filtrat
Ekstrak
"Litr"k, (s). zr/", 1i1. 3o/o, (5). Ekstrak filtrat dari MFcl,
d;i, (zl.i;t",
MFC2, (7). Ekstrak filtrat dari MFC3.

5

P'
Tabel4. Nilai rataan diameter zona hambat dari ekstrak etil asetat

ostreatus

terhadaP bakteri B' cereus

ffiahambat(mm)

Perlakuan

t 1,8 c
12,88 t 1,5 bc
13,63

1

Ekstrak etil asetat

2

Ekstrak etil asetat 2

3

Ekstrak etil asetat 3

4

Ekstrak etil asetat 4

5

Ekstrak etil asetat 5

6

Ekstrak etil asetat 6

11,63

7

Ekstrak etil asetat 7

11,25

-

1

t 0,9 b
11,69 t 0,6 bc
8,88 t 0,9 a
11,13

t 1,9 bc
t

0,6 b
a nyata berdasarkan

P:9'95: r L r--:
.,^^a r{iramhah t:puns
ranrnd jasuns
ieduno
-^ii..r v?$-!it11q1
i,ioui' uu"n dari medium
dari
filtrat
(6)'
Ekstrak
iktt'"k filtrat oari n/lrct'
oYo, Q).1%, (3). 2%, 6;: iT.,gf
nrb),'tzl. Ekstrak filtrat dari MFC3'

uji buncan

padataraf

NH:''H''ffiil.'ei.t,"r

Hasilujiaktivitasantibakteriekstraketilasetatdaritubuhbuahdanfiltratkultur
cereus menggunakan metode difusi
P.ostreatus terhadap bakteri s. typhidan B'
pada bakteri uji. Hasil penelitian
cakram kertas ditunjukkan oleh adanyazonahambat

menunjukkanbahwasenyawaantimikrobayangdihasilkanolehP.osfreafusmemiliki
bakteri Gram positif (8' cereus)
spektrum luas karena terlcukti mampu menghambat
dan Gram negatif

(s.

typhi). Bakteri Gram negatif

(s'

typhD menunjukkan zona hambat

(B' cereus), hal ini disebabkan oleh
yang lebih besar dibandingkan bakteri Gram positif
Gram negatif lebih
perbedaan komposisi dinding sel kedua bakteri tersebut' Bakteri
tersebut bersifat hidrofilik
peka terhadap ekstrak porar dan semi porar, karena bekteri
sehingga ekstrak yang bersifat polar
berupa grup protein pada lapisan membran luar
Ekstrak etir asetat lebih bersifat
dapat rebih mudah menembus dinding ser mikroba.
(s' fyphD menunjukkan zona
polar dan semi polar, sehingga bakteri Gram negatif
hambat Yang lebih besar'
ekstrak tubuh buah tanpa
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa
zona hambat tertinggi' Tubuh buah
jagung

penambahan tepung

menunjukkan

vegetatif dan generatif' sehingga
P.ostreatus diperoleh setelah jamur mencapai fase

membutuhkanwaktuyanglebihlamauntukpembentukantubuhbuahdaripada

bio.unsoed.ac.id

bioaktif rebih tinggi dibandingkan
miserium. Tubuh buah mampu menyimpan senyawa

denganmiseliumdanfiltratkulturnyayanghanyafasevegetatifsaia'Namundemikian,

mampu meningkatkan produksi
penambahan tepung jagung pada perlakuan ini hanya
metaborit bioaktif. Hal ini diduga
tubuh buah saja, tetapi tidak meningkatkan sintesis
sintesis metabolit primer yang
nutrisi daram tepung jagung rebih memacu untuk
sintesis metabolit sekunder'
digunakan untuk pertumbuhan, tetapitidak memacu

Ekstrak etil asetat dari tubuh buah P.osfreafus merupakan metabolit bioaktif
intraseluler, sedangkan ekstrak etil asetat darifiltrat kultur merupakan metabolit bioaktif

ekstraseluler. Kedua

jenis metabolit bioaktif tersebut mampu

menghambat

pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif, namun bakteri Gram negatif lebih
peka karena menunjukkan zona hambat yang lebih besar yaitu 28,75
S. typhidan 13,63

t

t 3,2 mm untuk

1,8 mm untuk B. cereus.

Nilai uji Minimal lnhibitory concentration (MlC) untuk bakteri S. typhiditunjukkan
pada konsentrasi 400 pg/ml, dan untuk bakteri B. cereus adalah 600 pg/ml. Menurut

Gregori et at. (2O07) ekstraksi menggunakan etil asetat akan melarutkan senyawa
golongan fenolik, terpenoid, flavonoid, alkaloid dan saponin yang berperan dalam
merusak sel. Senyawa fenolik dapat mendenaturasi protein, yaitu kerusakan struktur

tersier protein sehingga protein kehilangan sifat-sifat aslinya. Ardananurdin et
(2004); Rahman

et

al.

al. (2A09) menyatakan bahwa senyawa golongan flavonoid dapat

berefek antimikroba melalui kemampuan untuk membentuk kompleks dengan protein
ekstraseluler dan protein terlarut serta dengan dinding sel bakteri. Menurut Prescott ef
al. (1999) alkaloid merupakan senyawa yang bersifat antimikroba, mempunyai struktur
yang analog dengan Para Amino benzoic Acid (PABA) yaitu bahan dasar pembentuk

asam folat. Mekanisme kerja alkaloid dalam menghambat pertumbuhan mikroba
patogen uji terjadi karena alkaloid berkompetisi dengan PABA yang digunakan untuk

sintesis purin dan asam nukleat. Senyawa golongan saponin juga dapat berperan
sebagai antimikroba dengan mengganggu stabilitas membran sel bakteri sehingga
menyebabkan

sel bakteri lisis. Saponin bereaksi dengan lipopolisakarida

yang

merupakan komponen terbesar dinding sel bakteri, sehingga menurunkan tegangan
permukaan membran yang mengakibatkan kehancuran sel.

KESIMPULAN

1. Produksitubuh

buah P. osfreafus terbaik diperoleh pada medium padat dengan

penambahan tepung jagung 3olo, dengan produksi sebesar 91,33 g, dan nilai
Biological Efficiency Rafio (BER) sebesar 60,89%.

2.

Ekstrak metabolit bioaktif dari tubuh buah dan filtrat kultur cair P.ostreafus
berpotensi sebagai antimikroba, dan ekstrak tubuh buah dari media tanpa
penambahan tepung jagung memberikan zona hambat tertinggi yaitu 28,75 t

bio.unsoed.ac.id

3,2 mm untuk Salmonella typhi dan 13,63

t

1

,8 mm untuk Bacillus cereus.

UCAPAN TERIIIIAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kemendikbud Dikti yang telah
memberikan dana penelitian Riset Unggulan Perguruan Tinggi BOPTN Tahun
Anggaran 2014 (Tahun kedua) melalui LPPM Unsoed. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Kepala LPPM Unsoed beserta staf yang telah memberikan

fasilitas, informasi dan kerjasama yang baik, serta Dekan Fakultas Biologi Unsoed
yang telah memberikan ijin dan dukungan terhadap pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Ardananurdin, A., S. Winarsih, dan M. Widayat. 2004. Uji efektivitas dekok bunga
belimbing wuluh (Avenhoa bilimbi) sebagai antimikroba terhadap bakteri
Sal monella typhi secara in-vitro. J um al Kedokteran Brawiiaya, 20( 1 ): 3 1 -36.

Ekowati N., R. S. Kasiamdari, N. Pusposendjoio, dan C.J. Soegihardjo. 2011a.
Produksi Tubuh Buah Jamur Shiitake (Lentinula edodes) pada Beberapa Jenis
Kayu dengan Pengurangan Kandungan Ekstraktif Kayu. Prosiding Seminar
Nasional Hari Lingkungan Hidup 2011 'Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan Hidup Berbasis Kearifan Lokal" PPLH- LPPM UNSOED Punrokerto.

Ekowati N., R. S. Kasiamdari, N. Pusposendjojo, dan C.J. Soegihardjo.2011b. Daya
Antimikroba Metabolit Bioaktif Jamur Shiitake (Lentinula edodes (Berk.) Pegler)
yang Dikultur pada Tiga Jenis Medium Fermentasi. Majalah Obat Tradisional, 16
(3): 132-137.

A, Mirjan dan J.

Pohleven. 2007. Cultivation Techniques and Medicinal
Properties of Pleurotus spp. Food Technol. Biotechnol. 45 (3) 23F247

Gregori,

lwalokun, B.A., U.A. Usen, A.A. Otunba, D.K. Olukoya. 2007. Comparative
phytochemical evaluation, antimicrobial and antioxidant properties of Pleurotus
osfreafus. African J oum al of Biotech nology, 6:

17 32-'17

39.

Kai, L. J. 2007. Secondary metabolites from higher fungi in China and their biological
activity. Drug Discov. Ther.,1(2): 9a-103.

Lindequist, U., T.H.J. Niedermeyer and W.D. Julich. 2005. The Pharmacological
Potential of Mushrooms. eCAM, 2(3) :285-299.
Oie, P. 1996. Mushroom Cultivation: with special emphasis on appropriate techniques
for developing countries. Tool Publications, Leiden.
Patil, S. S., S. A. Ahmed, S. M. Telang, and M. M. V. Baig. 2010. The nutritional value
of Pleurotus osfreafus (Jacq.:Fr.) Kumm cultivated on different lignocellulosic
agrowastes . I nnov ative Romani an Food Biotechnology, 7: 66-76.

bio.unsoed.ac.id

Poucheret, P., F. Fons and S. Rapior. 2006. Biological and PharmacologicalActivity of
Higher Fungi: 20-Year Retrospective Analysis. Crypto. Mycol., 27 $):31 1-333.

Prescott, L.M., J.P. Harley, & D.A. Klein. 1999. Microbiology. McGraw Hill Company
lnc. USA.

Rahman, A., T. Hossan, S. M. RuhulAmin, K.A. Rahman, M. Ali Khan & L Khalil. 2009.
Antimicrobial activity ol Pleurotus osfreafus (Jacq. ex Fr.) Kummer upon human
pathogenic bacteria. Bangladesh J. Mushroom, 3(1): 9-13.

Suarni, 2009. Komposisi nutrisi jagung menuju hidup sehaf. Prisiding seminar Nasional
Serealia. Balai Penelitian Tanaman Serealia.

Vostrovskii, V., and E. Jablonske. 2011. Geographical analysis of the mushrom
Growing possibilities in the developing countries. Agricultura tropica Et
S u btro p i c a, 44 (4) : 229-234

bio.unsoed.ac.id