2. Menuju Ujian Sekolah dalam Kebijakan Otonomi Pendidikan

M e nuj u Uj ia n Se k ola h da la m Ke bij a k a n Ot onom i Pe ndidik a n
( Su a t u H a k ik a t da la m UU Sisdik na s)
M oha m m a d Ada m Je r usa le m 1

Abst r a k : Pendidikan yang berkualit as akan m enghasilkan sum bar daya m anusia
( SDM) yang berkualit as j uga, dim ana SDM m erupakan kekuat an ut am a sebagai
inovat or, dinam isat or, akselerat or yang konst rukt if bagi pem bangunan yang
bert um pu pada kekuat an nasional unt uk kepent ingan m asyarakat secara
keseluruhan. Dengan diberlakukannya UU No. 22 t ahun 1999 dan UU No. 25 Tahun
1999 dan disusul dengan kebij akan Depdiknas t ent ang sist em m anaj em en berbasis
sekolah dan pem berian kewenangan t erhadap daerah ( bahkan sekolah) unt uk
m engelola pendidikan, t im bul secercah harapan akan sem akin m em baiknya
pem bangunan pendidikan. Salah sat u cara yang dapat dit em puh adalah
diberlakukannya m anaj em en pendidikan berbasis pada sekolah ( school based
educat ion) dan m odel perencanaan dari bawah ( bot t om up planning) sebagai salah
sat u cara y ang dapat dit em puh dari kibij akan desent ralisasi pendidikan dan ot onom i
pendidikan. Hal t ersebut j uga m erupakan salah sat u nafas dari UU no. 20 Tahun
2003 t ent ang Sist em Pendidikan Nasional. Dan pada hakikat nya, UU Sisdiknas
t ersebut j uga m enj adikan Uj ian Sekolah sebagai pilihannya unt uk m enggant ikan
Uj ian khir NAsional ( UAN) .
Kat a Kunci : Desent ralisasi pendidikan, ot onom i pendidikan, UU Sisdiknas, Uj ian

Sekolah, dan Uj ian Akhir Nasional ( UAN) .
1.

Pe nda h ulua n
Dalam kelom pok negara paling m aj u dan berpengaruh di percat uran dunia,

Jepang

seringkali

m enj adi

acuan

bagi

negara- negara

dunia


ket iga.

Hal

ini

disebabkan, Jepang dapat m encapai posisi t ersebut hanya dalam wakt u yang
singkat . Kunci keberhasilan Jepang unt uk bangkit set elah Perang Dunia I I adalah
pendidikan. Pendidikan yang berkualit as akan m enghasilkan sum bar daya m anusia
( SDM) yang berkualit as j uga, dim ana SDM m erupakan kekuat an ut am a sebagai
inovat or,
bert um pu

dinam isat or,
pada

akselerat or

kekuat an


yang

nasional

konst rukt if

unt uk

bagi

kepent ingan

pem bangunan
m asyarakat

yang
secara

keseluruhan. Disam ping it u, SDM yang berkualit as m erupakan kekuat an unt uk
m em asuki dan m enggalang kerj asam a global yang m ensyarat kan keunggulan

kom pet it if. Sebaliknya pendidikan yang t idak berkualit as dapat m enghasilkan SDM
yang t idak berkualit as j uga sehingga akan banyak m enghasilkan m asalah- m asalah
sosial, sepert i pengangguran t erdidik. Fenom ena pengangguran t erdidik ini perlu
1

Dipublikasikan pada Prosiding Seminar Nasional Kebij akan dekonsent rasi dalam ot onom i
pendidikan dan refleksi krit is t erhadap Uj ian Akhir Nasional m enuj u Uj ian Sekolah,
LP3 Universit as Negeri Malang, 2004

1

diant isipasi karena cakupannya berdim ensi luas, khususnya dalam kait annya dengan
st rat egi sert a kebij akan perekonom ian dan pendidikan nasional.
Tabel 1. St rukt ur pengangguran m enurut t ingkat pendidikan ( % )
Pe n didik a n
1982
61.74
SD ke bawah
SLTP
11.79

SLTA Um um
12.30
SLTA Kej uruan
12.69
Diplom a
0.91
- Diplom a I
- Diplom a I I
Universit as
0.57
Sum ber: St at ist ik Tahunan I ndonesia,

1995
1998
40.68
23.09
19.44
16.33
32.13
24.90

16.86
11.61
3.47
2.61
0.94
0.74
2.53
1.87
5.02
3.86
1985, 1995, 1998

Berdasarkan dat a t abel 1. t erdapat beberapa hal m enarik. Pert am a, pada 1998,
ham pir separuh ( 49% ) penganggur t ernyat a berpendidikan m enengah at as ( SLTA
Um um

dan

Kej uruan) .


Kedua,

periode

1982- 1998,

t erj adi

peningkat an

pengangguran berpendidikan m enengah keat as ( SLTA, Akadem i dan Sarj ana) secara
signifikan dari 26% m enj adi 57% , at au m eningkat ham pir 120% . Ket iga, laj u
peningkat an pengangguran di sekolah m enengah kej uruan lebih rendah dari sekolah
m enengah um um 1
Adalah t ugas pem erint ah unt uk m em buat sist em pendidikan yang dapat
m enghasilkan

t enaga

kerj a


t erdidik.

Karena

dalam

pandangan

m asyarakat

kebanyakan, pendidikan at au sekolah yang berkualit as adalah pendidikan at au
sekolah yang dapat m enghasilkan lulusannya m endapat kan pekerj aan. Sem ent ara
m asalah kualit as pendidikan t idak hanya sebat as pandangan it u saj a, j uga t idak
hanya sebat as uj ian akhir negara. Tet api m asih banyak dim ensi lain yang saling
berkait an dan m em pengaruhi kualit as pendidikan, sepert i kurikulum , st af pengaj ar,
m edia pendidikan, lingkungan. Adapun Uj ian Akhir Negara adalah salah sat u alat
unt uk pem ant au dan pengendalian m ut u pendidikan. Keput usan Ment eri Pendidikan
Nasional No. 153/ U/ 2003 t ent ang Uj ian Akhir Nasional ( UAN) Tahun Pelaj aran
2003/ 2004 t anggal 14 Okt ober 2003 sebagai suat u kebij akan unt uk m eningkat kan

kualit as pendidikan m em buahkan kont roversi yang m engundang pro dan kont ra.
Makalah ini akan m engupas t ent ang UAN dan segi hukum UAN yang dikait kan
dengan UU no. 20 Tahun 2003 t ent ang Sist em Pendidikan Nasional dan Keput usan
Ment eri Pendidikan Nasional No. 153/ U/ 2003 t ent ang Uj ian Akhir Nasional ( UAN)
Tahun Pelaj aran 2003/ 2004.
2.

Ebt a na s da n UAN

2

Hingga saat ini I ndonesia m em iki em pat periode uj ian. Periode pert am a, bahan
uj ian dibuat oleh negara dalam hal ini oleh Pusat Penguj ian. Pada periode ini t ingkat
kelulusannya rendah nam un m em iliki kualit as t inggi. Periode kedua, pem buat an soaL
diserahkan kepada sekolah dan t ingkat kelulusannya t inggi. Periode ket iga, Ebt anas
yang m erupakan kom binasi ant ara uj ian negara dengan uj ian sekolah. Periode
keem pat , UAN dim ana sebagian besar pelaj aran diserahkan ke sekolah, sedangkan
sisanya diserahkan pada negara. 2
Depart em en


Pendidikan

Nasional

sej ak

t ahun

pelaj aran

2001/ 2002

m enet apkan Uj ian Akhir Nasional ( UAN) sebagai penggant i evaluasi belaj ar t ahap
akhir ( Ebt anas) . UAN berlaku unt uk Sekolah Lanj ut an Tingkat Pert am a ( SLTP) ,
Madrasah Tsanawiyah ( MTs) , Sekolah Menengah Um um ( SMU) , Madrasah Aliyah
( MA) , dan Sekolah Menengah Kej uruan ( SMK) . Sedangkan unt uk Sekolah Dasar
( SD) , Sekolah Luar Biasa ( SDLB) , Sekolah Luar Biasa set ingkat SD ( SLB) , Madrasah
I bt idaiyah ( MI ) Ebt anas digant i dengan uj ian akhir sekolah. Mat a pelaj aran pada UAN
adalah seluruh m at a pelaj aran yang diaj arkan di t ingkat t iga pada SLTP, SMU, dan
t ingkat em pat di SMK.

Berdasarkan

keput usan

m ent eri,

pelaksanaan

UAN dit et apkan

apa yang

m enj adi kewenangan sekolah dan Depdiknas. Depdiknas m enyiapkan naskah UAN
pada m at a pelaj aran yang selam a ini diebt anaskan dan m enyiapkan kisi- kisi t es at au
st andar kom pet ensi lulusan unt uk m at a pelaj aran yang t elah disiapkan naskah UANnya oleh

Depdiknas.

Sedangkan

naskah

UAN m at a pelaj aran

yang

m enj adi

kew enangan sekolah disiapkan oleh sekolah sesuai dengan st andar kom pet ensi
lulusan yang disiapkan Depdiknas. Hal inilah yang m enj adi perbedaan m endasar
ant ara UAN dengan Ebt anas. Berdasarkan kisi- kisi yang dikirim kan ke w ilayah hingga
sekolah, pihak sekolah m enyusun soal berdasarkan kisi- kisi nasional, sehingga
m at eri t es pada UAN yang diselenggarakan sekolah relat if sam a unt uk seluruh sisw a
di I ndonesia.
Tabel 2. Uj ian Akhir Nasional dan Uj ian Akhir Sekolah
Jenis Uj ian

Jenj ang Sekolah

Uj ian Akhir Sekolah ( Uj ian Sekolah)

Sekolah Dasar ( SD) ; Sekolah Luar Biasa
( SDLB) ; Sekolah Luar Biasa set ingkat SD
( SLB) ; Madrasah I bt idaiyah ( MI ) .

Uj ian

Akhir

Nasional/ UAN)

Nasional

( Uj ian

Sekolah Lanj ut an Tingkat Pert am a ( SLTP) ;
Madrasah

Tsanawiyah

( MTs) ;

Sekolah

3

Menengah Um um ( SMU) ; Madrasah Aliyah
( MA) ; Sekolah Menengah Kej uruan ( SMK) .

UAN m erupakan penilaian pada akhir proses pem belaj aran di sekolah. Penilaian
m erupakan serangkaian kegiat an unt uk m em peroleh, m enganalisis, dan m enafsirkan
dat a t ent ang proses dan hasil belaj ar siswa yang dilakukan secara sist em at is dan
berkesinam bungan sehingga m enj adi inform asi yang berm akna dalam pengam bilan
keput usan 3 .
Penilaian pada akhir proses pem belaj aran dilakukan uj ian unt uk m endapat kan
dat a/ inform asi obyekt if sebagai hasil pengukuran. Hasil uj ian disekolah akan
m em berikan

inform asi

pem belaj aran.
sebenarnya

t ingkat

Tingkat

dan

penyem purnaan

keberhasilan/ pencapaian

keberhasilan

dari

hasil

program

uj ian

ini

m enggam barkan

t ersebut

pem belaj aran.

berm anfaat sebagai um pan balik dalam

siswa

dapat

Dengan

dari

kem am puan

digunakan
dem ikian

sebagai

hasil

uj ian

t uj uan
siswa
dasar
akan

proses pem belaj aran dan hasil uj ian

digunakan unt uk m enget ahui efekt ivit as dan t ingkat pencapaian keberhasilan suat u
pem belaj aran.
Dari Program Spesifik Dit j en Dikdasm en 2001 dapat diket ahui fungsi dan
t uj uan dari Ebt anas adalah 4 :
a.

Alat pem ant au dan pengendali m ut u pendidikan;

b.

Alat seleksi unt uk m elanj ut kan pendidikan ke j enj ang lebih t inggi;

c.

Alat

kont rol

dan

pendorong

bagi

sekolah

unt uk

m eningkat kan

m ut u

pendidikan;
d.

Bahan pert im bangan dalam penent uan ket am at an siswa;

e.

Alat unt uk m encapai st andar m ut u nasional yang dapat m engukur pencapaian
hasil belaj ar siswa;

f.

Alat ukur unt uk m em beri gam baran m ut u pendidikan dan kem am puan t am at an
siswa ant ara wilayah, sekolah dari t ahun ke t ahun;

g.

Sebagai

um pan

balik

bagi

pengem bangan

kurikulum

dan

pengam bilan

kebij akan pendidikan t ingkat sekolah sam pai nasional;
h.

Sebagai bent uk pert anggungj awaban kepada m asyarakat secara nasional,
propinsi, kabupat en / kot a dan sekolah;

i.

Um pan

balik

bagi

sekolah

dalam

penyem purnaan

program

dan

upaya

peningkat an m ut u pendidikan berkelanj ut an.

4

Sedangkan berdasarkan pasal 2 Kepm endiknas No. 153/ U/ 2003 t ent ang UAN,
UAN bert uj uan unt uk 5 :
a.

Mengukur pencapaian hasil belaj ar pesert a didik,

b.

Mengukur m ut u pendidikan di t ingkat nasional, provinsi, kabupat en/ kot a, dan
sekolah/ m adrasah

c.

Mem pert anggungj awabkan

penyelenggaraan

pendidikan

secara

nasional,

provinsi, kabupat en/ kot a, sekolah/ m adrasah, kepada m asyarakat .
Unt uk fungsi UAN adalah sebagaim ana t ercant um dalam pasal 3, yait u :
a.

Alat pengendali m ut u pendidikan secara nasional,

b.

Pendorong m ut u pendidikan,

c.

Bahan dalam m enent ukan kelulusan pesert a didik,

d.

Bahan pert im bangan dalam seleksi penerim aan pesert a didik baru pada j enj ang
pendidikan yang lebih t inggi.

3.

Tinj a u a n Yur idis UAN
Ada dua perat uran perundang- undangan yang m engat ur t ent ang UAN yang

sering dij adikan dasar pelaksanaan UAN dan saling dikait kan ant ara keduanya, yait u
UU No. 20 Tahun 2003 t ent ang Sist em Pendidikan Nasional ( Sisdiknas) dan
Keput usan Ment eri Pendidikan Nasional No. 153/ U/ 2003 t ent ang Uj ian Akhir Nasional
( UAN) Tahun Pelaj aran 2003/ 2004 t anggal 14 Okt ober 2003. Evaluasi belaj ar dalam
UU No. 20 Tahun 2003 t ent ang Sisdiknas diat ur pada BAB XVI t ent ang Evaluasi,
Akredit asi, dan Serifikasi, Bagian sat u m ulai pasal 57 sam pai dengan pasal 59.
Adapun dasar pert im bangan dikeluarkannya Kepm endiknas t ersebut adalah unt uk
m enget ahui hasil belaj ar pesert a didik dan unt uk m em peroleh ket erangan m engenai
m ut u pendidikan pada sekolah m enengah pert am a, m adrasah t sanawiyah, sm p luar
biasa, sm a, m a, sm a luar biasa, perlu diselenggarakan penilaian secara nasional
pada m asa akhir m asa sat uan pendidikan; sert a Unt uk m em peroleh st andar m ut u
pendidikan yang t erukur secara nasional dalam rangka m enj aga akunt abilit as
pelaksanaan m anaj em en berbasis sekolah.
Berdasarkan kaj ian t erhadap kedua perat uran perundang- undangan t ersebut ,
t erdapat

beberapa

kesenj angan

diant ara

keduanya.

Kesenj angan- kesenj angan

t ersebut t erdapat pada at uran- at uran yang t ert uang dalam Kepm endiknas yang
bert ent angan dengan UU Sisdiknas, diant aranya 6 :
a.

Dalam Kepm endiknas No. 153/ U/ 2003, UAN hanya m engukur sat u aspek
kom pet ensi kelulusan, yait u aspek kognit if. Sedangkan m enurut UU Sisdiknas,

5

dalam penj elasan pasal 35 ayat ( 1) dij elaskan bahwa kom pet ensi lulusan
m erupakan kualifikasi kem am puan lulusan yang m encakup sikap ( afekt if) ,
penget ahuan ( kognit if) dan ket ram pilan ( psikom ot orik) sesuai dengan st andar
nasional yang t elah disepakat i.
b.

Dalam kait annya dengan m ut u pendidikan, Kepm endiknas No. 153/ U/ 2003
hanya m elakukan evaluasi t erhadap pesert a didik m elalui UAN. Sedangkan
m enurut UU Sisdiknas, dalam pasal 57 ayat ( 2) dinyat akan bahwa m ut u
pendidikan

didasarkan

pada

evaluasi

dilakukan

t erhadap

pesert a

didik,

lem baga, dan program pendidikan pada j alur form al dan nonform al unt uk
sem ua j enj ang, sat uan, dan j enis pendidikan.
c.

UAN m engabaikan m uat an kurikulum yang m enganut kem aj em ukan pot ensi
daerah dan pesert a didik. Sedangkan m enurut UU Sisdiknas, pasal 36 ayat ( 2)
disebut kan bahwa kurikulum

pada sem ua j enj ang dan j enis pendidikan

dikem bangkan dengan prinsip difersifikasi sesuai dengan sat uan pendidikan,
pot ensi daerah, dan pesert a didik.
d.

UAN t elah m eram pas kew enangan pendidik/ guru dan sekolah unt uk m elakukan
evaluasi hasil belaj ar dan m enent ukan kelulusan pesert a didik. Sedangkan
m enurut UU Sisdiknas, dalam pasal 58 ayat ( 1) disebut kan evaluasi hasil
belaj ar

pesert a didik

dilakukan

oleh

pendidik

unt uk

m em ant au

proses,

kem aj uan, dan perbaikan hasil belaj ar pesert a didik secara berkesinam bungan,
dan pasal 61 ayat ( 2) m enyebut kan bahwa ij azah diberikan kepada pesert a
didik sebagai pengakuan t erhadap prest asi belaj ar dan/ at au penyelesaian suat u
j enj ang pendidikan set elah lulus uj ian yang diselenggarakan oleh sat uan
pendidikan yang t erakredit asi.
4.

Kon t r ove r si UAN
Keput usan

pem erint ah

unt uk

t et ap

m enj alankan

UAN

saat

ini

hanya

m erupakan kebij akan dalam m asa t ransisi. Secara realist is, um um nya SLTP dan
SLTA di I ndonesia belum m am pu m elaksanakan uj ian akhir berst andar nasional.
Disam ping it u UU Sisdiknas yang m em berikan hak ot orit as pada guru unt uk
m elakukan penguj ian belum sepenuhnya bisa dit erapkan. Rancangan Perat uran
Pem erint ah t ent ang St andar Nasional Pendidikan m asih digodok. 7
Guna m engangkat m ut u pendidikan I ndonesia pada t at aran persaiangan global,
kenaikan st andar kelulusan UAN pada j enj ang SLTP dan SLTA t idak bisa dit aw art awar lagi. Kenaikan st andar nilai kelulusan dari m inim al 3.01 m enj adi 4.01 m em ang
sudah harus dit erapkan pada UAN pada t ahun 2004 agar siswa dan guru segera

6

t erpacu unt uk belaj ar dan bekerj a keras. I ndonesia sudah t erlalu lam a t erlena dalam
t radisi lulus serat us persen. Tradisi t ersebut harus diput us dengan kebij akan yang
m erangsang m ot ivasi unt uk berkom pet isi ant ar siswa m aupun ant ar guru. Kenaikan
st andar nilai kelulusan ini sudah lam a direncanakan. Sosialisasi t ent ang st andar
kelulusan UAN t ersebut sudah diglirkan sej ak t ahun 2001 dengan pat okan nilai 3.01.
Pada t ahun 2003, pat okan nilai sat andar kelulusan it u dipert ahankan. Seiring dengan
m engalirnya dukungan t erhadap upaya peningkat an m ut u pendidikan, m aka sat ndar
nilai kelulusan 3.01 dinaikkan m enj adi 4.01 unt uk UAN m elalui Kepm endiknas No.
152/ U/ 2003.
Hikm ah posit if dari penerapan st andar m inim al 4.01. Kebij akan t ersebut akan
m em ot ivasi siswa dan guru unt uk m enghasilkan kej a yang t erbaik. I ni sangat
t ergant ung pada kom it m en sisw a dan guru. Dengan penerapan st andar m inim al ini
m enj adikan t ant angan bagi siswa dan guru, apakah siswa dan guru siap berubah
dengan belaj ar dan bekerj a keras, at au selam anya t erj ebak dengan t radisi lulus
serat us persen nam un kualit asnya t idak baik sehingga hanya akan m enam bah
deret an panj ang lulusan t erdidik di negeri ini. Apabila kebij akan t ersebut t erus
dit unda m aka dunia pendidikan I ndonesia akan t erus perm isif dengan wakt u.
Sem ent ara bangsa lain sudah j auh m elangkah ke depan. Pendidikan I ndonesia
sekarang berada dibaw ah Malaysia dan Viet nam . Dua negara yang dulu selalu
m engirim kan sisw anya unt uk belaj ar ke I ndonesia. Belum

lagi perm asalahan

pendidikan yang lain, m isalnya dana anggaran pendidikan. Anggaran pendidikan saat
ini hanya 3.49% dari APBN, m asih sangat j auh dibawah am anat UUD 1945 yang
besarnya 20% . Unt uk t ahun anggaran 2000/ 2001, pem erint ah m engalokasikan dana
sebesar Rp 12 Triliun ( USD 1.8 Milyar) , m enurun j ika dibandingkan dengan anggaran
pendidikan pada t ahun 1999/ 2000 yang sebesar Rp 16 Triliun ( USD 2.1 Milyar) .
Pada

t ahun

1970- an,

sem angat

kom petisi

dikalangan

siswa

sem pat

berkem bang. Bukanlah hal aneh j ika ada 2- 3 sisw a sekolah yang t idak lulus uj ian
akhir

nasional.

Nam un

dalam

perkem bangannya,

sej ak

t ahun

1980- an

lahir

kebiasaan di kalangan pendidik unt uk m engukur keberhasilan pem belaj aran dari
t ingkat kelulusan siswanya. Maka yang t erj adi adalah t radisi lulus serat us persen.
Hal ini t erj adi karena unt uk m em pert ahankan cit ra sekolah. Nam un bisa m enj adi
t idak produkt if j ika kualit as lulusan t idak baik. Karena dalam pandangan m asyarakat
awam , sekolah yang berkualit as adlah yang dapat

m engant arkan lulusannya

m endapat kan pekerj aan dengan m udah dan cepat . Dan yang t erj adi saat ini adalah

7

ij azah

akhirnya

m enj adi

sim bol

form alit as

t anpa

m enunj ukkan

kom pet ensi

peraihnya.
Berdasarkan dat a Depdiknas, kenaikan nilai st andar kelulusan UAN dari 3.01
m enj adi 4.01 sedikit berpengaruh pada persent ase ket idaklulusan pada j enj ang
SLTA/ MA dan SMK. Secara nasional, t ingkat ket idaklulusan UAN SLTA/ MA sebesar
11.45% dari 1.195.457 pesert a. Sem ent ara t ingkat ket idaklulusan UAN SMK sebesar
11.45% dari 695.882 pesert a. Persent ase ini m em ang j auh dibawah perkiraan
pengam at yang m engkhaw at irkan penerapan kebij akan st andar m inim al kelulusan,
sebesar 30% siswa diperkirakan t idak lulus. Nam un j ika dibandingkan dengan dat a
Depdiknas unt uk t ingkat kelulusan t ahun 2003, angka t ingkat ket idaklulusan t erj adi
peningkat an. Tahun 2003, t ingkat ket idaklulusan siswa SMU sebesar 7.75% dari
900.000 pesert a. Unt uk ket idaklulusan siswa SMK sebesar 9.54% dari 500.000
pesert a. Sem ent ara pada j enj ang SLTP, t ingkat ket idaklulusan m encapai 8.33% dari
sekit ar 2 j ut a pesert a. 8
Dibalik persent ase lulusan t ersebut , sesungguhnya st andardisasi nasional
dipert anyakan. Karena adanya perbedaan paket soal ant ar daerah. Hal ini dikait kan
dengan rendahnya kem am puan akadem ik di daerah t ert ent u. Unt uk daerah t ert ent u,
t erut am a I ndonesia bagian t im ur dan sebagian wilayah barat I ndonesia, pem erint ah
m enyediakan paket soal dengan t ingkat kesulit an lebih rendah dibanding sekolahsekolah di Pulau Jawa. Jika hal ini yang t erj adi, m asih adakah st andardisasi nasional
it u? Masih layakkah disebut dengan Uj ian Akhir Nasional?
5.

D e se nt r a lisa si da n Ot onom i Pe ndidik a n
Dua isu besar yang m engiringin pelaksanaan ot onom i pendidikan adalah

dim ulainya m asa t ransisi desent ralisasi pengelolaan pendidikan dan kecenderungan
m erosot nya hasil pem bangunan pendidikan yang selam a ini dicapai. Disini yang
dibut uhkan adalah kom it m en, visi dan m isi daerah unt uk t erus m eningkat kan
kualit asnnya sesuai dengan harapan. Perlu disadari bahwa j angkauan pendidikan
bukan hanya dalam kont eks kuant it as ( dim ensi populasi) , m elainkan j uga kualit as
yang lebih m engarah pada kedalam an dan int ensit as, baik dalam proses m aupun
produk sehingga dapat m enghasilkan sum ber daya m anusia yang siap m enghadapi
t ant angan di m asa depan. 9
Masa t ransisi desent ralisasi pendidikan m engharuskan diperkuat nya landasan
dasar

pendidikan

yang

lebih

dem okrat is,

t ransparan,

efisien

dan

m elibat kan

part isipasi m asyarakat daerah. Suyant o m enegaskan bahwa salah sat u cara yang
dapat dit em puh adalah diberlakukannya m anaj em en pendidikan berbasis pada

8

sekolah ( school based educat ion) dan m odel perencanaan dari bawah ( bot t om up
planning) . Upaya peningkat an part isipasi m asyarakat t erhadap dunia pendidikan,
peningkat an kualit as dan relevansi pendidikan, sert a perbaiakan m anaj em en di
set iap j enj ang, j alur dan j enis pendidikan m erupakan upaya ant isipat if yang perlu
diam bil unt uk m enanggulangi kem erosot an pencapaian hasil pendidikan selam a ini. 10
Dengan diberlakukannya UU No. 22 t ahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999
dan disusul dengan kebij akan Depdiknas t ent ang sist em m anaj em en berbasis
sekolah dan pem berian kewenangan t erhadap daerah ( bahkan sekolah) unt uk
m engelola

pendidikan,

t im bul

secercah

harapan

akan

sem akin

m em baiknya

pem bangunan pendidikan. Model pem bangunan pendidikan yang sangat a sent ralist ik
dan m onolit ik sert a m enafikan perbedaan, secara drast is seharusnya diubah m enj adi
desent ralist ik dan pluralist ik sehingga kepent ingan dan kebut uhan sert a pot ensi dan
kem am puan
desent ralisasi

daerah

m enj adi

pendidikan

lebih

yang

t erperhat ikan

direpresent asikan

dan

t erbangkit kan.

m elalui

m odel

Dengan

pengelolaan

Manaj em en Berbasis Sekolah dan Manaj em en Berbasis Masyarakat , m aka segenap
kom ponen sekolah m enj adi sem akin berperan. Pem berian kewenangan yang besar
pada

guru

m elalui

Manaj em en

Berbasis

Sekolah

dan

Kurikulum

Berbasis

Kom pet ensi- pun diasum sikan akan m engem balikan harga diri dan rasa percaya diri
guru yang di m asa lalu sangat t erpuruk akibat sist em yang bersifat sangat inst rukt if.
Dit inj au dari pem berdayaan guru dan siswa, UAN sam a sekali t idak berguna.
Ot orit as guru unt uk m erencanakan, m enyusun, dan m em berikan nilai pada siswanya
sebagai bagian int egral dari t ugasnya t elah direbut . Sepert i di m asa- m asa lalu guru
t et ap t idak dipercaya m am pu m elakukan t ugasnya dengan baik. UAN m enj adi
sem acam pusat perhat ian dalam proses pem belaj aran. Sepert i Ebt anas di m asa
sebelum nya, seluruh proses pem belaj aran dipusat kan pada upaya unt uk sukses pada
UAN sehingga hakikat proses pem belaj aran m enj adi t erabaikan. Mest inya UAN yang
j elas- j elas bert ent angan secara diam et ral dengan prinsip- prinsip desent ralisasi
pendidikan dan m enghabiskan dana besar m ulai t ahun depan dihapus. Biarkan
sekolah

m engevaluasi

hasil

kerj anya.

Kont rol

Pem erint ah

t erhadap

kualit as

pendidikan dapat dilakukan set iap t ahun t erhadap siswa- sisw a set iap kelas di sem ua
j enj ang pendidikan dengan diberikan t es st andar dengan pem ilihan sekolah pesert a
t es diam bil secara random sam ple di t iap daerah yang dianggap dapat m ewakili rat arat a nasional. Tes st andar ini disam ping unt uk m enget ahui kualit as pendidikan j uga
dapat dij asikan sebagai t es diagnost ik unt uk dit indaklanj ut i 11 .

9

6.

M e nuj u Uj ia n Se k ola h ( Pe n ut up)
Dua sisi yang berbeda dari dua perat uran perundang- undangan yang m engat ur

t ent ang pendidikan dan uj ian, yait u UU no. 20 Tahun 2003 t ent ang Sist em
Pendidikan Nasional dan Keput usan Ment eri Pendidikan Nasional No. 153/ U/ 2003
t ent ang Uj ian Akhir Nasional ( UAN) Tahun Pelaj aran 2003/ 2004. UU Sisdiknas sangat
kent al arom a School Based Managem ent dan Kurikulum Berbasis Kom pet ensi yang
sangat

berpihak

pada

ot onom i

guru

dalam

m enent ukan

keberhasilan

siswa.

Sedangkan Kepm endiknas t ent ang UAN m asih m engusung Kurikulum 1994 yang
t erasa sent ralist ik.
Berkait an dengan st andar nilai kelulusan, penulis sangat set uj u dengan adanya
pat okan t ersebut . Karena dapat m enj adikan hidup iklim persaingan siswa dan guru,
sert a

m em berikan

m ot ivasi

t ersendiri

bagi

siswa

dan

guru.

Bahkan

perlu

dit ingkat kan st andar nilai kelulusannya pada t ahun- t ahun m endat ang. Sepert i sudah
t erdengar rencana dari Depdiknas unt uk m eningkat kan m enj adi 4.51 pada t ahun
2005. Kem udian, pada 2006 dinaikkan lagi m enj adi 5.01, t ahun 2007 m enj adi 5.56.
Dan st andar baku kelulusan m ulai 2008 adalah 6.01. Nam un, unt uk pelaksanaan
UAN yang sent ralist ik dan t erasa m em bungkus ot orit as guru dalam m erencanakan,
m enyusun, dan m em berikan nilai pada siswanya sebagai bagian int egral dari
t ugasnya, penulis t idak sependapat . Uj ian Sekolah m erupakan pilihan yang lebih
t epat unt uk sist em pendidikan I ndonesia. Disam ping unt uk m enegakkan ot onom i
dan ot orit as guru akan t ugasnnya t erut am a dalam evaluasi belaj ar sebagaim ana
t erm akt up dalam pasal 58 ayat ( 1) UU Sisdiknas, j uga karena adanya perbedaan
kualit as pendidikan ant ar wilayah I ndonesia. Sehingga dengan Uj ian Sekolah ini
t idak ada lagi disparit as at au perbedaan t ingkat kesulit an soal ant ar daerah. Evaluasi
belaj ar sepenuhnya diserahkan sekolah dan guru. Depdiknas dan Dinas Pendidikan
m em berikan perannya dalam penent uan st andar kualit as dan pengawasan secara
ket at , t egas unt uk m enj aga obyekt ifit as pendidikan dan sekolah. Karena ada
kecenderungan unt uk lebih m em pert ahankan im age at au cit ra sekolah dibandingkan
dengan

kualit as

lulusan.

Sekolah

akan

m erasa

j at uh

cit ranya

j ika

angka

ket idaklulusan t inggi. Dan t idak m erasa j at uh cit ranya j ika kualit as lulusan t idak
bagus dan lulusannya m enj adi pengangguran t erdidik.
Sebagai peran pengawasan dan upaya unt uk m em inim alkan adanya perbedaan
kualit as Uj ian Sekolah dalam sat u daerah ot onom i ( kabupat en/ kot a) , m aka soal

10

Uj ian Sekolah disusun secara bersam a- sam a oleh guru dan sekolah dalam lingkup
kabupat en/ kot a t ersebut . Dengan dem ikian t et ap dapat diket ahui kualit as pendidikan
unt uk daerah t ert ent u, t anpa m engabaikan peran sekolah, guru dan kem am puan
siswa yang bersangkut an.
Dengan diberlakukannya Uj ian Sekolah unt uk t ingkat pendidikan dasar dan
m enengah, m aka sangat dim ungkinkan penilaian siswa berdasarkan prinsip penilaian
yang

kom prehensif

yang

m eliput i

kualifikasi

kem am puan

sikap

( afekt if) ,

penget ahuan ( kognit if) dan ket ram pilan ( psikom ot orik) sesuai dengan st andar
nasional yang t elah disepakat i. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas, dalam penj elasan
pasal 35 ayat ( 1) .
Unt uk dapat m enuj u ke Uj ian Sekolah, t idaklah cukup dengan adanya surat
keput usan m ent eri at au undang- undang sekalipun. Nam un, j uga diperlukan adanya
pem berdayaan sekolah sebagai langkah pert am anya. Pert am a- t am a yang harus
m eningkat kan kualit as adalah sekolah m asing- m asing. Karena sekolahlah yang
paling m engert i keadaan dirinya, apa yang harus diperbaiki, dit ingkat kan, dan
dipert ahankan. Apabila sekolah dan guru t ernyat a t idak m am pu, m aka Depdiknas
perlu t urun t angan dengan m em berikan bant uan sepert i
m erefleksi

proses

pem belaj aran,

dan

m ungkin

m engevaluasi dan

pengelolaannya

( m anaj em en

sekolahnya) . Peran m em bant u disini adalah peran pem binaan, pendam pingan dan
bukan pengam bilalihan t ugas sekolah. Disinilah peran Depdiknas dan aparat nya
t anpa m em bent uk badan baru, bert ekun dalam m endam pingi lem baga pendidikan.
Pendam pinganpun dilakukan secara m ennyeluruh, art inya kyang kurang berkualit as
dim am pukan dan diberdayakan, sedangakan yang sudah m am pu berkem bang
dit ingkat kan kualit asnya lagi. 12

D a ft a r Pust a k a

1

. Rogers Pakpahan. Studi Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional SMU/MA dan SMK di

Banten Tahun Pelajaran 2001/2002.
2

3

. Sinar Harapan. Jumat, 18 Juni 2004. Tabel Konversi UAN untuk Jaga Keadilan bagi
Siswa. Jakarta
. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

11

4

. Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Program Spesifik Ditjen Dikdasmen. Jakarta :
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

5

. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.
153/U/2003 Tentang Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran 2003/2004.

6

. Koalisi Pendidikan. 2004. Pernyataan Sikap Koalisi Pendidikan Menyikapi Kebijakan
Ujian Akhir Nasional. Jakarta: www.antikorupsi.org/newsart/uankoalisipend.rtf

7

. Kompas. Senin, 12 April 2004. Depdiknas Anggap Kebijakan UAN sebagai Transisi.
Jakarta.

8

. Kompas. Jumat, 11 Juni 2004. Kelulusan UAN Capai Target. Jakarta.

9

. Abdul Kadir. Mencari Pijakan Awal Sistem Pendidikan Mengawali Otonomi Daerah.

www.depdiknas.go.id/jurnal/36/
10

. Suyanto. 2001. Membangun Sekolah yang Efektif. Jakarta : Kompas. 26 Januari 2001.

11

. KI Gunawan. UAN dalam Perspektif Desentralisasi Pendidikan. www.artikel.us

12

. E, Baskoro Poedjinoegroho. Refleksi Pelaksanaan UAN, Terkecoh “Grade-Minded”.
Jakarta : Kompas. Sabtu, 15 Mei 2004.

12