PENINGKATAN KEMAMPUAN KETERAMPILAN RENANG GAYA DADA MELALUI MODIFIKASI ALAT BANTU.

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. (2008). Pembelajaran Manajemen Pendidikan Jasmani dan

Olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Badruzaman. (2008). Teori renang 1. Bandung: FPOK IKIP Bandung. Badruzaman. (2008). Teori renang 2. Bandung: FPOK IKIP Bandung. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Citra.

Bahagia, Y dan Suherman, A. (2000). Prinsip-prinsip Pengembangan Dan

Modifikasi Cabang Olahraga. Depdiknas: Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar Dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. Baharudin, H dan Wahyuni, E.N. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Indik, K. (1992). Belajar mengajar renang. Bandung: FPOK IKIP Bandung. Husdarta, J. S dan Saputra, Y. (2000). Belajar Dan Pembelajaran. Depdiknas:

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Irsyada, M. (2000). Bola Basket: Depdiknas: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III Muhajir. (2004). Pendidikan Jasmani Teori dan Praktik SMA. Jakarta: PT.

Erlangga

Nurhasan, H dan Cholil, D. H. (2007) Modul Tes Pengukuran dan Keolahragaan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sudjana. (2010). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: CV.Alfabeta.

Suhendar, J. (2011). Modifikasi Pembelajaran Permainan Bola Voli di Sekolah

Menengah Pertama. Skripsi Sarjana pada FPOK UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Suherman, A dan Mahendera, A. (2001). Menuju Perkembangan Menyeluruh. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah Bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Olahraga.


(2)

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

NN. (---). NN. [Online]. Tersedia:http://sdoriza.wordpress.com/2010/04/02/definisi-konseptual-variabel-definisi-operasional-variabel/. [24 Juni 2011]

NN. (---). NN. [Online]. Tersedia:http://info49.mywapblog.com/post/4.xhtml. [24 Juni 2011]

NN. (---). NN. [Online]. Tersedia:http://js.unikom.ac.id/rb/bab9.html. [1 Oktober 2011]

NN. (---). NN. [Online]. Tersedia:

http://capoecini.multiply.com/journal/item/41?&show_interstitial=1&u=% 2Fjournal%2Fitem

NN. (---). NN. [Online]. Tersedia:


(3)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pendidikan juga merupakan investasi dalam pembangunan sumber daya manusia, dimana peningkatan kecakapan dan kemampuan diyakini sebagai faktor pendukung upaya manusia dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian. Dalam kerangka inilah pendidikan diperlukan dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju, demikian halnya bagi masyarakat yang ingin maju, demikian halnya bagi masyarakat Indonesia yang memiliki wilayah yang sangat luas.

Titik berat pendidikan diletakan pada peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan, perluasan kesempatan belajar, relevansi dan efisiensi serta efektivitas pelaksanaanya. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan tergantung dari keberhasilan proses pembelajaran yang merupakan sinergi dari berbagai komponen pendidikan, seperti sarana dan prasarana pendidikan.

Undang–undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab XII Pasal 45 ayat 1 tentang sarana dan prasarana pendidikan, menyatakan bahwa:


(4)

Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbahan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan peserta didik.

Dalam konteks pendidikan, olahraga renang telah dimasukkan ke dalam kurikulum mata pelajaran Pendidikan Jasmani (Penjas). Penjas merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif dan emosional dalam kerangka sistem Penjas. Selain itu Penjas juga dapat diartikan pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan dalam Penjas.

Adapun menurut Lutan (1995) dalam Ardiansyah (2009:01) menjelaskan bahwa Penjas adalah:

Pendidikan Jasmani sebagai proses pendidikan via gerak insani (human

movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau olahraga

untuk mencapai tujuan pendidikan. Human movement yang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan gerak insani atau gerak manusiawi yang merupakan inti dari semua bentuk istilah seperti: olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, olahraga tradisional, olahraga prestasi, olahraga kesehatan dan termasuk di dalamnya pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga.

Menurut Lawson (1981) dalam Ardiansyah (2009:1) menyatakan bahwa tujuan Penjas adalah :

Tujuan pendidikan jasmani adalah untuk: (1) Memberi kesempatan siswa belajar bergerak secara terampil dan cekatan, (2) memberi kesempatan siswa untuk memahami berbagai pengaruh dan akibat keterlibatan mereka dalam kegiatan jasmani yang menggembirakan, (3) membantu siswa untuk memadukan keterampilan baru yang dibutuhkan dengan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya dan (4)


(5)

meningkatkan kemampuan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka secara rasianal.

Tujuan pembelajaran Penjas yang dirumuskan guru dalam proses belajar mengajar harus mengacu pada tujuan kurikulum. Setiap kali mengajar guru diharapakan dapat merumuskan tujuan pengajaran, secara spesifik dalam bentuk perilaku yang dapat diamati, menggambarkan secara jelas isi tugas yang diberikan, serta dapat diukur dan dievaluasi tingkat keberhasilannya.

Proses pembelajaran Penjas berbeda dengan proses pembelajaran lain yang didominasi oleh kegiatan di dalam kelas yang lebih bersifat kajian teoritis. Kegiatan pembelajaran Penjas lebih dominan pada aktivitas unsur fisik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang bersifat multidimensi. Dalam pembelajaran Penjas ada tiga aspek yang manjadi bahan penilaian yaitu: aspek kognitif (pengetahuan intelektual), afektif (sikap sosial) dan psikomotor (keterampilan gerak).

Ketiga aspek tersebutlah yang menjadi kajian dalam kegiatan belajar mengajar Penjas yang selanjutnya akan digabungkan dan diberi penilaian sebagai hasil proses belajar siswa di sekolah. Untuk itu kompetensi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran Penjas menjadi hal utama dalam melaksanakan tugasnya. Namun masih banyak guru Penjas yang masih melaksanakan proses pembelajaran dengan cara lama dengan menitikberatkan materi dan tujuan pembelajaran yang bersifat kecabangan olahraga tanpa memperhatikan siapa yang menjadi peserta didiknya. Dalam buku Pedagogi Olahraga yang ditulis Suherman dan Sartono (2008:102) memaparkan bahwa :


(6)

Tantangan berat bagi guru pendidikan jasmani pada waktu mengajar adalah bagaimana mengaktifkan semua siswa yang bervariasi tingkat kemampuannya tersebut mempelajari suatu keterampilan secara serempak dalam waktu bersamaan. Jawaban sementara atas tantangan tersebut adalah menciptakan lingkungan belajar sedimikian rupa sehingga aktivitas belajar yang berada didalamnya mempunyai karakteristik : (1). Berorientasi pada keberhasilan, (2). Memotivasi secara intrinsik, (3). Sesuai dengan tingkat perkembangan.

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan, oleh karena itu manusia yang memiliki potensi akal yang dimilikinya memanfaatkan alam ini dengan sebaik–baiknya. Sehingga hampir semua yang tersedia di alam ini adalah dapat dimanfaatkan oleh manusia. Salah satu potensi alam yang dimanfaatkan manusia adalah air.

Menurut Faham naturalisme bahwa alam dapat mendidik manusia begitu pula air. Keberadaan air sungai danau, lautan sebagai lingkungan fisik akan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai macam kepentingan–kepentingan kehidupanya. Salah satu bentuk adaptasi manusia dengan lingkungan air adalah manusia dituntut untuk mampu berenang agar dapat bereksistensi dengannya dalam mempertahankan keselamatan dirinya. Menurut sejarahnya bahwa manusia yang hidupnya berada di sekitar perairan sudah melakukan upaya berenang untuk mencari ikan, menyebrang sungai dan untuk kepentingan militer.

Dalam era perkembangan modern ini, air juga dapat dimanfaatkan atau dijadikan sebagai media olahraga. Salah satu bentuk aktivitasnya adalah berenang. Dalam olahraga, berenang sudah dipertandingkan baik pada event–event regional regional, nasional, hingga internasional. Dalam perkembangan ilmu kedokteran, olahraga berenang juga sudah dapat diakui sebagai media untuk memelihara


(7)

kebugaran jasmani dan terapi berbagai macam penyakit. Demikian pula para filosofis pendidikan mengakui bahwa olahraga berenang dapat dijadikan sebagai wahana untuk kepentingan pendidikan dan rekreasi. Pengertian berenang secara umum adalah the floatation of an object in a liquid due to its buoyancy or lift.

Definisi lebih spesifiknya dalam (http://home Comcast.net/-hot tub/swimming.htm) dalam Badruzaman (2007:34) l adalah:

Swimming is the method by which humans (or other animals) move

themselves through water. Swimming is popular recreational activity, particulary in hot countries and in areas with natural watercourses. Swimming is olso competition sport, there are many many health benefits of swimming, yet basic swimming skils and safety precautions are needed to participate in water activities.

Penjelasan di atas mengandung makna bahwa pengertian renang secara umun adalah upaya mengapungkan atau mengangkat tubuh ke atas permukaan air. Secara lebih spesifiknya definisi renang adalah suatu cara yang dilakukan seseorang (binatang) untuk menggerakan tubuhnya melalui air. Renang lebih populer sebagai suatu kegiatan untuk kepentingan rekreasi seperti di daerah pantai danau atau sungai yang alamiah. Renang juga sebagai olahraga pertandingan.

Banyak manfaat dari kegiatan renang yang diperoleh bagi manusia, terutama adalah bentuk keselematan diri atau orang lain ketika berenang. Menurut Abdullah dalam Badruzaman (2007:13) mengemukakan: “Renang adalah suatu jenis olahraga yang dilakukan di air, baik di air tawar maupun di air laut”. Penulis mendeskripsikan bahwa renang adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan di air baik air kolam, sungai danau maupun laut dengan berupaya untuk mengangkat


(8)

tubuhnya untuk mengapung agar dapat bernafas dan bergerak baik maju ataupun mundur.

Renang dalam konteks olahraga adalah: Suatu nomor pertandingan pada cabang olahraga air secara formal terdiri dari empat gaya yang diperlombakan baik pada kejuaraan resmi maupun tidak resmi. Renang sebagai salah satu cabang olahraga banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kepentingan rekreasi, kesehatan, rehabilitasi, pendidikan, untuk keselamatan dan kepentingan militer. Renang sebagai salah satu cabang olahraga memiliki banyak nomor yang dipertandingkan seperti: loncat indah, renang dengan sepatu katak (fin swimming), polo air dan polo kano. Adapun teknik dasar dari berenang terdiri dari 4 gaya yaitu : gaya bebas, gaya punggung, gaya dada dan gaya kupu.

Gaya dada sering disebut gaya katak, karena gerakanya mirip dengan katak berenang. Gaya dada merupakan gaya berenang paling populer untuk renang rekreasi. Posisi tubuh stabil dan kepala dapat berada di luar air dalam waktu yang lama. Gaya dada atau gaya katak adalah berenang dengan posisi dada menghadap ke permukaan air, namun berbeda dengan gaya bebas, batang tubuh selalu dalam keadaan tetap. Kedua belah kaki menendang ke arah luar sementara kedua belah tangan diluruskan di depan. Kedua belah tangan dibuka ke arah samping seperti gerakan membelah air agar badan maju cepat ke depan. Gerakan tubuh meniru gerakan katak sedang berenang sehingga disebut gaya katak. Pernapasan dilakukan ketika mulut berada di permukaan air, setelah gerakan satu kali tangan-kaki.


(9)

Dalam pelajaran berenang, perenang pemula belajar gaya dada atau gaya bebas. Diantara keempat gaya renang resmi, perenang gaya dada adalah perenang yang paling lambat. Umumnya siswa di sekolah diberi materi pertama pelajaran untuk renang pemula adalah gaya dada, namun terkadang guru hanya memberikan perintah saja tanpa mengetahui kesulitan siswa dalam menerima materi pembelajaran. Alangkah baiknya guru memberikan siswa alat bantu agar proses belajar semakin lancar dan dapat memperoleh hasil yang optimal.

Di sekolah baik di SD, SMP dan SMA berenang sudah pasti termasuk materi yang dipelajari dalam pendidikan jasmani. Oleh karena itu, sebagai guru seyogyanya bisa atau mampu mengajarkan kepada siswa didik dengan baik. Di sekolah siswa tidak dianjurkan untuk mahir dalam melakukanya karena mereka tidak dituntut untuk menjadi atlet. Namun sebagai guru harus bisa memodifikasi agar pelajaran berenang yang dirasakan beberapa siswa pada umumnya menakutkan menjadi hal yang menyenangkan.

Namun dalam kenyataanya, masih banyak sekolah khususnya di daerah pedalaman masih belum menyadari pentingnya belajar berenang. Seperti banyak terdapat kasus yang muridnya selama 3 tahun belajar di sekolah itu belum pernah sama sekali mendapat pelajaran berenang dikarenakan jarak tempuh antara sekolah dan kolam berenang yang sangat jauh. Fasilitas kolam renang yang belum dimiliki oleh kebanyakan sekolah merupakan faktor penghambat pembelajaran renang pada siswa. Begitu pula dengan peralatan perlengkapan pembelajaran renang seperti alat bantu berenang yang dapat digunakan siswa sebagai alat bantu dalam melakukan pembelajaran renang diantaranya adalah pelampung yang


(10)

umumnya digunakan sebagai alat bantu untuk perenang pemula, namun tidak semua sekolah memiliki alat bantu ini. Padahal pelampung merupakan barang yang wajib dimiliki untuk memperlancar berjalanya proses belajar mengajar.

Dalam kenyataanya masih banyak sekolah yang tidak semuanya memiliki pelampung sebagai alat yang dapat membantu siswa dalam melakukan pembelajaran. Sementara itu, pihak kolam renang juga tidak semuanya menyediakan alat bantu renang apalagi dalam jumlah yang banyak, selain itu kesadaran guru akan pentingnya alat bantu masih kurang dan terkadang guru tidak memikirkan hal itu dan hanya mengajarkan kepada murid dengan alat seadanya tanpa ada bantuan alat lain yang dimodifikasi untuk membantu siswa.

Siswa juga tidak semuanya mengetahui akan kegunaan dari alat bantu pelampung tersebut sehingga siswa sering mengabaikan akan bantuan alat bantu tersebut dan menghambat kemajuan dalam belajar apalagi bila terjadi kasus siswa yang belum bisa sama sekali dalam berenang. Penggunaan alat bantu pelampung dalam pembelajaran renang diharapkan bisa menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar renang.

Dalam kenyataanya siswa di sekolah hanya kurang lebih 30% yang terampil atau bisa berenang. Apalagi Majalengka termasuk Kabupaten yang baru berkembang dan jumlah kolam renang di Majalengka masih dapat dihitung dengan jari. Oleh sebab itu, kita sebagai tenaga pendidik harus mampu memberikan pelayanan atau pemberian materi yang baik kepada siswa agar siswa menjadi tertarik dan mampu melakukan pembelajaran renang sehingga


(11)

kemampuan motorik siswa dapat meningkat yaitu dengan cara memanfaatkan atau menggunakan alat bantu berenang tersebut.

Pada umumnya, pembelajaran renang memerlukan sarana dan prasarana yang mendukung. Selain itu diperlukan adanya modifikasi-modifikasi alat bantu untuk mempermudah siswa mengikuti proses pembelajaran renang tanpa keluar dari kaidah atau norma dari permainan renang itu sendiri. Pada saat ini tentu tentunya banyak sekali sistem atau model yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Mengenai modifikasi Bahagia dan Suherman (2000:1) mengemukakan sebagai berikut: “Pengertian tentang esensi modifikasi adalah, “Menganalisa sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara merutunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial dapat memperlancar siswa dalam belajarnya.” Jadi salah satu inovasi dalam pengembangan proses pembelajaran dan pemecahan kompleksitas belajar yaitu dengan cara memodifikasi alat bantu yang digunakan sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tersampaikan.

Untuk menerapkan modifikasi alat dalam pembelajaran renang harus menggunakan rangkaian pembelajaran renang dengan memodifikasi alat secara sistematis agar siswa lebih tertarik. Rangkaian pembelajaran ini misalnya siswa diberi bola plastik yang masih baru atau tidak bocor sehingga dapat membantu siswa mengambang di air, kemudian guru bisa memberikan instruksi-instruksi selanjutnya yang akan diberikan kepada siswa. Tujuan utamanya adalah bukan untuk membuat anak didik mahir dalam melakukan berbagai teknik dalam renang tetapi siswa dapat bergerak dan berpartisipasi dalam pembelajaran Penjas. Dengan


(12)

adanya modifikasi ini diharapkan siswa dapat melaksanakan proses pembelajaran renang di sekolahnya.

Penerapan proses modifikasi alat dalam pembelajaran renang harus selalu mempertimbangkan esensi kegiatan belajar siswa. Sebagaimana dikemukakan oleh Bahagia dan Suherman (2000:1) bahwa ada empat aspek yang dapat dimodifikasi dari pembelajaran Penjas yaitu:

1. Modifikasi tujuan pembelajaran; 2. Modifikasi materi pembelajaran;

3. Modifikasi kondisi lingkungan pembelajaran; 4. Modifikasi evaluasi pembelajaran.

Dari kutipan di atas bahwa modifikasi pembelajaran tidak terfokus pada satu arah saja, tetapi ada modifikasi modifikasi tujuan pembelajaran, modifikasi materi pembelajaran, modifikasi kondisi lingkungan pembelajaran dan modifikasi evaluasi pembelajaran. Dengan keempat aspek itu, modifikasi alat yang diterapkan dalam pembelajaran renang diharapkan dapat membuat siswa mengikuti pembelajaran renang sesuai dengan kurikulum yang dibuat tanpa adanya alasan ketidaktersediaan sarana dan prasarana dengan baik di SMAN 1 Majalengka.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti “Peningkatan Kemampuan Keterampilan Renang Gaya Dada Melalui Modifikasi Alat Bantu”.


(13)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dapat di rumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana peningkatan kemampuan keterampilan renang gaya dada dengan menggunakan modifikasi alat bantu?” C. Tujuan Penelitian

Permasalahan penelitian yang telah diuraikan, maka penulis berharap penelitian ini dapat berguna bagi keilmuan pendidikan jasmani yang bertujuan sebagai berikut: “Untuk mengetahui peningkatan kemampuan keterampilan renang gaya dada dengan menggunakan modifikasi alat bantu”.

D. Manfaat Penelitian

Menurut Sugiyono (2010: 388) ”...kegunaan hasil penelitian ada dua hal yaitu:

1. Kegunaan untuk mengembangkan ilmu/kegunaan teoritis.

2. Kegunaan praktis, yaitu membantu memecahkan dan mengantisipasi masalah yang ada pada obtek yang diteliti.”

Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat mendukung teori-teori pengajaran. Adapun manfaat secara praktis di dalam penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi atau masukan bagi lembaga pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) mengenai kompetensi pembelajaran renang dengan menggunakan alat bantu yang dimodifikasi.

2. Sebagai rekomendasi kepada Dinas Pendidikan setempat untuk lebih memperhatikan penggunaan alat bantu yang dimodifikasi dalam pembelajaran renang agar mencapai hasil yang optimal.


(14)

E. Batasan Masalah

Agar peneliti tidak menyimpang dari permasalahan yang sebenarnya, maka penulis membatasi permasalahan yaitu memfokuskan penelitian ini pada proses pembelajaran renang gaya dada menggunakan alat bantu yang dimodifikasi di sekolah SMAN 1 Majalengka.

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Proses pembelajaran yang penulis maksud adalah proses pembelajaran renang gaya dada yang menggunakan alat bantu yang dimodifikasi. 2. Populasi atau objek dalam penelitian ini adalah Kelas XI SMAN 1

Majalengka.

3. Variabel yang diteliti adalah peningkatan pembelajaran renang menggunakan alat bantu yang dimodifikasi terhadap kemampuan keterampilan siswa pada mata pembelajaran Penjas.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap penelitian ini, maka perlu adanya berbagai penjelasan terhadap berbagai variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Peningkatan. Adalah menaikan derajat atau taraf. (Kamus Umum Bahasa Indonesia 1976: 730) yang dimaksud penulis yaitu seberapa besar atau jauh perkembangan kemampuan siswa dalam pembelajaran yang diterapkan penulis pada aktivitas pembelajaran renang.

2. Pemahaman. Merupakan suatu pengetahuan atau kemampuan peserta didik dalam mempelajari materi yang telah dijelaskan pendidik.


(15)

3. Materi. Merupakan sesuatu bahan ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik.

4. Penjas. Adalah bagian integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskular dan emosional. (Sumardiyanto 2007: 5.18)

5. Esensi modifikasi yaitu menganalisis sekaligus mengembangkan materi pembelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial dapat memperlancar siswa dalam belajarnya. (Bahagia dan Suherman, 2000:1).

G. Anggapan Dasar

Modifikasi alat bantu merupakan salah satu cara yang sangat potensial untuk dapat memperlancar siswa dalam menjalani aktivitas belajarnya. Seperti yang dikemukakan oleh Bahagia dan Suherman (2000:1) menyatakan bahwa pengertian tentang esensi modifikasi adalah: “Menganalisa sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara merutunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial dapat memperlancar siswa dalam belajarnya’’.

Dari uraian di atas, penulis beranggapan bahwa dengan adanya modifikasi alat bantu dapat meningkatkan kemampuan keterampilan siswwa dalam melakukan aktivitas pembelajaran renang dalam pendidikan jasmani.

H. Hipotesis

Hipotesis merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian ilmiah, dimana hipoteis ini merupakan suatu petunjuk yang akan memudahkan penulis dalam mengumpulkan data. Sugiyono (2001 : 82) menyatakan bahwa “hipotesis


(16)

merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian”. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan teori yang relevan, belum didasarkan atas fakta-fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data.

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas masalah yang harusdiuji kebenarannya. Hipotesis terdiri dari dua macam, yaitu hipotesis Nihil ( Ho) yaitu hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya dan hipotesis

alternatife ( Ha ) yaitu hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara satu

variabel dengan variabel lainnya

Sehubungan dengan permasalahan penelitian ini yaitu mengenai ada tidaknya kontribusi modifikasi alat bantu untuk meningkatkan kemampuan keterampilan siswa mengikuti Program pembelajaran renang gaya dada, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ho : ada kontribusi yang signifikan dari modifikasi alat bantu untuk meningkatkan kemampuan keterampilan siswa mengikuti Program pembelajaran renang gaya dada.

Ha : tidak ada kontribusi yang signifikan dari modifikasi alat bantu untuk meningkatkan kemampuan keterampilan siswa mengikuti Program pembelajaran renang gaya dada

Hipotesis yang diajukan selanjutnya akan diuji kebenarannya dengan bantuan statistik dengan data-data yang terkumpul.


(17)

I. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian, salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang maksimal adalah menemukan metode yang tepat dan mendukung terhadap jalanya penelitian tersebut. Metode penelitian merupakan satu cara yang yang digunakan oleh peneliti dalam memperoleh suatu kesimpulan, penelitian yang dilakukan sesuai dengan permasalahan yang diteliti dan tujuan penelilitian yang diharapkan.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan metode yang umum digunakan pada ilmu eksak seperti biologi, fisika atau ilmu-ilmu alam lainnya. Namun, yang perlu diingat, dalam metode penelitian ilmu sosial dikenal juga metode eksperimen untuk menjelaskan sebuah fenomena.

Metode eksperimen dilakukan dengan memberikan treatment (perlakuan) yang berbeda pada setiap grup sampel. Dengan adanya treatment yang berbeda, maka reaksi yang terjadi akan berbeda. Jadi inti dari metode eksperimen adalah “what if”= apa yang terjadi apabila dilakukan perubahan pada setiap grup sampel. Berdasarkan analogi dari jawaban yang sudah ada, Thomas Alfa Edison melakukan treatment yang berbeda-beda pada kondisi sampel yang ada. Apabila ada satu kondisi, kemudian ditambahkan ini, maka reaksinya iitulah kenapa terkadang metode eksperimen justru menemukan sesuatu yang bukan tujuan eksperimen yang ditetapkan. Karena eksperimen memberikan reaksi yang beragam sehingga dapat menjawab pertanyaan yang bukan pertanyaan eksperimennya. Inti dari semua penjelasan di atas: metode eksperimen digunakan


(18)

untuk menjawab sebuah hubungan kausal (sebab akibat) dengan memberikan


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Lokasi, Subyek Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Tempat yang dijadikan penelitian ini adalah SMAN 1 Majalengka. Alasan memilih SMAN 1 Majalengka berdasarkan pertimbangan:

a. Tuntutan kurikulum Pendidikan Jasmani untuk melaksanakan

pembelajaran renang, tetapi sarana dan prasarana yang kurang mendukung untuk pelakasanaan pembelajaran renang.

b. Peneliti sendiri adalah salah satu mahasiswa UPI yang merupakan

alumni di SMAN 1 Majalengka yang melihat adanya gejala-gejala dalam

melaksanakan pembelajaran Pendidikan Jasmani terutama

pembelajaran renang.

c. Nama kolam renang yang akan dijadikan tempat penelitian adalah Tirta

Bima yang beralamat di jalan Kiayi Abdul Halim no 122.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah upaya untuk terlaksananya pelaksanaan proses pembelajaran renang melalui modifikasi alat bantu untuk renang dan variasi bentuk-bentuk tugas gerak yang sistematis. Sampel yang diambil berjumlah 30 orang siswa kelas XI IPS 2 SMAN 1 Majalengka. Sedangkan waktu

penelitian berlangsung selama kurang lebih satu bulan antara

bulan Agustus sampai bulan September 2012 dengan jumlah pertemuan sebanyak 12 kali.


(20)

Waktu pembelajaran dalam penelitian ini adalah empat minggu atau 12 kali pertemuan, yaitu mulai tanggal 27 Agustus sampai tanggal 24 September 2012. Mengenai masa latihan (dalam hal ini pembelajaran renang) dan pengaruh

tersebut dijelaskan oleh Habbelinck dan Day (1998:28) dalam

(http://mellstarnet.blogspot.com/2010/10/eberhasilan-latihan-tolakan

menggunakan.html) The effects of training can be observed after two or three weeks it is convenient to label them medium term effects.” Maksud dari kalimat tersebut adalah akibat dari suatu latihan dapat terlihat setelah dua atau tiga minggu.

3. Populasi dan Sampel

Jumlah siswa di SMAN 1 Majalengka untuk kelas XI IPS 2 Majalengka adalah 35 orang. Sedangkan peneliti mengambil jumlah sampel hanya 20 orang dari jumlah siswa secara keseluruhan.

Mengenai populasi Sugiyono (2008:80) menjelaskan bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Lebih lanjut Arikunto (2010:173) menjelaskan bahwa “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.” Mengenai

sampel Sugiyono (2008:81) menjelaskan bahwa “Sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Tentang sampel Arikunto (2010:173) menjelaskan “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.”


(21)

Upaya untuk dapat memperoleh data, maka di sini penulis menggunakan sampel, teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan adalah purpossive sampling. Berikut ini Sugiyono (2010:85) memgemukakan bahwa:

Purpossive sampling adalah teknik-teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti.

Alasan peneliti menggunakan teknik purpossive sampling dalam pengambilan sampel adalah atas dasar pertimbangan bahwa: “Sampel yang dipilih adalah siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga baik di sekolahnya maupun diluar sekolah”.

Berdasarkan pendapat diatas, maka yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki kelas XI IPS 2 sebanyak 20 orang dari jumlah keseluruhan 35 orang dengan alasan untuk memperoleh sampel yang homogen.

A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian eksperimental yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu perlakuan atau treatment. Menurut Sugiyono (2008:72) berpendapat bahwa “Metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam


(22)

kondisi yang tekendalikan”. Metode eksperimen merupakan metode yang cocok untuk penelitian yang akan dilaksanakan karena ingin mengetahui pengaruh dari suatu perlakuan.

Lebih lanjut Arikunto (2010:9) menjelaskan bahwa, “Eksperimen selalu dimaksudkan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan.”Dengan demikian, peneliti beranggapan bahwa metode eksperimen tepat digunakan dalam penelitian ini sehingga dapat diketahui bagaimana peningkatan kemampuan keterampilan renang gaya dada melalui modifikasi alat bantu di SMAN 1 Majalengka.

Desain penelitian diperlukan dalam suatu penelitian, karena merupakan pegangan yang lebih jelas yang berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai setelah penelitian berlangsung. Dengan tujuan yang jelas dapat disusun suatu desain yang menentukan batas-batas penelitian yang tegas, sehingga peneliti dapat memusatkan perhatian dan usahanya ke arah tujuan yang ditetapkan secara lebih efektif. Penelitian juga harus direncanakan secara matang, supaya penelitian tersebut berlangsung lebih ekonomis dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan desain pre-tes dan post-tes dengan one group eksperimen, yaitu dengan melakukan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal sampel dan tes akhir untuk mengetahui hasil dari proses pembelajaran.


(23)

Adapun gambaran desain penelitian ini adalah sebagai berikut :

Keterangan :

A = Tes awal

B = Proses

C = Tes Akhir

D = Hasil

Di dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (01) yang disebut dengan pre test dan observasi yang dilakukan sesudah eksperimen (02) disebut dengan post test.

Perbedaan antara 01 dan 02 yakni 01 --- 02 diasumsikan merupakan efek dari treatmen atau eksperimen. Yang dimaksud dengan one group eksperimen adalah bahwa penelitian ini hanyalah dilakukan pada satu kelompok orang saja dan dengan desain ini tidak dipakai kelompok yang lain sebagai pembanding.

Jadi dalam penelitian ini, perlakuan yang diberikan adalah modifikasi alat bantu terhadap peningkatan kemampuan keterampilan dalam pembelajaran renang gaya dada. Namun terlepas dari hal itu, hasil eksperimen dari subjek manusia mempunyai kemungkinan besar bervariasi, apabila peneliti tidak bisa

D C

B A


(24)

memisahkan antara variabel yang diperlukan dari variabel luar di sekitar proses eksperimen. Menurut Sukardi (2003:188) suatu eksperimen dikatakan valid apabila “1) Hasil yang dicapai hanya diakibatkan oleh karena variabel bebas yang dimanipulasi secara sistematis; 2) hasil akhir eskperimen harus dapat

digeneralisasi pada kondisi eksperimen yang berbeda”. Sukardi (2003:188)

menambahkan bahwa : “Ada dua syarat agar hasil suatu eksperimen dapat

mencapai hasil yang baik dan tidak bervariasi. Kedua syarat yang dimaksud adalah perlunya validitas internal dan validitas eksternal yang terjaga selama

proses penelitian eksperimen”.

Dalam penelitian eksperimen Sukardi (2003:178) menjelaskan “variabel -variabel yang ada termasuk -variabel bebas atau independent variable dan -variabel

terikat independent variable sudah ditentukan oleh peneliti sejak dari awal.” Di

dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah tentang modifikasi alat bantu pembelajaran, sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar renang gaya dada. Suatu penelitian dikatakan mempunyai validitas internal tinggi apabila kondisi berbeda pada variabel terikat (hasil belajar renang gaya dada) dari subjek yang diteliti merupakan hasil langsung dari adanya manipulasi variabel bebas (modifikasi alat bantu pembelajaran).

Sukardi (2003:188) menjelaskan tentang validitas internal penelitian eksperimen terjadi karena adanya delapan faktor penting sebagai sumber variasi antara lain.

1. Faktor sejarah atau history dari subyek yang diteliti.


(25)

3. Prosedur pretesting

4. Instrument pengukur yang digunakan.

5. Adanya kecenderungan terjadinya statistik regresi pada individu,

6. Perbedaan pemilihan subyek,

7. Perbedaan disebabkan adanya moralitas dalam proses eksperimen dan

8. Terjadi interaksi di antara faktor-faktor di atas, termasuk kematangan,

sejarah, pemilihan dan sebagainya.

Kedelapan faktor ini perlu dikontrol agar variabel yang direncanakan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan pada variabel terikat.Lanjut Sukardi (2003:189) menjelaskan tentang variabel eksternal antara lain.

1. Adanya interaksi pengaruh bias pemilihan dan X,

2. Pengaruh interaksi pretesting,

3. Pengaruh reaktif proses eksperimen dan

4. Adanya interferensi antar perlakuan selama dalam proses penelitian

eksperimen.

Validitas eksperimen yang baik mestinya mengandung kedua validitas tersebut secara proporsional, walaupun itu tidak dapat dicapai secara sempurna. Lebih jelas lagi tentang validitas internal dan validitas eksternal dengan cara pengontrolannya, salah satu karakteristik penelitian yang bersifat eksperimental ialah memungkinkan bagi peneliti melakukan manipulasi dan mengontrol variabel yang tidak dapat dilakukan dalam jenis-jenis penelitian deskriptif ataupun eksploratori. Manipulasi variabel mempunyai arti bahwa peneliti memberikan suatu perlakuan (treatment) tertentu terhadap variabel bebas yang akan diukur pengaruhnya terhadap variabel terikat. Tujuan memanipulasi suatu variabel bebas ialah peneliti ingin melihat seberapa besar pengaruh pemberian perlakuan yang berbeda variabel bebas terhadap variabel terikat yang dipengaruhinya. Dengan


(26)

melakukan manipulasi variabel bebas, maka penelitian akan dapat mengetahui perlakuan mana yang paling efektif hasilnya.

Sedangkan, mengontrol variabel mempunyai arti peneliti melakukan pengendalian sedemikian rupa sehingga peneliti dapat menghilangkan pengaruh variabel tersebut agar tidak mempengaruhi proses pengukuran pengaruh variabel-variabel yang diteliti. Tujuan mengontrol variabel-variabel ialah untuk menghilangkan bias yang kemungkinan muncul karena pengaruh variabel tersebut yang tidak dikehendaki oleh peneliti.

Oleh karena itu, dalam penelitan eksperimen ini sangat memungkinkan untuk mengendalikan variabel-variabel luar yang mengancam validitas internal dan validitas eksternal hasil eksperimen. Pada umumnya dikenal 2 macam standar validitas internal dan eksternal. Validitas internal mempertanyakan sampai sejauh mana suatu alat ukur berhasil mencerminkan obyek yang akan diukur pada suatu setting tertentu. Sementara itu, validitas eksternal lebih terkait dengan keberhasilan suatu alat ukur yang cukup valid mengukur objek pada suatu setting tertentu, apakah juga valid untuk mengukur objek yang sama pada setting yang berbeda.

1. Validitas Internal

Menurut Rusefendi (1994): “Validitas internal adalah validitas yang

berkenaan dengan keabsahan atau validitas hasil suatu percobaan”. Apakah hasil

percobaan atau hasil perlakuan yang nampak pada variabel terikat benar-benar disebabkan oleh variabel bebasnya atau ada pengaruh dan variabel luar? Definisi lain mengatakan bahwa tingkat dimana hasil penelitian dapat dipercaya


(27)

kebenarannya. Validitas internal dinyatakan dengan apakah penelitian yang dilakukan benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.

Pengendalian terhadap validitas internal dimaksudkan agar hasil penelitian yang diperoleh dapat mencerminkan hasil perlakuan yang diberikan dan dapat digeneralisasi ke populasi pensampelan. Pengendalian Validitas internal sangat dibutuhkan agar hasil penelitian yang diperoleh benar-benar merupakan akibat dari perlakuan yang diberikan. Beberapa variabel yang mengancam validitas internal dalam penelitian eksperimen antara lain adalah:

a) History

Faktor history mengacu pada kejadian-kejadian yang sedang terjadi di lingkungan pada waktu yang sama ketika variabel yang sedang dibuat eksperimen sedang diuji atan dilakukan pengukuran sehingga sangat mungkin hasil eksperimen akan terganggu atau terkotori oleh adanya kejadian tersebut, Pengaruh dari “History” ini dapat dikontrol melalui pengacakan dan melalui pemberian perlakuan dalam jangka waktu yang sama.

b) Seleksi

Dalam pemilihan subyek penelitian rnungkin terjadi kesalahan. Kemampuan awal kelompok yang satu mungkin berbeda dengan kemampuan awal kelompok yang lain. Akibatnya validitas internal hasil penelitian akan terancam. Ancaman ini dapat diatasi dengan pemilihan subyek yang benar-benar setara, misalnya pemilihan subyek secara acak atau melalui penggunaan kelompok sepadan.


(28)

c) Maturasi (Kematangan)

Maturasi mempunyai pengertian bahwa adanya proses perubahan yang terjadi pada obyek yang sedang diteliti (responden) pada saat mereka sedang berpartisipasi dalam penelitian eksperimen. Biasanya hal ini terjadi pada penelitian yang memerlukan waktu panjang. Orang-orang yang dijadikan obyek penelitian atau responden secara terus menerus berubah baik secara fisik maupun mental. Perubahan-perubahan yang terjadi pada diri responden ini dapat mengakibatkan bias pada hasil pengukunannya. Variabel ini dapat dikendalikan dengan cara antara lain pengacakan subyek atau melalui pemberian perlakuan dalam jangka waktu tidak terlalu lama, sehingga subyek penelitian tidak sampai mengalami perubahan fisik dan mental yang dapat mempengaruhi hasil perlakuan.

d) Testing

Testing mengacu pada efek-efek yang terjadi karena adanya pre tes yang mendahului tes yang sebenarnya yang akan dikenakan pada para responden. Kegiatan pre tes ini akan mempengaruhi para responden dalam mengerjakan tes yang sebenarnya. Terdapat kemungkinan adanya kecenderungan bagi individu yang sudah melakukan pre tes akan lebih baik hasilnya dalam mengerjakan tes yang sebenarnya.

e) Instrumentasi

Penggunaan instrumen penelitian adakalanya dapat mengancam validitas internal hasil perlakuan. Misalnya, penggunaan instrumen yang tidak valid dan tidak reliabel, penggunaan instrumen yang berbeda pada kelompok-kelompok subjek penelitian. Pengaruh dan instrumen ini dapat dikontrol dengan cara


(29)

menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dan penggunaan instrumen yang sama pada kelompok-kelompok subyek.

f) Kehilangan Subyek

Ancaman ini terjadi apabila dalam proses pelaksanaan eksperimen beberapa anggota kelompok keluar karena atasan-alasan tertentu. Misal subyek yang keluar pada kelonipok eksperimen memiliki skor rendah pada tes awal maka pada tes akhir rata-rata kelompok eksperimen akan meningkat. Bukan karena hasil perlakuan tetapi karena keluarnya beberapa subyek yang mempunyai skor rendah.

g) Lokasi

Ancaman lokasi penelitian terjadi karena pemilihan lokasi yang berbeda, baik dan segi ketersedian fasilitas belajar, kemampuan mengajar guru, tingkat kecerdasan siswa dan lain-lain. Pengaruh lokasi penelitian ini dapat dikendalikan melalui pemilihan sekolah-sekolah yang memiliki kualifikasi yang sama, kelas yang memiliki fasilitas dan kondisi yang belajar yang sama dan kelas yang memiliki siswa yang berkemampuan yang setara.

h) Regresi Statistik

Regresi statistik disebut juga menurun ke rata-rata, adalah merupakan suatu fenomena yang kadang-kadang terjadi sebagai akibat dari penetapan subjek eksperimen berdasarkan skor tertinggi dan skor terendah pada tes awal. Hal ini disebabkan oleh antara lain: kesalahan pemilihan subyek dan kesalahan dalam penggunaan instrumen. Untuk mengatasi masalah ini maka peneliti perlu berhati-hati dalam mernilih subyek penelitian serta menggunakan instrumen yang valid dan reliabel baik pada tes awal ataupun pada test akhir.


(30)

2. Validitas Eksternal

Validitas eksternal mempunyai arti adanya generalitas atau kemampuan mewakili (populasi) hasil penelitian, yang mana hasil penelitian dapat diaplikasikan dalam konteks waktu, tempat dan kelompok orang (obyek penelitian) yang berbeda. Hanya penelitian yang mempunyai validitas eksternal yang hasil dapat dikatakan mencerminkan populasi. Pengendalian terhadap validitas eksternal dimaksudkan agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau dapat diberlakukan ke situasi lain yang belum diteliti. Validitas eksternal terdiri atas validitas populasi dan validitas ekologis. Validitas populasi artinya suatu hasil penelitian dapat digeneralisasikan kepada populasi pensampelan atan kepada populasi lain yang memiliki ciri khas yang sama meskipun populasi itu belum diteliti. Validitas ekologis berarti suatu hasil penelitian dapat digeneralisasikan ke lingkungan lain yang lebih luas. Agar memiiiki validitas ekologis maka peneliti harus secara lengkap menguraikan tentang kondisi pelaksanaan eksperimen itu, sehingga para pembaca dapat menilai sejauh mana hasil eksperimen tersebut dapat diterapkan ke situasi lain.

Penelitian akan kehilangan validitas eksternal jika kesalahan-kesalahan di bawah ini terjadi:

a) Dampak Reaktif Suatu Testing

Jika peneliti mengenakan kegiatan pre tes yang dapat mempengaruhi para responden yang sedang diteliti dalam suatu penelitian eksperimental, maka dampak perlakuan dapat dipengaruhi oleh sebagian kegiatan pre tes tersebut. Jika pre tes tidak dilakukan, maka dampak perlakukan tidak akan sama.


(31)

b) Efek lnteraksi Bias Seleksi

Jika peneliti membuat kesalahan dalam penarikan sampel yang mengakibatkan sampel tersebut tidak mewakili populasi yang lebih besar, maka peneliti akan mengalami kesulitan dalam menggeneralisasi penemuan-penemuan studinya dari tingkatan sampel ke populasi. Contoh: jika peneliti mengambil sampel dari suatu bagian kota A, maka hasilnya tidak akan valid jika diterapkan ke bagian yang lain di kota tersebut.

c) Efek Reaktif Pengaturan Eksperimen

Peneliti dalam melakukan pengaturan eksperimen secara sengaja atau tidak sengaja dapat menciptakan suatu kondisi yang bersifat dibuat-buat untuk membatasi kemungkinan hasil penelitian yang dapat digeneralisasi dalam pengujian suatu perlakuan yang bukan eksperimen.

d) Inferensi Perlakuan Jamak (ganda)

Dalam melakukan studi peneliti memberikan beberapa perlakuan secara bersamaan kepada para responden dimana perlakuan-perlakuan tersebut dapat berupa perlakukan yang bersifat eksperimental atau bukan eksperimental; perlakuan-perlakuan tersebut dapat berinteraksi dengan berbagai cara sehingga

dapat menyebabkan keterwakilan dampak perlakukan tersebut

berkurang.(http://js.unikom.ac.id/rb/bab9.html).

Untuk memastikan bahwa penelitian menghasilkan laporan yang valid, maka keseluruhan ancaman validitas di atas harus dikendalikan oleh peneliti. Teknik yang digunakan sangat beragam, tergantung dan kebutuhan dan jenis ancaman yang muncul. Kekuatan penelitian bisa diketahui dari validitas baik


(32)

internal maupun eksternalnya. Validitas internal adalah keyakinan terhadap hubungan sebab akibat atau pengaruh dalam desain penelitian yang

dilakukan. Validitas eksternal adalah berkenaan dengan kemampuan

digeneralisasinya hasil penelitian pada lingkungan, orang, atau peristiwa lain. Ancaman yang mempengaruhi validitas internal adalah history effects, maturity effect, testing effect, instrumentation effects, selection effects, statistical regression dan mortality. Ancaman yang mempengaruhi validitas eksternal adalah perbedaan situasi lingkungan penelitian dan perbedaan subyek penelitian. (http://komikfisika.blogspot.com/2011/05/teknik-memanipulasi-dan

mengontrol.html)

B. Definisi Operasional

Untuk menghindari pemahaman pembaca yang terlalu luas, peneliti dalam hal ini sebagai penulis memberikan batasan istilah terhadap penelitian ini. Pada bab III ini peneliti memberikan penjelasan tentang definisi operasional. Chourman (2008:36) berpendapat bahwa:

Definisi Operasional Variabel adalah penarikan batasan yang lebih menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih substantive dari suatu konsep. Tujuannya adalah agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah di definisikan konsepnya, maka peneliti harus memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya.

Dibawah ini adalah dijelaskan tentang definisi operasional yang berada dalam penelitian ini:


(33)

1. Esensi modifikasi yaitu menganalisis sekaligus mengembangkan materi pembelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial dapat memperlancar siswa dalam belajarnya. (Bahagia dan Suherman, 2000:1).

2. Kegiatan belajar dan pembelajaran menjadi salah satu langkah dalam

proses pendidikan jasmani dimana kegiatan belajar dilakukan oleh siswa sedangkan kegiatan mengajar dilakukan oleh guru dan di dalam proses belajar dan mengajar guru harus mampu membelajarkan siswa secara optimal. (Husdarta dan Yudha, 2000:17).

3. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. (UUSPN No. 20 tahun 2003).

4. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang dilakukan melalui

aktivitas fisik sebagai media utama untuk mencapai tujuan, yang lazim digunakan oleh siswa sesuai dengan muatan yang tercantum dari kurikulum. (Yudha, 2006:25).

5. Renang adalah suatu jenis olahraga yang dilakukan di air, baik di air

tawar maupun di air laut”. Penulis mendeskripsikan renang sebagai berikut: renang adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan di air baik air kolam, sungai danau maupun laut dengan berupaya untuk mengangkat


(34)

tubuhnya untuk mengapung agar dapat bernafas dan bergerak baik maju ataupun mundur.. (Badruzaman,2007:13)

C. Instrumen Penelitian

Menurut (Arikunto, 2002:134) instrumen penelitian adalah “Alat bantu

yang dipilih dan digunakan dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan

tersebut menjadi sistematis dan dipermudah”. Untuk memperoleh data seorang

peneliti harus menggunakan alat atau instrumen yang dapat menunjang dalam memperoleh data dari permasalahan yang akan diteliti. Dengan berdasarkan pada metode penelitian yang telah penulis pilih, yaitu eksperimen maka instrumen atau alat pengumpul data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk tes. “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (Arikunto, 2010:193).

Adapun rincian tes nya adalah sebagai berikut:

1. Tujuan: Mengukur peningkatan kemampuan renang gaya dada dalam

pembelajaran renang .

2. Alat: Alat tulis, meteran, stopwatch dan kolam renang.

3. Pelaksanaan:

a) Tester berada dalam posisi rileks di tembok start. Setelah tester

berdiri pada tembok yang ditentukan yaitu di dalam kolam renang, tester dipersilahkan untuk mencoba gerakan renang gaya dada.


(35)

b) Ketika mendengar bunyi peluit, tester melakukan renang gaya dada sejauh kurang lebih 20 meter dan sampai pada garis finish.

c) Skor yang diambil untuk evaluasi proses adalah apabila melakukan

teknik renang dengan benar (terdapat tiga juri/pelatih yang memutuskan kebenaran teknik yang dilakukan oleh sampel). Apabila melakukan kesalahan pada teknik renang gaya dada tidak dihitung atau dianulir.

4. Penskoran: Skor dihitung dari waktu yang didapat siswa dari garis start

sampai finish. Catatan:

1) Tes dianggap berhasil jika tester melakukan renang gaya dada

yang baik dan benar.

2) Apabila gerakan renang gaya dada salah maka tidak mendapat skor.

Untuk dapat menjelaskan tentang teknik penilaian seperti yang telah diajarkan dalam perkuliahan evaluasi pembelajaran dan kriterian apa saja yang dapat dinilai dalam melakukan tes renang gaya dada sebagai berikut: (1) Dengan posisi dada menghadap ke permukaan air, namun berbeda dengan gaya bebas, batang tubuh selalu dalam keadaan tetap. (2) Kedua belah kaki menendang ke arah luar sementara kedua belah tangan diluruskan di depan. (3) Kedua belah tangan dibuka ke arah samping seperti gerakan membelah air agar badan maju cepat ke depan. (4) Gerakan tubuh meniru gerakan katak sedang berenang sehingga disebut gaya katak. (5) Pernapasan dilakukan ketika mulut berada di permukaan air, setelah gerakan satu kali tangan-kaki..


(36)

Dalam tes tersebut anak diberi jarak tempuh tertentu dan kriteria tes seperti di atas yaitu jarak yang ditempuh perenang atau tester adalah kurang lebih sekitar 20 meter melakukan renang gaya dada dengan catatan kriteria gerakan dilakukan dengan benar sesuai yang telah dipaparkan diatas. Dan apabila sudah melaksanakan tes, dijumlah dan menghasilkan nilai dari setiap siswa.

Jadi, tes yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk tes praktik atau unjuk kerja, yaitu pelaksanaan gerakan renang gaya dada. Tes akan dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu tes awal (pretest) untuk mengetahui kemampuan awal sampel dalam melakukan gerakan renang gaya dada sebelum diberikan treatment/ perlakuan, serta tes akhir (posttest) untuk mengetahui kemampuan penguasaan gerakan renang gaya dada setelah sampel diberi serangkaian pembelajaran dengan modifikasi alat (treatment/ perlakuan) yang telah diprogramkan.

D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengetesan, merupakan data yang masih mentah. Agar data tersebut mempunyai arti, maka diperlukan pengolahan dan analisis data secara statistik. Prosedur pengolahan data yang dipergunakan pada umumnya bersumber pada buku statistik dari Nurhasan (1999).

Adapun data-data yang ditempuh untuk pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut :


(37)

1. Pengujian Normalitas Distribusi Data

Pengujian normalitas distribusi, hanya untuk menguji normalitas dari seluruh item tes. Untuk menghitung normalitas data digunakan Uji Normalitas Nurhasan, (1999 : 32), adalah sebagai berikut :

( 0i- Ei )2 X2 =

Ei

Arti tanda-tanda dalam rumus diatas adalah :

X2 = Nilai yang dicari

0i = Frekuensi pengamatan

Ei = Frekuensi yang diharapkan

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam rangka untuk membuktikan uji distribusi normalitas ialah sebagai berikut :

1.1 Menghitung nilai rata

Perhitungan nilai rata-rata ( X ) dimaksud adalah menghitung nilai rata-rata butir tes dalam penelitian ini. Untuk menghitung nilai rata-rata digunakan rumus sebagai berikut :

Σ x

X = N


(38)

Arti tanda-tanda dalam rumus adalah :

X = Nilai rata-rata yang dicari

x = Skor yang diperoleh

n = Jumlah orang/peristiwa/responden

Σ = Menyatakan jumlah

1.2 Menghitung Standar Deviasi. Setelah nilai rata-rata dari setiap butir tes diketahui, selanjutnya dihitung Standar Deviasi, dengan menggunakan rumus Nurhasan (1999 : 10) sebagai berikut :

Σ x2 S = √

n

Arti tanda-tanda dalam rumus diatas adalah :

S = Standar Deviasi

n = Banyaknya sampel

Σ = Jumlah dari

√ = Akar dari

1.6 Menghitung frekuensi yang diharapkan (Ei) dari masing-masing kelas interval dengan jumlah sampel (n).


(39)

1.7 Memasukkan frekuensi hasil observasi (0i) kedalam batas interval sesuai dengan hasil observasi.

1.8 Menghitung nilai-nilai X2 dari masing-masing kelas interval dengan rumus sebagai berikut :

(0i - Ei )2

X 2 = Ei

1.9 Menghitung nilai X2 dengan cara menjumlahkan nilai-nilai X2 dari masing-masing-masing siswa.

1.10 Menghitung dk =K – 3.

1.11 Mencari nilai X2 tabel pada dk yang bersangkutan, pada α = 0,05 atau α = 0,01.

1.12 Membandingkan nilai X2 hitung, dengan nilai X2 tabel pada α = 0,05 atau α = 0,01.

1.13 Kesimpulan :

Apabila nilai hitung X2 lebih kecil dari nilai tabel dengan dk (k-3) pada taraf nyata 0,95 dengan (dk) atau X2 = 0, 95 maka distribusi normal, sebaliknya distribusi tidak normal.


(40)

2. Uji Hipotesis

Untuk menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata (skor berpasangan) dengan melalui pendekatan statistik uji t, dengan rumus sebagai berikut :

n Sb

B t

Arti tanda-tanda dalam rumus :

t = Derajat peningkatan yang dicari

B = Rata-rata beda

Sb = Simpangan baku beda

n = Jumlah sampel √ = Akar dari

Adapun langkah-langkah yang ditempuh ialah sebagai berikut :

a) Menghitung rata-rata beda

b) Menghitung simpangan baku beda c) Mencari nilai t hitung

d) Mencari batas penerimaan hipotesis pada tabel t pada tp=0,95 dengan dkn-1 e) Membandingkan t hitung dengan t tabel


(41)

Apabila t hitung berada diluar daerah penrimaan hipotesis, maka hipotesis ditolak. Begitu juga sebaliknya, apabila t hitung berada didalam daerah penerimaan maka hipotesis diterima.

f) Kriteria terima hipotesis

Jika - t ( 1 - 1/2 α ) < t < t ( 1 - 1/2 α )

g) Kesimpulan


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah melakukan penelitian dan analisis data maka penulis dalam tahapan ini akan memberikan beberapa kesimpulan yang didasarkan kepada hasil analisis data tersebut. Kesimpulan tersebut ialah sebagai berikut : “Modifikasi alat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar renang gaya dada dalam pembelajaran permainan renang di SMAN 1 Majalengka.”

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, pada dasarnya semua sekolah bisa menggunakan modifikasi alat bantu untuk meningkatkan kemampuan berenang siswa. Adanya peningkatan kemampuan berenang dalam diri siswa akan menjadi indikasi tercapainya suatu tujuan pembelajaran.

Sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil temuan baik dilapangan maupun secara teoritis, maka beberapa hal yang dapat menjadi bahan rekomendasi atau saran adalah sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah :

a. Peningkatan kemampuan renang melalui penerapan modifikasi alat bantu ini harus lebih dilakukan secara eksplisit (terencana), terfokus dan komprehensif agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.


(43)

b. Sekolah merupakan lembaga yang merupakan tempat transformasi ilmu pengetahuan selayaknya dapat lebih menumbuhkan motivasi belajar siswa agar tujuan pembelajarannya bisa tercapai.

c. Pihak sekolah hendaknya lebih meningkatkan dukungan terhadap penerapan modifikasi alat bantu. Dukungan tersebut dapat berupa penyediaan sarana dan prasarana, media yang dapat mendukung terlaksananya proses pembelajaran, dan pemberian peluang kepada guru untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan profesi seperti pelatihan, diklat, dan sebagainya.

2. Bagi guru-guru di sekolah

a. Untuk setiap pertemuan, guru seyogyanya dapat mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan pada saat proses pembelajaran seperti menyusun RPP dengan mempertimbangkan karakteristik siswa.

b. Guru sebaiknya lebih menggali kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat, yaitu dengan membangun suasana pembelajaran yang demokratis dan menciptakan pembelajaran yang interaktif, misalnya memberikan kesempatan siswa sharing atau tukar pikiran baik antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru.

3. Bagi siswa

a. Siswa harus lebih kritis, kreatif, inovatif, dan disiplin dalam proses pembelajaran di kelas maupun di lapangan.


(44)

b. Siswa harus lebih mandiri dan bertanggungjawab terhadap tiap-tiap sarana dan prasarana yang ada di SMAN 1 Majalengka khususnya ruang dan lapangan olahraga.

4. Bagi pembaca

Memberikan wawasan baru bagi pengembangan ilmu pendidikan dan sebagai masukkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.


(45)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Batasan Masalah ... 12

F. Definisi Operasional ... 12

G. Anggapan Dasar ... 13

H. Hipotesis ... 14

I. Metode Penelitian ... 15

BAB II KERANGKA TEORITIS ... 17

A. Arti Dan Makna Pembelajaran ... 17

B. Konsep Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 18

1. Definisi Pendidikan Jasmani ... 20

2. Pendidikan Jasmani Di Sekolah. ... 21

C. Pembelajaran Renang Dalam Pendidikan Jasmani……. ... 25

D. Pembelajaran Renang Gaya Dada ... 28


(46)

F. Penggunaan Modifikasi Alat Bantu Pada Pembelajaran Renang ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37

A. Desain Lokasi, Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

1. Lokasi Penelitian ... 37

2. Subjek Penelitian ... 37

3. Populasi Dan Sampel ... 38

B. Metode Penelitian Dan Desain Penelitian ... 39

1. Validitas Internal ... 44

2. Validititas Eksternal ... 48

C. Definisi Operasional ... 50

D. Instrumen Penelitian ... 52

E. Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data ... 54

1. Pengujian Normalitas Distribusi Data ... 55

2. Uji Hipotesis ... 58

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 60

A. Hasil Pengolahan Dan Analisis Data ... 60

B. Pengujian Persyratan Analisis... 65

C. Pengujian Hipotesis ... 66

D. Diskusi Penemuan ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ...75 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(47)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Baku Tes Awal (pre test) ... 61 Tabel 4.2 Data Baku Tes Akhir (post test) ... 62 Tabel 4.3 Perbandingan Rata-rata Skor Pre Test Dan Post Test ... 63 Tabel 4.4 Data Hasil Uji Normalitas Dengan Lilliefors Tes Awal (pre tast) Dan Tes Akhir (post test) ... 65 Tabel 4.5 Hasil Pengujian Hipotesis Statistik Dengan Teknik Tes t ... 66


(48)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gerakan Kaki Renang Gaya Dada ... 29

Gambar 2.2 Gerakan Tangan Renang Gaya Dada ... 30

Gambar 2.3 Gerakan Kombinasi Dan Mengambil Nafas ... 30

Gambar 2.4 Gambar Bola Plastik ... 36


(1)

73

b. Sekolah merupakan lembaga yang merupakan tempat transformasi ilmu pengetahuan selayaknya dapat lebih menumbuhkan motivasi belajar siswa agar tujuan pembelajarannya bisa tercapai.

c. Pihak sekolah hendaknya lebih meningkatkan dukungan terhadap

penerapan modifikasi alat bantu. Dukungan tersebut dapat berupa penyediaan sarana dan prasarana, media yang dapat mendukung terlaksananya proses pembelajaran, dan pemberian peluang kepada guru untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan profesi seperti pelatihan, diklat, dan sebagainya.

2. Bagi guru-guru di sekolah

a. Untuk setiap pertemuan, guru seyogyanya dapat mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan pada saat proses pembelajaran seperti menyusun RPP dengan mempertimbangkan karakteristik siswa.

b. Guru sebaiknya lebih menggali kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat, yaitu dengan membangun suasana pembelajaran yang demokratis dan menciptakan pembelajaran yang interaktif, misalnya memberikan kesempatan siswa sharing atau tukar pikiran baik antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru.

3. Bagi siswa

a. Siswa harus lebih kritis, kreatif, inovatif, dan disiplin dalam proses pembelajaran di kelas maupun di lapangan.


(2)

74

b. Siswa harus lebih mandiri dan bertanggungjawab terhadap tiap-tiap sarana dan prasarana yang ada di SMAN 1 Majalengka khususnya ruang dan lapangan olahraga.

4. Bagi pembaca

Memberikan wawasan baru bagi pengembangan ilmu pendidikan dan sebagai masukkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Batasan Masalah ... 12

F. Definisi Operasional ... 12

G. Anggapan Dasar ... 13

H. Hipotesis ... 14

I. Metode Penelitian ... 15

BAB II KERANGKA TEORITIS ... 17

A. Arti Dan Makna Pembelajaran ... 17

B. Konsep Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 18

1. Definisi Pendidikan Jasmani ... 20

2. Pendidikan Jasmani Di Sekolah. ... 21

C. Pembelajaran Renang Dalam Pendidikan Jasmani……. ... 25

D. Pembelajaran Renang Gaya Dada ... 28


(4)

F. Penggunaan Modifikasi Alat Bantu Pada Pembelajaran Renang ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37

A. Desain Lokasi, Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

1. Lokasi Penelitian ... 37

2. Subjek Penelitian ... 37

3. Populasi Dan Sampel ... 38

B. Metode Penelitian Dan Desain Penelitian ... 39

1. Validitas Internal ... 44

2. Validititas Eksternal ... 48

C. Definisi Operasional ... 50

D. Instrumen Penelitian ... 52

E. Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data ... 54

1. Pengujian Normalitas Distribusi Data ... 55

2. Uji Hipotesis ... 58

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 60

A. Hasil Pengolahan Dan Analisis Data ... 60

B. Pengujian Persyratan Analisis... 65

C. Pengujian Hipotesis ... 66

D. Diskusi Penemuan ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ...75 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Baku Tes Awal (pre test) ... 61 Tabel 4.2 Data Baku Tes Akhir (post test) ... 62 Tabel 4.3 Perbandingan Rata-rata Skor Pre Test Dan Post Test ... 63 Tabel 4.4 Data Hasil Uji Normalitas Dengan Lilliefors Tes Awal (pre tast) Dan Tes Akhir (post test) ... 65 Tabel 4.5 Hasil Pengujian Hipotesis Statistik Dengan Teknik Tes t ... 66


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gerakan Kaki Renang Gaya Dada ... 29

Gambar 2.2 Gerakan Tangan Renang Gaya Dada ... 30

Gambar 2.3 Gerakan Kombinasi Dan Mengambil Nafas ... 30

Gambar 2.4 Gambar Bola Plastik ... 36