ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG MODAL USAHA PENAMBANGAN PASIR DI DESA TUMAPEL KECAMATAN JATIREJO KABUPATEN MOJOKERTO.

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG MODAL
USAHA PENAMBANGAN PASIR DI DESA TUMAPEL
KECAMATAN JATIREJO KABUPATEN MOJOKERTO
SKRIPSI
Oleh:
Chamdan Yuafi Zarkasi
NIM. C32212081

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah Dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)
Surabaya
2016

DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM .........................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................


ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................

iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ....................................................................

iv

ABSTRAK ....................................................................................................

v

KATA PENGANTAR ....................................................................................

vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................


viii

DAFTAR TABEL............................................................................................

x

DAFTAR BAGAN ..........................................................................................

xi

DAFTAR TRANSLITERASI ........................................................................

xii

BAB I

BAB II

: PENDAHULUAN


:

A. Latar Belakang ...................................................................

1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ......................................

8

C. Rumusan Masalah ...............................................................

8

D. Kajian Pustaka ....................................................................

9

E. Tujuan Penelitian ................................................................


12

F. Kegunaan Hasil Penelitian .................................................

12

G. Definisi Operasional ...........................................................

13

H.

Metodelogi Penelitian .......................................................

15

I.

Sistematika Pembahasan ....................................................


19

AKAD PERJANJIAN DAN HUTANG PIUTANG
DALAM HUKUM ISLAM
A. Akad Perjanjian dalam Hukum Islam ....................................

21

B. Hutang Piutang dalam Hukum Islam ...................................

30

viii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III :

PRAKTEK


HUTANG

PENAMBANGAN

PASIR

DI

MODAL

USAHA

DESA

TUMAPEL

KECAMATAN JATIREJO KABUPATEN MOJOKERTO
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................

53


B. Pelaksanaan Hutang Piutang Antara Penambang Pasir
Dengan Pemilik Modal ........................................................

61

BAB IV : ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG
MODAL DALAM PENAMBANGAN PASIR DI DESA
TUMAPEL KECAMATAN JATIREJO KABUPATEN
MOJOKERTO
Analisis

Hukum

Islam

Terhadap

Hutang


Modal

Penambangan Pasir di Desa Tumapel Kecamatan Jatirejo
Kabupaten Mojokerto .................................................................

BAB V

74

: PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................

83

B. Saran ...................................................................................

84

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


ix
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR TABEL

3.1 Pemetaan Wilayah dan Luas Desa Jatirejo................................................

55

3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ....................................

58

3.3 Sarana Pendidikan di Desa jatirejo .................................................................

59

3.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut ..............................


60

x
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR GAMBAR

3.1 Bukti Catatan Transaksi Hutang dan sekaliguis fee Oleh pemilik
modal.........................................................................................................

66

3.2 Bukti Catatan Transaksi Hutang dan fee Oleh pemilik modal .................

66

3.3 Buku Catatan pemilik modal Terkait Hutang modal ................................

69


xi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR TRANSLITERASI

Isi naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical

term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin. Pedoman
transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:
A. Konsonan
No

Arab

Indonesia

Arab

Indonesia

1.

‫ا‬



‫ط‬

t}

2.

‫ب‬

b

‫ظ‬

z}

3.

‫ت‬

t

‫ع‬



4.

‫ث‬

th

‫غ‬

gh

5.

‫ج‬

j

‫ف‬

f

6.

‫ح‬

h}

‫ق‬

q

7.

‫خ‬

kh

‫ك‬

k

8.

‫د‬

d

‫ل‬

l

9.

‫ذ‬

dh

‫م‬

m

10.

‫ر‬

r

‫ت‬

n

11.

‫ز‬

z

‫و‬

w

12.

‫س‬

s

‫ه‬

h

13.

‫ش‬

sh

‫ء‬



14.

‫ص‬

s}

‫ي‬

Y

15.

‫ض‬

d}

Sumber: Kate L. Turabian. A Manual of Writers of Term Papers,

Disertations (Chicago and London: The University of Chicago Press,1987).
B. Vokal
1. Vokal Tunggal (monoftong)
Tanda dan Huruf Arab

Nama

Indonesia

xii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

َ
ِ
ُ

fath}ah

A

kasrah

i

d}amah

u

Catatan: Khusus untuk hamzah, penggunaan apostrof hanya berlaku jika

hamzah berh}arakat \ sukun atau didahului oleh huruf yang berh}arakat sukun.
Contoh: iqtid}a@’ (‫)اقتضاء‬

2. Vokal Rangkap (diftong)
Tanda dan

Nama

Indonesia

Ket.

ْ‫ـَـي‬

fath}ah dan ya’

Ay

a dan y

ْ‫ـَـو‬

fath}ah dan

Aw

a dan w

Huruf Arab

Contoh

wawu
:bayna (‫)يبن‬

: mawd}u@‘ (‫)موضوع‬
3. Vokal Panjang (mad)
Tanda dan
Huruf Arab
‫ــَا‬
‫ــِي‬
‫ــُو‬
Contoh

Nama

Indonesia

Keterangan

fath}ah dan alif

a@

a dan garis di atas

kasrah dan ya’

i@

i dan garis di atas

d}ammah dan wawu

u@

u dan garis di atas

: al-jama@‘ah (‫)الجماعة‬

: takhyi@r (‫)تخيير‬
: yadu@ru (‫)يدور‬

xiii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

C. Ta@’Marbu@t}ah
Transliterasi untuk ta’ marbu@t}ah ada dua :
1. Jika hidup (menjadi mud}a@f) transliterasinya adalah t.
2. Jika mati atau sukun, transliterasinya adalah h.
Contoh : shari@‘at al-Isla@m (‫)شريعةااسام‬

:shari@‘ah isla@mi@yah (‫)شري إسامية‬
D. Penulisan Huruf Kapital
Penulisan huruf besar dan kecil pada kata, phrase (ungkapan) atau
kalimat yang ditulis dengan transliterasi Arab-Indonesia mengikuti
ketentuan penulisan yang berlaku dalam tulisan. Huruf awal (initial latter)
untuk nama diri, tempat, judul buku, lembaga dan yang lain ditulis dengan
huruf besar.

xiv
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan dengan obyek penelitian ialah
penambangan pasir di Kabupaten Mojokerto. Jalan Raya Tumapel No. 35
Mojokerto. Dengan judul “Analisis Hukum Islam Terhadap Hutang Modal Dalam
Usaha Penambangan Pasir Di Desa Tumapel Kecamatan Jatirejo Kabupaten
Mojokerto”. Skripsi ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang dituangkan
dalam dua rumusan masalah yaitu: Bagaimana praktek hutang modal usaha
penambangan pasir di Desa Tumapel Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto? dan
Bagaimana analisis hukum Islam terhadap hutang modal usaha penambangan pasir
di Desa Tumapel Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto?
Dalam menyelesaikan skripsi ini, menggunakan metode penelitian analisis
dengan pola pikir induktif, kualitatif deskriptif yang pengumpulan datanya
menggunakan cara observasi, wawancara, dokumentasi, dan terakhir dengan telaah
pustaka kemudian diolah dengan cara editing, organizing, dan kemudian
menganalisis dengan menggunakan kaidah-kaidah dan dalil-dalil yang berkaitan
dengan teknik kualitatif deskriptif.
Hasil penelitian tentang hutang modal dalam usaha penambangan pasir
diperoleh bahwa kreditur (juragan) menentukan 3 kewajiban kepada debitur
(penambang pasir) yaitu pertama, harus membayar fee sebesar 1 juta setiap bulan.
Kedua, debitur (penambang pasir) harus menjual pasirnya kepada juragan di bawah
harga pasar. Ketiga, debitur harus memberi fee secara berkala kepada juragan dalam
jangka waktu yang tidak terbatas meskipun hutang sudah lunas. Misal, modal yang
dipinjam sebesar 15.000.000 dalam kurung waktu 4 bulan maka fee dari peminjam
modal tersebut sebesar 1.000.000 setiap bulannya, jadi total yang harus debitur
bayar sebesar 19.000.000. Dihitung dari awal meminjam modal kepada pemilik
modal, hutang yang sudah dilunasi beserta fee tersebut, maka penambang pasir juga
memberi bonus kepada pemilik modal hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
Penambang pasir juga diharuskan menjual pasirnya ke pemilik modal dengan harga
dibawah standart harga pasarnya. Hal itu yang membuat akad ini karena shighot
bersyarat penambang pasir mengalami kerugian.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hutang modal dalam
usaha penambang pasir memuat analisis hukum Islam adalah takrhim dengan hukum
Islam dengan dasar: (1) transaksi hutang tidak dibolehkan menambah jumlah
pembayaran (melebihkan pembayaran) yang bersifat merugikan salah satu pihak. (2)
penambahan pembayaran dalam hutang piutang yang merugikan debitur dapat
disamakan dengan riba nasi’ah.

v
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia diciptakan Allah sebagai khalifah di atas bumi tidak lain
tujuannya adalah untuk mengatur dan mensejahterakan alam seisinya guna
memenuhi kebutuhannya dalam melangsungkan kehidupan. Karena statusnya
sebagai wakil Allah, manusia dituntut untuk memberikan kemakmuran dan
ketentraman di alam semesta.
Namun dalam kehidupan sehari-hari manusia tidaklah terlepas dari
hukum sosial, sebab ia akan selalu mengadakan interaksi dengan anggota
masyarakat lainnya yang jumlah dan sifat tak terhingga banyaknya, karena
pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup sendiri untuk bermasyarakat dan
bergaul mengadakan kontrak hubungan anatara sesamanya dalam suatau
kepentingan bersama.
Tidak terlepas pula dalam bermuamalah terdapat unsur tolongmenolong anatara sesama manusia, baikitu dalam gambaran bentuk
gadaiijarah ataupun hutang piutang yang bertujuan untuk membantu pihak

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

yang kekurangan dana dalam bentuk tunai demi keperluan kelangsungan
kehidupan mereka ataupun demi kemajuan usahanya.1
Sebagai mahluk yang lemah, manusia harus senantiasa sadar bahwa
keberadaannya tidak akan mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain
atau sesamanya, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT2:

ۖ
ۡ َ‫َوتَ َع َون ْا َ َعل‬
ۖ ‫َوٱتق ْا‬
ۡ ‫َو ۡٱل‬
َ‫َٱَّ َإِن َٱَّ َ َش ِديد‬
َ ‫عد َو ۚ ِن‬
َ َ ‫َوٱلت ۡق‬
َ ‫َٱلبِر‬
َ ‫َٱۡ ۡث ِم‬
ِ ۡ َ‫َو َل َتَ َع َون ْا َ َعل‬
َ َ٢َِ َ‫ۡٱل ِعق‬
Artinya:
… tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
(QS. Al-Maidah (5):2)3
Hal ini merupakan prinsip dasar yang harus dipegang oleh setiap
manusia dipermukaan bumi ini. Disisi lain, manusia mempunyai sifat lemah
dalam menghadapi kejadian yang akan datang. Sifat lemah itu terbentuk
ketidaktahuannya terhadap kejadian-kejadian yang akan menimpa pada
dirinya.
Fiqh

muamalah

bisa

berarti

pinjaman,

sedangkan

dalam

mekanismenya adalah pengalihan harta untuk sementara waktu kepada pihak
yang berhutang, pihak yang menerima pemilikan itu diperbolehkan
memanfaatkan harta yang diberikan itu tanpa harus membayar imbalan dan
1

Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011),5.
AM. Hasan Ali, Fiqih dalam perspektif Hukum Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), 80.
3
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2005), 157.

2

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

dalam kurung waktu tertentu penerima harta tersebut wajib mengembalikan
harta yang diterimanya kepada pihak pemb\eri dengan barang yang nilainya
sama.4 Hutang piutang merupakan salah satu bentuk transaksi yang
berasaskan tolong menolong yang murni dan terlepas dari pemanfaatan yang
mengharapkan pengembaliannya dapat bernilai lebih dari apa yang telah
dipinjamkan kerana hal semacam itu sama dengan riba.
Dalam bermuamalah pada sektor perekonomian, seorang indivindu
dituntut untuk dapat memanfaatkan potensi yang ada disekitar mereka,tidak
terkecuali masyarakat di desa tumapel kecamatan jatirejo kabupaten
mojokerto yang lahan penambangan pasir sebagai mata pencarian. Hal ini
dikarenakan sangat mudah bagi mereka untuk memanfaatkan lahan yang ada
untuk memenuhi kebutuhan mereka.Sehingga mayoritas profesi pekerjaannya
penambang pasir, batu dan juga petani didaerah tersebut.
Para penambang di Desa Tumapel Kecamatan Jatirejo Kabupaten
Mojokerto seperti halnya penambang di daerah lainnya, mereka setiap
harinya menambang di sungai ataupun batu di tebing pegunungan. Mereka
tidak lepas dari penambangan pasir ataupun

batu dari problematika

kehidupan mereka, dalam hal perekonomian terjadinya krisis global, para
penambang di Desa Tumapel Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto pun
acapkali

4

terkendala

dengan

problematika

kehidupan

itu,

seringkali

Karim Helmi, Fiqh Mu’amalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993),37.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

masyarakat yang hidup di desa tumapel berkerja dalam hal penambangan
pasir dan batu. Ekonomi merka terbilang pas-pasan tidak bisa mengatasi
antara masuknya uang yang dihasilkan dari usaha mereka dan terkadang
malah pengeluaran mereka lebih besar daripada pemasukannya.Sehingga hal
ini menimbulkan niat dan berujung kepada keputusan mereka untuk
berhutang atau qard kepada pemilik modal sekitar desa tersebut.5
Masyarakat yang hidup dipedesaan tergolong sebagai sebuah
komunitas yang amat mengedepankan tolong-menolong, gotong-royong dan
sebagian pribadi yang baik dalam memegang tradisi dan adat istiadat, ini
merupakan ciri-ciri kehidupan masyarakat di pedesaan.6Di Desa Tumapel itu
pun seperti itu, sehingga ketika para penambang kesulitan, maka mereka
meminjam uang kepada pengusaha dalam arti ini adalah tengkulak pasir dan
batu.
Para penambang pasir dan batu tersebut mengakui bahwasannya
mereka berhutang kepada pengusaha yang biasanya meminjami modal
mereka.Adapun nominalnya tergantung pada keperluan mereka, misalnya
untuk keperluan membeli pasir, untuk kehidupan pendidikan anak-anak
meraka.Sedangkan untuk pengembaliannya biasanya setiap hasil usaha yang
mereka pinjam dari pengusaha tersebut, maka meraka berbagi hasil tanpa
mengurangi modal awal yang mereka terima atau mereka pinjam.
5
6

Indah Penambang, Wawancara, Mojokerto, 03Mei 2016.
Soedarno, Pengantar Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,1996),81.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Pembayaran modal awal dapat di angsur setiap bulan dan tergantung akad
yang sudah disepakiti dari awal.
Hal ini tentu merisaukan para penambang yang mempunyai hutang
kepada pengusaha, sehingga terkadang mereka berbagi hasil tanpa
mengurangi modal awal yang sudah di sepakati. Mereka mengetahui
bahwasanya membayar hutang adalah tanggung jawab atau konsekuensi yang
harus merka tanggung, akan tetapi ketika berhadapan dengan semakin
berkurangnya pendapat mereka, semakin berkurang pula kesempatan
merekauntuk membayar hutang secara keseluruhan. Sehingga terkait dengan
ini, diperlukan kebebesan hak kepada para penambang untuk memilih
melanjutkan akad atau tidak berakad dalam hutang yang syaratnya tidak
sesuai secara rinci. Karena tidak sesuai berakad tentunya para pihak
penambang dituntut untuk berbagi hasil dengan sebaik mungkin.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SWT yang
berbunyi:

‫يَٓأَي ََ ٱل ِ ينَ َ َءا َمن ٓ ْاَأَ ۡوف ْاَبِ ۡٱلعق ۚ َِد‬
Artinya : “ hai orang-orang yang beriman , penuhilah aqad-aqad itu”.
(Al-Maidah : 1).7

7

Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya…, 85.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Oleh karena itu, yang diharapakan para penambang pasir dan batu di
desa tumapel kecamatan jatirejo kabupaten mojokerto, adalah adanya
tranparansi dan kejelasaan terhadap akad-akad perjanjian hutang, sehingga
tidak timbul ketidakadilan di kemudian hari.
Pinjaman seperti ini sering terjadi kepada para penambang pasir dan
batu, meraka mendapatkan syarat dalam meminjam modal kepada pengusaha
tersebut, bahwasanya hasil yang mereka oleh dari pasir itu di bagi dua tanpa
mengurangi modal awal dan setiap hasil penambangan harus setor kepada
pengusaha tersebut. Hutang awal para penambang kepada pengusaha tersebut
juga harus di bayar.
Hutang piutang memang termasuk dalam kajian fiqh muamalah yang
dibahas secara detail dari akad, rukun dan syaratnya, obyek hutang piutang
sampai batasan-batasan yang tidak boleh adanya unsur riba. Akan tetapi ilmu
fiqh sendiri bersinggungan dengan kehidupan sosial yang berubah ubah.Hal
ini dikarenakan kepentingan umat yang berbeda sesuai dengan perbedaan
situasi, kondisi dan adat istiadat manusia yang selalu mengalami perubahan
menuntut untuk dijadikan suatu pedoman bahwa hukum-hukum yang
ditetapakan berdasarkan tuntutan masa atau istiadat setempat dijadikan
sebagai undang-undang yang paten demi konsep keadilan bagi semua.8

8

Shaykh Muhammad Ali As-Sayis, Pertumbuhan Dan Perkembangan Hukum Fiqh,( Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada,1995), 68.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Dari sinilah penulis menelusuri dan meneliti apakah hutang para
penambang yang disertai syarat pengkhususan pembagian hasil kepada
pengusaha atau pemilik modal yang menghutanginya dan tanpa mengurangi
modal pinjam awal.
Alasan memilih lokasi di Desa Tumapel Kecamatan Jatirejo
Kabupaten Mojokerto dikarenakan banyaknya lahan penambang dan dirasa
hasil yang didapat para penambang pasir tidak memuaskan begitu juga harus
meberbagi hasil atas apa yang dicapai para penambang. Oleh karena itu
penulis ingin mengangkat dan meneliti sebagai karya ilmiah dalam bentuk
skripsi yang berjudul “ Analisis hukum islam terhadap hutang modal dalam
usaha penambangan pasir di Desa Tumapel Kecamatan Jatirejo Kabupaten
Mojokerto”.

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Dari permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka penulisannya
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Latar belakang terjadinya hutang modal
2. Mekanisme hutang modal
3. Kosekuensi yang didapatkan penambang pasir setelah terjadi hutang
modal

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

4. Analisis hukum islam terhadap hutang modal para penambang pasir
kepada pengusaha.
Dari identifikasi masalah tersebut, dapat penulis ambil batasan atau
ruang lingkup persoalan yang akan dikaji dalam penelitian supaya terfokus
dan terarah pembahasan skripsi ini dibatasi pada persoalan:
1. Mekanisme hutang modal penambang pasir kepada pengusaha.
2. Analisis hukum islam terhadap mekanisme hutang modal penambang
pasir kepada pengusaha.

C. Rumusan Masalah
Dalam pembahasan skripsi ini untuk lebih terarah dan signifikasi,
maka perlu adanya masalah yang akan di bahas, antara lain:
1. Bagaimana praktek hutang modal usaha penambangan pasir di desa
Tumapel Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto?
2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap hutang modal usaha
penambangan pasir di Desa Tumapel Kecamatan Jatirejo Kabupaten
Mojokerto?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

D. Kajian Pustaka
Pada dasarnya kajian pustaka pada penelitian ini adalah untuk
mendapatkan gambaran hubungan topik yang akan diteliti dengan penelitian
sebelumnya, sehingga diharapkan tidak ada pengulangan atau duplikasi dari
kajian atau penelitian tersebut. Dari referensi yang penulis telusuri
sebenarnya sudah banyak yang membahas tentang hutang piutang,yaitu:
1. Analisis hutang piutang dengan jaminan hasil panen di Desa Banjarsari
Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo9 oleh Ninik Umrotun Chasanah
tahun 2011 yang menjalaskan tentang sistem hutang piutang yang
menggunakan jaminan hasil panen tambak yang tidak berupa hasil
penjualan dalam bentuk nominal, akan tetapi dalam bentuk ikan yang ada
di tamabak petani tambak yang berhutang menjadi milik juragan ikan
setelah terjadi jatuh tempo dan petambak tidak bisa melunasi hutangnya.
Dari analisis hukumnya dalam skripsi ini disebutkan bahwasanya kurang
terpenuhinya syarat dan rukun yang mengakibatkan hutang piutang
tersebut tidak sah, serta ada unsur keterpaksaan yang mengakibatkan
kerugian pada petambak itu sendiri.

NinikَUmrotunَChasanah,َ“Analisis Hutang Piutang Dengan Jaminan Hasil Panen Di Desa Banjarsari
Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo”َ(Skripsi—IAIN Sunan Ampel, Surabaya,2011).

9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

2. Tinjauan hukum islam tentang hutang bersyarat (studi kasus di Desa
Weru Komplek Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan)10 oleh Khoirul
Hadi pada tahun 2003. Mendiskripsikan bahwasannya hutang bersyarat
antara nelayan dan pedagang dilatar belakangi dari kebutuhan nelayan
guna membeli peralatan seperti jaring, perahu mesin dan sebagainya.
Pedagang

memberikan

pinjaman

kepada

pedagang

yang

telah

memberikan hutang, dan ikan tersebut dibeli dengan harga dibawah
pasar. Akan tetapi hutang bersyarat di Desa Weru ini tergolong seperti
pembiayaan walaupun dalam akadnya tidak sah. Hal ini dikarenakan
nelayan tersebut meminjam untuk keperluan usaha mereka, dan hal ini
dipandang tidak

bertentangan dengan hukum islam, sebab dalam

prakteknya sudah menjadi suatu kebiasaan yang baik dan dianggap saling
memberikan maka akan berdampak pada kemadharatan yang lebih besar.
Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada skripsi
yang pertama membahas tentang sistematika hutang piutang oleh petani
tambak dan juragan dengan hasil tambak sebagai jaminannya.Hasil tambak
yang dimaksud disini adalah semua ikan yang ada ditambak menjadi milik
juragan secara keselurahan apabila setelah jatuh tempo petani tambak tidak
dapat mengembalikan hutangnya.

KhoirulَHadi,َ“Tinjauan Hukum Islam Tentang Hutang Bersyarat Di Desa Weru Komplek
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan”.َ(Skripsi—IAIN Sunan Ampel, Surabaya,2003).

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Sedangkan skripsi yang kedua membahas tentang sistematika hutang
piutang anatara nelayan dan pedagang ikan hampir mirip dengan akad
pembiayaan walaupun dalam akadnya tidak seperti itu.Hutang nelayan disini
diperuntukan untuk pembelian peralatan dalam mencari ikan di laut.
Walaupun pada prakteknya ada pengurangan pembelian ikan di bawah
standar pasar, akan tetapi anatara pedagang dan nelayan sama-sama
mendapatkan manfaat dan tidak ada yang merasa dirugikan, karena jika tidak
ada hutang piutang seperti ini maka madharatnya dipandang lebih besar.
Dari skripsi yang pertama berbeda dalam segi mekanisme hutang
piutangnya dengan judul yang diajukan oleh penulis, yakni adanya penyitaan
terhadap ikan-ikan petani tambak yang masih ada ditambak oleh juragan
setalah jatuh tempo pembayaran hutang.
Sedangakan skripsi yang kedua mempunyai perbedaan dalam segi
pelunasaan hutang piutang , yakni para nelayan tersebut membayar hutang
mereka secara kontan pada kurun waktu 6-12.
Adapun penelitian dilakukan oleh penulis yang berjudul “ analisis
hukum islam terhadap hutang modal dalam usaha penambangan pasir di Desa
Tumapel

Kecamatan

Jatirejo

Kabupaten

Mojokerto”

akan

lebih

memfokuskan pada mekanisme, dan syarat hutang, cara pengembalian hutang
dengan sistem bagi hasil tanpa mengurangi hutang yang di awal, serta
dampak yang ditimbulkan : seperti adanya bagi hasil atas usaha yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

diajukan oleh peminjam modal terhadap pengusaha tersebut, dan tidak
adanya kesepakatan tertulis bagi keduanya , serta penyitaan terhadap
kendaran yang dibuat usaha penambang pasir.

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan antara lain:
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan qardh dengan adanya
tambahan fee tanpa mengurangi hutang atau modal awal di Desa
Tumapel Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto.
2. Untuk mengetahui bagaimana Analisis islam terhadap qardh di Desa
Tumapel Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapakan adanya gambaran tentang
pelaksanaan qardh modal untuk usaha penambangan pasir yang telah
terlaksana di Desa Tumapel Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto,
sehingga penelitian ini berguna untuk:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

1. Dari segi teoritis dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan studi bagi
mahasiswa selanjutnya yang berkaitan dengan qardh modal khususnya
fakultas syariah jurusan muamalah.
2. Dari segi praktis sebagai pedoman bagi masyarakat pelaku qardh modal
dalam menjalankan sistem yang sesuai dengan prinsip syariah

G. Definisi Operasional
Untuk

mendapatkan

gambaran

yang

jelas

pembaca

dalam

mengartikan judul skripsi ini maka penulis memandang perlu untuk
mengemukakan secara tegas dan terperinci maksud mengenai judul “Analisis
Hukum Islam Terhadap Hutang Dalam Usaha Penambangan Pasirdi Desa
Tumapel Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto” diantaranya :

1. Analisis adalah pelajaran, penggunaan waktu dan pikiran untuk
memperoleh ilmu pengetahuan dengan cara menguraikan. Dalam
penelitian analisis ini yang digunakan adalah analisis menurut hukum
Islam di samping memperhatian metode istibat hukumnya.
2. Hukum islam adalah peraturan yang dirumuskan berdasarkan wahyu
Allah dan sunnah Rasulullah tentang tingkah laku mukallaf (orang yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini berlaku
mengikat bagi semua pemeluk agama Islam.11 Adapun dengan penelitian
ini hukum islam adalah dalil-dalil Al-qur’an dan Hadits serta pendapat
para ulama’
3. Hutang modal adalah memberikan sesuatu yang menjadi hak milik
pemberian kepada peminjam dengan pengembalian di kemudian hari
sesuai perjanjian dengan jumlah yang sama12.
4. Penambang pasir adalah seseorang yang menggali atau menambang
sebuah pasir dan batu di lereng bukit dan ada juga di sungai13.
5. Tamabahan pinjaman adalah yakni jumlah tambahan uang yang berbeda
pada saat pengembalian14.
6. Qardh adalah meminjamkan harta atau modal usaha kepada orang lain
tanpa mengharapakan imbalan apapun, karena meminjamkan uang untuk
memperoleh imbalan adalah riba15.

11

Zainudin Ali, Pengantar Ilmu Hukum di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006), 3.
Ali, Zainuddin. Hukum Asuransi Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika,2008),20
13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai
Pustaka,1995),1075
14
Ibid., 1008.
15
Anwar Muhammad, Fiqh Islam, Cet ke-II, (Bandun.g : PT. Al-Maarif,1998), 52.
12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

H. Metode Penelitian
Dalam melakuakan penelitian qardh modal usaha di Desa Tumapel
Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto. Penulis menggunakan metode
deskriptif serta supaya lebih terperinci dan mudah difahami maka penulis
akan menjelaskan beberapa metode antara lain sebagai berikut:
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakuan desa tumapel kecamatan jatirejo kabupaten
Mojokerto.
2. Obyek penelitian
Adapun yang menjadi obyek penelitian adalah masyarakat Desa
Tumapel Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto yang melaksanakan
transaksi qardh atau hutang modal usaha, khususnya bagi pihak qardh dan
penerima qardh juga tokoh masyarakat sebagai informan.
3. Data yang dihimpun
Berdasarkan rumusan masalah seperti yang di kemukakan, maka
data yang dihimpun meliputi:
a. Data tentang masalah tambahan fee tanpa mengurangi modal awal di
desa tumapel kecamatan jatirejo kabupaten mojokerto.
b. Data tentang letak daerah, luas wilayah jumlah penduduk, keadaan
sosial dan agama sarana dan prasarana pendidikan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

4. Sumber data
Penelitian ini adalah penelitian lapangan, maka sumber data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sumber data primer
Sumber data primer adalah sumber data yang dapat memberikan data
penelitian secara langsung.Data primer pada kajian ini data utama
yang

di

peroleh

langsung

dilapangan

atau

dari

sumbernya

langsung.Dalam hal ini datapenelitian diperoleh dengan cara
melakukan pengamatan dan wawancara yaitu informasi tentang qardh
modal usaha yang mengadakan fee setiap hasil usahanya. Adapun
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
melakukan wawancara di desa tumapel kecamatan jatirejo kabupaten
Mojokerto. Penulis mengemukakan alasan kenapa mengambilan desa
tersebut sebagai penelitian karena desa tersebut banyak yang
melakukan transaksi qardh modal usaha dan kiranya patut untuk
dijadikan penelitian skripsi
b. Sumber data sekunder
Data sekunder adalah jenis data yang dapat dijadikan sebagai
pendukung data pokok atau pula didefinisikan sebagai sumber yang
mampu atau dapat memberikan informasi atau data tambahan yang
dapat memperkuat data pokok. Penjelasan mengenai sumber data

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

primer berupa buku daftar puska yang berkaitan tentang objek
dianatara sumber sumber sekunder tersebut yaitu:
1) AM. Hasan Ali, Qardh Dalam Perspektif Hukum Islam.
2) Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Al-Qur’an.
3) Karim Helmi, Fiqh Mu’amalah.
4) Soedarno, Pengantar Ilmu Sosial Dasar
5) Shaykh Muhammad Ali As-Sayis, Pertumbuhan Dan

Perkembangan Hukum Fiqh
6) Zainudin Ali, Pengantar Ilmu Hukum di Indonesia,
7) Anwar Muhammad, Fiqh Islam, Cet ke-II,
5. Teknik pengumpulan data
a. Wawancara
Adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan itu dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewe) yang memberikan jawaban
atas pertanyaan itu.16Dan yang menjadikan objek wawancara adalah
masyarakat yang melakukan transaksi qardh modal di Desa Tumapel
Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto.

16

Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta Ghalia Indonesia, 1983),65.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

b. Dokumentasi
Adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mencari halhal yang berupa cacatan, transkip, surat kabar, majalah, dan
dokumen-dokumen lainya merupakan benda mati.17 Dalam hal ini
dokumentasi yang terkumpul adalah yang berkaitan dengan luas lahan
penambagan, letak daerah, luas wilayah, jumlah penduduk, keadaan
sosial agama, sarana dan prasarana pendidikan di Desa Tumapel
Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto
6. Teknik pengolahan data
Setalah data berhasil dihimpun dari lapangan atau penulisan. Maka
penulisan menggunakan teknik pengelohan data dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Pengolahan data secara editing, yaitupemeriksaan kembali dari data
yang diperoleh terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna,
keselarasan antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian.
b. Pengorganisasian data, yaitu dengan pengaturan dan penyusunan data
yang diperoleh, sehingga dapat menghasilakn bahan-bahan untuk
menentukan deskriptif.

17

Ibid.80

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

7. Teknik analisis data
Adalah kegiatan untuk memanfaatkan data yang telah terkumpul
sehingga diperoleh suatu kebenaran dari sebuah hipotesis.Penelitian ini
adalah penelitian kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang mengasilkan
data-data deskriptif dari pengamatan atau sumber-sumber tertulis.Maka data
yang diperoleh baik primer maupun skunder menggunakan metode deskriptif,
yaitu memaparkan serta menjelaskan secara mendalam terhadap semua aspek
yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Adapun pola pikir menggunakan logika induktif yaitu dengan melihat
fakta mengenai qardh yang terjadi di desa tersebut yang menimbulkan
adanya hutang pada transaksi qardh modal pada penambang pasir adalah
minimnya perekonomian masyarakat namun sangat banyak kebutuhan yang
harus mereka penuhi dan data hasil penelitian tersebut kemudian dianalisis
dengan hukum islam yang bersifat umum dan diakhiri dengan kesimpulan.

I. Sistematika Pembahasan
Sistematika dalam kajian ini adalah sebagia berikut:
Bab pertama tentang Pedahuluan skripsi, meliputi latar belakang masalah,
rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan dan kegunaan penelitian , metode
penelitian, sistematika pembahasan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Bab kedua Landasan teori yang merupakan hasil telah dari beberapa literatur
untuk membuka wawasan dan cara berpikir dalam memahami dan
menganalisis fenomena yang terjadi di Desa Tumapel Kecamatan Jatirejo
Kabupaten Mojokerto. Bab ini secara teori menjelaskan tentang tinjaun
tentang qardh syariah, tinjaun tentang biaya tambahan pada punya modal
tanpa mengurangi modal awal.
Bab ketiga Hasil penelitian, bab ini menyajikan gambaran objek penelitian,
meliputi: figur objek, penetapan dan perhitungan untuk menentukanpremi,
sumber, penetapan laba, pengelohan, biaya operasional, dan cara menentukan
jumlah modal.
BAB keempat Analisis Hukum Islam tentang penambahan modal atau
menambahkan fee tanpa mengurangi modal awal.
Bab kelima Penutup meliputi kesimpulan dan saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
AKAD PERJANJIAN DAN HUTANG PIUTANG
DALAM HUKUM ISLAM

A. Akad Perjanjian Dalam Hukum Islam
1. Pengertian akad
Pengertian akad menurut bahasa berasal dari kata al-‘aqd dan jamaknya
adalah al-‘uqud

yang berarti perjanjian atau kontrak.1 Dan bisa berarti

perikatan, atau kesepakatan.2 ikatan adalah menghimpun atau mengkumpulkan
dua ujung tali dan mengikat salah satunya pada yang lainnyahingga keduanya
bersambung dan menjadi seutas tali yang satu. Sehingga dapat dikatakan
bahwa akad secara etimologi akad adalah ikatan antara dua perkara, baik
ikatan secara nyata maupun ikatan secara maknawi, dari satu segi maupun dari
dua segi.3
Secara terminologi, ulama fiqh membagi akad dilihat dari dua segi yaitu
secara umum dan secara khusus. Akad secara umum adalah segala sesuatu
yang dikerjakan oleh seorang berdasarkan keinginan sendiri, seperti wakaf,
talak atau sesuatu yang pembentukannya membutuhkan keinginan dua orang,
seperti jual-beli, perwakilan dan gadai. Sedangkan perngertian akad secara
khusus adalah perikatan yang ditetapkan dengan ijab-qabul berdasarkan
1

Ahmad Warson Munawir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia al-munawir, (Yogyakarta : Pustaka
Progesif Pondok Pesantren al-munawir, 1984), 953
2
Sayyid Sabiq, al-Fiqhu al-Sunnah, Jus 3, (Beirut : Dar Ibnu Kathir, 2007), 127
3
Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqhu al-Isla>miyyu wa Adillatuhu, jus 4, (Beirut : Dar al-Fikr, 1998), 80

21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

ketentuan shara’ yang berdampak pada subjek dan objeknya terkait
perpindahan barang.4
Dengan demikian, persoalan akad adalah persoalan antara pihak yang
sedang menjalin ikatan. Untuk itu yang perlu diperhatikan dalam menjalankan
akad adalah terpenuhnya hak dan kewajiban masing-masing pihak tanpa ada
pihak terlanggar haknya. Maka penting untuk membuat batasan-batasan yang
menjamin tidak terjadinya pelanggaran hak antar pihak yang sedang
melaksanakan akad tersebut.
2. Dasar Hukum Akad
Adapun yang menjadi dasar hukum dari akad adalah firman Allah dalam
al-Qur’an surat al-Maidah ayat 1 sebagaimana berikut ini:
              
         
  
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan
bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu, (yang
demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang
mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut
yang dikehendaki-Nya. (QS. Al-Maidah: 1)5
Adapun yang dimaksud dengan “penuhilah akad-akad itu” adalah bahwa
setiap mu’min berkewajiban menunaikan apa yang telah dia janjikan dan
akadkan baik berupa perkataan maupun perbuatan, selagi tidak bersifat

4
5

RachmatَSyafe’i,َFiqhَMuamalah…44.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya…, 88.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

menghalalkan barang haram atau mengharamkan barang halal. Dasar hukum
lainnya adalah firman Allah dalam al Qur’an surat an-Nisa’ ayat 29
sebagaimana berikut ini:
            
            

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
(QS. An-Nisa: 29).6
Dari ayat di atas menegaskan diantaranya bahwa dalam transaksi
perdagangan diharuskan adanya kerelaan kedua belah pihak, atau yang
diistilahkan dengan ‘an tara>d}in minkum. Walau kerelaan adalah sesuatu yang
berbunyi di lubuk hati, tetapi indikator dan tanda-tandanya dapat terlihat dari

ija>b dan qa>bul, atau apa saja yang dikenal dalam adat kebiasaan sebagai serah
terima adalah bentuk-bentuk yang digunkan hukum untuk menunjukan
kerelaan. Oleh karena itu, transaksi dikatakan sah apabila didasarkan kepada
keridoan kedua belah pihak yang melakukan transaksi yang ditandai dengan
kesepakatan dalam ija>b dan qa>bul.
3. Rukun dan syarat akad
Rukun dalah unsur-unsur yang membentuk terjadinya akad. Tidak
adanya rukun menjadikan tidak adanya akad. Dalam melaksanakan suatu akad,
6

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya…, 65.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

terdapat rukun dan syarat yang harus dipenuhi. Rukun adalah suatu unsur yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu perbuatan atau lembaga yang
menentukan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dan ada atau tidaknya suatu
itu.7 Sedangkan syarat adalah suatu yang tergantung padanya keberadaan
hukum shar’i dan ia berada diluar hukum itu sendiri, yang ketidakadanya
menyebabkan hukum pun tidak ada.8
Mengenai rukun akad, terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ahli
fiqih. Madhab Hanafi berpendapat bahwa rukun akad hanya s{ighat al-‘aqd,
yaitu ija>b dan qa>bul. Sedangkan syarat akad adalah al-aqid (subjek akad) dan

ma’qud ‘alayh (objek akad), alasannya adalah al-aqidain dan ma’qud ‘alayh
bukan merupakan bagian dari tas{arruf al-aqd (perbuatan hukum akad),
sehingga kedua hal tersebut dikatakan berada diluar perbuatan akad.
Sedangkan menurut jumhur ulama, rukun akad adalah al-aqidain ma’qud

‘alayh, dan s{ighat al-‘aqd, selain ketiga rukun tersebut, Musthafa az-Zarqa
menambah maudu’ul ‘aqd (tujuan akad) dan menyebut keempatnya sebagai

muqawwimat al-‘aqd (unsur-unsur penegak akad). Mengenai hal ini, Teungku
Muhammad Hasbi as-Shiddiqiy menyebutkan keempat hal tersebut merupakan

7

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 5, (Jakarta: Ichtiyar Baru van Hoeve, 1996),
1510.
8
Ibid…,َ1691.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

komponen-komponen yang harus dipenuhi untuk terbentuknya suatu akad.9
Adapun penjelasan mengenai keempatnya adalah sebagaimana berikut ini:
a. Al-'Aqidayn (pihak-pihak yang berakad)

Al-Aqidayn adalah orang yang melakukan akad, yaitu pihak yang
mempunyai barang dan pihak yang menginginkan untuk memiliki barng
tersebut dengan memberikan suatu kompensasi senilai dengan barang
tersebuit kepada pihak yang mempunyai barang.10
Terkait dengan ini, ulama fiqh memberikan syarat atau kriteria yang
harus dipenuhi oleh pihak-pihak yang berakad, yakni ia harus memiliki

ahliyyah dan wil@ayah.11 Adapun pengertian dari keduanya adalah
sebagaimana berikut ini:
1) Ahliyyah (kecakapan)

Ahliyyah memiliki pengertian bahwa keduanya memiliki kecakapan dan
kepatutan untuk melakukan transaksi, seperti baligh dan berakal. Dalam
hal ini ahliyah (kecakapan) dibedakan memjadi kecakapan menerima
hukum yang disebut dengan ahliyyatul wujub

dan kecakapan untuk

bertindak hukum yang disebut ahliyyatul ada.12

9

Teungku Muhammad Hasbi as-Shiddiqy, Pengantar Fiqh Muamalah, (Semarang: Pustaka Rizki
Putra, 1999), 23.
10
Hendi suhendi, Fiqh Muamalah…,73
11
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 55
12
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, Studi tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalah,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2007), 109.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

a) Ahliyyatul wujub
Adalah kecakapan untuk memeiliki hak dan memikul kewajiban,
yakni kecakapan seseorang untuk mempunyai sejumlah hak
kebendaan, seperti hak waris, ha katas ganti rugi atas sejumlah
kerusakan harta milikinya. Ahliyyatul wujub ini bersumber dari
kehidupan dan kemanusian. Dengan demikian, setiap manusia
sepanjang masih bernyawa, ia secara hukum dipandang cakap
memiliki hak, sekalipun berbentuk janin yang masih dalam
kandungan ibunya. Hanya saja ketika masih berada dalam kandungan,
kecakapan tersebut belum sempurna, karena subyek hukum hanya
cakap untuk menerima kewajiban. Oleh karena itu, kecakapan ini
dinamakan kecakapan menerima hukum tidak sempurna (ahliyyatul

wujub an-naqisah). Setelah lahir, barulah kecakapannya meningkat
menjadi kecakapan manusia hukum sempurna, yakni cakap untuk
menerima hak dan kewajiban sampai ia meninggal dunia. Hanya saja
kecakapan ini ketika berada pada masa kanak-kanak bersifat terbatas,
kemudian meningkat pada perode tamyiz dan meningkat lagi pada
periode dewasa.13

13

Ibid…,111.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

b) Ahliyyatul ada
Adalah kecakapan bertindak hukum, yakni keadaan seseorang yang
dipandang cakap untuk melakukan tasarruf(tindakan hukum) dan
dikenai pertanggungjawaban atas kewajiban yang muncul dari
tindakan tersebut. Artinya kecakapan ini adalah kemampuan
seseorang untuk melahirkan akibat hukum melalui pernyataan
kehendaknya dan bertanggungjawab atas perbuatannya. Sumber atau
sandaran dari kecakapan ini adalah, adanya sifat mumayyiz dan
adanya akal yang sehat yang ada padanya dan dengan hal tersebut dia
dapat membedakan antara dua hal yang berbeda, seperti antara baik
dan buruk, salah dan benar dan sebagainya. Sehingga kemudian yang
timbul disini adalah seorang yang mempunyai kecakapan bertindak
secara sempurna (ahliyyatul ada kamilah), yakni orang yang telah
mencapai uisa baligh dan berakal sehat.14
2) Al-Wilayah (kekuasaan)

Al-wilayah atau kekuasaan menurut bahasa adalah penguasaan
terhadap suatu urusan dan kemampuan menengakkannya. Sedangakan
menurut istilah adalah kekuasaan seseorang berdasarkan syara’ yang
menjadikannya untuk melakukan akad dan tas{arruf. Perbedaan antara
ahli akad dan wilayah, antara lain ahli akad adalah kepantasan seseorang

14

Wahbah al-Zulhayli, al-Fiqh al-Islamiyyu wa Adillatuhu…,121-122.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

untuk

berhubungan

dengan

akal,

sedangkan

al-wilayah adalah

kepantasan seseorang untuk melaksanakan akad.15
b. Maqud alayh (objek akad)
Dalam hal ini maqud alayh adalah benda-benda yang dijadikan akad
yang bentuknya membekas dan tamapak. Barang tersebut bisa berbentuk
harta benda seperti barang dagangan, ataupun manfaat dari barang tersebut
seperti halnya dalam akad sewa-menyewa.16
Dalam Islam, tidak semua barang dapat dijadikan objek akad,
misalnya minuman keras. Oleh karena itu, fuqaha menetapakan beberapa
syarat terkait objek akad sebagaiaman berikut ini:
1) Harus ada ketika akad
Berdasarkan syarat ini, barang yang tidak ada ketika akad tidak sah
dijadikan objek akad seperti jual beli yang sesuatu yang masih ada dalam
tanah atau menjual anak kambing yang masih berada dalam kandungan
induknya.17
Transaksi salam tidak mensyaratkan barang berada pada pihak
penjual akan tetapi hanya diharuskan ada pada waktu yang ditentukan.
Dalam salam jika kedua belah pihak tidak menyebutkan tempat serah
terima jual beli pada saat akad, maka jual beli dengan cara salam

15

Rachmat Syafei,Fiqh Muamalah…,57
Dimyauddin Djuwaini, pengantar Fiqh Muamalah…,َ56
17
RachmatَSyafe’I,َFiqh Muamalah…,َ58
16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

tetaplah sah, hanya saja tempat ditentukan kemudian, karena penyebutan
tempat tidak di jelaskan di dalam hadits. Apabila tempat merupakan
syarat tentu maka Rasullah SAW akan menyebutkannya, sebagaimana ia
menyebutkan takaran, timbangan dan waktu.18
2) Harus sesuai dengan kententuan shara’
Ulama fiqh sepakat bahwa barang yang dijadikan akad harus sesuai
dengan kententuan shara’. Oleh karena itu di[pandang tidak sah akad
atas barang yang diharamkan, seperti darah, minuman keras, dan
sebagainya. Termasuk juga maqud alayh harus suci tidak najis dan tidak
mutanajis. Dengan kata lain yang dijadikan akad adalah segala sesuatu
yang suci, yang dapat dimanfaatkan menurut shara’.19
3) Harus diketahui oleh kedua belah pihak
Adanya kejelasan tentang obyek akad. Dalam arti, barang tersebut
diketahui secara detail oleh kedua belah pihak, hal ini dimaksudkan
untuk menghindari terjadinya perselisihan dikemudian hari. Artinya
bahwa obyek akad tersebut tidak mengandung unsur gharar. 20

Ibid…,َ170
Ibid…,60-61
20
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah…,َ58

18

19

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac