BAB III METODE PENGKAJIAN

BAB

III

METODE PENGKAJIAN
A. Lokasi dan Waktu Pengkajian
Pengkajian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016 sampai dengan bulan
Oktober 2016,

dengan lokasi penelitian pada dua kecamatan yaitu

m2016asing-masing adalah Kecamatan Camba dan Kecamatan Cenrana di
Kabupaten Maros.

Penentuan kedua wilayah kecamatan tersebut sebagai

tempat penelitian didasarkan kepada kedua wilayah tersebut merupakan
wilayah sentral pengembangan komoditi kacang tanah di Kabupaten Maros.
B. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam pengkajiann ini adalah keseluruhan petani
pada Kecamatan Camba dan Cenrana yang melakukan usahatani kacang

tanah tempat penelitian akan dilaksanakan.
Dalam pengambilan populasi dan sampel didasarkan pada pertimbangan
bahwa

pada kedua wilayah

tersebut adalah merupakan wilayah

pengembangan kacang tanah dan para petani yang ada di wilayah itu sudah
terbiasa menanam kacang tanah dan memiliki ciri khas dalam melakukan
usahatani kacang tanah, sehingga dapat dijadikan tolak ukur dalam penelitian
ini untuk mewakili petani yang ada di Kecamatan Camba dan Cenrana .
Pengambilan

sampel dilakukan secara bertahap

dan pemilihan

kecamatan dan desa dilakukan secara sengaja, sedangkan pemilihan sampel
penelitian dilakukan secara acak sederhana yaitu :

a. Tahap pertama, dipilih dua wilayah kecamatan secara sengaja yaitu
Kecamatan Camba dan Kecamatan Cenrana yang merupakan wilayah
sentral pengembangan kacang tanah.
b. Tahap kedua, dari setiap kecamatan dipilih satu desa/kelurahan secara
sengaja, yang termasuk desa/kelurahan

pengembangan kacang tanah

yaitu Desa Sawaru Kecamatan Camba dan Desa Rompegading
Kecamatan Cenrana
c. Tahap ketiga, pada kedua desa tertsebut di atas dilakukan pemilihan
petani responden sebagai unit analisis tingkat petani dengan jumlah

sampel 40 orang petani untuk setiap desa yang dipilih secara acak
sederhana (Simple Random sampling).
Jadi jumlah responden

sebanyak 80 orang, yang diambil dari dua

kecamatan, dua desa/kelurahan.


C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dibutuhkan di dalam pelaksanaan penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung di lapangan baik melalui
observasi

maupun

melalui

wawancara

kepada

petani

responden.


Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar kuesioner yang
telah disiapkan sebelumnya.
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang bersumber dari buku, arsip, dokumen,
dan naskah dari Kantor Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kabupaten Maros, Badan Pusat Statistik Kabupaten Maros, dan UPTD.
BPSB Kabupaten Maros.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner, pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mengedarkan
atau menanyakan langsung kepada responden dengan menggunakan
daftar pertanyaan yang telah disediakan
2. Wawancara mendalam, data yang dikumpulkan untuk melengkapi data
yang tidak sempat tertulis dalam kuesioner
3. Observasi, pengumpulan data secara langsung di lokasi penelitian untuk
melakukan pengamatan yang berkaitan dengan penelitian ini.
E. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Analisis Deskriptif :

2


Hipotesis yang pertama akan dianalisis dengan menggunakan Analisis
Deskriptif yang dimaksudkan untuk menjelaskan atau menginterpretasikan
data yang ada dalam bentuk tabel atau grafik dan mengkaji secara
mendalam, sehingga dapat digambarkan mengenai hal-hal yang dapat
menunjang pengembangan usahatani kacang tanah di Kabupaten Maros.
2. Analisis “ UJI CHI-SQUARE “.
Hopitesis yang kedua

digunakan untuk menunjukkan hubungan antara

intensitas penyuluhan, pengetahuan, keterampilan, sikap petani dengan
tingkat penerapan paket teknologi. Menurut Sudjana (2002) dan Walpole
(1995) bahwa untuk Uji Independen antara dua faktor digunakan rumus (1)
yaitu ;

N {( AD - BC ) ( 12 N )}
X =
( A + B )(C + D )( A + C )(B + D )
2


(1)

2

Keterangan :
X2

= Chi-Square

N

= Jumlah Sampel

A,B,C,D = Nilai Tabel dalam Kontigensi
½ N = Jumlah Responden dibagi dua
Pengambilan kesimpulan didasarkan pada :
1. Jika X2Hit ≥ X2Tabel : terdapat hubungan antara kedua variabel.
2. Jika X2Hit  X2Tabel : tidak terdapat hubungan antara kedua variabel


Jika hasil Analisis Chi- Square ini menunjukkan adanya hubungan antara
kedua variabel maka selanjutnya untuk mengetahui derajat hubungan
antara faktor yang satu dengan faktor yang lain digunakan rumus (2) yaitu :

C 

X 2
X 2  N

( 2)

Keterangan :
3

C = Koefisien kontingensi
X2 = Chi-Kuadrat
N = Banyaknya sampel
Menurut Singarimbun dan Effendi (1987) bahwa makin besar Koefisien
kontingensi berarti hubungan antara dua variabel sangat erat, dan C akan
berkisar antara 0 dan 1,00. Sedangkan menurut Sudjana (2002) bahwa

agar C yang diperoleh dapat dipakai untuk menilai derajat asosiasi antar
faktor, maka harga C perlu dibandingkan dengan koefisien kontingensi
maksimun dengan rumus (3) :

m - 1
m

C maks =

(3)

Keterangan :
C maks = Koefisien kontingensi maksimun
m = harga minimum antara baris dan kolom
Pengambilan kesimpulan didasarkan pada
Makin dekat harga C kepada C

maks

makin besar derajat asosiasi antar


faktor dengan kata lain faktor yang satu makin berkaitan dengan faktor lain.
F. Defenisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup maka akan diberikan

beberapa defenisi

sebagai berikut :
1. Sarana adalah bahan yang habis terpakai dalam satu kali proses produksi
seperti benih, pupuk dan pestisida.
2. Prasarana adalah infra struktur yang dapt memperlancar dan menunjang
pengembangan kacang tanah seperti alat-alat mesin pertanian (Alsintan),
pengairann/irigasi, dan pasar.
3. Tingkat Ketersediaan sarana dan prasarana Teknologi adalah tersedianya
sarana dan prasana bagi petani yang dapat digunakan atau dapat
menunjang pengembangan kacang tanah di Kabup[aten Maros.
4. Paket Teknologi adalah komponen paket teknologi yang terdiri dari
perangkat keras (hard ware) dan perangkat lunak (soft ware). Perangkat

4


keras yaitu ; lahan, benih, pupuk, perstisida, pengairan, alat-alat pertanian
dan perangkat lunak yaitu : kegiatan penyuluhan, dan pemasaran.
5. Penerapan Paket Teknologi adalah kemampuan petani mengaplikasikan
teknologi dalam pengembangan kacang tanah di Kabupaten Maros.
Pengukurannya yaitu :
a. Petani yang menerapkan

paket teknologi

sesuai dengan anjura

diberi skor 3
b. Petani

yang menerapkan paket teknologi tetapi belum sesuai

dengan anjuran diberi skor 2.
c. Petani yang belum menerapkan paket teknologi diberi skor 1.
Petani dikategorikan :

Penerapan tinggi adalah jika nilai skor penerapan petani ≥ dari nilai
rata-rata skor petani responden .
Penerapan rendah adalah

jika nilai skor penerapan petani < dari nilai

rata-rata skor petani responden.
6. Intensitas penyuluhan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seberapa
banyak petani tersebut menerima informasi, baik melalui agen penyuluhan,
maupun keinginan sendiri mengunjungi kantor penyuluhan

di tingkat

kecamatan dan di tingkat kabupaten. Berdasarkan intensitas penyuluhan
yang diterima petani perbulan maka pengukuran dilakukan dengan cara:
Apabila penyuluhan dilakukan empat kali sebulan di beri skor 3, dua kali
sebulan diberi skor 2 dan kurang atau sama dengan satu kali sebulan
diberi skor 1.
Petani dikategorikan sebagai berikut :
a. Penyuluhan intensif apabila frekwensi penyuluhan ≥ frekwensi
penyuluhan rata-rata petani responden
b. Penyuluhan

kurang

intensif

apabila

frekwensi

penyuluhan

<

frekwensi penyuluhan rata-rata petani responden.
7. Pengetahuan Petani adalah pemahaman petani secara mendalam dan
benar terhadap Teknologi Produksi dalam meningkatkan produksi kacang
tanah.

5

Pengukurannya yaitu : benar atau salahnya jawaban yang diberikan petani
responden terhadap lima item pertanyaan berisi tentang pemahaman
terhadap setiap komponen teknologi yang diajukan kepadanya dengan
ketentuan bahwa :
a. Pertanyaan yang diajukan dan dijawab sebanyak 4 - 5 secara benar,
maka diberi skor 3
b. Pertanyaan yang diajukan dan dijawab sebanyak 2 - 3 secara benar,
maka diberi skor 2
c. Pertanyaan yang diajukan dan dijawab ≤ 1 secara benar, maka diberi
skor 1.
Tinggi dan rendahnya tingkat

pengetahuan petani terhadap teknologi

produksi ditentukan dari total nilai pemahaman dari semua komponen
teknologi produksi dengan nilai rata-rata pemahaman seluruh komponen
oleh petani responden dengan kategori sebagai berikut :
a. Pengetahuan tinggi jika nilai pemahaman teknologi produksi oleh petani
≥ nilai rata-rata pemahaman teknologi petani responden.
b. Pengetahuan rendah

jika nilai pemahaman teknologi produksi oleh

petani < nilai rata-rata pemahaman teknologi produksi petani responden
8. Keterampilan petani adalah kemampuan petani responden melaksanakan
secara baik dan benar setiap komponen teknologi produksi dalam
meningkatkan produksi kacang tanah.
Pengukurannya yaitu : benar atau salahnya jawaban yang diberikan petani
responden terhadap lima item pertanyaan berisi tentang cara pelaksanaan
setiap komponen teknologi produksi yang diajukan kepadanya dengan
ketentuan bahwa :
a. Pertanyaan yang diajukan dijawab sebanyak 4 - 5 secara benar, maka
diberi skor 3
b. Pertanyaan yang diajukan dijawab sebanyak 2 - 3 secara benar, maka
diberi skor 2.

6

c. Pertanyaan yang diajukan dijawab ≤ 1 secara benar, maka diberi skor
1.
Tinggi dan rendahnya tingkat keterampilan petani ditentukan dari total nilai
pelaksanaan semua komponen teknologi produksi dengan nilai rata-rata
pelaksanaan seluruh komponen teknologi produksi oleh petani responden
dengan ketentuan bahwa :
a.

Keterampilan tinggi jika nilai pelaksanaan teknologi produksi ≥ dari
nilai rata-rata pelaksanaan teknologi petani responden.

b.

Keterampilan rendah jika nilai pelaksanaan teknologi produksi < dari
nilai rata-rata pelaksanaan teknologi produksi petani responden.

9. Sikap petani adalah kecenderungan petani untuk memberikan penilaian
atau tanggapan

secara positif atau negatif terhadap setiap komponen

teknologi produksi dalam meningkatkan produksi kacang tanah .
10. Sikap positif petani adalah kecenderungan petani untuk memberikan
penilaian atau tanggapan yang positif terhadap Paket teknologi.
11. Sikap negatif petani adalah

kecenderungan petani untuk memberikan

penilaian atau tanggapan yang negatif terhadap paket teknologi. Menurut
Sevilla, C.G, dkk (1993) dan Danin (2004) bahwa sikap diukur dengan
menggunakan ukuran skala atau ukuran interval Pengukurannya yaitu :
Pernyataan

yang diajukan kepada petani responden sebanyak delapan

item yang terdiri dari empat item pernyataan nilai positif dan empat item
pernyataan nilai negatif.
Untuk pernyataan yang mengukur nilai positif,

jawaban dinilai dengan

angka yaitu :
a. Sangat setuju

: 5

b. Setuju

: 4

c. Tidak berpendapat : 3
d. Tidak setuju

: 2

e. Sangat tidak setuju : 1

Untuk pernyataan yang mengukur nilai negatif,

jawaban dinilai dengan

angka yaitu :
7

a. Sangat setuju

: 1

b. Setuju

: 2

c. Tidak berpendapat : 3
d. Tidak setuju

: 4

e. Sangat tidak setuju : 5
Sikap positif atau negatif petani terhadap teknologi produksi ditentukan
dari total nilai tanggapan petani dari semua komponen teknologi produksi
dengan nilai rata-rata pelaksanaan seluruh komponen oleh petani
responden dengan kategori sebagai berikut :
a. Sikap positif jika

nilai tanggapan terhadap komponen teknologi

produksi ≥ dari nilai rata-rata tanggapan petani responden.
b. Sikap negatif jika nilai tanggapan terhadap komponen teknologi
produksi < dari nilai rata-rata tanggapan petani responden.
12. Produksi adalah hasil yang diperoleh petani sebagai akibat penggunaan
beberapa faktor produksi dalam periode tertentu dan dinyatakan dalam
satuan ton.
13. Produktivits adalah jumlah produksi persatuan lahan yang dinyatakan dalam
ton per hektar (ton/ha).
14. Potensi lahan adalah kemampuan serta daya dukung lahan yang

dapat

dimanfaatkan oleh petani untuk mengembangkan usahatani kacang tanah
yang dinyatakan dalam satuan hektar (Ha).

8