AKTIVITAS PENANGKAL RADIKAL BEBAS DAN PENSTABIL OKSIGEN SINGLET DARI EKSTRAK DAUN KUNYIT (Curcuma Domestica Val.)

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 22:03:17 2017 / +0000 GMT

AKTIVITAS PENANGKAL RADIKAL BEBAS DAN PENSTABIL OKSIGEN
SINGLET DARI EKSTRAK DAUN KUNYIT (Curcuma Domestica Val.)
LINK DOWNLOAD [633.34 KB]
AKTIVITAS PENANGKAL RADIKAL BEBAS DAN PENSTABIL OKSIGEN SINGLET DARI EKSTRAK DAUN KUNYIT
(Curcuma Domestica Val.)
Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Kimia Analisis Organik pada semester 4
Tahun ajaran 2015 ? 2016
Oleh :
Ekky Novia Stasia Argianto NIM 136674
Kasih Citra Purnama NIM 136742
Frengky Sitorus NIM
Kelompok 2 Kelas 2 D1
POLITEKNIK AKA BOGOR
2015
BAB I
PENDAHULUAN

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada lintasan paling luar.
Radikal bebas memiliki sifat yang reaktif sehingga dapat bereaksi dengan berbagai molekul lain seperti protein, lipid dan DNA.
Fakta-fakta yang terkumpul menunjukkan bahwa reactive oxygen species (ROS) terlibat dalam patogenesis dari penyakit tertentu
pada manusia seperti inflamasi, kanker, penuan dini, dan artherosclerosis. ROS termasuk radikal hidroksil (·OH), radikal anion
superoksida (O2 ·-), hidrogen peroksida (H2O2) dan oksigen singlet (1O2). Diantara ROS tersebut, oksigen singlet memberikan
banyak ketertarikan sebagai suatu pengoksidasi biologi dan memperlihatkan sifat pengoksidasi yang unik serta reaktivitasnya sangat
tinggi terhadap komponen biologi seperti protein, lipida, vitamin dan DNA (Foote, 1970; Jung et al., 1998; King dan Min, 2002;
Choe dan Min, 2005).
Oksigen singlet adalah suatu jenis ROS yang non radikal elektrofilik (Min dan Boff, 2002; Choe dan Min, 2005). Oleh karena itu,
oksigen singlet bisa mempengaruhi suatu proses oksidasi yang khas melalui penyerangan secara langsung kepada senyawa yang
kaya elektron tanpa keterlibatan radikal bebas. Oksidasi komponen biologi yang terinduksi oleh oksigen singlet bias dihubungkan
dengan berbagai jenis peristiswa patologis seperti pigmentasi, katarak, penuan kulit dan kanker (Davies dan Goldberg, 1987;
Shahidi, 1997; Haliwell dan Gutteridge, 2001).
Penelitian tentang peran buah-buahan, sayuran, rempah-rempah dan herbal sebagai penangkap radikal hidroksil (·OH), radikal anion
superoksida (O2 ·-), hidrogen peroksida (H2O2) telah banyak dilakukan (Yen dan Chen, 1995; Zhishen et al., 1999; Prior dan Cao,
2000; Wettasinghe dan Shahidi, 2000; Lai et al., 2001; Dragland et al., 2003; Agbor et al., 2005; Shan et al., 2005; Madhujith dan
Shahidi, 2005). Namum demikian, belum banyak data yang tersedia untuk mengungkapkan tentang studi aktivitas penstabil oksigen
singlet dari daun kunyit. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kandungan fitokimia (fenolik, flavonoid dan tanin) dan
pengujian aktivitas penstabil oksigen singlet pada ekstrak daun kunyit.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kunyit
Tanaman Kunyit Daun Kunyit
Kunyit merupakan tanaman rempah yang berasal dari india. tanaman kunyit berupa semak memiliki tinggi kira-kira 70cm. kunyit
memiliki batang semu, akar serabut berwarna coklat muda dan membentuk rimpang. Daun kunyit berbentuk lanset memanjang,
tulang daunnya menyirip,pangkal dan ujungnya meruncing, berwarna hujau pucat, mempunyai tangkai yang panjang dengan
panjang sekitar 40 cm. Rimpangnya memanjang berbentuk jari,berwarna kuning, dan sedikit bersisik. Benih yang di budidayakan
adalah rimpangnya. Kunyit hidup subur di kawasan lapang dan mendapat cahaya matahari. Bagian tanaman kunyit yang dijadikan
bumbu dapur adalah rimpang dan daunnya. Daun kunyit memberikan aroma harum pada masakan dan rimpangnya memberikan
warna kuning pada masakan. Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari
kurkumin sebanyak 10% dan bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1-5% dan zat- zat bermanfaat lainnya seperti minyak atsiri yang

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/8 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 22:03:17 2017 / +0000 GMT

terdiri dari Keton sesquiterpen, turmeron 60%, Zingiberen 25%. Kunyit juga mengandung Lemak sebanyak 1 -3%, Karbohidrat

sebanyak 3%, Protein 30%, Pati 8%, Vitamin C 45-55%, dan garam-garam mineral, yaitu zat besi, fosfor, dan kalsium. Umbi
(rimpang) yang berumur lebih dari satu tahun dapat dipakai sebagai obat, umbi (rimpang) kunyit berkhasiat untuk mendinginkan
badan, membersihkan, mempengaruhi bagian perut Khususnya pada lambung , merangsang, melepaskan lebihan gas di usus,
menghentikan pendarahan dan mencegah penggumpalan darah. Rimpang kunyit banyak mengandung minyak atsiri, pati, resin,
asam-asam organik, asam malat, asam oksalat dan gliserol. Sifat khas kunyit disebabkan adanya minyak atsiri dan oleoresin kunyit.
Klasifikasi Tanaman Kunyit
Kerajaan : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zungiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica Val.
2.1.1 Kandungan Tanaman Kunyit
Kunyit mengandung zat-zat kimia diantaranya zat warna kurkuminoid yang merupakan suatu senyawa diarilheptanoid 3-4% yang
terdiri dari Kurcumin, dihidrokurkumin, desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin.
Kunyit mengandung minyak atsiri 3-5% yang terdiri dari seskuiterpen dan turunan fenilpropana turmeron (aril- turmeron, alpha
turmeron dan beta turmeron), kurlon kurkumol, atlanton, bisabolen, seskuifellandren, zingiberin, aril kurkumen, humulen.
Arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin dan dammar. Mineral yaitu magnesium besi, mangan, kalsium, natrium, kalium, timbal,
seng, kobalt, aluminium dan bismuth (Sudarsono, 1996).

Kandungan kunyit yaitu minyak atsiri (3-5%) terdiri dari senyawa dialfapelandren 1%, disabeneli 0,6%, cineol 1%, borneol 0,5%,
zingiberen 25% tirmeron 58%, seskuiterpen alcohol 5,8%, alfatlanton dan gamma atlanton, pati berkisar 40-50%, kurkumin 2,5-6%.
Aroma harum kunyit disebabkan oleh minyak atsiri, sedangkan oleoresinnya menyebabkan warna kuning.
2.1.2 Manfaat Kunyit
? Bahan bumbu masak
? Kosmetik
? Mencegah Kanker
Kunyit mengandung kurkumin dimana zat ini merupakan antioksidan yang dapat mencegah kerusakan dan mutasi sel yang
disebabkan oleh radikal bebas. Selain itu kandungan kurkumin juga memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan kanker.
? Mencegah Alzheimer
Seseorang yang memiliki penyakit Alzheimer akan bermasalah dengan ingatan, penilaian, dan berpikir. beberapa penelitian
menunjukan bahwa kunyit memiliki kandungan zat anti-inflamasi dan antioksidan, sehingga dengan mengkonsumsi kunyit maka
akan mendapatkan manfaat kunyit yatiu mencegah penyakit Alzheimer.
? Mengobati Tifus
Kunyit dapat digunakan untuk mengobati tifus. untuk membuat obat tifus dari kunyit inilah yang harus anda lakukan.
? Mencegah Anemia
Anemia diakibatkan oleh kekurangan zat besi. Anda bisa menggunakan kunyit untuk mencegah anemia, karena kunyitbanyak
mengandung zat besi. Kandungan zat besi ini merupakan komponen penting dalam pembentukan sel darah merah sehingga dengan
mengkonsumsi kunyit anda dapat mencegah anemia.
? Mengurangi Resiko Diabetes

Khasiat kunyit yang didapat dari kandungan kurkumin di dalamnya dapat mengurangi resistansi insulin. Karena hal tersebut maka
kandungan kadar glukosa darah dapat dikendalikan sehingga resiko untuk terserang diabetes tipe 2 pun akan berkurang.
? Mengatasi Gatal dan Penyakit Kulit
Khasiat kucnyit dapat digunakan untuk mengatasi gatal dan penyakit kulit.
Menyembuhkan Luka
Manfaat kunyit bisa digunakan untuk meyembuhkan luka, karena kunyit mengandung bahan anti-septik dan bahan anti-bakteri.
dengan kandungan itu kunyit sangat baik digunakan untuk disinfektan untuk luka biasa maupun luka bakar.
? Melancarkan Pencernaan
Dengan adanya kandungan kurkumin dalam kunyit juga dapat membantu proses pencernaan serta mengurangi gejala kembung.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/8 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 22:03:17 2017 / +0000 GMT

Namun orang yang memiliki penyakit kandung empedu sebaiknya tidak menggunakan kunyit sebagai suplemen karena dapat
memperburuk kondisi.
? Mencegah dan Mengobati Panas Dalam

Manfaat kunyit juga bisa digunakan untuk mengobati dan mencegah panas dalam.
2.2.TEKNIK
2.2.1 Maserasi
Istilah maceration berasal dari bahasa latin macerare, yang artinya adalah ?merendam?. Maserasi merupakan proses ekstraksi paling
tepat dimana obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam pelarut sampai meresap dan melunakkan susunan sel,
sehingga zat-zat yang mudah larut akan terlarul di dalamnya (Ansel, 1989). Maserasi merupakan cara penyarian yang paling
sederhana yang dilakukan dengan meredam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan
terlindung dari cahaya, dimana cairan penyari akan masuk kedalam sel melewati dinding sel (Sudjadi, 2008).
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari,
tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Pada teknik maserasi, cairan penyari akan masuk kedalam sel melalui dinding sel. Isi sel
akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan didalam sel dan diluar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan
terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah melalui proses difusi. Peristiwa tersebut berulang sampai
terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan didalam sel dan diluar sel. Selama proses maserasi, dilakukan pengadukan dan
penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. (Gandjar dan Rohman, 2007)
Kecuali dinyatakan lain, maserasi dilakukan sebagai berikut: sepuluh bagian simpilisia atau campuran simplisia dengan derajat halus
yang cocok dimasukkan di dalam bejana, lalu dituangi 75 bagian penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya
sambil sering diaduk. Setelah 5 hari campuran tersebut diserkai, diperas, dicuci ampasnya dengan cairan penyari secukupnya hingga
diperoleh 100 bagian. Lalu maserat dipindah dalam bejana tertutup dan dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2
hari, maserat disaring. Kemudian maserat disuling atau diuapkan pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 500 hingga
konsistensi yang dikehendaki. Maserat dipanasi pada suhu 900 untuk mengendapkan protein agar sediaan tahan lama (Anief, 1997).

Keuntungan dari metode ini yaitu unit alat yang dipakai sederhana, (hanya dibutuhkan bejana perendam), biaya operasionalnya
relatif rendah. prosesnya relatif hemat penyari, tanpa pemanasan. Kelemahan dari metode ini yaitu proses penyariannya tidak
sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi sebesar 50% saja, prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari (Kusmardiyani
dan Nawawi, 1992).
2.2.1.1Ekstraksi Dengan Metode Maserasi
Daun kunyit yang segar dikering anginkan. Masing-masing sampel diblender kering hingga menjadi simplisia. Simplisia direndam
dalam metanol selama 3 hari pada suhu ruangan. Maserat kemudian disaring, filtrat dipisahkan dan ampasnya direndam kembali ke
dalam metanol yang baru, maserasi diulangi sebanyak ± 5 kali hingga diperoleh maserat berwarna jernih. Filtrat yang diperoleh
dipekatkan dalam rotary evaporator ( 40 oC) atau pada suhu didih (Ginting, 2008), hingga diperoleh ekstrak kental pada
masing-masing sampel. Ekstrak kental dimasukkan ke dalam botol vial dan dikeringkan dalam desikator hingga diperoleh ekstrak
kering. Ekstrak metanol yang kering sebanyak 1,4 g dari masing-masing tanaman dicampur dengan 2 mL dimethilsulfoxyde
(DMSO) sehingga diperoleh larutan induk dengan konsentrasi 70 % lalu dilakukan pengenceran untuk mendapatkan ekstrak 60, 50,
40, 30, 15, 10 dan 5 %. Ekstrak yang diperoleh disimpan dalam botol vial pada suhu refrigerator.
2.2.2 Metoda Pemisahan
Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau kelompok
senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala industri.
Metode pemisahan bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari suatu campuran, sering disebut sebagai
pemurnian dan juga untuk mengetahui keberadaan suatu zat dalam suatu sampel (analisis laboratorium).
Berdasarkan tahap proses pemisahan, metode pemisahan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu metode pemisahan sederhana
dan metode pemisahan kompleks.

Metode Pemisahan Sederhana
Metode pemisahan sederhana adalah metode yang menggunakan cara satu tahap. Proses ini terbatas untuk memisahkan campuran
atau larutan yang relatif sederhana.
Metode Pemisahan Kompleks
Metode pemisahan kompleks memerlukan beberapa tahapan kerja, diantaranya penambahan bahan tertentu,pengaturan proses
mekanik alat, dan reaksi-reaksi kimia yang diperlukan. Metode ini biasanya menggabungkan dua atau lebih metode sederhana.
2.2.3 SKRINING FITOKIMIA

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/8 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 22:03:17 2017 / +0000 GMT

Sebelum melakukan isolasi terhadap suatu senyawa kimia yang diinginkan dalam suatu tumbuhan maka perlu dilakukan identifikasi
pendahuluan kandungan senyawa metabolit sekunder yang ada pada masing-masing tumbuhan, sehingga dapat diketahui kandungan
senyawa yang ada secara kualitatif dan mungkin juga secara kuantitatif golongan senyawa yang dikandung oleh tumbuhan tersebut
(Darwis, 2000)
Skrining fitokimia merupakan langkah awal yang dapat membantu untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang

terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti serta ada atau tidaknya senyawa kimia tertentu dalam tumbuhan tersebut yang dapat
dikaitkan dengan aktivitas biologinya. Secara umum dapat dikatakan bahwa metodenya sebagian besar merupakan reaksi pengujian
warna dengan suatu pereaksi warna. (Kristanti dkk., 2008).
Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam
terdiri atas berbagai macam metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya. Senyawa-senyawa tersebut dapat
diidentifikasi dengan pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan ciri khas dari setiap golongan dari metabolit sekunder (Harborne,
1987).
Berbagai metode yang dapat digunakan untuk identifikasi metabolit sekunder yang terdapat pada suatu ekstrak antara lain:
a. Identifikasi senyawa fenolik
Identifikasi adanya senyawa fenolik dalam suatu cuplikan dapat dilakukan dengan pereaksi besi (III) klorida (FeCl3) 1% dalam
etanol. Adanya senyawa fenolik ditunjukkan oleh timbulnya warna hijau, merah ungu, biru atau hitam yang kuat (Harborne, 1987).
b. Identifikasi senyawa golongan saponin (steroid dan terpenoid)
Saponin adalah suatu glikosida yang larut dalam air dan mempunyai karakteristik dapat membentuk busa apabila dikocok, serta
mempunyai kemampuan menghemolisis sel darah merah. Saponin mempunyai toksisitas yang tinggi. Berdasarkan strukturnya
saponin dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu saponin yang mempunyai rangka steroid dan saponin yang mempunyai rangka
triterpenoid. Berdasarkan pada strukturnya saponin akan memberikan reaksi warna yang karakteristik dengan pereaksi
Liebermann-Buchard (LB)(Harborne, 1987).
c. Identifikasi senyawa golongan alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa nitrogen yang sering terdapat dalam tumbuhan. Atom nitrogen yang terdapat pada molekul alkaloid
umumnya

merupakan atom nitrogen sekunder ataupun tersier dan kadang terdapat sebagai atom nitrogen kuarterner (Harborne, 1987). Salah
satu pereaksi untuk mengidentifikasi adanya alkaloid menggunakan pereaksi Dragendorff dan pereaksi Mayer.
b. Identifikasi golongan antraquinon
Antrakuinon merupakan suatu glikosida yang di dalam tumbuhan biasanya terdapat sebagai turunan antrakuinon terhidloksilasi,
termitilasi, atau terkarboksilasi. Antrakuinon berikatan dengan gula sebagai o-glikosida atau sebagai C-glikosida. Turunan
antrakuinon umumnya larut dalam air panas atau dalam alkohol encer. Senyawa antrakuinon dapat bereaksi dengan basa
memberikan warna ungu atau hijau (Harborne, 1987).
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kunyit, diperoleh dari
dipekarangan penduduk di Kecamatan Malalayang. Jenis tanaman yang telah dipilih dibersihkan dan disimpan pada suhu kamar
sebelum diperlakukan. Beberapa bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah berkualifikasi pro analisis: etanol, natrium
nitrit, natrium hidroksida, vanilin, asam klorida, natrium karbonat, aluminium klorida, eritrosin, vitamin E (VE) dan reagen
Folin-Ciocalteu diperoleh dari Merck (Darmstadt, Germany), diperoleh dari pasar lokal dan 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH).
Katekin, asam galat dan kuersetin diperoleh Sigma Chemical Co. (St. Lois, MO). Alat-alat yang digunakan adalah kotak cahaya (70
x 50 x 60 cm) dengan 4 buah lampu fluoresen 15 wat (Silvania), Pengukur intensitas cahaya (Extect, Cole-Palmer Instrument, Co.),
gelas Erlenmeyer, timbangan analitis digital dan spektrofotometer UV-Vis (Milton Roy UV-Vis 501).
3.2Ekstraksi daun kunyit
Lima belas gram serbuk daun kunyit diekstraksi dengan masing-masing 100 mL metanol 80%, etanol 80% dan aseton 80% selama

selama 24 jam. Kemudian disaring dengan kertas
Whatman No. 1. Filtrat yang diperoleh pekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 40?C sehingga diperoleh ekstrak pekat. Ketiga
ekstrak yang diperoleh disimpan pada ?10?C sebelum digunakan untuk analisis fitokimia dan pengujian aktivitas penstabil oksigen
singlet.
3.3 Penentuan kandungan total fenol

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 4/8 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 22:03:17 2017 / +0000 GMT

Total fenol dalam sampel ditentukan dengan metode Jeong et al. (2005). Sampel ekstrak sebanyak 1 mL ditambahkan dengan 1 mL
reagen Folin-Ciocalteu (50%) dalam tabung reaksi dan kemudian campuran ini digojog selama 3 menit. Setelah interval waktu 3
menit, 1 mL larutan Na2CO3 2% ditambahkan. Selanjutnya campuran disimpan dalam ruang gelap selama 30 menit. Absorbansi
ekstrak dibaca dengan spektrofotometer pada l 750 nm. Hasilnya dinyatakan sebagai ekuivalen asam galat dalam mg/kg ekstrak.
Kurva kalibrasi dipersiapkan pada cara yang sama menggunakan asam galat sebagai standar.
3.4 Penentuan kandungan total flavonoid
Prosedur penentuan kandungan flavonoid menggunakan metode Meda et al. (2005). Lima mililiter ekstrak daun kunyit ditambahkan
dengan 5 mL aluminium klorida 2% yang telah dilarutkan dalam metanol, kemudian divortek dan ditera pada ? 415 nm. Kandungan
total flavonoid dinyatakan sebagai ekuivalen kuersetin dalam mg/kg ekstrak. Kurva kalibrasi dipersiapkan pada cara yang sama
menggunakan kuersetin sebagai standar.
3.5 Penentuan tanin terkondensasi
Kandungan tanin terkondensasi sampel ditentukan menurut metode Julkunen-Tinto(1985). Sebanyak 0,1 mL ekstrak dimasukkan
dalam tabung reaksi yang dibungkus aluminium foil, lalu ditambahkan 3 mL larutan vanilin 4% (b/v) dalam metanol dan digojog.
Segera sesudah ditambahkan 1,5 mL HCl pekat dan digojog lagi. Absorbansi dibaca pada l 500 nm setelahcampuran diinkubasi
selama 20 menit pada suhu kamar. Hasilnya diplotkan terhadap kurva standar katekin yang dipersiapkan dengan cara yang sama.
Kandungan tanin terkondensasi dinyatakan sebagai mg/kg ekstrak.
3.6 Penentuan penangkap radikal bebas DPPH
Penentuan aktivitas penangkapan (scavenger) radikal bebas dari ekstrak daun kunyit diukur dengan metode Burda and Oleszek
(2001) yang dimodifikasi. Sebanyak 0,1 mM larutan 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) dalam etanol dipersiapkan kemudian 2
mL dari larutan ini ditambahkan 0,5 mL sampel ekstrak tanaman. Tingkat berkurangnya warna dari larutan menunjukkan efesiensi
penangkapan radikal. Lima menit terakhir dari beberapa menit, absorbansi diukur pada l 517 nm. Persentase aktivitas penangkapan
radikal bebas DPPH dihitung menggunakan rumus:
3.7 Penentuan aktivitas ekstrak daun kunyit terhadap fotooksidasi asam linoleat
Penentuan kemampuan penstabil oksigen singlet (SOQ) dari ekstrak daun kunyit terhadap asam linoleat menggunakan metode Lee
et al. (1997) dengan sedikit dimodifikasi. Pengaruh
ekstrak EM, EE dan EA terhadap oksidasi oksigen singlet dalam asam linoleat 0,03 M menggunakan konsentrasi 500-1500 ppm
yang dipersiapkan dalam etanol dan mengandung eritrosin 5 ppm sebagai sensitiser. Sampel dari campuran tersebut sebanyak 10 mL
diambil dan dimasukkan ke dalam botol serum yang berukuran 30 mL yang dilengkapi dengan penutup karet dan aluminium foil.
Botol tersebut kemudian diletakkan dan disimpan di dalam kotak cahaya (70 x 50 x 60 cm) dengan intensitas cahaya fluoresen 4.000
lux selama 5 jam dengan pengamatan setiap 1 jam. Angka peroksida diukur dengan metoda AOCS (1990). Penelitian yang sama
dilakukan pada kondisi tanpa cahaya.
3.8 Penentuan aktivitas ekstrak daun kunyit terhadap fotooksidasi protein
Penentuan kemampuan SOQ dari ekstrak daun kunyit terhadap protein (bovine serum
albumin, BSA) menggunakan metode Oh et al.(2006). Sebanyak 500 mL ekstrak EM, EE dan EA(500-1500 ppm), 10 mg bovine
serum albumin (BSA) dan eritrosin 5 ppm dan dilarutkan dengan 2 mL buffer fosfat 0,15 M (pH 7,4). Sampel dari campuran
tersebut diambil dan dimasukkan ke dalam botol serum yang berukuran 10 mL yang dilengkapi dengan penutup karet dan
aluminium foil. Botol tersebut kemudian diletakkan dan disimpan di dalam kotak cahaya (70 x 50 x 60 cm) dengan intensitas cahaya
fluorescent 4.000 lux selama 4 jam. Setelah 4 jam pencahayaan, 0,5 mL sampel ditambah dengan 2 mL 2,4-dinitrofenilhidrazin
(DNPH) 2,5 M, divorteks dan diinkubasi selama 45 menit dan divortex tiap 15 menit. Setelah itu, ditambahkan 2 mL TCA 20% dan
disentrifus selama 5 menit, supernatant dibuang dan endapan yang terjadi ditambahkan dengan TCA 10%, disentrifus selama 5
menit dan supernatan dibuang. Endapan yang terjadi ditambahkan 3 x 2 mL etanol-etil asetat (1:1) dan disentrifusi selama 5 menit
dan supernatant dibuang. Selanjutnya endapan yang terjadi ditambahkan 3 mL urea 9 M yang telah dilarutkan dalam NaOH 0,4 M,
divortex sampai homogeny dan dibaca kandungan protein karbonil dengan spektrofotometer pada ? 390 nm. Penelitian yang sama
dilakukan pada kondisi tanpa cahaya.
BAB IV
HASIL, PEMBAHASAN dan kesimpulan
4.1 Skrening kandungan fitokimia
Skrening kandungan fitokimia dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kandungan fenolik, flavonoid dan tanin terkondensasi
dalam ekstrak metanol (EM), ekstrak etanol (EE) dan ekatrak aseton (EA) disajikan dalam tabel 1. Dari ketiga ekstrak kunyit yang
diuji, semua ekstrak memiliki kandungan fenolik, flavonoid dan tannin yang signifikan. Hasil ini mengindikasikan bahwa ekstrak

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 5/8 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 22:03:17 2017 / +0000 GMT

kunyit yang diuji kaya dalam fitokimia fenolik, flavonoid dan tanin. Dari data secara kuantitatif menunjukkan bahwa kandungan
total fenolik, flavonoid dan tanin pada ekstrak kunyit kelihatan sangat berbeda diantara jenis pelarut
yang digunakan (Tabel 1).
Dari tiga jenis pelarut yang dipilih paling tinggi, kandungan total fenolik ditemukan pada EM (139,08±0,02 mg/kg) diikuti oleh EA
(117,14±0,03 mg/kg) dan EE (96,67±0,01 mg/kg). Untuk kandungan total flavonoid tertinggi ditemukan pada ekstrak EM dan EA
diikuti oleh EE, kandungannya berturut-turut adalah 16,89±0,01; 14,50±0,01 dan 13,80±0,018. Sebaliknya, kandungan tanin
terkondensasi tertinggi ditemukan pada ekstrak EE dan EA, kandungnya adalah 54,72±0,01 dan 42,44±0,08, selanjutnya yang
terendah diperoleh pada EM sebesar 35,94±0,01 mg/kg. Daun kunyit yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kunyit yang
sudah layak dipanen. Kandungan total fenolik dan flavonoid dari ekstrak EM dan EA yang dideteksi memiliki kandungan cukup
tinggi dibandingkan EE sedangkan kandungan total terkondensasi tertinggi ditemukan pada ekstrak EE.
4.2 Aktivitas ekstrak daun kunyit terhadap radikal bebas DPPH
Aktivitas penangkal (scavenging) radikal bebas dari ketiga ekstrak daun kunyit dievaluasi
dengan pengujian radikal bebas 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). Senyawa radikal DPPH
biasanya digunakan sebagai subtrat untuk mengevaluasi aktivitas antioksidatif dari
antioksidan. Radikal DPPH adalah radikal bebas stabil dan menerima satu elektron atau hidrogen
menjadi molekul yang stabil (Matthaus, 2002).
Pengujian aktivitas penangkal radikal bebas DPPH secara spektrofotometer dilakukan dengan mereaksikan ekstrak dengan larutan
DPPH. Berkurangnya absorbansi dari larutan radikal
bebas DPPH dan diikuti perubahan warna dari ungu menjadi kuning. Hal ini dapat terjadi ketika
radikal bebas DPPH ditangkal oleh antioksidan melalui donor hidrogen ke bentuk molekul DPPH yang stabil (Juntachote dan
Berghofer, 2005).
Hasil uji aktivitas penangkalan radikal bebas DPPH dari ketiga jenis ekstrak daun kunyit.
Ketiga jenis ekstrak mencapai kemampuan sebagai penangkap radikal bebas di atas 50%,
ekstrak metanol (EM), ekstrak etanol (EE) dan ekstrak aseton (EA) (Gambar 1). Dari gambar
tersebut diperoleh bahwa ekstrak EM menunjukkan aktivitas paling tinggi dalam
penangkal radikal bebas diikuti EA dan EE pada tingkat konsentrasi yang sama. Kemampuan
penangkal radikal bebas dari EA berbeda nyata dengan EE (p EA > EE.
4.3 Efek ekstrak daun kunyit terhadap fotooksidasi asam linoleat
Pengaruh 500 ppm dari ekstrak EM, EE dan EA terhadap angka peroksida asam linoleat yangdiberikan cahaya sebesar 4000 lux
dapat dilihat pada Gambar 2. Ekstrak EM dan EA mempunyai pengaruh yang paling kuat untuk penstabil (quencher) oksigen singlet
yang diikuti oleh EE selama 5 jam penyinaran cahaya fluoresen (p