ANALISIS YURIDIS TERHADAP PEMBATALAN PUTUSAN OLEH PENGADILAN TINGGI AGAMA SEMARANG NO. 224/PDT.G/2011/PTA. SMG. TENTANG CERAI TALAK.

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PEMBATALAN PUTUSAN
OLEH PENGADILAN TINGGI AGAMA SEMARANG NO.
224/PDT.G/2011/PTA. SMG. TENTANG CERAI TALAK
SKRIPSI
Oleh
Ahmad Arifin
NIM. C01210035

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Al-Akhwal Asy Syahsyiyah
Surabaya
2015

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PEMBATALAN PUTUSAN
OLEH PENGADILAN TINGGI AGAMA SEMARANG NO.
224/PDT.G/2011/PTA. SMG. TENTANG CERAI TALAK

SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Syariah dan Hukum

Oleh
Ahmad Arifin
NIM. C01210035

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Al-Akhwal Asy Syahsyiyah
Surabaya
2015

i

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRAK
Skripsi yang berjudul: “Analisis Yuridis Terhadap Pembatalan Putusan Oleh

Pengadilan Tinggi Agama Semarang No.224/Pdt.G/2011/PTA. Smg. Tentang Cerai
Talak ”. penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana
kekuatan yuridis putusan Pengadilan Agama Purworejo dan Pengadilan Tinggi
Agama Semarang.
Data penelitian dihimpun dengan melalui pembacaan dan kajian teks (text
reading) dan selanjutnya dianalisis dengan teknik deskriptif - komparatif.
Hasil penelitian disini menyimpulkan bahwa berdasarkan fakta-fakta
dipersidangan ditambah kesaksian dan keterangan tambahan pemohon dan termohon
yang pada intinya rumah tangga pemohon dan termohon tidak harmonis disebabkan
pemohon tidak lagi mendapatkan kepuasan dari termohon dalam hubungan badan
dan hakim Pengadilan Agama Purworejo mengabulkan permohonan cerai pemohon.
Dalam pemeriksaan di Pengadilan Tingggi Agama Semarang, hakim berpendapat
lain, yang pada intinya posita dalam permohonan pemohon di Pengadilan Agama itu
obscuur libel (kabur/tidak jelas) karena dalam posita pemohon keduanya tidak
harmonis dan pisah tempat tinggal, akan tetapi bukti tulis P-1 (foto copy Kartu
Tanda Penduduk) dan alamat yang digunakan pemohon pada surat permohonan cerai
talaknya itu masih satu alamat dengan alamat tinggal termohon sehingga fakta
peristiwanya menjadi tidak jelas atau kabur, sehingga Pengadilan Tinggi Agama
Semarang membatalkan putusan Pengadilan Agama Purworejo. Kekuatan yuridis
putusan Pengadilan Agama Purworejo yang mengabulkan permohonan cerai

pemohon ini mempunyai kekuatan mengikat, akan tetapi sebelum masa tenggang
suatu putusan itu habis dan mempunyai kekuatan tetap termohon mengajukan
banding di Pengadilan Tinggi Agama Semarang dan putusan Pengadilan Agama
Purworejo dibatalkan. Dalam hal pertimbangan hukum penulis lebih condong pada
pertimbangan Hakim Pengadilan Tinggi Agama Semarang.
Sejalan dengan kesimpulan diatas, maka pemegang putusan oleh Pengadilan
Agama disarankan: Pertama, Bagi hakim Pengadilan Agama dalam memutus suatu
perkara tidak harus terpaku pada permohonan pemohon yang diajukan atau bahkan
Hakim harus mempertimbangkan juga aspek
memihak sebelah (adil). Kedua,
mashlahat yang akan diterima oleh suami istri dan juga harus benar-benar membawa
kepada kabaikan bagi pasangan tersebut.

v
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ..........................................................................................


i

PERNYATAAN KEASLIAN .........................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................

iii

PENGESAHAN ...............................................................................................

iv

ABSTRAK .......................................................................................................

v

KATA PENGANTAR .....................................................................................


vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................

viii

DAFTAR TRANSLITERASI .........................................................................

xi

BAB I

PENDAHULUAN ............................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................

1


B. Identifikasi dan Batasan Masalah ...............................................

9

C. Rumusan Masalah .......................................................................

9

D. Kajian Pustaka ............................................................................

10

E. Tujuan Penelitian ........................................................................

10

F. Kegunaan Hasil Penelitian..........................................................

11


G. Definisi Operasional ...................................................................

12

H. Metode Penelitian .......................................................................

13

I. Metode Analisis Data .................................................................

16

J. Sistematika Pembahasan ............................................................

17

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PUTUSAN DAN CERAI
TALAK .............................................................................................

19


A. Tinjauan Tentang Putusan ..........................................................

19

1. Pengertian putusan................................................................

19

2. Macam-macam putusan hakim .............................................

20

3. Susunan dan isi putusan ........................................................

30

4. Upaya hukum terhadap putusan pengadilan .........................

33


B. Tinjauan Umum Tentang Cerai Talak .......................................

37

viii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1. Pengertian cerai talak ...........................................................

37

2. Dalil dasar hukum perceraian talak, ....................................

37

3. Rukun perceraian atau talak, ...............................................

38


4. Jenis cerai talak. ....................................................................

39

BAB III PUTUSAN PENGADILAN AGAMA PURWOREJO NO.
0272/PDT.G/2011/PA. PWR PUTUSAN PENGADILAN
TINGGI
AGAMA
SEMARANG
NO.
224/PDT.G/2011/PTA.SMG ...........................................................

44

A. Gambaran Umum Keberadaan

Pengadilan Agama

Purworejo dan Pengadilan Tinggi Semarang ...........................


44

B. Wilayah kedudukan dan yuridiksi Pengadilan Tinggi
Agama Purworejo .....................................................................

48

C. Diskripsi Kasus Perkara No. 224/Pdt.G/2011/PTA.Smg
Mengenai Cerai Talak ..............................................................

49

D. Wilayah kedudukan dan yuridiksi Pengadilan Tinggi
Agama Semarang .....................................................................

51

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN
TINGGI
AGAMA
SEMARANG
NO.
224/PDT.G/2011/PTA.SMG, YANG MEMBATALKAN
PUTUSAN PENGADILAN AGAMA PURWOREJO NO.
0272/PDT.G/2011/PA.PWR. TENTANG CERAI TALAK ............

54

A. Kekuatan Yuridis Putusan Pengadilan Agama Purworejo
No. 0272/Pdt.G/2011/PA.Pwr. ...................................................

54

B. Kekuatan Yuridis Putusan Pengadilan Tinggi Agama
Semarang No. 224/Pdt.G/2011/PTA.Smg. .................................

56

BAB V PENUTUP .........................................................................................

62

A. Kesimpulan ................................................................................

62

B. Saran ...........................................................................................

63

ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang umum berlaku
pada semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan maupun pada
tumbuh-tumbuhan. Perkawinan merupakan jalan yang dipilih Allah SWT
sebagai jalan manusia untuk beranak pinak, berkembang biak, dan
melestarikan hidupnya setelah masing-masing pasangan siap melaksanakan
perannya yang positif dalam mewujudkan dan melaksanakan tujuan
perkawinan.1 Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Quran surah Yasin :
36

         

   

Artinya : “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasanganpasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan
dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” 2
Para ulamak fiqih mendefinisikan perkawinan dalam konteks
hubungan biologis. Sedangkan menurut Sayuti Thalib perkawinan adalah
suatu perjanjian yang suci, kuat dan kokoh untuk hidup bersama secara sah

1
2

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Terj. Mohammad Talib, Jilid 6 (Bandung: PT. Al-ma’arif, 1980), 7.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Al-Huda, 2002), 443.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan membentuk keluarga
yang kekal, santun menyantuni, saling mengasihi dan bahagia.3 Pada
hakekatnya perkawinan dalam Islam merupakan akad yang membolehkan
laki-laki bergaul dengan perempuan tertentu dengan dasar suka rela dan
keridhaan untuk mewujudkan suatu kebahagiaan hidup berkeluarga yang
diliputi rasa kasih sayang dan ketentraman dengan cara-cara yang diridhoi
oleh Allah SWT. Islam sangat menganjurkan perkawinan. Hal ini tersirat
dalam firman-Nya Quran surah ar-Rum ayat 21:

          

١٢           

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” 4
Akad perkawinan dalam hukum Islam bukanlah perkara perdata
semata, melainkan ikatan suci

̅

̅

yang terkait dengan

keyakinan dan keimanan kepada Allah. Dengan demikian ada dimensi ibadah
dalam sebuah perkwinan. Untuk itu perkawinan harus dijaga dan dipelihara
dengan baik sehingga bisa abadi dan apa yang menjadi tujuan perkawinan
dalam Islam yakni terwujudnya keluarga sejahtera (mawaddah wa rahmah)
3

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Jakarta:
Kencana, 2006), 40.
4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya …, 407.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

dapat terwujud. Salah satu syarat terwujudnya keluarga sejahtera
(mawaddah wa rahmah) adalah dengan terpenuhinya hak-hak dan kewajiban
antara kedua belah pihak yaitu suami dan istri.
Dalam UU perkawinan tahun 1974 pasal 1 dijelaskan bahwasanya
perkawinan yaitu ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.5
Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 3 Perkawinan bertujuan
untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan
rahmah.6
Dan pada dasarnya perkawinan dilakukan untuk waktu selamanya
atau sampai mati salah satunya. Inilah yang sebenarnya dikehendaki oleh
Agama Islam. Namun dalam keadaan tertentu terdapat hal-hal yang
menghendaki putusnya perkawinan tersebut, dalam artian jika perkawinan
tersebut tetap dilanjutkan maka akan menimbulkan madhorot atau
keburukan bagi kedua belah pihak ataupun salah satu pihak. Dengan begitu
putusnya perkawinan adalah sebagai jalan keluar yang baik.7 Dalam al-Quran
ada ayat yang menjelaskan tentang cerai talak yang menjadi dalil dasar
dibolehkanya perceraian yaitu Q.S. Al-Baqarah ayat 229:
5

Departemen Agama RI, Hukum Perkawinan Indonesia (Tangerang Selatan: SL Media), 7.
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia cet, ke-2 (Jakarta: CV. Akademika
Presindo, 1995), 114.
7
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2009), 190.
6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

             

              

              
       

Artinya: “Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk
lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang
baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang
telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir
tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu
khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan
hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang
bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya[144]. Itulah
hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya.
Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah
orang-orang yang zalim”. 8

Putusnya perkawinan dalam hal ini berarti berakhirnya hubungan
suami istri. Putusnya perkawinan itu ada dalam beberapa bentuk tergantung
dari segi siapa yang berkehendak untuk putunya perkawinan tersebut. Dalam
hal ini ada 4 kemungkinan:
1.

Putusnya perkawinan atas kehendak Allah sendiri melalui matinya salah
seorang suami istri.

2.

Putusnya perkawinan atas kehendak si suami oleh alasan tertentu dan
dinyatakan kehendaknya itu dengan ucapan tertentu. Perceraian dalam
bentuk ini disebut talak.

8

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya …, 37.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

3.

Putusnya perkawinan atas kehendak istri karena istri melihat sesuatu
yang menghendaki putusnya perkawinan, sedangkan suami tidak
berkehendak untuk itu. Kehendak untuk putusnya perkawinan yang
disampaikan istri dengan cara tertentu ini diterima oleh suami dan
dilanjutkan dengan ucapannya untuk memutus perkawinan itu. Putusnya

4.

perkawinan dengan cara ini disebut khul̅’.

Putusnya perkawinan atas kehendak hakim sebagai pihak ketiga setelah
melihat adanya sesuatu pada suami dan atau pada istri yang menandakan
tidak tepatnya hubungan itu dilanjutkan. Putusnya perkawinan dalam
bentuk ini disebut fasakh.
Sedangkan dalam UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 38

dan sebagainmana pula diatur dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 113
yaitu perkawina dapat putus karena : a. kematian; b. Perceraian; c. Atas
Keputusan Pengadilan.9
Sebagaimana perkawinan, putusnya perkawinan juga mempunyai
syarat-syarat tertentu dan alasan yang kuat yang telah ditetapkan oleh
syari’at dan undang-undang yang berlaku di Negara ini untuk bisa memutus
perkawinan tersebut. Adapun alasan perceraian yang dibolehkan peraturan
perundang-undangan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975
dalam Pasal 19 menyebutkan alasan bagi suami istri untuk bercerai adalah:
9

Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan, (Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta, 1997), 149.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

1.

Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk , pemadat , penjudi
dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

2.

Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama dua tahun berturutturut tanpa izin pihak lain tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di
luar kemampuannya.

3.

Salah satu pihak mendapat hukuman lima tahun atau hukuman yang
lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

4.

Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak lain

5.

Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang
mengakibatkan tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami
istri.

6.

Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran
dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
Seperti halnya penulis mendapatkan sebuah putusan Pengadilan

Agama Semarang dengan perkara No. 224/Pdt.G/2011/PTA.Smg. yang
membatalkan

putusan

Pengadilan

Agama

Purworejo

perkara

No.

0272/Pdt.G/2011/PA.Pwr. tentang cerai talak dimana dalam putusan
Pengadilan Tinggi Agama Semarang menyatakan bahwa gugatan yang
diajukan oleh pemohon di Pengadilan Agama Purworejo adalah obscuur

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

libel, yaitu suatu gugatan dianggap cacat formil karena dalil-dalil gugatan
kabur.
Salah satu yang kerap mengakibatkan suatu gugatan dianggap cacat
formil adalah karena dalil-dalil gugatan kabur, artinya gugatan tidak jelas.
Kekaburan suatu gugatan atau ketidak jelasan suatu gugatan dapat
ditentukan berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
1.

Posita (fundamentum petendi) tidak menjelaskan dasar hukum
(rechtgrond) dan kejadian yang mendasari gugatan atau ada dasar
hukum tetapi tidak menjelaskan fakta kejadian atau sebaliknya. Dalil
gugatan yang demikian tentunya tidak memenuhi asal jelas dan tegas
(een duidelijke en bepaalde conclusie) sebagaimana diatur pasal 8 Rv.

2.

Tidak jelas objek yang disengketakan, seperti tidak menyebut letak
lokasi, tidak jelas batas, ukuran dan luasannya dan atau tidak ditemukan
objek sengketa. Hal ini sebagaimana diperkuat putusan Mahkamah
Agung No. 1149 K/Sip/1975 tanggal 17 April 1971 yang menyatakan
"karena suat gugatan tidak menyebut dengan jelas letak tanah sengketa,
gugatan tidak dapat diterima".

3.

Penggabungan dua atau beberapa gugatan yang masing-masing berdiri
sendiri. Terkadang untuk menghemat segala sesuatunya, Penggugat
dapat melakukan penggabungan atas beberapa pihak yang dianggap
sebagai pihak tergugat (akumulasi subjektif) atau menggabungkan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

beberapa gugatan terhadap seorang tergugat (akumulasi objektif).
Meskipun dibenarkan menurut hukum acara, hendaknya sebagai
penggugat harus memahami bahwasanya penggabungan boleh dilakukan
apabila ada hubungan yang sangat erat dan mendasar antara satu sama
lainnya.
Bila penggabungan dilakukan secara campur aduk maka tentunya
gugatan akan bertentangan dengan tertib beracara. Sebagai contoh,
misalnya menggabungan antara gugatan mengenai wanprestasi menjadi
gugatan perbuatan melawan hukum.
4.

Terdapat saling pertentangan antara posita dengan petitum.

5.

Petitum tidak terinci.
Dalam kasus ini Pengadilan Tinggi Agama Semarang juga

menemukan fakta baru bahwasanya pemohon adalah seorang kepala desa,
yang mana di Pengadilan Agama Purworejo hal ini tidak terungkap. Dalam
hal ini terlihat jelas perbedaan pendapat dalam pertimbangan dan dasar
hukum yang digunakan untuk memutuskan perkara ini oleh hakim
Pengadilan Agama Purworejo dan hakim Pengadilan Tinggi Semarang.
Untuk itu penulis akan membahas permasalahan yang timbul dalam
kasus tersebut meliputi pertimbangan dan dasar hukum hakim Pengadilan
Tinggi Agama Semarang yang membatalkan putusan Pengadilan Agama
Purworejo. Berdasarkan gambaran singkat masalah diatas, penulis tertarik

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

untuk meneliti perkara tersebut dalam skripsi yang diformulasikan dalam
judul “Analisis Yuridis Terhadap Pembatalan Putusan oleh Pengadilan

Agama Semarang No. 224/Pdt.G/2011/PTA.Smg. tentang cerai talak”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1.

Alasan-alasan yang sah untuk melakukan perceraian

2.

Bentuk-bentuk putusan perkawinan

3.

Pertimbangan dan dasar hukum yang digunakan hakim Pengadilan
Tinggi Agama Semarang No. 224/Pdt.G/2011/PTA.Smg.

4.

Pertimbangan dan dasar hukum yang digunakan hakim Pengadilan
Agama Purworejo No. 0272/Pdt.G/2011/PA.Pwr.

5.

Perbedaan pertimbangan hukum hakim.

C. Rumusan Masalah
1.

Bagaimana pertimbangan hukum dalam putusan Pengadilan Agama
Purworejo No. 0272/Pdt.G/2011/PA.Pwr?

2.

Bagaimana pertimbangan hukum dalam putusan

Pengadilan Tinggi

Agama Semarang No. 224/Pdt.G/2011/PTA.Smg.?
3.

Bagaimana kekuatan yuridis putusan Pengadilan Agama Purworejo No.
0272/Pdt.G/2011/PA.Pwr. dengan Putusan Pengadilan Tinggi Agama
Semarang No. 224/Pdt.G/2011/PTA.Smg. tentang cerai talak?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

D. Kajian Pustaka
Masalah perceraian yang diajukan untuk menyelesaikan permasalahan
dalam rumah tangga sudah banyak dibahas dalam karya tulis yang lain akan
tetapi dalam judul “Analisis Yuridis Terhadap Pembatalan Putusan
Pengadilan Agama Purworejo No. 0272/Pdt.G/2011/PA. Pwr. Oleh
Pengadilan Tinggi Agama Semarang No. 224/Pdt.G/2011/PTA. Smg.
Tentang Cerai Talak ” belum pernah dibahas dalam karya tulis lain. Namun
demikian ada karya ilmiah yang korelasinya dengan judul tersebut diatas:
1.

Dalam skripsi Ufi Khofiyatul Lailiyah tahun 2008 yang berjudul “
Analisis hukum islam terhadap putusan pengadilan tinggi agama
Surabaya No. 213/pdt.G/2007/PTA.Sby tentang cerai talak yang
membatalkan

putusan

pengadilan

agama

Bangil

No.

203/Pdt.G/2007/PA.Bgl” dengan pokok masalah pembatalan putusan
pengadilan tinggi agama Surabaya dengan pertimbangan hukum bahwa
alasan perceraian tidak dapat dibuktikan.

E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini
antara lain :
1.

Mengetahui diskripsi, pertimbangan dan dasar hukum hakim tentang
putusan Pengadilan Agama Purworejo No. 0272/Pdt.G/2011/PA.Pwr.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

2.

Mengetahui diskripsi, pertimbangan dan dasar hukum hakim tentang
putusan

Pengadilan Tinggi Agama Semarang No. 224/Pdt.G/2011/

PTA.Smg.
3.

Mengetahui kekuatan yuridis Putusan Pengadilan Agama Purworejo
No. 0272/Pdt.G/2011/PA.Pwr. dengan Pengadilan Tinggi Agama
Semarang No. 224/Pdt.G/2011/PTA.Smg. tentang cerai talak.

F. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian yang berjudul Analisis Yuridis Terhadap
Pembatalan Putusan oleh Pengadilan Tinggi Agama Semarang dengan No.
224/Pdt.G/2011/

PTA.Smg.

tentang

cerai

talak,

diharapkan

dapat

dipergunakan untuk:
1.

Aspek toeritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai kajian
ilmiah hukum keluarga Islam khususnya bagi mahasiswa Fakultas
Syariah dan

bahan pertimbangan pada penelitian selanjutnya untuk

mengetahui dan menetpkan masalah yang berhubungan dengan perkara
di Pengadilan Agama ataupun di Pengadilan Tinggi Agama tentang
cerai talak dan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memperkaya
khazanah keilmuan khususnya dibidang ilmu hukum Islam dan hukum
positif.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

2.

Aspek Praktis
Sebagai pedoman khususnya mahasiswa hukum Islam, para
praktisi hukum dan bagi masyarakat pada umumnya tentang cerai talak.

G. Definisi Operasional
Untuk mempermudah, dan menghindari terjadinya perbedaan
interpretasi dalam memahami pokok bahasan skripsi yang akan ditulis oleh
penulis ini maka penulis perlu mengurai kalimat dalam judul “Analisis
Yuridis Terhadap Pembatalan Putusan Oleh Pengadilan Tinggi Agama
Semarang No. 224/Pdt.G/2011/PTA. Smg. Tentang Cerai Talak ”
Analisis Yuridis

: Secara

hukum,

menganalisis

dengan

menggunakan Undang-Undang No. 1 Tahun
1974 tentang perkawinan dan PP No. 45 tahun
1975 tentang pelaksanaan UU No. 1 tahun
1974dan Peraturan Pemerintah No. 10 tahun
1983 jo. PP No. 45 tahun 1990 serta kompilasi
hukum Islam.
Pembatalan Putusan

: Proses, Perbuatan membuat suatu putusan
tidak berlaku atau tidak sah.10 Maksudnya
adalah putusan tidak sah oleh hakim tinggi

10

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahsa Indonesia, Edisi Ketiga (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005) 111.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

yang membatalkan putusan hakim pengadilan
tingkat

pertama

yang

bertujuan

untuk

menyelasaikan suatu perkara atau sengketa
antara para pihak.

H. Metode Penelitian
1.

Data yang dikumpulkan
Dalam penelitian yang dilakukan ini data yang dikumpulkan
adalah berupa berkas-berkas perkara dan hasil wawancara dengan pihak
yang terlibat dalam menangani perkara tersebut, meliputi:
a.

Data Primer
1) Putusan Pengadilan Agama Purworejo No. 0272/Pdt.G/2011/
PA.Pwr. dan Pengadilan Tinggi Agama Semarang No.
224/Pdt.G/2011/PTA.Smg.

b.

Data sekunder
1) Hasil wawancara dengan hakim Pengadilan Agama Purworejo
dan Pengadilan Tinggi Agama Semarang.

2.

Sumber Data
a.

Sumber Primer
1) Berkas putusan PA Purworejo No. 0272/Pdt.G/2011/PA.Pwr.
2) Berkas putusan PTA Semarang No. 224/Pdt.G/2011/PTA.Smg.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

3) Hakim Pengadilan Agama Purworejo yang menangani perkara
4) Hakim Pengadilan Tinggi Agama Semarang yang menangani
perkara
5) PP No. 10 tahun 1983 jo PP no. 45 tahun 1990 tentang izin
perkawinan dan perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil
b.

Sumber Sekunder
Berupa literatur yang berkenaan dengan hukum materiil dan
formil perdata yang berhubungan dengan masalah penelitian , antara
lain:
1) Intruksi presiden republik Indonesia no. 1 tahun 1991 tentang
kompilasi hukum Islam
2) UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan PP No. 9 tahun
1975 tentang petunjuk pelaksanaan UU No. 1 tahun 1974
3) SEMA (Surat Edaran Mahkamah Agung) No. 5 tahun1984
tentang petunjuk pelaksanaan peraturan pemerintah No. 10
tahun 1983.
4) SEMA (Surat Edaran Mahkamah Agung) No. 48/SE/1990
tentang petunjuk pelaksanaan PP (peraturan pemerintah) No. 45
tahun 1990 tentang perubahan atas PP No. 10 tahun 1983,
tentang izin perkawinan dan perceraian bagi pegawai negri sipil

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

5) UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama jo Amandemen
UU Peradilan Agama No. 3 tahun 2006 jo UU No. 50 tahun
2009
3.

Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a.

Dokumentasi11 yaitu mengkaji berkas perkara putusan hakim
Pengadilan Tinggi Agama Semarang dan Pengadilan Agama
Purworejo untuk memperoleh data tentang perkara yang diteliti.

b.

Wawancara (interview) yaitu pengumpulan data yang dilakukan
dengan wawancara dengan hakim dan panitera yang ada di
Pengadilan Tinggi Agama Semarang serta hakim Pengadilan Agama
Purworejo yang terlibat dalam perkara tersebut.

4.

Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh tersebut agar lebih praktis dan mudah
dipahami akan diuraikan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.

Editing
Pemeriksaan kembali semua data yang diperoleh terutam
dari segi kelengkapan, kejelasan makna, kesesuaian satu sama lain,
relevansi dan keseragaman.

11

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2004), 83.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

b.

Organizing
Penyusunan data yang diperoleh dalam kerangka yang akan
dijadikan dalam bahan pembahasan.

c.

Analizing
Melakukan analisis terhadap data-data yang telah diperiksa
dan disusun sehingga diperoleh suatu kesimpulan.

I.

Metode Analisis Data
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode
deskriptif

analitis

yang

bertujuan

untuk

menggambarkan

atau

mendeskripsikan secara jelas semua data yang ada untuk dikaji, disusun
secara sistematis untuk danalisis dengan menggunakan Kompilasi Hukum
Islam dan undang-undang yang berlaku di Indonesia. Analisis data
menggunakan pola pikir induktif dijelaskan sebagai metode pemikiran yang
bertolak dari hal khusus untuk menentukan hukum atau simpulan. Karena
pernyataan khusus dapat berupa contoh-contoh, dan pernyataan umum itu
berupa hukum atau simpulan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

J.

Sistematika Pembahasan
Agar penelitian ini dapat dipaparkan dengan alur pemikiran yang
sistematis dan mudah dipahami, maka penulis akan membuat sistematika
pembahasan sebagai berikut:
Bab pertama merupakan pendahuluan yang meliputi: latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,
tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua memuat merupakan tinjauan umum tentang putusan dan
cerai talak, tinjauan tentang putusan terdiri dari sub bab pengertian putusan,
susunan dan isi putusan, asas-asas putusan dan upaya hukum terhadap
putusan Pengadilan Agama. Tinjauan umum tentang cerai talak tediri dari
sub bab pengertian cerai talak, dalil dasar hukum perceraian talak, rukun
perceraian talak, jenis cerai talak.
Bab ketiga memuat tentang deskripsi hasil penelitian tentang wilayah
kedudukan dan yuridiksi Pengadilan Agama Purworejo. dan Pengadilan
Tinggi Agama Semarang dengan, deskripsi isi putusan Pengadilan Agama
Purworejo No. 0272/Pdt.G/2011/PA.Pwr. dan isi putusan Pengadilan Tinggi
Agama Semarang dengan No. 224/Pdt.G/2011/PTA.Smg yang meliputi:
dasar pertimbangan hakim Pengadilan Agama Purworejo dan hakim

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Pengadilan

Tinggi

Agama

Semarang

dalam

membatalkan

putusan

Pengadilan Agama Purworejo No. 0272/Pdt.G/2011/PA.Pwr tentang cerai
talak.
Bab

keempat

memuat

tentang

analisis

data

yang

sudah

dideskripsikan untuk menjawab masalah penelitian, yaitu analisis terhadap
putusan

Pengadilan

Tinggi

Agama

Semarang

dengan

No.

224/Pdt.G/2011/PTA.Smg, yang membatalkan putusan Pengadilan Agama
Purworejo No. 0272/Pdt.G/2011/PA.Pwr. tentang cerai talak.
Bab kelima merupakan penutup yang berisi, kesimpulan dan saran.
Kesimpulan yang dimaksud adalah jawaban dari rumusan maslah dalam
penelitian secara keseluruhan dan berdasarkan hasil penelitian, penulis
menyampaikan saran bila dirasa perlu.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PUTUSAN DAN CERAI TALAK

A. Tinjauan Tentang Putusan
1.

Pengertian Putusan
Produk hakim dari hasil pemeriksaan perkara di persidangan ada 3
macam, yaitu:
a) Putusan
b) Penetapan
c) Akta Perdamaian
Putusan ialah peryataan hakim yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan
diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka untuk umum, sebagai hasil dari
pemeriksaan perkara gugatan (kontentius).1
Penetapan ialah peryataan hakim yang dituangkan dalam bentuk tertulis
dan diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka untuk umum, sebagai hasil
dari pemeriksaan perkara permohonan (voluntair).
Akta perdamaian ialah akta yang dibuat oleh hakim yang berisi hasil
musyawarah antara para pihak dalam sengketa kebendaan untuk mengakhiri
sengketa dan berlaku sebagai putusan.

1

H.A. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008), 251.

19

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

2. Macam-Macam Putusan Hakim
a. Dilihat dari segi fungsinya dalam mengakhiri perkara ada 2 macam, yaitu:
1) Putusan akhir
Ialah putusan yang mengakhiri pemeriksaan dipersidangan, baik
yang telah melalui semua tahap pemeriksaan maupun yang belum/tidak
menempuh semua tahap pemeriksaan.
Putusan yang dijatuhkan sebelum sampai tahap akhir dari tahaptahap pemeriksaan, tetapi telah mengakhiri pemeriksaan, yaitu:
a.

Putusan gugur

b.

Putusan verstek yang tidak diajukan verzet

c.

Putusan tidak menerima

d.

Putusan yang menyatakan pengadilan tidak berwenang
memeriksa

Semua itu belum menempuh tahap-tahap pemeriksaan secara
keseluruhan melainkan baru pada tahap awal saja dan semua putusan akhir
dapat dimintakan banding , kecuali undang-undang menentukan lain.
2) Putusan sela (pasal 185 HIR)
Ialah putusan yang dijatuhkan masih dalam proses pemeriksaan
perkara dengan tujuan untuk memperlancar jalannya pemeriksaan. Putusan
sela tidak mengakhiri pemeriksaan, tetapi akan berpengaruh terhadap arah
dan jalannya pemeriksaan. Putusan sela ini dibuat seperti putusan biasa,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

tetapi tidak dibuat secara terpisah melainkan ditulis di dalam berita
persidangan saja.
Putusan sela harus diucapkan di depan sidang terbuka untuk umum
serta ditandatangani oleh majelis hakim dan panitera yang turut bersidang,
dan putusan sela ini selalu tunduk pada putusan akhir, karena tidak berdiri
sendiri dan akhirnya akan dipertimbangkan pada putusan akhir.
b. Kemudian jika dilihat dari segi hadir tidaknya para pihak pada saat
putusan dijatuhkan, putusan dibagi sebagai berikut:
1) Putusan gugur
Adalah putusan yang menyatakan bahwa gugatan/
permohonan gugur karena penggugat/pemohon tidak pernah
hadir, meskipun telah dipanggil sedangkan tergugat hadir dan
mohon putusan. Putusan gugur dijatuhkan pada sidang pertama
atau sesudahnya sebelum tahapan pembacaan gugatan atau
permohonan dan juga dapat dijatuhkan apabila telah dipenuhi
syarat:
a) Penggugat/pemohon telah dipanggil resmi dan patut untuk
hadir dalam sidang hari itu
b) Penggugat/pemohon ternyata tidak hadir dalam sidang
tersebut, dan tidak pula mewakilkan orang lain untuk hadir,
serta ketidakhadirannya itu karena suatu halangan yang sah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

c) Tergugat/termohon hadir dalam sidang
d) Tergugat/termohon mohon keputusan
Dalam hal penggugat/pemohon lebih dari seorang dan
tidak hadir semua, maka dapat pula diputus gugur. Dalam
putusan gugur, penggugat/pemohon dihukum membayar biaya
perkara. Dan dalam tahapan putusan ini dapat dimintakan
banding atau diajukan perkara baru lagi.
2) Putusan Verstek
Adalah putusan yang dijatuhkan karena tergugat atau
termohon tidak pernah hadir meskipun telah dipanggil secara
resmi, sedang penggugat hadir dan mohon putusan. Verstek
artinya tergugat tidak hadir dalam persidangan.2
Putusan verstek dapat dijatuhkan dalam sidang pertama
atau sesudahnya, sesudah tahapan pembacaan gugatan sebelum
tahapan jawaban tergugat, sepanjang tergugat/para tergugat
semuanya belum hadir dalam sidang padahal telah dipanggil
dengan resmi dan patut. Putusan verstek ini dapat dijatuhkan
apabila memenuhi syarat:
a) Tergugat telah dipanggil resmi dan patut untuk hadir dalam
sidang hari itu3
2
3

Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata…, 256.
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

b) Tergugat ternyata tidak hadir dalam sidang tersebut, dan
tidak pula mewakilkan orang lain untuk hadir, serta
ketidakhadirannya itu karena suatu halangan yang sah
c) Tergugat tidak mengajukan tangkisan/eksepsi mengenai
kewenangan
d) Penggugat hadir dalam sidang
e) Penggugat mohon keputusan
Dalam hal tergugat lebih dari seorang dan tidak hadir semua,
maka dapat pula diputus verstek.. Putusan verstek hanya bernilai secara
formil surat gugatan dan belum menilai secara materiil kebenaran dalildalil tergugat.
Apabila gugatan itu beralasan dan tidak melawan hak maka
putusan verstek berupa mengabulkan gugatan penggugat, sedang mengenai
dalil-dalil gugat, oleh karena dibantah maka harus dianggap benar dan
tidak perlu dibuktikan kecuali dalam perkara perceraian. Apabila gugatan
itu tidak beralasan dan atau melawan hak maka putusan verstek dapat
berupa tidak menerima gugatan penggugat dengan verstek Terhadap
putusan verstek ini maka tergugat dapat melakukan perlawanan (verzet)
tergugat tidak boleh mengajukan banding sebelum menggunakan hak

verzetnya lebih dahulu, kecuali jika penggugat yang banding terhadap
putusan verstek maka penggugat dapat mengajukan banding apabila

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

penggugat mengajukan banding, maka tergugat tidak boleh mengajukan

verzet, melainkan ia berhak pula mengajukan banding khusus dalam
perkara perceraian, maka hakim wajib membuktikan dulu kebenaran dalildalil tergugat dengan alat bukti yang cukup sebelum menjatuhkan putusan

verstek apabila tergugat mengajukan verzet, maka putusan verstek
menjadi mentah dan pemeriksaan dilanjutkan pada tahap selanjutnya.
Perlawanan (verzet berkedudukan sebagai jawaban tergugat)
Apabila perlawanan ini diterima dan dibenarkan oleh hakim berdasarkan
hasil

pemeriksaan/pembuktian

dalam

sidang,

maka

hakim

akan

membatalkan putusan verstek dan menolak gugatan penggugat tetapi bila
perlawanan itu tidak diterima oleh hakim, maka dalam putusan akhir akan
menguatkan verstek. 4
Terhadap putusan akhir ini dapat dimintakan banding putusan

verstek yang tidak diajukan verzet dan tidak pula dimintakan banding,
dengan sendirinya menjadi putusan akhir yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
1.

Putusan kontradiktoir
Adalah putusan akhir yang pada saat dijatuhkan atau
diucapkan dalam sidang tidak dihadiri salah satu atau para pihak
dalam pemeriksaan/putusan kontradiktoir disyaratkan bahwa baik

4

Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata…, 261.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

penggugat maupun tergugat pernah hadir dalam sidang terhadap
putusan kontradiktoir dapat dimintakan banding. Jika dilihat dari
isinya terhadap gugatan/perkara, putusan hakim dibagi sebagai
berikut:
2.

Putusan tidak menerima
Yaitu putusan yang menyatakan bahwa hakim tidak
menerima gugatan penggugat/permohonan pemohon atau
dengan kata lain gugatan penggugat/pemohonan pemohon
tidak diterima karena gugatan/permohonan tidak memenuhi
syarat hukum baik secara formil maupun materiil.
Dalam hal terjadi eksepsi yang dibenarkan oleh
hakim, maka hakim selalu menjatuhkan putusan bahwa
gugatan penggugat tidak dapat diterima atau tidak menerima
gugatan penggugat.
Meskipun tidak ada eksepsi, maka hakim karena
jabatannya dapat memutuskan gugatan penggugat tidak
diterima jika ternyata tidak memenuhi syarat hukum
tersebut, atau terdapat hal-hal yang dijadikan alasan eksepsi
Putusan tidak menerima dapat dijatuhkan setelah
tahap jawaban, kecuali dalam hal verstek yang gugatannya

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

ternyata tidak beralasan dan atau melawan hak sehingga
dapat dijatuhkan sebelum tahap jawaban5.
Putusan tidak menerima belum menilai pokok
perkara (dalil gugat) melainkan baru menilai syarat-syarat
gugatan saja. Apabila syarat gugat tidak terpenuhi maka
gugatan pokok (dalil gugat) tidak dapat diperiksa.
Putusan ini berlaku sebagai putusan akhir terhadap
putusan ini, tergugat dapat mengajukan banding atau
mengajukan perkara baru. Demikian pula pihak tergugat
yang menyatakan Pengadilan Agama tidak berwenang
mengadili suatu perkara merupakan suatu putusan akhir
3.

Putusan menolak gugatan penggugat
Yaitu

putusan

akhir

yang

dijatuhkan

setelah

menempuh semua tahap pemeriksaan dimana ternyata dalildalil gugat tidak terbukti dalam memeriksa pokok gugatan
(dalil gugat) maka hakim harus terlebih dahulu memeriksa
apakah syarat-syarat gugat telah terpenuhi, agar pokok
gugatan dapat diperiksa dan diadili.6
4.

Putusan mengabulkan gugatan penggugat untuk sebagian
dan menolak/tidak menerima selebihnya.

5
6

Ibid., 258.
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata…, 259.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Putusan ini merupakan putusan akhir, dalam kasus
ini dalil gugat ada yang terbukti dan ada pula yang tidak
terbukti atau tidak memenuhi syarat sehingga:7
a) Dalil gugat yang terbukti maka tuntutannya dikabulkan
b) Dalil gugat yang tidak terbukti makan tuntutannya
ditolak
c) Dalil gugat yang tidak memenuhi syarat maka diputus
dengan tidak diterima
5.

Putusan mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya
Putusan ini dijatuhkan apabila syarat-syarat gugat
telah terpenuhi dan seluruh dalil-dalil tergugat yang
mendukung petitum ternyata terbukti. Untuk mengabulkan
suatu petitum harus didukung dalil gugat. Satu petitum
mungkin didukung oleh beberapa dalil gugat. Apabila
diantara dalil-dalil gugat itu ada sudah ada satu dalil gugat
yang dapat dibuktikan maka telah cukup untuk dibuktikan,
meskipun mungkin dalil-dalil gugat yang lain tidak terbukti.
Prinsipnya, setiap petitum harus didukung oleh dalil
gugat.

7

Ibid. 259.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Sedangkan jika dilihat dari segi sifatnya terhadap akibat
hukum yang ditimbulkan, maka putusan dibagi sebagai berikut:
1.

Putusan Diklatoir
Yaitu putusan yang hanya menyatakan suatu
keadaan tertentu sebagai keadaan yang resmi menurut
hokum semua perkara voluntair diselesaikan dengan
putusan

diklatoir

dalam

bentuk

penetapan

atau

beschiking dan Putusan diklatoir biasanya berbunyi
menyatakan, Putusan ini tidak memerlukan eksekusi dan
juga merubah atau menciptakan suatu hukum baru,
melainkan hanya memberikan kepastian hukum semata
terhadap keadaan yang telah ada.
2. Putusan Konstitutif
Yaitu

suatu

putusan

yang

menciptakan/

menimbulkan keadaan hukum baru, berbeda dengan
keadaan hukum sebelumnya.
Putusan konstitutif selalu berkenaan dengan
status hukum seseorang atau hubungan keperdataan satu
samalain dan putusan konstitutif tidak memerlukan
eksekusi, diterangkan dalam bentuk putusan dan
putusan konstitutif biasanya berbunyi menetapkan atau

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

memakai kalimat lain bersifat aktif dan bertalian
langsug dengan pokok perkara, misalnya memutuskan
perkawinan, dan sebagainya, keadaan hukum baru
tersebut dimulai sejak putusan memperoleh kekuatan
hukum tetap.
3. Putusan Kondemnatoir
Yaitu putusan yang bersifat menghukum kepada
salah satu pihak untuk melakukan sesuatu, atau
menyerahkan sesuatu kepada pihak lawan, untuk
memenuhi prestasi8 dan putusan kondemnatoir terdapat
pada perkara kontentius, selaku berbunyi “menghukum”
dan memerlukan eksekusi. Apabila pihak terhukum
tidak mau melaksanakan isi putusan dengan sukarela,
maka

atas

dilakukan

permohonan
dengan

tergugat,

paksa

oleh

putusan

dapat

pengadilan

yang

memutusnya.
Putusan dapat dieksekusi setelah memperoleh
kekuatan hukum tetap, kecuali

dalam hal vitvoer baar

bijvoorraad, yaitu putusan yang dilaksanakan terlebih
dahulu meskipun ada upaya hukum (putusan serta

8

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia (Yogyakarta: Liberty, 1999), 193.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

merta). Putusan

kondemnatoir

dapat

berupa

penghukuman untuk:
1.

Menyerahkan suatu barang

2.

Membayar sejumlah uang

3.

Melakukan suatu perbuatan tertentu

4.

Menghentikan suatu perbuatan/keadaan

5.

Mengosongkan tanah/rumah9

3. Susunan dan Isi Putusan
Di dalam HIR tidak ada ketentuan yang mengatur tentang
bagaimana putusan hakim harus dibuat. Hanyalah tentang apa yang harus
dimuat didalam putusan diatur dalam pasal 183, 184, 187 HIR.
Suatu putusan hakim terdiri dari 4 bagian, yaitu: 1. Kepala putusan, 2.
Identitas para pihak, 3. Pertimbangan, 4. Amar.10
a. Kepala Putusan
Setiap putusan pengadilan haruslah mempunyai kepala pada
bagian atas putusan yang berbunyi: “Demi Keadilan berdasarkan Ke-

Tuhanan Yang Maha Esa” Kepala Putusan ini memberi kekuatan
eksekutorial pada putusan. Apabila kepala putusan ini tidak

9

Mukti Arto, Praktek Perkara Perdana…, 260.
Sudikno mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta,
1999), 184.
10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

dibubuhkan pada suatu putusan pengadilan maka hakim tidak dapat
melaksanakan putusan tersebut.11
b. Identitas Para Pihak
Sebagaimana perkara atau gugatan itu mempunyai sekurangkurangnya dua pihak, maka didalam putusan harus dimuat identitas
dari para pihak: nama, umur, alamat, dan nama dari pengacaranya
kalau ada.

c. Pertimbangan
Pertimbangan atau yang sering disebut dengan considerans
merupakan dasar putusan. Pertimbangan dalam putusan perdata dibagi
dua, yaitu: pertimbangan tentang duduk perkara atau peristiwa dan
pertimbangan tentang hukumnya. Didalam proses perdata terdapat
pembagian tugas yang tetap antara para pihak dan hakim. Para pihak
harus mengemukakan peristiwanya, sedangkan soal hukum adalah
urusan hakim.12 Apa yang dimuat dalam bagian pertimbangan dari
putusan tidak lain adalah alasan-alasan hakim sebagai pertanggung
jawaban kepada masyarakat mengapa ia sampai mengambil putusan
demikian, sehingga oleh karenanya menpunyai nilai objektif.

11
12

Ibid., 184-185.
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

d. Amar
Amar yang merupakan jawaban terhadap petitum daripada
gugatan adalah amar atau dictum. Ini berarti bahwa amar merupakan
tanggapan dari petitum. Hakim wajib mengadili semua bagian
tuntutan dan dilarang menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak
dituntut atau mengabulkan lebih daripada yang dituntut (ps. 178 ayat
2 dan 3 HIR).
Pasal 178 ayat 3 HIR tersebut sangat mengekang kebebasan
hakim. Hakim sangat dibatasi kebebasanya oleh isi tuntutan atau
kepentingan pihak penggugat. Memang benar bahwa kepentingan
penggugat mempunyai peranan pokok dalam suatu gugatan yang
harus diperiksa dan diadili oleh hakim.akan tetapi apa yang harus
diperhatikan oleh hakim, bahkan yang merupakan prinsip, iala bahwa
ia harus menjatuhkan putusan seadil-adilnya sesuai dengan kebenaran
dan sungguh-sungguh menyelesaikan perkara sampai tuntas. Untuk
itu hakim harus diberi kebebasan dan tidak diboleh terlalu dikekang
oleh kepentingan pihak penggugat. Mengingat hakim di dalam hukum
acara perdata menurut HIR itu aktif, maka hakim harus diberi
kelonggaran dalam menafsirkan dan menerapkan pasal 178 ayat 3
HIR.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

Amar terdiri dari dua bagian yaitu declarative dan dispositive. Bagian
yang disebut declarative merupakan penetapan hubungan hukum yang
menjadi sengketa, sedangkan yang disebut dispositive

Dokumen yang terkait

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

ANALISIS ISI LIRIK LAGU-LAGU BIP DALAM ALBUM TURUN DARI LANGIT

22 212 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26