Dokumen RKPD Kabupaten probolinggo Tahun 2013

(1)

8

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU

Evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu menguraikan tentang hasil evaluasi RKPD tahun lalu, selain itu juga memperhatikan dokumen RPJMD dan dokumen RKPD tahun berjalan sebagai bahan acuan. Sementara itu capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan menguraikan tentang kondisi geografi demografi,

pencapaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan, dan permasalahan

pembangunan.

2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1. Aspek Geografis

Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu kabupaten yang termasuk

wilayah Provinsi Jawa Timur, berada pada posisi 7°40’ s/d 8°10’ Lintang Selatan dan 111°50’ s/d 113°30’ Bujur Timur, dengan luas wilayah 1.696,16 km², termasuk

didalamnya kawasan Pulau Giliketapang dengan luas wilayah 0,6 km².

Kabupaten Probolinggo terletak di lereng gunung-gunung yang membujur dari Barat ke Timur, yakni Pegunungan Tengger, Gunung Lamongan dan Gunung Argopuro. Wilayah kabupaten Probolinggo terletak pada ketinggian 0 - 2500 m diatas permukaan laut, tanahnya berupa tanah vulkanis yang banyak mengandung mineral yang berasal dari ledakan gunung berapi berupa pasir dan batu, lumpur bercampur dengan tanah liat yang berwarna kelabu kekuning-kuningan. Pada ketinggian 750 - 2500 m diatas permukaan laut, cocok untuk jenis tanaman sayur-sayuran dan pada ketinggian 150 - 750 m diatas permukaan laut, yang membujur dari Barat ke Timur di bagian Selatan yang berada di kaki gunung Argopuro, sangat cocok untuk tanaman kopi, buah-buahan seperti, durian, alpukat dan buah lainnya, contoh di kecamatan Tiris dan Kecamatan Krucil.

2.1.1.1. Luas Wilayah dan Letak Geografis Daerah

Luas wilayah kabupaten probolinggo lebih kurang 1.696,16 km², terdiri atas :

a). Pemukiman : 147,74 km²


(2)

9

c). Tegal : 513,80 km²

d). Perkebunan : 32,81 km²

e). Hutan : 426,46 km²

f). Tambak/Kolam : 13,99 km²

g). Lain-lain : 188,23 km²

Sementara Luas wilayah kabupaten probolinggo ditinjau dari luas 24 kecamatan dapat dilihat pada tabel 2.1. sebagai berikut :

Tabel 2.1

Luas Wilayah Kabupaten Probolinggo Per Kecamatan

No. Kecamatan Luas (Ha) Prosentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Sukapura Sumber Kuripan Bantaran Leces Tegalsiwalan Banyuanyar Tiris Krucil Gading Pakuniran Kota Anyar Paiton Besuk Krasakan Krejengan Pajarakan Maron Gending Dringu Wonomerto Lumbang Tongas Sumber Asih 10.208,53 14.188,13 6.674,76 4.212,83 3.680,97 4.173,56 4.569,63 16.566,69 20.252,66 14.684,64 11.385,00 4.258,00 5.327,94 3.503,63 3.779,75 3.442,84 2.134,35 5.139,27 3,.61,48 3.113,54 4.566,84 9.271,00 7.795,20 3.025,41 6,02 8,36 3,94 2,48 2,17 2,46 2,69 9,77 11,94 8,66 6,71 2,51 3,14 2,06 2,23 2,03 1,26 3,03 2,16 1,84 2,69 5,46 4,61 1,78

Jumlah 169.616.65 100%

Sumber : Probolinggo Dalam Angka, 2011

Letak geografis daerah berbatasan dengan :

- Utara : Selat Madura


(3)

10

- Barat : Kabupaten Pasuruan

- Selatan : Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember

Sedangkan di sebelah Utara bagian tengah terdapat Daerah Otonom yaitu Kota Probolinggo.

2.1.1.2. Topografi

Secara topografis, Kabupaten Probolinggo mempunyai ciri fisik yang menggambarkan kondisi geografis, yaitu terdiri dari dataran rendah pada bagian utara, lereng-lereng gunung pada bagian tengah dan dataran tinggi pada bagian selatan, dengan tingkat kesuburan dan pola penggunaan tanah yang berbeda.

Sedangkan bentuk permukaan daratan di Kabupaten Probolinggo di klasifikasikan atas 3 (tiga) jenis, yaitu :

a) Dataran rendah dan tanah pesisir dengan ketinggian 0 – 100 m diatas permukaan laut. Daerah ini membentang di sepanjang pantai utara mulai dari Barat ke Timur kemudian membujur ke Selatan

b) Daerah perbukitan dengan ketinggian 100 – 1.000 m diatas permukaan laut. Daerah ini terletak di wilayah bagian Tengah sepanjang Pegunungan Tengger serta pada bagian selatan sisi Timur sekitar Gunung Lamongan

c) Daerah pegunungan dengan ketinggian diatas 1.000 m dari permukaan laut. Daerah ini terletak di sebelah Barat Daya yaitu sekitar Pegunungan Tengger dan sebelah Tenggara yaitu di sekitar Gunung Argopuro.

2.1.1.3. Hidrologi

Terdapat 25 sungai yang mengalir dan mengairi wilayah Kabupaten Probolinggo. Sungai terpanjang adalah Rondoningo dengan panjang 95,2 km, sedangkan sungai terpendek adalah Afour Bujel dengan panjang hanya 2 km saja.

Sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Probolinggo tersebut sangat dipengaruhi oleh iklim yang berlangsung tiap tahun. Pada saat musim kemarau, sebagian besar sungai yang mengalir mengalami kekeringan kecuali sungai-sungai besar (yaitu sungai-sungai utama) yang masih tergenang terus sepanjang tahun.


(4)

11 Tabel 2.2

Sungai di Kabupaten Probolinggo

No. Nama Sungai Panjang Lebar Debit Air

Baku

Lahan Lokasi Cabang Dinas Pengairan

(Km) (M) (Minimum) (Ha)

1 K. Rondoningo 95,20 26,00 ± 200 3.36 Cabdin. Kraksaan

2 K. Pandan Laras 43,50 26,00 ± 1.300 2.85 Cabdin. Kraksaan

3 K. Kertosono 39,70 25,00 ± 100 570.00 Cabdin. Kraksaan

4 K. Kandang Jati 8,00 8,00 ± 100 507.00 Cabdin. Kraksaan

5 K. Besuk 13,20 8,00 ± 100-200 173.00 Cabdin. Kraksaan

6 K. Jabung 20,50 8,00 ± 300 465.00 Cabdin. Kraksaan

7 K. Pancarlagas 85,70 50,00 ± 200 3.30 Cabdin. Kraksaan

8 K. Legundi 12,50 6,00 - - Cabdin. Probolinggo

9 K. Paiton 18,00 20,00 ± 100 454.00 Cabdin. Kraksaan

10 K. Kresek 24,50 25,00 ± 100 786.00 Cabdin. Kraksaan

11 K. Taman 24,10 12,00 ± 5-10 240.00 Cabdin. Kraksaan

12 K. Curah Manjangan 5,00 9,00 ± 50 34.00 Cabdin. Probolinggo

13 K. Klumprit 12,50 12,00 ± 50 53.00 Cabdin. Probolinggo

14 K. Lumbang/Bayeman 17,50 13,00 ± 75 125.00 Cabdin. Probolinggo

15 K. Blibis 20,00 15,00 - - Cabdin. Probolinggo

16 K. Blabo 10,00 10,00 ± 50 213.00 Cabdin. Probolinggo

17 K. Besi 15,50 15,00 ± 5-10 183.00 Cabdin. Probolinggo

18 K. Patalan 22,50 18,00 ± 50 72.00 Cabdin. Probolinggo

19 K. Kedung Galeng 38,00 35,00 ± 100 564.00 Cabdin. Probolinggo

20 K. Banyubiru 11,00 18,00 ± 300 697.00 Cabdin. Probolinggo

21 K. Gending 20,00 20,00 ± 300 - Cabdin. Probolinggo

22 K. Klaseman 11,00 15,00 ± 100-200 - Cabdin. Probolinggo

23 K. Pekalen 35,10 35,00 ± 3.300 6.98 Cabdin. Probolinggo

24 Afour Bujel 2,00 5,00 - - Cabdin. Probolinggo

25 K. Lawean 16,70 25,00 ± 200 369.00 Cabdin. Probolinggo

Sumber : Kabupaten Probolinggo Dalam Angka, 2011 & Laporan Akhir Master Plan Air Bersih 2007 Keterangan : -) Tidak ada data

Selain sungai di Kabupaten Probolinggo juga terdapat danau/ranu yaitu Ranu Segaran, Ranu Agung, Ranu Segaran Duwas dan Ranu Gedong yang belum didayagunakan sebagaimana mestinya. Lokasi semua danau tersebut berada di Kecamatan Tiris, sedang lokasi desanya dapat dilihat pada Tabel. 2.3., berikut :

Tabel. 2.3

Danau atau Ranu di Kabupaten Probolinggo

No Nama Danau Luas

(Ha) Lokasi

1. Ranu Segaran* 30.000 Desa Segaran, Kecamatan Tiris

2. Ranu Agung*


(5)

12

3. Ranu Segaran Duwas* 23.000 Desa Tlogoargo, Kecamatan Tiris

4. Ranu Merah* 18.000 Desa Andungsari

5. Ranu Gedang* 10.000 Desa Andung Sari, Kecamatan Tiris

Ranu Citakan* - Desa Andung Sari, Kecamatan Tiris

Ranu Kembar* - Desa Andung Sari, Kecamatan Tiris

Ranu Bintaro* - Desa Andung Sari, Kecamatan Tiris

6. Danau Ronggojalu 2.5 Kecamatan Tegalsiwalan

Sumber : Kabupaten Probolinggo Dalam Angka, 2011 & Lembar Koreksi FGD Kec. Tiris 2009

Selain itu tercatat pula sumur yang umumnya berupa sumur gali dan beberapa sumur bor. Kedalaman dari sumur-sumur gali berkisar 3 - 30 m. Kedalaman ini berarti air tanah dangkal sampai sedang dan sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim,

sedangkan kedalaman sumur bor yang merupakan air tanah dalam berkisar 40-200 m.

Sumur bor yang sudah ada mempunyai debit yang cukup besar, sebagian untuk kebutuhan air minum dan sebagian besar lainnya diperuntukkan irigasi, hal ini mengingat pada saat musim kemarau sebagian besar daerah mengalami kekeringan.

Ditinjau dari sisi kedalaman air tanah, 62,56 % dari luas wilayah Kabupaten Probolinggo memiliki kedalaman > 90 m; seluas 11,17 % kedalaman air tanahnya antara 60 – 90 m; dan selebihnya 26,27 % mempunyai kedalaman air tanah < 60 m. 2.1.1.3. Klimatologi

Seperti juga daerah tropis lainnya, iklim yang ada berupa iklim tropis dengan 2 musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Pada umumnya musim kemarau jatuh pada bulan April hingga bulan Oktober, sedangkan musim hujan terjadi antara bulan Oktober hingga bulan April.

Curah hujan yang cukup tinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan Maret. Curah hujan selama tahun 2011 berkisar antara 800–1.500 mm untuk dataran rendah, dan berkisar 1.500–2.850 mm untuk dataran tinggi dengan rata-rata intensitas hujan sebesar 22,226 mm/hari. Jumlah curah hujan rata-rata dalam setahun di Kabupaten Probolinggo sebesar 1.713 mm/tahun dengan hari hujan rata-rata 75.41 hari. Suhu udara beragam rata-rata-rata-rata antara 27C hingga 32C pada bagian Utara, sedangkan di wilayah pegunungan Argopuro dan Tengger, yaitu di Kecamatan Tiris, Krucil, Sumber dan Sukapura suhu udaranya berkisar antara 5C hingga 15C.


(6)

13 2.1.1.4. Jenis Tanah

Jenis tanah penting untuk diketahui terutama usaha pengembangan budidaya pertanian. Dilihat dari tekstur tanahnya, maka jenis tanah yang mendominasi adalah tanah latosol yang berasal dari tanaman perkebunan, sawah dan hutan tropika. Jenis tanah lainnya adalah alluvial, regosol, andosol, mediteran dan gromossol.

2.1.1.5. Luas dan Sebaran Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan sebagai fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Klasifikasi kawasan budidaya meliputi kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan, dengan berbagai jenis peruntukan dapat dilihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4

Luas Peruntukan Kawasan Budidaya (Ha)

No Peruntukan Luas Prosen

1. Hutan 55.796,68 32,89

2. Tegal 52.801,95 31,13

3. Sawah 38.509,00 22,70

4. Perkampungan/Permukiman 12.904,04 7,60

5. Perkebunan Swasta/Rakyat 2.009,30 1,18

6. Tanah Rusak/Padang Rumput 2.413,96 1,42

7. Tambak 1.320,06 0,77

8. Kebun Campur 1.186,57 0,69

9. Industri 866,56 0,51

10. Hutan Rakyat 625,32 0,37

11. Danau/Rawa 138,00 0,08

12. Lain-lain 1.045,36 0,66

Jumlah 169.616,80 100

Sumber :Kabupaten Probolinggo Dalam Angka 2011

Dari tabel 2.4 terlihat bahwa peruntukan lahan di Kabupaten Probolinggo didominasi oleh hutan (32,89 %), tegalan (31,13 %), serta persawahan (22,70 %). Sedangkan lahan permukiman yang merupakan kawasan terbangunnya hanya meliputi 7,60 % dari seluruh luas lahan.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilyah Kabupaten Probolinggo Tahun 2010-2019, rencana peruntukan kawasan budidaya yang ditetapkan dapat dilihat pada tabel 2.5


(7)

14

Tabel 2.5

Luas Kawasan Budidaya (Ha)

No Kawasan Budidaya Luas Kawasan Prosen

1. Kawasan Hutan Produksi 28.829,10 17,00

2. Kawasan Pertanian & Peternakan 40.081,07 23,63

3. Kawasan Perkebunan 38.649,00 22,79

4. Kawasan Perikanan 3.227,00 1,90

5. Kawasan Pariwisata 1.700,00 1,00

6. Kawasan Permukiman 18.248,00 10,76

7. Kawasan Perindustrian 3.272,00 1,93

8. Kawasan Pertambangan 10,00 0,01

9. Kawasan Khusus 1.550,00 0,91

10 Luas Kawasan Budidaya 135.566,17 79,93

11 Luas Kabupaten Probolinggo 169.616,80 100

Sumber :Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Probolinggo

2.1.1.6. Kawasan Lindung

Yang dimaksud dengan kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.

Salah satu kawasan lindung yang perlu terus menerus dimantapkan adalah kawasan suaka alam. Kawasan ini di Kabupaten Probolinggo telah ditetapkan sesuai dengan arahan RTRW Propinsi Jawa Timur. Pada dasarnya pemantapan kawasan ini bertujuan untuk melestarikan lingkungan dan melindungi biota, ekosistem, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. Perlindungan kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam, suaka margasatwa, hutan wisata, daerah perlindungan plasma nutfah dan daerah pengungsian satwa. Kawasan suaka alam selain untuk mempertahankan kelestarian alam itu sendiri, juga berperan dalam pengembangan dunia ilmu pengetahuan dan kegiatan wisata. Pemanfaatan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan kegiatan wisata tetap harus berdasarkan pada konsepsi menjaga kawasan suaka alam itu sendiri, termasuk dalam kawasan suaka alam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Jenis kawasan lindung di Kabupaten Probolinggo yang akan dikembangkan dalam 5 tahun kedepan antara lain kawasan suaka alam, hutan lindung, sempadan sungai, dan sempadan pantai. Luas rencana kawasan lindung di Kabupaten Probolinggo sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 2.6.


(8)

15

Tabel 2.6 Kawasan Lindung

No Jenis Kawasan Lindung Luas Kawasan Prosen

1. Kawasan Suaka Alam 5.859,50 16,25

2. Hutan Lindung 25.998,53 72,08

3. Sempadan Sungai 3.585,00 9,94

4. Sempadan Pantai 625,00 1,73

Jumlah 36.068,03 100

Sumber : RTRW Kabupaten Probolinggo

2.1.1.7. Kawasan Rawan Bencana

Penetapan kawasan ini bertujuan untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia meliputi kawasan gerakan tanah, rawan letusan gunung berapi, rawan gempa bumi, dan rawan angin topan.

Wilayah rawan bencana alam dan wilayah kritis merupakan wilayah yang sering dan atau mempunyai potensi bencana alam, seperti letusan gunung berapi, Angin Gending, banjir dan kebakaran yang disebabkan oleh alam. Beberapa wilayah rawan berancana di Kabupaten Probolinggo dapat diidentifikasi diantaranya, sebagai berikut:

a

a.. LLeettuussaannGGuunnuunnggBBeerraappii

Gunung Bromo merupakan gunung berapi yang masih aktif mempunyai potensi disamping sebagai obyek wisata, juga dapat menimbulkan bencana letusan gunung berapi. Wilayah-wilayah yang masih berada dalam jangkauan letusan gunung berapi seperti Kecamatan Sukapura dan Kecamatan Sumber perlu mewaspadai aktifitas yang terjadi di kawah Gunung Bromo.

Kabupaten Probolinggo memiliki 2 buah gunung berapi yang berpotensi menimbulkan bencana yaitu Gunung Bromo dan Gunung Lamongan. Gunung Bromo merupakan gunung api yang sering meletus lemah, berupa letusan freatik atau magmatik tipe Stromboli. Material yang diletuskan berupa batu (pijar) dan hembusan gas beracun hanya terbatas disekeliling kawah atau dasar kaldera Lautan Pasir. Ancaman hujan abu lebat tidak lebih dari jarak 6 Km dari kawah Gunung Bromo.


(9)

16

b

b.. GGeerraakkaannTTaannaahh((LLoonnggssoorr))

Kawasan rawan bencana di Kabupaten Probolinggo berupa tanah longsor yang terdapat di berbagai kecamatan. Wilayah yang peka terhadap bahaya ini adalah wilayah yang memiliki tingkat erosi tinggi, kawasan pantai dan tanah-tanah gundul di kawasan hutan lindung, serta kawasan yang mempunyai kelerengan tanah lebih dari 40 %. Berdasarkan Studi identifikasi kawasan rawan bencana Kab. Probolinggo tahun 2007, kawasan dengan tipologi gerakan tanah tertinggi adalah Kecamatan Gading, Krucil, Lumbang, Pakuniran, Sukapura, Sumber, Kota Anyar dan Tiris.

c

c.. BBaannjjiirr

Kawasan-kawasan yang berada di sepanjang daerah aliran sungai perlu mewaspadai kemungkinan terjadinya banjir. Demikian pula perluasan kawasan permukiman di perkotaan akan mengurangi luas wilayah resapan air, sehingga tanpa sistem drainase yang baik akan dapat menimbulkan banjir. Wilayah yang potensial terhadap bahaya banjir adalah Perkotaan Gending, Dringu, Kraksaan, Tongas, Sumberasih, Krejengan dan Kotaanyar.

d

d.. DDaaeerraahhRRaawwaannAAbbrraassiiPPaannttaaii

Kabupaten Probolinggo memimiliki panjang kawasan pesisir sekitar 71,893 Km dan seperti kabupaten lain di Indonesia juga memiliki masalah dengan

ekosistem pantainya terutama dengan masalah abrasi pantai.

Ada banyak faktor yang mengakibatkan sebuah pantai mengalami abrasi, dari sekian faktor yang mempengaruhi ada satu faktor yang sangat domininan yaitu ketahanan pantai itu sendiri dalam menghadapi gelombang air laut. Ketahanan pantai akan tercipta dengan sendirinya jika ekosistem di kawasan tersebut masih terjaga, salah satu ekosistem pantai yang berperan penting dalam menciptakan ketahan pantai adalah keberadaaan dari hutan mangrove atau rawa di wilayah pantai tersebut.

Dari beberapa hal di atas maka, deliniasi kawasan rawan abrasi pantai dicari dengan menganalisa kawasan pantai yang tidak mempunyai vegetasi rawa atau mangrove di pesisirnya. Dari hasil analisa spasial pada peta tata guna lahan didapat distribusi kawasan rawan abrasi pantai meliputi Kecamatan-kecamatan Tongas, Sumberasih, Dringu, Kraksaan, Gending, Pajarakan dan Paiton.


(10)

17

Tabel 2.7

Luas Daerah Berdasarkan Kemiringan Tanah

No. Kemiringan Luas Kawasan (Ha) Prosen

1 0 - 2 % 48.070,55 28,34

2 2 – 15 % 41.721,36 24,59

3 15 – 40 % 20.968,52 12,36

4 > 40 % 58.856,22 34,69

Jumlah 169.616,65 100

Sumber : Kabupaten Probolinggo Dalam Angka Tahun 2011 (Diolah)

Dari tabel 2.7 terlihat bahwa daerah yang memiliki tingkat kemiringan tanah lebih dari 40 % cukup tinggi, yaitu seluas 58.856,22 Ha (34,69 %) dari seluruh luas daerah Kabupaten Probolinggo. Diantara luas daerah yang memiliki kemiringan tanah > 40 % tersebut, yang terluas adalah di Kecamatan Sumber yaitu seluas 11.979,66 Ha (20,35 %) dan Kecamatan Krucil seluas 11.889,96 Ha (20,20 %).

2.1.1.8. Potensi pengembangan wilayah

Sesuai dengan RTRW Kabupaten Probolinggo penetapan kawasan strategis Kabupaten Probolinggo dan skenario pengembangan wilayah, maka ditetapkan rencana pengembangan kawasan strategis prioritas, yaitu:

a. Prioritas I : Pengembangan Kawasan Strategis Agropolitan, Ecowisata, Industri guna mendukung pengembangan wilayah barat.

Wilayah Kabupaten Probolinggo bagian barat mempunyai potensi yang besar karena terdapat beberapa kawasan strategis Kabupaten Probolinggo antara lain:

 Kawasan agropolitan bagian barat yang terdiri dari Kecamatan Tongas, Lumbang, Sukapura, Sumber.

 Jalur Pariwisata Nasional-Internasional Tanaman Nasional Bromo Tengger Semeru,

 Pengembangan kawasan industry di Kecamatan Tongas.

Sesuai dengan tujuan, kebijakan dan strategi pengembangan perwujudan ruang Kabupaten Probolinggo, maka kawasan strategis yang terletak di Kabupaten Probolinggo bagian barat merupakan prioritas I pengembangan. Pengembangan kawasan strategis bagian barat ini diarah pada pengembangan kawasan agropolitan, ecowisata dan industri.


(11)

18

b. Prioritas II : Pengembangan Kawasan Strategis pada Sistem Perkotaan Pendukung

Sistem perkotaan pendukung merupakan kawasan Perkotaan Kraksaan dan kawasan pusat-pusat pelayanan. Pengembangan kawasan ini meruakan prioritas pengembangan karena kawasan system perkotaan pendukung ini fungsinya sebagai sentra-sentra pengembangan, simpul distribusi pelayanan dan simpul penarik keterkaitan antar antar wilayah. Pengembangan kawasan ini diarahkan sesuai dengan fungsi dan perannya seperti telah dirumuskan rencana struktur ruang Kabupaten Probolinggo.

c. Prioritas III: Pengembangan Kawasan Strategis Agropolitan, Ekowisata, Industry guna mendukung pengembangan wilayah timur.

Wilayah Kabupaten Probolinggo bagian timur mempunyai potensi pengembangan kawasan strategis Kabupaten Probolinggo antara lain:

 Kawasan agropolitan bagian timur yang terdiri dari Kecamatan Tiris, Krucil, Gading.

 Kawasan wisata Pegunungan Argopuro/Dataran Tinggi Hyang, arung jeram

Sungai Pekalen,

 Pengembangan kawasan industri di Kecamatan Paiton.

Sesuai dengan tujuan, kebijakan dan strategi pengembangan perwujudan ruang Kabupaten Probolinggo, maka kawasan strategis yang terletak di Kabupaten Probolinggo bagian timur merupakan prioritas III pengembangan. Sama halnya dengan kawasan bagian timur, pengembangan kawasan strategis bagian timur ini diarah pada pengembangan kawasan agropolitan, ecowisata dan industri. d. Prioritas IV: Pengembangan Kawasan Strategis Minapolitan

Selain potensi pertanian, industri dan pariwisata, Kabupaten Probolinggo mempunyai potensi yang besar di sektor perikanan. Potensi perikanan meliputi perikanan laut disekitar laut Pantai Utara dan perikanan darat berupa budidaya tambak. potensi perikanan tersebut juga telah didukung oleh sentra-sentra pengolahan. Tetapi potensi perikanan kurang diperhatikan terutama untuk perikanan laut. Sehingga kawasan perikanan laut dan kawasan tambak disekitar Pantai Utara banyak yang mengalami alih fungsi ke industri, permukiman dan perdagangan. Sehingga pengembangan kawasan strategis minapolitan berupa


(12)

19

pengembangan sentra-sentra perikanan sangat diperlukan dan menjadi prioritas pengembangan. Pengembangan kawasan strategis minapolitan meliputi:

 Pengembangan kawasan tambak disekitar Kecamatan Tongas, Sumberasih,

Dringu, Gending, Panjarakan, Kraksaan dan Paiton.

 Pengembangan kawasan budidaya laut tersebar di Kecamatan Tongas, Sumberasih, Dringu, Gending, Panjarakan, Kraksaan dan Paiton.

2.1.2 Aspek Demografi

Menurut hasil registrasi penduduk, jumlah penduduk Kabupaten Probolinggo Tahun 2010 tercatat 1.141.856 Jiwa, yang tersebar di 24 kecamatan. Dengan rincian jumlah Laki-laki sebanyak 561.789 Jiwa dan Perempuan 580.067 Jiwa. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu Kecamatan Kotaanyar sebanyak 72.721 jiwa, sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Sukapura yaitu sebanyak 20.714 jiwa. Tabel 2.8.

Tabel. 2.8

Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Probolinggo berdasarkan hasil registrasi Tahun 2010

KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

Sukapura 10,190 10,524 20,714

Sumber 12,887 13,549 26,436

Kuripan 15,063 15,930 30,993

Bantaran 20,570 22,155 42,725

Leces 26,598 27,719 54,317

Tegalsiwalan 26,912 28,207 55,119

Banyuanyar 35,035 34,734 69,769

Tiris 26,339 26,195 52,534

Krucil 24,279 24,943 49,222

Gading 23,218 23,814 47,032

Pakuniran 16,422 17,273 33,695

Kotaanyar 35,872 36,849 72,721

Paiton 22,115 23,035 45,150

Besuk 35,299 36,254 71,553

Kraksaan 20,393 21,065 41,458

Krejengan 16,342 16,769 33,111

Pajarakan 32,465 33,548 66,013

Maron 20,883 21,412 42,295

Gending 24,430 24,772 49,202

Dringu 17,113 18,674 35,787


(13)

20

Lumbang 20,638 21,448 42,086

Tongas 32,323 33,682 66,005

Sumberasih 15,623 16,233 31,856

JUMLAH 561,789 580,067 1,141,856

Sumber : Kabupaten Probolinggo dalam Angka, 2011

2.1.3. Aspek Sumber Daya Manusia

Kondisi sumber daya manusia di Kabupaten Probolinggo bisa dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan sebaran Rumah Tangga Miskin (RTM) di

Kabupaten Probolinggo. Mengenai IPM di Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 2.9

Besarnya Nilai IPM dan Komponennya

Indeks 2010 2011

IPM 62.79 63.67

Indeks Harapan Hidup (Tahun) 60,22 60.60

Indeks Pendidikan (Persen) 64.98 65.97

IndekPengeluaran Per Kapita (Persen) 63.78 64.3 Sumber : BPS Propinsi Jatim

Sedangkan mengenai sebaran rumah tangga miskin di Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.10

Sebaran Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Probolinggo Hasil PPLS 2008

KECAMATAN KRITERIA RTM JUMLAH

SM M HM

Sukapura 201 506 814 1.521

Sumber 527 1.018 821 2.366

Kuripan 787 1.479 1.356 3.622

Bantaran 1.153 1.721 621 3.495

Leces 1.397 1.936 758 4.091

Tegalsiwalan 490 1.372 700 2.562

Banyuanyar 1.681 3.091 1.183 5.955

Tiris 1.327 3.354 2.527 7.208

Krucil 1.216 2.742 3.653 7.611

Gading 672 2.279 3.291 6.242

Pakuniran 246 1.401 4.336 5.983

Kotaanyar 112 1.068 3.441 4.621


(14)

21

KECAMATAN KRITERIA RTM JUMLAH

SM M HM

Besuk 921 3.972 2.570 7.463

Kraksaan 1.543 2.386 764 4.693

Krejengan 591 2.322 1.828 4.741

Pajarakan 808 1.835 1.261 3.904

Maron 1.651 4.272 2.798 8.721

Gending 960 2.220 967 4.147

Dringu 919 1.617 478 3.014

Wonomerto 379 951 807 2.137

Lumbang 223 672 956 1.851

Tongas 1.332 2.388 918 4.638

Sumberasih 951 2.164 1.130 4.245

Jumlah Total 20.660 50.005 42.290 112.955

Sumber : PPLS tahun 2008

2.1.4 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai capaian kinerja

penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Probolinggo 4 tahun terakhir ditinjau dari aspek kesejahteraan masyarakat, terdiri dari kondisi makro ekonomi daerah dan kesejahteraan sosial.

A. PDRB

Dalam rentang waktu 5 (lima) tahun terakhir peningkatan PDRB Kabupaten Probolinggo baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya nilai tambah barang dan jasa yang diindikasikan dengan pesatnya peningkatan nilai PDRB atas dasar harga berlaku dari sebesar Rp. 10,262 Milyar,- pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp. 11,834.2 Milyar pada tahun 2008, pada tahun 2009 sebesar Rp. 13,196.2 Milyar, pada tahun 2010 sebesar Rp. 14,896.3 Milyar dan pada tahun 2011 sebesar Rp. 17,331.08 Milyar. Kenaikan PDRB ini mengindikasikan bahwa kegiatan ekonomi Kabupaten Probolinggo secara makro khususnya produksi barang dan jasa mengalami peningkatan. pencapaian PDRB Kabupten Probolinggo dapat dikatakan cukup berhasil seiring dengan usaha penguatan ekonomi rakyat melalui pembinaan terhadap usaha kecil/wirausaha baru dan penguatan ekonomi melalui sektor yang lain.


(15)

22 B. Pertumbuhan Ekonomi

Secara umum laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Probolinggo dalam tiga tahun terakhir menunjukkan peningkatan, artinya kondisi perekonomian di Kabupaten Probolinggo tetap dapat memberikan pertumbuhan yang positif. Mulai tahun 2008 sampai dengan 2011 tingkat pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan, yakni 4,74% tahun 2008, naik menjadi sebesar 5,72% tahun 2009. Sedangkan pada tahun 2010 terjadi kenaikan yang cukup signifikan mencapai 6,19%. Adapaun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Probolinggo Tahun 2011 sebesar 6,23%. Kondisi ini tentunya cukup menggembirakan dan menandakan bahwa perkembangan perekonomian di wilayah Kabupaten Probolinggo sudah mulai kembali pada jalur yang sesuai dengan harapan. Namun demikian masih diperlukan upaya-upaya yang lebih baik di dalam upaya percepatan pertumbuhan ekonomi di wilayah Kabupaten Probolinggo. Selanjutnya kecenderungan laju pertumbuhan ekonomi sejak 2007-2011 adalah sebagaimana pada grafik di bawah ini :

Gambar 2.1

Sumber data: Buku PDRB Kabupaten Probolinggo Tahun 2006 - 2010 Catatan : Tahun 2011 data sangat sementara

4.21 4.03 4.45 4.73

5.69 7.02

4,74 5.72

6.19 6.23 7.94 8.68 8.06

12.70

9.99

5.97 10.10

5.48 6.30 5.96

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI & INFLASI KAB. PROBOLINGGO (%)


(16)

23 C. PDRB Per Kapita

Salah satu indikator ekonomi yang cukup penting penting untuk mengetahui pertumbuhan pendapatan daerah dalam hubungannya dengan kemajuan sektor ekonomi adalah PDRB per kapita yang biasanya dipakai sebagai indikator perkembangan kesejahteraan rakyat. Pada umumnya PDRB per kapita disajikan berdasarkan Atas Dasar Harga Berlaku, karena PDRB Perkapita selain dipengaruhi faktor produksi juga dipengaruhi oleh harga barang/jasa. Namun demikian gambaran tersebut tidak dapat langsung dijadikan sebagai ukuran peningkatan ekonomi maupun penyebaran di setiap strata ekonomi karena pengaruh inflasi sangat dominan baik dalam pembentukan PDRB maupun pendapatan regional.

Adapun PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku pada Tahun 2008

sebesar Rp. 9.966.152,90 Tahun 2009 adalah sebesar

Rp. 11.022.140,09,- Tahun 2010 sebesar Rp. 12.350.009,89,- sedangkan pada Tahun 2011 PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku sebesar Rp. 15.721.005,99,-.

D. Laju Inflasi

Kabupaten Probolinggo cukup berhasil dalam menekan laju inflasi. Pada tahun 2008 angka Inflasi sebesar 9,02%, Tahun 2009 menurun menjadi 5,48%, Tahun 2010 kembali meningkat sebesar 6,03% antara lain diakibatkan oleh kondisi iklim ekstrim dan tidak menentu atau anomali cuaca, kenaikan harga bahan makanan yang disebabkan banyaknya kegagalan panen menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas serta kenaikan tarif dasar listrik (TDL) pada awal tahun 2010. Sedangkan pada Tahun 2011 berdasarkan angka sementara inflasi di Kabupaten Probolinggo tercatat sebesar 5,96%.


(17)

24

Tabel 2.11

Inflasi PDRB Kabupaten Probolinggo 2006 – 2010 (Prosen)

Indeks 2006 2007 2008 2009 2010

PERTANIAN 11,09 3,96 10,24 6,74 6,43

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 5,63 5,06 4,55 3,45 3,47

INDUSTRI PENGOLAHAN 7,05 8,12 9,43 6,34 8,41

LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 5,79 2,53 2,11 1,06 2,54

BANGUNAN 10,48 6,49 10,80 5,14 7,61

PERDAG, HOTEL, RESTORAN 11,68 9,17 8,30 4,05 5,11

PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 6,16 7,54 1,77 2,96 2,91

KEU. PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 8,56 5,79 8,48 4,25 5,05

JASA-JASA 8,57 7,12 10,27 6,20 4,97

INFLASI KAB. PROBOLINGGO 9,99 7,02 9,02 5,48 6,30

Sumber data: Buku Produk Domestik Regional Bruto Kab. Probolinggo 2006-2010

E. Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk:

1. Mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan; 2. Membandingkan kemiskinan antar waktu, antar daerah;

3. Menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki posisi mereka.

Angka Kemiskinan di Kabupaten Probolinggo secara resmi

menggunakan data rumah tangga miskin (data RTM) yang merupakan hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) Tahun 2008 oleh BPS Kabupaten Probolinggo. Angka RT Sangat Miskin sejumlah 20.660 KK, RT Miskin sejumlah 50.005 KK dan RT Hampir Miskin sejumlah 42.290 KK, sehingga jumlah RTM di Kabupaten Probolinggo adalah


(18)

25

112.955 KK. Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Probolinggo Tahun 2010 yang disusun oleh Bappeda Kabbupaten probolinggo merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: Tahap pertama (2010-2012) diprioritaskan pada sector yang mampu

menjadi landasan dalam memerangi kemiskinan, peningkatan

kesempatan kerja, pengembangan layanan dan kualitas pendidikan, pemenuhan kebutuhan dasar dan kualitas kesehatan.

Tahap kedua (2012-2014) diprioritaskan pada kegiatan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, peningkatan investasi, peningkatan kesempatan kerja, pemberdayaan masyarakat pada arus mikro, pengembangan layanan dan kualitas pendidikan, serta percepatan pengembangan wilayah.

Tahap ketiga (2014-2015) menitik beratkan pada kegiatan yang bersifat monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan tahun-than sebelumnya .

Tabel 2.12

Tabel Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten Probolinggo Hasil Sensus Tahun 2009 - 2010

No. Uraian 2009 2010 1 Jumlah Penduduk Miskin (000) 280.10 276.60 2 Jumlah Penduduk Miskin (%) 27.69 25.22 3 Garis Kemiskinan (Rp/Kap/Bln) 225,151.00 255,757.00

Data : BPS Jawa Timur

Tabel 2.13

TPT Kabupaten Probolinggo

No. Uraian 2009 2010 1 Pengangguran 12,190 18,218 2 Angka Kerja 603,228 569,592

3 TPT 2,02 3,20


(19)

26 F. Angka Kriminalitas

Keamanan, ketertiban dan penanggulangan kriminalitas merupakan salah satu prioritas dalam mewujudkan stabilitas penyelenggaraan pemerintahan terutama di daerah. Pemerintahan daerah dapat terselenggara dengan baik apabila pemerintah dapat memberikan rasa aman kepada masyarakat, menjaga ketertiban dalam pergaulan masyarakat, serta menanggulangi kriminalitas sehingga kuantitas dan kualitas kriminalitas dapat diminimalisir.

Angka kriminalitas yang tertangani adalah penanganan kriminal oleh aparat penegak hukum (kepolisian). Data mengenai perkembangan angka kriminalitas pada tahun 2007-2010 dapat dilihat pada table 2.11, sebagai berikut:

Tabel 2.14

Jumlah Angka Kriminalitas di Kabupaten Probolinggo Tahun 2007 - 2010

NO U R A I A N satuan 2007 2008 2009 2010

A Jumlah kriminalitas

1. Uang palsu Kasus 2 2 2 -

2. Pembunuhan Kasus 9 3 4 9

3. Perkosaan Kasus 8 8 8 10

4. Curas Kasus 26 30 55 42

5. Penganiayaan berat Kasus

6. Curanmor Kasus 99 115 97 110

7. Narkotika Kasus 19 11 31 39

8. Curat Kasus 85 130 80 111

9. Curhewan Kasus 157 98 74 45

10. Pengrusakan tempat ibadah Kasus -

11. Penimbunan BBM Kasus 5 4 -

12. Unjuk rasa Kasus 7 8 -

13. Curwatpon Kasus 49 33 19 24

Jumlah A Kasus 461 443 374 390


(20)

27

Matrik mengenai gambaran umum kondisi daerah terhadap capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Probolinggo 4 tahun terakhir ditinjau dari aspek kesejahteraan masyarakat lainnya secara rinci dapat diliihat pada tabel 2.15 berikut ini:

Tabel 2.15

Matrik Gambaran Umum Kondisi Daerah

terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Probolinggo tahun 2006 – 2010

Aspek Kesejahteraan Masyarakat

No

Aspek/Fokus/Bidang Urusan/ Indikator Kinerja Pembangunan

Daerah

Capaian kinerja SKPD Penanggung

Jawab

2007 2008 2009 2010 2011

ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi keuangan daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

1.1 ADHB 10,262 M 11,834,2 M 13,196,2M 14.896,2 M 17.331,08 M BPS

1.2 Laju inflasi 7,02 9,02 5,48 6,30 - BPS

1.3 PDRB per kapita 9.585 .000 9.966.152,90 11.022.140,09 12.350.009,89 25.721.005,99 BPS

Fokus Kesejahteraan Sosial

1 Pendidikan

1.1 Angka melek huruf 78.85 78.24 77.97 77.63 79.13 Dinas Pendidikan

1.2 Angka rata-rata lama sekolah (SD

s/d SMA) 12.18 12.16 12,15 12.11 12.09

Dinas Pendidikan

1.3 Angka partisipasi kasar

1.3.1 Angka Partisipasi Kasar (APK)

SD/MI/Paket A 119.02 119.26 119.50 119.74 119.98 Dinas Pendidikan

1.3.2 Angka Partisipasi Kasar (APK)

SMP/MTs/Paket B 92.67 92.86 93.05 93.23 93.42 Dinas Pendidikan

1.3.3 Angka Partisipasi Kasar (APK)

SMA/SMK/MA/Paket C 60.08 60.20 60.31 60.44 60.56 Dinas Pendidikan

1.4 Angka pendidikan yang ditamatkan - - - Dinas Pendidikan

1.5 Angka Partisipasi Murni

1.5.1 Angka Partisipasi Murni (APM)

SD/MI/Paket A 98.47 98.67 98.86 99.47 99.47 Dinas Pendidikan

1.5.2 Angka Partisipasi Murni (APM)

SMP/MTs/Paket B 71.73 71.87 72.08 72.35 72.35 Dinas Pendidikan

1.5.3 Angka Partisipasi Murni (APM))


(21)

28

2 Kesehatan

2.1 Angka kelangsungan hidup bayi - 7.02 6.48 - Dinas Kesehatan

2.2 Angka usia harapan hidup tahun 61.14 60,8 61,06 - Dinas Kesehatan

2.3 Persentase balita gizi buruk - - 2,36% 3,3% 2,3% Dinas Kesehatan

3 Ketenagakerjaan

3.1 Rasio penduduk yang bekerja 1:1.00 1:1.10 1:1.10 1:1.11 - Disnakertrans

Fokus Seni Budaya dan Olahraga

1 Kebudayaan

1.1 Jumlah Grup Kesenian 55/10.000 60/10.000 62/10.000 73/10.000 80/10.000 Disbudpar

1.2 Jumlah Gedung 9/10.000 10/10.000 12/10.000 14/10.000 16/10.000 Disbudpar

2 Olah raga

2.1 Jumlah klub olahraga 64 82 88 98 117 Kanpora

2.2. Jumlah gedung olahraga 1 1 1 1 1 Kanpora

2.1.5 Aspek Pelayanan Umum

Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Probolinggo 4 tahun terakhir ditinjau dari aspek pelayanan umum, terdiri dari fokus urusan layanan kewenangan wajib dan kewenangan pilihan pemerintah daerah, sesuai dengan SKPD yang mempunyai tupoksi kewenangan masing-masing.

Data dari matrik gambaran pelayanan umum dapat dilihat pada tabel 2.16 berikut ini:


(22)

29 Tabel 2.16

Data Gambaran Umum Kondisi Daerah

terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Probolinggo tahun 2007 – 2011

Aspek Pelayanan Umum

No

Aspek/Fokus/Bidang Urusan/ Indikator Kinerja Pembangunan

Daerah

Capaian kinerja SKPD

Penanggungja wab Satuan 2007 2008 2009 2010 2011

ASPEK PELAYANAN UMUM

Fokus Pelayanan Urusan Wajib

1 Pendidikan

1.1 Pendidikan dasar

1.1.1 Angka partisipasi sekolah (SD

s/d SMA) % 87.21 87.38 87.56 87.73 87.84 Diknas

1.1.2 Rasio ketersediaan sekolah/

penduduk usia sekolah % 118.89 119.16 119.45 119.20 119.18 Diknas

1.1.3 Rasio Guru terhadap murid 1:… 1:13 1:17 1:19 1:20 1:21 Diknas 1.1.4 Rasio guru/murid per kelas rata

rata 1:…. 27 28 28 30 27 Diknas

1.3 Fasilitas Pendidikan:

1.3.1 Sekolah pendidikan SD/MI

kondisi bangunan baik % 86.13 86.30 86.47 85.79 85.95 Diknas

1.3.2

Sekolah pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik

% 87.17 86.99 86.82 86.65 86.80 Diknas

1.4 Pendidikan Anak Usia Dini

1.4.1 Rasio Jumlah Siswa Paud/Julah

Anak usia 2- 4 Tahun % 47.71 43.38 39.44 35.85 44.92 Diknas

1.5 Angka Putus Sekolah

1.5.1 Angka Putus Sekolah (APS)

SD/MI % 0.85 0.65 0.51 0.90 0.02 Diknas

1.5.2 Angka Putus Sekolah (APS)

SMP/MTs % 2.51 2.37 2.24 2.11 0.023 Diknas

1.5.3 Angka Putus Sekolah (APS)

SMA/SMK/MA % 1.13 1.07 1.02 0.97 0.03 Diknas

1.6 Angka Kelulusan


(23)

30

1.6.2 Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs % 96.37 96.85 97.34 97.83 100 Diknas

1.6.3 Angka Kelulusan (AL)

SMA/SMK/MA % 97.38 97.77 98.17 98.56 100 Diknas

1.6.4 Angka Melanjutkan (AM) dari

SD/MI ke SMP/MTs % 78.57 79.28 80.21 80.73 91.85 Diknas

1.6.5 Angka Melanjutkan (AM) dari

SMP/MTs ke SMA/SMK/MA % 69.24 69.50 69.80 70.08 70.98 Diknas

1.6.6 Guru yang memenuhi kualifikasi

S1/D-IV % 48.36 54.58 56.17 57.64 67.89 Diknas

2 Kesehatan

2.1 Rasio posyandu per satuan balita - - - 1,44 1,44 Dinkes/Bappe mas

2.2 Rasio puskesmas, poliklinik,

pustu per satuan penduduk /100.000

11,21/ 100.000

11,03/ 100.000

10,95/

100.000 1,81 1,81 Dinkes

2.3 Rasio Rumah Sakit per satuan

penduduk /100.000

0,37/ 100.000

0,46/ 100.000

0,46/

100.000 0,45 0,45 Dinkes

2.4 Rasio dokter per satuan

penduduk /100.000

2,78/ 100.000

3,03/ 100.000

3,74/

100.000 6,28 7,55 Dinkes

2.5 Rasio perawat per satuan

penduduk /100.000

56,84/ 100.000

56,72/ 100.000

45,28/

100.000 35,93 38,94 Dinkes

2.6 Cakupan komplikasi kebidanan

yang ditangani % - 86,47% 60,59% 60,59 80,61 Dinkes

2.7

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

% 92,97% 94,70% 97,50% 97,50 97,37 Dinkes

2.8

Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

% 91,82% 90,91% 92,42% 95,45 92,73 Dinkes

2.9 Cakupan Balita Gizi Buruk

mendapat perawatan % 100% 100% 100% 100,00 100,00 Dinkes

2.10

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA

% 81,91% 81,59% 78,40% 73,37 84,93 Dinkes

2.11

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD

% 100% 100% 100% 100,00 100,00 Dinkes

2.12

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

% 100% 100% 100% 41,22 50,20 Dinkes


(24)

31

3 Pekerjaan Umum

3.1 Proporsi panjang jaringan jalan

dalam kondisi baik 80.11 80.11 68.20 68,26 74,62

DPU Bina Marga

3.2 Rasio Jaringan Irigasi 22,50 22,50 22,50 - DPU

Pengairan 3.3 Jumlah tempat ibadah 9,927 9,927 9,579 9,925 Bagian Kesra

3.4 Persentase rumah tinggal

bersanitasi 44% 45% 45% 46%

DPU Ciptakarya

3.6

Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk

- - 0,86

m3/th - BLH

3.7 Rasio rumah layak huni - - - - DPU

Ciptakarya

3.8 Rasio permukiman layak huni 38% 38% 38% 38% DPU

Ciptakarya 3.9 Panjang jalan dilalui Roda 4 785,819 785,819 785,819 785,819 785,819 DPU

Binamarga

3.10

Jalan Penghubung dari ibukota kecamatan ke kawasan pemukiman penduduk (mimal dilalui roda 4)

15,211 17,835 86,972 12,836 91,230 DPU Binamarga

3.11 Panjang jalan kabupaten dalam

kondisi baik ( > 40 KM/Jam ) 604,548 629,530 647,850 536,392 586,385 DPU Binamarga

3.12

Panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase/saluran pembuangan air ( minimal 1,5 m)

120,562 150,231 175,821 200,690 235,746 DPU Binamarga

3.13

Sempadan jalan yang dipakai pedagang kaki lima atau bangunan rumah liar

3,621 4,791 5,312 6,342 7,858 DPU Binamarga

3.14 Sempadan sungai yang dipakai

bangunan liar - - 0,01 - -

DPU Pengairan

3.15

Drainase dalam kondisi baik/ pembuangan aliran air tidak tersumbat

11,220 12,124 15,233 18,671 23,575 DPU Binamarga

3.17 Luas irigasi Kabupaten dalam

kondisi baik 67,00 68,00 68,00 68,00 68,00

DPU Pengairan

4 Perumahan

4.1 Rumah tangga pengguna air

bersih (PDAM) 10,680 11,222 11,819 -

DPU Ciptakarya

4.2 Rumah tangga pengguna listrik 135,460 119,285 126,931 - DPU Ciptakarya

4.3 Rumah tangga ber-Sanitasi 44% 45% 45% 36% DPU


(25)

32

4.4 Lingkungan pemukiman kumuh - - - - DPU

Ciptakarya

4.5 Rumah layak huni 65% 65% 65% 65% DPU

Ciptakarya

5 Penataan Ruang

5.1

Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB

DPU Ciptakarya

5.2 Rasio bangunan ber- IMB per

satuan bangunan 0.16 0.15 0.16 0.14

DPU Ciptakarya

5.3 Ruang publik yang berubah peruntukannya

Bid Fisrana Bappeda

6 Perencanaan Pembangunan

6.1

Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yg telah ditetapkan dgn PERDA

ADA ADA ADA ADA ADA Bappeda

6.2

Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD yg telah ditetapkan dgn PERDA/PERKADA

ADA ADA ADA ADA ADA Bappeda

6.3

Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD yg telah ditetapkan dgn PERKADA

ADA ADA ADA ADA ADA Bappeda

6.4 Penjabaran Program RPJMD

kedalam RKPD TIDAK ADA ADA ADA ADA Bappeda

7 Perhubungan

7.1 Rasio ijin trayek 450/jml

pnduduk 445/jml pnduduk 747/jml pnduduk 404/jml pnduduk 250/jml pnduduk Dinas Perhubungan

7.2 Jumlah uji kir angkutan umum 1039 1128 1195 1287 1392 Dinas Perhubungan

7.3 Jumlah Pelabuhan

Laut/Udara/Terminal Bis 3 3 3 3 3

Dinas Perhubungan

7.4 Angkutan darat 4691 5050 5368 5547 5756 Dinas

Perhubungan

7.5 Kepemilikan KIR angkutan

umum 1039 1128 1195 1287 1392

Dinas Perhubungan

7.6 Lama pengujian kelayakan

angkutan umum (KIR) 15 menit 15 menit 15 menit 10 menit 10 menit Dinas Perhubungan

7.7 Biaya pengujian kelayakan

angkutan umum 41.000 41.000 41.000 41.000 41.000

Dinas Perhubungan

7.8 Pemasangan Rambu-rambu 100% 100% 100% 100% 100% Dinas Perhubungan

8 Lingkungan Hidup


(26)

33

8.2 Persentase Penduduk berakses

airminum 10,680 11,222 11,819 - BLH

8.3 Pencemaran status mutu air 20 30 40 50 BLH

8.4 Cakupan pengawasan terhadap

pelaksanaan amdal. 100 100 100 100 BLH

8.5 Tempat pembuangan sampah

(TPS) per satuan penduduk 0.6 0.60 0,77 0.8 BLH

8.6 Penegakan hukum lingkungan 75 75 80 100 BLH

9 Pertanahan

9.1 Penyelesaian izin lokasi 80 100 100 100 4 Kantor Perijinan

10 Kependudukan dan Catatan Sipil

10.1 Rasio bayi (penerbitan) berakte

kelahiran 19,951 26,439 47,207 19,700 11,901

Dinas

kependudukan dan Capil

10.2 Kepemilikan (penerbitan) KTP 13,868 24,879 20,788 13,185 12,624 Dinas

kependudukan dan Capil

10.3 Ketersediaan database

kependudukan skala kabupaten ada ada ada ada Ada Dinas

kependudukan dan Capil

11 Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak

11.1

Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah

3.621 4.064 3.939 3,939 3,939 BPP & KB

11.2 Partisipasi perempuan di

lembaga swasta 22,7% 25% 29,6% 97,4% 97,4% BPP & KB 11.3 Rasio KDRT 0,58% 0,99% 0,81% 0,81% 1,11% BPP & KB 11.4 Persentase jumlah tenaga kerja

dibawah umur - - 3.040 3,071 3,071 BPP & KB

11.5 Partisipasi angkatan kerja

perempuan 24% 25% 27% 19,61% 16,65% BPP & KB

11.6

Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan

45% 50% 65% 77% 96% BPP & KB

12 Keluarga Berencana dan

Keluarga Sejahtera

12.1 Rata-rata jumlah anak per

keluarga 63,97% 63,42% 79,68% 110,78% 105,82 % BPP & KB 12.2 Rasio akseptor KB 13,117% 14,35% 14,76% 14,76% 17,20% BPP & KB 12.3 Cakupan peserta KB aktif 72,26% 73,11% 72,94% 72,95% 75,64% BPP & KB


(27)

34

12.4 Keluarga Pra Sejahtera dan

Keluarga Sejahtera I 59,42% 59,11% 54,64% 54,64% 59,27% BPP & KB

13 Sosial

13.1

Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi

89 96 107 133 55 Dinsos

13.2 Total PMKS (yg memperoleh

bantuan sosial) 125.703 114.866 113.998 113.219 113,02 Dinsos 13.3 Penanganan penyandang

masalah kesejahteraan sosial 868 779 691 Dinsos

14 Ketenagakerjaan

14.1 Angka angkatan kerja 571,603 578,766 585,711 592,765 608,125 Disnakertrans 14.2 Tingkat partisipasi angkatan

kerja

73.81 74.57 75.32 76.07 - Disnakertrans 14.3 Pencari kerja yang terdaftar 4,670 7,138 3,657 3,445 3,025 Disnakertrans 14.4 Tingkat pengangguran terbuka 20,863 20,304 3,657 2,06 - Disnakertrans

14.5 Keselamatan dan Perlindungan 80 100 159 159 - Disnakertrans

15 Koperasi Usaha Kecil dan

Menengah

15.1 Persentase koperasi aktif 35 36 37 50 64,70% Diskop dan UKM 15.3 Usaha Mikro dan Kecil 2,115 2,425 2,704 3,004 13,416% Diskop dan

UKM

16 Penanaman Modal

16.1 Jumlah investor berskala

nasional (PMDN/PMA) 22 22 22 21 22

Kantor Perijinan dan Penanaman Modal

16.2 Jumlah nilai investasi berskala

nasional (PMDN/PMA) 295,887M 317,150M 533,109M - 52,357 T Kantor Perijinan dan Penanaman Modal

16.3 Kenaikan / penurunan Nilai

Realisasi PMDN (milyar rupiah) -

Rp. 21,26M

Rp.

215,96M - Rp.0,014 T Kantor Perijinan dan Penanaman Modal

17 Kebudayaan

17.1 Penyelenggaraan festival seni

dan budaya Kali - 14 8 12 17 Disbudpar

17.2 Benda, Situs dan Kawasan Cagar

Budaya yang dilestarikan Buah 100 100 100 100 100 Disbudpar

18 Kepemudaan dan Olahraga


(28)

35

18.2 Jumlah organisasi olahraga

(kab/kecamatan) 60 63 63 63 63 Kanpora

18.3 Jumlah kegiatan kepemudaan 23 23 56 36 43 Kanpora

18.6 Lapangan olahraga 64 64 64 65 65 Kanpora

19 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

19.1

Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP (jumlah orsospol)

146 208 251 227 259 Badan Kesbanglinma s

19.2 Kegiatan Pembinaan Politik

Daerah 14 14 13 13 13

Badan Kesbanglinma s

20

Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

20.1 Rasio jumlah Polisi Pamong

Praja per 10.000 penduduk 1.70 1.72 1.83 2.03

Kantor Satpol PP

20.2 Jumlah Linmas 13,615 15,869 15,439 Kantor Satpol

PP

20.3 Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan

5,869/32

5 5,273/325 4,623/325

Kantor Satpol PP

20.4 Pertumbuhan ekonomi 5.97 5.78 5.72 5.99 Bid. Ekonomi Bappeda

20.5 Kemiskinan (RTM) 112,095 112.095 112.095 112.095 Bid. Ekonomi Bappeda

20.6

Sistem informasi Pelayanan Perijinan dan adiministrasi pemerintah

ada ada ada ada ada

Kantor Perijinan dan Penanaman Modal

20.7 Penegakan PERDA 75 81 114 95 Kantor Satpol

PP

20.8 Cakupan patroli petugas Satpol

PP (jml Satpol/Jumlah Pdduk) 1.70 1.72 1.83 2.03

Kantor Satpol PP

20.09

Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kabupaten

13,615 15,869 15,439 Kantor Satpol PP

20.10 Cakupan pelayanan bencana

kebakaran kabupaten 3 7 5 8

Kantor Satpol PP

20.11

Cakupan sarana prasarana perkantoran pemerintahan desa yang baik

92.30 92.30 97.23 97.23 Bagian Pemerintahan

20.12 Sistim Informasi Manajemen

Pemda Ada Ada Ada Ada Ada

Bagian Kominfo


(29)

36

21 Ketahanan Pangan 2007 2008 2009 2010 2011

21.1 Ketersediaan pangan utama 854,912 529,626 177.067,21 217.986,79 BKP & PPP

22 Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa

22.1 LPM Berprestasi 3 3 3 3 3 Bapemas

22. Kelompok LPM 330 330 330 330 330 Bapemas

22.2 PKK aktif - 100% 100% 100% 100% Bapemas

22.3 Posyandu aktif - 100% 100% 100% 100% Bapemas

22.4 Kader Posyandu Aktif - 88% 88% 88% 93,13% Bapemas

22.5

Swadaya Masyarakat terhadap Program pemberdayaan masyarakat

- 10,44% 10,26% 10,49% 10,53% Bapemas

23 Statistik

23.1 Buku ”kabupaten dalam angka” ADA ADA ADA ADA ADA Bid. Dalap Bappeda

23.2 Buku ”PDRB kabupaten” ADA ADA ADA ADA ADA Bid. Dalap Bappeda

24 Kearsipan

24.1 Pengelolaan arsip secara baku/

Laporan data Kearsipan (SKPD) SKPD 63 117 117 117 117

Kantor Arsip daerah

24.2 Peningkatan SDM pengelola

kearsipan (SKPD) orang 63 117 117 117 117

Kantor Arsip daerah

25 Komunikasi dan Informatika

25.1 Jumlah surat kabar

nasional/lokal 6 8 10 10 10

Bagian Kominfo

25.2 Jumlah penyiaran radio/TV lokal 10 12 14 12 9 Bagian Kominfo

25.3 Web site milik pemerintah

daerah 1 1 1 1 1

Bagian Kominfo

25.4 Pameran/expo 1 1 1 1 1 Bagian

Kominfo

26 Perpustakaan

26.1 Jumlah perpustakaan

(sekolah/Ponpes/Desa) 110 120 132 227 259

Kantor Perpustakaan daerah

26.2 Jumlah pengunjung

perpustakaan per tahun 33,280 42,380 47,037 62,789 31,463 Kantor Perpustakaan daerah

26.3 Koleksi buku yang tersedia di

perpustakaan daerah 7,658 6,374 9,084 5,565 33.009 Kantor Perpustakaan daerah


(30)

37

Fokus Layanan Urusan Pilihan

1 Pertanian

1.1

Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar

Ha

54,62 57,19 56,83 56,5 51,32 Diperta/Dibun hut

1.2

Kontribusi sektor

pertanian/perkebunan terhadap PDRB

37.58 36.76 36.36 36.03 29,32 Diperta/Dibun hut

1.3 Kontribusi sektor pertanian

(palawija) terhadap PDRB 29.85 29.13 28.83 28.59 -

Diperta/Dibun hut

1.4 Kontribusi sektor perkebunan

(tanaman keras) terhadap PDRB 3.40 3.30 3.23 3.17 -

Diperta/Dibun hut

1.5 Kontribusi sektor peternakan

terhadap PDRB 1.84 1.82 1.81 1.80 -

Diperta/Dibun hut

1.6 Cakupan bina kelompok petani 984 984 1.523 1.640 1.658 Diperta/Dibun hut

2 Kahutanan

2.1 Rehabilitasi hutan dan lahan kritis

Ha

1150 2097 5092 3578 13000 Disbunhut

2.3 Kontribusi sektor kehutanan

terhadap PDRB 1,16 1,17 1,16 1,12 - Disbunhut

3 ESDM

3.1 Pertambangan tanpa ijin PU Pengairan

4 Pariwisata

4.1 Kunjungan wisata 174.153 204.167 240.016 243.381 244.644 Disbudpar 4.2 Kontribusi sektor pariwisata

terhadap PDRB 0.83 0.89 0.94 0.95 0.96 Disbudpar

5 Kelautan dan Perikanan

5.1 Produksi perikanan

Ton

16.063,3 16.917,40 17.173,3 17.575,54 17.924,2 Dinas

Perikanan dan Kelautan

5.2 Konsumsi ikan

Kg/Kapita

/Th 17,69 17,72 17,91 18,23 18,75 Dinas

Perikanan dan Kelautan

5.3 Cakupan bina kelompok nelayan

%

- 33,33 33,33 37,50 68,00 Dinas

Perikanan dan Kelautan

5.4 Produksi perikanan kelompok nelayan

%

- 9,7 9,6 9,5 12,10

Dinas

Perikanan dan Kelautan

6 Perdagangan


(31)

38

terhadap PDRB

6.2 Cakupan bina kelompok

pedagang/usaha informal 0.6 0.8 0.9 0.9 0.9 Disperindag

7 Perindustrian

7.1 Kontribusi sektor Industri

terhadap PDRB 12.75 12.57 12,39 12.20 Disperindag

7.2 Pertumbuhan Industri. 0.5 0.1 0.2 0.06 0.06 Disperindag 7.4 Cakupan bina kelompok

pengrajin 0.8 0.8 0.10 0.12 0.12 Disperindag

8 Ketransmigrasian

8.1 Transmigran swakarsa 21 KK =

76 jiwa Disnakertrans

2.1.6 Aspek Daya Saing Daerah

Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Probolinggo 4 tahun terakhir ditinjau dari aspek daya saing daerah, terdiri dari fokus kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah, iklim investasi dan sumberdaya manusia. Data dari matrik gambaran pelayanan umum dapat dilihat pada tabel 2.17. berikut ini:

Tabel 2.17

Hasil Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah

terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Probolinggo tahun 2007 – 2011

Aspek Daya Saing Daerah

No

Aspek/Fokus/Bidang Urusan/ Indikator Kinerja Pembangunan

Daerah

Capaian kinerja

SKPD penanggungjawab 2007 2008 2009 2010 2011

ASPEK DAYA SAING DAERAH

Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

1.1 Pengeluaran konsumsi rumah

tangga per kapita BPS

1.2 Pengeluaran konsumsi non

pangan perkapita BPS


(32)

39

2 Pertanian

2.1 Nilai tukar petani 100 97,01 98,19 98,74 102,62 Diperta

Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastuktur

1 Perhubungan

1.1 Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan

801.535 69.852

817.565 70.896

833.916 93.566

850.594 94.900

867.606

99.246 Dinas Perhubungan

1.2 Jumlah orang/ barang yang

terangkut angkutan umum - - - Dinas Perhubungan

1.3

Jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/ terminal per tahun

46.361 46.371 53.220 58.100 38.100 Dinas Perhubungan

2 Penataan Ruang

2.1 Ketaatan terhadap RTRW 20 20 30 30 40 DPU CIPTA KARYA

2.2 Luas wilayah produktif 760.066 767.743 775.498 783.332 791.244 DPU CIPTA KARYA 2.3 Luas wilayah industri 77.437 77.826 78.217 78.611 79.006 DPU CIPTA KARYA

2.4 Luas wilayah kebanjiran 1.461 1.446 1.432 1.418 1.403 DPU PENGAIRAN

2.5 Luas wilayah kekeringan 31.178.780 30.866.992 30.558.332 30.252.739 29.950.212 DPU PENGAIRAN

2.6 Luas wilayah perkotaan 4.355 4.355 4.355 4.355 4.355 DPU CIPTA KARYA

3 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

3.3 3.3.1

Jenis, kelas, dan jumlah

Restoran 6 6 5 7 2 Dispenda

3.3.2 Rumah Makan 68 95 76 60 69 Dispenda

3.4 Jenis, kelas, dan jumlah penginapan/ hotel

3.4.1 Hotel Melati Satu 2 2 2 2 10 Dispenda

3.4.2 Hotel Melati Dua 5 5 4 4 4 Dispenda

3.4.3 Hotel Melati Tiga 7 9 10 11 2 Dispenda

4 Lingkungan Hidup

4.1

Persentase Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih

60% 62% 62% 63% PU Ciptakarya

5 Komunikasi dan Informatika

5.1 Rasio ketersediaan daya listrik PLN


(33)

40

menggunakan listrik

Fokus Iklim Berinvestasi

1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

1.4 Jumlah dan macam pajak dan

retribusi daerah Dispenda

1.4.1 Pajak Daerah 6 6 6 7 7 Dispenda

1.4.2 Retribusi Daerah 26 26 26 26 23 Dispenda

1.5 Jumlah Perda yang mendukung

iklim usaha 1 3 1 3 4 Bagian Hukum

2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun 2011

Guna mengetahui evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan tahun 2011, maka berikut adalah kesimpulan hasil evaluasi program dan kegiatan berdasarkan dokumen Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Probolinggo Tahun 2011, sebagai berikut:

1. Sasaran Meningkatnya Ketahanan Pangan Melalui Optimalisasi Produksi Pertanian/Perkebunan, Peternakan dan Perikanan.

a. Pertanian

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian 2010 menunjukkan bahwa jumlah produksi padi jauh melampaui target yaitu produksi tahun 2010 mencapai 304.853 sedangkan target tahun 2010 hanya 286.000 Akan tetapi untuk produktivitas komoditi yang lain mengalami penurunan sehingga target tidak tercapai. Hal ini dikarenakan faktor alam/ anomali cuaca yang tidak menguntungkan. Walaupun demikian program yang telah dilaksanakan bersifat berkelanjutan dan per tahapnya telah sesuai dengan kajian akademis sehingga diharapkan dapat mencapai peningkatan ketahanan pangan dan target pada tahun 2013 dapat tercapai.

Manfaat kegiatan telah dapat dirasakan oleh petani maupun masyarakat luas yaitu ketersediaan bahan makanan pokok, harga jual ditingkat petani relatif stabil, meningkatnya pola konsumsi masyarakat, meningkatnya kelembagaan petani serta pengetahuan dan keterampilan petani.


(34)

41 b. Peternakan

Pada tahun 2010, menurut data Dinas Peternakan Kabupaten Probolinggo menunjukkan bahwa pencapaian produksi dan produktifitas ternak sangat berhasil. Hal ini dapat ditunjukkan indikator sasaran atau target yang telah ditetapkan secara signifikan dapat dicapai diantaranya:

produksi telur Persentase peningkatan produksi 102,08% dibanding target, susu 1.027,5%, daging 100%, sapi potong 1.189%, sapi perah 4.423%, kambing 527,2% dan domba 186,4%, ayam buras 788% serta ayam ras 102,08%.

c. Perikanan

Pada tahun 2010 terjadi peningkatan yang signifikan sebesar 10,16% pada produksi perikanan air payau bila dibandingkan pada tahun sebelumnya dan atau 846,66% dari target 1,20%. Begitu juga untuk produksi perikanan air tawar meningkat 4,10% dari tahun sebelumnya atau 683,33% dari target 0,60%. Sedangkan pada produksi pengolahan meningkat o,49% dari target sebsar 0,32%. Untuk Produksi Penangkapan Laut kurang dapat mencapai target yang telah ditetapkan karena sangat bergantung cuaca yang tidak menguntungkan

Upaya yang terus dilakukan untuk mencapai target yang akan datang dari berbagai indikator adalah :

- Pembinaan dan pendampingan pengembangan kapasitas kelembagaan

petani.

- Bantuan modal usaha bagi kelompok lumbung pangan.

- Mengadakan penelitian tentang pola konsumsi pangan masyarakat untuk menentukan kebijakan di masa yang akan datang.

- Mengadakan penelitian untuk penyusunan perumusan kebijakan

penanganan daerah rawan pangan dengan penerapan Sistem Desa Mandiri Pangan.

- Memasyarakatkan pemanfaatan bahan pangan lokal non beras baik untuk konsumsi sendiri maupun untuk pengembangan usaha.


(35)

42

- Memasyarakatkan penganekaragaman menu berbasis 3B (Beragam,

bergisi, dan Berimbang) untuk menuju hidup sehat dan berkualitas.

- Sosialisasi pola pangan berbasis 3 B (beragam, bergizi dan berimbang) dan diversifikasi pangan.

- Perlu adanya terapan teknologi baik melalui sosialisasi maupun bantuan langsung mesin-mesin pengolahan tanah, irigasi dan pengolahan produksi (pasca panen) dalam rangka peningkatan mutu/kualitas bahan baku.

- Perlunya Peningkatan SDM Penyuluh baik kuantitas maupun kualitasnya.

2. Sasaran Meningkatnya Perekonomian Daerah Melalui Otimalisasi Sektor Riil Peningkatan perekonomian Daerah dilaksanakan pada Urusan Pilihan Pertanian, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan, Perdagangan, Industri, dan Pariwisata.

a. Volume Usaha Koperasi

Dalam rangka pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), maka dalam lima tahun akan ditingkatkan melalui fasilitasi promosi, pelatihan, teknologi produksi, pusat informasi dan perijinan yang didukung dengan fasilitasi permodalan bekerja sama dengan lembaga keuangan. Khusus untuk Pemberian Kredit Modal Kerja Bagi UMKM dari Pemerintah Kabupaten Probolinggo, diharapkan 5 tahun kedepan volume usaha koperasi menjadi sebesar Rp 368.595.009.000,00 (tahun 2007 sebagai tahun dasar). Beberapa aset daerah yang sudah dibangun untuk mendukung pengembangan ekonomi kerakyatan antara lain pasar daerah, sub terminal agroindustri, rumah potong hewan, pasar ikan dan pusat jajan dan oleh-oleh direncanakan pada akhir tahun 2010 sudah dapat dioperasionalkan secara optimal dan profesional.

Revitalisasi pasar daerah yang mencakup rehabilitasi, pemeliharaan, perawatan kebersihan, kualitas sarana prasarana, keamanan dan ketertiban terus dilakukan sehingga dalam lima tahun ke depan pasar daerah yang ada dapat melayani masyarakat lebih profesional.


(36)

43 b. Nilai Investasi Sektor Industri.

Salah satu indikator meningkatnya kondisi ekonomi suatu daerah adalah nilai investasi industri, dengan melaksanakan program dan kegiatan dalam rangka peningkatan investasi dimaksud, maka pada tahun 2013 diharapkan nilai investasi sektor industri di Kabupaten Probolinggo sebesar Rp.320.742.000,00. Selanjutnya Tujuan Pembangunan ini akan dijabarkan dalam sasaran–sasaran yang tergabung dalam fungsi ekonomi, serta pariwisata dan budaya.

3. Sasaran Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Peningkatan Invstasi.

Dalam hal peningkatan rasio jalan dan jembatan kabupaten yang baik Pada tahun 2010 belum dapat mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 85% karena baru tercapai 68,2% atau tingkat pencapaian 80, 32 % dari target. Hal ini disebabkan beberapa faktor kendala yaitu keterbatasan dana dan kondisi iklim (bencana) yang merupakan salah satu faktor belum tercapainya target yang telah ditetapkan.

Akan tetapi dengan dana yang tersedia pada Tahun 2010 Dinas PU Bina Marga telah dapat mengurangi kondisi jalan rusak menjadi kondisi jalan

sedang melalui kegiatan pembangunan jalan dan jembatan,

rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan dan peningkatan jalan dan jembatan.

Upaya yang terus dilakukan untuk mencapai target yang akan datang dari berbagai indikator adalah :

- Melaksanakan penjadwalan pelaksanaan proyek sedini mungkin dalam setiap Tahun anggaran dan memacu pelaksanaan proyek yang berlokasi pada dataran tinggi guna mengantisipasi datangnya musim penghujan dan mengkoordinasikan kepada instansi yang terkait untuk melakukan pembinaan terhadap pelaksanan pekerjaan.

- Melaksanakan pengawasan dengan menggunakan jasa konsultan pengawas guna lebih mengefektifkan peningkatan kwalitas pelaksanaan proyek.

- Melibatkan dan meningkatkan SDM dengan dibekali lebih dahulu diklat-diklat/kursus-kursus yang ditujukan pada peningkatan profesionalisme sumber daya manusia.


(37)

44

- Memberikan sosialisasi kepada masyarakat petani / HIPPA / GHIPPA dalam hal operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi serta pengenalan/pemahaman bangunan irigasi dengan mengikut sertakan dalam program diklat/ kursus-kursus yang diselenggarakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Pengairan. Selain itu memberikan himbauan agar masyarakat ikut berpartisipasi dalam memelihara bangunan dan saluran irigasi.

4. Sasaran Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup dan Pencegahan Bencana

Pencapaian terus dipertahankan dengan upaya-upaya sebagai berikut:

- Membina dan menumbuhkan kesadaran masyarakat, dunia usaha dan instansi terkait untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup melalui CSR perusahaan.

- Mengendalikan kegiatan eksploitasi sumber daya alam melalui perijinan dan pengawasan.

- Menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan

pengawasan sosial.

- Meningkatkan responsibilitas aparat Pemerintah Kabupaten terhadap laporan/pengaduan masyarakat dalam melaporkan terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan dalam waktu 24 jam.

- Upaya pencegahan dampak lingkungan hidup, melalui penaatan perijinan bidang lingkungan hidup dan Penyusunan dokumen pengelolaan lingkungan hidup (AMDAL/ UKL dan UPL).

- Upaya pengawasan dan pengendalian dampak lingkungan hidup, melalui penegakan hukum bidang lingkungan hidup dan pemantauan pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup.

- Upaya pemulihan kualitas lingkungan hidup, meliputi Penyelamatan sumber mata air dan Pemulihan ekosistem pantai.

- Upaya pengembangan kapasitas kelembagaan pengelola lingkungan hidup, melalui Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM aparatur, Pembinaan perusahaan dan Pembinaan kepada masyarakat.

5. Sasaran Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan, Sosial Keagamaan dan Kesehatan.


(38)

45

a. Persentase penurunan kematian bayi belum berhasil mencapai target karena terjadinya peningkatan angka kematian bayi dimana target yang harus dicapai adalah 6,92 sedangkan riilnya kematian bayi mencapai 8, 08 promil.

b. Angka kematian Ibu melahirkan menunjukkan penurunan. Tahun 2009 mencapai 95 per 100.000 dan tahun 2010 84 per 100.000. Walaupun demikian angka ini masih belum berhasil mencapai target.

c. Penduduk yang berkunjung ke sarana pelayanan kesehatan mengalami

kenaikan baik untuk Kunjungan pemeriksaan ibu hamil lengkap (K4) mengalami kenaikan (91,13 %); Cakupan kunjungan bayi sudah melebihi target (102,5 %); Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien maskin (100 %)/ Sedangkan jumlah kunjungn penderita ke rumah sakit target 65822 kali sedangkan realisasi 46053 kali atau 69,97%.

d. Angka Pemanfaatan tempat tidur dalam satuan waktu tertentu (BOR) realisasi tahun 2010 52,33% sedangkan targetnya70% atau tingkat pencapainnya 71,33%.

e. Rata-rata Lama Dirawat atau ALOS target tahun 2010 adalah 5 hari realisasi 3,73 hari atau 74,80%

f. Frekuensi pemakaian tempat tidur (BTO) Menurut data yang diperoleh menunjukkan bahwa BTO pada tahun 2010 adalah 58 kali sedangkan target 50 kali. Hal ini meunjukkan bahwa pencapaiannya 110,80%. g. Angka Kematian Bersih (Netto Death Rate/NDR), Angka kematian 48

jam setelah dirawat tahun 2010 : 16,07 promil (standar Depkes tahun 2005 – standar Depkes : ≤ 25 promil. Target pada tahun 2010 tercapai 107,13%.

h. Angka Kematian Kasar (Gross Death Rate/GDR), Angka kematian

umum Tahun 2010 : 31,68 promil (standar Depkes Tahun 2005 –

standar Depkes ≤ 45 promil) sedangkan Target tahun 2010 adalah 29 promil sehingga tingkat pencapainnya 109,24%.

i. PUS yang menjadi peserta KB aktif tercapai (70,7 %) sedangkan target (70 %).


(39)

46

j. Persentase jumlah perempuan terlatih pada tahun 2010 adalah 100% atau tingkat pencapaiannya 166,66% dari target . Dimana rata-rata yang direncanakan ikut pelatihan adalah 30 orang dan yang terealisasi untuk dilatih adalah 30 orang. Pelatihan dimaksud meliputi pelatihan menjahit, bordir, tata rias dsb.

k. Persentase penanganan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak pencapaiannya 100% sehingga melampaui target yang hanya 20%.

l. Persentase peningkatan peran kader perempuan capainnya adalah 100% sehingga telah dapat melampaui target tahun 2010.

m. Persentase Angka Partisipasi Murni (APM) Pada tahun 2010 APM mengalami kenaikan bila dibanding tahun 2009. APM SD 99,23% ; APM SMP 70,59% dan APM SMA 32,40%. Walaupun demikian pencapaian diatas masih berada dibawah target. Rasio jumlah siswa per jumlah sekolah untuk tingkat SD adalah 1: 119. Untuk tingkat SMP rasionya 1: 36 sedangkan target adalah 1: 160. Tingkat SMA rasio siswa per jumlah sekolah 1:76

Upaya yang terus akan dilakukan untuk meningkatkan pencapaian target antara lain:

- Peningkatan jumlah kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang memadai secara bertahap.

- Penambahan tenaga kesehatan secara bertahap dan

mengoptimalkan tenaga yang ada .

- Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan melalui

pelatihan-pelatihan teknis.

- Meningkatkan kemitraan antara bidan dan dukun bayi, melakukan kegiatan swadaya serta pelaksanaan Audit Maternal Perinatal non medis di Kecamatan.

- Peningkatan deteksi dini balita gizi buruk melalui peran aktif kader posyandu di pesedeasaan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan posyandu serta dukungan sektor-sektor terkait.


(40)

47

- Memberdayakan tokoh agama, tokoh masyarakat dan sektor-sektor

terkait dalam penyebarluasan informasi dan promosi kesehatan tentang pentingnya Perilaku Hidup Bersih Sehat pada kelompok-kelompok potensial,.

- Pemberdayaan masyarakat untuk ikut serta dalam program Desa Siaga dan Rumah Tangga Sehat.

- Penerapan sangsi terhadap pengedar garam tidak beryodium.

- Meningkatkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)

melalui peran aktif Tim Pangan dan Gizi (TPG) mulai dari Tingkat Kecamatan sampai Kabupaten.

- Pemberian pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin non kuota

jamkesmas pusat melalui dana pendamping jamkesmas APBD Kabupaten.

- Pembangunan TK Negeri di Kecamatan dan pendirian SMK di masing-masing Kecamatan untuk memenuhi rasio SMK : SMA = 60 : 40.

- Kerjasama dengan perguruan tinggi untuk peningkatan kualifikasi pendidikan guru.

- Peningkatan pengembangan kompetensi tenaga tutor.

- Dilaksanakan kegiatan-kegiatan kampanye pendidikan.

- Mendirikan perpustakaan sekolah dan meningkatkan minat baca siswa.

- Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana

perpustakaan keliling (sepeda motor dan mobil perpustakaan).

- Meningkatkan kualitas SDM aparatur Perpustakaan melalui Diklat Teknologi Informatika.

- Menerapkan kebijakan atau regulasi pemerintah Kabupaten

Probolinggo yang dapat meningkatkan akses dan partisipasi perempuan dalam memberdayakan ekonomi keluarga, memberikan latihan ketrampilan, magang, bimbingan usaha dan bantuan modal.

- Melakukan penyadaran kepada masyarakat dengan memberikan

penyuluhan, Penyebaran informasi lewat media elektonik, leaflet dengan melibatkan Tokoh masyarakat, Tokoh Agama sehingga


(41)

48

kekerasan terhadap perempuan dan anak semakin berkurang.

- Melakukan Advokasi pada pengambil kebijakan dan perencana

sehingga program dan kegiatan yang responsive gender lebih besar.

- Melakukan Advokasi kepada instansi terkait khususnya bagian perencanaan dan keuangan untuk memberikan dukungan dana, sarana dan prasarana yang memadai sehingga perlindungan terhadap perempuan dan anak optimal.

- Memberikan advokasi kepada pemerintah desa serta memberikan tambahan kesejahteraan kepada kader.

- Diadakan sosialisasi terhadap program.

- Perlu peningkatan kegiatan KIE pada masyarakat.

- Perlu adanya pembekalan khusus kepada kepala desa.

- Diberi penghargaan yang memadai dan adanya pancingan didalam

setiap pelayanan KB.

- Permintaan droping ke propinsi disamping usulan didalam

pengadaan barang.

6. Penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran

a) Penurunan jumlah Keluarga Pra sejahtera pada tahun 2010 berdasarkan data Dinas Sosial sebesar 1.805 KK dari tahun sebelumnya atau pencapaiannya 32, 94%;

b) Penurunan masyarakat penyandang masalah kesejahteraan sosial sebesar 1.532. Persentase jumlah PMKS tahun 2010 terhadap jumlah penduduk per tahun 2009 adalah 9,41%;

c) Persentase Peningkatan jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang dibina (mendapat bantuan) menurut data Dinas sosial sampai dengan tahun 2010 adalah 16, 84%.

d) Tingkat kesempatan kerja yaitu perbandingan antara tenaga kerja tertampung dibanding jumlah agkatan kerja adalah 89,95%.

e) Upah Minimum Kabupaten (UMK) pada tahun 2009 menurut data dalam kabupaten Probolinggo Dalam Angka tahun 2010 menunjukkan


(42)

49

bahwa UMK telah meningkat menjadi Rp 682.500 per bulan sehingga Persentase pencapaian kehidupan minimal mencapai 76,08%.

f) Jumlah transmigran terkirim sebanyak 31 KK/107 jiwa dengan tujuan ke 3 (tiga) lokasi yaitu :

- 11 KK/38 jiwa ke UPT Waturempe Kecamatan Tingkep Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara.

- 10 KK/38 jiwa ke UPT Pangea SP4 Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo.

- 10 KK/31 jiwa ke UPT Maidi Kecamatan Oba Kota Tidore Provinsi Maluku Utara.

Upaya yang terus dilakukan untuk mencapai target yang akan datang dari berbagai indikator adalah :

- Penanganan secara berkala kepada para PMKS.

- Mengoptimalkan tugas dan fungsi PSM/TKSK dan Karang Taruna yang ada di wilayah dalam usaha kesejahteraan sosial.

- Mengajukan tambahan dana, sehingga dapat menangani

permasalahan yang ada.

- Perlunya wadah untuk menampung permasalahan-permasalahan sosial.

- Peningkatan kemampuan, pendidikan dan keterampilan kepada Keluarga Binaas Sosial (KBS).

- Koordinasi dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur maupun daerah penerima transmigran di luar Pulau Jawa.

- Mengadakan kerjasama dengan kabupaten penerima transmigran di luar Pulau Jawa.

7. Sasaran Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik dan Pelaksanaan Otonomi Daerah.


(1)

49

bahwa UMK telah meningkat menjadi Rp 682.500 per bulan sehingga Persentase pencapaian kehidupan minimal mencapai 76,08%.

f) Jumlah transmigran terkirim sebanyak 31 KK/107 jiwa dengan tujuan ke 3 (tiga) lokasi yaitu :

- 11 KK/38 jiwa ke UPT Waturempe Kecamatan Tingkep Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara.

- 10 KK/38 jiwa ke UPT Pangea SP4 Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo.

- 10 KK/31 jiwa ke UPT Maidi Kecamatan Oba Kota Tidore Provinsi Maluku Utara.

Upaya yang terus dilakukan untuk mencapai target yang akan datang dari berbagai indikator adalah :

- Penanganan secara berkala kepada para PMKS.

- Mengoptimalkan tugas dan fungsi PSM/TKSK dan Karang Taruna yang ada di wilayah dalam usaha kesejahteraan sosial.

- Mengajukan tambahan dana, sehingga dapat menangani

permasalahan yang ada.

- Perlunya wadah untuk menampung permasalahan-permasalahan sosial.

- Peningkatan kemampuan, pendidikan dan keterampilan kepada Keluarga Binaas Sosial (KBS).

- Koordinasi dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur maupun daerah penerima transmigran di luar Pulau Jawa.

- Mengadakan kerjasama dengan kabupaten penerima transmigran di luar Pulau Jawa.

7. Sasaran Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik dan Pelaksanaan Otonomi Daerah.


(2)

50

Upaya yang terus dilakukan untuk mencapai target yang akan datang dari berbagai indikator adalah :

- Meningkatkan intensitas sosialisasi Undang-undang Nomor : 23 Tahun 2006 tentang Akte Kelahiran, Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga dan akta catatan sipil.

- Penyempurnaan database kependudukan yang dimiliki penduduk.

- Dalam rangka mencapai hasil kerja yang optimal kedepan diharapkan masing-masing Satker agar melaporkan kegiatannya sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, mengupayakan lebih serius untuk peningkatan kualitas SDM dan pembinaan serta pengawasan melekat guna peningkatan prestasi yang lebih baik dari Tahun yang lalu.

- intensitas rapat koordinasi dengan SKPD yang membutuhkan pengadaan barang dan jasa.

- Meningkatkan intensitas pendataan dan sertifikasi asset daerah.

- Meningkatkan sosialisasi kepada SKPD tentang mekanisme perencanaan kebutuhan dan pengelolaan asset daerah.

- Mengkaji kembali dasar hukum pengelolaan asset daerah.

- Melakukan koordinasi dan himbauan kepada SKPD, agar lebih

mengoptimalkan pemungutan atas obyek pendapatan yang menjadi tanggungjawabnya.

- Melakukan koordinasi yang intensif dengan Pemerintah Pusat untuk penerbitan petunjuk pelaksanaannya.

- Melakukan pendampingan SKPD dalam penyusunan Neraca;

- Melakukan koordinasi dengan Propinsi Jawa Timur baik sebelum maupun sesudah juknis pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari Bantuan Keuangan Khusus.

- Melakukan koordinasi dan himbauan kepada SKPD, agar lebih

mengoptimalkan penyerapan dananya.

- Melakukan bimbingan teknis dan pembinaan Kepala SKPD dan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah.


(3)

51 2.3 Permasalahan Pembangunan Daerah

2.3.1 Meningkatnya Ketahanan Pangan Melalui Optimalisasi Produksi

Pertanian/Perkebunan, Peternakan dan Perikanan.

Dalam upaya meningkatkan Ketahanan Pangan Melalui Optimalisasi Produksi Pertanian/Perkebunan, Peternakan dan Perikanan, masih menghadapi banyak kendala, diantaranya :

1. Anomali cuaca yang tidak menentu,

2. Terdapatnya daerah yang mengalami gagal panen, 3. Erupsi gunung Bromo,

4. Banyaknya virus yang menjangkit pada hewan ternak, seperti virus flu burung.

2.3.2 Peningkatan Perekonomian Daerah Melalui Optimalisasi Usaha Sektor Riil. Dalam upaya meningkatkan Perekonomian Daerah Melalui Optimalisasi Usaha Sektor Riil, masih menghadapi banyak kendala, diantaranya :

1. Belum optimalnya jaringan promosi sebagai sarana pengembangan

investasi/penanaman modal;

2. Belum optimalnya pelayanan dan rendahnya kepastian hokum dalam

investasi/penanaman modal;

3. Kurangnya insentif investasi dan keterbatasan infrastrukutr serta

rendahya kualitas SDM.

4. Kualitas SDM yang relatif masih rendah yang tercermin kurangnya

produktivitas tenaga kerja;

5. Masih rendahnya penerapan standarisasi untuk produk-produk industri

manufaktur;

6. Lemahnya akses UMKM kepada sumber daya produktif, yaitu

permodalan, teknologi, informasi dan pasar;

7. Masih banyaknya koperasi yang dinilai belum sehat, terlihat bahwa

koperasi di Kabupaten Probolinggo memiliki kecenderungan adanya peningkatan anggota dan jumlah simpanan, tetapi omset volume usahanya mengalami penurunan;


(4)

52

8. Masih rendahnya produktivitas UMKM dan koperasi, karena kualitas

Sumber Daya Manusia UMKM dan koperasi masih rendah, rendahnya kompetensi kewirausahaan UMKM dan terbatasnya sarana prasarana operasional dan modal usaha;

9. Minimnya sarana dan prasarana perdagangan yang memadai.

2.3.3 Percepatan Pembangunan Infrastruktur Dan Perekonomian Daerah

Beberapa Kendala utama dari pembangunan infrastruktur baik infrastruktur transportasi, perumahan dan permukiman, pengairan di kabupaten Probolinggo antara lain:

1. Kondisi prasarana jalan sebagian besar masih perlu penanganan /

pemeliharaan;

2. Banyaknya prasarana jalan dan jembatan yang perlu ditingkatkan

kualitasnya.;

3. Belum terpadunya pembangunan prasarana jalan dengan sistem

jaringan transportasi jalan, penataan kelas jalan dan terminal serta pola pelayanan distribusi angkutan jalan;

4. Kondisi kualitas dan kuantitas sarana pelayanan angkutan umum masih

terbatas.

5. Terbatasnya kemampuan penyediaan prasarana dan sarana

perumahan;

6. Menurunnya kondisi prasarana publik dan bangunan Pemerintah;

7. Pelayanan air bersih belum optimal, disebabkan rendahnya kualitas

pengelolaan pelayanan air minum oleh PDAM, meningkatnya tingkat kebocoran dan tingkat pendapatan masyarakat rendah serta terbatasnya jaringan pipa;

8. Relatif masih tingginya penggunaan jamban terbuka;

9. Pengelolaan sampah belum dilaksanakan secara efektif dan efisien;

10. Mulai menurunya kondisi prasarana drainase; 11. Menyempitnya lahan ruang hijau terbuka; 12. Penerangan jalan umum masih kurang.

13. Meningkatnya kebutuhan air bagi masyarakat; 14. Menurunnya kemampuan penyediaaan ai;


(5)

53

15. Lemahnya koordinasi, kelembagaan dan tata laksana. 2.3.4 Pelestarian Lingkungan Hidup Dan Pencegahan Bencana

Permasalahan yang dihadapi dalam Pelestarian Lingkungan Hidup Dan Pencegahan Bencana Alam, yaitu :

1. Adanya kecenderungan peningkatan pencemaran lingkungan Hidup;

2. Semakin rusaknya habitat ekosistem pesisir dan laut, abrasi pada

panjang pantai dan hutan Mangrove akan mengancam potensi sumber daya pesisir dan perikanan laut;

3. Belum optimalnya pendayagunaan potensi kelautan;

4. Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan

ligkungan;

5. Adanya keterbatasan data dan informasi Sumber Daya Alam dan

Lingkungan

2.3.5 Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan, sosial keagamaan dan Kesehatan permasalahan yang masih dihadapi Pemerintah Daerah Kabupaten Probolinggo yang terkait dengan bidang pendidikan dan kesehatan, antara lain :

1. Partisipasi masyarakat mengikuti pendidikan cenderung menurun;

2. Rendahnya kualitas fasilitas pelayanan pendidikan khususnya SD/MI;

3. Kualitas pendidikan masih rendah dan belum memenuhi standart

kompetensi;

4. Angka melek huruf masih relatif rendah;

5. Rendahnya cakupan pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);

6. Anggaran pendidikan masih belum mencukupi.

7. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan

sehat (PHBS);

8. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan dan permukiman;

9. Belum optimalnya kualitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan;

10. Rendahnya status kesehatan masyarakat;

11. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya yang tidak merata. 2.3.6 Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran

Dalam upaya penanggulangan kemiskinan dan pengganguran di Kabupaten Probolinggo masih dihadapkan pada berbagai permasalahan, diantaranya:


(6)

54

1. Keterbatasan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin;

2. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap para penyandang cacat,

fakir miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial lainnya;

3. Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha serta kurangnya sarana

dan prasarana pelatihan kerja;

4. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja dilapangan usaha yang kurang

produktif;

5. Lemahnya partisipasi masyarakat dalam perumusan pelaksanaan

kebijakan/program di wilayahnya terutama wilayah perdesaan;

2.3.7 Peningkatan kualitas pelayanan publik, dan pelaksanaan otonomi daerah. Dalam mewujudkan pelaksanan otonomi daerah yang sesuai dengan prinsip good governance dan kualitas pelayanan publik yang lebih baik di Kabupaten Probolinggo, masih menghadapi beberapa permasalahan, antara lain yaitu :

1. Belum diberlakukannya standar pelayanan minimal (SPM) di instansi

pemerintah;

2. Belum adanya kepastian mengenai Pedoman Struktur Kelembagaan

pemerintah daerah;

3. Belum Optimalnya Peningkatan Kapasitas SDM Aparatur;

4. Pengelolaan dan kemampuan keuangan daerah belum optimal;

5. Perencanaan pembangunan daerah belum optimal;

6. Belum optimalnya pelaksanaan pelayanan publik;