SCREENING DAFTAR EFEK SYARIAH (DES) DI PT. BETONJAYA MANUNGGAL TBK YANG TERDAFTAR DI DES.

(1)

SCREENING DAFTAR EFEK SYARIAH (DES) DI PT.

BETONJAYA MANUNGGAL TBK YANG TERDAFTAR DI

DES

SKRIPSI

OLEH

MOCH. AYNUL YAQIN

NIM. C04211031

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA


(2)

SCREENING DAFTAR EFEK SYARIAH (DES) DI PT.

BETONJAYA MANUNGGAL TBK YANG TERDAFTAR DI

DES

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Ilmu Ekonomi Syariah

Oleh:

Moch. Aynul Yaqin NIM: C04211031

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Program Studi Ekonomi Syariah

Surabaya


(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan yang dilaksanakan di Galeri Investasi BEI STIESIA dan di Seminar Ekonomi Syariah bersama OJK

dengan judul “Screening Daftar Efek Syariah (DES) di PT. Betonjaya

Manunggal Tbk yang Terdaftar di DES”. Penelitian ini bertujuan untuk

menjawab pertanyaan: 1) Bagaimana implementasi screening DES di PT.

Betonjaya Manunggal Tbk (BTON)? 2) Bagaimana strategi keuangan BTON dalam mengendalikan ambang toleransi dari DSN-MUI pada rasio keuangan screening DES?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis melakukan penelitian kualitatif dan mengumpulkan data dengan teknik wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan staf OJK, staf BEI Surabaya, dan Ketua Galeri Investasi BEI STIESIA. Setelah data terkumpul, data tersebut dianalisis dengan metode deskriptif dengan pola piker induktif.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa BTON melakukan screening

DES melalui 2 tahap. Tahap yang pertama dengan melihat kegiatan usahanya. BTON melakukan kegiatan usaha memproduksi besi dan baja (bukan memproduksi dzat yang diharamkan dan bukan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan konvensional). Tahap yang kedua dengan menganalisa dan menghitung rasio keuangan. Hasil penghitungan pada laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember 2013 diperoleh utang berbasis bunga dibandingkan dengan total aset sebesar 0,06% dan pendapatan berbasis bunga dibandingkan total pendapatan sebesar 8%. Artinya BTON terdaftar di DES yang berlaku pada 1 Juni 2014. Sedangkan hasil penghitungan pada laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember 2014 diperoleh utang berbasis bunga dibandingkan dengan total aset sebesar 0,09% dan pendapatan berbasis bunga dibandingkan total pendapatan sebesar 30%. Artinya BTON tidak terdaftar di DES yang berlaku pada 1 Juni 2015 karena rasio keuangan BTON tidak memenuhi kriteria penerbitan DES. Strategi keuangan yang diterapkan BTON dalam

mengendalikan ambang batas toleransi dari DSN-MUI pada rasio screening

DES ialah yang pertama dengan menekan jumlah utang berbasis bunga seminimal mungkin dan meningkatkan jumlah aset baik aset lancar maupun tidak lancar. Yang kedua meningkatkan kapasitas produksi besi dan baja agar hasil dari penjualan produk meningkat dan berusaha untuk mengurangi pendapatan berbasis bunga.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan kepada BTON untuk pendanaan dari internal perusahaan yang bersumber dari laba penjualan besi dan baja lebih ditingkatkan dan jika ingin menyimpan dana agar terhindar dari pendapatan non halal sebaiknya dialihkan ke perbankan syariah. Sedangkan pendanaan eksternal perusahaan (utang) sebaiknya melakukan pinjaman ke perbankan syariah yang terhindar dari bunga.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM. ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TRANSLITERASI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Kajian Pustaka ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 13

G. Definisi Operasional... 14

H. Metode Penelitian... 15

I. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II PASAR MODAL SYARIAH A. Pasar Modal Syariah ... 20

1. Pengertian Pasar Modal Syariah ... 20

2. Sekilas Pasar Modal Syariah ... 20


(8)

4. Fungsi Pasar Modal ... 24

5. Dasar Hukum ... 26

6. Produk di Pasar Modal Syariah ... 27

7. Indeks Syariah di Indonesia ... 31

8. Daftar Efek Syariah (DES)... 33

B. Proses Screening DES... 34

BAB III IMPLEMENTASI SCREENING DES DI PT. BETONJAYA MANUNGGAL TBK A. Gambaran Umum PT. Betonjaya Manunggal Tbk ... 39

1. Sejarah Pendirian PT. Betonjaya Manunggal Tbk ... 39

2. Visi dan Misi BTON ... 40

3. Struktur Organisasi BTON ... 41

B. Implementasi screening DES di BTON ... 43

C. Strategi Keuangan BTON dalam Mengendalikan Ambang Batas Toleransi dari DSN-MUI pada Rasio Keuangan screening DES ... 49

BAB IV SCREENING DES DI PT. BETONJAYA MANUNGGAL TBK A. Analisis Implementasi Screening DES di PT. Betonjaya Manunggal Tbk ... 53

B. Analisis Strategi Keuangan BTON dalam Mengendalikan Ambang Batas Toleransi dari DSN-MUI pada Rasio Keuangan screening DES ... 57

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Islam, investasi merupakan kegiatan muamalah yang sangat dianjurkan, karena dengan berinvestasi, harta yang dimiliki menjadi produktif dan juga mendatangkan manfaat bagi orang lain. Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 261:



















































Artinya:“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas

(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.1

Untuk mengimplementasikan seruan investasi tersebut, maka harus diciptakan suatu sarana untuk berinvestasi. Banyak pilihan orang untuk menanamkan modalnya dalam bentuk investasi. Salah satu bentuk investasi


(11)

2

adalah menanamkan hartanya di pasar modal. Pasar modal pada dasarnya merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau surat-surat berharga jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri.

Pasar modal merupakan salah satu pilar penting dalam perekonomian dunia saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi keuangannya. Secara faktual, pasar modal telah menjadi financial nerve-centre (saraf keuangan dunia) ekonomi dunia modern. Bahkan, perekonomian modern tidak akan mungkin eksis tanpa adanya pasar modal yang terorganisir dengan baik. Setiap hari terjadi transaksi triliunan rupiah melalui institusi ini.2

Pasar modal memiliki dua peran penting, yaitu sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan yang membutuhkan dana untuk pengembangan usahanya dan sebagai sarana investasi bagi para pemodal yang memiliki kelebihan dana. Sumber pendanaan suatu perusahaan dapat diperoleh dari internal dan eksternal. Dari internal bersumber pada laba yang diperoleh perusahaan dari kegiatan usahanya. Selain itu, dapat pula diperoleh dari pinjaman pemegang saham (pemilik perusahaan). Pinjaman ini dapat berbasis konvensional (bunga) atau berbasis syariah yang meninggalkan unsur bunga (riba). Untuk memperoleh pendanaan dari eksternal, perusahaan dapat


(12)

3

memperoleh dana dari utang (debt), baik jangka panjang maupun jangka pendek, serta dari setoran modal (equity).

Utang jangka pendek dapat diperoleh dari pasar uang, yaitu sektor perbankan, baik yang konvensional, maupun yang berbasis syariah. Sumber pendanaan dari utang jangka panjang dan ekuitas dapat diperoleh dari pasar modal melalui penawaran umum.

Di pasar modal, perusahaan dapat melakukan penawaran umum obligasi (utang jangka panjang) atau penawaran umum saham (ekuitas). Penerbitan obligasi dapat dilakukan dengan berlandaskan pada basis konvensional, yaitu menerbitkan obligasi yang menggunakan sistem bunga (riba) atau dengan berbasis syariah, yaitu menerbitkan obligasi syariah atau yang dikenal dengan istilah sukuk. Karakteristik dari efek obligasi, baik yang berbasis konvensional, maupun syariah adalah adanya jatuh tempo sehingga pada saat jatuh tempo, penerbitnya (emiten) harus mengembalikan dana kepada pemegang efek tersebut.3

Selain sebagai sarana sumber pendanaan bagi perusahaan, pasar modal memiliki peran sebagai sarana investasi bagi masyarakat yang memiliki kelebihan dana. Masyarakat atau investor dapat menginvestasikan dananya pada produk pasar modal berupa saham, obligasi, efek beragun aset, reksa dana, dan efek lainnya. Pilihan produk investasi tersebut dapat berbasis konvensional maupun berbasis syariah.

3 Otoritas Jasa Keuangan, Pasar Modal Syariah Konsep Umum, (Jakarta: OJK Direktorat Pasar


(13)

4

Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia merupakan pasar yang sangat besar untuk pengembangan industri keuangan syariah. Investasi syariah di pasar modal yang merupakan bagian dari industri keuangan syariah mempunyai peranan yang cukup penting untuk dapat meningkatkan pangsa pasar industri keuangan syariah di Indonesia. Meskipun perkembangannya relatif baru dibandingkan dengan perbankan syariah maupun asuransi syariah, tetapi seiring dengan pertumbuhan yang signifikan di industri pasar modal, maka diharapkan investasi syariah di pasar modal akan mengalami pertumbuhan yang pesat.4

Pertumbuhan pesat perbankan dan asuransi syariah telah mendorong

kebutuhan pasar akan perlunya produk-produk yang mampu mengatasi

masalah likuiditas industri keuangan syariah. Kehadiran pasar modal berbasis

integrasi produk syariah di Indonesia diharapkan dapat membantu bank dan

asuransi syariah mengoptimalkan penggunaan sumber dana yang tersedia

sesuai dengan prinsip syariah sembari menjaga keseimbangan antara likuiditas

dan tingkat keuntungan. Selain itu, kehadiran produk syariah di pasar modal

Indonesia juga membuka peluang berinvestasi bagi masyarakat yang meyakini

bahwa produk investasi konvensional mengandung elemen-elemen yang

diharamkan syariah.

Kehadiran produk syariah di pasar modal Indonesia ditandai dengan

peluncuran produk danareksa syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa

Invesment Management. Namun, produk syariah di pasar modal Indonesia


(14)

5

dinyatakan hadir secara resmi pada 14 Maret 2003, dengan penandatanganan

nota kesepahaman antara Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan (Bapepam dan LK) dengan Dewan Syariah Majelis Ulama

Indonesia (DSN-MUI). Penandatanganan nota kesepahaman antara Bapepam

dan LK (saat ini menjadi Otoritas Jasa Keuangan) dan DSN-MUI menjadi

pijakan dukungan yang kuat terhadap pengembangan pasar modal berbasis

syariah di Indonesia yang menyepakati adanya pola hubungan koordinasi,

konsultasi, dan kerja sama untuk pengaturan yang efektif dan efisien dalam

rangka akselerasi pertumbuhan produk keuangan syariah.

Pengembangan pasar modal syariah berbasis produk di Indonesia

mencapai tonggak penting sejak penerbitan Daftar Efek Syariah (DES)

tertanggal 30 November 2007. DES merupakan kumpulan efek (surat

berharga) yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar

modal. DES diterbitkan oleh Bapepem dan LK sesuai dengan peraturan yang

berlaku dan ditinjau ulang setiap enam bulan pada bulan Mei dan November.

Efek yang dimuat dalam DES terdiri dari Surat Berharga Syariah Negara

(SBSN), sukuk atau obligasi syariah, dan saham syariah.5

Penerbitan DES ini bertujuan untuk memberikan panduan investasi

bagi reksa dana syariah, asuransi syariah, dan investor syariah lainnya serta

digunakan sebagai acuan pihak penerbit indeks saham syariah, seperti Jakarta

Islamic Index (JII) dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).

5 Ibid., 187.


(15)

6

Pada periode penerbitan DES pertama kali, DES memuat sukuk

korporasi dan saham yang memenuhi kriteria efek syariah. Dalam

perkembangannya, DES hanya memuat saham yang memenuhi efek syariah

dan tidak memuat sukuk korporasi mengingat karakteristik sukuk sudah

memenuhi prinsip syariah.

Perkembangan jumlah saham yang dimuat dalam DES menunjukkan

tren yang meningkat. Jumlah saham yang dimuat dalam DES pada periode

awal penerbitan DES tahun 2007 berjumlah 174 emiten, sedangkan pada tahun

2013 berjumlah 331 emiten.6

Tidak semua emiten yang telah melakukan go public terdaftar di DES,

hanya emiten yang telah melakukan screening DES dan dinyatakan lolos dari

OJK bisa terdaftar di DES. Untuk bisa terdaftar di DES emiten harus

melakukan screening DES sebagai berikut :

1) Emiten tidak melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah seperti:

a. Perjudian dan permainan yang tergolong judi.

b. Perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa.

c. Perdagangan dengan penawaran atau permintaan palsu.

d. Bank berbasis bunga.

e. Perusahaan pembiayaan berbasis bunga.

f. Jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharār) dan judi (maysīr), antara lain asuransi konvensional.

6 Otoritas Jasa Keuangan, Pasar Modal Syariah Saham Syariah, (Jakarta: OJK Direktorat Pasar


(16)

7

g. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan menyediakan

barang atau jasa yang haram dzatnya, barang atau jasa yang haram bukan karena dzatnya yang ditetapkan oleh DSN-MUI, dan barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat muḍarāt.

h. Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (rishwah).

2) Jika kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, maka proses screening dilanjutkan pada kriteria rasio keuangan, yaitu: a. Total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total asset tidak

lebih dari 45%.

b. Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya

dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10%.

3) Emiten atau perusahaan publik yang memenuhi kriteria tersebut di atas, tercantum dalam DES yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).7

PT. Betonjaya Manunggal Tbk atau dengan kode saham BTON

didirikan 27 Februari 1995 dan mulai melakukan kegiatan komersialnya pada

bulan Mei 1996. Kantor pusat dan pabrik beralamat di Jl. Raya Krikilan No.

434, Km 28 Driyorejo – Gresik, Jawa Timur.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan

BTON terutama meliputi bidang industri besi dan baja. Saat ini BTON

7 Ibid., 3.


(17)

8

bergerak dalam bidang industri besi beton yang dipasarkan di dalam negeri

dengan fokus pada target pasar distributor, toko besi dan end user.

Pada tanggal 29 Juni 2001, BTON memperoleh pernyataan efektif dari

BAPEPAM DAN LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham

BTON kepada masyarakat sebanyak 65.000.000 dengan nilai nominal

Rp100,00 per saham dengan harga penawaran Rp120,00 per saham.

Saham-saham tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 18 Juli 2001.

BTON telah terdaftar di DES sejak tahun 2007. Tahun tersebut ialah

tahun dimana DES untuk pertama kalinya diterbitkan. Dari tahun 2007

sampai dengan tahun 2014 BTON selalu terdaftar di DES.8

Untuk mengembangkan usahanya tersebut, BTON membutuhkan dana

yang dapat diperoleh dari internal dan eksternal. Dari internal bersumber pada

laba atau pendapatan yang diperoleh perusahaan dari kegiatan usahanya baik

dari pendapatan berbasis bunga dan pendapatan yang tidak berbasis bunga.

Sedangkan eksternal bersumber dari pinjaman (utang) jangka pendek dan

jangka panjang baik yang diperoleh dari perbankan (berbasis bunga) dan non

perbankan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, mendorong

peneliti untuk mengambil judul “Screening Daftar Efek Syariah (DES) di

PT. Betonjaya Manunggal Tbk yang Terdaftar di DES”.

8 Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, http://www.ojk.go.id , “diakses pada 14 November 2014”.


(18)

9

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah

yang muncul adalah:

a. Adanya kriteria emiten aktif dan emiten pasif dalam proses screening

DES.

b. Mekanisme screening DES bagi emiten yang ingin terdaftar di DES.

c. Model pendanaan BTON untuk mengembangkan usahanya.

d. Implementasi screening DES di BTON.

e. Strategi keuangan BTON dalam mengendalikan ambang batas

toleransi dari DSN-MUI pada rasio keuangan screening DES.

2. Batasan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini

akan dilakukan pembatasan masalah agar penelitian ini lebih terarah dan

terfokus. Penelitian ini terfokus hanya pada implementasi screening DES

dan strategi keuangan BTON dalam mengendalikan ambang batas

toleransi dari DSN-MUI pada rasio keuangan screening DES.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, identifikasi dan batasan

masalah, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana implementasi screening DES di PT. Betonjaya Manunggal


(19)

10

2. Bagaimana strategi keuangan PT. Betonjaya Manunggal Tbk dalam

mengendalikan ambang batas toleransi dari DSN-MUI pada rasio keuangan screening DES?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkasan tentang kajian atau penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang diteliti, sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.

Penelitian ini berjudul “Screening DES di PT. Betonjaya Manunggal

Tbk yang Terdaftar di DES”. Penelitian ini tentu tidak lepas dari berbagai

penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pandangan dan juga referensi serta acuan dalam penyusunan skripsi ini. Adapun penelitian terdahulu sebagai berikut:

Penelitian pertama yang dilakukan oleh Nani Sustiyandari yang

berjudul “Analisis Rasio Keuangan Terhadap Laporan Keuangan pada PT.

Indofood Tbk yang Terdaftar di DES” bertujuan melihat kinerja keuangan

pada PT. Indofood Tbk yang terdaftar di DES. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT. Indofood Tbk dari tahun 2010 sampai tahun 2012 ialah cukup baik karena kinerja keuangannya masih di

atas rata-rata industri yang terdaftar di DES.9

9 Nani Sustiyandari, Analisis Rasio Keuangan Terhadap Laporan Keuangan pada PT. Indofood

Tbk yang Terdaftar di Daftar Efek Syariah (DES)”(“Skripsi”--UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2013)


(20)

11

Penelitian Nani Sustiyandari memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu obyeknya menggunakan emiten yang terdaftar DES dan data yang digunakan untuk penelitian ialah laporan keuangan emiten yang terdaftar di DES. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian saya adalah penelitian tersebut membahas tentang kinerja keuangan emiten yang terdaftar di DES,

sedangkan penelitian saya membahas tentang implementasi screening DES

dan strategi keuangan BTON dalam mengendalikan ambang batas toleransi dari DSN-MUI pada rasio keuangan screening DES.

Penelitian kedua yang dilakukan oleh Septi Widiawati yang berjudul

“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Islamic Social Reporting

Perusahaan-Perusahaan yang Terdapat pada DES” bertujuan untuk

mengetahui ukuran perusahaan, profitabilitas, dan tipe industri berpengaruh

positif terhadap Islamic Social Reporting pada perusahaan yang terdapat di

DES. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara

ukuran perusahaan, profitabilitas, dan tipe industri terhadap Islamic Social

Reporting pada perusahaan yang terdapat di DES.10

Penelitian Septi Widiawati memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu obyek penelitiannya menggunakan emiten yang terdaftar di DES. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian saya adalah penelitian tersebut membahas tentang ada tidaknya pengaruh positif antara ukuran

perusahaan, profitabilitas, dan tipe industri terhadap Islamic Social Reporting

pada perusahaan yang terdapat di DES, sedangkan penelitian saya membahas

10 Septi Widiawati, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Islamic Social Reporting

Perusahaan-Perusahaan yang Terdapat pada Daftar Efek Syariah (DES)” (“Skripsi” --Universitas Diponegoro, Semarang, 2012).


(21)

12

tentang implementasi screening DES dan strategi keuangan BTON dalam

mengendalikan ambang batas toleransi dari DSN-MUI pada rasio keuangan screening DES.

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Akhmad Firdaus yang berjudul

“Pengaruh Rasio Likuiditas, Aktivitas, Profitabilitas terhadap Harga Saham

Syariah pada Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di DES” bertujuan

menganalisis Current Ratio (CR), Inventory Turnover (ITO), Account

Receivables Turnover (ARTO), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) baik secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap harga saham syariah pada industri barang konsumsi yang terdaftar di DES. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan antara CR, ITO, ARTO, ROE, EPS terhadap harga saham

syariah pada industri barang konsumsi yang terdaftar di DES.11

Penelitian Akhmad Firdaus memiliki kesamaan dengan penelitian ini

yaitu obyeknya menggunakan emiten yang terdaftar DES dan data yang

digunakan untuk penelitian ialah laporan keuangan emiten yang terdaftar di

DES. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian saya adalah penelitian

tersebut membahas pengaruh rasio likuiditas, aktivitas, profitabilitas terhadap

harga saham syariah baik secara parsial maupun simultan pada industri

barang konsumsi yang terdaftar di DES, sedangkan penelitian saya membahas

tentang implementasi screening DES dan strategi keuangan BTON dalam

11 Akhmad Firdaus, “Pengaruh Rasio Likuiditas, Aktivitas, Profitabilitas terhadap Harga Saham

Syariah pada Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Daftar Efek Syariah (DES”)


(22)

13

mengendalikan ambang batas toleransi dari DSN-MUI pada rasio keuangan screening DES.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan implementasi screening DES di BTON.

2. Mendeskripsikan strategi keuangan BTON dalam mengendalikan

ambang batas toleransi dari DSN-MUI pada rasio keuangan screening DES.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

berguna dalam dua aspek:

1. Aspek Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan di

bidang Ekonomi Islam umumnya, khususnya di bidang pasar modal

syariah tentang sreecing DES.

2. Aspek Terapan (Praktis)

a. Bagi investor, dapat memberikan pandangan, informasi, serta

penjelasan kepada seluruh investor khususnya pada investor muslim

agar mengetahui proses sreening DES khususnya pada PT. Betonjaya

Manunggal Tbk.


(23)

14

manajemen PT. Betonjaya Manunggal Tbk dalam mengambil

kebijakan atau strategi keuangan agar emiten tersebut tetap terdaftar di

DES dengan mengendalikan rasio keuangannya terutama yang

berkaitan dengan screening DES.

c. Bagi penelitian selanjutnya, dapat dijadikan bahan acuan untuk

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan sreening DES.

G. Definisi Operasional

Penelitian ini berjudul “Screening Daftar Efek Syariah (DES) di PT.

Betonjaya Manunggal Tbk yang Terdaftar di DES”. Agar mempermudah

dalam memahami tulisan skripsi ini maka penulis akan memuat penjelasan

tentang pengertian yang bersifat operasional dari konsep/variabel penelitian

sehingga bisa dijadikan acuan dalam menelusuri, menguji, atau mengukur

variabel tersebut melalui penelitian, yakni :

1. Screening

Screening adalah proses penyaringan untuk mengidentifikasi sesuatu yang

tidak diketahui/tidak terdeteksi dengan menggunakan berbagai test/uji

yang dapat diterapkan secara tepat dalam sebuah skala yang benar.

2. DES

DES adalah kumpulan efek yang tidak bertentangan dengan


(24)

15

H. Metode Penelitian

1. Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan ini adalah data proses BTON terdaftar di DES dan

laporan keuangannya.

2. Sumber Data

Adapun sumber data yang dipakai pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Sumber data primer yaitu data yang tertuang dalam item-item pertanyaan

yang terangkum dan dihasilkan dalam bentuk wawancara dengan staff

OJK, staff BEI Kantor Perwakilan Surabaya, dan Pojok Bursa STIESIA

selaku mitra dari BTON.

b. Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung dan pelengkap data

penelitian. Sumber data sekunder diambil dari berbagai literatur yang

ada seperti buku-buku, dokumen-dokumen, internet dan kepustakaan lain

yang berkaitan dengan pembahasan dalam skripsi ini.12

3. Teknik Pengumpulan Data

Cara yang ditempuh untuk kepentingan pengumpulan data dalam penelitian

ini, yaitu:

Penelitian lapangan

Dalam penelitian lapangan ini, penulis bermaksud untuk mendapatkan

data primer dengan menggunakan 2 cara:


(25)

16

1) Wawancara, digunakan sebagai tehnik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Cara ini

adalah untuk memperoleh dan menggali data dengan mengadakan

tanya jawab langsung kepada staff OJK, staff BEI Kantor Perwakilan

Surabaya, dan Ketua Galeri BEI STIESIA selaku mitra dari BTON.

2) Dokumentasi, merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan

misalnya laporan keuangan, catatan harian, sejarah kehidupan (life

histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang

berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain.

Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat

berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam

penelitian kualitatif.13 Cara ini untuk memperoleh data laporan

keuangan BTON.

4. Teknik Pengolahan Data.

Setelah data berhasil diambil dari seluruh sumber yang ada, maka penulis

menggunakan teknik pengolahan data sebagai berikut:

13 Ibid., 240.


(26)

17

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh

terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan antara

data yang ada dan relevansi dengan penelitian. Dalam hal ini, penulis

akan mengambil data yang akan dianalisis dengan rumusan masalah

saja.

b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam

penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah

direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis. Penulis

melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan

menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan penulis

dalam menganalisa data.14

c. Penemuan hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh

dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran

fakta yang ditemukan yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari

rumusan masalah.

5. Teknik Analisis Data.

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

14 Ibid., 243.


(27)

18

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis

catatan hasil wawancara dan dokumentasi lainnya untuk meningkatkan

pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai

temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman

tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan cara mencari makna. Untuk

menganalisa data yang telah diperoleh dan hasil penelitian, penulis

menggunakan metode deskriptif analitis.

Deskriptif analitis yaitu sebuah metode dimana prosedur pemecahan

penelitian yang diselidiki dengan menggambarkan dan melukiskan subyek

atau obyek pada seseorang atau lembaga pada saat sekarang dengan

berdasarkan fakta yang tampak sebagaimana adanya. Kemudian dianalisa

dengan data yang ada.15

I. Sistematika Pembahasan

Untuk menghasilkan suatu tulisan yang teratur dan terarah, peneliti

menguraikan penelitian ini dalam lima bab sebagai berikut:

Bab pertama berupa pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah,

identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan

penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian,

teknik pengolahan data dan sistematika pembahasan.

Bab dua berfungsi sebagai dasar kajian untuk menjawab permasalahan

yang ada pada penelitian ini. Dalam bab ini, dibahas teori-teori yang menjadi

15 Ibid., 244.


(28)

19

dasar pedoman tema penelitian yang diangkat teori tentang pasar modal

syariah berkaitan dengan peraturan dalam melakukan penerbitan efek syariah.

Dalam bab tiga, dimuat deskripsi data yang berkenaan dengan variabel

yang diteliti secara objektif, meliputi gambaran mengenai BTON secara

umum, sejarah berdirinya, visi dan misi, struktrur organisasi, implementasi

screening DES di BTON, serta strategi keuangan BTON dalam

mengendalikan ambang batas toleransi dari DSN-MUI pada rasio keuangan

screening DES. Setelah mengetahui gambaran umum objek penelitian,

tersebut dapat membantu dalam proses penelitian khususnya proses analisis

data dapat terbantu.

Kemudian, bab empat berisi analisis hasil penelitian yang dilakukan

oleh peneliti yang mengacu pada rumusan masalah. Pertama, mengenai

implementasi screening DES di BTON. Kedua, strategi keuangan BTON

dalam mengendalikan ambang batas toleransi dari DSN-MUI pada rasio

keuangan screening DES.

Bab lima merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan hasil

penelitian dan saran-saran yang dapat bermanfaat bagi banyak pihak,

Khususnya mengetahui implementasi screening DES dan strategi keuangan


(29)

20

BAB II

PASAR MODAL SYARIAH DAN PROSES SCREENING DES

A. Pasar Modal Syariah

1. Pengertian Pasar Modal Syariah

Definisi pasar modal sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.1

Berdasarkan definisi tersebut, terminologi pasar modal syariah dapat diartikan sebagai kegiatan dalam pasar modal sebagaimana yang diatur dalam UUPM yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu, pasar modal syariah bukanlah suatu sistem yang terpisah dari sistem pasar modal secara keseluruhan.

Secara umum kegiatan pasar modal syariah tidak memiliki perbedaan dengan pasar modal konvensional, namun terdapat beberapa karakteristik khusus pasar modal syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.2

2. Sekilas Pasar Modal Syariah

Sejarah pasar modal syariah di Indonesia dimulai dengan

diterbitkannya reksa dana syariah tahun 1997. Selanjutnya, BEI meluncurkan

JII pada tahun 2000 dengan tujuan untuk memandu investor yang

menginginkan investasi dananya secara syariah.

1 Mohamad Samsul, Pasar Modal & Manajemen Portofolio, (Jakarta: Erlangga, 2006), 43. 2 Otoritas Jasa Keuangan, Pasar Modal Syariah Konsep…, 7.


(30)

21

Pada tahun 2001, untuk pertama kali DSN-MUI mengeluarkan fatwa

yang berkaitan langsung dengan pasar modal, yaitu Fatwa Nomor

20/DSN-MUI/IV/2001 tentang pedoman pelaksanaan investasi untuk reksa dana

syariah.

Selanjutnya pada tahun 2002, instrument investasi syariah di pasar

modal terus bertambah dengan kehadiran sukuk (obligasi syariah). Instrument

ini merupakan sukuk pertama dengan akad mudharabah.

Tahun 2003 merupakan tonggak sejarah dalam perkembangan pasar

modal syariah di Indonesia karena DSN-MUI mengeluarkan fatwa yang

melandasi produk-produk syariah di pasar modal, yaitu Fatwa Nomor

40/DSN-MUI/X/2003 tentang pasar modal dan pedoman umum penerapan

prinsip syariah di bidang pasar modal.

Sejarah pasar modal syariah juga dapat ditelusuri dari perkembangan

institusional dalam pengaturan pasar modal syariah yang dimulai dari

kerjasama antara Bapepam dan DSN-MUI. Kerjasama tersebut menunjukkan

adanya kesepahaman antara Bapepam dan DSN-MUI untuk mengembangkan

pasar modal berbasis syariah di Indonesia.3

Dari sisi kelembagaan, pengembangan pasar modal syariah sebelum

terbentuknya OJK dilaksanakan oleh Bapepam dan LK yang salah satu tugas

dan fungsinya mengembangkan pasar modal syariah. Pada struktur OJK,

fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan pasar modal,

khususnya pasar modal syariah berada pada direktorat pasar modal syariah.

Direktorat pasar modal syariah memiliki fungsi melakukan pengkajian

dan pengembangan akad serta lembaga dan profesi penunjang, penyusun DES,

3 Ibid., 2


(31)

22

serta pelayanan informasi dan penyuluhan di bidang pasar modal syariah

dalam rangka penyelenggaraan system pengaturan dan pengawasan sektor

pasar modal yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa

keuangan.4

Tabel 2.1

Tabel Perkembangan Pasar Modal Syariah

Tahun Perkembangan

1997 Efek syariah pertama yaitu reksa dana syariah 2000 Indeks syariah yaitu Jakarta Islamic Index (JII)

2001 Fatwa DSN-MUI No.20/DSN-MUI/IV/2001 terkait reksa dana syariah

2002 Sukuk Korporasi

2006 Regulasi pasar modal syariah (IX.A.13; IX.A.14; II.K.1) 2007 Daftar Efek Syariah (DES)

2008 Undang-Undang SBSN No.19 tahun 2008 tentang Sukuk Negara 2011 Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan online trading syariah 2013 ETF syariah

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan

4 Ibid., 3.


(32)

23

3. Konsep Dasar Pasar Modal Syariah

Gambar 2.1. Skema Konsep Dasar Islam

Untuk memahami konsep dasar pasar modal syariah, perlu kiranya memahami kaidah penetapan hukum Islam terlebih dahulu. Hukum Islam atau yang dikenal dengan syariah bersumber dari Alquran dan Hadits. Untuk memudahkan dalam pemahaman dan pelaksanaannya, para ulama melakukan perumusan hukum Islam yang hasilnya disebut dengan fiqih.5

Fiqih terbagi menjadi dua, fiqih ibadah dan fiqih muamalah. Fiqih ibadah merupakan hubungan manusia dengan Allah sebagai penciptanya. Kaidah yang digunakan dalam pelaksanaan ibadah adalah semua tidak boleh dilakukan kecuali ada perintah atau ketentuannya. Dengan demikian, dalam

5 Ibid., 4.


(33)

24

menjalankan ibadah, manusia hanya boleh melakukan apa yang telah ditetapkan di dalam Alquran dan Hadits.

Sedangkan kaidah fiqih muamalah meliputi seluruh aspek kehidupan manusia dengan dilandasi hubungan antar sesama manusia. Salah satu bentuk muamalah adalah perniagaan. Kaidah yang digunakan dalam bermuamalah adalah semua boleh dilakukan sepanjang tidak ada dalil yang melarangnya. Kegiatan muamalah yang dilarang adalah kegiatan spekulasi dan manipulasi yang didalamnya mengandung unsur gharār, riba, maysīr, rishwah, maksiat dan kedzaliman. Dalam melakukan muamalah, manusia hanya perlu memperhatikan hal-hal yang dilarang.6

Dengan demikian, manusia diberikan kebebasan untuk menciptakan berbagai pola perniagaan sepanjang tidak bertentangan dengan syariah. Kegiatan pasar modal termasuk dalam kelompok muamalah, sehingga transaksi dalam pasar modal diperbolehkan sepanjang tidak ada larangan menurut syariah.

4. Fungsi Pasar Modal

Pasar modal memiliki dua peran penting, yaitu sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan yang membutuhkan dana untuk pengembangan usahanya dan sebagai sarana investasi bagi para pemodal yang memiliki kelebihan dana. Baik sebagai sumber pendanaan, maupun sarana investasi, pasar modal menyediakan produk-produk yang berbasis konvensional dan berbasis syariah.

Sumber pendanaan suatu perusahaan dapat diperoleh dari internal dan eksternal. Dari internal bersumber pada laba yang diperoleh perusahaan dari


(34)

25

kegiatan usahanya. Selain itu, dapat pula diperoleh dari pinjaman pemegang saham (pemilik perusahaan). Pinjaman ini dapat berbasis konvensional (bunga) atau berbasis syariah yang meninggalkan unsur bunga (riba). Untuk memperoleh pendanaan dari eksternal, perusahaan dapat memperoleh dana dari utang (debt), baik jangka panjang maupun jangka pendek, serta dari setoran modal (equity).

Utang jangka pendek dapat diperoleh dari pasar uang, yaitu sektor perbankan, baik yang konvensional, maupun yang berbasis syariah. Sumber pendanaan dari utang jangka panjang dan ekuitas dapat diperoleh dari pasar

modal melalui penawaran umum.7

Di pasar modal, perusahaan dapat melakukan penawaran umum obligasi (utang jangka panjang) atau penawaran umum saham (ekuitas). Penerbitan obligasi dapat dilakukan dengan berlandaskan pada basis konvensional, yaitu menerbitkan obligasi yang menggunakan sistem bunga (riba) atau dengan berbasis syariah, yaitu menerbitkan obligasi syariah atau yang dikenal dengan istilah sukuk. Karakteristik dari efek obligasi, baik yang berbasis konvensional, maupun syariah adalah adanya jatuh tempo sehingga pada saat jatuh tempo, penerbitnya (emiten) harus mengembalikan dana kepada pemegang efek tersebut.

Selain sebagai sarana sumber pendanaan bagi perusahaan, pasar modal memiliki peran sebagai sarana investasi bagi masyarakat yang memiliki kelebihan dana. Masyarakat atau investor dapat menginvestasikan dananya pada produk pasar modal berupa saham, obligasi, efek beragun aset, reksa

7 Ibid., 7.


(35)

26

dana, dan efek lainnya. Pilihan produk investasi tersebut dapat berbasis konvensional, maupun berbasis syariah.

5. Dasar Hukum

Sebagai bagian dari sistem pasar modal di Indonesia , kegiatan di pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah juga mengacu kepada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal berikut peraturan pelaksananaannya (Peraturan Bapepam-LK, Peraturan Pemerintah, Peraturan Bursa dan lain-lain). Bapepam dan LK selaku regulator pasar modal di Indonesia, memiliki beberapa peraturan khusus terkait pasar modal syariah, sebagai berikut:

1. Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah (Penerbitan DES).

2. Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah.

3. Peraturan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang Digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah.

Peraturan-peraturan terkait pasar modal syariah tersebut disusun berdasarkan fatwa DSN-MUI. Penyusunan peraturan, khususnya terkait dengan pasar modal syariah, merupakan salah satu dari beberapa bentuk

kerjasama yang dilakukan antara OJK dengan DSN-MUI.8

6. Produk di Pasar Modal Syariah

Produk syariah di pasar modal antara lain berupa surat berharga atau efek. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM), efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan


(36)

27

kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.

Sejalan dengan definisi tersebut, maka produk syariah yang berupa efek harus tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu efek tersebut dikatakan sebagai efek syariah. Dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah disebutkan bahwa efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam UUPM dan peraturan pelaksanaannya yang akad, cara, dan kegiatan usaha yang menjadi landasan pelaksanaannya tidak bertentangan dengan prinsip - prinsip syariah di pasar modal. Sampai dengan saat ini, efek syariah yang telah diterbitkan di pasar modal Indonesia meliputi:

1. Saham Syariah

Bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria berdasarkan prinsip-prinsip syariah di pasar modal.9 Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut diterbitkan oleh: i. Emiten atau perusahaan publik yang secara jelas menyatakan dalam

anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah (emiten atau perusahaan publik aktif).

ii. Emiten atau perusahaan publik yang tidak secara jelas menyatakan dalam usaha emiten atau perusahaan publik tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah (emiten atau perusahaan publik pasif) dan memenuhi kriteria sebagai berikut:

Kriteria emiten atau perusahaan publik pasif adalah:


(37)

28

a) Tidak melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan

prinsip-prinsip syariah seperti:

 Perjudian dan permainan yang tergolong judi.

 Perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan

barang/jasa.

 Perdagangan dengan penawaran atau permintaan palsu.

 Bank berbasis bunga.

 Perusahaan pembiayaan berbasis bunga.

 Jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharār) dan judi (maysīr), antara lain asuransi konvensional.

 Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan

menyediakan barang atau jasa yang haram dzatnya, barang atau jasa yang haram bukan karena dzatnya yang ditetapkan oleh DSN-MUI, dan barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat muḍarāt.

 Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (rishwah).10

b) Jika kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik tidak

bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, maka proses screening dilanjutkan pada kriteria rasio keuangan, yaitu:

1) Total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total asset tidak lebih dari 45%.


(38)

29

2) Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10%.

2. Reksa Dana Syariah

Reksa dana syariah sebagaimana reksa dana pada umumnya yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Reksa dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas.11

3. Sukuk

Sukuk merupakan istilah baru yang dikenalkan sebagai pengganti dari istilah obligasi syariah. Sukuk secara terminologi merupakan bentuk jamak dari kata "sakk" dalam Bahasa Arab yang berarti sertifikat atau bukti kepemilikan. Sementara itu, Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 memberikan definisi sukuk sebagai berikut: “efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi) atas:

a. aset berwujud tertentu.

b. nilai manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan ada.

c. Jasa yang sudah ada maupun yang akan ada.


(39)

30

d. aset proyek tertentu.

e. kegiatan investasi yang telah ditentukan.

Sebagai salah satu efek syariah, sukuk memiliki karakteristik yang berbeda dengan obligasi. Sukuk bukan merupakan surat utang, melainkan bukti kepemilikan bersama atas suatu aset/proyek. Setiap sukuk yang diterbitkan harus mempunyai aset yang dijadikan dasar penerbitan (underlying asset). Klaim kepemilikan pada sukuk didasarkan pada aset/proyek yang spesifik. Penggunaan dana sukuk harus digunakan untuk kegiatan usaha yang halal. Imbalan bagi pemegang sukuk dapat berupa imbalan, bagi hasil, atau marjin, sesuai dengan jenis akad yang digunakan dalam penerbitan sukuk.12

7. Indeks Syariah di Indonesia

1. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

ISSI merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan

saham syariah yang tercatat di BEI. Konstituen ISSI adalah keseluruhan

saham syariah tercatat di BEI dan terdaftar dalam DES. Konstituen ISSI

direview setiap 6 bulan sekali (mei dan november) dan dipublikasikan

pada awal bulan berikutnya. Konstituen ISSI juga dilakukan penyesuaian

apabila ada saham syariah yang baru tercatat atau dihapuskan dari DES.

Metode perhitungan indeks ISSI menggunakan rata-rata tertimbang dari

kapitalisasi pasar. Tahun dasar yang digunakan dalam perhitungan ISSI

adalah awal penerbitan DES yaitu Desember 2007. Indeks ISSI

diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011.

2. Jakarta Islamic Index (JII)


(40)

31

JII pertama kali diluncurkan oleh BEI (pada saat itu masih bernama

Bursa Efek Jakarta) bekerjasama dengan PT. Danareksa Investment

Management pada tanggal 3 Juli 2000. Meskipun demikian, agar dapat

menghasilkan data historikal yang lebih panjang, hari dasar yang

digunakan untuk menghitung JII adalah tanggal 2 Januari 1995 dengan

angka indeks dasar sebesar 100. Metodologi perhitungan JII sama dengan

yang digunakan untuk menghitung IHSG yaitu berdasarkan Market Value

Weigthed Average Index dengan menggunakan formula Laspeyres.

Saham syariah yang menjadi konstituen JII terdiri dari 30 saham

yang merupakan saham-saham syariah paling likuid dan memiliki

kapitalisasi pasar yang besar. BEI melakukan review JII setiap 6 bulan,

yang disesuaikan dengan periode penerbitan DES oleh Bapepam-LK.

Setelah dilakukan penyeleksian saham syariah oleh Bapepam dan LK

yang dituangkan ke dalam DES, BEI melakukan proses seleksi lanjutan

yang didasarkan kepada kinerja perdagangannya.13

Adapun proses seleksi JII berdasarkan kinerja perdagangan saham

syariah yang dilakukan oleh BEI adalah sebagai berikut:

1) Saham-saham yang dipilih adalah saham-saham syariah yang

termasuk ke dalam DES yang diterbitkan oleh Bapepam-LK.

2) Dari saham-saham syariah tersebut kemudian dipilih 60 saham

berdasarkan urutan kapitalisasi terbesar selama 1 tahun terakhir.

3) Dari 60 saham yang mempunyai kapitalisasi terbesar tersebut,

kemudian dipilih 30 saham berdasarkan tingkat likuiditas yaitu


(41)

32

urutan nilai transaksi terbesar di pasar reguler selama 1 tahun

terakhir.14

8. Daftar Efek Syariah (DES)

DES adalah kumpulan efek yang tidak bertentangan dengan

prinsip-prinsip syariah di pasar modal, yang ditetapkan oleh OJK atau pihak yang

mendapat persetujuan dari OJK. Pihak yang mendapat persetujuan dari OJK

atau pihak penerbit DES adalah pihak selain OJK yang menerbitkan DES

yang berisi efek syariah yang tercatat di bursa efek luar negeri. Pihak yang

ingin menerbitkan DES harus memenuhi persyaratan sebagai pihak penerbit

DES sesuai Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan DES dan

mengajukan permohonan kepada OJK.

DES merupakan panduan investasi bagi pihak pengguna DES, seperti

manajer investasi (pengelola reksa dana syariah), asuransi syariah, dan

investor yang berkeinginan untuk berinvestasi pada portofolio efek syariah,

serta panduan bagi pihak yang ingin menerbitkan ISSI.15 DES yang

diterbitkan OJK dapat dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu:

1. DES Periodik

DES periodik merupakan DES yang diterbitkan secara berkala yaitu

DES yang terbit paling lambat 5 hari kerja sebelum berakhirnya bulan

mei dan november. DES ini berlaku efektif setiap tanggal 1 Juni dan 1

Desember.

2. DES Insidentil

14 Ibid., 46.


(42)

33

DES insidentil merupakan DES yang diterbitkan tidak secara berkala.

DES insidentil diterbitkan antara lain yaitu:

 Penetapan saham yang memenuhi kriteria efek syariah syariah

bersamaan dengan efektifnya pernyataan pendaftaran emiten yang

melakukan penawaran umum perdana atau pernyataan pendaftaran

perusahaan publik atau IPO.

 Penetapan saham emiten dan atau perusahaan publik yang

memenuhi kriteria efek syariah berdasarkan laporan keuangan

berkala yang disampaikan kepada OJK setelah surat keputusan DES

secara periodik ditetapkan.16

B. Proses Screening DES

Proses penerbitan dan pernyataan pendaftaran saham syariah dari emiten

wajib mengikuti ketentuan yang diatur dalam peraturan yang secara khusus

mengatur efek syariah yaitu peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13,

IX.A.14, II.K.1, dan sepanjang tidak diatur dalam peraturan tersebut, maka wajib

mengikuti regulasi Bapepam dan LK yang telah eksis mengatur penerbitan saham

konvensional, yaitu Peraturan Nomor IX.A.1 tentang Ketentuan Umum

Pengajuan Pendaftaran, Peraturan Nomor IX.B.1 tentang Pedoman Mengenai

Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Perusahaan Publik, dan ketentuan tentang

penwaran umum yangb terkait lainnya.17

Dalam penerbitan saham syariah, Bapepam dan LK mengatur dua cara

penerbitan saham syariah. Masing-masing saham memiliki metode penerbitan

yang berbeda, yaitu:

16 Otoritas Jasa Keuangan, Pasar Modal Syariah Konsep …, 11.


(43)

34

1. Emiten syariah aktif

Emiten syariah aktif ialah saham syariah yang diterbitkan oleh emiten

yang menyatakan bahwa kegiatan usaha serta cara pengelolaan usahanya

dilakukan berdasarkan prinsip syariah. Emiten syariah aktif yang hendak

menerbitkan saham syariah wajib memenuhi seluruh kreiteria dari ketentuan

umum Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah.

Memenuhi aturan pendaftaran dan penerbitan efek di pasar modal, yaitu

Peraturan Nomor IX.A.1 tentang Ketentuan Umum Pengajuan Pendaftran,

Peraturan Nomor IX.B.1 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi

Pernyataan Pendaftaran Perusahaan Publik, dan ketentuan tentang penawaran

umum yang terkait lainnya.

Dalam prospectus yang dikeluarkan oleh emiten syariah aktif wajib

diungkapkan sejumlah informasi tambahan, yaitu:

a) Bahwa dalam anggara dasar dimuat ketentuan bahwa kegiatan usaha

serta pengelolaan usahanya dilakukan berdasarkan prinsip syariah di

pasar modal.

b) Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan, aset yang dikelola,

akad, dan cara pengelolaan emiten tidak bertentangan dengan prinsip

syariah di pasar modal.

c) Emiten memiliki anggota direksi dan anggota komisaris yang mengerti

kegiatan yang bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal.

Bagi emiten yang menerbitkan efek syariah berupa saham hanya dapat

mengubah anggaran dasar yang terkait dengan kegiatan dan cara pengelolaan

usahanya menjadi tidak lagi memenuhi prinsip syariah di pasar modal hanya


(44)

35

(minimal diusulkan oleh 10% pemegang saham) dan usulan tersebut telah

disetujui dalam rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).18

Emiten yang mengubah anggaran dasar yang terkait dengan kegiatan

dan cara pengelolaan usahanya menjadi tidak lagi memenuhi prinsip syariah

di pasar modal wajib menyelesaikan hak-hak pemegang saham yang tidak

menyetujui perubahan anggaran dasar dimaksud dengan cara menjamin

pembelian saham pemegang saham tersebut pada harga wajar.

2. Emiten syariah pasif

Emiten syariah pasif yaitu emiten yang tidak menyatakan bahwa

kegiatan usaha serta cara pengelolaan usahanya dilakukan berdasarkan

prinsip syariah. Bagi emiten pasif yanf tidak menyatakan bahwa kegiatan

usaha serta pengelolaan usahanya tidak dilakukan berdasarkan prinsip

syariah, maka Bapepam dan LK akan menelaah saham tersebut terlebih

dahulu dan memasukkannya ke dalam DES sepanjang tidak melakukan

kegiatan usahan yang bertentangan dengan kriteria syariah sebagaimana

disebut dalam ketentuan Peraturan IX.A.13. Selain itu, emiten wajib

memenuhi rasio keuangan tertentu, yaitu :

a) Total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total aset tidak

lebih dari 45%

b) Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya

dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan

lain-lain tidak lebih dari 10%.

Semua emiten yang bisnis utamanya bertentangan dengan prinsip

syariah seperti bisnis rokok, minuman keras, perjudian, bank, dan asuransi

18 Ibid., 271.


(45)

36

konvensional dikecualikan. Setelah dilakukan penelaahan terhadap bisnis

utamanya, Bapepam dan LK menelaah apakah emiten memiliki masalah

hukum yang masuk dalam kategori melanggar aturan pemerintah. Setelah itu,

Bapepam dan LK akan menelaah rasio keuangan emiten sesuai dengan

kriteria yang telah ditetapkan.

Sayangnya, hingga saat ini Bapepam dan LK masih belum mewajibkan

emiten syariah pasif memiliki standar laporan keuangan yang memuat

beberapa hal terkait pemenuhan prinsip syariah dalam aktivitas usahanya.

Beberapa isu penting seperti laporan pendapatan non halal yang berasal dari

pendapatan bunga perbankan konvensional, pembayaran zakat, dan

sebagainya masih belum terlihat diakomodasi dalam laporan keuangan.19

19 Ibid., 273.


(46)

37

BAB III

IMPLEMENTASI SCREENING DES DI PT. BETONJAYA MANUNGGAL TBK

A. Gambaran Umum PT. Betonjaya Manunggal Tbk 1. Sejarah Pendirian PT. Betonjaya Manunggal Tbk

PT. Betonjaya Manunggal Tbk (BTON) didirikan pada tanggal 27

Februari 1995 berdasarkan akta No. 116 Notaris Suyati Subadi, SH., di

Gresik. Akta tersebut telah mendapatkan pengesahan dari Menteri

Kehakiman Republik Indonesia melalui surat keputusan No.

C2-10.173.HT.01.01. tahun 1995 tanggal 16 Agustus 1995 dan diumumkan

dalam berita negara no. 18 tanggal 1 Maret 1996. Anggaran dasar telah

mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan terakhir tercatat pada Akta

Notaris Dian Silviyana Khusnarini, SH. No. 54 tanggal 26 Juni 2014,

mengenai perubahan susunan Dewan Komisaris dan Direksi. Akta tersebut

telah diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No.

AHU-19626.40.22.2014 tanggal 15 Juli 2014. Perseroan menjadi perusahaan

publik sejak tahun 2001 dan tercatat di BEI.

Sesuai dengan Anggaan Dasar Perseroan, ruang lingkup kegiatan

perseroan terutama meliputi bidang industri besi dan baja. Perseroan mulai

beroperasi secara komersial pada bulan Mei tahun 1996 dan saat ini bergerak

di bidang industri besi beton polos berukuran 6 – 12 mm dengan total


(47)

38

Mengedepankan komitmen untuk memberikan pelayanan dan produk

berkualitas terbaik, BTON fokus pada pasar domestik dengan target pasar

distributor, took besi, and end user.

Didukung sumber daya manusia yang kompeten dan strategi bisnis

yang mumpuni di bidang industri besi beton, BTON siap berkembang untuk

mempertahankan bisnisnya di masa depan.

2. Visi dan Misi BTON

BTON sebagai perseroan yang bergerak dalam bidang industri besi

beton memiliki visi dan misi. Adapun visi dan misi tersebut adalah:

VISI

Menjadi perusahaan terkemuka di Indonesia dalam bidang industri besi

beton berskala kecil menengah.

MISI

a. Menjadi perusahaan yang terpercaya, menyediakan produk bermutu

tinggi dan pelayanan terbaik untuk memenuhi kepuasan pelanggan secara

total.

b. Ingin selalu diingat sebagai perusahaan terbaik dibidangnya dengan

memberikan keuntungan bagi pemegang saham dan kesempatan bagi

karyawan untuk mengembangkan dirinya.

c. Mengandalkan diri pada pengembangan sumber daya manusia, penerapan

teknologi maju, dan kerja sama untuk mencapai tujuan perusahaan.1


(48)

39

3. Struktur Organisasi BTON

Dewan Komisaris : Gwi Gunato Gunawan

: Dr. Bambang Hariadi, M.Ec., Ak.

Komite Audit : Dr. Bambang Hariadi, M.Ec., Ak.

: Rahmad Zuhri, SE., M.S.A., Ak.

: Isomuddin, SE.

Direktur Utama : Gwi Gunadi Gunawan

Sekretaris Perusahaan : Saiful Fuad, SE.

Internal Audit : Agung Nuryanto, SE.

Direktur Operasional : Drs. Andy Soesanto, M.B.A., MM.

Direktur Keuangan : Jenny Tanujaya, M.B.A.

Kabag Produksi : Hasan Theyer

Kabag Pemasaran : Sudjiatmini Cahyowati

Kabag Akuntansi : Novi Tjahjaning Rahayu, SE.


(49)

40

Bagan Struktur Organisasi BTON

Gambar 3.1. Bagan Struktur Organisasi BTON Dewan

Komisaris

Kabag Pemasaran

Kabag Akuntansi

Kabag Keuangan Kabag

Produksi

Direktur Keuangan Direktur

Operasional

Internal Audit Sekretaris

Perusahaan Komite

Audit

Direktur Utama


(50)

41

B. Implementasi Screening DES di BTON

Screening DES merupakan proses penyaringan yang dilakukan oleh pihak

terkait yaitu OJK terhadap komponen-komponen yang telah ditetapkan OJK

melalui Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan DES. Screening

DES sendiri dilakukan melalui dua tahap, yaitu screening dari kegiatan usaha

emiten dan screening rasio keuangan. Untuk mengetahui proses screening DES

terutama di BTON, dilakukan beberapa wawancara terhadap pihak yang

berkompeten dalam bidangnya, seperti yang akan dipaparkan berikut ini :

1. DES yaitu kumpulan dari efek syariah yang telah melalui screening. Efek

efek tersebut seperti saham syariah, sukuk, dan reksa dana syariah. Dasar

hukum yang melandasi DES yaitu Peraturan Nomor II.K.1. tentang Kriteria

dan Penerbitan DES. DES diterbitkan dengan tujuan sebagai panduan

investasi bagi investor muslim serta acuan pihak penerbit indeks saham

syariah, seperti JII dan ISSI. DES ada dua macam berdasarkan waktu

penerbitan DES, yaitu DES periodik (terbit paling lambat 5 hari kerja

sebelum berakhirnya bulan Mei dan November, berlaku efektif setiap tanggal

1 Juni dan 1 Desember) dan DES isidentil (terdapatnya penetapan saham

yang memenuhi kriteria syariah ketika emiten tersebut IPO). Dalam DES

periodik yang berlaku 1 Juni yang digunakan penelaahan oleh OJK ialah

laporan keuangan emiten yang berakhir pada tanggal 31 Desember tahun

sebelumnya, sedangkan yang berlaku 1 Desember yang digunakan

penelaahan oleh OJK ialah laporan keuangan emiten yang berakhir pada

tanggal 30 Juni pada tahun yang sama.

Perusahaan jika ingin listing di DES harus melakukan screening DES. Ada


(51)

42

screening dari laporan keuangan tepatnya pada total utang dibandingkan total

aset tidak lebih dari 45% serta pendapatan dibandingkan dengan total

pendapatan tidak lebih dari 10%. BTON merupakan salah satu dari ratusan

emiten yang ada di DES yang mana untuk bisa listing di DES ada semacam

screening DES yang telah dipaparkan sesuai dengan peraturan Nomor II.K.1

tentang Kriteria dan Penerbitan DES. Dari segi bisnis, BTON merupakan

emiten yang memproduksi besi dan baja, bukan emiten yang bergerak dalam

bidang perbankan, sedangkan pada financial BTON total utang dibanding

total aset kurang dari 45% (laporan keuangan 31 Desember 2013 sebesar

0,06% dan laporan keuangan 31 Desember 2014 sebesar 0,09%). Sedangkan

pendapatan non halal dibandingkan dengan total pendapatan ialah kurang

dari 10% pada tahun 2013 sebesar 8% akan tetapi, tahun 2014 sebesar 30%.

Itu artinya BTON dinyatakan memenuhi kriteria dan terdaftar di DES yang

berlaku pada 1 Juni 2014, sedangkan DES periodik yang berlaku pada 1 Juni

2015 BTON delisting karena rasio keuangannya pada pendapatan tidak

memenuhi kriteria DES.2

2. DES merupakan kumpulan dari efek syariah yang telah ditelaah oleh OJK

sesuai dengan Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan DES,

efek yang dimuat dalam DES misalnya saham syariah, sukuk (korporasi dan

negara), dan reksa dana syariah. Dasar hukum yang melandasi DES yaitu

Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan DES yang mana

peraturan tersebut ialah peraturan yang melibatkan kementerian keuangan,

Bapepam dan LK (sekarang OJK) dan DSN-MUI. Tujuan dari penerbitan

DES itu sendiri ialah sebagai panduan investasi bagi reksa dana syariah,


(52)

43

asuransi syariah, dan investor syariah lainnya serta acuan pihak penerbit

indeks saham syariah, seperti JII dan ISSI. DES ada dua macam berdasarkan

waktu penerbitan DES, yaitu DES periodik (terbit paling lambat 5 hari kerja

sebelum berakhirnya bulan Mei dan November, berlaku efektif setiap tanggal

1 Juni dan 1 Desember) dan DES isidentil (terdapatnya penetapan saham

yang memenuhi kriteria syariah ketika emiten tersebut IPO). Dalam DES

periodik yang berlaku 1 Juni yang digunakan penelaahan oleh OJK ialah

laporan keuangan emiten yang berakhir pada tanggal 31 Desember tahun

sebelumnya, sedangkan yang berlaku 1 Desember yang digunakan

penelaahan oleh OJK ialah laporan keuangan emiten yang berakhir pada

tanggal 30 Juni pada tahun yang sama.

Tidak semua perusahaan di Indonesia ini bisa masuk ke DES, melainkan

hanya perusahaan yang sudah melakukan pencatatan sahamnya di BEI atau

dengan kata lain perusahaan tersebut sudah go public, dan sebutan untuk

perusahaan yang sudah melakukan go public ialah emiten. Agar emiten bisa

terdaftar ke dalam DES ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh

emiten tersebut yaitu yang pertama emiten tersebut dalam kegiatan usahanya

tidak bertentangan dengan prinsip syariah, seperti tidak melakukan kegiatan

usaha yang termasuk perjudian, memproduksi produk yang dilarang syariah,

jasa keuangan yang berbasis bunga, dll. Yang kedua ialah emiten tersebut

dalam laporan keuangannya harus tidak melebihi ketentuan yang ditetapkan

oleh DSN-MUI seperti utang berbasis bunga dibandingkan dengan total aset

tidak lebih dari 45% serta pendapatan non halal dibandingkan dengan total


(53)

44

BTON merupakan salah satu emiten yang sudah terdaftar di DES,

sebelumnya BTON harus melakukan seleksi yang dilakukan OJK sesuai

dengan Peraturan Nomor II.K.1. tentang Kriteria dan Penerbitan DES.

Sebelum ke proses screening, perlu diketahui bahwasanya suatu saham dapat

dikategorikan sebagai saham syariah atau yang telah masuk DES tersebut

diterbitkan oleh emiten aktif dan emiten pasif. Emiten aktif sendiri ialah

emiten yang sejak awal mendirikan usahanya telah menyatakan dalam

anggaran dasarnya bahwasanya emiten tersebut dalam kegiatan usahanya

memenuhi kriteria syariah seperti halnya Bank Mualamat. Sedangkan emiten

pasif sendiri ialah emiten yang tidak secara jelas menyatakan dalam

usahanya tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Perlu diketahui

bahwasanya tidak semua saham yang diterbitkan oleh emiten dapat disebut

sebagai saham syariah. BTON sendiri termasuk ke dalam emiten pasif karena

ketika pertama kali didirikan, BTON tidak menyatakan dalam anggaran

dasarnya bahwasanya BTON ialah emiten yang termasuk dalam kategori

syariah. Untuk dapat masuk ke dalam DES, BTON harus melakukan

screening DES yang mana melalui dua tahapan yaitu dari kegiatan usaha dan

rasio keuangan. BTON harus melalui tahapan yang pertama dahulu agar bisa

memasuki ke tahapan yang kedua. Dalam tahapan pertama BTON lolos

karena BTON sendiri ialah perusahaan yang memproduksi besi dan baja.

Dalam tahapan yang kedua ini yakni rasio keuangan BTON yang ditelaah

oleh tim pemeriksa laporan keuangan dari OJK yang mana total utang

berbasis bunga dibandingkan total aset ialah kurang dari 45% (laporan

keuangan 31 Desember 2013 sebesar 0,06% dan laporan keuangan 31


(54)

45

dibandingkan dengan total pendapatan ialah kurang dari 10% pada tahun

2013 sebesar 8% akan tetapi, tahun 2014 sebesar 30% dan BTON dinyatakan

memenuhi kriteria dan terdaftar di DES periodik yang berlaku tanggal 1 Juni

2014, sedangkan DES periodik yang berlaku pada 1 Juni 2015 BTON

delisting karena rasio keuangannya tidak memenuhi kriteria DES.3

3. DES ialah kumpulan efek yang sesuai dengan kriteria syariah. Efek yang

dimuat di DES yaitu saham syariah, sukuk, dan reksa dana syariah. Dasar

hukum yang melandasi adanya DES ialah Peraturan Nomor II.K.1 tentang

Kriteria dan Penerbitan DES. Tujuan dari adanya diterbitkannya DES ialah

sebagai acuan dari investor syariah untuk mengetahui saham dari emiten

mana saja yang sesuai dengan prinsip syariah. DES dilihat dari segi waktu

penerbitan DES dibagi menjadi dua macam, yaitu DES periodik dan DES

isidentil.

Perusahaan publik atau emiten apabila ingin masuk ke DES harus mengikuit

proses screening DES (Screening bussines and financial) yang penelaahan

screening DES tersebut dilakukan oleh pihak OJK. BTON ialah salah satu

emiten yang ada di DES yang mana untuk bisa listing di DES ada semacam

screening DES yang telah dipaparkan. Dari segi bisnis, BTON merupakan

emiten yang memproduksi besi dan baja (dzat halal menurut DSN-MUI),

bukan emiten yang bergerak dalam bidang perbankan, sedangkan pada

financial BTON total utang dibanding total aset kurang dari 45% (laporan

keuangan 31 Desember 2013 sebesar 0,06% dan 31 Desember 2014 sebesar

0,09%). Sedangkan pendapatan non halal dibandingkan dengan total

pendapatan ialah kurang dari 10% pada tahun 2013 sebesar 8% akan tetapi,


(55)

46

tahun 2014 sebesar 30% dan BTON dinyatakan memenuhi kriteria dan

terdaftar di DES pada 1 Juni 2014, sedangkan pada 1 Juni 2015 BTON

delisting atau dikeluarkan dari DES dikarenakan rasio keuangannya pada

pendapatan non syariah dibandingkan total pendapatan tidak memenuhi

kriteria DES.4

C. Strategi Keuangan BTON dalam Mengendalikan Ambang Batas Toleransi dari DSN-MUI pada Rasio Keuangan Screening DES

Stretegi keuangan merupakan cara bagaimana individu atau perusahaan memepertahankan keuangannya dengan tujuan agar dapat menjalankan usahanya dalam jangka panjang. Dalam proses screening DES sendiri, OJK bekerja sama dengan DSN-MUI untuk menetapkan rasio keuangan. Agar bisa masuk ke DES, emiten harus berupaya mengendalikan rasio keuangannya agar bisa di bawah ambang batas toleransi dari DSN-MUI terutama pada rasio keuangan screening DES. Berikut ialah wawancara dengan informan yang berkompeten untuk mengetahui bagaimana strategi keuangan BTON dalam mengendalikan ambang batas toleransi dari DSN-MUI pada rasio keuangan screening DES.

1. Jangka waktu yang diberikan oleh OJK kepada emiten yang listing di DES

ialah 6 bulan sama seperti halnya DES periodik. Faktor-faktor emiten bisa delisting dari DES ialah salah satunya rasio keuangan keduanya atau salah satu dari keduanya tidak mencapai dari ketentuan yang telah ditetapkan, kemudian tiba-tiba ditemukannya produksi yang dihasilkan ialah barang haram dan melakukan transaksi yang mengandung unsur suap. Untuk selama ini, emiten delisting masih didominasi oleh rasio keuangan mereka tidak

4 Bambang Hadi Santoso Dwidjosumarno, (Ketua Galeri Investasi BEI STIESIA Surabaya),


(56)

47

mencapai ketentuan. BTON delisting pada DES periodik yang berlaku 1 Juni 2015 ini dikarenakan rasio keuangan pada pendapatan non syariah dibandingkan dengan total pendapatan ialah sebesar 30% yang mana jauh dari ketentuan yang berlaku yakni harus kurang dari 10%. Ketika BTON dikeluarkan dari DES, tentu saja di periode selanjutnya BTON bisa terdaftar kembali ke DES dengan catatan rasio keuangannya memenuhi kriteria

kembali. Strategi keuangan BTON dalam mengendalikan ambang batas

toleransi dari DSN-MUI pada rasio keuangan screening DES yakni pada

utang, manajemen BTON mengurangi utang jangka pendek (utang usaha dari

pihak berelasi dan pihak ketiga) dan utang jangka panjang yang pada

umumnya berbasis bunga serta lebih menambah aset yang ada, sedangkan

pada pendapatan, BTON memaksimalkan hasil pendapatan keseluruhan terutama pada penjualan produk mereka dan meminimalkan penghasilan yang berbasis bunga.5

2. Emiten bisa ada di DES ialah selama 6 bulan setelah itu, jika mereka ingin

listing di DES lagi maka mereka harus melakukan screening kembali. Faktor emiten bisa delisting dari DES ialah rasio keuangannya tidak memenuhi kriteria, tidak menutup kemungkinan perusahaan yang kegiatan bisnis awalnya ialah memproduksi yang halal tiba-tiba menghasilkan produk atau

jasa yang mengandung mudharat atau dalam perusahaan melakukan

transaksi dengan pihak lain terjadi kasus suap-menyuap yang sekarang ini lagi booming. BTON delisting dari DES yang berlaku 1 Juni 2015 disebabkan rasio keuangan pada pendapatannya tidak bisa memenuhi kriteria


(57)

48

DES. BTON bisa terdaftar kembali di DES jika pada periode selanjutnya kriteria yang ditentukan OJK telah BTON penuhi kembali. Strategi keuangan

3. BTON dalam mengendalikan ambang batas toleransi dari DSN-MUI pada

rasio keuangan screening DES ialah mengurangi jumlah utang-utangnya baik

jangka pendek (utang usaha dari pihak berelasi dan pihak ketiga) dan jangka

panjang terutama utang yang non syariah atau berbasis bunga dan meningkatkan jumlah penjualan produk mereka serta mengurangi pendapatan non syariah dan kalau bisa sebaiknya mentiadakan pendapatan non syariah. Jika ingin mendapatkan pendanaan dari utang sebaiknya BTON melakukan pembiayaan ke perbankan syariah yang mana bebas dari bunga yang dilarang oleh syariah.6

4. Ketika emiten itu terdaftar di DES, maka waktu mereka bisa terdaftar di DES

ialah selama 6 bulan setelah itu mereka harus melakukan screening DES lagi agar bisa listing kembali. Faktor emiten bisa delisting ialah rasio keuangannya tidak memenuhi syarat yang berlaku. BTON pernah delisting karena pendapatan non syariahnya sebesar 30% jauh dari ketentuan yang ada yakni 10% dan itu terjadi pada DES periodik yang berlaku 1 Juni 2015 ini. Strategi keuangan BTON dalam mengendalikan ambang batas toleransi dari

DSN-MUI pada rasio keuangan screening DES ialah mengurangi jumlah

utang (debt) baik jangka pendek seperti utang usaha dari pemasok bahan baku (pihak berelasi dan pihak ketiga) dan jangka panjang terutama utang yang berbasis bunga, selain itu meningkatkan jumlah penjualan produk


(58)

49

mereka (produk besi dan baja) serta mengurangi pendapatan non halal yang didapatkan dari bunga deposito.7

7 Bambang Hadi Santoso Dwidjosumarno (Ketua Galeri Investasi BEI STIESIA Surabaya),


(59)

50

BAB IV

SCREENING DES DI PT. BETONJAYA MANUNGGAL TBK

A. Analisis Implementasi Screening DES di PT. Betonjaya Manunggal Tbk

DES merupakan kumpulan efek yang tidak bertentangan dengan

prinsip-prinsip syariah di pasar modal, yang ditetapkan oleh OJK. Pihak yang ingin

menerbitkan DES harus memenuhi persyaratan sebagai pihak penerbit DES sesuai

Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan DES dan mengajukan

permohonan kepada OJK atau sering disebut dengan screening DES.

DES akan diterbitkan secara periodik 2 kali setiap tahun, yaitu paling lambat

5 hari kerja sebelum berakhirnya bulan Mei dan bulan November, selanjutnya akan

berlaku efektif pada setiap tanggal 1 Juni dan 1 Desember. Disamping itu, terdapat

pula DES isidentil yang ditetapkan OJK terkait IPO saham.1

Dalam hal ini pelaksanaan screening DES yang dilakukan oleh OJK terhadap

BTON ialah sebagai berikut :

1) Screening kegiatan usaha BTON

BTON merupakan perusahaan publik yang bergerak dalam bidang industri besi

dan baja (sektor industri dasar dan kimia), yang artinya bahwasanya BTON

ialah:

a. Bukan perusahaan publik yang melakukan perjudian dan permainan yang

tergolong judi.

b. Bukan perusahaan publik yang melakukan perdagangan yang tidak disertai

dengan penyerahan barang atau jasa.


(60)

51

c. Bukan perusahaan publik yang melakukan perdagangan dengan

penawaran atau permintaan palsu.

d. Bukan perusahaan publik yang bergerak di bidang perbankan yang

berbasis bunga.

e. Bukan perusahaan publik yang melakukan pembiayaan berbasis bunga.

f. Bukan perusahaan publik yang melakukan jual beli resiko yang

mengandung unsur ketidakpastian atau judi seperti asuransi konvensional.

g. Bukan perusahaan publik yang memproduksi, mendistribusikan,

memperdagangkan, menyediakan barang atau jasa yang haram dzatnya,

barang atau jasa.

h. Bukan perusahaan publik yang melakukan transaksi yang mengandung

unsur suap.

2) Screening rasio keuangan BTON

Pada screening rasio keuangan BTON dilakukan pengamatan dan perhitungan

pada total utang berbasis bunga dibandingkan dengan total aset dan pendapatan

berbasis bunga dibandingkan dengan total pendapatan. Hal tersebut dilakukan

dengan melihat laporan keuangan BTON secara keseluruhan yang ada pada

laporan keuangan 31 Desember 2013 dan laporan keuangan 31 Desember 2014,


(1)

60

DAFTAR PUSTAKA

Annual Report PT. Betonjaya Manunggal Tbk tahun 2014.

Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007.

Bursa Efek Indonesia. Sekolah Pasar Modal Level 2. Jakarta: BEI Divisi Edukasi, 2013.

Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahnya. Bandung: Diponegoro, 2007.

Fahmi, Irham. Manajemen Investasi. Jakarta: Salemba Empat, 2011.

Firdaus, Akhmad. Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013.

Huda, Nurul dan Mohamad Heykal. Lembaga Keuangan Islam. Jakarta: Kencana, 2010.

OJK. Pasar Modal Syariah Konsep Umum. Jakarta: Direktorat Pasar Modal Syariah, 2013.

OJK. Pasar Modal Syariah Saham Syariah. Jakarta: Direktorat Pasar Modal Syariah, 2013.

Samsul, Mohamad. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga, 2006.

Soemitra, Andri. Masa Depan Pasar Modal Syariah di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2014.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2012.

Sustiyandari, Nani. Skripsi. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2013.

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya.

Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi. Surabaya: Fakultas Syariah dan

Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel, 2014.

Widiawati, Septi. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro, 2012.

Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, http://www.ojk.go.id, diakses pada 14 November 2014.


(2)

61

DAFTAR WAWANCARA

1. Apa yang dimaksud dengan DES ? 2. Efek apa saja yang dimuat dalam DES ?

3. Dasar hukum apa yang melandasi adanya DES ? 4. Apa tujuan dari penerbitan DES ?

5. DES itu sendiri ada berapa macam ?

6. Bagaimana cara perusahaan agar bisa masuk ke dalam DES ? 7. Bagaimana cara BTON bisa masuk ke dalam DES ?

8. Berapa lama emiten terdaftar di DES ?

9. Faktor apa saja yang menyebabkan emiten bisa dikeluarkan dari DES ? 10.Apa selama ini BTON pernah dikeluarkan dari DES ?

11.Ketika BTON dikeluarkan dari DES, apakah bisa BTON masuk ke DES kembali di periode selanjutnya ?

12.Bagaimana strategi keuangan BTON dalam mengendalikan ambang batas toleransi dari DSN-MUI pada utang dan pendapatan non syariah ?


(3)

62

DOKUMENTASI WAWANCARA

1. Setelah wawancara dengan staf BEI Surabaya (tengah) dan Ketua Galeri Investasi BEI STIESIA Surabaya (kiri)


(4)

60

DAFTAR PUSTAKA

Annual Report PT. Betonjaya Manunggal Tbk tahun 2014.

Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007.

Bursa Efek Indonesia. Sekolah Pasar Modal Level 2. Jakarta: BEI Divisi Edukasi, 2013.

Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahnya. Bandung: Diponegoro, 2007.

Fahmi, Irham. Manajemen Investasi. Jakarta: Salemba Empat, 2011.

Firdaus, Akhmad. Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013.

Huda, Nurul dan Mohamad Heykal. Lembaga Keuangan Islam. Jakarta: Kencana, 2010.

OJK. Pasar Modal Syariah Konsep Umum. Jakarta: Direktorat Pasar Modal Syariah, 2013.

OJK. Pasar Modal Syariah Saham Syariah. Jakarta: Direktorat Pasar Modal Syariah, 2013.

Samsul, Mohamad. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga, 2006.

Soemitra, Andri. Masa Depan Pasar Modal Syariah di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2014.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2012.

Sustiyandari, Nani. Skripsi. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2013.

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya.

Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi. Surabaya: Fakultas Syariah dan

Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel, 2014.

Widiawati, Septi. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro, 2012.

Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, http://www.ojk.go.id, diakses pada 14 November 2014.


(5)

61

DAFTAR WAWANCARA

1. Apa yang dimaksud dengan DES ? 2. Efek apa saja yang dimuat dalam DES ?

3. Dasar hukum apa yang melandasi adanya DES ? 4. Apa tujuan dari penerbitan DES ?

5. DES itu sendiri ada berapa macam ?

6. Bagaimana cara perusahaan agar bisa masuk ke dalam DES ? 7. Bagaimana cara BTON bisa masuk ke dalam DES ?

8. Berapa lama emiten terdaftar di DES ?

9. Faktor apa saja yang menyebabkan emiten bisa dikeluarkan dari DES ? 10.Apa selama ini BTON pernah dikeluarkan dari DES ?

11.Ketika BTON dikeluarkan dari DES, apakah bisa BTON masuk ke DES kembali di periode selanjutnya ?

12.Bagaimana strategi keuangan BTON dalam mengendalikan ambang batas toleransi dari DSN-MUI pada utang dan pendapatan non syariah ?


(6)

62

DOKUMENTASI WAWANCARA

1. Setelah wawancara dengan staf BEI Surabaya (tengah) dan Ketua Galeri Investasi BEI STIESIA Surabaya (kiri)