16.PENYELIDIKAN PENDAHULUAN BITUMEN PADAT DI KABUPATEN SORONG SELATAN

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN BITUMEN PADAT
DI KABUPATEN SORONG SELATAN
PROVINSI PAPUA BARAT
Agus Subarnas
SARI
Bitumen padat didefinisikan sebagai suatu batuan sedimen klastik halus seperti
serpih, lanau, batulempung ataupun batupasir yang kaya akan material organik dan
mempunyai prospek untuk menghasilkan sejumlah minyak dan gas melalui proses
geologi tertentu. Setelah mengalami pemanasan pada suhu tertentu material organik
tersebut mengalami dekomposisi dan melepaskan hidrokarbon dalam bentuk uap dan
setelah melalui proses pendinginan akan berubah menjadi minyak atau gas.
Bitumen padat merupakan energi fosil yang sangat memungkinkan untuk
dikembangkan sebagai salah satu energi alternatif untuk mensubtitusi energi fosil yang
selama ini digunakan, karena endapan ini dapat terbentuk pada lingkungan danau,
lagun, neritik sampai laut dangkal yang sangat mungkin terjadi di Indonesia.
Dalam menunjang program pemerintah untuk menginventarisir sumberdaya
energi diseluruh wilayah Indonesia, maka telah dilakukan penyelidikan endapan
bitumen padat di daerah Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat.
Di daerah penyelidikan, endapan bitumen padat terbentuk pada 1 Formasi yang

diperkirakan bertindak sebagai Formasi pembawa bitumen padat yaitu Formasi
Steenkol berumur Miosen Atas-Pliosen. Sebagai batuan reservoir terakumulasinya
Bitumen Padat adalah Batulempung Karbonan dan Batupasir Karbonan.
Tebal endapan berkisar antara 0,16 m sampai 3 m dengan sebararan kearah
lateral mencapai sampai 2 km. Secara hipotetik total Sumber Daya Bitumen padat di
Kab Sorong Selatan sebesar 10.375.055,4 Ton atau setara dengan 946.152.85 Barrel
minyak.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Meningkatnya kebutuhan energi
pada saat ini dan masa yang akan
datang
perlu
diikuti
dengan
meningkatkan
penemuan
sumber
energi baru selain yang telah biasa

digunakan selama ini yaitu minyak dan
gas bumi serta batubara. Salah satu
upaya tersebut adalah diversifikasi
energi dari sumber energi fosil lainnya,
untuk itu maka pada tahun–tahun
belakangan ini dilakukan penyelidikan
terhadap
bitumen
padat
yang
mengandung minyak.

Penyelidikan
pendahuluan
bitumen padat merupakan upaya untuk
menghimpun data potensi bitumen
padat dari beberapa tempat yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia
dalam
rangka

meningkatkan
ketersediaan data terbaru dan akurat,
selain itu kegiatan ini terkait dengan
penyusunan neraca sumber daya
energi fosil sehingga diharapkan terjadi
peningkatan investasi di bidang
eksplorasi bitumen padat. Secara
khusus, penyelidikan bitumen padat
pada lokasi ini dilakukan sebagai
bagian dari upaya pemerintah untuk
mengetahui potensi sumber daya

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

253

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

energi di wilayah Indonesia Bagian
Timur, selain itu untuk menambah data

potensi bitumen padat pada bank data
di Pusat Sumber Daya Geologi.
Maksud dan Tujuan
Maksud penyelidikan adalah untuk
mendapatkan data sebaran batuan
yang diduga mengandung bitumen
padat,
mengetahui
karakteristik
sebaran, ketebalan lapisan bitumen
padat,
menentukan
lingkungan
pengendapannya,
dan
terutama
mengetahui potensi bitumen padat di
daerah tersebut yang meliputi kualitas
dan sumber daya.
Sedangkan

tujuannya
untuk
menentukan lokasi-lokasi singkapan
bitumen padat dan daerah prospeksi
temuan
dilapangan
dengan
memplotkannya pada peta geologi dan
sebaran endapan bitumen padat
sekala 1 : 50.000 sehingga tersedia
data potensi sumber daya bitumen
padat yang diperlukan pemerintah,
pemerintah daerah maupun pihak
swasta dalam rangka pengembangan
potensi lebih lanjut pada saat
diperlukan.
Lokasi Kegiatan dan Kesampaian
Daerah
Secara
administratif

lokasi
penyelidikan
termasuk
kedalam
wilayah Kabupaten Sorong Selatan,
Provinsi Papua Barat. Sedangkan
secara
Geografis
terletak
pada
koordinat 132° 00′ BT - 132° 15′ BT
dan antara 1° 25′ LS - 1° 40′ LS
(Gambar 1). Dalam pelaksanaan
dilapangan,
daerah
penyelidikan
diperluas sehingga koordinat lokasi
menjadi 131° 55′ 00” BT - 132° 15′ BT
dan antara 1° 25′ LS - 1° 40′ LS.
Teminabuan dapat dijangkau dari

Sorong
melalui
udara
maupun

perjalanan laut. Selanjutnya untuk
mencapai lokasi peninjauan ditempuh
melalui jalan darat.
Waktu Kegiatan dan Pelaksana
Penyelidikan
Pelaksanaan kegiatan lapangan
direncanakan berlangsung selama 40
hari mulai tanggal 2 Juli – 10 Agustus
2010.
Penyelidik Terdahulu
Beberapa penelitian yang pernah
dilakukan diantaranya Visser dan
Hermes (1962) membagi Papua dalam
3 wilayah berdasarkan komposisi
batuannya, yaitu : Daratan Papua yang

berasal dari lempeng samudera,
daratan hasil tumbukan lempeng
samudera dan lempeng benua dan
Wilayah yang berasal dari lempeng
benua Australia
Sementara
itu
(E.Rusmana
dkk.,1995).
Menurutnya
Mandala
Geologi Papua terbagi atas 6 bagian
yaitu Kerak Benua, Kerak Samudra,
Jalur sesar naik Anjak Pegunungan
Tengah, Jalur Ofiolit Papua, Cekungan
Papua Utara dan Cekungan Wapoga.
Koesoemadinata R.P diantaranya
menyatakan bahwa serpih dan napal
marin yang dikenal sebagai Fm
Klasafet

berumur
Miosen-Pliosen
bertindak sebagai batuan source rock
dan sealing cap rock.
U. Sukanta., C.J. Pigram pada
tahun 1989 membuat Laporan umum
dan peta geologi lembar Teminabuan
yang banyak dipakai sebagai acuan
geologi secara regional dalam berbagai
penyelidikan selanjutnya.
GEOLOGI UMUM
Beberapa
ahli
geologi
berpendapat bahwa secara regional
Pulau Papua terbentuk sebagai akibat

254 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI


tumbukan
dari
lempeng
Benua
Australia di Selatan. Akibat tumbukan
tersebut, batuan penyusun P. Papua
juga berkomposisi batuan yang berasal
dari kedua lempeng tersebut.
Menurut Visser dan Hermes
(1962), Papua dibagi dalam 3 wilayah
berdasarkan komposisi batuannya :
1.
Wilayah daratan Papua yang
dibangun oleh batuan yang berasal
dari lempeng samudera : sebagian
besar terdiri dari ofiolit dan batuan
hasil gunungapi yang berkomposisi
sedang - basa.
2.

Wilayah
daratan
yang
merupakan hasil tumbukan lempeng
samudera dan lempeng benua :
dicirikan dengan gangguan struktur
dan tektonik yang kuat, wilayah ini
dinamakan Jalur Anjak Pegunungan
Tengah.
Bagian
Utara
Jalur
Anjak
Pegunungan Tengah terdiri dari
Batuan Ultramafic, Gabro dan Batuan
Gunungapi asal Kerak Samudera.
Bagian tengah merupakan daerah
selebar + 30km, merupakan jalur
cekungan,
batuannya
telah
mengalami ubahan yang kuat. Pada
bagian Selatan, jalur Pegunungan
Tengah terlipat kuat, tersesarkan
(umumnya terdiri dari sesar-sesar
sungkup).
3.
Wilayah
yang
batuannya
merupakan batuan asal dari lempeng
benua Australia yaitu di bagian
Selatan Papua. Batuan penyusunnya
umumnya terdiri dari batuan klastika
yang belum mengalami gangguan.
Wilayah dengan unsur lempeng
benua Australia ini mempunyai
lapisan-lapisan penutup yang tebal
dan kemungkinkan untuk prospek
minyak bumi.
Berdasarkan Mandala Geologinya,
Papua terbagi atas 6 bagian yaitu

Kerak Benua, Kerak Samudra, Jalur
sesar naik Anjak Pegunungan Tengah,
Jalur Ofiolit Papua, Cekungan Papua
Utara dan Cekungan Wapoga (E.
Rusmana dkk., 1995). Berdasarkan
Pembagian Mandala Geologi tersebut,
daerah yang diselidiki yaitu Kabupaten
Sorong Selatan dan sekitarnya berada
pada bagian Kerak Benua Australia
yang
dikenal
sebagai
paparan
Ayamaru (Gambar 2).
Paparan
Ayamaru merupakan paparan tersier
yang
stabil
dengan
endapan
sedimennya terutama berasal lapisan
karbonat.
Stratigrafi Regional
Secara regional, stratigrafi yang
berkembang pada paparan Ayamaru
sangat
berhubungan
dengan
sedimentasi
pada
cekungan
disekitarnya
terutama
dengan
cekungan Salawati di Barat Laut dan
cekungan Bintuni di bagian Tengara.
Beberapa
penulis
terdahulu
menerangkan banyak sekali kemiripan
dalam sistim pengendapan di kedua
cekungan tersebut.
Pada cekungan Salawati, Batuan
dasarnya adalah Formasi Aifam
berumur Paleozoikum yang tersusun
atas batuan beku/metamorf. Batuan
dasar ini tertutup secara transgresif
oleh sedimen tersier yang terdiri atas
sedimen
karbonat.
Di
paparan
Ayamaru, sedimentasi pada umur
tersier terutama didominasi oleh
kompleks endapan terumbu New
Guinea Limestone Group, kelompok
batuan ini kebagian cekungan Salawati
menjemari dengan endapan-endapan
laut dalam.
Bagian paling bawah dari New
Guinea Limestone Group adalah Fm
Faumai
yang
berumur
Eosen.
Selanjutnya diatas Fm Faumai secara
berturut-turut diendapkan Fm Sirga

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

255

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

pada umur Oligosen dan Fm Klamogun
pada umur Miosen. Formasi Klamogun
ditutupi secara menjemari oleh Fm
Kais pada Miosen Atas. Formasi Kais
diperkirakan
merupakan
suatu
kompleks terumbu yang beregresi
diatas Fm Klamogun. Formasi Kais
berperan sebagai Supporting Platform
bagi pertumbuhan terumbu tiang yang
sangat produktif minyak bumi. Pada
beberapa
tempat,
terumbu
dan
rombakannya bersifat lempungan dan
dikenal sebagai Formasi Sekau.
Penurunan cekungan serta influks
baru dari sedimen klastik mengubur
terumbu-terumbu ini dalam serpih dan
napal marin yang dikenal sebagai Fm
Klasafet
berumur
Miosen-Pliosen.
Formasi Klasafet bertindak sebagai
batuan source rock dan sealing cap
rock (Koesoemadinata R.P).
Struktur Geologi Regional
Daerah penyelidikan merupakan
daerah yang relatif stabil, dengan
kemiringan lapisan yang relatif landai
sekitar 3o – maksimal 20o dan arah
pengendapan sedimen relatif UtaraSelatan.
Berdasarkan interpretasi dari peta
Geologi lembar Teminabuan, kelurusan
sesar terutama terjadi pada 2 formasi
batuan yang berkembang di daerah
rencana penyelidikan yakni pada
Formasi Kais dan Formasi Sekau
dengan arah relatif Timurlaut-Tenggara
dan diperkirakan terjadi sekitar Miosen.
Sedangkan pada Formasi Steenkool
yang berumur Miosen Atas-Pliosen
pengaruh sesar relatif tidak nampak.
Endapan Bitumen padat
Terdapat
beberapa
metode
pendekatan
untuk
melakukan
penyelidikan tersebut, diantaranya
melalui studi literatur.

Berdasarkan hasil studi dari
beberapa penulis terdahulu, maka
diperkirakan penyebaran endapan
bitumen padat di daerah penyelidikan
terdapat pada Formasi Sekau dan
Formasi Steenkool yang berada
diatasnya. Berdasarkan keterangan
beberapa sumber menerangkan bahwa
migas dicekungan Salawati dan
cekungan Bintuni berasal dari terumbu
karang yang tumbuh sebagai terumbu
tiang (Pinnacles reefs) yang kaya akan
kandungan
organik
(hidrokarbon).
Sementara itu ditempat lain (diluar
cekungan Salawati), terumbu hasil
rombakannya bersifat lempungan dan
dikenal sebagai Formasi Sekau.
Berdasarkan
asumsi
sementara
tersebut maka penyelidikan di daerah
Sorong Selatan difokuskan pada
Formasi Sekau dan Formasi Steenkool
yang berkembang didaerah tersebut.
Hasil dari seluruh kegiatan yang
dilaksanakan
diharapkan
akan
tersedianya data potensi sumber daya
bitumen padat berserta kualitasnya di
wilayah Kabupaten Sorong Selatan
sehingga
dapat
dipakai
untuk
kepentingan
yang
lebih
luas
dikemudian hari, khususnya sebagai
upaya pengembangan energi nasional.
KEGIATAN PENYELIDIKAN
Penyelidikan Lapangan
Penyelidikan yang dilakukan terdiri
atas dua bagian, pertama adalah
pekerjaan non lapangan, termasuk
didalamnya
pengumpulan
data
sekunder, analisis laboratoriom dan
pengolahan
data
kedua
adalah
Pekerjaan lapangan yaitu eksplorasi
langsung dilapangan dimana kegiatan
yang dilakukan diantaranya pemetaan
geologi endapan bitumen padat.

256 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Pengumpulan Data Sekunder
Kegiatan
pengumpulan
data
sekunder pada daerah yang diselidiki
dilakukan sebelum dimulai kegiatan
lapangan. Pada tahap pengumpulan
data sekunder kegiatan yang dilakukan
diantaranya adalah Studi literatur
mengenai daerah yang dituju, baik dari
penulis
terdahulu
maupun
dari
informasi
lisan,
Evaluasi
data
sekunder, Membuat Rencana kerja
lapangan,
Persiapan
peta
dan
peralatan survei.
Data sekunder daerah Sorong
Selatan diperoleh dari berbagai
sumber. Beberapa data yang sekunder
yang cukup penting sebagai bahan
acuan adalah Peta Geologi Lembar
Teminabuan, Irian Jaya, sekala 1 :
250.000 dari Pusat Survei Geologi.
Studi pustaka juga mempelajari
berbagai masukan mengenai daerah
yang akan dituju baik dari literatur
maupun
informasi
lisan
yang
bersumber dari peneliti terdahulu.
Pengumpulan Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil
kegiatan lapangan, yaitu dari hasil
pemetaan geologi bitumen padat.
Kegiatan tersebut diantaranya:
- Mencari
lokasi
singkapansingkapan
bitumen
padat
berdasarkan informasi yang pernah
didapatkan,
- Dilakukan pengukuran kududukan
dan
tebal
lapisan
kemudian
dilakukan
pemerian
terhadap
singkapan tersebut, dan diplotkan
pada peta dasar/peta topografi
sekala 1 : 50.000.
- Pengamatan pada formasi lainya
yang diduga sebagai formasi
sekunder pengendapan bitumen
padat.

- Dilakukan pengamatan penampang
terukur pada formasi-formasi yang
dianggap penting.
- Dokumentasi
singkapan
seperlunya.
- Dilakukan
pengambilan
conto
bitumen padat secara chanelling
untuk
keperluan
analisis
labolatorium.
Analisis Laboratorium
Kegiatan yang dilakukan pada
tahap
ini
terdiri
atas
analisis
laboratorium yang terdiri dari analisis
Retort dan pengamatan petrografi
bitumen padat.
Proses analisa retorting, hasilnya
paling
tidak
dapat
mengetahui
kandungan minyak dalam satuan
liter/ton, kandungan air dalam satuan
liter/ton dan berat jenis minyak dalam
satuan gram/ml.
Analisis Retort dilakukan terhadap
conto bitumen padat yang dipilih dan
dianggap dapat mewakili endapan dan
lapisan bitumen padat di daerah
penyelidikan. Hasil pengujian terhadap
7 conto batuan yang umumnya terdiri
Batulempung karbonan hitam yang
diperkirakan mengandung bitumen
padat hasilnya dapat dilihat seperti
pada Tabel 3
Berdasarkan hasil analisa retorting
diketahui bahwa di daerah inventarisasi
batuan yang mengandung endapan
bitumen padat adalah Fm. Steenkol.
Kandungan minyak yang dihasilkan
oleh
conto
tersebut
di
atas
menunjukkan kisaran angka antara 1
hingga 40 liter/ton.
Sedangkan Analisa petrografi
dilakukan dengan tujuan sebagai data
pendukung analisa retorting batuan.
Hasil analisa ini dapat digunakan
antara lain untuk mengetahui jenis
kandungan organik dan membantu

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

257

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

dalam penentuan tingkat kematangan
batuan melalui reflektan vitrinit.
Analisis
Petrografi
dilakukan
terhadap 7 conto batubara, seluruh
analisis
petrografi
dilakukan
di
Laboratorium Fisika Mineral Pusat
Sumber Daya Geologi.
Pengolahan Data
Dari semua pengamatan yang
didapatkan selama penyelidikan ini
selanjutnya diolah dan dikompilasikan
dengan data sekunder menjadi satu
bentuk laporan dilengkapi dengan peta
geologi dan sebaran endapannya.
Laporan akhir tersebut berisi data-data
mengenai singkapan yang didapatkan
diantaranya data ketebalan, arah jurus
dan kemiringan lapisan, posisi lapisan
bitumen padat terhadap lapisan lain
serta aspek-aspek geologi lainnya
terutama yang berhubungan dengan
prospek
keterdapatan
endapan
bitumen padat tersebut, perhitungan
sumberdaya pada klasifikasi hipotetik
serta
gambaran
kualitasnya
berdasarkan hasil analisis kimia
bitumen padat dan pengamatan
petrografi.
Peta geologi dibuat dengan sekala
1 : 50.000 dengan menggunakan
program Map Info dilengkapi dengan
rekonstruksi yang menggambarkan
arah penyebaran endapan bitumen
padat didaerah tersebut.Walaupun
penyelidikan
ini
merupakan
penyelidikan pendahuluan, akan tetapi
diharapkan menjadi sumber data yang
dapat
dikembangkan
pada
penyelidikan selanjutnya.
HASIL PENYELIDIKAN
Geologi Daerah Penyelidikan
Morfologi Daerah Penyelidikan
Topografi daerah penyelidikan
berada pada ketinggian 0–1.362 m dpl.

Daerah terendah berada di sepanjang
garis pantai Laut Seram yang meliputi
wilayah Distrik Kokoda, Inanwatan,
Teminabuan, Kais dan Seremuk,
sedang daerah tertinggi berada di
Distrik Aifat Timur.
Morfologi daerah Sorong Selatan
terdiri atas dataran tinggi dan Morfologi
dataran rendah, rawa dan pantai.
Morfologi dataran tinggi terdapat
sekitar 35 % yang merupakan daerah
pegunungan dan berlereng-lereng,
pada umumnya menempati daerah
dipedalaman. Morfologi dataran tinggi
tersebut tersebar di distrik Ayamaru,
Ayamaru Timur, Mare, Aifat, Aifat
Timur sebagian Aitinyo dan Sawiat.
Susunan batuan didaerah tersebut
lebih
didominasi
oleh
satuan
batugamping,
konglomerat
batugampingan atau napal dengan
kepingan karbonat & koral dari Formasi
Sekau atau Bondstone, grainstone,
packstone, sedikit wackstone Formasi
Kais.
Morfologi dataran rendah, rawarawa, dan pantai tersebar sekitar 65 %.
Susunan batuan umumnya terdiri atas
Batulempung, batulumpur mikaan tidak
gampingan, batupasir sela, serpih,
sedikit konglomerat, karbonan dan
pada beberapa tempat mengandung
lignit, susunan batuan ini merupakan
Formasi Steenkol.
Penyebaran
wilayah
dataran
rendah tersebut tersebar di distrik:
Teminabuan,
sebagian
Seremuk,
Wayer, Moswaren dan sebagian
Aitinyo. Sedangkan Daerah pantai dan
rawa, tersebar di distrik Inanwatan,
Kais, Kokoda, dan sebagian Seremuk.
Pola
aliran
sungai
yang
berkembang didaerah penyelidikan
pada umumnya memberikan ciri aliran
sungai Sub dendritik, pola aliran sungai
ini dikontrol oleh litologi dan struktur
geologi yang terjadi. Stadium erosi

258 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

sungai dapat diklasifikasikan sebagai
perpaduan antara stadium muda dan
stadium
dewasa,
dimana
pada
umumnya pada tahap stadium dewasa
sungai tersebut sudah berada sekitar 3
km sampai 15 km dari garis pantai.
Hampir semua aliran sungai yang ada
didaerah
penyelidikan
bermuara
kebagian Selatan yaitu kelaut Seram.
Stratigrafi
Di daerah Sorong selatan dan di
daerah yang akan diselidiki, lapisan
sedimen dari Formasi Kais dan
Anggota Sekau berkembang di sekitar
Teminabuan dan kebagian Utaranya,
sedangkan formasi yang lebih muda
yaitu Formasi Steenkool berkembang
dibagian Selatan sampai ke arah
pantai.
Stratigrafi daerah penyelidikan
terdiri atas 3 Formasi yang urutannya
dari tua ke muda adalah : Formasi
Kais,
Formasi
Sekau,
Formasi
Steenkool dan endapan Aluvium.
Formasi Kais berumur antara
Miosen Bawah – Miosen Atas, terdiri
atas susunan batuan Bondstone,
grainstone,
packstone,
sedikit
wackstone.
Formasi Sekau. Formasi ini
mempunyai umur yang sama dengan
Formasi Kais dan diperkirakan secara
stratigrafi
menjari-jemari dengan
Formasi
Kais.
Susunan
batuan
Formasi
Sekau
terdiri
atas
batugamping,
konglomerat
batugampingan atau napal dengan
kepingan karbonat & gamping terumbu.
Formasi
Steenkool.
Formasi
Steenkool berada selaras diatas
Formasi Kais dan Sekau, umur
Formasi diperkirakan antara Miosen
Atas-Pliosen.
Susunan
batuannya
terdiri atas Batulempung, batulumpur
mikaan tidak gampingan, batupasir
sela, serpih, sedikit konglomerat,

karbonan dan pada beberapa tempat
mengandung lignit.
Endapan
Aluvium.
Aluvium
merupakan endapan termuda terdiri
atas kerakal, kerikil, pasir dan lumpur.
Endapan ini masih terus berlangsung
sebagai hasil dari pengikisan sungai
saat ini. Di daerah inventarisasi
endapan aluvium umumnya menempati
garis pantai di bagian Selatan daerah
penyelidikan seperti di kampung Bariat
dan Seremuk pantai.
Struktur Geologi Daerah Penyelidikan
Daerah penyelidikan merupakan
daerah yang relatif stabil, struktur
geologi
yang
terdapat
didaerah
penyelidikan umumnya berupa struktur
lipatan dengan kemiringan lapisan
yang relatif landai sekitar 3o –
maksimal 20o dan arah pengendapan
sedimen relatif Utara-Selatan.
Terdapat
beberapa
indikasi
struktur patahan lokal pada beberapa
tempat, diantaranya struktur sesar
normal yang terdapat pada satuan
batupasir kuarsa didaerah kampung
Wersar.
Berdasarkan interpretasi
dari peta Geologi lembar Teminabuan,
kelurusan sesar terutama terjadi pada
2 formasi batuan yang berkembang di
daerah penyelidikan yakni pada
Formasi Kais dan Formasi Sekau
dengan
arah
relatif
TimurlautTenggara.
Pembahasan Hasil Penyelidikan
Data Lapangan
Lapisan
batuan
mengandung
bitumen padat didapatkan pada
Formasi Steenkol yakni pada lapisan
serpih berwarna abu-abu, abu-abu
kehitaman dan batupasir berwarna
hitam. Tebal serpih bervariasi antara
10 cm sampai 3 m. Diantara lapisan
serpih
kadang-kadang
terdapat
sisipan-sisipan tipis batupasir dan

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

259

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

batugamping setebal 1 hingga 10 cm
dan
sering
dijumpai
sisa-sisa
tumbuhan
berwarna
coklat-hitam,
berlembar pada bagian atas atau
bawah lapisan serpih.
Endapan Padat di daerah Penyelidikan
Selama penyelidikan berlangsung
hanya terdapat sekitar 7 singkapan
yang
diindikasikan
mengandung
Bitumen Padat yaitu SS-03 di Kp
Wersar, SS-06 dan SS-07 di Kp
Nakna, SS-08 dan SS-08A di Kp
Konda, SS-11 di Kp Keyen dan SS-19
di Kp Moswaren.
SS-03
Singkapan yang dijumpai di
daerah Romboa Kp Wersar berupa
batulempung menyerpih berwarna abuabu kehitaman, perlapisan kurang
jelas, agak lunak. Pengukuran N 155○
tebal
lapisan
3,00
m.
E/11○,
Pelamparan lapisan kearah lateral
yang dapat ditelusuri di permukaan
sejauh 150 m. Conto No. SS-03
.
SS-06
Singkapan terdapat di bagian
selatan
Kp
Kokoda.
Litologinya
merupakan
batulempung
hitam,
karbonan. Ditemukan sebagai sisipan
setebal 10 cm, 30 cm dan 20 cm dalam
lapisan batulempung berwarna abuabu tua dan batupasir kuarsa. Arah
jurus/kemiringan lapisan N 250○ E/9○.
Conto No. SS-06 (Foto 1)
SS-07
Singkapan
terdapat
dibagian
selatan
Kp
Kokoda.
Litologinya
merupakan batupasir hitam, karbonan,
ukuran butir sedang-kasar Ditemukan
sebagai sisipan setebal 1m dalam
lapisan batupasir kuarsa berwarna
abu-abu. Arah jurus/kemiringan lapisan
N 350○ E/3○. Conto No. SS-07

SS-08
Singkapan Batulempung karbonan
berwarna hitam, tebal antara 0.1 – 015
cm, sebagai sisipan pada lapisan
batupasir kuarsa berwarna putihabuabu. Tebal lapisan batupasir > 5 m.
Arah jurus/kemiringan lapisan N 65○
E/9○. Conto No. SS-08
SS-08A
Singkapan batupasir berwarna
hitam dijumpai dipinggir jalan menuju
Kp Kokoda. Terdapat sisipan-sisipan
tipis/vein lempung karbonan hitam.
Arah jurus/kemiringan lapisan N 71○
E/9○. Conto No. SS-08A
SS-11
Singkapan yang dijumpai di
daerah Kp Keyen berupa perlapisan
antara batugamping berselang-seling
dengan batulempung berwarna abuabu. Sisipan lempung karbonan yang
diperkirakan mengandung bitumen
padat terdapat sebagai sisipan tipis
dengan tebal antara 15-17 cm.
Pengukuran arah Strike/Dip N 185○
E/13○, Conto No. SS-11
SS-19
Singkapan yang dijumpai di S.
Alon Kp Moswaren berupa perlapisan
antara batubara dengan lapisan
lempung karbonan yang diperkirakan
mengandung bitumen padat. Tebal
sisipan tipis batulempung karbonan
sekitar 4-11 cm. Pengukuran arah
Jurus/kemiringan lapisan N 263○ E/11○.
Conto No. SS-19
Sebaran Bitumen Padat di daerah
Penyelidikan
Interpretasi lapisan bitumen padat
Berdasarkan data singkapan yang
ada di daerah penyelidikan, maka
dapat
direkonstruksikan
sebaran
lempung karbonan dan batupasir

260 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

karbonan
yang
berpotensi
mengandung bitumen padat. Sebaran
yang
diperkirakan
mengandung
bitumen tersebut tersebut mengarah
antara
Barat-Baratlaut
sampai
Timurlaut-Tenggara.
Dari kesamaan litologi dan arah
jurusnya, maka singkapan lempung
dan batupasir karbonan pada lokasilokasi singkapan SS-03, SS-06, SS-07,
SS-08, SS-08A, SS-11 dan SS-19
dapat dikorelasikan dan diidentifikasi
menjadi 5 lapisan Bitumen Padat, yaitu
lapisan a, b, c, d dan e dengan tebal
lapisan antara 10 cm-3,00 m.
Lapisan a
Lapisan
a
diinterpretasikan
berdasarkan singkapan SS-03, lapisan
ini menyebar secara lateral dengan
arah Baratlaut-Tenggara. Panjang
lapisan kearah lateral yang diyakini
kontinuitasnya sejauh 500 m dari
singkapan terakhir ke bagian kiri dan
kanan. Total panjang lapisan a kearah
jurus yang dihitung sumber dayanya
adalah 1.000 m dengan kemiringan
lapisan kearah Baratdaya sebesar 11○,
sedangkan tebal lapisan rata-rata 3,00
m.
Lapisan b
Lapisan
b
diinterpretasikan
berdasarkan
singkapan
SS-11,
panjang lapisan kearah lateral yang
diyakini kontinuitasnya sejauh 500 m
dari singkapan ke bagian kipanjang
lapisan b kearah jurus yang dihitung
sumber dayanya adalah 1.000 m
dengan kemiringan lapisan 11○ kearah
Baratdaya. Pada lapisan b bitumen
padat merupakan sisipan tipis dengan
tebal antara 15 cm - 17 cm dalam
lapisan
batulempung
abu-abu
kehitaman setebal 3,00 m.

Lapisan c
Lapisan c merupakan perselingan
antara
lempung
karbonan
dan
batupasir
karbonan
yang
diinterpretasikan berdasarkan korelasi
dari singkapan SS-06 dan
SS-07.
Berdasarkan rekonstruksi geometrinya
dan dari hasil pengukuran, lapisan c ini
merupakan sayap antiklin bagian Utara
yang memanjang dengan arah BaratTimurlaut, sedangkan sayap antiklin
dibagian Selatannya adalah lapisan d.
Panjang lapisan kearah lateral
yang diyakini kontinuitasnya adalah
sejauh 500 m ke arah kiri dan kearah
kanan dari singkapan terakhir. Jarak
antara SS-06 dan SS-07 adalah 1.000
m sehingga total panjang lapisan c
kearah jurus yang dihitung sumber
dayanya adalah 2.000 m dengan
kemiringan lapisan rata-rata 5o kearah
Utara-Baratlaut. Tebal lapisan rata-rata
adalah 1,00 m.
Lapisan d
Lapisan d merupakan perselingan
antara Batulempung karbonan, hitam,
tebal antara 0,1–0,15 cm, sebagai
sisipan pada lapisan batupasir kuarsa
putih-abuabu dengan lapisan Batupasir
hitam.
Terdapat
sisipan-sisipan
tipis/vein lempung karbonan hitam.
Lapisan
d
tersebut
diinterpretasikan berdasarkan korelasi
dari singkapan SS-08 dan SS-08A.
Berdasarkan rekonstruksi geometrinya
dan dari hasil pengukuran, lapisan d
merupakan sayap antiklin bagian
Selatan yang menyebar secara lateral
dengan
arah
Baratlaut-Timurlaut.
Panjang lapisan kearah lateral adalah
1.000 m dengan kemiringan lapisan
rata-rata 8o kearah Utara-Baratlaut.
Tebal lapisan rata-rata adalah 5,00 m.

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

261

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Lapisan e
Lapisan
e
diinterpretasikan
berdasarkan
singkapan
SS-19,
panjang lapisan kearah lateral yang
diyakini kontinuitasnya sejauh 500 m
dari singkapan ke bagian kiri dan
kanan, sehingga total panjang lapisan
e kearah jurus yang dihitung sumber
dayanya adalah 1000 m dengan
kemiringan lapisan 11○ kearah UtaraTimurlaut. Bitumen padat pada lapisan
e merupakan sisipan tipis batulempung
karbonan 4-11 cm pada lapisan
batubara setebal 5 m.
Kualitas Bitumen Padat di daerah
Penyelidikan
Dalam upaya mengetahui kadar
dan kualitas bitumen padat harus
dilakukan analisis laboratorium yaitu
analisis
retort
maupun
analisis
petrografi.
Akan
tetapi
untuk
mengetahui sementara kadar dan
kualitas
bitumen
padat
yang
terkandung dalam batuan secara
megaskopis dapat dilakukan pada saat
pengambilan conto di lapangan,
sehingga conto yang akan dianalisa
dapat memberikan hasil yang optimal.
Megaskopis
Seperti telah disebutkan di atas
bahwa
secara
megaskopis
pengambilan conto di lapangan akan
sangat menentukan terhadap kadar
dan kualitas bitumen padat yang
dihasilkan. Oleh karena itu peranan
yang cukup penting dan akan
menentukan
hasil
yang
optimal
diantaranya
adalah
pangamatan
secara megaskopis di lapangan.
Secara megaskopis batuan yang
mengandung bitumen di Kabupaten
Sorong Selatan berupa batupasir
karbonan
berwarna
hitam
dan
batulempung karbonan berwarna hitam
sebagai
sisipan
dalam
lapisan

batulempung abu-abu atau lapisan
batupasir kuarsa abu-abu.
Analisa Laboratorium
Conto batuan sebagai hasil
inventarisasi lapangan kemudian dipilih
beberapa conto yang selanjutnya
dilakukan analisis laboratorium seperti
analisis retort dan analisis petrografi.
Dalam penyelidikan ini telah dilakukan
anlisis terhadap 7 conto batuan yang
dianggap mewakili endapan Bitumen
Padat di daerah penyelidikan. (No.
Conto SS-03, SS-06, SS-07, SS-08,
SS-08A, SS-11, SS-19).
Interpretasi Hasil Analisis Laboratorium
Analisis Retorting
Untuk
mengetahui
kuantitas
minyak yang terkandung di dalam
batuan harus melalui proses analisis
retorting. Sebagai hasilnya dapat
diketahui kandungan minyak dalam
satuan liter/ton, kandungan air dalam
satuan liter/ton dan berat jenis minyak
dalam satuan gram/ml.
Hasil pengujian terhadap 7 conto
batuan yang umumnya terdiri dari
batupasir karbonan berwarna hitam
dan batulempung karbonan berwarna
hitam, hasilnya dapat dilihat seperti
pada Tabel.3
Berdasarkan hasil analisa retorting
diketahui bahwa di daerah inventarisasi
batuan yang mengandung endapan
bitumen padat terdapat pada Formasi
Steenkol, yaitu pada lapisan b, c, d dan
e.
Kandungan
minyak
yang
dihasilkan tersebut berasal dari 4 conto
lokasi yaitu pada lokasi SS-11 (Lapisan
b ), SS-06 (Lapisan c), SS-08 (Lapisan
d) dan SS-19 (Lapisan e). Kandungan
minyak
ke
4
conto
tersebut
menunjukkan kisaran angka antara 1
hingga 40 liter/ton atau rata-rata
sekitar 14.5 liter/ton.

262 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Analisis Petrografi
Analisa
petrografi
dilakukan
dengan
tujuan
sebagai
data
pendukung analisa retorting batuan.
Hasil analisa ini dapat digunakan
antara lain untuk mengetahui jenis
kandungan organik dan membantu
dalam penentuan tingkat kematangan
batuan melalui reflektan vitrinit.
Hasil analisa petrografi terhadap
conto batuan dari daerah penyelidikan,
umumnya batuan sedimen yang
mengandung
bitumen
merupakan
batuan sedimen klastik halus yang
terdiri dari batulempung karbonan dan
batupasir hitam karbonan.
Pada
umumnya
kandungan
maseral Vitrinit>Liptinit>Inertinit. Pada
kenampakan
dibawah
mikroskop
terdapat adanya sporinit, resinit dan
kutinit, hadirnya maseral tersebut
mengindikasikan bahwa kandungan
organik berasal dari lingkungan darat
atau paling tidak antara darat sampai
transisi. Dari reflektan vitrinit diketahui
bahwa tingkat kematangan material
organik berkisar antara 0,24-0,35 %,
secara umum dapat dikatakan bahwa
kematangan
kandungan
organik
tersebut masih rendah.
Dari 7 sampel yang diujikan,
terdapat 4 conto yang mengandung
minyak yakni pada lokasi conto SS-06,
SS-08, SS-11 dan SS-19. Dibawah ini
disajikan table batuan daerah Sorong
Selatan yang mempunyai kandungan
minyak (Tabel 4).
Sumberdaya Bitumen Padat
Perhitungan sumber daya adalah
perhitungan sumber daya Batuan yang
mengandung Bitumen Padat.
Dasar perhitungannya adalah
penyebaran kearah lateral yang
didapatkan dari korelasi beberapa
singkapan yang diamati dengan

beberapa pembatasan sebagai berikut
:
a) Penyebaran kearah jurus (Panjang)
satu lapisan adalah panjang lapisan
yang
dihitung
berdasarkan
singkapan yang dapat dikorelasikan
dan dibatasi sejauh 500 m dari
singkapan terakhir.
b) Penyebaran kearah kemiringan
(Lebar) lapisan adalah lebar
lapisan yang dibatasi sampai
kedalaman 100 m dihitung
tegaklurus dari permukaan
singkapan.
c) Tebal adalah tebal rata-rata
lapisan bitumen yang termasuk
dalam lapisan tersebut
d) Klasifikasi Sumber Daya adalah
Hipotetik.
e) Sumberdaya aspal dalam tiap
lapisan dapat dihitung dengan
rumus :
Sumber Daya = { [Panjang (m)
x Lebar (m) x Tebal (m)] x Berat
jenis (gr/ton) }
Sumber Daya Bitumen Padat di
daerah Sorong Selatan berdasarkan
klasifikasi
Hipotetik
sebesar
10.375.055,4 ton atau setara dengan
946.152.85 barrel minyak.
Prospek
Pemanfaatan
dan
Pengembangan
Potensi
Bitumen
Padat
di
Kabupaten Sorong Selatan sampai
saat ini belum pernah diketahui, untuk
itu perlu dilakukan penyelidikan yang
lebih
intensif
untuk
mengetahui
kemungkinan adanya potensi bitumen
padat di Sorong Selatan, terutama
pada Formasi batuan yang berumur
Tersier atau Pra Tersier.
Sementara
itu
pengolahan
Bitumen Padat sebagai energi alternatif
merupakan
tantangan
tersendiri,
khususnya di daerah Sorong Selatan

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

263

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

karena memerlukan investasi yang
besar dan teknologi yang rumit dan
mahal sehingga masih diperlukan
kajian dan penelitian yang lebih
mendalam bila potensi Bitumen Padat
diproyeksikan akan digunakan sebagai
salah satu energi alternatif.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Di daerah penyelidikan terdapat 1
Formasi yang bertindak sebagai
Formasi pembawa bitumen padat
yaitu Formasi Steenkol. Sebagai
batuan reservoir terakumulasinya
Bitumen Padat diperkirakan adalah
Batupasir
dan
Batulempung
Karbonan.
2. Berdasarkan perhitungan dalam
klasifikasi Hipotetik, Sumber Daya
Bitumen
Padat
di
daerah
penyelidikan sebesar 10.375.055,4
Ton atau setara dengan 946.152,85
barrel minyak.
3. Batuan
daerah
penyelidikan
didominasi oleh batuan karbonat
berupa konglomerat batugamping,
batulumpur
gampingan,
napal,
boundstone, grainstone, packstone
dari Formasi Kais maupun Formasi
Sekau. Adapun Sedimentasi yang
mempunyai kandungan organik
(karbonan) hanya terjadi pada
bagian atas Formasi Steenkool
berumur Pliosen, sehingga sulit
diharapkan
terjadinya
endapan
Bitumen Padat dari formasi yang
lain di daerah peninjauan.

4. Berdasarkan hasil analisa retorting
diketahui
bahwa
di
daerah
inventarisasi
batuan
yang
mengandung
endapan
bitumen
padat adalah Formasi Steenkol.
Kandungan minyak yang dihasilkan
tersebut berasal dari 4 conto lokasi
yaitu pada lokasi SS-06, SS-08, SS11 dan SS-19. Kandungan minyak
dari ke 4 conto tersebut di atas
menunjukkan kisaran angka antara
1 hingga 40 liter/ton.
SARAN
Disarankan
agar
pada
penyelidikan selanjutnya dilakukan
Pengujian TOC
(Total Organic
Carbon) dan Rock-Eval Pyrolisis (REP)
sehingga dapat dipisahkan komponen
organik
bebas
(bitumen)
dan
komponen organik yang masih terikat
dalam batuan induk (kerogen).
Analisis Rock-Eval
Pyrolisis dapat
menghasilkan
4
parameter penting yaitu S1, S2, S3 dan
Tmax. Kombinasi parameter yang
dihasilkan dapat dipergunakan sebagai
indikator jenis dan kualitas batuan
induk serta menentukan tipe kerogen.

DAFTAR PUSTAKA
Agus Subarnas., 2000, Laporan Survei Tinjau Batubara Permian di daerah Timika,
Kabupaten Mimika, Provinsi Irian Jaya
R.P. Koesoemadinata., 1989, Geologi Minyak dan Gas Bumi
U. Sukanta., C.J. Pigram, 1989. peta Geologi lembar Teminabuan Irian

264 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Vincelette, R.R., 1973, Reef exploration in Irian Jaya, Indonesia, Indon. Petroleum
Assoc. 2 nd Ann. Conv. Procc., p. 234-278.
Yen, The Fu., and Chilingarian 1976, Oil Shale, Development in Petroleum Science,5.
Elsevier Science Publishing Company, Amsterdam – Oxford New York 1976 S., 1976,
Oil Shale, Developmensin Petroleum Science, Elsevier Scientific Publishing Company.

Gambar 1. Geologi Daerah Penyelidikan
o

o

136 0 0 B T

140 o 0 0 B T

08 o 00 L S

04 o 00 L S

00 o 00 LS

132 0 0 B T

DAERAH PENYELIDIKAN

Lokasi Pe nye lidi kan

Gambar 2. Peta indeks daerah Penyelidikan

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

265

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

KUARTER

UMUR

LITOLOGI

FORMASI

HOLOSEN

Material lepas pasir, kerikil, lumpur
dan bahan tumbuhan

ALUVIUM

Batulempung, batulumpur mikaan
gampingan & tidak gampingan,
batupasir sela, serpih : sedikit
konglomerat, karbonan, lignit.

PLIOSEN
TERSIER

STEENKOL

A
Konglomerat btgpg
btgamping &
btlumpur gpgan
Bonstone,
atau napal dg
graistone,
kepingan
packstone,
karbonat
sedikit wackstone.
& koral.

SEKAU

MIOSEN
T

B

KAIS

?

?

?

(Agus Subarnas , 2010. Sumber data : Peta Geologi Lb Teminabuan, U. Sukanta, C.J Pigram, 1989)

Tabel 1. Stratigrafi daerah Penyelidikan

Gambar 3. Mandala Geologi dan
Tektonik Utama Papu

Tabel 2. Data Singkapan Bitumen Padat dan batuan lain di daerah Penyelidikan
Koordinat
Strike/Dip
Tebal
No
Lokasi
Keterangan
(°)
(m)
X
Y
1

SS-01

01° 24ƍ 33,1Ǝ

131° 55ƍ 22,9Ǝ

132/18

>4

2

SS-02

01° 29ƍ 01,1Ǝ

131° 59ƍ 02,0Ǝ

149/18

>2

Blp abu2, sisipan serpih abu2.
Bps

kuarsa,

putih-abuabu,

teroksidasi, halus-kasar.
Dijumpai di Kp Wersar berupa
batulempung menyerpih, abu-

3

SS-03

01° 28ƍ 32,2Ǝ

131° 58ƍ 30,4Ǝ

155/11

>3

abu
kurang

kehitaman,
jelas,

perlapisan
agak

o

lunak.
o

Strike/Dip N 155 E/11 , tebal
lap 3,00 m.
4

SST-01

01° 28ƍ 25,9Ǝ

131° 58ƍ 22,3Ǝ

135/8

>2

5

SS-04

01° 27ƍ 25,1Ǝ

132° 01ƍ 30,9Ǝ

140/11

>2

6

SST-02

01° 33ƍ 46,6Ǝ

132° 01ƍ 13,2Ǝ

-

7

SST-03

01° 35ƍ 12,3Ǝ

132° 03ƍ 53,6Ǝ

-

266 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

>2,5

Blp abu-abu, sisipan serpih abuabu. Sisipan bps kuarsa.
Batulempung, abu-abu, masif
Batupasir kuarsa, putih-abuabu,
s-k, mudah hancur.

>2

Batupasir kuarsa, putih-abuabu,

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

s-k, mudah hancur
Perlapisan bps kuarsa, abu-abu
8

SST-04

01° 35ƍ 53,7Ǝ

132° 03ƍ 54,9Ǝ

100/

>2,5

kekuningan, s-k, mudah hancur.
Sisipan blp abu- abu.
Perlapisan bps kuarsa, abu-abu

9

SS-05

01° 35ƍ 43,9Ǝ

132° 03ƍ 44,3Ǝ

110/4

>3

kekuningan, s-k, mudah hancur.
Sisipan

blp

abu-abu,

agak

menyerpih.
Batulempung hitam, karbonan.
tebal 10 cm, 30 cm dan 20 cm
sebagai sisipan dalam lapisan
10

SS-06

01° 33ƍ 37,2Ǝ

132° 01ƍ 34,4Ǝ

250/9

>1

batulempung abu-abu tua dan
batupasir

kuarsa.

Jurus/kemiringan lap N 250o
E/9o.
Batupasir

hitam,

karbonan,

ukuran butir sedang-kasar, tebal
11

SS-07

01° 33ƍ 42,7Ǝ

132° 01ƍ 20,3Ǝ

350/3

-

1m

sebagai

sisipan

dalam

lapisan batupasir kuarsa abuabu.

Arah

jurus/kemiringan
o

lapisan N 350 E/3o.
Batulempung karbonan, hitam,
tebal antara 0.1–015 cm, sebagai
sisipan pada lap batupasir kuarsa
12

SS-08

01° 35ƍ 21,6Ǝ

131° 59ƍ 31,5Ǝ

65/9

>5

putih-abuabu.
batupasir

Tebal

lap

5

m.

>

Jurus/kemiringan lapisan N 65o
E/9o.
Batupasir

13

SS-08A

01° 35ƍ 21,6Ǝ

131° 59ƍ 31,5Ǝ

65/9

-

hitam

dijumpai

dipinggir

jalan

Kokoda.

Terdapat

sisipan
karbonan

menuju

tipis/vein

Kp

sisipanlempung

hitam.

Arah

jurus/kemiringan lapisan N 71o
E/9o. Conto No. SS-08A
14

SST-05

01° 34ƍ 22,4Ǝ

131° 57ƍ 31,2Ǝ

-

>1

Batupasir kuarsa, putih-abuabu,
s-k, mudah hancur.
Blp abu-abu kehitaman, tdpt

15

SS-09

01° 35ƍ 31,5Ǝ

131° 58ƍ 49,8Ǝ

265/2

>4

sisa2 tumbuhan. Bagian atas bps
kuarsa

berwarna

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

abu-abu

267

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

kekuningan, mudah hancur
Bps
16

SS-10

01° 33ƍ 53,2Ǝ

132° 00ƍ 44,1Ǝ

120/5

3

kuarsa,

abu-abu,

s-k.

Sisipan blp teroksidasi, merah,
sangat keras.
Tersingkap di daerah Kp Keyen.
Perlapisan antara batugamping
berselang-seling

dengan

batulempung berwarna abu-abu.
17

SS-11

01° 28ƍ 23,6Ǝ

132° 05ƍ 07,3Ǝ

95/13

3

Sisipan lempung karbonan yang
diperkirakan

mengandung

bitumen padat terdapat sebagai
sisipan tipis dengan tebal antara
15-17 cm. Pengukuran arah
Strike/Dip N 185o E/13o
Perlapisan antara Blp abu-abu
dengan batugamping dan napal,
18

SS-12

01° 28ƍ 44,8Ǝ

132° 05ƍ 18,7Ǝ

185/13

2,5

tdp fosil foram besar. Sisipan
lpg karbonan dan lapisan tipis
lignit

19

SS-13

01° 27ƍ 15,3Ǝ

132° 05ƍ 04,6Ǝ

-

>7

Konglomerat

batugamping,

putih, keras.
Konglomerat

20

SS-14

01° 28ƍ 38,2Ǝ

132° 04ƍ 53,0Ǝ

-

-

batugamping,

putih, keras. Tdpt fosil foram
besar

21

SS-15

01° 27ƍ 08,9Ǝ

132° 01ƍ 38,8Ǝ

-

>6

Gamping terumbu
Blp

22

SS-16

-

-

115/15

>2

hitam,

berlapis,

mengandung

sisa-sisa

tumbuhan. Lokasi S. Soni
Perlapisan
23

SS-17

01° 32ƍ 30,9Ǝ

132° 12ƍ 48,5Ǝ

134/9

>1,5

blp

abu-abu,

menyerpih, lunak. Sisipan tipis
blp, abu-abu tua, keras,
Perlapisan

24

SS-18

01° 32ƍ 41,5Ǝ

132° 12ƍ 46,8Ǝ

355/10

2

blp

abu-abu

kehitaman, menyerpih. Bg atas
soil
Perlapisan
dengan

25

SS-19

01° 33ƍ 41,9Ǝ

132° 12ƍ 28,3Ǝ

263/11

>1

antara

batubara

lempung

karbonan

(diperkirakan)

mengandung

bitumen padat. Tebal sisipan
tipis batulempung karbonan 411 cm. Arah Jurus/kemiringan

268 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

lapisan

N

263o

E/11o.

Tersingkap di S. Alon Kp
Moswaren
Perlapisan blp abu-abu, (30-50
26

SS-20

01° 29ƍ 18,6Ǝ

132° 05ƍ 40,9Ǝ

97/26

>2

cm).

dengan

napal,

tersilisifikasi, sangat keras 5-9
cm)

27

28

SS-21

SS-22

01° 27ƍ 10,3Ǝ

132° 04ƍ 05,2Ǝ

01° 28ƍ 56,1Ǝ

Konglomerat

145/3

132° 10ƍ 10,2Ǝ

batugamping,

putih-abuabu, sangat keras.

-

>5

Batugamping,

putih-abuabu,

sangat

masif,

keras,

tidak

berlapis

29

SS-23

01° 27ƍ 45,3Ǝ

132° 11ƍ 00,2Ǝ

-

>6

Batugamping,

putih-abuabu,

sangat

masif,

keras,

berlapis

Tabel 3. Hasil ”RETORT EXTRACTION” Bitumen daerah penyelidikan
Minyak yang
Air yang
Specific
No
dihasilkan
dihasilkan Gravity
No
Formasi
Sampel
Batuan
Liter/ton
SS-03
100
1
Steenkol
2.03
SS-06
Steenkol
10
140
2
1.36
3

SS-07

Steenkol

-

100

2.54

4

SS-08

Steenkol

7

150

1.70

5

SS-08A

Steenkol

-

140

2.56

6

SS-11

Steenkol

1

140

1.93

7

SS-19

Steenkol

40

130

1.20

Tabel 4. Hasil analisis Petrografi conto Bitumen Padat daerah Penyelidikan
Rvmean
No
Jenis Batuan
Pemerian
Sampel
(%)
SS-06

Batulempung
karbonan

0,24

SS-08

Batulempung
karbonan

0,28

SS-11

SS-19

Batulempung
karbonan
Batulempung
karbonan

0.31

0.35

V>L>I. Vitrinit >50 % liptinit 0.1-0.49 %,
inertinit L>I. Vitrinit 10-49.9 %, liptinit < 0.1
%, inertinit L>I. Vitrinit 2.0-99.9 %, inertinit L>I. Vitrinit >50 %, inertinit