Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Kunyit (Curcuma domestica Val.) Terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysentriae, dan Lactobacillus acidophilus
AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN KUNYIT (Curcuma Domestica Val.) TERHADAP Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae, DAN Lactobacillus acidophilus
TESIS Oleh ILHAM LEXMANA AZHARI 127051005/IPN
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU PANGAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara
AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN KUNYIT (Curcuma Domestica Val.) TERHADAP Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae, DAN Lactobacillus acidophilus
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains pada Program Studi Magister Ilmu Pangan di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara
Oleh ILHAM LEXMANA AZHARI
127051005/IPN
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU PANGAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara
Judul Tesis
Nama NIM Program Studi
: Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Kunyit (Curcuma domestica Val.) Terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysentriae, dan Lactobacillus acidophilus
: Ilham Lexmana Azhari : 127051005 : Magister Ilmu Pangan
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MP) Ketua
(Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc) Anggota
Ketua Program Studi
Mengetahui : Dekan
(Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si)
(Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS)
Tanggal Lulus : 29 Agustus 2014
Universitas Sumatera Utara
Tesis ini telah diuji pada Tanggal : 29 Agustus 2014
PANITIA PENGUJI TESIS : KETUA : Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MP ANGGOTA : Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc PENGUJI : Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si
Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis dengan judul “Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Kunyit (Curcuma domestica Val.) Terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysentriae, dan Lactobacillus acidophilus” adalah benar merupakan gagasan dan hasil penelitian saya sendiri, dibawah arahan komisi pembimbing. Semua data dan sumber informasi yang digunakan dalam tesis ini telah dinyatakan secara jelas dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir tesis serta dapat diperiksa kebenarannya. Tesis ini juga belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada Program Studi sejenis di Perguruan Tinggi lain. Apabila di emudian hari ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku .
Medan, April 2015
Ilham Lexmana Azhari Nim : 127051005
Universitas Sumatera Utara
AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN KUNYIT (Curcuma Domestica Val.) TERHADAP Escherichia coli, Staphylococcus aureus,
Shigella dysenteriae, DAN Lactobacillus acidophilus
ABSTRAK
Indonesia merupakan Negara yang dikenal dengan keanekaragaman tanaman terutama hasil pertanian dan rempah – rempah, yang memiliki potensi sebagai antimikroba seperti daun kunyit (Curcuma domestica Val.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antimikroba ekstrak daun kunyit. Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan dua faktor, yaitu metode ekstraksi dengan maserasi mengunakan pelarut air, metanol, etilasetat, dan konsentrasi ekstrak daun kunyit 20%, 40%, 60%, 80%. Ekstrak daun kunyit memberi daya hambat terhadap pertumbuhan Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae, dan tidak memberi daya hambat terhadap pertumbuhan Lactobacillus acidophilus. Ekstrak dengan etilasetat dan konsentrasi 80% memberi aktivitas antimikroba paling tinggi.
Kata Kunci : Daun kunyit, Aktivitas antimikroba, Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae dan Lactobacillus acidophilus.
Universitas Sumatera Utara
ANTIMICROBIAL ACTIVITY OF EXTRACT OF TURMERIC LEAF (Curcuma Domestica VAL.) AGAINST Escherichia coli, Staphylococcus
aureus, Shigella dysenteriae, AND Lactobacillus acidophilus
ABSTRACT
Indonesia is a famous country had the diversity of plants, especially agricultural product and herbs, they had a potential of antimicrobial as a like turmeric leaf (Curcuma domestica Val.). This research was aimed to know the antimicrobial activity of the extracts turmeric leaf. The study used completely randomized design with two factors, were extraction methods by maceration water, methanol, ethylacetate and extract of turmeric leaf concentration 20%, 40%, 60%, 80%. Extract of turmeric leaf had inhibited the growth of Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae, and no effect on growth of Lactobacillus acidophilus. Extract with ethylacetate and concentration 80% showed to have more antimicrobial activity. Key words: Turmeric leaf, Antimicrobial activity, Escherichia coli,
Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae and Lactobacillus acidophilus.
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Ilham Lexmana Azhari, lahir di Binjai pada tanggal 22 Mei 1982. Anak tunggal dari Ayahanda Amiruddin dan Ibunda Erly Kesuma Delly.
Pada tahun 1988, penulis memasuki Sekolah Dasar Negeri No. 024767 Binjai dan lulus pada tahun 1994. Kemudian memasuki jenjang pendidikan SLTP yaitu di SMP Negeri 1 Binjai dan lulus pada tahun 1997. Selanjutnya penulis memasuki jenjang pendidikan SLTA yaitu di SMU Negeri 2 Binjai dan lulus pada tahun 2000. Dan kemudian melanjutkan ke jenjang Strata-1 dengan progam studi Teknologi Hasil Pertanian di Universitas Sumatera Utara Medan dan lulus tahun 2004.
Setelah menyelesaikan Strata-1, penulis melanjutkan pendidikan ke program magister Ilmu Pangan Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2012 dan lulus tahun 2014.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Kunyit (Curcuma domestica Val.) Terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysentriae, dan Lactobacillus acidophilus”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MP., sebagai ketua komisi pembimbing dan
Bapak Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc., sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberi arahan dan bimbingan kepada penulis terutama dalam penyelesaian tesis ini. 2. Ibu Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si., selaku ketua Jurusan Magister Ilmu Pangan dan Ibu Era Yusraini, STP, M.Si., selaku sekretaris Jurusan Magister Ilmu Pangan beserta seluruh staf pengajar dan pegawai di Jurusan Magister Ilmu Pangan Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya selama ini. 3. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan bimbingan moril dan spiritual kepada penulis. 4. Teman-teman, kakak dan adik di Jurusan Magister Ilmu Pangan, serta rekanrekan semua yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini.
Akhirnya, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Agustus 2014 Penulis
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Hal JUDUL ............................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN .................................................................................. iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
ABSTRACT....................................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR....................................................................................... vii
DAFTAR ISI...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
PENDAHULUAN .............................................................................................. Latar Belakang ........................................................................................ Tujuan Penelitian .................................................................................... Hipotesis Penelitian ................................................................................ Manfaat Penelitian ..................................................................................
1 1 4 4 5
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 6 Tanaman Kunyit dan Manfaatnya........................................................... 6 Senyawa Antimikroba dan Daya Hambat Pertumbuhan Mikroba.......... 9 Metode Ekstraksi .................................................................................... 11 Escherichia coli ...................................................................................... 13 Staphylococcus aureus............................................................................ 14 Shigella dysentriae.................................................................................. 16 Lactobacillus acidophilus ....................................................................... 17 Pengukuran aktivitas antimikroba........................................................... 19
METODOLOGI PENELITIAN.......................................................................... 21 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 21 Bahan dan Alat Penelitian....................................................................... 21 Metoda Penelitian ................................................................................... 22
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan Penelitian............................................................................ 23 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................... 31
Hasil Analisis Proximat Bubuk Daun Kunyit ......................................... 31 Ekstrak Daun Kunyit............................................................................... 31 Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Daun Kunyit .............................................. 32 Pengaruh Penghambatan Ekstrak Daun Kunyit terhadap Escherichia coli ..................................................................................... 35 Pengaruh Penghambatan Ekstrak Daun Kunyit terhadap Staphylococcus aureus............................................................................ 40 Pengaruh Penghambatan Ekstrak Daun Kunyit terhadap Shigella dysentriae ................................................................................. 45 Pengaruh Penghambatan Ekstrak Daun Kunyit terhadap Lactobacillus acidophilus ....................................................................... 49 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kunyit pada MasingMasing Pelarut Terhadap Bakteri Uji ..................................................... 50 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................... 54 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 55 LAMPIRAN ....................................................................................................... 60
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No.
Judul
Halaman
1. Komposisi Kimia Bubuk Daun Kunyit......................................................
2. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Kunyit dengan Pelarut Air, Metanol dan etil asetat ...............................................................................
31 33
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul
Halaman
1. Bagan Alir Penelitian Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Kunyit terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysentriae, dan Lactobacillus acidophilus ......................................................................
30
2. Histogram Hubungan Jenis Pelarut terhadap Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Escherichia coli ...................................................................... 35
3. Grafik Hubungan Konsentrasi Ekstrak Daun Kunyit terhadap Diamete Zona Hambat Pertumbuhan Escherichia coli ............................................... 38
4. Histogram Hubungan Jenis Pelarut terhadap Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Staphylococcus aureus ………………………………… ...... 41
5. Grafik Hubungan Konsentrasi Ekstrak Daun Kunyit terhadap Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Staphylococcus aureus..................................... 43
6. Histogram Hubungan Jenis Pelarut terhadap Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Shigella dysentriae ………………………………………..... 45
7. Grafik Hubungan Konsentrasi Ekstrak Daun Kunyit terhadap Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Shigella dysentriae………………………....... 47
8. Histogram Hubungan Jenis Pelarut terhadap Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae dan Lactobacillus acidophilus ...................................................
51
9. Histogram Hubungan Konsentrasi Ekstrak Daun Kunyit terhadap Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae dan Lactobacillus acidophilus........................
53
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
Judul
1. Daftar Sidik Ragam Escherichia coli ………………………....................... 60
2. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Pelarut dan Konsentrasi Ekstrak Daun Kunyit terhadap Diameter Zona Hambat Escherichia coli ………………………………………….......................................................
61
3. Daftar Sidik Ragam Staphylococcus aureus................................................. 62
4. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Pelarut dan Konsentrasi Ekstrak Daun Kunyit terhadap Diameter Zona Hambat Staphylococcus aureus ……………………………………...............................................................
63
5. Daftar Sidik Ragam Shigella dysentriae....................................................... 64
6. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Pelarut Konsentrasi Ekstrak Daun Kunyit terhadap Diameter Zona Hambat Shigella dysentriae ...................... 65
7. Daftar Sidik Ragam Lactobacillus acidophilus ............................................ 66
8. Pengaruh Jenis Pelarut dan Konsentrasi Ekstrak Daun Kunyit terhadap Escherichia coli ............................................................................................ 67
9. Pengaruh Jenis Pelarut dan Konsentrasi Ekstrak Daun Kunyit terhadap Staphylococcus aureus……………………………………………….......... 68
10. Pengaruh Jenis Pelarut dan Konsentrasi Ekstrak Daun Kunyit terhadap Shigella dysentriae ……………………………………………………....... 69
11. Pengaruh Jenis Pelarut dan Konsentrasi Ekstrak Daun Kunyit terhadap Lactobacillus acidophilus …………………………………….. .................. 70
12. Pengaruh DMSO terhadap Zona Hambat Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysentriae dan Lactobacillus acidophilus (Cakram DMSO pada Bagian Tengah Cawan Petri).................
71
13. Pengaruh Tetrasiklin terhadap Zona Hambat Escherichia coli dan Staphylococcus aureus ................................................................................. 72
14. Pengaruh Tetrasiklin terhadap Zona Hambat Shigella dysentriae dan Lactobacillus acidophilus ........................................................................ .... 73
Universitas Sumatera Utara
AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN KUNYIT (Curcuma Domestica Val.) TERHADAP Escherichia coli, Staphylococcus aureus,
Shigella dysenteriae, DAN Lactobacillus acidophilus
ABSTRAK
Indonesia merupakan Negara yang dikenal dengan keanekaragaman tanaman terutama hasil pertanian dan rempah – rempah, yang memiliki potensi sebagai antimikroba seperti daun kunyit (Curcuma domestica Val.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antimikroba ekstrak daun kunyit. Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan dua faktor, yaitu metode ekstraksi dengan maserasi mengunakan pelarut air, metanol, etilasetat, dan konsentrasi ekstrak daun kunyit 20%, 40%, 60%, 80%. Ekstrak daun kunyit memberi daya hambat terhadap pertumbuhan Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae, dan tidak memberi daya hambat terhadap pertumbuhan Lactobacillus acidophilus. Ekstrak dengan etilasetat dan konsentrasi 80% memberi aktivitas antimikroba paling tinggi.
Kata Kunci : Daun kunyit, Aktivitas antimikroba, Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae dan Lactobacillus acidophilus.
Universitas Sumatera Utara
ANTIMICROBIAL ACTIVITY OF EXTRACT OF TURMERIC LEAF (Curcuma Domestica VAL.) AGAINST Escherichia coli, Staphylococcus
aureus, Shigella dysenteriae, AND Lactobacillus acidophilus
ABSTRACT
Indonesia is a famous country had the diversity of plants, especially agricultural product and herbs, they had a potential of antimicrobial as a like turmeric leaf (Curcuma domestica Val.). This research was aimed to know the antimicrobial activity of the extracts turmeric leaf. The study used completely randomized design with two factors, were extraction methods by maceration water, methanol, ethylacetate and extract of turmeric leaf concentration 20%, 40%, 60%, 80%. Extract of turmeric leaf had inhibited the growth of Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae, and no effect on growth of Lactobacillus acidophilus. Extract with ethylacetate and concentration 80% showed to have more antimicrobial activity. Key words: Turmeric leaf, Antimicrobial activity, Escherichia coli,
Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae and Lactobacillus acidophilus.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman
tanaman terutama hasil pertanian dan rempah - rempah. Hal ini didukung oleh keadaan geografis Indonesia yang beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata tinggi sepanjang tahun. Sumber daya alam yang dimiliki telah memberikan manfaat dalam kehidupan sehari-hari disamping sebagai bahan makanan juga dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Penelitian tentang kimia bahan alam dewasa ini semakin banyak dieksploitasi sebagai bahan obat-obatan baik untuk farmasi maupun untuk kepentingan pertanian, karena disamping keanekaragaman struktur kimia yang dihasilkan juga mengurangi efek samping yang ditinggalkan dan mudah didapatkan. Salah satu tanaman tersebut adalah kunyit.
Produksi kunyit Indonesia menurut catatan Ditjen Hortikultura Kementan dan BPS, tahun 2011 sebesar 85.153 ton di lahan seluas 4.043 Hektar. Wilayah sentra produksi kunyit tersebar hampir di seluruh provinsi, produksi tertinggi berada di provinsi Jawa Timur 25.043 ton dengan luas panen 1.215 hektar disusul kemudian urutan kedua adalah provinsi Jawa Tengah sebesar 18.928 ton dengan luas panen 1.023 hektar. Sementara nilai produktivitas kunyit dalam satuan kuintal per hektar di provinsi Sumatera Utara sebesar 4.485 ton dengan luas panen 148 hektar. Mengingat obat herbal sangat menguntungkan sebagai penghasil devisa, maka sudah saatnya pula, Indonesia merintis penanaman kunyit dalam kebun yang cukup luas dilengkapi dengan unit pengolahan (UPH) sehingga dapat
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan bahan baku yang siap bersaing dengan luar negeri (Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2014)
Selain sebagai bumbu dapur, kunyit di Indonesia telah digunakan sebagai obat. Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia, khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina. Di Indonesia mudah dijumpai kunyit yang biasa tumbuh di kebun atau hutan (Agoes, 2010).
Dalam pengobatan tradisional bagian kunyit yang paling banyak digunakan adalah rimpangnya. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu: sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu diketahui pula rimpang tanaman kunyit juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, pencegah kanker, anti tumor, menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, pembersih darah dan juga sebagai anti mikroba (Haryono, 2012).
Sebagai bumbu dapur bagian kunyit yang sering digunakan adalah rimpang dan daunnya. Daun kunyit digunakan dalam beberapa jenis masakan Indonesia, terutama di dapur Sumatera. Kegunaannya adalah memberi rasa gurih dengan aroma khas yang lembut. Cara penggunaannya dalam masakan adalah dengan mencampurkan daun kunyit segar ke dalam masakan, baik yang masih utuh maupun diiris tipis terlebih dahulu. Beberapa masakan yang sering menggunakan daun kunyit adalah aneka gulai, aneka kalio, rendang, dan sebagainya. Rimpang kunyit telah banyak diteliti mempunyai senyawa yang berpotensi sebagai antimikroba. Selain itu, juga telah banyak diteliti aplikasi
Universitas Sumatera Utara
rimpang kunyit sebagai pengawet alami produk pangan, baik dalam bentuk segar maupun yang telah diolah dalam bentuk ekstrak maupun minyak atsiri.
Dari penelitian sebelumnya, dilaporkan uji anti mikroba terhadap pertumbuhan Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Candida albicans, diketahui bahwa ekstrak rimpang kunyit mampu manghambat pertumbuhan mikroba uji (Adila et al., 2013). Pada penelitian terhadap daun kunyit, juga dilakukan uji penghambat pertumbuhan Aspergillus flavus dan Fusarium moniliforme, diketahui bahwa ekstrak daun kunyit mampu menghambat pertumbuhan kedua jamur tersebut (Dani et al., 2012).
Dewasa ini masalah keamanan pangan sudah merupakan masalah global, sehingga mendapat perhatian utama dalam penetapan kebijakan kesehatan masyarakat. Penyakit yang berasal dari pencemaran pangan terjadi di berbagai negara, tidak hanya di negara berkembang dimana kondisi sanitasi dan higiene umumnya buruk, tetapi juga di negara-negara maju. Hal inilah yang menarik perhatian dunia internasional. Penyakit-penyakit yang berasal dari pangan diperkirakan menimpa satu dari tiga orang di negara maju. Di negara sedang berkembang, penyakit diare diperkirakan merupakan penyebab kematian utama sebanyak 2,2 juta anak. Penyakit ini memberi kontribusi yang nyata pada masalah kekurangan gizi dan respon kekebalan yang tertekan yang umum dialami anakanak di negara berkembang. Penyakit-penyakit diare yang timbul terutama disebabkan oleh patogen asal pangan dan asal air (waterborne), dengan penyebab yang dipindahkan melalui pangan mencapai 70% (Anonimus, 2014).
Escherichia coli, Shigella dysenteriae maupun Staphylococcus aureus merupakan bakteri penyebab diare. Diare adalah suatu penyakit dimana
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan penderita mengalami kehilangan banyak cairan dalam tubuh. Penyebab utama penyakit ini adalah kontaminasi mikroba pada saat pengolahan maupun penanganan bahan pangan. Sedangkan Lactobacillus burgaricus termasuk probiotik yang sering digunakan baik dalam produk makanan, minuman, obat maupun produk farmasi dan dikenal sebagai bakteri asam laktat (BAL), karena kemampuannya menghasilkan asam laktat. Penggunaan BAL telah dikenal selama berabad-abad pada proses pembuatan produk susu fermentasi seperti yogurt, kefir, yakult, dan keju (Salminen et al., 2004).
Melihat kegunaan rimpang dan daun kunyit yang beragam, dimana dari hasil penelitian diketahui rimpang kunyit dan daunnya dapat menghambat pertumbuhan mikroba, maka dari itu penelitian ini dimaksud untuk menggali dan mengembangkan potensi daun kunyit sebagai antibakteri, karena diketahui daun kunyit sering digunakan sebagai bumbu berbagai aneka masakan.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut dan
konsentrasi ekstrak daun kunyit terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysentriae dan Lactobacillus acidophilus, serta mengetahui komponen senyawa bioaktif pada daun kunyit.
Hipotesis Penelitian - Jenis pelarut ekstrak daun kunyit memberi pengaruh terhadap penghambatan
pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysentriae dan Lactobacillus acidophilus.
Universitas Sumatera Utara
- Konsentrasi ekstrak daun kunyit memberi pengaruh terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysentriae dan Lactobacillus acidophilus.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi mengenai
efektifitas ekstrak daun kunyit, dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas sehingga dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kunyit dan Manfaatnya
Kunir atau kunyit (Curcuma domestica Val.) termasuk salah satu tanaman
rempah dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara. Penyebaran tanaman ini sampai
ke Malaysia, Indonesia, Asia Selatan, Cina Selatan, Taiwan, Filipina, Australia
bahkan Afrika.Tanaman ini tumbuh dengan baik di Indonesia (Agoes, 2010).
Klasifikasi tanaman sebagai berikut (Hapsoh dan Hasanah, 2011):
Divisio
: Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Curcuma
Species
: Curcuma domestica Val.
Daun kunyit
Universitas Sumatera Utara
Kunyit merupakan tanaman herba dan tingginya dapat mencapai 100 cm. Batang kunyit semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dan berwarna hijau kekuningan. Kunyit berdaun tunggal, berbentuk lanset memanjang, helai daun berjumlah 3-8, ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun rata, pertulangan menyirip dan berwarna hijau pucat. Keseluruhan rimpang membentuk rumpun rapat, berwarna orange, dan tunas mudanya berwarna putih. Akar serabut berwarna cokelat muda. Bagian tanaman yang digunakan adalah rimpang, daun atau akarnya (Mahendra, 2005).
Tanaman kunyit siap dipanen pada umur 8 - 18 bulan, saat panen yang terbaik adalah umur tanaman 11 - 12 bulan, yaitu pada saat gugurnya daun kedua. Saat itu produksi yang diperoleh lebih besar dan lebih banyak bila dibandingkan dengan masa panen pada umur kunyit 7 - 8 bulan. Ciri - ciri tanaman kunyit yang siap panen ditandai dengan berakhirnya pertumbuhan vegetatif, seperti terjadi kelayuan/perubahan warna daun dan batang yang semula hijau berubah menjadi kuning (Hapsoh dan Hasanah, 2011).
Kunyit merupakan jenis temu-temuan yang mengandung zat aktif seperti minyak atsiri dan senyawa kurkumin. Kandungan bahan kimia yang sangat berguna adalah curcumin yaitu diarilhatanoid yang memberi warna kuning. Selain itu kandungan kimianya adalah tumeron, zingiberen. Komposisi kimia kunyit kadar air 6,0%, protein 8,0%, karbohidrat 57,0%, serat kasar 7,0%, bahan mineral 6,8%, minyak volatile 3,0%, kurkuma 3,2%, bahan non volatil 9,0%. Kandungan kunyit yaitu minyak atsiri (3-5%) terdiri dari senyawa dialfapelandren 1%, disabeneli 0,6%, cineol 1%, borneol 0,5%, zingiberen 25% tirmeron 58%,
Universitas Sumatera Utara
seskuiterpen alcohol 5,8%, alfatlanton dan gamma atlanton, pati berkisar 40-50%, kurkumin 2,5-6% (Bintang dan Nataamijaya, 2005).
Hampir setiap orang Indonesia dan India serta bangsa Asia umumnya pernah mengkonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu, atau obat untuk menjaga kesehatan dan kecantikan. Kunyit sering digunakan dalam masakan sejenis gulai dan juga digunakan sebagai pewarna alamiah masakan/makanan agar berwarna kuning (Agoes, 2010).
Kunyit tumbuh liar di hutan, tetapi sekarang sudah dibudidayakan atau ditanam di pekarangan sebagai tanaman penyedap, pewarna, serta sebagai bahan obat tradisional. Rasa rimpang agak getir, sedikit pedas, bersifat hangat, tidak beracun, berbau khas aromatik. Berkhasiat melancarkan darah dan vital energi, antioksidan, meluruhkan haid (emenagog), antiradang (anti inflamasi), meredakan nyeri (analgesik), mempermudah persalinan, anti bakteri dan mempercepat penyembuhan luka (Haryono, 2012).
Rimpang kunyit dapat digunakan sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat malaria, obat cacing, bakterisida, obat sakit perut, memperbanyak ASI, fungisida, stimulant, mengobati keseleo, memar dan rematik, obat asma, diabetes melitus, usus buntu, amandel, sariawan, tambah darah, menghilangkan jerawat dan noda hitam di wajah, melindungi jantung, radang hidung, penurun panas, menghilangkan rasa gatal, menyembuhkan kejang, mengobati luka – luka, dan obat penyakit hati. Selain sebagai obat, kunyit banyak dimanfaatkan untuk bumbu dapur (Syukur dan Hernani, 2001).
Kunyit termasuk salah satu tanaman suku temu – temuan (Zingiberaceae). Bagian terpenting dalam pemanfaatan kunyit adalah rimpangnya. Meskipun
Universitas Sumatera Utara
demikian, daun kunyit pun banyak dimanfaatkan untuk berbagai jenis masakan, karena dapat menghilangkan bau anyir serta menambah aroma masakan (Winarto, 2005).
Senyawa Antimikroba dan Daya Hambat Pertumbuhan Mikroba Menurut Harisna (2010), rempah-rempah dan bumbu asli Indonesia
ternyata banyak mengandung senyawa anti bakteri. Salah satunya adalah kunyit (Curcuma domestica Val) yang terbukti mengandung bahan-bahan yang dapat berfungsi sebagai antibakteri. Respon daya hambat pertumbuhan mikroba yang dihasilkan dipengaruhi oleh kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam kunyit seperti minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, tanin, kurkuminoid dan terpenoid (Rukmana, 2004). Menurut Heinrich, (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga menyebabkan kematian sel.
Sundari et al., (1996) menyatakan bahwa flavonoid dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan mikroba. Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga dapat merusak membran sel. Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin dapat merusak pembentukan konidia jamur. Kandungan senyawa lain seperti alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson, 1991).
Menurut Harborne (1987), terpenoid bersifat larut dalam lemak, salah satu golongan terpenoid yang berpotensi sebagai antimikroba adalah triterpenoid. Sedangkan steroid adalah golongan lipid dan merupakan bagian dari triterpenoid. Dari penelitian diketahui bahwa ekstrak kunyit dan bawang putih memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Salmonella typhimurium karena
Universitas Sumatera Utara
adanya senyawa-senyawa metabolit berupa alkaloid, flavonoid, sterol/triterpenoid, minyak atsiri, dan tanin (Sunanti, 2007)
Kunyit sering digunakan dalam pengobatan tradisional (Hernani dan Rahardjo, 2002) diantaranya mengobati keputihan, diare, obat jerawat dan gatalgatal (Rukmana, 2004). Kunyit juga berpeluang sebagai obat infeksi yang disebabkan oleh mikroba patogen seperti Candida albicans, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (Jawetz et al., 2005). Penggunaan kunyit ini sebagai obat tradisional dapat dalam bentuk ekstrak segar, seduhan, rebusan dan pemurnian (Dzulkarnain et al., 1996).
Menurut Padiangan (2010) ekstrak Curcuma xanthorriza mampu menghambat pertumbuhan Bacillus cereus, Escherichia coli, Penicilium sp dan Rhizopus oryzae. Meilisa (2009) menyatakan ekstrak etanol rimpang temulawak mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Chen et al., (2008) menyatakan kandungan senyawa dalam temu putih dan kunyit mampu menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Menurut Fardiaz dan Jenie (1989), mekanisme kerja suatu antimikroba terhadap sel dapat dibedakan beberapa kelompok yaitu merusak dinding sel, mengganggu permeabilitas sel, merusak molekul protein dan asam nukleat, menghambat aktivitas enzim, sebagai anti metabolit dan menghambat sintesa asam nukleat. Kerusakan dinding sel oleh antimikroba biasanya diikuti lisis sel. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas antibakteri menurut Maharti (2007) diantaranya pH lingkungan, komponen pembenihan, stabilitas zat aktif, besarnya inokulum, masa pengeraman dan aktifitas metabolis bakteri.
Universitas Sumatera Utara
Dari penelitian sebelumnya, juga dilakukan uji anti mirkoba kunyit terhadap pertumbuhan Escherichia coli, Sthaphylococcuc aureus dan Candida albicans, dilaporkan bahwa ekstrak rimpang kunyit mampu manghambat pertumbuhan mikroba uji (Adila et al., 2013). Sementara, penelitian yang dilakukan oleh Selvyana et al., (2012), diketahui bahwa ekstrak methanol rimpang kunyit dapat memberi hambatan terhadap jamur Curvularia lunata dan Aspergilus flavus. Penelitian terhadap daun kunyit, dimana dilakukan uji penghambat pertumbuhan Aspergillus flavus dan Fusarium moniliforme, diketahui bahwa ekstrak daun kunyit mampu menghambat pertumbuhan kedua jamur tersebut (Dani et al., 2012).
Metode Ekstraksi Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstrak zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian hampir semua pelarut diuapkan dan massa serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi bahan baku yang telah ditetapkan. Tujuan dilakukan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Depkes RI, 1995).
Waktu lamanya maserasi berbeda-beda, masing-masing farmakope mencantumkan 4-10 hari. Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Voight, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Dirjen POM (2000), ada beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut, yaitu: a. Cara dingin
1. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.
2. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyaringan sempurna yang umumnya dilakukan pada temperature kamar. Pada perkolasi terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perlokasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).
b. Cara panas 1. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan dalam jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan adanya pendinginan balik. 2. Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstrasksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 3. Digesti adalah maserasi kinetic (pengadukan kontiniu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur suhu ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50˚C.
Universitas Sumatera Utara
4. Infus adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperatur penagas air (bejana infus tercelup dalam penagas air mendidih, temperatur 9698˚C) selama 15-20 menit.
5. Dekok adalah ekstraksi dengan metode infus dilakukan pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air.
Escherichia coli Escherichia coli adalah bakteri gram negatif berbentuk batang tidak
berkapsul. Bakteri ini umumnya terdapat dalam alat pencernaan manusia dan hewan. Sel Escherichia coli mempunyai ukuran panjang 2 - 6 μm dan lebar 1,1 1,5 μm, tersusun tunggal, berpasangan dan berflagel. Escherichia coli ini tumbuh pada suhu antara 10 - 45ºC, dengan suhu optimum 37ºC, pH optimum untuk pertumbuhannnya adalah pada 7 - 7,5, pH minimum 4 dan pH maksimum 9. Nilai Aw (kadar air) minimum untuk pertumbuhan Escherichia coli adalah 0,96. Bakteri ini memproduksi lebih banyak asam di dalam medium glukosa, yang dapat dilihat dari indikator merah metal, memproduksi indol, tetapi tidak memproduksi asetoin dan tidak dapat menggunakan sitrat sebagai sumber karbon (Nuraeni et al., 2000).
Jenis Escherichia disebut bakteri koli (koliform) dan sering digunakan dalam uji sanitasi air dan susu. Jenis Escherichia hanya mempunyai satu spesies yaitu Escherichia coli, dan disebut koliform fekal karena ditemukan di dalam saluran usus hewan dan manusia dan berperan dalam pembusukan sisa-sisa makanan, sehingga sering terdapat di dalam feses. Bakteri ini sering digunakan sebagai indikator kontaminasi kotoran (Fardiaz, 1992).
Universitas Sumatera Utara
Escherichia coli umumnya diketahui terdapat secara normal dalam alat pencernaan manusia dan hewan. Escherichia coli yang menyebabkan penyakit pada manusia disebut Entero Pathogenic Escherichia coli (EPEC). Ada 2 (dua) golongan Escherichia coli penyebab penyakit pada manusia. Golongan pertama disebut Entero Toxigenic Escherichia coli (ETEC) yang mampu menghasilkan enterotoksin dalam usus kecil dan menyebabkan penyakit seperti kolera. Waktu inkubasi penyakit ini 8 – 24 jam dengan gejala diare, muntah-muntah dan dehidrasi serupa dengan kolera. Golongan kedua disebut Entero Invasive Escherichia coli (EIEC), dimana sel-sel Escherichia coli mampu menembus dinding usus dan menimbulkan kolitis (radang usus besar) atau gejala seperti disentri. Waktu inkubasi 8 – 44 jam (rata-rata 26 jam), dengan gejala demam, sakit kepala, kejang perut dan diare berdarah (Nurwantoro dan Djarijah, 1997).
Alat - alat yang digunakan dalam industri pengolahan pangan sering terkontaminasi oleh Escherichia coli yang berasal dari air yang digunakan untuk mencuci. Kontaminasi bakteri ini pada makanan atau alat - alat pengolahan merupakan suatu tanda praktek sanitasi yang kurang baik. Diketahui bahwa Escherichia coli merupakan bakteri yang sensitif terhadap panas, maka untuk mencegah pertumbuhan bakteri ini pada makanan, sebaiknya makanan disimpan pada suhu rendah (Supardi dan Sukamto, 1999).
Staphylococcus aureus Staphylococcus merupakan bakteri berbentuk bulat yang terdapat dalam
bentuk tunggal, berpasangan, tetrad atau berkelompok seperti buah anggur. Beberapa spesies memproduksi pigmen berwarna kuning sampai oranye, misalnya Staphylococcus aureus. Bakteri ini membutuhkan nitrogen organik (asam amino)
Universitas Sumatera Utara
untuk pertumbuhannya dan bersifat anaerob fakultatif. Kebanyakan galur Staphylococcus aureus bersifat patogen dan memproduksi enterotoksin yang tahan panas, dimana ketahanan panasnya melebihi sel vegetatifnya (Fardiaz, 1992).
Staphylococcus aureus umumnya membentuk pigmen kuning keemasan, memproduksi koagulase, dan dapat memfermentasi glukosa dan mannitol dengan memproduksi asam dalam keadaan anaerobik. Bakteri ini bersifat anaerobik sangat lambat, berbentuk bulat berukuran diameter 0,5 – 1,5 µm dan tidak membentuk spora (Supardi dan Sukamto, 1999).
Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri yang dapat menyebabkan keracunan tipe intoksikasi. Gejala keracunan disebabkan oleh tertelannya suatu toksin yang disebut enterotoksin yang mungkin terdapat di dalam makanan setelah diproduksi oleh galur tertentu dari Staphylococcus aureus yang mengkontaminasi makanan tersebut. Toksin ini disebut enterotoksin karena dapat menyebabkan gastroenteritis atau inflamasi pada saluran usus. Staphylococcus adalah suatu bakteri gram positif, berbentuk bulat (kokus berukuran kecil), dan biasanya sel – selnya terdapat dalam bentuk menggerombol seperti buah anggur. Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35 – 37oC, dengan suhu minimum 6,7oC dan suhu maksimum 45,5oC. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0 sampai 9,8, dengan pH optimum sekitar 7,0 – 7,5 (Fardiaz dan Jenie, 1989).
Staphylococcus aureus penghasil enterotoksin bersifat koagulase positif (dapat menggumpalkan plasma darah), tetapi mampu melakukan aktifitas secara aerob. Waktu inkubasinya + 3 jam ( 1 – 6 jam) setelah penderita kemasukan
Universitas Sumatera Utara
enterotoksin. Gejala umum penyakitnya adalah banyak mengeluarkan ludah, mual, muntah, kejang perut (kram), diare berdarah dan mengandung mucus, sakit kepala, kejang otot, berkeringat dingin, lemas, nafas pendek dan suhu tubuh dibawah normal. Pangan yang sering tercemar oleh Staphylococcus aureus adalah daging unggas, daging merah dan produknya, ikan dan produknya serta susu dan produknya (Nurwantoro dan Djarijah, 1997).
Staphylococci bersifat aerob fakultatif dan oleh karenanya dapat bertahan hidup tanpa oksigen. Staphylococcus aureus disebarkan oleh para pengelola pangan, selama pemasakan dan penyiapannya. Staphylococci mudah dibunuh dengan panas tetapi eksotoksin yang dilepaskan ke dalam pangan lebih tahan terhadap panas dan dapat bertahan sampai 30 menit pada titik didih air (Gardjito et al., 1992).
Pada perjangkitan peracunan makanan oleh Staphylococcus biasanya dapat ditunjukkan bahwa galur Staphylococcus di dalam makanan yang tercemar itu sama dengan yang ada pada tangan orang yang menangani makanan tersebut. Cara pencegahan terbaik adalah menyimpan semua bahan makanan yang mudah busuk dalam lemari es (di bawah 6oC sampai 7oC). Makanan yang sudah dipanasi kembali tidak boleh dibiarkan berjam-jam pada suhu kamar sebelum disajikan (Irianto, 2006).
Shigella dysenteriae Shigella adalah bakteri patogen yang menyebabkan gejala penyakit
shigellosis atau sering disebut disentri basiler. Bakteri ini dapat dipindahkan dari satu penderita atau pembawa ke orang lainya melalui makanan dan air, dan kadang – kadang dibawa melalui lalat. Shigella adalah bakteri gram negatif
Universitas Sumatera Utara
berbentuk batang dan termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Shigella dapat tumbuh pada suhu antara 10 dan 40oC dengan suhu optimum 37oC. Bakteri ini sensitif terhadap panas dan tahan terhadap konsentrasi garam 5 – 6 % (Fardiaz dan Jenie, 1989).
Shigella adalah suatu bakteri dari familia Enterobacteriaceae, bersifat gram negatif dan berbentuk batang. Bakteri ini menyerupai genus Escherichia, hanya mempunyai perbedaan utama karena Shigella bersifat nonmotile. Kontaminasi Shigella pada makanan lebih banyak berasal dari air yang digunakan untuk mengolah makanan tersebut. Shigella tidak dapat mengkontaminasi hewan – hewan piaraan seperti anjing, kucing atau kera. Oleh karena itu, kontaminasi Shigella makanan dapat dipastikan berasal dari kontaminasi air atau dari pekerja pengolahan makanan tersebut. Shigella tidak tahan panas dan akan mati pada suhu pasteurisasi makanan (Supardi dan Sukamto, 1999).
Wabah penyakit yang disebabkan oleh Shigella disebut shigellosis (disentri basiler) yang kebanyakan disebabkan oleh air yang terkontaminasi bakteri ini. Masa inkubasi penyakit ini adalah 1 – 7 hari (rata-rata kurang dari 4 hari) dengan gejala demam (sampai 40oC), kejang perut, diare campur darah dan nanah serta lender. Pangan yang sering terkontaminasi adalah susu, es krim, kentang, ikan tuna, udang, daging kalkun dan macaroni (Nurwantoro dan Djarijah, 1997).
Lactobacillus acidophilus Genus Lactobacillus termasuk probiotik yang sering digunakan baik dalam
produk makanan, minuman, obat maupun produk farmasi yang lain dan dikenal sebagai bakteri asam laktat (BAL), karena kemampuannya menghasilkan asam
Universitas Sumatera Utara
laktat. Penggunaan BAL telah dikenal selama berabad-abad pada proses pembuatan produk susu fermentasi seperti yogurt, kefir, yakult, dan keju. Lactobacillus merupakan bakteri Gram positif yang tidak berspora dengan selnya berbentuk bacillus (batang) dan bersifat fakultatif anaerob. Bakteri ini tergolong BAL yang dapat memecah glukosa, laktosa atau golongan gula lainnya menjadi asam laktat dan energi melalui proses metabolisme anaerobik dengan bantuan enzim laktat dehidrogenase. Lactobacillus mampu menghasilkan suatu senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen di dalam usus. Senyawa ini dikenal sebagai bakteriosin (Salminen et al., 2004).
Lactobacillus acidophilus adalah salah satu dari beberapa bakteri dari genus Lactobacillus. Bakteri ini tumbuh dengan subur pada lingkungan yang bersifat asam (pH 4-5 atau lebih rendah) dan tumbuh optimal pada suhu 45oC. Lactobacillus acidophilus secara alami sudah ada di dalam usus manusia dan hewan serta vagina. Lactobacillus acidophilus dapat mati dengan pemanasan, embun dan cahaya matahari langsung. Lactobacillus acidophilus juga penting pada proses fermentasi makanan, terutama dari dairy products, fermentasi buah dan sayuran. Fermentasi terjadi saat bakteri memecah gula dan karbohidrat untuk memproduksi alkohol, CO2, dan asam laktat. Produk sampingnya dapat menimbulkan rasa yang unik pada hasil fermentasi, dapat berfungsi sebagai pengawet dan meningkatkan palatabilitas. Lactobacillus acidophilus memproduksi asam laktat (dapat menghambat pertumbuhan jamur) seperti antibiotik alami dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti Salmonella, Shigella, Salmonella faecalis dan E.coli. Berdasarkan penelitian, Lactobacillus acidophilus efektif dalam mengurangi intoleransi laktosa,
Universitas Sumatera Utara
memperkuat sistem kekebalan tubuh, dan mengurangi kadar kolesterol. Lactobacillus acidophilus hidup sepanjang saluran pencernaan dan terdapat dalam jumlah yang sangat banyak pada usus halus (Febriasari, 2008).
Lactobacillus acidophilus adalah salah satu contoh bakteri yang dapat dimanfaatkan sebagai probiotik. Bakteri ini bersifat Gram positif, menggunakan sumber laktosa dan bahan lain sebagai sumber nutrisinya. Bakteri yang berasal dari genus Lactobacillus biasanya memiliki sel yang reguler dan berbentuk batang dengan ukuran 0,5-1,2 x 1,0-10,0 μm. Pada umumnya berbentuk batang panjang, tetapi kadang-kadang hampir bulat, koloni yang terbentuk biasanya berupa rantai pendek, fakultatif anaerob, kadang-kadang microaerophilic, tumbuh kurang baik di udara, beberapa anaerob pada saat isolasi. Pertumbuhan biasanya ditingkatkan dengan penambahan 5% CO2. Koloni pada media agar pada umumnya 2-5 mm, cembung, buram, dan tanpa pigmen. Sel ini memerlukan media yang kaya dan kompleks (Sneath et al., 1986).
Lactobacillus acidopilus merupakan probiotik yang selama bertahun-tahun banyak digunakan, karena aman dan tidak menimbulkan resiko infeksi berupa bakterimia (Snydman, 2008). Lactobacillus acidophillus dapat menghambat partumbuhan bakteri patogen seperti Salmonella thypimurium, yaitu bakteri yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi saluran cerna, dikenal dengan nama salmonellosis (Pan et al, 2009).
Pengukuran Aktivitas Antimikroba Pengujian aktivitas antimikroorganisme dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu: metode difusi agar dan turbimetri (Pratiwi, 2008).
Universitas Sumatera Utara
1. Metode Difusi agar Metode difusi agar dapat menggunakan cakram kertas, silinder gelas, porselen, logam dan pencetak lubang (Punch Hole).
a. Cara tuang Media agar yang telah diinokulasikan dengan suspensi bakteri uji
dituangkan ke dalam cawan petri dan dibiarkan memadat. Ke dalam cakram yang digunakan diteteskan zat antibakteri, kemudian diinkubasi pada suhu 37˚C selama 18 - 24 jam. Daerah bening yang terdapat disekeliling cakram kertas atau silinder menunjukkan hambatan pertumbuhan bakteri, diamati dan diukur.
b. Cara sebar Media agar dituangkan ke dalam cawan petri kemudian dibiarkan
memadat, lalu disebarkan suspense bakteri uji. Media dilubangi dengan alat pencetak lubang (Punch Hole), diteteskan dengan zat antibakteri, didiamkan, diinkubasi pada suhu 37˚C selama 18 -24 jam. Diukur zona hambat yaitu daerah bening disekitar lubang dengan menggunakan jangka sorong. 2. Metode Turbidimetri
Pada cara ini digunakan media cair. Pertama dilakukan penuangan media kedalam tabung reaksi, ditambahkan suspense bakteri, kemudian pemipetan larutan uji, lalu diinkubasi. Selanjutnya dilakukan pengukuran kekeruhan, kekeruhan yang disebabkan oleh prtumbuhan bakteri diukur dengan menggunakan instrumen yang cocok, misalnya spektofotometer setelah itu dilakukan perhitungan potensi.
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 – Juli 2014 di
Laboratorium Mikrobiologi Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Laboratorium Fitokimia dan Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan terdiri dari daun kunyit segar dari tanaman kunyit siap panen yang diperoleh dari Kota Binjai. Biakan Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae dan Lactobacillus acidophilus yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Media dan bahan kimia yang digunakan yaitu Nutrient Agar (NA), Mueller Hinton Agar (MHA), NaCl fisiologis 0,9%, etil asetat, metanol, aquades, alkohol 70%, dimetilsulfoksida (DMSO), iodium, H2SO4, NaOH, HCl, Na2SO4, FeCl3.
Alat yang digunakan terdiri dari alat-alat gelas, laminar air flow cabinet (Astec HLF 1200L), autoklaf (Express), blender (Cosmos Cb-289G), flow pipet, jangka sorong, oven (Memmert), jarum ose, spatula, desikator, pinset, bunsen, kompor gas (sharp) botol vial, lemari pendingin (Toshiba), krus porselin, timbangan analitik (Mettler Toledo), inkubator (Memmert), rotary evaporator (Buchi 461), desikator, spatula, lampu bunchen, cawan petri.
Universitas Sumatera Utara
Metoda Penelitian
Penelitian dilakukan secara eksperimen
TESIS Oleh ILHAM LEXMANA AZHARI 127051005/IPN
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU PANGAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara
AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN KUNYIT (Curcuma Domestica Val.) TERHADAP Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae, DAN Lactobacillus acidophilus
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains pada Program Studi Magister Ilmu Pangan di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara
Oleh ILHAM LEXMANA AZHARI
127051005/IPN
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU PANGAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara
Judul Tesis
Nama NIM Program Studi
: Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Kunyit (Curcuma domestica Val.) Terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysentriae, dan Lactobacillus acidophilus
: Ilham Lexmana Azhari : 127051005 : Magister Ilmu Pangan
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MP) Ketua
(Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc) Anggota
Ketua Program Studi
Mengetahui : Dekan
(Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si)
(Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS)
Tanggal Lulus : 29 Agustus 2014
Universitas Sumatera Utara
Tesis ini telah diuji pada Tanggal : 29 Agustus 2014
PANITIA PENGUJI TESIS : KETUA : Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MP ANGGOTA : Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc PENGUJI : Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si
Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis dengan judul “Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Kunyit (Curcuma domestica Val.) Terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysentriae, dan Lactobacillus acidophilus” adalah benar merupakan gagasan dan hasil penelitian saya sendiri, dibawah arahan komisi pembimbing. Semua data dan sumber informasi yang digunakan dalam tesis ini telah dinyatakan secara jelas dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir tesis serta dapat diperiksa kebenarannya. Tesis ini juga belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada Program Studi sejenis di Perguruan Tinggi lain. Apabila di emudian hari ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku .
Medan, April 2015
Ilham Lexmana Azhari Nim : 127051005
Universitas Sumatera Utara
AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN KUNYIT (Curcuma Domestica Val.) TERHADAP Escherichia coli, Staphylococcus aureus,
Shigella dysenteriae, DAN Lactobacillus acidophilus
ABSTRAK
Indonesia merupakan Negara yang dikenal dengan keanekaragaman tanaman terutama hasil pertanian dan rempah – rempah, yang memiliki potensi sebagai antimikroba seperti daun kunyit (Curcuma domestica Val.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antimikroba ekstrak daun kunyit. Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan dua faktor, yaitu metode ekstraksi dengan maserasi mengunakan pelarut air, metanol, etilasetat, dan konsentrasi ekstrak daun kunyit 20%, 40%, 60%, 80%. Ekstrak daun kunyit memberi daya hambat terhadap pertumbuhan Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae, dan tidak memberi daya hambat terhadap pertumbuhan Lactobacillus acidophilus. Ekstrak dengan etilasetat dan konsentrasi 80% memberi aktivitas antimikroba paling tinggi.
Kata Kunci : Daun kunyit, Aktivitas antimikroba, Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae dan Lactobacillus acidophilus.
Universitas Sumatera Utara
ANTIMICROBIAL ACTIVITY OF EXTRACT OF TURMERIC LEAF (Curcuma Domestica VAL.) AGAINST Escherichia coli, Staphylococcus
aureus, Shigella dysenteriae, AND Lactobacillus acidophilus
ABSTRACT
Indonesia is a famous country had the diversity of plants, especially agricultural product and herbs, they had a potential of antimicrobial as a like turmeric leaf (Curcuma domestica Val.). This research was aimed to know the antimicrobial activity of the extracts turmeric leaf. The study used completely randomized design with two factors, were extraction methods by maceration water, methanol, ethylacetate and extract of turmeric leaf concentration 20%, 40%, 60%, 80%. Extract of turmeric leaf had inhibited the growth of Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae, and no effect on growth of Lactobacillus acidophilus. Extract with ethylacetate and concentration 80% showed to have more antimicrobial activity. Key words: Turmeric leaf, Antimicrobial activity, Escherichia coli,
Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae and Lactobacillus acidophilus.
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Ilham Lexmana Azhari, lahir di Binjai pada tanggal 22 Mei 1982. Anak tunggal dari Ayahanda Amiruddin dan Ibunda Erly Kesuma Delly.
Pada tahun 1988, penulis memasuki Sekolah Dasar Negeri No. 024767 Binjai dan lulus pada tahun 1994. Kemudian memasuki jenjang pendidikan SLTP yaitu di SMP Negeri 1 Binjai dan lulus pada tahun 1997. Selanjutnya penulis memasuki jenjang pendidikan SLTA yaitu di SMU Negeri 2 Binjai dan lulus pada tahun 2000. Dan kemudian melanjutkan ke jenjang Strata-1 dengan progam studi Teknologi Hasil Pertanian di Universitas Sumatera Utara Medan dan lulus tahun 2004.
Setelah menyelesaikan Strata-1, penulis melanjutkan pendidikan ke program magister Ilmu Pangan Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2012 dan lulus tahun 2014.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Kunyit (Curcuma domestica Val.) Terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysentriae, dan Lactobacillus acidophilus”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MP., sebagai ketua komisi pembimbing dan
Bapak Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc., sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberi arahan dan bimbingan kepada penulis terutama dalam penyelesaian tesis ini. 2. Ibu Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si., selaku ketua Jurusan Magister Ilmu Pangan dan Ibu Era Yusraini, STP, M.Si., selaku sekretaris Jurusan Magister Ilmu Pangan beserta seluruh staf pengajar dan pegawai di Jurusan Magister Ilmu Pangan Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya selama ini. 3. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan bimbingan moril dan spiritual kepada penulis. 4. Teman-teman, kakak dan adik di Jurusan Magister Ilmu Pangan, serta rekanrekan semua yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini.
Akhirnya, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Agustus 2014 Penulis
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Hal JUDUL ............................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN .................................................................................. iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
ABSTRACT....................................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR....................................................................................... vii
DAFTAR ISI...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
PENDAHULUAN .............................................................................................. Latar Belakang ........................................................................................ Tujuan Penelitian .................................................................................... Hipotesis Penelitian ................................................................................ Manfaat Penelitian ..................................................................................
1 1 4 4 5
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 6 Tanaman Kunyit dan Manfaatnya........................................................... 6 Senyawa Antimikroba dan Daya Hambat Pertumbuhan Mikroba.......... 9 Metode Ekstraksi .................................................................................... 11 Escherichia coli ...................................................................................... 13 Staphylococcus aureus............................................................................ 14 Shigella dysentriae.................................................................................. 16 Lactobacillus acidophilus ....................................................................... 17 Pengukuran aktivitas antimikroba........................................................... 19
METODOLOGI PENELITIAN.......................................................................... 21 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 21 Bahan dan Alat Penelitian....................................................................... 21 Metoda Penelitian ................................................................................... 22
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan Penelitian............................................................................ 23 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................... 31
Hasil Analisis Proximat Bubuk Daun Kunyit ......................................... 31 Ekstrak Daun Kunyit............................................................................... 31 Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Daun Kunyit .............................................. 32 Pengaruh Penghambatan Ekstrak Daun Kunyit terhadap Escherichia coli ..................................................................................... 35 Pengaruh Penghambatan Ekstrak Daun Kunyit terhadap Staphylococcus aureus............................................................................ 40 Pengaruh Penghambatan Ekstrak Daun Kunyit terhadap Shigella dysentriae ................................................................................. 45 Pengaruh Penghambatan Ekstrak Daun Kunyit terhadap Lactobacillus acidophilus ....................................................................... 49 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kunyit pada MasingMasing Pelarut Terhadap Bakteri Uji ..................................................... 50 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................... 54 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 55 LAMPIRAN ....................................................................................................... 60
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No.
Judul
Halaman
1. Komposisi Kimia Bubuk Daun Kunyit......................................................
2. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Kunyit dengan Pelarut Air, Metanol dan etil asetat ...............................................................................
31 33
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul
Halaman
1. Bagan Alir Penelitian Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Kunyit terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysentriae, dan Lactobacillus acidophilus ......................................................................
30
2. Histogram Hubungan Jenis Pelarut terhadap Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Escherichia coli ...................................................................... 35
3. Grafik Hubungan Konsentrasi Ekstrak Daun Kunyit terhadap Diamete Zona Hambat Pertumbuhan Escherichia coli ............................................... 38
4. Histogram Hubungan Jenis Pelarut terhadap Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Staphylococcus aureus ………………………………… ...... 41
5. Grafik Hubungan Konsentrasi Ekstrak Daun Kunyit terhadap Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Staphylococcus aureus..................................... 43
6. Histogram Hubungan Jenis Pelarut terhadap Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Shigella dysentriae ………………………………………..... 45
7. Grafik Hubungan Konsentrasi Ekstrak Daun Kunyit terhadap Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Shigella dysentriae………………………....... 47
8. Histogram Hubungan Jenis Pelarut terhadap Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae dan Lactobacillus acidophilus ...................................................
51
9. Histogram Hubungan Konsentrasi Ekstrak Daun Kunyit terhadap Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae dan Lactobacillus acidophilus........................
53
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
Judul
1. Daftar Sidik Ragam Escherichia coli ………………………....................... 60
2. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Pelarut dan Konsentrasi Ekstrak Daun Kunyit terhadap Diameter Zona Hambat Escherichia coli ………………………………………….......................................................
61
3. Daftar Sidik Ragam Staphylococcus aureus................................................. 62
4. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Pelarut dan Konsentrasi Ekstrak Daun Kunyit terhadap Diameter Zona Hambat Staphylococcus aureus ……………………………………...............................................................
63
5. Daftar Sidik Ragam Shigella dysentriae....................................................... 64
6. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Pelarut Konsentrasi Ekstrak Daun Kunyit terhadap Diameter Zona Hambat Shigella dysentriae ...................... 65
7. Daftar Sidik Ragam Lactobacillus acidophilus ............................................ 66
8. Pengaruh Jenis Pelarut dan Konsentrasi Ekstrak Daun Kunyit terhadap Escherichia coli ............................................................................................ 67
9. Pengaruh Jenis Pelarut dan Konsentrasi Ekstrak Daun Kunyit terhadap Staphylococcus aureus……………………………………………….......... 68
10. Pengaruh Jenis Pelarut dan Konsentrasi Ekstrak Daun Kunyit terhadap Shigella dysentriae ……………………………………………………....... 69
11. Pengaruh Jenis Pelarut dan Konsentrasi Ekstrak Daun Kunyit terhadap Lactobacillus acidophilus …………………………………….. .................. 70
12. Pengaruh DMSO terhadap Zona Hambat Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysentriae dan Lactobacillus acidophilus (Cakram DMSO pada Bagian Tengah Cawan Petri).................
71
13. Pengaruh Tetrasiklin terhadap Zona Hambat Escherichia coli dan Staphylococcus aureus ................................................................................. 72
14. Pengaruh Tetrasiklin terhadap Zona Hambat Shigella dysentriae dan Lactobacillus acidophilus ........................................................................ .... 73
Universitas Sumatera Utara
AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN KUNYIT (Curcuma Domestica Val.) TERHADAP Escherichia coli, Staphylococcus aureus,
Shigella dysenteriae, DAN Lactobacillus acidophilus
ABSTRAK
Indonesia merupakan Negara yang dikenal dengan keanekaragaman tanaman terutama hasil pertanian dan rempah – rempah, yang memiliki potensi sebagai antimikroba seperti daun kunyit (Curcuma domestica Val.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antimikroba ekstrak daun kunyit. Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan dua faktor, yaitu metode ekstraksi dengan maserasi mengunakan pelarut air, metanol, etilasetat, dan konsentrasi ekstrak daun kunyit 20%, 40%, 60%, 80%. Ekstrak daun kunyit memberi daya hambat terhadap pertumbuhan Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae, dan tidak memberi daya hambat terhadap pertumbuhan Lactobacillus acidophilus. Ekstrak dengan etilasetat dan konsentrasi 80% memberi aktivitas antimikroba paling tinggi.
Kata Kunci : Daun kunyit, Aktivitas antimikroba, Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae dan Lactobacillus acidophilus.
Universitas Sumatera Utara
ANTIMICROBIAL ACTIVITY OF EXTRACT OF TURMERIC LEAF (Curcuma Domestica VAL.) AGAINST Escherichia coli, Staphylococcus
aureus, Shigella dysenteriae, AND Lactobacillus acidophilus
ABSTRACT
Indonesia is a famous country had the diversity of plants, especially agricultural product and herbs, they had a potential of antimicrobial as a like turmeric leaf (Curcuma domestica Val.). This research was aimed to know the antimicrobial activity of the extracts turmeric leaf. The study used completely randomized design with two factors, were extraction methods by maceration water, methanol, ethylacetate and extract of turmeric leaf concentration 20%, 40%, 60%, 80%. Extract of turmeric leaf had inhibited the growth of Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae, and no effect on growth of Lactobacillus acidophilus. Extract with ethylacetate and concentration 80% showed to have more antimicrobial activity. Key words: Turmeric leaf, Antimicrobial activity, Escherichia coli,
Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae and Lactobacillus acidophilus.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman
tanaman terutama hasil pertanian dan rempah - rempah. Hal ini didukung oleh keadaan geografis Indonesia yang beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata tinggi sepanjang tahun. Sumber daya alam yang dimiliki telah memberikan manfaat dalam kehidupan sehari-hari disamping sebagai bahan makanan juga dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Penelitian tentang kimia bahan alam dewasa ini semakin banyak dieksploitasi sebagai bahan obat-obatan baik untuk farmasi maupun untuk kepentingan pertanian, karena disamping keanekaragaman struktur kimia yang dihasilkan juga mengurangi efek samping yang ditinggalkan dan mudah didapatkan. Salah satu tanaman tersebut adalah kunyit.
Produksi kunyit Indonesia menurut catatan Ditjen Hortikultura Kementan dan BPS, tahun 2011 sebesar 85.153 ton di lahan seluas 4.043 Hektar. Wilayah sentra produksi kunyit tersebar hampir di seluruh provinsi, produksi tertinggi berada di provinsi Jawa Timur 25.043 ton dengan luas panen 1.215 hektar disusul kemudian urutan kedua adalah provinsi Jawa Tengah sebesar 18.928 ton dengan luas panen 1.023 hektar. Sementara nilai produktivitas kunyit dalam satuan kuintal per hektar di provinsi Sumatera Utara sebesar 4.485 ton dengan luas panen 148 hektar. Mengingat obat herbal sangat menguntungkan sebagai penghasil devisa, maka sudah saatnya pula, Indonesia merintis penanaman kunyit dalam kebun yang cukup luas dilengkapi dengan unit pengolahan (UPH) sehingga dapat
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan bahan baku yang siap bersaing dengan luar negeri (Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2014)
Selain sebagai bumbu dapur, kunyit di Indonesia telah digunakan sebagai obat. Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia, khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina. Di Indonesia mudah dijumpai kunyit yang biasa tumbuh di kebun atau hutan (Agoes, 2010).
Dalam pengobatan tradisional bagian kunyit yang paling banyak digunakan adalah rimpangnya. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu: sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu diketahui pula rimpang tanaman kunyit juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, pencegah kanker, anti tumor, menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, pembersih darah dan juga sebagai anti mikroba (Haryono, 2012).
Sebagai bumbu dapur bagian kunyit yang sering digunakan adalah rimpang dan daunnya. Daun kunyit digunakan dalam beberapa jenis masakan Indonesia, terutama di dapur Sumatera. Kegunaannya adalah memberi rasa gurih dengan aroma khas yang lembut. Cara penggunaannya dalam masakan adalah dengan mencampurkan daun kunyit segar ke dalam masakan, baik yang masih utuh maupun diiris tipis terlebih dahulu. Beberapa masakan yang sering menggunakan daun kunyit adalah aneka gulai, aneka kalio, rendang, dan sebagainya. Rimpang kunyit telah banyak diteliti mempunyai senyawa yang berpotensi sebagai antimikroba. Selain itu, juga telah banyak diteliti aplikasi
Universitas Sumatera Utara
rimpang kunyit sebagai pengawet alami produk pangan, baik dalam bentuk segar maupun yang telah diolah dalam bentuk ekstrak maupun minyak atsiri.
Dari penelitian sebelumnya, dilaporkan uji anti mikroba terhadap pertumbuhan Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Candida albicans, diketahui bahwa ekstrak rimpang kunyit mampu manghambat pertumbuhan mikroba uji (Adila et al., 2013). Pada penelitian terhadap daun kunyit, juga dilakukan uji penghambat pertumbuhan Aspergillus flavus dan Fusarium moniliforme, diketahui bahwa ekstrak daun kunyit mampu menghambat pertumbuhan kedua jamur tersebut (Dani et al., 2012).
Dewasa ini masalah keamanan pangan sudah merupakan masalah global, sehingga mendapat perhatian utama dalam penetapan kebijakan kesehatan masyarakat. Penyakit yang berasal dari pencemaran pangan terjadi di berbagai negara, tidak hanya di negara berkembang dimana kondisi sanitasi dan higiene umumnya buruk, tetapi juga di negara-negara maju. Hal inilah yang menarik perhatian dunia internasional. Penyakit-penyakit yang berasal dari pangan diperkirakan menimpa satu dari tiga orang di negara maju. Di negara sedang berkembang, penyakit diare diperkirakan merupakan penyebab kematian utama sebanyak 2,2 juta anak. Penyakit ini memberi kontribusi yang nyata pada masalah kekurangan gizi dan respon kekebalan yang tertekan yang umum dialami anakanak di negara berkembang. Penyakit-penyakit diare yang timbul terutama disebabkan oleh patogen asal pangan dan asal air (waterborne), dengan penyebab yang dipindahkan melalui pangan mencapai 70% (Anonimus, 2014).
Escherichia coli, Shigella dysenteriae maupun Staphylococcus aureus merupakan bakteri penyebab diare. Diare adalah suatu penyakit dimana
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan penderita mengalami kehilangan banyak cairan dalam tubuh. Penyebab utama penyakit ini adalah kontaminasi mikroba pada saat pengolahan maupun penanganan bahan pangan. Sedangkan Lactobacillus burgaricus termasuk probiotik yang sering digunakan baik dalam produk makanan, minuman, obat maupun produk farmasi dan dikenal sebagai bakteri asam laktat (BAL), karena kemampuannya menghasilkan asam laktat. Penggunaan BAL telah dikenal selama berabad-abad pada proses pembuatan produk susu fermentasi seperti yogurt, kefir, yakult, dan keju (Salminen et al., 2004).
Melihat kegunaan rimpang dan daun kunyit yang beragam, dimana dari hasil penelitian diketahui rimpang kunyit dan daunnya dapat menghambat pertumbuhan mikroba, maka dari itu penelitian ini dimaksud untuk menggali dan mengembangkan potensi daun kunyit sebagai antibakteri, karena diketahui daun kunyit sering digunakan sebagai bumbu berbagai aneka masakan.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut dan
konsentrasi ekstrak daun kunyit terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysentriae dan Lactobacillus acidophilus, serta mengetahui komponen senyawa bioaktif pada daun kunyit.
Hipotesis Penelitian - Jenis pelarut ekstrak daun kunyit memberi pengaruh terhadap penghambatan
pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysentriae dan Lactobacillus acidophilus.
Universitas Sumatera Utara
- Konsentrasi ekstrak daun kunyit memberi pengaruh terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysentriae dan Lactobacillus acidophilus.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi mengenai
efektifitas ekstrak daun kunyit, dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas sehingga dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kunyit dan Manfaatnya
Kunir atau kunyit (Curcuma domestica Val.) termasuk salah satu tanaman
rempah dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara. Penyebaran tanaman ini sampai
ke Malaysia, Indonesia, Asia Selatan, Cina Selatan, Taiwan, Filipina, Australia
bahkan Afrika.Tanaman ini tumbuh dengan baik di Indonesia (Agoes, 2010).
Klasifikasi tanaman sebagai berikut (Hapsoh dan Hasanah, 2011):
Divisio
: Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Curcuma
Species
: Curcuma domestica Val.
Daun kunyit
Universitas Sumatera Utara
Kunyit merupakan tanaman herba dan tingginya dapat mencapai 100 cm. Batang kunyit semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dan berwarna hijau kekuningan. Kunyit berdaun tunggal, berbentuk lanset memanjang, helai daun berjumlah 3-8, ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun rata, pertulangan menyirip dan berwarna hijau pucat. Keseluruhan rimpang membentuk rumpun rapat, berwarna orange, dan tunas mudanya berwarna putih. Akar serabut berwarna cokelat muda. Bagian tanaman yang digunakan adalah rimpang, daun atau akarnya (Mahendra, 2005).
Tanaman kunyit siap dipanen pada umur 8 - 18 bulan, saat panen yang terbaik adalah umur tanaman 11 - 12 bulan, yaitu pada saat gugurnya daun kedua. Saat itu produksi yang diperoleh lebih besar dan lebih banyak bila dibandingkan dengan masa panen pada umur kunyit 7 - 8 bulan. Ciri - ciri tanaman kunyit yang siap panen ditandai dengan berakhirnya pertumbuhan vegetatif, seperti terjadi kelayuan/perubahan warna daun dan batang yang semula hijau berubah menjadi kuning (Hapsoh dan Hasanah, 2011).
Kunyit merupakan jenis temu-temuan yang mengandung zat aktif seperti minyak atsiri dan senyawa kurkumin. Kandungan bahan kimia yang sangat berguna adalah curcumin yaitu diarilhatanoid yang memberi warna kuning. Selain itu kandungan kimianya adalah tumeron, zingiberen. Komposisi kimia kunyit kadar air 6,0%, protein 8,0%, karbohidrat 57,0%, serat kasar 7,0%, bahan mineral 6,8%, minyak volatile 3,0%, kurkuma 3,2%, bahan non volatil 9,0%. Kandungan kunyit yaitu minyak atsiri (3-5%) terdiri dari senyawa dialfapelandren 1%, disabeneli 0,6%, cineol 1%, borneol 0,5%, zingiberen 25% tirmeron 58%,
Universitas Sumatera Utara
seskuiterpen alcohol 5,8%, alfatlanton dan gamma atlanton, pati berkisar 40-50%, kurkumin 2,5-6% (Bintang dan Nataamijaya, 2005).
Hampir setiap orang Indonesia dan India serta bangsa Asia umumnya pernah mengkonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu, atau obat untuk menjaga kesehatan dan kecantikan. Kunyit sering digunakan dalam masakan sejenis gulai dan juga digunakan sebagai pewarna alamiah masakan/makanan agar berwarna kuning (Agoes, 2010).
Kunyit tumbuh liar di hutan, tetapi sekarang sudah dibudidayakan atau ditanam di pekarangan sebagai tanaman penyedap, pewarna, serta sebagai bahan obat tradisional. Rasa rimpang agak getir, sedikit pedas, bersifat hangat, tidak beracun, berbau khas aromatik. Berkhasiat melancarkan darah dan vital energi, antioksidan, meluruhkan haid (emenagog), antiradang (anti inflamasi), meredakan nyeri (analgesik), mempermudah persalinan, anti bakteri dan mempercepat penyembuhan luka (Haryono, 2012).
Rimpang kunyit dapat digunakan sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat malaria, obat cacing, bakterisida, obat sakit perut, memperbanyak ASI, fungisida, stimulant, mengobati keseleo, memar dan rematik, obat asma, diabetes melitus, usus buntu, amandel, sariawan, tambah darah, menghilangkan jerawat dan noda hitam di wajah, melindungi jantung, radang hidung, penurun panas, menghilangkan rasa gatal, menyembuhkan kejang, mengobati luka – luka, dan obat penyakit hati. Selain sebagai obat, kunyit banyak dimanfaatkan untuk bumbu dapur (Syukur dan Hernani, 2001).
Kunyit termasuk salah satu tanaman suku temu – temuan (Zingiberaceae). Bagian terpenting dalam pemanfaatan kunyit adalah rimpangnya. Meskipun
Universitas Sumatera Utara
demikian, daun kunyit pun banyak dimanfaatkan untuk berbagai jenis masakan, karena dapat menghilangkan bau anyir serta menambah aroma masakan (Winarto, 2005).
Senyawa Antimikroba dan Daya Hambat Pertumbuhan Mikroba Menurut Harisna (2010), rempah-rempah dan bumbu asli Indonesia
ternyata banyak mengandung senyawa anti bakteri. Salah satunya adalah kunyit (Curcuma domestica Val) yang terbukti mengandung bahan-bahan yang dapat berfungsi sebagai antibakteri. Respon daya hambat pertumbuhan mikroba yang dihasilkan dipengaruhi oleh kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam kunyit seperti minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, tanin, kurkuminoid dan terpenoid (Rukmana, 2004). Menurut Heinrich, (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga menyebabkan kematian sel.
Sundari et al., (1996) menyatakan bahwa flavonoid dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan mikroba. Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga dapat merusak membran sel. Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin dapat merusak pembentukan konidia jamur. Kandungan senyawa lain seperti alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson, 1991).
Menurut Harborne (1987), terpenoid bersifat larut dalam lemak, salah satu golongan terpenoid yang berpotensi sebagai antimikroba adalah triterpenoid. Sedangkan steroid adalah golongan lipid dan merupakan bagian dari triterpenoid. Dari penelitian diketahui bahwa ekstrak kunyit dan bawang putih memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Salmonella typhimurium karena
Universitas Sumatera Utara
adanya senyawa-senyawa metabolit berupa alkaloid, flavonoid, sterol/triterpenoid, minyak atsiri, dan tanin (Sunanti, 2007)
Kunyit sering digunakan dalam pengobatan tradisional (Hernani dan Rahardjo, 2002) diantaranya mengobati keputihan, diare, obat jerawat dan gatalgatal (Rukmana, 2004). Kunyit juga berpeluang sebagai obat infeksi yang disebabkan oleh mikroba patogen seperti Candida albicans, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (Jawetz et al., 2005). Penggunaan kunyit ini sebagai obat tradisional dapat dalam bentuk ekstrak segar, seduhan, rebusan dan pemurnian (Dzulkarnain et al., 1996).
Menurut Padiangan (2010) ekstrak Curcuma xanthorriza mampu menghambat pertumbuhan Bacillus cereus, Escherichia coli, Penicilium sp dan Rhizopus oryzae. Meilisa (2009) menyatakan ekstrak etanol rimpang temulawak mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Chen et al., (2008) menyatakan kandungan senyawa dalam temu putih dan kunyit mampu menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Menurut Fardiaz dan Jenie (1989), mekanisme kerja suatu antimikroba terhadap sel dapat dibedakan beberapa kelompok yaitu merusak dinding sel, mengganggu permeabilitas sel, merusak molekul protein dan asam nukleat, menghambat aktivitas enzim, sebagai anti metabolit dan menghambat sintesa asam nukleat. Kerusakan dinding sel oleh antimikroba biasanya diikuti lisis sel. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas antibakteri menurut Maharti (2007) diantaranya pH lingkungan, komponen pembenihan, stabilitas zat aktif, besarnya inokulum, masa pengeraman dan aktifitas metabolis bakteri.
Universitas Sumatera Utara
Dari penelitian sebelumnya, juga dilakukan uji anti mirkoba kunyit terhadap pertumbuhan Escherichia coli, Sthaphylococcuc aureus dan Candida albicans, dilaporkan bahwa ekstrak rimpang kunyit mampu manghambat pertumbuhan mikroba uji (Adila et al., 2013). Sementara, penelitian yang dilakukan oleh Selvyana et al., (2012), diketahui bahwa ekstrak methanol rimpang kunyit dapat memberi hambatan terhadap jamur Curvularia lunata dan Aspergilus flavus. Penelitian terhadap daun kunyit, dimana dilakukan uji penghambat pertumbuhan Aspergillus flavus dan Fusarium moniliforme, diketahui bahwa ekstrak daun kunyit mampu menghambat pertumbuhan kedua jamur tersebut (Dani et al., 2012).
Metode Ekstraksi Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstrak zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian hampir semua pelarut diuapkan dan massa serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi bahan baku yang telah ditetapkan. Tujuan dilakukan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Depkes RI, 1995).
Waktu lamanya maserasi berbeda-beda, masing-masing farmakope mencantumkan 4-10 hari. Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Voight, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Dirjen POM (2000), ada beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut, yaitu: a. Cara dingin
1. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.
2. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyaringan sempurna yang umumnya dilakukan pada temperature kamar. Pada perkolasi terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perlokasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).
b. Cara panas 1. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan dalam jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan adanya pendinginan balik. 2. Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstrasksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 3. Digesti adalah maserasi kinetic (pengadukan kontiniu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur suhu ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50˚C.
Universitas Sumatera Utara
4. Infus adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperatur penagas air (bejana infus tercelup dalam penagas air mendidih, temperatur 9698˚C) selama 15-20 menit.
5. Dekok adalah ekstraksi dengan metode infus dilakukan pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air.
Escherichia coli Escherichia coli adalah bakteri gram negatif berbentuk batang tidak
berkapsul. Bakteri ini umumnya terdapat dalam alat pencernaan manusia dan hewan. Sel Escherichia coli mempunyai ukuran panjang 2 - 6 μm dan lebar 1,1 1,5 μm, tersusun tunggal, berpasangan dan berflagel. Escherichia coli ini tumbuh pada suhu antara 10 - 45ºC, dengan suhu optimum 37ºC, pH optimum untuk pertumbuhannnya adalah pada 7 - 7,5, pH minimum 4 dan pH maksimum 9. Nilai Aw (kadar air) minimum untuk pertumbuhan Escherichia coli adalah 0,96. Bakteri ini memproduksi lebih banyak asam di dalam medium glukosa, yang dapat dilihat dari indikator merah metal, memproduksi indol, tetapi tidak memproduksi asetoin dan tidak dapat menggunakan sitrat sebagai sumber karbon (Nuraeni et al., 2000).
Jenis Escherichia disebut bakteri koli (koliform) dan sering digunakan dalam uji sanitasi air dan susu. Jenis Escherichia hanya mempunyai satu spesies yaitu Escherichia coli, dan disebut koliform fekal karena ditemukan di dalam saluran usus hewan dan manusia dan berperan dalam pembusukan sisa-sisa makanan, sehingga sering terdapat di dalam feses. Bakteri ini sering digunakan sebagai indikator kontaminasi kotoran (Fardiaz, 1992).
Universitas Sumatera Utara
Escherichia coli umumnya diketahui terdapat secara normal dalam alat pencernaan manusia dan hewan. Escherichia coli yang menyebabkan penyakit pada manusia disebut Entero Pathogenic Escherichia coli (EPEC). Ada 2 (dua) golongan Escherichia coli penyebab penyakit pada manusia. Golongan pertama disebut Entero Toxigenic Escherichia coli (ETEC) yang mampu menghasilkan enterotoksin dalam usus kecil dan menyebabkan penyakit seperti kolera. Waktu inkubasi penyakit ini 8 – 24 jam dengan gejala diare, muntah-muntah dan dehidrasi serupa dengan kolera. Golongan kedua disebut Entero Invasive Escherichia coli (EIEC), dimana sel-sel Escherichia coli mampu menembus dinding usus dan menimbulkan kolitis (radang usus besar) atau gejala seperti disentri. Waktu inkubasi 8 – 44 jam (rata-rata 26 jam), dengan gejala demam, sakit kepala, kejang perut dan diare berdarah (Nurwantoro dan Djarijah, 1997).
Alat - alat yang digunakan dalam industri pengolahan pangan sering terkontaminasi oleh Escherichia coli yang berasal dari air yang digunakan untuk mencuci. Kontaminasi bakteri ini pada makanan atau alat - alat pengolahan merupakan suatu tanda praktek sanitasi yang kurang baik. Diketahui bahwa Escherichia coli merupakan bakteri yang sensitif terhadap panas, maka untuk mencegah pertumbuhan bakteri ini pada makanan, sebaiknya makanan disimpan pada suhu rendah (Supardi dan Sukamto, 1999).
Staphylococcus aureus Staphylococcus merupakan bakteri berbentuk bulat yang terdapat dalam
bentuk tunggal, berpasangan, tetrad atau berkelompok seperti buah anggur. Beberapa spesies memproduksi pigmen berwarna kuning sampai oranye, misalnya Staphylococcus aureus. Bakteri ini membutuhkan nitrogen organik (asam amino)
Universitas Sumatera Utara
untuk pertumbuhannya dan bersifat anaerob fakultatif. Kebanyakan galur Staphylococcus aureus bersifat patogen dan memproduksi enterotoksin yang tahan panas, dimana ketahanan panasnya melebihi sel vegetatifnya (Fardiaz, 1992).
Staphylococcus aureus umumnya membentuk pigmen kuning keemasan, memproduksi koagulase, dan dapat memfermentasi glukosa dan mannitol dengan memproduksi asam dalam keadaan anaerobik. Bakteri ini bersifat anaerobik sangat lambat, berbentuk bulat berukuran diameter 0,5 – 1,5 µm dan tidak membentuk spora (Supardi dan Sukamto, 1999).
Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri yang dapat menyebabkan keracunan tipe intoksikasi. Gejala keracunan disebabkan oleh tertelannya suatu toksin yang disebut enterotoksin yang mungkin terdapat di dalam makanan setelah diproduksi oleh galur tertentu dari Staphylococcus aureus yang mengkontaminasi makanan tersebut. Toksin ini disebut enterotoksin karena dapat menyebabkan gastroenteritis atau inflamasi pada saluran usus. Staphylococcus adalah suatu bakteri gram positif, berbentuk bulat (kokus berukuran kecil), dan biasanya sel – selnya terdapat dalam bentuk menggerombol seperti buah anggur. Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35 – 37oC, dengan suhu minimum 6,7oC dan suhu maksimum 45,5oC. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0 sampai 9,8, dengan pH optimum sekitar 7,0 – 7,5 (Fardiaz dan Jenie, 1989).
Staphylococcus aureus penghasil enterotoksin bersifat koagulase positif (dapat menggumpalkan plasma darah), tetapi mampu melakukan aktifitas secara aerob. Waktu inkubasinya + 3 jam ( 1 – 6 jam) setelah penderita kemasukan
Universitas Sumatera Utara
enterotoksin. Gejala umum penyakitnya adalah banyak mengeluarkan ludah, mual, muntah, kejang perut (kram), diare berdarah dan mengandung mucus, sakit kepala, kejang otot, berkeringat dingin, lemas, nafas pendek dan suhu tubuh dibawah normal. Pangan yang sering tercemar oleh Staphylococcus aureus adalah daging unggas, daging merah dan produknya, ikan dan produknya serta susu dan produknya (Nurwantoro dan Djarijah, 1997).
Staphylococci bersifat aerob fakultatif dan oleh karenanya dapat bertahan hidup tanpa oksigen. Staphylococcus aureus disebarkan oleh para pengelola pangan, selama pemasakan dan penyiapannya. Staphylococci mudah dibunuh dengan panas tetapi eksotoksin yang dilepaskan ke dalam pangan lebih tahan terhadap panas dan dapat bertahan sampai 30 menit pada titik didih air (Gardjito et al., 1992).
Pada perjangkitan peracunan makanan oleh Staphylococcus biasanya dapat ditunjukkan bahwa galur Staphylococcus di dalam makanan yang tercemar itu sama dengan yang ada pada tangan orang yang menangani makanan tersebut. Cara pencegahan terbaik adalah menyimpan semua bahan makanan yang mudah busuk dalam lemari es (di bawah 6oC sampai 7oC). Makanan yang sudah dipanasi kembali tidak boleh dibiarkan berjam-jam pada suhu kamar sebelum disajikan (Irianto, 2006).
Shigella dysenteriae Shigella adalah bakteri patogen yang menyebabkan gejala penyakit
shigellosis atau sering disebut disentri basiler. Bakteri ini dapat dipindahkan dari satu penderita atau pembawa ke orang lainya melalui makanan dan air, dan kadang – kadang dibawa melalui lalat. Shigella adalah bakteri gram negatif
Universitas Sumatera Utara
berbentuk batang dan termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Shigella dapat tumbuh pada suhu antara 10 dan 40oC dengan suhu optimum 37oC. Bakteri ini sensitif terhadap panas dan tahan terhadap konsentrasi garam 5 – 6 % (Fardiaz dan Jenie, 1989).
Shigella adalah suatu bakteri dari familia Enterobacteriaceae, bersifat gram negatif dan berbentuk batang. Bakteri ini menyerupai genus Escherichia, hanya mempunyai perbedaan utama karena Shigella bersifat nonmotile. Kontaminasi Shigella pada makanan lebih banyak berasal dari air yang digunakan untuk mengolah makanan tersebut. Shigella tidak dapat mengkontaminasi hewan – hewan piaraan seperti anjing, kucing atau kera. Oleh karena itu, kontaminasi Shigella makanan dapat dipastikan berasal dari kontaminasi air atau dari pekerja pengolahan makanan tersebut. Shigella tidak tahan panas dan akan mati pada suhu pasteurisasi makanan (Supardi dan Sukamto, 1999).
Wabah penyakit yang disebabkan oleh Shigella disebut shigellosis (disentri basiler) yang kebanyakan disebabkan oleh air yang terkontaminasi bakteri ini. Masa inkubasi penyakit ini adalah 1 – 7 hari (rata-rata kurang dari 4 hari) dengan gejala demam (sampai 40oC), kejang perut, diare campur darah dan nanah serta lender. Pangan yang sering terkontaminasi adalah susu, es krim, kentang, ikan tuna, udang, daging kalkun dan macaroni (Nurwantoro dan Djarijah, 1997).
Lactobacillus acidophilus Genus Lactobacillus termasuk probiotik yang sering digunakan baik dalam
produk makanan, minuman, obat maupun produk farmasi yang lain dan dikenal sebagai bakteri asam laktat (BAL), karena kemampuannya menghasilkan asam
Universitas Sumatera Utara
laktat. Penggunaan BAL telah dikenal selama berabad-abad pada proses pembuatan produk susu fermentasi seperti yogurt, kefir, yakult, dan keju. Lactobacillus merupakan bakteri Gram positif yang tidak berspora dengan selnya berbentuk bacillus (batang) dan bersifat fakultatif anaerob. Bakteri ini tergolong BAL yang dapat memecah glukosa, laktosa atau golongan gula lainnya menjadi asam laktat dan energi melalui proses metabolisme anaerobik dengan bantuan enzim laktat dehidrogenase. Lactobacillus mampu menghasilkan suatu senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen di dalam usus. Senyawa ini dikenal sebagai bakteriosin (Salminen et al., 2004).
Lactobacillus acidophilus adalah salah satu dari beberapa bakteri dari genus Lactobacillus. Bakteri ini tumbuh dengan subur pada lingkungan yang bersifat asam (pH 4-5 atau lebih rendah) dan tumbuh optimal pada suhu 45oC. Lactobacillus acidophilus secara alami sudah ada di dalam usus manusia dan hewan serta vagina. Lactobacillus acidophilus dapat mati dengan pemanasan, embun dan cahaya matahari langsung. Lactobacillus acidophilus juga penting pada proses fermentasi makanan, terutama dari dairy products, fermentasi buah dan sayuran. Fermentasi terjadi saat bakteri memecah gula dan karbohidrat untuk memproduksi alkohol, CO2, dan asam laktat. Produk sampingnya dapat menimbulkan rasa yang unik pada hasil fermentasi, dapat berfungsi sebagai pengawet dan meningkatkan palatabilitas. Lactobacillus acidophilus memproduksi asam laktat (dapat menghambat pertumbuhan jamur) seperti antibiotik alami dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti Salmonella, Shigella, Salmonella faecalis dan E.coli. Berdasarkan penelitian, Lactobacillus acidophilus efektif dalam mengurangi intoleransi laktosa,
Universitas Sumatera Utara
memperkuat sistem kekebalan tubuh, dan mengurangi kadar kolesterol. Lactobacillus acidophilus hidup sepanjang saluran pencernaan dan terdapat dalam jumlah yang sangat banyak pada usus halus (Febriasari, 2008).
Lactobacillus acidophilus adalah salah satu contoh bakteri yang dapat dimanfaatkan sebagai probiotik. Bakteri ini bersifat Gram positif, menggunakan sumber laktosa dan bahan lain sebagai sumber nutrisinya. Bakteri yang berasal dari genus Lactobacillus biasanya memiliki sel yang reguler dan berbentuk batang dengan ukuran 0,5-1,2 x 1,0-10,0 μm. Pada umumnya berbentuk batang panjang, tetapi kadang-kadang hampir bulat, koloni yang terbentuk biasanya berupa rantai pendek, fakultatif anaerob, kadang-kadang microaerophilic, tumbuh kurang baik di udara, beberapa anaerob pada saat isolasi. Pertumbuhan biasanya ditingkatkan dengan penambahan 5% CO2. Koloni pada media agar pada umumnya 2-5 mm, cembung, buram, dan tanpa pigmen. Sel ini memerlukan media yang kaya dan kompleks (Sneath et al., 1986).
Lactobacillus acidopilus merupakan probiotik yang selama bertahun-tahun banyak digunakan, karena aman dan tidak menimbulkan resiko infeksi berupa bakterimia (Snydman, 2008). Lactobacillus acidophillus dapat menghambat partumbuhan bakteri patogen seperti Salmonella thypimurium, yaitu bakteri yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi saluran cerna, dikenal dengan nama salmonellosis (Pan et al, 2009).
Pengukuran Aktivitas Antimikroba Pengujian aktivitas antimikroorganisme dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu: metode difusi agar dan turbimetri (Pratiwi, 2008).
Universitas Sumatera Utara
1. Metode Difusi agar Metode difusi agar dapat menggunakan cakram kertas, silinder gelas, porselen, logam dan pencetak lubang (Punch Hole).
a. Cara tuang Media agar yang telah diinokulasikan dengan suspensi bakteri uji
dituangkan ke dalam cawan petri dan dibiarkan memadat. Ke dalam cakram yang digunakan diteteskan zat antibakteri, kemudian diinkubasi pada suhu 37˚C selama 18 - 24 jam. Daerah bening yang terdapat disekeliling cakram kertas atau silinder menunjukkan hambatan pertumbuhan bakteri, diamati dan diukur.
b. Cara sebar Media agar dituangkan ke dalam cawan petri kemudian dibiarkan
memadat, lalu disebarkan suspense bakteri uji. Media dilubangi dengan alat pencetak lubang (Punch Hole), diteteskan dengan zat antibakteri, didiamkan, diinkubasi pada suhu 37˚C selama 18 -24 jam. Diukur zona hambat yaitu daerah bening disekitar lubang dengan menggunakan jangka sorong. 2. Metode Turbidimetri
Pada cara ini digunakan media cair. Pertama dilakukan penuangan media kedalam tabung reaksi, ditambahkan suspense bakteri, kemudian pemipetan larutan uji, lalu diinkubasi. Selanjutnya dilakukan pengukuran kekeruhan, kekeruhan yang disebabkan oleh prtumbuhan bakteri diukur dengan menggunakan instrumen yang cocok, misalnya spektofotometer setelah itu dilakukan perhitungan potensi.
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 – Juli 2014 di
Laboratorium Mikrobiologi Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Laboratorium Fitokimia dan Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan terdiri dari daun kunyit segar dari tanaman kunyit siap panen yang diperoleh dari Kota Binjai. Biakan Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae dan Lactobacillus acidophilus yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Media dan bahan kimia yang digunakan yaitu Nutrient Agar (NA), Mueller Hinton Agar (MHA), NaCl fisiologis 0,9%, etil asetat, metanol, aquades, alkohol 70%, dimetilsulfoksida (DMSO), iodium, H2SO4, NaOH, HCl, Na2SO4, FeCl3.
Alat yang digunakan terdiri dari alat-alat gelas, laminar air flow cabinet (Astec HLF 1200L), autoklaf (Express), blender (Cosmos Cb-289G), flow pipet, jangka sorong, oven (Memmert), jarum ose, spatula, desikator, pinset, bunsen, kompor gas (sharp) botol vial, lemari pendingin (Toshiba), krus porselin, timbangan analitik (Mettler Toledo), inkubator (Memmert), rotary evaporator (Buchi 461), desikator, spatula, lampu bunchen, cawan petri.
Universitas Sumatera Utara
Metoda Penelitian
Penelitian dilakukan secara eksperimen