PENYELIDIKAN PENDAHULUAN BITUMEN PADAT NANGADANGKAN

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN BITUMEN PADAT
DI DAERAH NANGA DANGKAN DAN SEKITARNYA
KABUPATEN SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Dahlan Ibrahim
Kelompok Program Penelitian Energi Fosil, PMG

SARI

Daerah penyelidikan sebagian besar terletak di Kabupaten Sintang dan sebagian lagi termasuk
Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat. Secara geografis terletak di antara 00°03’00”
– 00 °18’00” Lintang Utara dan 111°55’00” – 112°12’00” Bujur Timur. Lokasi penyelidikan terletak
lebih kurang 650 km ke arah Timur Kota Pontianak, ibu kota Provinsi Kalimantan Barat
Kegiatan penyelidikan pendahuluan endapan bitumen padat adalah salah satu upaya dalam
mendukung kebijakan diversifikasi energi. Endapan bitumen padat didefinisikan sebagai batuan
sedimen klastik halus biasanya berupa serpih yang kaya kandungan organik dan dapat diekstraksi
menghasilkan hidrokarbon cair yang berpotensi ekonomis. Daerah Nanga Dangkan dan sekitarnya
yang terletak pada Cekungan Melawi diperkirakan mempunyai potensi endapan bitumen padat.
Daerah penyelidikan termasuk ke dalam Cekungan Melawi, secara stratigrafi tersusun oleh batuan

Pra Tersier dan Tersier. Batuan Pra Tersier yaitu Kelompok Selangkai berumur Kapur Awal – Kapur
Akhir sedangkan Batuan Tersier terdiri atas Formasi Haloq, Formasi Ingar, Batupasir Dangkan,
Serpih Silat, Formasi Payak dan Batuan Terobosan Sintang yang berumur Eosen hingga Miosen.
Batuan pembawa endapan bitumen padat adalah Serpih Silat berumur Eosen Akhir yang diendapan
di lingkungan lakustrin.
Endapan bitumen padat terbentuk pada suatu struktur sinklin berarah relatif Baratlaut-Tenggara
yang dinamakan Sinklin Silat. Sinklin ini merupakan sinklin asimetris yang menunjam ke arah
Tengara dengan sayap utara relatif lebih curam hingga hampir tegak sedangkan sayap selatan relatif
lebih landai serta bagian inti yang terdeformasi kuat. Sinklin ini memanjang hampir mencapai
batas-batas daerah penyelidikan di bagian Barat dan Timur yang mempengaruhi batuan-batuan
berumur Tersier.
Komposisi bitumen padat pada serpih sangat bervariasi mulai dari berupa laminasi tipis sampai
membentuk lapisan bitumen yang relatif homogen. Ketebalan lapisan serpih terukur berkisar dari
beberapa meter hingga lebih dari 20 m dengan kemiringan lapisan sekitar 8°- 65°. Hasil analisis
retort menunjukkan bahwa terdapat empat lapisan serpih yang mengandung minyak dengan
kandungan minyak bervariasi antara 4 – 40 liter/ton dengan jumlah sumber daya batuan serpih yang
mengandung minyak adalah sekitar 30,1 juta ton.

PENDAHULUAN


Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan
energi sedangkan di sisi lain terdapat
keterbatasan
jumlah
cadangan
energi
konvensional khususnya minyakbumi, maka

pemerintah telah mencanangkan kebijakan
efisiensi dan diversifikasi energi, antara lain
dengan mendorong penggunaan sumber energi
lain di luar minyakbumi seperti gas alam,
batubara, gambut, panas bumi, tenaga air,
tenaga surya dan lainnya. Disamping itu
pemerintah juga berupaya mencari bahan
energi lain yang bersumber dari alam di luar

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI


yang telah diketahui selama ini, salah satunya
adalah endapan bitumen padat.
Endapan bitumen padat didefinisikan sebagai
batuan sedimen klastik halus biasanya berupa
serpih yang kaya akan kandungan bahan
organik dan bisa diekstrasi meghasilkan
hidrokarbon cair yang berpotensi ekonomis,
sehingga endapan ini lazim juga disebut
dengan nama serpih minyak atau serpih
bitumen.
Salah satu daerah yang secara geologi
diperkirakan berpotensi mengandung endapan
bitumen padat adalah Daerah Nanga Dangkan
dan sekitarnya di Kabupaten Sintang, Provinsi
Kalimantan Barat.

Maksud dan Tujuan
Penyelidikan pendahuluan ini dimaksudkan
untuk memperoleh informasi awal dari

endapan bitumen padat di daerah Nanga
Dangkan dan sekitarnya yang antara lain
meliputi lokasi dan koordinat singkapan,
ketebalan, kedudukan, penyebaran dan
kualitas dari endapan bitumen padat disamping
aspek-aspek geologi lainnya yang dapat
menunjang penafsiran bentuk geometris dari
endapan bitumen padat di daerah tersebut.
Tujuannya adalah untuk mengetahui potensi
sumber daya bitumen padat yang antara lain
mencakup : Kuantitas, kualitas dan prospek
pengembangan di masa mendatang.

Lokasi Daerah Penyelidikan
Daerah penyelidikan sebagian besar terletak di
Kabupaten Sintang dan sebagian lagi termasuk
Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan
Barat, meliputi beberapa Kecamatan yaitu
Kecamatan Kayan Hilir dan Kecamatan Kelam
Permai, Kabupaten Sintang dan Kecamatan

Silat Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu. Secara
geografis daerah penyelidikan terletak di
antara 00°03’00” – 00 °18’00” Lintang Utara
dan 111°55’00” – 112°12’00” Bujur Timur.
Lokasi penyelidikan terletak lebih kurang 650
km ke arah Timur Kota Pontianak, ibu kota
Provinsi Kalimantan Barat.

GEOLOGI UMUM
Informasi mengenai geologi daerah Nanga
Dangkan dan sekitarnya diperoleh dari

publikasi Peta Geologi Lembar Sintang,
Kalimantan, skala 1 : 250.000, terbitan Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi
Bandung (Heryanto, R., dkk, 1993).
Lembar Sintang terletak di bagian tengah
provinsi Kalimantan Barat dan dalam tatanan
tektonik Kalimantan termasuk kedalam
Cekungan Melawi. Secara fisiografi lembar ini

dicirikan oleh dataran rendah, kelompok
perbukitan bergelombang rendah
serta
pegunungan yang mempunyai ketinggian
hingga 1100 m.
Secara tektonik pada lembar ini terdapat tiga
cekungan daratan muka yaitu Cekungan
Ketungau dan Cekungan Mandai di bagian
utara dan Cekungan Melawi di bagian selatan.
Kedua bagian cekungan ini dipisahkan oleh
Punggungan Semitau berumur Pra Tersier.
Pada Eosen Akhir diperkirakan cekungancekungan tersebut awalnya menyatu, proses
tektonik pada Oligo-Miosen membentuk
Punggungan Semitau sehingga cekungan yang
luas tersebut terbagi menjadi tiga bagian.

Stratigrafi
Daerah penyelidikan secara geologi termasuk
ke dalam Cekungan Melawi. Secara umum
batuan penyusun Cekungan Melawi terdiri atas

batuan-batuan berumur Tersier dan Kuarter
yang dialasi oleh batuan dasar Pra Tersier..
Batuan Pra Teriser terdiri atas batuan-batuan
berumur Karbon hingga Kapur Akhir yaitu
Komplek Semitau, Komplek Busang, Batuan
Gunungapi Jambu, Batuan Gunungapi Betung,
Komplek Mafik Danau, Komplek Kapuas,
Granit Menyukung dan Kelompok Selangkai.
Batuan Tersier terdiri atas Batupasir Haloq;
Satuan tak terbedakan dari Serpih Silat,
Formasi Ingar dan Batupasir Dangkan;
Formasi Ingar; Batupasir Dangkan; Serpih
Silat; Formasi Payak; Formasi Tebidah dan
Batupasir Sekayam.
Endapan Kuarter adalah endapan Aluvial yang
merupakan endapan permukaan dan melampar
tak selaras di atas batuan-batuan yang lebih
tua.

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008

PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Struktur Geologi
Pola struktur utama di Cekungan Melawi
dapat dibedakan atas perlipatan dan sesar yang
berarah barat-baratlaut. Perlipatan terutama
adalah sinklin asimetris dengan sayap utara
curam, tegak sampai membalik sedangkan
sayap selatan memiliki kemiringan lebih
landai, struktur antiklin umumnya kurang
berkembang.
Sesar utama di Cekungan Melawi umumnya
sesar normal berarah barat-baratlaut dengan
sesar orde kedua dan orde ketiga yang
berdimensi lebih kecil.

Indikasi Endapan Bitumen Padat

Endapan bitumen padat didefinisikan sebagai
aneka batuan sedimen klastik berbutir halus,

mengandung material-material organik dan
dapat diproses sehingga menghasilkan minyak
(Yen and Chilingarian, 1976). Adanya
keterkaitan antara sedimen berbutir halus yang
umumnya berupa serpih dan kandungan
minyak atau organik menyebabkan bitumen
padat lazim juga dikenal sebagai serpih
minyak atau serpih bitumen.
Secara geologi endapan bitumen padat
dapat terbentuk pada lingkungan pengendapan
danau, laut dangkal – neritik atau lagun.
Batuan ini umumnya merupakan sedimen
klastik halus, seperti serpih, lempung, lanau
atau batupasir halus dan sering berasosiasi atau
mengandung sisa-sisa tumbuhan, kayu
terarangkan dan batubara.
Berdasarkan data stratigrafi daerah
Sintang dan sekitarnya (Heryanto, dkk, 1993)
diperkirakan yang berpotensi sebagai endapan
bitumen padat adalah batuan Serpih Silat

berumur Eosen Akhir. Litologinya adalah
serpih, batulumpur hitam, batulanau, batupasir
halus, setempat karbonan dan sisipan tipis
batubara. Serpih Silat diendapkan di
lingkungan lakustrin, sungai dan laut dangkal.
Atas dasar tersebut Serpih Silat menjadi fokus
utama dalam penyelidikan lapangan walaupun
tidak
menutup
kemungkinan
untuk
menyelidiki batuan sedimen lain di daerah ini.

KEGIATAN PENYELIDIKAN
Penyelidikan Lapangan
Penyelidikan lapangan yang dilakukan
meliputi beberapa jenis kegiatan yaitu :









Mencari lokasi singkapan batuan yang
terindikasi bitumen padat yang
umumnya adalah batuan klastik
bertekstur halus seperti serpih atau
batulempung. Salah satu cara untuk
mendeteksi kandungan bitumen padat
adalah dengan membakar batuan dan
tercium aroma khas minyak.
Mengukur Jurus, kemiringan dan
ketebalan dari lapisan bitumen padat
serta mengamati batuan pengapitnya
Mengambil conto batuan yang
diperkirakan mengandung bitumen
padat untuk kepentingan analisa.
Mengamati
aspek-aspek
geologi
lainnya yang dapat menunjang
penafsiran bentuk geometris dari
endapan bitumen padat.
Mengamati kondisi infra struktur,
masyarakat dan lingkungan yang dapat
menunjang tujuan penyelidikan.

Analisis Laboratorium
Analisis conto bitumen padat di laboratorium
adalah untuk mengetahui kualitas bitumen
padat antara lain mengenai kandungan minyak
(analisis retorting), kandungan air dan Specific
Gravity dari batuan. Analisis dilakukan pada
laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi dan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Minyak dan Gas Bumi, Lemigas, Jakarta.

Pengolahan Data
Data penyelidikan yang terdiri atas data
lapangan, data kantor dan ditunjang dengan
data literaratur yang berupa hasil penyelidik
terdahulu diolah untuk menghasilkan suatu
informasi mengenai endapan bitumen padat di
daerah penyelidikan sesuai dengan tahapan
penyelidikan penyelidikan pendahuluan.
Data singkapan bitumen padat akan
dikorelasikan untuk mendapatkan gambaran
mengenai bentuk sebaran maupun jumlah
lapisan termasuk aspek-aspek geologi yang
mempengaruhinya. Hasil analisis conto di
laboratorium akan menunjang penafsiran data
lapangan dan akan memberikan informasi
tambahan antara lain mengenai kualitas,
material
penyusun
sedimen,
kondisi
pengendapan dan lainnya.

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

HASIL PENYELIDIKAN
Geologi Daerah Penyelidikan
Daerah penyelidikan sebagian besar tersusun
oleh batuan berumur Tersier dan sebagian
kecil batuan Pra Tersier. Batuan Tersier
berumur Eosen hingga Oligosen dengan
komposisi sekitar 90% mendominasi sebagian
besar wilayah penyelidikan sedangkan batuan
Pra Tersier tersingkap di bagian timurlaut dan
menempati sekitar 10% daerah peneyelidikan.

Morfologi
Bentuk bentang alam daerah penyelidikan
secara
umum
memperlihatkan
satuan
morfologi perbukitan bergelombang sedang
hingga terjal. Satuan morfologi perbukitan
bergelombang sedang mempunyai elevasi
sekitar 200-400 meter di atas muka laut.
Kenampakan reliefnya mencerminkan litologi
yang tersusun oleh perselingan antara batuan
keras dan lunak atau yang relatif lebih resisten
dan yang kurang resisten terhadap erosi seperti
batupasir dengan batulempung atau serpih.
Satuan ini ditempati oleh Serpih Silat dan
Formasi Ingar. Satuan perbukitan terjal
mencerminkan litologi yang dominan tersusun
oleh batuan relatif keras atau lebih resiten
terhadap erosi seperti batupasir, konglomerat,
batuan beku atau batuan metamorfosa. Satuan
ini mempunyai ketinggian sekitar 400 – 700
meter di atas muka laut dan ditempati oleh
Batupasir Dangkan, Formasi Haloq, Batuan
Terobosan Sintang dan Kelompok Selangkai.

Stratigrafi
Mengacu kepada stratigrafi Cekungan Melawi
stratigrafi
daerah
penyelidikan
dapat
dibedakan oleh batuan Pra Tersier dan Tersier.
Batuan Pra Tersier yaitu Kelompok Selangkai
berumur Kapur Awal – Kapur Akhir,
sedangkan batuan Tersier terdiri atas Formasi
Haloq, Formasi Ingar, Batupasir Dangkan,
Serpih Silat, Formasi Payak dan Batuan
Terobosan Sintang yang berumur Eosen
hingga Miosen.
Kelompok
Selangkai
tersusun
oleh
batulumpur,
batupasir,
batulanau,
batugamping dan konglomerat. Batuan ini
telah mengalami tektonik yang kuat dan
sebagian terhancurkan. Kelompok Selangkai
terletak tidak selaras di bawah Formasi Haloq

dan diperkirakan berumur Kapur Awal –
Kapur Akhir.
Formasi Haloq terdiri atas batupasir kuarsa,
batulumpur dan konglomerat. Formasi ini
menindih tak selaras Kelompok Selangkai dan
kontak sesar dengan Formasi Ingar dan
Batupasir Dangkan. Formasi Haloq berumur
Eosen Akhir dan diendapkan di lingkungan
fluviatil.
Formasi Ingar tersusun oleh perselingan
batulumpur karbonatan, batulanau, batupasir
dan sedikit kalkarenit. Formasi ini kontak
sesar dengan Formasi Haloq dan terletak tak
selaras di bawah Batupasir Dangkan dan
Formasi Payak. Formasi ini berumur Eosen
Akhir dan diendapkan di lingkungan delta,
estuarin, lagun hingga dataran limpah banjir.
Batupasir Dangkan terdiri atas batupasir
kuarsa, batupasir litik, batupasir kerikilan dan
konglomerat. Batupasir Dangkan terletak tak
selaras di atas Formasi Ingar dan selaras di
bawah Serpih Silat. Satuan ini berumur Eosen
Akhir dan diendapkan di lingkungan fluviatil.

Serpih Silat terdari atas batulumpur, serpih,
batupasir, lensa kalsilutit dan setempat sisipan
bitumen, batubara dan karbonan. Satuan ini
terletak selaras di atas Batupasir Dangkan dan
tak selaras di bawah Formasi Payak, umurnya
diperkirakan Eosen Akhir dan diendapkan di
lingkungan lakustrin.
Formasi Payak terdiri atas batupasir bersisipan
batulumpur dan batulanau. Satuan ini terletak
tak selaras di atas Serpih Silat, Formasi Ingar
dan Batupasir Dangkan, umurnya adalah
Eosen Akhir – Oligosen Awal dan diendapkan
di lingkungan fluviatil, lakustrin, lagun dan
laut dangkal.
Batuan terobosan Sintang terdiri atas
mikrodiorit, mikrogranodiorit, dasit, porfiri
dasit, andesit piroksen, granit, diorit kuarsa,
riolit, riodasit, basal, dolerit kuarsa dan gabro.
Batuan ini menerobos hampir semua batuan
yang lebih tua, umurnya diperkirakan
Oligosen – Miosen.

Struktur Geologi
Pola struktur yang mempengaruhi daerah
penyelidikan terutama adalah lipatan dan
sesar. Lipatan yang cukup dominan di daerah
penyelidikan adalah sinklin besar berarah
relatif Baratlaut-Tenggara yang dinamakan

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Sinklin Silat. Sinklin ini memanjang hampir
mencapai batas-batas daerah penyelidikan di
bagian Barat dan Timur yang mempengaruhi
batuan-batuan berumur Tersier. Sinklin Silat
merupakan sinklin asimetris yang menunjam
ke arah arah timur, sayap utara relatif lebih
curam hingga hampir tegak sedangkan sayap
selatan relatif lebih landai dengan bagian inti
yang terdeformasi kuat. Di sebelah utara
Sinklin Silat terdapat sisa struktur sinklin yang
berkembang pada Batupasir Haloq dengan
kemiringan sekitar 30°, corak deformasi mirip
dengan Sinklin Silat.
Struktur antiklin yang terdapat di antara kedua
struktur sinklin tersebut tidak begitu
berkembang sehingga pengaruhnya tidak
begitu jelas terhadap batuan atau formasi yang
ada di daerah penyelidikan.
Sesar yang terdapat di daerah ini umumnya
berupa sesar normal berarah Barat-Baratlaut
dan Timur-Timurlaut. Sesar yang berarah
Barat-Baratlaut umumnya sejajar dengan batas
formasi sedangkan sesar berarah TimurTimurlaut memotong batas formasi.
Potensi Endapan Bitumen Padat
Data lapangan
Satuan Serpih Silat tersingkap di bagian
tengah daerah penyelidikan, penyebarannya
memanjang berarah relatif Baratlaut –
Tenggara hampir searah dengan aliran Sungai
Silat. Satuan ini relatif kurang resisten
terhadap erosi dan pelapukan sehingga
singkapan-singkapan lebih sering muncul pada
tebing-tebing sungai atau lembah yang cukup
terjal. Liotologi satuan ini terdiri atas
perselingan serpih, batulempung dan batupasir
berbutir halus – sedang, setempat mengandung
bitumen, batubara dan batulempung karbonan.
Satuan Serpih Silat tersingkap pada bagian inti
dari Sinklin Silat sehingga pola kedudukan
lapisan mengikuti pola Sinklin Silat yaitu
sayap utara relatif lebih curam sedangkan
sayap selatan relatif landai. Pengaruh sesar
dapat diamati pada kedudukan lapisan yang
relatif curam sampai tegak dan adanya
milonitisasi atau zona hancuran.
Endapan bitumen padat umumnya terdapat
sebagai sisipan pada batuan serpih atau
batulempung. Bitumen padat umumnya
memperlihatkan ciri fisik berwarna kelabu
gelap, coklat tua sampai hitam, menyerpih,
getas, kalau dibakar mengeluarkan aroma
aspal atau minyak.

Pengamatan pada lintasan sungai maupun
jalan setapak tampak bahwa komposisi
bitumen padat pada serpih sangat
bervariasi, dari mulai berupa laminasilaminasi tipis sampai membentuk lapisan
bitumen yang homogen dengan ketebalan
beberapa meter.
Kualitas Bitumen Padat
Hasil proses pengujian kualitas bitumen padat
yang dilakukan di laboratorium Pusat Sumber
Daya Geologi dan dilengkapi dengan
laboratorium Lemigas Jakarta menunjukkan
dari dua belas conto serpih yang diuji dengan
analisa Retort Extraction empat conto yaitu
ND-09, ND-10, ND-20 dan ND-27
mengandung minyak masing-masing 4
liter/ton, 10 liter/ton, 10 liter/ton dan 40
liter/ton, sedangkan delapan conto lain tidak
mengandung minyak, namun diperkirakan ada
kemungkinan telah terjadi migrasi minyak
pada sebagian conto tersebut karena faktor
over maturity.

Sumber Daya Bitumen Padat
Dari konstruksi lapisan disimpulkan terdapat
empat lapisan serpih yang mengandung
minyak sehinga penghitungan sumber daya
bitumen padat dilakukan terhadap keempat
lapisan tersebut dengan kriteria :







P = Panjang lapisan ke arah jurus
dihitung hingga 500 m dari singkapan
terluar
L = Lebar lapisan ke arah kemiringan
dihitung hingga kedalaman 100 m
T = Ketebalan lapisan dianggap
ketebalan singkapan rata-rata
BJ = Berat Jenis bitumen padat
diperoleh
dari
hasil
analisis
laboratorium.
Sumberdaya = P x L x T x BJ

Berdasarkan kriteria di atas diperoleh
sumberdaya endapan bitumen padat di
daerah Nanga Dangkan adalah 30.091.735
ton sekitar 30,1 juta ton batuan serpih
yang digolongkan sebagai sumber daya
tereka.

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Prospek Pemanfaatan dan Pengembangan
Bitumen Padat
Berdasarkan beberapa kriteria antara lain
ketebalan
lapisan,
kedudukan
lapisan,
kandungan minyak dan akses serta kesampaian
daerah maka daerah ini mempunyai potensi
untuk dikembangkan dengan penyelidikan
lebih lanjut yaitu dengan metoda pemboran
singkapan atau outcrop drilling dan pemetaan
singkapan yang lebih rinci. Pemboran akan
dapat mengetahui urutan vertikal lebih rinci
dari liotologi serpih dan komposisi bitumen
serta dapat mengetahui batas-batas atas dan
bawah dari lapisan serpih secara lebih jelas
sedangkan pemetaan yang lebih rinci untuk
lebih merapatkan data singkapan di permukaan
maupun pengamatan lebih rinci atas
fenomena-fenomena geologi lain seperti
struktur, stratigrafi dan lain-lain.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat diambil
pembahasan ini adalah sebagai berikut :

dari

1. Daerah penyelidikan secara geologi
termasuk kedalam Cekungan Melawi.
2. Susunan
stratigrafi
daerah
penyelidikan dari tua kemuda untuk
batuan Pra Tersier adalah Kelompok
Selangkai; Seri Batuan Tersier adalah
Batupasir Haloq, Formasi Ingar,
Batupasir Dangkan dan Serpih Silat
berumur Eosen Akhir. Sebagai
pembawa endapan bitumen padat
adalah Satuan Serpih Silat

3. Kandungan minyak dari hasil analisis
retort extraction menunjukkan kisaran
nilai 4 – 40 liter/ton dengan jumlah
sumber daya batuan serpih adalah
sekitar 30,1 juta ton.
4. Disarankan untuk menindaklanjuti
daerah Nanga Dangkan dengan
penyelidikan lebih lanjut
dengan
metoda pemboran singkapan dan
pemetaan yang lebih rinci

DAFTAR PUSTAKA
Heryanto, R., dkk., 1993, Geologi Lembar
Sintang, Kalimantan, P3G, Bandung
Hutton,A.C., 1987, Petrographic Classification
of Oil Shale, International Journal of
Coal Geology, Amsterdam.
Hutton, A.C., Kanstler, A.J., Cook, A.C.,
1980, Organic Matter in Oil
Shales,APEA ournal, vol. 20, Univ. of
Wollongong, N.S.W., Australia.
Sukardjo, dkk, 2003, Kajian Terpadu
Cekungan Pengendapan Bitumen
Padat di Indonesia, Dit. Inventarisasi
Sumber Daya Mineral.
Supriatna , S., dkk., 1993, Geologi Lembar
Sanggau, Kalimantan,P3G, Bandung.
Yen, T.F., and Chilingarian, G.V., 1976, Oil
Shale, Elsevier Scientific Publishing
Company, Amsterdam–Oxford–New
York

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gambar 1. Lokasi Penyelidikan Daerah Nanga Dangkan
Daerah Penyelidikan

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gambar 2. Peta Geologi Daerah Nanga Dangkan dan Sekitarnya

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gambar 2. Stratigrafi Daerah Nanga Dangkan dan Sekitarnya