files41980Penyusunan Profil

(1)

PENYUSUNAN PROFIL PENANGGULANGAN

KRISIS KESEHATAN DINAS KESEHATAN

KABUPATEN/KOTA TAHUN 2016

Depok, 29-31 Agustus 2016

PUSAT KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


(2)

PENDAHULUAN

 Pusat Krisis Kesehatan pada Tahun 2016

melakukan Penilaian (Assesment) Kapasitas Kabupaten/Kota dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan

Target pelaksanaan adalah 34


(3)

KABUPATEN/KOTA TARGET TAHUN 2016

 34 Kabupaten/Kota di 8 Provinsi

BENGKULU

• BengkuluTengah • Kota Bengkulu • Lebong

• Bengkulu Utara • Muko-Muko KALIMANTAN BARAT • Sambas • Ketapang • Landak KALIMANTAN TENGAH • Kapuas • BaritoTimur • Pulang Pisau

KALIMANTAN TIMUR

• Berau

• KutaiTimur • Kota Bontang


(4)

KABUPATEN/KOTA TARGET TAHUN 2016

 34 Kabupaten/Kota di 8 Provinsi

SULAWESI BARAT

• Polewali Mandar • Majene

• Mamasa

NUSA TENGGARA TIMUR

• Timor Tengah Utara • TimorTengah Selatan • Kota Kupang

• Ende • FloresTimur • Sikka SULAWESI TENGGARA • Muna • Buton • Kolaka

• Kolaka Utara • Bombana

MALUKU UTARA

• Halmahera Utara • Halmahera Barat • HalmaheraTengah • HalmaheraTimur • Halmahera Selatan • Kepulauan Morotai


(5)

Hasil

Asistensi

Profil

Penanggulangan Krisis Kesehatan Kabupaten/Kota

Bahaya (Hazard) Kerentanan (Vulnerability)

Kapasitas (Capacity)

Permasalahan


(6)

PROFIL PENANGGULANGAN KRISIS

KESEHATAN

Mengambarkan Hazard (Bahaya),

Kerentanan (Vulnerability) dan Kapasitas (Capacity) dalam penanggulangan krisis kesehatan

Menggambarkan kesenjangan/permasalahan

terkait penanggulangan krisis kesehatan di wilayah tersebut

Memberikan rekomendasi kebijakan yang

tepat berdasarkan


(7)

TAHAP PENYUSUNAN PROFIL

PENANGGULANGAN KRISIS


(8)

I. PENGUMPULAN DATA

 Dilakukan dengan metode asistensi,

kunjungan langsung ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Wawancara dengan pengelola

penanggulangan krisis kesehatan dengan menggunakan instrumen berupa kuosioner

 Kuosioner berisi pertanyaan yang mencakup

3 komponen penilaian risiko kesehatan yaitu Bahaya (Hazard), Kerentanan (Vulnerability) dan Kapasitas (Capacity)


(9)

PROSES PENYUSUNAN KUOSIONER

Menentukan tolok ukur

Mencari standard

Identifikasi indikator


(10)

R E F E R E N S I

Permenkes No. 77 /2014 tentang Sistem

Informasi

Penanggulangan Krisis Kesehatan

Perka BNPB No. 3 /2012 tentang Panduan

Penilaian Kapasitas Daerah dalam PB

Benchmarks, Standards and Indicators for

Emergency

Preparedness and Response (WHO)

Instrumen dari PKMK UGM


(11)

HAZARD

Standar : Suatu wilayah probabilitasnya rendah untuk terjadi krisis kesehatan

1. Jumlah Kejadian krisis kesehatan 5 tahun terakhir  jarang : <3 kali, cukup : 3 -4 kali, sering >4 kali

2. Jumlah jenis ancaman bencana

semakin banyak semakin berisiko

INDIKATOR


(12)

KERENTANAN

Standard :

Kondisi sosial, budaya dan ekonomi masyarakat baik sehingga mampu bertahan dari sisi kesehatan dalam

menghadapi bahaya/ancaman

INDIKATOR

Kepadatan penduduk, Jumlah kelompok rentan, IPM, IPKM,

TOLOK UKUR

SOSBUD

EKONOMI

FISIK


(13)

KAPASITAS

Kemampuan daerah dan masyarakat untuk

melakukan pengurangan tingkat ancaman dan tingkat kerugian bidang

kesehatan akibat bencana


(14)

TOLOK UKUR KAPASITAS

1. Akses Komunikasi 2. Akses Transportasi 3. Fasilitas Pelayanan

Kesehatan 4. Sumber Daya

Manusia Kesehatan 5. Tim Penanggulangan

Krisis Kesehatan

6. Kebijakan/Peraturan

7. Mekanisme Koordinasi Penanggulangan Krisis Kesehatan

8. Struktur Organisasi 9. Rencana

Penanggulangan Krisis Kesehatan

10. SOP Penanggulangan Krisis Kesehatan


(15)

TOLOK UKUR KAPASITAS

12. Keterlibatan Institusi/Lembaga Non Pemerintahan dalam PKK 13. Peningkatan Kapasitas Petugas 14. Manajemen Data dan

Informasi PKK

15. Public Safety Center (PSC)

16. Kapasitas untuk

Memetakan Risiko Krisis Kesehatan

17. Pemberdayaan Masyarakat

18. Fasyankes yang Aman terhadap Bencana

19. Sistem Peringatan Dini dan Surveilans Penyakit 20. Sarana dan Prasarana


(16)

KUESIONER PUSAT KRISIS

KESEHATAN TAHUN 2016

Total : 106 pertanyaan, 15 halaman


(17)

PEMBACAAN INFORMASI

Langkah awal Menggunakan standard dalam peraturan perundangan / regulasi yang berlaku

Bila tidak ada dalam regulasi

Mengunakan standard dalam pedoman/ referensi nasional /internasional

Bila tidak ada pedoman

Berdasarkan data-data empiris


(18)

II. INPUT HASIL KUOSIONER KE DALAM

SISTEM INFORMASI PKK (SIPKK)

 Data yang diperoleh dari pengisian kuosioner

diinput dengan menggunakan teknologi informasi ke dalam Sistem Informasi


(19)

III.PENGOLAHAN DATA

Hasil Input data diolah dalam Decision

Support System (DSS) yang juga terdapat di


(20)

IV. PENYUSUNAN DRAFT PROFIL

 Sistematika penyajian Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Kabupaten/Kota :

1. Pendahuluan

2. Karakteristik Wilayah

3. Karakteristik Potensi Kejadian Krisis Kesehatan

4. Kerentanan

5. Kapasitas

 Kelembagaan/Kebijakan

 Penguatan Kapasitas (Fasyankes dan SDM Kesehatan)

 Sistem Peringatan Dini

 Mitigasi

 Kesiapsiagaan 6. Kesimpulan


(21)

V. OUTPUT PENYUSUNAN PROFIL

KABUPATEN/KOTA

Output penyusunan profil penanggulangan

krisis kesehatan Kabupaten/Kota berupa : 1. Pencetakan dalam bentuk buku

• Per Provinsi (Untuk Provinsi) • Per Kabupaten/Kota (Untuk

Kabupaten/Kota)

• Keseluruhan (Untuk Pusat)

2. Rumusan Kebijakan (Policy Brief)

Penanggulangan Krisis Kesehatan untuk Kementerian Kesehatan


(22)

HASIL PENYUSUNAN PROFIL

PENANGGULANGAN KRISIS


(23)

ANCAMAN (HAZARD)

Ancaman yang paling banyak adalah :

1. Banjir

2. Kebakaran

3. Tanah Longsor

4. Angin Puting Beliung 5. Gempa Bumi.


(24)

KERENTANAN (VULNERABILITY)

Kerentanan dinilai dari status kesehatan

masyarakat berdasarkan nilai Indeks

Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) di mana 76,5% Nilai IPKMnya di bawah rata-rata


(25)

KERENTANAN (VULNERABILITY)

KLASIFIKASI IPKM JUMLAH

KAB/KOTA KABUPATEN/KOTA

Di bawah Rata-rata

(< 0.6401) 26 Kolaka, Bombana, TTU, HalmaheraTengah,Buton, Halmahera Barat, KutaiTimur, Landak, Bengkulu

Utara, Barito Timur, Flores Timur, Kep. Morotai, Muna, Mukomuko, Halmahera Selatan, Bontang,

Mamasa, Halmahera Timur, Sikka, Sambas, Polewali Mandar, Ende, TTS, Berau, Halmahera Utara, Kapuas

Rata-rata

(0.6401 - 0.7270 ) 5 Bengkulu Tengah, Lebong, KotaKupang, Pulang Pisau, Majene Di atas rata-rata


(26)

KERENTANAN (VULNERABILITY)

Populasi Kelompok Rentan

11.8

41.2

47.1

DI ATAS RATA - RATADI BAWAH RATA - RATA RATA-RATA


(27)

KERENTANAN (VULNERABILITY)

 Status Kesejahteraan Masyarakat

berdasarkan Nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

79.4

8.8

11.8

MENENGAH ATAS

MENENGAH BAWAH RENDAH


(28)

KERENTANAN (VULNERABILITY)

 Status Kesehatan Masyarakat berdasarkan

Nilai Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM)

8.8

76.5

14.7

DI ATAS RATA - RATA DI BAWAH RATA -RATA


(29)

KAPASITAS (CAPACITY)

 Indikator Penilaian Kapasitas :

1. Kebijakan/peraturan, yang terdiri dari

kebijakan/peraturan, struktur organisasi penanggulangan krisis kesehatan, keterlibatan institusi/lembaga non

pemerintahan

2. Penguatan Kapasitas, yang terdiri dari fasilitas pelayanan kesehatan, sumber daya manusia dan penanggulangan krisis kesehatan

3. Sistem Peringatan Dini

4. Mitigasi, yang terdiri dari pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan krisis kesehatan dan kapasitas untuk memetakan risiko krisis kesehatan

5. Kesiapsiagaan, yang terdiri dari rencana penanggulangan krisis kesehatan dan SOP, pembiayaan, sarana prasarana, penilaian fasyankes aman dan PSC.


(30)

KAPASITAS (CAPACITY)

 Pedoman/SOP

91,2% kabupaten/kota belum menyusun SOP/Pedoman keterlibatan institusi/lembaga

non pemerintahan dalam penanggulangan krisis


(31)

KAPASITAS (CAPACITY)

 Mekanisme Koordinasi

82,4% kabupaten/kota belum

menyusun mekanisme

koordinasi terkait

penanggulangan krisis

kesehatan


(32)

KAPASITAS (CAPACITY)

 Peraturan Penanggulangan Krisis Kesehatan

75% kabupaten/kota

belum memiliki

peraturan/SK

Kadinkes terkait

penanggulangan


(33)

KAPASITAS (CAPACITY)

 SDM Kesehatan

Seluruh kabupaten/kota

kekurangan dokter

spesialis, 97,10%

kekurangan dokter

umum dan 61,8%

kekurangan perawat


(34)

KAPASITAS (CAPACITY)

 Rumah Sakit

88,2% kekurangan

tempat tidur dan

85,3% belum

memiliki

Hospital

Disaster Plan


(35)

KAPASITAS (CAPACITY)

 Peningkatan kapasitas SDM

70,6% kabupaten/kota belum memiliki

Perencanaan peningkatan kapasitas SDM terkait

PKK yang rutin dan berkesinambungan


(36)

KAPASITAS (CAPACITY)

 Sistem Peringatan Dini

58,8% kabupaten/kota

belum memiliki sistem

peringatan dini


(37)

KAPASITAS (CAPACITY)

 SOP Penanggulangan Krisis Kesehatan

Lebih dari 80% belum

memiliki SOP-SOP yang

dibutuhkan untuk

penanggulangan krisis

kesehatan


(38)

KAPASITAS (CAPACITY)

 Rencana Kontinjensi

75% kabupaten

kota belum

menyusun

rencana

kontinjensi


(39)

KAPASITAS (CAPACITY)

 Standar Minimal Pelayanan Kesehatan

88,2% kabupaten/kota

belum menggunakan rujukan

standar minimal pelayanan


(40)

KAPASITAS (CAPACITY)

 Penilaian Fasyankes Aman Bencana

79,4% belum melakukan

penilaian fasyankes yang


(41)

KAPASITAS (CAPACITY)

 Public Safety Center (PSC)

73,5% belum memiliki


(42)

(43)

DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

1. Advokasi ke Pemda/BPBD untuk :

Menyusun peraturan/kebijakan daerah terkait

penanggulangan bencana

Menambah jumlah tenaga kesehatan

Menambah fasilitas pelayanan kesehatanPenyediaan sarana prasarana pendukung

PKK

Mengalokasikan anggaran untuk PKKMembuat Sistem Peringatan Dini

Meningkatkan koordinasi Lintas SektorMembuat Puclic Safety Center (PSC)


(44)

DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

2. Menyusun peraturan/kebijakan dan pedoman terkait PKK

4. Menyusun rencana kontinjensi bidang kesehatan

5. MelaksanakanTTX dan Simulasi/Gladi apabila sudah memiliki rencana kontinjensi

6. Menyusun Peta Kapasitas, Peta Rawan Bencana dan Peta Kerentanan

7. Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam Pengurangan Risiko Krisis Kesehatan

8. MembentukTim Penanggulangan Krisis Kesehatan 9. Melakukan penilaian fasilitas kesehatan aman

bencana


(45)

DINAS KESEHATAN PROVINSI

1. Melakukan pendampingan dan fasilitasi

kepada Kabupaten/Kota dalam melakukan kegiatan-kegiatan terkait PKK

2. Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada Pemerintah Provinsi dalam hal :

 pengadaan sarana prasarana, SDM

Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan

sosialisasi Dana Siap Pakai kepada

Kabupaten/Kota.


(46)

KEMENTERIAN KESEHATAN

1.Meningkatkan koordinasi lintas sektor antara Kemenkes, Kemendagri, BNPB beserta

jajaran di daerah untuk peningkatan

kapasitas penanggulangan krisis kesehatan. 2. Penguatan koordinasi Kemenkes pada

seluruh anggota klaster kesehatan untuk dukungan dan fasilitasi dalam rangka

peningkatan kapasitas SDM di kabupaten/kota rawan bencana


(47)

KEMENTERIAN KESEHATAN

3. Meningkatkan upaya sosialisasi Kepmenkes, Permenkes serta pedoman-pedoman terkait penanggulangan krisis kesehatan

4.Asistensi materi bagi peningkatan status kesehatan masyarakat melalui promosi kesehatan yang akan dilakukan oleh


(48)

KEMENTERIAN KESEHATAN

5.Perlu dukungan dari PPSDM Kemenkes untuk ketersediaan dokter spesialis, dokter umum dan perawat sebagai aspek SDM di 34 kabupaten/kota yang belum memenuhi standar.

6.Perhatian dan penanganan khusus untuk kabupaten/kota yang status kesehatan masyarakatnya maupun kapasitasnya di bawah rata-rata


(49)

KEMENTERIAN KESEHATAN

7.Perlu dukungan serta fasilitasi dari klaster pelayanan kesehatan untuk pemenuhan kapasitas tempat tidur , penyusunan Hospital

Disaster Plan di Rumah Sakit serta

pembentukan PSC di daerah.

8. Dukungan dari klaster pelayanan kesehatan memastikan ketersediaan dokter spesialis, dokter umum dan perawat yang siap

ditugaskan pada situasi krisis kesehatan akibat bencana.


(50)

(1)

DINAS KESEHATAN PROVINSI

1. Melakukan pendampingan dan fasilitasi

kepada Kabupaten/Kota dalam melakukan kegiatan-kegiatan terkait PKK

2. Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada Pemerintah Provinsi dalam hal :

 pengadaan sarana prasarana, SDM

Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan

sosialisasi Dana Siap Pakai kepada

Kabupaten/Kota.


(2)

KEMENTERIAN KESEHATAN

1.Meningkatkan koordinasi lintas sektor antara Kemenkes, Kemendagri, BNPB beserta

jajaran di daerah untuk peningkatan

kapasitas penanggulangan krisis kesehatan. 2. Penguatan koordinasi Kemenkes pada

seluruh anggota klaster kesehatan untuk dukungan dan fasilitasi dalam rangka

peningkatan kapasitas SDM di kabupaten/kota rawan bencana


(3)

KEMENTERIAN KESEHATAN

3. Meningkatkan upaya sosialisasi Kepmenkes, Permenkes serta pedoman-pedoman terkait penanggulangan krisis kesehatan

4.Asistensi materi bagi peningkatan status kesehatan masyarakat melalui promosi kesehatan yang akan dilakukan oleh


(4)

KEMENTERIAN KESEHATAN

5.Perlu dukungan dari PPSDM Kemenkes untuk ketersediaan dokter spesialis, dokter umum dan perawat sebagai aspek SDM di 34 kabupaten/kota yang belum memenuhi standar.

6.Perhatian dan penanganan khusus untuk kabupaten/kota yang status kesehatan masyarakatnya maupun kapasitasnya di bawah rata-rata


(5)

KEMENTERIAN KESEHATAN

7.Perlu dukungan serta fasilitasi dari klaster pelayanan kesehatan untuk pemenuhan kapasitas tempat tidur , penyusunan Hospital Disaster Plan di Rumah Sakit serta pembentukan PSC di daerah.

8. Dukungan dari klaster pelayanan kesehatan memastikan ketersediaan dokter spesialis, dokter umum dan perawat yang siap

ditugaskan pada situasi krisis kesehatan akibat bencana.


(6)