20160802-11 Peningk Perenc WTP (Suyatno Itjen)
PENINGKATAN
PERENCANAAN DALAM UPAYA MENCAPAI WTP
DI RISTEKDIKTI
DI SAMPAIKAN PADA PENINGKATAN KUALITAS PERENCANAAN PENGAWASAN INTERNAL
SOLO, 2 AGUSTUS 2016
LATAR BELAKANG
•
•
•
•
•
•
•
•
Opini atas Laporan Keuangan terhadap Kemenristekdikti berdasarkan hasil pemeriksaan tahun anggaran
2015 mendapat Opini Wajar Dengan Pengecualian(WDP) yang berarti menurun dibanding tahun sebelumnya
dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
Pencapaian opini BPK Wajar Tanpa Pengecualian harus dimulai dari proses perencanaan dan
penganggaran program kegiatan dalam mencapai output dan outcome secara tepat dan benar.
Perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan perlu pengawalan yang dilakukan oleh inspektorat
jenderal.
Terjadinya penyimpangan dan pelanggaran dikarenakan pelaksanaan program kegiatan dan anggaran tidak
sejalan dengan perencanaan, atau perencanaan kurang matang.
Peran pengawasan sangat diperlukan mulai dari proses perencanaan dan pelaksanaan agar berjalan dengan
baik sesuai dengan tugas dan fungsinya sehingga pada tahun 2016 Kemenristek dikti dapat mencapai opini
BPK Wajar Tanpa Pengecualian.
Strategi dalam proses pengawasan harus terus ditingkatkan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan
sampai pencapaian output dan outcome sehingga mendapat opini BPK Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
Aparat pengawasan harus terus melakukan pengawalan, pendampingan dan pembinaan mulai dari proses
perencanaan sampai pelaksanaan program kegiatan sampai pada pelaporan keuangan sehingga
penyimpangan dan kesalahan dapat dihindari.
Strategi perencanaan baik dalam penganggaran, program dan pelaksanaan kegiatan harus terus
ditingkatkan dengan pengawalan dan pengawasan dari Aparat Pengawasan Internal
LINGKUP PENGAWASAN ITJEN KEMRISTEKDIKTI
Ø Dari data lingkup audit tersebut, disusun Program Kerja Pengawasan
Tahunan (PKPT) dengan menggunakan Perencanaan dengan
pendekatan Audit Berbasis Risiko
Ø Hibah dan PHLN termasuk dalam data Program Nasional yang menjadi
salah satu lingkup pengawasan Itjen Kemristekdikti
3
STRATEGI PENGAWASAN ITJEN KEMRISTEKDIKTI
1. Membangun komitmen seluruh jajaran Kemristekdikti, mulai dari pimpinan sampai staf terbawah.
2. Membangun sinergitas dengan pihak-pihak terkait (BPKP, Auditi, dan pihak ekternal lainnya)
3. Mengoptimalkan Kapasitas Inspektorat Jenderal:
a. Mengoptimalkan peran dan layanan Inspektorat Jenderal audit kinerja, pemberian peringatan
dini, dan konsultasi.
b. Mengoptimalkan manajemen sumber daya manusia Inspektorat Jenderal dengan kuantitas dan
kualitas yang memadai.
c. Menerapkan praktik-praktik pemeriksaan intern yang profesional.
d. Meningkatkan akuntabilitas dan manajemen kinerja Inspektorat Jenderal secara baik.
e. Membangun hubungan dan budaya organisasi yang baik dengan pihak-pihak lain yang terkait.
f. Menerapkan struktur tata kelola yang baik.
4. Mengoptimalkan Kapasitas dan Peran Satuan Pengawas Intern (SPI) PTN:
a. Meningkatkan peran dan fungsi SPI sebagai pengawal PTN
b. Mengupayakan penegasan struktur organisasi SPI PTN
c. Meningkatkan kapabilitas SDM SPI PTN
4
KEBIJAKAN PELAKSANAAN TUGAS ITJEN KEMRISTEKDIKTI
PENGAWALAN
TUGAS DAN FUNGSI
KEMENRISTEK DAN DIKTI
Mencegah dan melindungi sesuatu
Dari ketidaknyamanan dan kehancuran
Mencegah
Mendorong
Mengarahkan Menghentikan
5
ARAH DAN SASARAN IRJEN BIDANG PEMBINAAN
1. Peran Itjen sebagai pemberi peringatan dini melalui pemberian
informasi hasil audit, evaluasi, reviu, dan pemantauan
pelaksanaan anggaran.
2. Peran Itjen sebagai konsultan melalui pemberian pendapat
dan saran atas permasalahan yang dijumpai dalam
pelaksanaan APBN.
3. Peran Itjen sebagai katalisator melalui kegiatan pendampingan
dalam pelaksanaan kegiatan yang bersifat nasional, strategis,
dan berrisiko tinggi.
6
Sasaran
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Ristekdikti
1. Opini Auditor BPK atas Laporan Keuangan
Kemenristekdikti Tahun ini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) tahun 2015 menjadi Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP) tahun 2016
7
Opini BPK atas LK
WTP
WTP - DPP
WDP
TW
TMP
8
Opini Standar BPK
Opini WTP
Tidak ada
Pembatasan
Sesuai dengan
Paraturan UU
Sesuai dengan
SAP
Pengungkapan
yang Cukup
Bebas dari
Kesalahan
Material
9
Strategi WTP
10
Kas
SAP
Peningkatan
kualitas
penyusunan LK
Penetapan
saldo sesuai
opname fisik
Persediaan
Inventaris
SIMAK BMN
PP
60/2008
Pengembangan
sistem
pengendalian
intern
Manajemen
aset
Kepemilikan
Mutasi
(+/_)
10
Perencanaan dan penganggaran program kegiatan menuju WTP
Pendekatan Sistem Perencanaan Penganggaran
1. Kerangka pengeluaran jangka menengah
2. Penganggaran terpadu dan,
3. Penganggaran berbasis kinerja
Tujuan Perencanaan dan Penganggaran Berjangka Menengah Berbasis Kinerja
1. Meningkatkan allocative efficiency dan productive efficiency dalam pengeluaran
publik, sehingga dapat memanfaatkan anggaran secara efektif dan efisien.
2. Peningkatan penggunaan anggaran secara efektif dan efisien dapat didukung dengan
adanya sistem insentif bagi spending ministry.
3. Meningkatkan akuntabilitas spending ministry.
4. Meningkatkan fleksibilitas anggaran spending ministry dengan fokus pada
proses persetujuan legislatif yang lebih dititk beratkan kepada outcomes
bukan input.
5. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pemerintahan, dengan
asumsi masyarakat akan turut serta dalam proses kontrol terhadap
pelaksanaan kebijakan publik yang lebih mengarah pada pendekatan hasil
bukan proses. (Masyarakat lebih tertarik kepada hasil dibandingkan proses).
Sasaran Perencanaan dan Penganggaran berjangka Menengah berbasis Kinerja
untuk meningkatkan akuntabilitas manajemen yang terkait dengan kejelasan
dalam tujuan pelaksanaan atau tanggung jawab anggaran serta sistem
pengelolaan anggaran.
Prinsip Prinsip Dalam Penerapan Perencanaan dan Penganggaran Berbasis Kinerja
1. Alokasi Anggaran Berorientasi pada Kinerja (output and outcome oriented)
2. Fleksibilitas pengelolaan anggaran untuk mencapai hasil dengan tetap
menjaga prinsip akuntabilitas (let the manager manages)
3. Money Follow Function, Function Followed by Structure Money follow
function merupakan prinsip yang mengambarkan bahwa pengalokasian
anggaran untuk mendanai suatu kegiatan didasarkan pada tugas dan fungsi
dari masing-masing unit kerja sesuai maksud pendiriannya (biasanya
dinyatakan dalam peraturan perundangan yang berlaku).
Program Kegiatan
Pentingnya SPIP DPR RI
BADAN ANGGARAN
Pasal 107 UU 27/2009 tg MD3
(1) Badan Anggaran Bertugas:
c. membahas rancangan undang-undang tentang APBN bersama Presiden yang dapat
diwakili oleh menteri dengan mengacu pada keputusan rapat kerja komisi dan Pemerintah
mengenai alokasi anggaran untuk fungsi, program, dan kegiatan kementerian/lembaga;
d. melakukan sinkronisasi terhadap hasil pembahasan di komisi mengenai rencana kerja dan
anggaran kementerian/lembaga;
(2) Badan Anggaran hanya membahas alokasi anggaran yang sudah diputuskan oleh komisi.
KOMISI DPR
Pasal 96 UU 27/2009 tg MD3
(2) Tugas Komisi di bidang anggaran adalah:
a. mengadakan pembicaraan pendahuluan mengenai penyusunan rancangan anggaran
pendapatan dan belanja negara yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya bersamasama dengan Pemerintah;
b. mengadakan pembahasan dan mengajukan usul penyempurnaan rancangan anggaran
pendapatan dan belanja negara yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya bersamasama dengan Pemerintah;
c. membahas dan menetapkan alokasi anggaran untuk fungsi, program, dan kegiatan
kementerian/lembaga yang menjadi mitra kerja komisi;
d. mengadakan pembahasan laporan keuangan negara dan pelaksanaan APBN termasuk
hasil pemeriksaan BPK yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya;
e. menyampaikan hasil pembicaraan pendahuluan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan
hasil pembahasan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, huruf c, dan huruf d, kepada
Badan Anggaran untuk sinkronisasi;
f. menyempurnakan hasil sinkronisasi Badan Anggaran berdasarkan penyampaian usul komisi
sebagaimana dimaksud dalam huruf e; dan
g. menyerahkan kembali kepada Badan Anggaran hasil pembahasan komisi sebagaimana
dimaksud dalam huruf f untuk bahan akhir penetapan APBN.
PEMERINTAH
mitra kerja
KEMKEU
Pengajuan
hasil
keputusan
Komisi DPR
mitra kerja
Penerbitan
DIPA
KEMENTERIAN
14
Hubungan Renstra, Renja, dan RKA
PLATFORM
PRESIDEN
5 Tahun
REPENAS
Renstra KL
1 Tahun
RKP
Renja-KL
APBN
RKA-KL
1 Tahun
KEPPRES RINCIAN
APBN
PAGU INDIKATIF
PAGU SEMENTARA
DOK. PELAKSANAAN
ANGGARAN
15
Siklus Pengelolaan Anggaran Satker
16
18
Proses Penetapan Pagu Belanja K/L
v Dalam rangka penyusunan APBN, seperti telah diamanatkan
dalam PP 90/2010, terdapat 3(tiga) kali penetapan pagu dana
untuk K/L yaitu
1. Pagu Indikatif;
2. Pagu Anggaran;
3. Pagu Alokasi Anggaran.
Struktur APBN
A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
I. Penerimaan Dalam Negeri
1. Penerimaan Perpajakan
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
II. Hibah
B. BELANJA NEGARA
I. Belanja Pemerintah Pusat
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Modal
4. Belanja Pembayaran Bunga Utang
5. Belanja Subsidi
6. Belanja Hibah
7. Belanja Bantuan Sosial
8. Belanja Lainnya
II. Transfer ke Daerah
1. Dana Perimbangan
2. Dana Otsus dan Penyesuaian
C. SURPLUS/DEFISIT
PEMBIAYAAN : (Pembiayaan Dalam Negeri dan Pembiayaan Luar
Negeri)
19
Pelaksanaan Anggaran
• Berdasarkan dokumen DIPA/POK, Kantor/Satker melaksanakan
kegiatan sesuai dengan yang ditetapkan dalam dokumen
DIPA/POK;
• Dalam melaksanakan kegiatan pada kantor/ Satker, Menristekdikti
selaku Pengguna Anggaran mengangkat pejabat perbendaharaan
yaitu :
1. Kuasa Pengguna Anggaran;
2. Bendahara Pengeluaran/Bendahara Penerimaan;
• Kuasa Pengguna Anggaran mengangkat:
1. Pejabat Pembuat Komitmen
2. Pejabat Penandatangan SPM
3. Bendahara Pengeluaran Pembantu
20
Pelaksanaan Anggaran
1.
Dalam pelaksanaan anggaran harus mempunyai time schedule pelaksanaan
anggaran sehingga tidak terjadi penyimpangan.
2.
Kegiatan apa yang akan dilaksanakan diawal , kapan dilaksanakan, siapa
yang terlibat, berapa anggarannya dari mata anggaran apa ?
3.
Perlu dibuat rencana pelaksanaan kegiatan mulai dari menyusun
perencanaan pengadaan barang jasa , proses pengadaan barang jasa bisa
dilaksanakan sebelum DIPA terbit.
4.
Menyusun rencana pengeluaran setiap bulan
5.
Perencanaan pelaksanaan monetoring dan evaluasi.
21
Pelaporan Keuangan
Pastikan bahwa semua rincian anggaran dalam DIPA/POK telah
menggunakan Akun yang tepat menurut pedoman BAS
Masalah
Pemecahan Masalah
Akibat
1. Memberikan Bimbingan teknis kepada petugas penyusunan RKAKL & DIPA mengenai BAS
a. Adanya belanja
barang yang
menghasilkan Aset;
b. Adanya belanja
modal yang tidak
menghasilkan Aset.
2. Pencatatan Mengacu pada Perdirjen Perbendaharaan No. 50/Pb/2008
a.BELANJA BARANG YANG SEHARUSNYA DIALOKASIKAN SEBAGAI BELANJA
MODAL YANG MENGHASILKAN ASET TETAP, DICATAT DALAM NERACA
SEBAGAI ASET TETAP DENGAN MELAKUKAN PEREKAMAN PADA APLIKASI
SIMAK-BMN;
b.BELANJA MODAL YANG SEHARUSNYA DIALOKASIKAN SEBAGAI BELANJA
BARANG:
• BELANJA MODAL YANG TIDAK MEMENUHI KRITERIA PEMBENTUKAN ASET
TETAP ATAU TIDAK MEMENUHI KRITERIA KAPITALISASI TIDAK DIAKUI
SEBAGAI ASET TETAP DI DALAM NERACA. NILAI ASET SEBELUM
DISESUAIKAN SEBESAR BELANJA MODAL YANG TIDAK MEMENUHI KRITERIA,
DILAKUKAN JURNAL PENYESUAIAN;
• BELANJA MODAL YANG MENGHASILKAN ASET TETAP YANG PADA INTINYA
AKAN DISERAHKAN KEPADA MASYARAKAT ATAU PIHAK LAIN TIDAK DIAKUI
SEBAGAI ASET TETAP DI DALAM NERACA. NILAI ASET SEBELUM
DISESUAIKAN SEBESAR BELANJA MODAL YANG TIDAK MEMENUHI KRITERIA,
DILAKUKAN JURNAL PENYESUAIAN;
• BELANJA MODAL YANG MENGHASILKAN ASET TETAP YANG PADA INTINYA
AKAN DISERAHKAN KEPADA MASYARAKAT ATAU PIHAK LAIN, APABILA
SAMPAI DENGAN AKHIR TAHUN ANGGARAN TIDAK/BELUM DISERAHKAN
KEPADA MASYARAKAT ATAU PIHAK LAIN, DIAKUI SEBAGAI PERSEDIAAN
21 DI
DALAM NERACA.
a.HARUS DIJELASKAN DALAM CALK
22
Peran Bidang Pengawasan dalam proses Perencanaan menuju Opini WTP
• Mengawal proses perencanaan program dan penganggaran melalui kegiatan
review
• Melakukan pengawalan dan pembenahan melalui kegiatan monitoring dan
evaluasi
• Melakukan pembenahan melalui kegiatan audit baik kinerja maupun keuangan
• Melakukan kegiatan pengawasan lainnya termasuk peningkatan kapasitas dan
pembinaan SPI
• Memerankan fungsi sebagai pemberi peringatan dini, katalisator dan konsultasi
• Selurus aktivitas dan peran harus dimulai dari perencanaan
TERIMA KASIH
solo , Agustus 2016
KEMENTERIAN RISTEK DAN
PENDIDIKAN TINGGI
24
PERENCANAAN DALAM UPAYA MENCAPAI WTP
DI RISTEKDIKTI
DI SAMPAIKAN PADA PENINGKATAN KUALITAS PERENCANAAN PENGAWASAN INTERNAL
SOLO, 2 AGUSTUS 2016
LATAR BELAKANG
•
•
•
•
•
•
•
•
Opini atas Laporan Keuangan terhadap Kemenristekdikti berdasarkan hasil pemeriksaan tahun anggaran
2015 mendapat Opini Wajar Dengan Pengecualian(WDP) yang berarti menurun dibanding tahun sebelumnya
dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
Pencapaian opini BPK Wajar Tanpa Pengecualian harus dimulai dari proses perencanaan dan
penganggaran program kegiatan dalam mencapai output dan outcome secara tepat dan benar.
Perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan perlu pengawalan yang dilakukan oleh inspektorat
jenderal.
Terjadinya penyimpangan dan pelanggaran dikarenakan pelaksanaan program kegiatan dan anggaran tidak
sejalan dengan perencanaan, atau perencanaan kurang matang.
Peran pengawasan sangat diperlukan mulai dari proses perencanaan dan pelaksanaan agar berjalan dengan
baik sesuai dengan tugas dan fungsinya sehingga pada tahun 2016 Kemenristek dikti dapat mencapai opini
BPK Wajar Tanpa Pengecualian.
Strategi dalam proses pengawasan harus terus ditingkatkan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan
sampai pencapaian output dan outcome sehingga mendapat opini BPK Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
Aparat pengawasan harus terus melakukan pengawalan, pendampingan dan pembinaan mulai dari proses
perencanaan sampai pelaksanaan program kegiatan sampai pada pelaporan keuangan sehingga
penyimpangan dan kesalahan dapat dihindari.
Strategi perencanaan baik dalam penganggaran, program dan pelaksanaan kegiatan harus terus
ditingkatkan dengan pengawalan dan pengawasan dari Aparat Pengawasan Internal
LINGKUP PENGAWASAN ITJEN KEMRISTEKDIKTI
Ø Dari data lingkup audit tersebut, disusun Program Kerja Pengawasan
Tahunan (PKPT) dengan menggunakan Perencanaan dengan
pendekatan Audit Berbasis Risiko
Ø Hibah dan PHLN termasuk dalam data Program Nasional yang menjadi
salah satu lingkup pengawasan Itjen Kemristekdikti
3
STRATEGI PENGAWASAN ITJEN KEMRISTEKDIKTI
1. Membangun komitmen seluruh jajaran Kemristekdikti, mulai dari pimpinan sampai staf terbawah.
2. Membangun sinergitas dengan pihak-pihak terkait (BPKP, Auditi, dan pihak ekternal lainnya)
3. Mengoptimalkan Kapasitas Inspektorat Jenderal:
a. Mengoptimalkan peran dan layanan Inspektorat Jenderal audit kinerja, pemberian peringatan
dini, dan konsultasi.
b. Mengoptimalkan manajemen sumber daya manusia Inspektorat Jenderal dengan kuantitas dan
kualitas yang memadai.
c. Menerapkan praktik-praktik pemeriksaan intern yang profesional.
d. Meningkatkan akuntabilitas dan manajemen kinerja Inspektorat Jenderal secara baik.
e. Membangun hubungan dan budaya organisasi yang baik dengan pihak-pihak lain yang terkait.
f. Menerapkan struktur tata kelola yang baik.
4. Mengoptimalkan Kapasitas dan Peran Satuan Pengawas Intern (SPI) PTN:
a. Meningkatkan peran dan fungsi SPI sebagai pengawal PTN
b. Mengupayakan penegasan struktur organisasi SPI PTN
c. Meningkatkan kapabilitas SDM SPI PTN
4
KEBIJAKAN PELAKSANAAN TUGAS ITJEN KEMRISTEKDIKTI
PENGAWALAN
TUGAS DAN FUNGSI
KEMENRISTEK DAN DIKTI
Mencegah dan melindungi sesuatu
Dari ketidaknyamanan dan kehancuran
Mencegah
Mendorong
Mengarahkan Menghentikan
5
ARAH DAN SASARAN IRJEN BIDANG PEMBINAAN
1. Peran Itjen sebagai pemberi peringatan dini melalui pemberian
informasi hasil audit, evaluasi, reviu, dan pemantauan
pelaksanaan anggaran.
2. Peran Itjen sebagai konsultan melalui pemberian pendapat
dan saran atas permasalahan yang dijumpai dalam
pelaksanaan APBN.
3. Peran Itjen sebagai katalisator melalui kegiatan pendampingan
dalam pelaksanaan kegiatan yang bersifat nasional, strategis,
dan berrisiko tinggi.
6
Sasaran
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Ristekdikti
1. Opini Auditor BPK atas Laporan Keuangan
Kemenristekdikti Tahun ini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) tahun 2015 menjadi Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP) tahun 2016
7
Opini BPK atas LK
WTP
WTP - DPP
WDP
TW
TMP
8
Opini Standar BPK
Opini WTP
Tidak ada
Pembatasan
Sesuai dengan
Paraturan UU
Sesuai dengan
SAP
Pengungkapan
yang Cukup
Bebas dari
Kesalahan
Material
9
Strategi WTP
10
Kas
SAP
Peningkatan
kualitas
penyusunan LK
Penetapan
saldo sesuai
opname fisik
Persediaan
Inventaris
SIMAK BMN
PP
60/2008
Pengembangan
sistem
pengendalian
intern
Manajemen
aset
Kepemilikan
Mutasi
(+/_)
10
Perencanaan dan penganggaran program kegiatan menuju WTP
Pendekatan Sistem Perencanaan Penganggaran
1. Kerangka pengeluaran jangka menengah
2. Penganggaran terpadu dan,
3. Penganggaran berbasis kinerja
Tujuan Perencanaan dan Penganggaran Berjangka Menengah Berbasis Kinerja
1. Meningkatkan allocative efficiency dan productive efficiency dalam pengeluaran
publik, sehingga dapat memanfaatkan anggaran secara efektif dan efisien.
2. Peningkatan penggunaan anggaran secara efektif dan efisien dapat didukung dengan
adanya sistem insentif bagi spending ministry.
3. Meningkatkan akuntabilitas spending ministry.
4. Meningkatkan fleksibilitas anggaran spending ministry dengan fokus pada
proses persetujuan legislatif yang lebih dititk beratkan kepada outcomes
bukan input.
5. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pemerintahan, dengan
asumsi masyarakat akan turut serta dalam proses kontrol terhadap
pelaksanaan kebijakan publik yang lebih mengarah pada pendekatan hasil
bukan proses. (Masyarakat lebih tertarik kepada hasil dibandingkan proses).
Sasaran Perencanaan dan Penganggaran berjangka Menengah berbasis Kinerja
untuk meningkatkan akuntabilitas manajemen yang terkait dengan kejelasan
dalam tujuan pelaksanaan atau tanggung jawab anggaran serta sistem
pengelolaan anggaran.
Prinsip Prinsip Dalam Penerapan Perencanaan dan Penganggaran Berbasis Kinerja
1. Alokasi Anggaran Berorientasi pada Kinerja (output and outcome oriented)
2. Fleksibilitas pengelolaan anggaran untuk mencapai hasil dengan tetap
menjaga prinsip akuntabilitas (let the manager manages)
3. Money Follow Function, Function Followed by Structure Money follow
function merupakan prinsip yang mengambarkan bahwa pengalokasian
anggaran untuk mendanai suatu kegiatan didasarkan pada tugas dan fungsi
dari masing-masing unit kerja sesuai maksud pendiriannya (biasanya
dinyatakan dalam peraturan perundangan yang berlaku).
Program Kegiatan
Pentingnya SPIP DPR RI
BADAN ANGGARAN
Pasal 107 UU 27/2009 tg MD3
(1) Badan Anggaran Bertugas:
c. membahas rancangan undang-undang tentang APBN bersama Presiden yang dapat
diwakili oleh menteri dengan mengacu pada keputusan rapat kerja komisi dan Pemerintah
mengenai alokasi anggaran untuk fungsi, program, dan kegiatan kementerian/lembaga;
d. melakukan sinkronisasi terhadap hasil pembahasan di komisi mengenai rencana kerja dan
anggaran kementerian/lembaga;
(2) Badan Anggaran hanya membahas alokasi anggaran yang sudah diputuskan oleh komisi.
KOMISI DPR
Pasal 96 UU 27/2009 tg MD3
(2) Tugas Komisi di bidang anggaran adalah:
a. mengadakan pembicaraan pendahuluan mengenai penyusunan rancangan anggaran
pendapatan dan belanja negara yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya bersamasama dengan Pemerintah;
b. mengadakan pembahasan dan mengajukan usul penyempurnaan rancangan anggaran
pendapatan dan belanja negara yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya bersamasama dengan Pemerintah;
c. membahas dan menetapkan alokasi anggaran untuk fungsi, program, dan kegiatan
kementerian/lembaga yang menjadi mitra kerja komisi;
d. mengadakan pembahasan laporan keuangan negara dan pelaksanaan APBN termasuk
hasil pemeriksaan BPK yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya;
e. menyampaikan hasil pembicaraan pendahuluan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan
hasil pembahasan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, huruf c, dan huruf d, kepada
Badan Anggaran untuk sinkronisasi;
f. menyempurnakan hasil sinkronisasi Badan Anggaran berdasarkan penyampaian usul komisi
sebagaimana dimaksud dalam huruf e; dan
g. menyerahkan kembali kepada Badan Anggaran hasil pembahasan komisi sebagaimana
dimaksud dalam huruf f untuk bahan akhir penetapan APBN.
PEMERINTAH
mitra kerja
KEMKEU
Pengajuan
hasil
keputusan
Komisi DPR
mitra kerja
Penerbitan
DIPA
KEMENTERIAN
14
Hubungan Renstra, Renja, dan RKA
PLATFORM
PRESIDEN
5 Tahun
REPENAS
Renstra KL
1 Tahun
RKP
Renja-KL
APBN
RKA-KL
1 Tahun
KEPPRES RINCIAN
APBN
PAGU INDIKATIF
PAGU SEMENTARA
DOK. PELAKSANAAN
ANGGARAN
15
Siklus Pengelolaan Anggaran Satker
16
18
Proses Penetapan Pagu Belanja K/L
v Dalam rangka penyusunan APBN, seperti telah diamanatkan
dalam PP 90/2010, terdapat 3(tiga) kali penetapan pagu dana
untuk K/L yaitu
1. Pagu Indikatif;
2. Pagu Anggaran;
3. Pagu Alokasi Anggaran.
Struktur APBN
A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
I. Penerimaan Dalam Negeri
1. Penerimaan Perpajakan
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
II. Hibah
B. BELANJA NEGARA
I. Belanja Pemerintah Pusat
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Modal
4. Belanja Pembayaran Bunga Utang
5. Belanja Subsidi
6. Belanja Hibah
7. Belanja Bantuan Sosial
8. Belanja Lainnya
II. Transfer ke Daerah
1. Dana Perimbangan
2. Dana Otsus dan Penyesuaian
C. SURPLUS/DEFISIT
PEMBIAYAAN : (Pembiayaan Dalam Negeri dan Pembiayaan Luar
Negeri)
19
Pelaksanaan Anggaran
• Berdasarkan dokumen DIPA/POK, Kantor/Satker melaksanakan
kegiatan sesuai dengan yang ditetapkan dalam dokumen
DIPA/POK;
• Dalam melaksanakan kegiatan pada kantor/ Satker, Menristekdikti
selaku Pengguna Anggaran mengangkat pejabat perbendaharaan
yaitu :
1. Kuasa Pengguna Anggaran;
2. Bendahara Pengeluaran/Bendahara Penerimaan;
• Kuasa Pengguna Anggaran mengangkat:
1. Pejabat Pembuat Komitmen
2. Pejabat Penandatangan SPM
3. Bendahara Pengeluaran Pembantu
20
Pelaksanaan Anggaran
1.
Dalam pelaksanaan anggaran harus mempunyai time schedule pelaksanaan
anggaran sehingga tidak terjadi penyimpangan.
2.
Kegiatan apa yang akan dilaksanakan diawal , kapan dilaksanakan, siapa
yang terlibat, berapa anggarannya dari mata anggaran apa ?
3.
Perlu dibuat rencana pelaksanaan kegiatan mulai dari menyusun
perencanaan pengadaan barang jasa , proses pengadaan barang jasa bisa
dilaksanakan sebelum DIPA terbit.
4.
Menyusun rencana pengeluaran setiap bulan
5.
Perencanaan pelaksanaan monetoring dan evaluasi.
21
Pelaporan Keuangan
Pastikan bahwa semua rincian anggaran dalam DIPA/POK telah
menggunakan Akun yang tepat menurut pedoman BAS
Masalah
Pemecahan Masalah
Akibat
1. Memberikan Bimbingan teknis kepada petugas penyusunan RKAKL & DIPA mengenai BAS
a. Adanya belanja
barang yang
menghasilkan Aset;
b. Adanya belanja
modal yang tidak
menghasilkan Aset.
2. Pencatatan Mengacu pada Perdirjen Perbendaharaan No. 50/Pb/2008
a.BELANJA BARANG YANG SEHARUSNYA DIALOKASIKAN SEBAGAI BELANJA
MODAL YANG MENGHASILKAN ASET TETAP, DICATAT DALAM NERACA
SEBAGAI ASET TETAP DENGAN MELAKUKAN PEREKAMAN PADA APLIKASI
SIMAK-BMN;
b.BELANJA MODAL YANG SEHARUSNYA DIALOKASIKAN SEBAGAI BELANJA
BARANG:
• BELANJA MODAL YANG TIDAK MEMENUHI KRITERIA PEMBENTUKAN ASET
TETAP ATAU TIDAK MEMENUHI KRITERIA KAPITALISASI TIDAK DIAKUI
SEBAGAI ASET TETAP DI DALAM NERACA. NILAI ASET SEBELUM
DISESUAIKAN SEBESAR BELANJA MODAL YANG TIDAK MEMENUHI KRITERIA,
DILAKUKAN JURNAL PENYESUAIAN;
• BELANJA MODAL YANG MENGHASILKAN ASET TETAP YANG PADA INTINYA
AKAN DISERAHKAN KEPADA MASYARAKAT ATAU PIHAK LAIN TIDAK DIAKUI
SEBAGAI ASET TETAP DI DALAM NERACA. NILAI ASET SEBELUM
DISESUAIKAN SEBESAR BELANJA MODAL YANG TIDAK MEMENUHI KRITERIA,
DILAKUKAN JURNAL PENYESUAIAN;
• BELANJA MODAL YANG MENGHASILKAN ASET TETAP YANG PADA INTINYA
AKAN DISERAHKAN KEPADA MASYARAKAT ATAU PIHAK LAIN, APABILA
SAMPAI DENGAN AKHIR TAHUN ANGGARAN TIDAK/BELUM DISERAHKAN
KEPADA MASYARAKAT ATAU PIHAK LAIN, DIAKUI SEBAGAI PERSEDIAAN
21 DI
DALAM NERACA.
a.HARUS DIJELASKAN DALAM CALK
22
Peran Bidang Pengawasan dalam proses Perencanaan menuju Opini WTP
• Mengawal proses perencanaan program dan penganggaran melalui kegiatan
review
• Melakukan pengawalan dan pembenahan melalui kegiatan monitoring dan
evaluasi
• Melakukan pembenahan melalui kegiatan audit baik kinerja maupun keuangan
• Melakukan kegiatan pengawasan lainnya termasuk peningkatan kapasitas dan
pembinaan SPI
• Memerankan fungsi sebagai pemberi peringatan dini, katalisator dan konsultasi
• Selurus aktivitas dan peran harus dimulai dari perencanaan
TERIMA KASIH
solo , Agustus 2016
KEMENTERIAN RISTEK DAN
PENDIDIKAN TINGGI
24