PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLE NON-EXAMPLE DALAM PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN FOKUS PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA BAKU : Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Bandung.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ……… ii
PERNYATAAN ………... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ……….. v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ………... ix
DAFTAR LAMPIRAN ……….. . x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Manfaat / Signifikansi Penelitian ... 13
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKAN PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ... 14
1. Upaya Meningkatkan Kompetensi Akademik Melalui Ilmu Pengetahuan Sosial ……… ... 14
2. Kompetensi Personal Dalam Upaya Membentuk Keterampilan Sosial ………. 31
(2)
3. Menumbuhkan Keterampilan Sosial untuk
Mahasiswa ……… ... 37
B. Penelitian Terdahulu ... 52
C. Kerangka Pemikiran ……… .. 58
D. Hipotesis Penelitian ……… 61
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 62
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 63
C. Metode Dalam Penelitian ... 67
D. Definisi Konsep ... 68
E. Variabel Penelitian ... 71
F. Instrumen Penelitian ……….. 75
G. Analisis Instrumen ……….. 77
H. Teknik Pengumpulan Data ... 81
I. Teknik Analisis Data ... 83
J. Alur Penelitian ... 86
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ………. .. 87
B. Deskripsi Karakteristik Responden ………. 92
C. Deskripsi Hasil Penelitian ………... 93
D. Pengujian Hipotesis ……… 98
(3)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……….. .. 122
B. Saran ...………... 123
DAFTAR PUSTAKA ……… 125
(4)
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
3.1 Rekapitulasi Jumlah Mahasiswa Jurusan IPS Reguler A Dan B FKIP Unlam Banjarmasin Tahun Akademik 2011/2012 Semester
Ganjil ... 63
3.2 Sebaran Sampel Penelitian ... 67
3.3 Kisi-Kisi Untuk Mengukur Kompetensi Akademik, Kompetensi Personal dan Keterampilan Sosial ... 71
3.4 Kategori Kompetensi Akademik ... 76
3.5 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen ... 78
3.6 Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 81
4.1 Daftar Dosen Jurusan Pendidikan IPS ... 90
4.2 Daftar Dosen yang Mengajar Mata Kuliah Pendidikan IPS, Latar Belakang Pendidikan, Metode Mengajar, Alat Evaluasi ... 91
4.3 Data Mahasiswa Responen ... 92
4.4 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ... 94
4.5 Kompetensi Akademik ... 95
4.6 Kompetensi Personal ... 96
4.7 Keterampilan Sosial ... 97
(5)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah sebagai katalisator utama pengembangan SDM, dengan anggapan bahwa dengan semakin terdidik seseorang, semakin tinggi pula kesadarannya terhadap segala aspek kehidupan. Pendidikan formal pada hakekatnya merupakan suatu proses perpanjangan tangan keluarga untuk mendewasakan anak, sehingga dapat hidup layak di tengah-tengah masyarakat. Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia sehingga memungkinkan dimensi kemanusiaan yang melekat pada setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal. “ Pendidikan seharusnya menjadi wahana strategis dalam upaya untuk mengembangkan segenap potensi yang ada pada individu, sehingga cita-cita membangun manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai” (Depdiknas, 2005: 10).
Pendidikan merupakan proses interaksi manusia yang ditandai adanya keseimbangan antara kedaulatan subjek peserta didik dengan kompetensi seorang pendidik. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses atau interaksi dalam proses membangun manusia mengenali diri dan potensi yang dimiliki juga mampu memahami realita kehidupan nyata.
Usaha meningkatkan mutu pendidikan pada setiap jenjang sekolah di Indonesia telah lama dilakukan. Berbagai program pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan juga telah dilaksanakan. Hasil ujian akhir
(6)
yang cenderung masih rendah dan tidak mengalami peningkatan yang berarti. Dari sisi perilaku keseharian siswa, banyak terjadi ketidakpuasan masyarakat. Tawuran dan perkelahian antar pelajar kini sudah menjadi berita yang tidak asing lagi. Dari dunia kerja banyak muncul keluhan bahwa lulusan yang memasuki dunia usaha belum memiliki kesiapan kerja yang baik dan memadai. Upaya yang dilakukan selama ini dalam proses pendidikan cenderung sangat teoritik dan tidak terkait dengan lingkungan di mana peserta didik berada.
Pemecahan permasalahan pendidikan di Indonesia selama ini dapat dikatakan masih berjalan dengan verbalistik dan berorientasi semata – mata kepada penguasaan mata pelajaran. Pengamatan terhadap praktik pendidikan sehari – hari menunjukkan bahwa pendidikan difokuskan agar siswa menguasai informasi yang terkandung dalam materi pelajaran dan kemudian di evaluasi dari seberapa jauh penguasaan itu dicapai oleh peserta didik. Seakan – akan pendidikan bertujuan untuk menguasai mata pelajaran. Bagaimana keterkaiatan materi ajar dengan kehidupan sehari-hari dan bagaimana materi tersebut dapat digunakan untuk memecahkan problema kehidupan, kurang mendapat perhatian. Pendidikan seakan terlepas dari kehidupan keseharian atau pendidikan tidak terkait dengan kehidupan sehari – hari. Oleh karena itu peserta didik tidak mengetahui manfaat apa yang dipelajari daan sampai lulus seringkali tidak tahu bagaimana menggunakan apa yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi.
Pendidikan IPS merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang tanggungjawab utamanya membantu peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang diperlukan dalam berpartisipasi
(7)
untuk kehidupan masyarakat baik di tingkat lokal, nasional maupun global. (Maryani,E. 2011:6).
Hal ini sejalan dengan tujuan kurikulum IPS tahun 2004 yaitu mengkaji seperangkat fakta, peristiwa konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku manusia untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya dan lingkungannya berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini dan diantisipasi untuk menghadapi masa yang akan datang.
Pengetahuan Sosial bertujuan untuk : a) mengarahkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis, b) mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial, c) membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, d) meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam kehidupan masyarakat yang majemuk, baik secara nasional atau global. (Maryani,E. 2011 : 9)
Berpedoman pada fungsi dan tujuan dari pendidikan IPS, diharapkan peserta didik mempunyai kompetensi yang sesuai dengan tujuan tersebut. Namun fenomena yang terjadi di lapangan, khususnya di lingkungan kampus FKIP Unlam Banjarmasin, yang menggambarkan masih banyak mahasiswa yang tidak mengerti bagaimana seharusnya seorang calon guru menempatkan diri dalam pergaulan secara akademik, sehingga nantinya dapat diterima di masyarakat. Masalah – masalah tersebut di antaranya adalah : a) kebanyakan mahasiswa yang berasal dari daerah-daerah terpencil, membuat kelompok tersendiri berdasarkan daerah masing-masing, sehingga cenderung tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan kampus, b) jarang terjadi kekompakan di antara mahasiswa terutama terlihat saat kerja kelompok, masing-masing dengan pendapat sendiri, hal ini pada
(8)
umumnya disebabkan kebanyakan dari mereka berasal dari daerah yang berbeda dan latar belakang ekonomi orang tua yang berbeda pula. Hal ini menunjukkan kesenjangan sosial masih sangat kental di kalangan mahasiswa, c) cenderung pasif saat berlangsungnya proses belajar-mengajar, kegiatan mahasiswa saat berlangsung pembelajaran tidak lebih dari aktivitas menulis dan mendengarkan, tanpa adanya respon yang berupa mengajukan pertanyaan ataupun pendapat, d) membatasi pergaulan, bagi mahasiswa yang tergabung dalam kegiatan keagamaan atau aliran tertentu, mereka cenderung membatasi pergaulan dengan kalangan mahasiswa sesama anggota perkumpulan tertentu saja, e) tidak berani mengungkapkan pendapat, terutama saat kegiatan diskusi kelas berlangsung, mahasiswa peserta hanya mendengarkan tanpa ada yang memberikan pendapat terhadap sesuatu yang disampaikan oleh kelompok penyaji, kecuali karena perintah dari dosen untuk diwajibkan bertanya atau mengeluarkan pendapat, f) tidak berani berbicara didepan umum, khusus untuk mahasiswa yang berasal dari daerah-daerah di Kalimantan Selatan, sangat terlihat bahwa kepercayaan diri mereka sangat kurang, terutama pada saat pertemuan dengan HIMA IPS. Mahasiswa yang tampil berbicara di depan adalah yang berasal dari kota Banjarmasin, bukan yang berasal dari daerah-daerah kabupaten, g) bersikap tertutup, hal ini terlihat pada kecenderungan mahasiswa yang memilah milih teman, dari pertama masuk di FKIP Unlam Banjarmasin sampai dengan semester akhir, baik dalam memilih teman satu kelompok ataupun teman dalam pergaulan, terindikasi hanya ada satu atau dua teman saja, h) gengsi, terjadi pada mahasiswa yang berasal dari kota Banjarmasin, mereka cenderung punya rasa gengsi bila
(9)
berteman dengan orang dari daerah, i) Terdapat mahasiswa yang mempunyai IP (Indeks Prestasi) tinggi, tapi saat perkuliahan berlangsung, sering bersikap kasar dan tidak menghormati dosen, pada umumnya terjadi pada mahasiswa yang berasal dari daerah, bisa diakui bahwa dari segi akademis bisa diandalkan, namun dalam bersopan santun sangat kurang.
Berdasarkan fenomena tersebut, menurut Cartledge & Milburn (1995 : 78) perlu dilakukan langkah – langkah agar pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan sosial yang merupakan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara khusus yang dapat diterima oleh lingkungan dan pada saat bersamaan dapat menguntungkan individu, atau bersifat saling menguntungkan atau menguntungkan orang lain Keterampilan sosial merupakan bagian dari kompetensi sosial. Cartledge & Milburn (1995 : 89) menyebutkan bahwa kompetensi sosial terdiri dari tiga konstrak yaitu penyesuaian sosial, performansi sosial dan keterampilan sosial. Pentingnya keterampilan dan kompetensi sosial sosial bagi seorang anak adalah merupakan faktor yang menentukan untuk memulai dan memiliki hubungan sosial yang positif (Rubin, K.H, Bukowski, W. & Parker, J.G., 1998 : 98). Anak yang tidak memiliki kompetensi sosial akan kesulitan dalam memulai dan menjalin hubungan yang positif dengan lingkungannya, bahkan boleh jadi akan ditolak atau diabaikan oleh lingkungannya.
Sesuai dengan konsep situasi khusus yang dikemukakan oleh Hersen & Bellack (Cartledge & Milburn, 1995 : 79) yang menyatakan bahwa efektifitas suatu perilaku tergantung pada konteks dan parameter situasi, maka individu yang
(10)
memiliki keterampilan sosial akan lebih efektif karena individu tersebut mampu memilih dan melakukan perilaku yang tepat sesuai dengan tuntutan lingkungan. Maka jika dikaitkan dengan tujuan pendidikan adalah tanggungjawab seorang guru untuk berupaya agar proses pembelajaran yang dilakukannya dapat menjadi media untuk pencapaian tujuan pendidikan nasional yang akan melahirkan keterampilan sosial dari proses belajar mengajar. Pencapaian tujuan pendidikan nasional dapat dilakukan melalui berbagai aktifitas, salah satu diantaranya yakni aktivitas pendidikan IPS yang dilaksanakan di Perguruan Tinggi, khususnya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unlam Banjarmasin, yang memang khusus mencetak calon – calon guru. Dimana sangat diperlukan bekal keterampilan sosial agar menjadi guru yang dapat mencetak siswa – siswa harapan bangsa. Sebagai lembaga pendidikan yang pembelajarannya dimaksudkan untuk memahami dan mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan sosial, kewarganegaraan, fakta, peristiwa, konsep dan generalisasi serta mampu merefleksikan dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Permasalahan pendidikan terkait dengan aspek pengetahuan dan pemahaman tentang IPS atau bidang-bidang mata pelajaran dalam IPS. Menurut Hasan (1996 : 109) mengemukakan bahwa :
Secara keseluruhan orang yang belajar ilmu – ilmu sosial harus memiliki pengetahuan dan pemahaman dalam hal ini adalah kompetensi akademik, yang menjadi kompetensi dasar dan harus dikuasai mahasiswa FKIP sebagai calon guru untuk menunjukan bahwa siswa tersebut telah menguasai standar kompetensi dan materi pelajaran.
(11)
Dirjen PMPTK Depdiknas (2009 : 6) menyebutkan bahwa kompetensi akademik merupakan resultan dari pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas. Pengetahuan yang dimaksud adalah informasi yang dimiliki seseorang tentang suatu bidang tertentu. Keterampilan adalah kemampuan untuk mengerjakan serangkaian tugas fisik atau mental yang menggambarkan tingkat kompetensi khusus atau pencapaian (profiency). Sedangkan perilaku adalah penampilan yang ditunjukkan dalam pelaksanaan tugas. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik akan menunjukkan kualitas yang sebenarnya.
Masalah rendahnya kualitas proses dan hasil pendidikan, mempunyai banyak faktor diantaranya adalah sarana dan prasarana pendidikan, kurikulum, evaluasi, peserta didik, pengajar (guru). Didalam perkembangan pembelajaran tidak akan lepas dari berbagai pendekatan yang mendasarinya diantaranya adalah pendekatan perilaku (behavioral approach), pendekatan kognitif (cognitive
approach), dan pendekatan terapan (applied approach). Pandangan psikologi
perilaku ini dikembangkan oleh Paplov, Thorndike dan Skinner yang didasarkan pada suatu stimulus. Stimulus merupakan penyebab terbentuknya tanggapan-tanggapan dalam proses pembelajaran. Pada dasarnya stimulus pendekatan psikologi adalah operant conditioning yang dibentuk melalui pengubahan materi bahasan dalam pembelajaran sehingga dapat merangsang anak didik untuk mengembangkan perilaku seperti yang dikehendaki dalam tujuan belajar. Untuk mengefektifkan aktivitas pembelajar, Skinner (Hamzah.U, 2007 : 29) ada empat teorema pembelajaran, antara lain, a) peran pendidikan hakekatnya adalah
(12)
menciptakan kondisi agar hanya tingkah laku yang diinginkan saja yang diberi penguatan, b) stimulus yang bersifat deskriptif hendaknya diberikan sebagai penunjang aktivitas belajar, c) memberikan arahan agar para pembelajar membuat catatan kemajuan anak didiknya sehingga dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian program yang mereka perlukan dikemudian hari, dan d) membuat rekomendasi tentang tugas-tugas belajar mana yang harus dicoba dahulu, sebagaimana cara belajarnya, serta hasil-hasil apa saja yang diharapkan dengan keseluruhan aktivitas yang diprogram.
Menurut pendekatan kognitif, eksestensi seorang guru menjadi sangat penting sebagai penentu struktur bahan belajar dan tingkat kesulitan tugas-tugas belajar yang diberikan kepada peserta didik. Maka sebaiknya agar para guru dapat mengembangkan situasi belajar yang baik dan menyenangkan, memilih dan menstrukturkan isi pembelajaran, juga menginformasikan dalam bentuk sajian pembelajaran yang terorganisir dari umum menuju ke rinci dalam satuan bahasan yang bermakna dan mudah dimengerti oleh anak didiknya.
Kognitif yang merupakan kompetensi akademik merupakan salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Karena Secara umum kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), dan evaluasi (evaluation). Kognitif adalah persoalan yang menyangkut kemampuan agar dapat mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori tentang kognitif lebih menekankan pada bagaimana proses atau upaya agar dapat mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh
(13)
karena itu kognitif jauh berbeda dengan teori behavioristik, dimana teori behavioristik lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya. Dalam kehidupan sehari-hari kita terbiasa mendengar kata kognitif. Terutama berasal dari aspek tenaga pendidik. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi dalam bidang kognitif. Artinya seorang guru telah memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan terhadap materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara-cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.
Jean Piaget (1896-1980), adalah seorang pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak akan dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang telah mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi), (Winarto,J . Wikipedia, VALMBAND, Latar Belakang Jean Piaget, arthachristianti.wordpress.com).
Kompetensi personal yang erat kaitannya dengan psikologi kepribadian, merupakan sebuah istilah yang sangat erat kaitannya dengan konsep ilmu psikologi. Bertujuan untuk mengenal perilaku manusia dalam usaha manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sehingga manusia akan memiliki pengetahuan tentang dirinya yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sekitar. Teori tentang psikologi kepribadian tidak bisa dilepaskan dari konsep psikologi perkembangan serta psikologi sosial. Apabila kita berbicara konsep
(14)
pembentukan kepribadian seseorang yang akan tidak bisa dilepaskan dari proses pembentukan individu tersebut. Proses ini akan terjadi sejak seseorang masih berusia dini dan melihat bagaimana proses individu tersebut dalam bertingkah laku dan bergaul dalam lingkunganmya. Beberapa ahli dalam psikologi kepribadian, memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang masalah psikologi kepribadian ini. Walaupun demikian, hal ini menjadi sebuah keuntungan, karena banyaknya kajian tersebut akan menjadi banyaknya tinjauan yang akan disesuaikan dengan kondisi yang ada. Menurut Gordon Allport kompetensi personal atau kepribadian adalah “sesuatu yang berada pada diri seseorang yang akan mampu menuntun serta menunjukkan arah pada satu perilaku yang dilakukan oleh individu tersebut” (Ahera, A, 2012. http://www/psikologi-kepribadian-18753.htm).
Pendekatan terapan menurut Hamzah Uno (2007:55) bahwa belajar sebagai upaya mendapatkan pengetahuan melalui empat fungsi pembelajaran yakni: a) memberikan orientasi tentang materi, b) memberikan kesempatan untuk berlatih dan menerapkan materi yang dibahas pada tahap orientasi, kemudian diikuti dengan, c) memberikan pengertian tentang hasil yang telah dicapai dalam proses pembelajaran yang dilakukan, d) memberikan kesempatan melanjutkan latihan.
Berdasarkan uraian tiga pendekatan pembelajaran di atas, maka timbul pertanyaan sosok guru yang bagaimana yang diharapkan mampu mengembangkan pembelajaran yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang baik,
(15)
mengembangkan kemampuan dasar siswa melalui pembiasaan, mengembangkan pemahaman konsep, serta mengembangkan kemampuan siswa untuk dapat mengaplikasikan ilmunya pada kehidupan nyata. Untuk dapat melakukan semua itu, maka FKIP Unlam Banjarmasin yang mencetak calon-calon guru dituntut untuk mampu menjawab tantangan proses pembelajaran. Calon – calon guru yang memiliki kompetensi akademik dan kompetensi personal yang mantap sehingga akan menumbuhkan keterampilan sosial yang menjadi pondasi dalam interaksi sosial. Dengan adanya keterampilan sosial pada diri mahasiswa, khususnya yang mahasiswa FKIP Unlam Banjarmasin jurusan IPS, diharapkan mereka mampu membawa diri dalam pergaulan dengan sesama mahasiswa dan juga dengan dosen pengajar, dan yang terpenting nantinya saat mereka terjun langsung ke lapangan pekerjaan yakni sebagai guru. Terkait dengan hal itu, maka perlu dikaji bagaimana kompetensi akademik dan kompetensi personal dipahami dan dimiliki oleh seorang calon guru dalam hal ini adalah mahasiswa-mahasiswi FKIP. Agar dapat melaksanakan pembelajaran yang berhasil dan menghasilkan anak didik yang benar-benar mengerti terhadap apa yang telah disampaikan juga memiliki keterampilan sosial yang akan berguna bagi kehidupannya dilingkungan sekolah dan masyarakat. Dari berbagai pemikiran – pemikiran di atas, maka penulis mencoba meneliti pengaruh kompetensi akademik, dan personal terhadap keterampilan sosial mahasiswa jurusan IPS FKIP Univesitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.
(16)
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian adalah : Bagaimana Pengaruh Kompetensi Akademik dan Personal terhadap Keterampilan Sosial Mahasiswa Jurusan IPS FKIP UNLAM Banjarmasin ?. Rumusan masalah tersebut dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a. Apakah kompetensi akademik berpengaruh positif terhadap keterampilan sosial mahasiswa?
b. Apakah kompetensi personal berpengaruh positif terhadap keterampilan sosial mahasiswa?
c. Apakah kompetensi akademik dan personal berpengaruh positif terhadap keterampilan sosial mahasiswa?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kompetensi akademik terhadap keterampilan sosial mahasiswa?
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kompetensi personal terhadap keterampilan sosial mahasiswa?
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kompetensi akademik dan personal terhadap keterampilan sosial mahasiswa?
(17)
D. Manfaat / Signifikansi Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini berusaha mengkaji pengaruh kompetensi akademik dan personal terhadap keterampilan mahasiswa jurusan IPS FKIP UNLAM Banjarmasin setelah proses pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan mahasiswa sebagai persiapan memasuki dunia kerja dan menghadapi kehidupan yang sebenarnya.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini adalah :
a. Dengan penelitian ini diharapkan mampu menggali aspek-aspek keterampilan sosial yang sebaiknya dimiliki oleh mahasiswa FKIP sebagai seorang calon guru yang akan berguna dalam menyikapi permasalahan yang dihadapinya.
b. Dengan memahami komponen dari keterampilan sosial, diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan dan menerapkan komponen keterampilan sosial dalam setiap kegiatan pembelajaran pembelajaran dan dalam lingkungan sekitar.
c. Dengan keterampilan sosial yang dimiliki oleh mahasiswa diharapkan alumni jurusan IPS FKIP UNLAM Banjarmasin mampu berperan serta memberikan manfaat dalam kehidupan bermasyarakat.
(18)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Jurusan Pendidikan IPS. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan beberapa alasan di antaranya:
a) FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin merupakan satu-satunya lembaga pendidikan tinggi negeri yang khusus mencetak calon-calon guru. b) Tersedianya dukungan sarana dan prasarana yang ada di FKIP Unlam
Banjarmasin untuk kegiatan penelitian secara memadai.
c) Adanya persetujuan dari pihak fakultas, dari dekan FKIP Universitas Lambung Mangkurat dan dosen-dosen di Jurusan Pendidikan IPS untuk mengizinkan dilaksanakannya kegiatan penelitian.
d) Studi pra penelitian yang dilakukan telah menunjukkan bahwa masih terdapat sejumlah permasalahan pada keterampilan sosial mahasiswa FKIP Unlam Banjarmasin khususnya di jurusan Pendidikan IPS.
e) Selama ini belum pernah dilaksanakan penelitian khususnya tentang keterampilan sosial mahasiswa jurusan IPS FKIP Unlam Banjarmasin.
(19)
B. Populasi dan Sampel a) Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan IPS FKIP UNLAM Banjarmasin, semester VIII dan semester X, dengan alasan mahasiswa di semester tersebut telah menerima materi kuliah Pendidikan IPS dan juga telah melaksanakan program PPL, baik yang reguler A ataupun reguler B sebanyak 661 mahasiswa yang tersebar di lima program studi, program studi Pendidikan Sejarah sebanyak 126 orang mahasiswa, program studi Pendidikan PKn sebanyak 121 orang mahasiswa, program studi Pendidikan Ekonomi sebanyak 157 orang mahasiswa, program studi Sosiologi-Antropologi sebanyak 97 orang mahasiswa, dan program studi Geografi sebanyak 160 orang mahasiswa. Berikut tabel rekapitulasi jumlah mahasiswa jurusan IPS FKIP UNLAM Banjarmasin reguler A dan B tahun akademik 2011/2012 semester ganjil yang di jadikan sebagai populasi :
TABEL 3.1 REKAPITULASI
JUMLAH MAHASISWA JURUSAN IPS REGULER A DAN B FKIP UNLAM BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2011/2012 SEMESTER GANJIL
Sumber : Sub Bagian Pendidikan FKIP UNLAM Banjarmasin No Jurusan IPS
(5 Program Studi)
2007 2008 JUMLAH
A B A B A dan B
1 Pend. Sejarah 20 31 35 40 126
2 Pend. PKn 20 25 45 31 121
3 Pend. Ekonomi 28 30 50 49 157
4 Pend. Sos-Antro
20 24 20 33 97
5 Pend. Geografi 20 37 40 63 160
(20)
b) Sampel
Untuk pengambilan sampel dari populasi agar diperoleh sampel yang refresentatif dan mewakili, maka diupayakan setiap subjek dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel. Menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 117), yang dimaksud dengan sampel adalah ’sebagian atau wakil populasi yang diteliti’. Menurut Sugiyono, (2006: 73) yang dimaksud dengan sampel adalah ’bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu’.
Dalam suatu penelitian tidak mungkin semua populasi diteliti, dalam hal ini disebabkan beberapa faktor, diantaranya keterbatasan biaya, tenaga dan waktu yang tersedia. Oleh karena itu, peneliti diperkenankan mengambil sebagian dari objek populasi yang ditentukan, dengan catatan bagian yang diambil tersebut mewakili uang lain yang tidak diteliti. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2006:73) :
Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dan, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Hal – hal yang dipelajari dari sejumlah sampel maka kesimpulannya akan diberlakukan untuk jumlah populasi. Untuk itu, sampel dari populasi harus benar-benar mewakili.
Dengan demikian sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi penelitian, yaitu sebagian mahasiswa di lingkungan Jurusan IPS FKIP Unlam Banjarmasin. Untuk menjawab berapa banyak ukuran sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini, dilakukan teknik sampling. Salah satu teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling, yaitu memilih sampel secara acak dari populasi sehingga semua unit analisis mendapat peluang
(21)
yang sama untuk dipilih, dengan alasan bahwa populasi mahasiswa di Jurusan IPS FKIP Unlam Banjarmasin itu bersifat homogen.
Untuk menghitung ukuran sampel, penulis menggunakan rumus yang didasarkan pada presisi estimasi statistic (tingkat ketelitian) 5% sebagai berikut :
X2 NP (1 – P) S =
d2 (N – 1) + X2 P (1 – P)
Keterangan :
S = jumlah sampel yang diperlukan N = jumlah anggota populasi
P = proporsi populasi – 0,50 (maksimal sampel yang mungkin) d = tingkat akurasi – 0,05
X2 = tabel nilai chi-square sesuai tingkat kepercayaan 0,95 – 3,841 Dalam penelitian ini, jumlah populasi sebanyak 661 dimasukkan ke dalam rumus tersebut dan menghasilkan nilai 243 (pembulatan) sampel seperti tampak sebagai berikut :
(22)
3,841 x 661 x 0,5 (1 – 0,5) S =
0,052 (661 – 1) + 3,841 x 0,5 (1 – 0,5)
S = 243,16646 = 243 orang
Dari jumlah sampel 243 orang tersebut, kemudian ditentukan jumlah masing-masing sampel menurut sub bagian secara proportional random sampling dengan rumus :
Ni Dimana : ni = jumlah sampel stratum ni = x n n = Jumlah sampel seluruhnya N Ni = Jumlah populasi menurut stratum
N = Jumlah populasi seluruhnya Dengan rumus di atas, maka diperoleh jumlah sampel menurut masing-masing sub bagian sebagai berikut :
a. Program studi Pendidikan Sejarah : 126/661 x 243 = 46,32 = 46 orang b. Program studi Pendidikan PKn : 121/661 x 243 = 44,48 = 44 orang c. Program studi Pendidikan Ekonomi : 157/661 x 243 = 57,71 = 58 orang d. Program studi Pendidikan Sos-Antro : 97/661 x 243 = 35,65 = 36 orang e. Program studi Pendidikan Geografi : 160/661 x 243 = 58,85 = 59 orang
Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat dibuatkan seperti pada tabel 1.2 sebagai berikut :
(23)
TABEL 3.2
SEBARAN SAMPEL PENELITIAN
No Nama Bagian Populasi Sampel
1. 2. 3. 4. 5.
Program Studi Pendidikan Sejarah Program Studi Pendidikan PKn Program Studi Pend. Ekonomi Program Studi Pend. Sos-Antro Program Studi Pend. Geografi
126 orang 121 orang 157 orang 97 orang 160 orang
46 orang 44 orang 58 orang 36 orang 59 orang
Jumlah 661 orang 243 Orang
C. Metode Dalam Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik survey
explanatory, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan
menggunakan instrument penelitian (kuesioner) sebagai alat pengumpul data yang pokok, yang ditujukan untuk menjelaskan hubungan kausal antara kompetensi akademik dan personal terhadap keterampilan sosial mahasiswa jurusan IPS FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin dan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan pada BAB I dengan unit analisa adalah mahasiswa jurusan IPS yang telah menerima materi pembelajaran Pendidikan IPS dan telah melaksanakan program PPL.
Adapun analisis yang digunakan yaitu menggunakan analisis regresi dan korelasi. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya kaitan antara variabel yang telah ditentukan. Sedangkan analisis regresi digunakan untuk
(24)
mengetahui apakah suatu variabel dapat dipergunakan untuk memprediksi variabel-variabel lain.
Metode ini digunakan karena beberapa alasan di antaranya : 1) tidak semua anggota populasi dijadikan sampel, 2) unit yang dianalisis bersifat individual, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Mengingat masalah yang diteliti adalah gejala sosial, maka dilakukan pendekatan analisis kuantitatif yang didasarkan pada data statistik dan pendekatan analisis kualitatif yang didasarkan pada interpretasi terhadap hasil-hasilnya. Penggunaan metode ini diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan yang dapat diangkat ke taraf generalisasi berdasarkan hasil-hasil pengolahan dan analisis data yang dilakukan.
D. Definisi Konsep
Untuk memahami lebuh lanjut penelitian ini, perlu mengidentifikasikan variabel secara operasional. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Kompetensi akademik adalah pengetahuan, kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam (Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 tahun 2005). Kompetensi akademik dalam penelitian ini adalah (1) kompetensi penguasaan konsep dan materi IPS, dengan indikatornya adalah mengidentifikasi tujuan pendidikan IPS, menafsirkan arti pentingnya pendidikan IPS, mengidentifikasi jati diri pendidikan IPS, (2) menggunakan informasi belajar yang terdapat dilingkungan kampus dan sumber-sumber lain, dengan indikatornya adalah mengetahui jenis-jenis informasi belajar yang terdapat di lingkungan kampus, menerapkan informasi belajar yang didapat
(25)
dari berbagai sumber untuk menyelesaikan tugas, (3) menguasai pengetahuan dan memecahkan tugas belajar, dengan indikatornya adalah mengetahui cara mengerjakan tugas sesuai dengan aturan yang benar. Menerapkan mengerjakan tugas sesuai dengan aturan yang benar, (4) menguasai pengetahuan dalam menganalisis dan memecahkan masalah dalam belajar, dengan indikatornya adalah mengetahui cara mengelola stress ketika dihadapkan pada tugas pelajaran, mengetahui faktor-faktor kesulitan belajar, pengetahuan dalam mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya.
2) Kompetensi personal adalah kompetensi kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik (Undang- Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen), indikator kompetensi personal adalah: (1) mantap dan stabil, dengan indikatornya dalah bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga sebagai guru, dan memiliki konsestensi dalam bertindak sesuai dengan norma. (2) dewasa dengan indikator menampilakan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru. (3) arif dengan indikatornya adalah menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak. (4) berwibawa, dengan indikatornya adalah memiliki kepribadian yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. (5) akhlak mulia dan menjadi teladan memiliki indikator bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, ikhlas, suka menolong),dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik
(26)
(jujur, tegas dan manusiawi). (6) Evaluasi diri dan mengembangkan diri dengan indikator memiliki kemampuan untuk introspeksi, dan mampu mengembangkan potensi diri secara optimal. Data tentang kompetensi personal dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti sendiri dan akan diuji validitas dan releabilitasnya.
3) Keterampilan sosial adalah suatu kemampuan yang kompleks untuk melakukan perbuatan yang akan diterima dan menghindari perilaku yang akan ditolak oleh lingkungan (Cartledge & Milburn, 1995 ; 145) Indikator keterampilan sosial mencakup (1) keterampilan dasar berkomunikasi dengan indikatornya mengemukakan pertanyaan atau pendapat dengan lancar, mengemukakan pertanyaan atau pendapat dengan sopan, mengemukakan pertanyaan atau pendapat dengan tata bahasa yang benar, mengemukakan pertanyaan atau pendapat disertai kesan yang baik, mendengar pendapat orang lain dengan pendangan positif, (2) keterampilan berinteraksi, dengan indikatornya adalah menjalin hubungan yang akrab dengan sesama anggota kelompok, menjalin hubungan yang akrab dengan anggota kelompok lain, menjalin hubungan yang akrab dengan guru, (3) keterampilan membangun tim/kelompok, memahami aturan dalam kelompok yang beragam, memfasilitasi kegiatan kelompok secara efektif, menggunakan kemampuan yang dimiliki secara efektif, bekerja dengan anggota kelompok yang heterogen, (4) keterampilan mengendalikan diri, dengan indikatornya adalah bertindak secara bertanggungjawab dalam pekerjaan, percaya diri dan memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, penyesuaian diri dan fleksibel,
(27)
penuh antusias dan motivasi, disiplin, memiliki integrasi pribadi, hati-hati, teliti dan efesien, mematuhi aturan dalam kelompok, mampu bekerja mandiri tanpa pengawasan orang lain, bertoleransi, sopan, menghargai pendapat orang lain. Data tentang keterampilan sosial dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti sendiri. Kuesioner akan diuji
validitas dan releabilitasnya. E. Variabel Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga macam yaitu: soal test kompetensi akademik, kompetensi personal dan keterampilan sosial. Uraiannya adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3
Kisi – Kisi Untuk Mengukur Kompetensi Akademik, Kompetensi Personal dan Keterampilan Sosial
Konsep Variabel Indikator No. Soal
Kompetensi Akademik (X1) adalah
Kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam (UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen)
a. Penguasaan materi
pendidikan IPS
1. Mengidentifikasi tujuan, pendidikan IPS
2. Menafsirkan arti pentingnya pendidikan IPS
3. Mengidentifikasi jati diri pendidikan IPS
4. Mengidentifikasi hakekat pendidikan IPS
5. Mengidentifikasi struktur pendidikan IPS
6. Mengidentifikasi konsep
1 – 3
4 - 6
7 – 9
10 – 12
13 – 15
(28)
b. Menggunakan informasi
belajar yang terdapat
dilingkungan kampus dan sumber-sumber lain.
c. Menguasai pengetahuan dalam
memecahkan tugas belajar
pendidikan IPS
7. Mengidentifikasi strategi pembelajaran pendidikan IPS
8. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran pendidikan IPS
9. Mengembangkan materi pembelajaran IPS secara kreatif 10. Mengembangkan
keprofesionalan dengan melakukan tindakan reflektif 1. Mengetahui jenis-jenis
informasi dalam belajar yang terdapat di lingkungan kampus 2. Menerapkan informasi belajar
yang didapat dari berbagai sumber untuk menyelesaikan tugas.
1. Mengetahui cara mengerjakan tugas sesuai dengan aturan yang benar
2. Mengetahui cara mengelola stress ketika dihadapkan pada tugas pelajaran
3. Mengetahui faktor-faktor kesulitan belajar
4. Pengetahuan dalam mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya.
19 – 21
22 – 24
25 – 27
28 – 30
31 – 33
34 – 36
37 – 38
39 – 41
42 – 44
(29)
d. Mengunakan komunikasi verbal dan nonverbal
1. Menggunakan bahasa lisan yang sopan saat berkomunikasi 2. Menggunakan bahasa tertulis
yang baku dan tepat
3. Kepatutan sentuhan, suara yang keras dan kedekatan fisik
48 – 50
51 – 53
54 - 56
Kompetensi Personal (X2) adalah :
kompetensi kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan
berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik (UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen)
a. Kepribadian mantap dan stabil
b. Dewasa
c. Arif
d. Berwibawa
e. Berakhlak mulia dan menjadi teladan
1. Bertindak sesuai norma hukum 2. Bertindak sesuai norma sosial 3. Bangga sebagai guru
4. Memiliki konsestensi dalam bertindak sesuai dengan norma 1. Menampilkan kemandirian
dalam bertindak sebagai pendidik
2. Memiliki etos kerja sebagai guru
1. Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat
2. Menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak 1. Perilaku yang berpengaruh
positif terhadap peserta didik 2. Perilaku yang disegani
1. Bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, ikhlas, suka menolong)
1 – 3 4 – 6 7 – 9 10 – 12
13 – 15
16 – 18
19 – 21
22 – 24
25 – 27
28 - 30
(30)
f. Evaluasi diri dan
mengembang -kan diri
2. Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi
1. Kemampuan untuk introspeksi 2. Mampu mengembangkan diri
secara optimal
34 – 36
37 - 39 40 - 42
Keterampilan Sosial (Y) adalah suatu kemampuan yang kompleks untuk melakukan perbuatan yang akan diterima dan menghindari perilaku yang akan ditolak oleh lingkungan (Cartledge & Milburn, 1995;
http:/www.duniaguru.co m).
a. Keterampilan Dasar
Berkomunikasi
b.Keterampilan Berinteraksi
c. Keterampilan Bekerjasama
d.Keterampilan mengendalikan diri
1. Mengemukakan pertanyaan atau pendapat dengan lancar
2. Mengemukakan pertanyaan atau pendapat dengan sopan 3. Mengemukakan pertanyaan atau
pendapat dengan tata bahasa yang benar.
4. Mengemukakan pertanyaan atau pendapat disertai kesan yang baik
5. Mendengar pendapat orang lain dengan pandangan positif 1. Menjalin hubungan yang akrab
dengan sesama anggota kelompok
2. Menjalin hubungan yang akrab dengan anggota kelompok lain. 3. Menjalin hubungan yang akrab
dengan guru.
1. Memahami aturan dalam kelompok yang beragam
2. Memfasilitasi kegiatan kelompok secara efektif
3. Menggunakan kemampuan yang dimiliki secara efektif 4. Bekerja dengan anggota
kelompok yang heterogen
1. Bertindak secara
bertanggungjawab dalam pekerjaan.
2. Percaya diri dan memiliki sikap positif terhadap diri sendiri 3. Penyesuaian diri dan fleksibel 4. Penuh antusias dan motivasi 5. Disiplin
1 - 3 4 - 6 7 - 9
10 - 12
13 - 15
16 - 18
19 – 21 22 - 24 25 – 27 28 – 30 31 - 33 34 - 36
37 - 39 40 – 42 43 – 45 46 – 48 49 – 51
(31)
6. Memiliki integritas pribadi 7. Hati-hati, teliti dan efisien 8. Mematuhi aturan dalam
kelompok
9. Mampu bekerja mandiri tanpa pengawasan orang lain
10. Bertoleransi 11. Sopan
12. Menghargai pendapat orang lain
52 – 54 55 – 57 58 – 60 61 – 63 64 – 66 67 – 69 70 – 72
F. Instrumen Penelitian
Penelitian ini bermaksud, mengetahui pengaruh kompetensi akademik dan kompetensi personal terhadap keterampilan sosial mahasiswa. Data penelitian dengan membuat soal pilihan ganda untuk mengetahui kompetensi akademik dan daftar pernyataan yang dikembangkan peneliti. Sebelum pernyataan terlebih dahulu menyusun kisi-kisi yang terdiri dari variabel/sub variabel, indikator dan pernyataan.
1) Kompetensi Akademik
Kompetensi akademik mahasiswa jurusan IPS FKIP Unlam Banjarmasin diukur dengan menggunakan soal test pilihan ganda yang terdiri dari 30 soal. Menurut Choker & Algina (Zainul, A. 1986 ; 17). Bahwa uaraian tentang teori test dipaparkan dalam dua bagian, yaitu test klasik dan teori test modern. Yang lebih dikenal sebagai Item Response Theory (IRT) atau acapkali juga disebut sebagai Latent Trait Theory. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori tes klasik dimana teori klasik merupakan “suatu test psikologi” (psychological test) atau test pendidikan (educational test) merupakan alat untuk memperoleh sampel tingkah laku. Biasanya tingkah laku tersebut dikuantifikasikan dengan berbagai
(32)
cara sehingga diperoleh skor numeric. Skor itu ditabulasi dan dihitung, dan hubungannya dengan variabel-variabel lain dikaji secara empirik. Setiap jawaban benar pada test soal pilihan ganda diberi skor satu (1), sedangkan untuk jawaban salah diberi skor nol (0). Mengukur tingkat kompetensi akademik digunakan skala interval, yaitu skala yang mengurutkan nilai atau skor dari tingkat paling rendah ke tingkat yang paling tinggi.
Tabel 3. 4
Kategori Kompetensi Akademik
No Kategori Interval
1 Rendah 0 – 8
2 Cukup 9 - 22
3 Tinggi 23 - 30
Pengkategorian kompetensi akademik mahasiswa ditentukan berdasarkan sebaran kurva normal, dengan ketentuan 27% kelompok rendah, 46% kelompok cukup, dan 27% kelompok tinggi.
2) Kompetensi Personal
Instrumen kompetensi personal disusun sebanyak 30 butir pernyataan yang dapat dijabarkan dengan indikator-indikator dari standar kompetensi personal.
Kompetensi personal dibuat dalam bentuk pernyataan dengan memberikan ceklist (√) menggunakan skala semantic deferensial yaitu suatu skala pengukuran yang disusun dalam suatu garis jawaban dimana jawaban yang sangat positif terletak di bagian kanan dan yang sangat negatif terletak dibagian kiri dengan pola tujuh pilihan angka.
(33)
3) Keterampilan Sosial
Instrumen keterampilan sosial sebanyak 30 item pernyataan yang dijabarkan ke dalam indikator-indikator dari keterampilan sosial.
Untuk mengetahui tentang keterampilan sosial, dibuat dalam bentuk pernyataan dengan memberikan ceklist (√) menggunakan skala semantic deferensial yaitu suatu skala pengukuran yang disusun dalam suatu garis jawaban dimana jawaban yang sangat positif terletak di bagian kanan dan yang sangat negatif terletak dibagian kiri dengan pola tujuh pilihan angka.
G. Analisis Instrumen
Sebelum instrument digunakan dalam kegiatan penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji instrumen terhadap kelompok mahasiswa dari populasi yang bukan merupakan bagian dari sampel penelitian. Uji instrument dilakukan untuk melihat validitas dan reliabilitas dengan bantuan program Anates. Apabila instrument telah memenuhi syarat-syarat validitas dan reliabilitas tes, barulah instrumen digunakan dalam kegiatan penelitian. Secara rinci penjelasan beberapa uji prasyarat instrumen, diuraikan sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono: 2006:173). Pengujian instrument pengumpul data dilakukan terhadap 100 orang responden secara acak di luar anggota sampel penelitian. Dalam hal ini yang menjadi responden adalah terdiri dari 20 orang mahasiswa program studi Pendidikan Sejarah, 20 orang mahasiswa program studi Pendidikan PKn, 20 orang mahasiswa program studi
(34)
Pendidikan Ekonomi, 20 orang mahasiswa program studi Pendidikan Sosiologi-Antropologi, dan 20 orang mahasiswa program studi Pendidikan Geografi.
Kriteria pengujian diambil dengan membandingkan nilai thitung dan ttabel dengan taraf nyata α = 0,05. Item soal dinyatakan valid jika memenuhi persyaratan thitung > ttabel.
Secara teknis operasional uji validitas instrument dilakukan dengan menggunakan program Excel 2000. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa instrument tersebut valid. Dengan demikian maka layak dijadikan alat pengumpulan data yang sah.
Berdasarkan rekapitulasi hasil pengujian instrument validitas, maka item – item yang tidak valid tidak dipakai. Dengan demikian item yang valid dari seluruh instrument tersebut disusun kembali untuk kemudian disebar kepada responden anggota sampel penelitian.
Lebih jelasnya pada tabel 3. 5 di bawah ini : Tabel 3. 5
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen 0.05 t tabel 0,195
No item T hitung Valid/Tidak Valid
Ket. No item T hitung Valid/Tidak Valid Ket.
X1.1 .383 Valid Dipakai X2.30 .766 Valid Dipakai
X1.2 .403 Valid Dibuang X2.31 .420 Valid Dibuang
X1.3 .614 Valid Dipakai X2.32 .471 Valid Dipakai
X1.4 .359 Valid Dipakai X2.33 .764 Valid Dipakai
X1.5 .361 Valid Dibuang X2.34 .754 Valid Dibuang
X1.6 .380 Valid Dipakai X2.35 .722 Valid Dipakai
X1.7 .003 Tidak
Valid
Dibuang X2.36 .691 Valid Dipakai
X1.8 .361 Valid Dibuang X2.37 .703 Valid Dibuang
X1.9 .550 Valid Dipakai X2.38 .616 Valid Dipakai
X1.10 .388 Valid Dipakai X2.39 .640 Valid Dipakai
X1.11 .451 Valid Dipakai X2.40 .589 Valid Dipakai
(35)
X1.13 .361 Valid Dibuang X2.42 .664 Valid Dibuang
X1.14 .351 Valid Dibuang Y.1 .413 Valid Dibuang
X1.15 .374 Valid Dipakai Y.2 .673 Valid Dipakai
X1.16 .361 Valid Dipakai Y.3 .537 Valid Dibuang
X1.17 .039 Tidak
Valid
Dibuang Y.4 .696 Valid Dipakai
X1.18 .360 Valid Dibuang Y.5 .528 Valid Dibuang
X1.19 -.050 Tidak
Valid
Dibuang Y.6 .644 Valid Dibuang
X1.20 .418 Valid Dipakai Y.7 .424 Valid Dipakai
X1.21 .636 Valid Dipakai Y.8 .728 Valid Dibuang
X1.22 .176 Tidak
Valid
Dibuang Y.9 .550 Valid Dibuang
X1.23 .364 Valid Dipakai Y.10 .657 Valid Dipakai
X1.24 .557 Valid Dibuang Y.11 .591 Valid Dibuang
X1.25 .176 Tidak
Valid
Dibuang Y.12 .618 Valid Dibuang
X1.26 .479 Valid Dipakai Y.13 .558 Valid Dipakai
X1.27 .176 Tidak
Valid
Dibuang Y.14 .682 Valid Dibuang
X1.28 .321 Valid Dipakai Y.15 .514 Valid Dipakai
X1.29 .384 Valid Dibuang Y.16 .699 Valid Dibuang
X1.30 -.031 Tidak
Valid
Dibuang Y.17 .580 Valid Dipakai
X1.31 .019 Tidak
Valid
Dibuang Y.18 .715 Valid Dibuang
X1.32 .374 Valid Dipakai Y.19 .494 Valid Dipakai
X1.33 .139 Tidak
Valid
Dibuang Y.20 .567 Valid Dibuang
X1.34 .392 Valid Dibuang Y.21 .480 Valid Dibuang
X1.35 .426 Valid Dipakai Y.22 .562 Valid Dipakai
X1.36 .320 Valid Dipakai Y.23 .609 Valid Dibuang
X1.37 .567 Valid Dipakai Y.24 .587 Valid Dibuang
X1.38 .325 Valid Dibuang Y.25 .567 Valid Dibuang
X1.39 .327 Valid Dibuang Y.26 .614 Valid Dipakai
X1.40 .370 Valid Dipakai Y.27 .556 Valid Dibuang
X1.41 .330 Valid Dipakai Y.28 .598 Valid Dipakai
X1.42 .474 Valid Dipakai Y.29 .478 Valid Dibuang
X1.43 .394 Valid Dipakai Y.30 .724 Valid Dibuang
X1.44 .081 Tidak
Valid
Dibuang Y.31 .574 Valid Dipakai
X1.45 .392 Valid Dipakai Y.32 .673 Valid Dibuang
X1.46 .578 Valid Dipakai Y.33 .637 Valid Dibuang
X1.47 .304 Valid Dipakai Y.34 .577 Valid Dipakai
(36)
X1.49 .392 Valid Dibuang Y.36 .603 Valid Dibuang
X1.50 .578 Valid Dipakai Y.37 .695 Valid Dipakai
X1.51 .413 Valid Dibuang Y.38 .609 Valid Dibuang
X1.52 .571 Valid Dipakai Y.39 .676 Valid Dipakai
X1.53 .406 Valid Dibuang Y.40 .648 Valid Dibuang
X1.54 .495 Valid Dibuang Y.41 .546 Valid Dibuang
X1.55 .388 Valid Dipakai Y.42 .621 Valid Dibuang
X1.56 .492 Valid Dipakai Y.43 .558 Valid Dipakai
X2.1 .388 Valid Dipakai Y.44 .675 Valid Dibuang
X2.2 .437 Valid Dipakai Y.45 .493 Valid Dibuang
X2.3 .586 Valid Dibuang Y.46 .561 Valid Dibuang
X2.4 .540 Valid Dipakai Y.47 .499 Valid Dipakai
X2.5 .424 Valid Dipakai Y.48 .633 Valid Dibuang
X2.6 -.541 Tidak
Valid
Dibuang Y.49 .518 Valid Dipakai
X2.7 .413 Valid Dibuang Y.50 .638 Valid Dibuang
X2.8 .511 Valid Dipakai Y.51 .638 Valid Dibuang
X2.9 .374 Valid Dipakai Y.52 .656 Valid Dipakai
X2.10 .431 Valid Dibuang Y.53 .619 Valid Dibuang
X2.11 .608 Valid Dipakai Y.54 .713 Valid Dipakai
X2.12 .386 Valid Dibuang Y.55 .627 Valid Dibuang
X2.13 .534 Valid Dipakai Y.56 .746 Valid Dipakai
X2.14 .763 Valid Dibuang Y.57 .750 Valid Dibuang
X2.15 .691 Valid Dipakai Y.58 .687 Valid Dipakai
X2.16 .648 Valid Dipakai Y.59 .577 Valid Dibuang
X2.17 .647 Valid Dipakai Y.60 .639 Valid Dibuang
X2.18 .786 Valid Dipakai Y.61 .689 Valid Dipakai
X2.19 .668 Valid Dipakai Y.62 .504 Valid Dipakai
X2.20 .640 Valid Dibuang Y.63 .658 Valid Dibuang
X2.21 .492 Valid Dipakai Y.64 .561 Valid Dipakai
X2.22 .660 Valid Dipakai Y.65 .651 Valid Dipakai
X2.23 .657 Valid Dipakai Y.66 .636 Valid Dibuang
X2.24 .753 Valid Dipakai Y.67 .626 Valid Dipakai
X2.25 .702 Valid Dipakai Y.68 .585 Valid Dipakai
X2.26 .587 Valid Dipakai Y.69 .637 Valid Dipakai
X2.27 .530 Valid Dipakai Y.70 .647 Valid Dipakai
X2.28 .467 Valid Dibuang Y.71 .326 Valid Dibuang
X2.29 .393 Valid Dipakai Y.72 .035 Tidak Valid Dibuang
Keterangan : X1 dipakai sebanyak 30 item soal X2 dipakai sebanyak 30 item soal Y dipakai sebanyak 30 item soal
(37)
2. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel menurut Sugiyono (2006:173) adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Salah satu bentuk pengujian reliabilitas adalah dengan internal consistency dengan teknik KR. 20.Kriteria pengujian reliabilitas adalah jika rhit > rtab dengan tingkat kepercayaan 95% dengan dk(n-2) maka item pertanyaan yang ada dalam instrumen tersebut dikatakan reliabel.
Secara teknis operasional uji reliabilitas instrument dilakukan dengan menggunakan program Excel 2000. Dari hasil pengujian yang dilakukan, menunjukkan bahwa instrument tersebut reliable. Dengan demikian maka layak dijadikan alat pengumpulan data yang sah. Lebih jelasnya pada tabel 3. 6
Tabel 3.6
Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Variabel Penelitian X1, X2, Y R tabel Keterangan X1
X2 Y
0, 903 0, 957 0, 977
0, 364 0, 364 0, 364
Reliabel Reliabel Reliabel
H. Teknik Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan dengan keterampilan sosial, kompetensi akademik dan kompetensi personal, mahasiswa jurusan IPS FKIP Unlam Banjarmasin yang telah melaksanakan program PPL. Data tersebut akan diperoleh dari sumber data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini akan dikumpulkan dari responden yaitu mahasiswa jurusan IPS yang telah menerima materi
(38)
pembelajaran Pendidikan IPS dan telah melaksanakan program PPL, melalui teknik angket (kuesioner). Data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Secara ringkas teknik pengumpulan data tersebut dikemukakan sebagai berikut:
a. Kuesioner (angket)
Kuesioner berisi daftar pertanyaan tertulis yang berhubungan dengan variabel yang diteliti. Pertanyaan ini terdiri atas pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka atau campuran antara keduanya. Pertanyaan tertutup artinya responden dibatasi dalam menjawab beberapa alternatif jawaban yang telah disediakan. Pertanyaan terbuka artinya responden diberikan peluang secara independent dalam menjawab pertanyaan.
b. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan melalui kajian dokumen yang terkait dengan variabel dan objek penelitian. Dokumen yang akan dikaji digunakan untuk menambah kelengkapan dari data-data yang telah ada.
c. Studi Kepustakaan
Di samping kajian dokumen, dilakukan telaahan pustaka mengenai: (1) kompetensi akademik; (2) Kompetensi personal; (3) Keterampilan sosial. Hasil telaahan pustaka digunakan untuk memperoleh analogi yang berguna dalam perumusan teori, landasan untuk dapat menganalisa data premer, serta untuk menunjang dan memperkuat dugaan dalam pembahasan masalah.
(39)
I. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Hasil Penelitian
Teknik analisis menggunakan pendekatan statistic parametric jika asumsi-asumsi statistiknya terpenuhi dan apabila asumsi-asumsinya tidak terpenuhi maka data akan dianalisis dengan teknik bebas distribusi atau non parametric. Untuk menentukan terpenuhi tidaknya asumsi-asumsi dilakukan dengan uji normalitas distribusi frekuensi dan uji linieritas regresi.
2. Uji Normalitas
Untuk mengetahui normalitas data yang akan digunakan dalam menganalisa pengaruh kompetensi akademik dan kompetensi personal terhadap keterampilan sosial mahasiswa menggunakan uji normalitas dengan cara melihat grafik PP-Plots. Semua butir instrument dalam penelitian ini terletak digaris / mendekati garis diagonal, sehingga dapat diartikan bahwa distribusi data butir instrument penelitian ini adalah berdistribusi normal. Dapat dilihat pada gambar berikut :
(40)
Gambar 3. 1
3. Uji Heterokedastisitas
Hasil uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada normal Scatterplot yang terpencar dan tidak membentuk pola tertentu. Dengan hasil demikian, kesimpulan yang dapat diambil adalah persamaan regresi memenuhi asumsi heterokedastisitas. Dapat dilihat pada gambar berikut :
(41)
Gambar 3. 2
4. Uji Linieritas Korelasi
Uji linieritas menggunakan harga koefisien F, kreteria pengujian adalah : - Terima Ho jika koefisien F hitung ≤ F tabel, dan
- Tolak Ho jika koefisien F hitung ≥ F tabel
Uji linieritas menggunakan bantuan SPSS 16 for windows meliput pengujian linieritas data variabel X1 atas variabel Y, Variabel X2 atas variabel Y, dan variabel X1 , X2 terhadap Y.
5. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah suatu langkah untuk menentukan sebuah keputusan menolak atau menerima hipotesis. Seluruh pengolahan data dalam
(42)
pengujian hipotesis menggunakan bantuan SPSS 16 for windows dan Microsoft excel, dengan menggunakan analisis regresi dan alanisis jalur.
J. Alur Penelitian
Alur penelitian yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini : Bagan 3. 1
Alur Penelitian
Studi Pendahuluan
Perumusan Masalah
Studi Literatur: Kompetensi Akademik, Kompetensi Personal dan Keterampilan Sosial
Penyusunan Instrumen: 1. Uji Kompetensi
Akademik
2. Angket Kompetensi Personal
3. Angket Keterampilan Sosial
Validasi, Ujicoba, Revisi
Pelaksanaan Penelitian
Pengolahan dan Analisis Data
(43)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis statistik uji regresi menggunakan SPSS versi 16 for
windows, penelitian yang berjudul Pengaruh Kompetensi Akademik dan
Kompetensi Personal Terhadap Keterampilan Sosial Mahasiswa Jurusan IPS FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, diperoleh hasil uji regresi kompetensi akademik dan kompetensi personal terhadap keterampilan sosial sebesar 7.8%, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Kompetensi akademik, kompetensi personal berpengaruh positif secara signifikan terhadap keterampilan sosial, artinya kedua variabel kompetensi tersebut berdasarkan analisis bersama memberikan pengaruh positif terhadap keterampilan sosial mahasiswa. Nilai positif menunjukan bahwa hubungan dua variabel searah, artinya semakin baik kualitas dari kompetensi akademik dan kompetensi personal mahasiswa akan diikuti dengan semakin baik pula keretampilan sosial mahasiswa. Sebaliknya semakin jelek kompetensi akademik dan kompetensi personal mahasiswa maka semakin rendah keterampilan sosial.
2. Kompetensi akademik berpengaruh positif dan signifikan terhadap keterampilan sosial, mengingat kompetensi akademik tersebut adalah akumulasi dari pengetahuan yang akan berpengaruh terhadap keterampilan social. Bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh mahasiswa tidak hanya sebatas ada dalam tataran pengetahuan akan tetapi harus terlihat nyata dalam
(44)
pola perilaku, artinya bagaimana implementasi pengetahuan itu dapat diwujudkan dalam pola tindakan yang mahasiswa lakukan sehari-hari. Sehingga dengan memiliki kompetensi akademik, mahasiswa akan dapat menerapkan pengetahuan tersebut untuk membentuk keterampilan sosial. 3. Kompetensi personal berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keterampilan sosial, karena kompetensi personal merupakan sifat-sifat yang ada pada diri manusia dan bisa ditekan seminimal mungkin sehingga akan membentuk keterampilan sosial. Bahwa kepribadian yang dimiliki oleh mahasiswa akan turut menentukan apakah layak menjadi seorang pendidik yang baik atau sebaliknya. Kompetensi personal atau kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga mahasiswa akan mampu mengajar dengan baik saat pelaksanaan PPL dan mengasah keterampilan sosial yang mereka miliki.
Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan sosial seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kompetensi akademik dan kompetensi personal saja, melainkan banyak faktor lain yang mempengaruhi terbentuknya keterampilan sosial seseorang di antaranya yaitu, faktor keluarga, lingkungan, kepribadian dan kemampuan menyesuaikan diri.
B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan penelitian dalam pengaruh kompetensi akademik dan kompetensi personal terhadap keterampilan sosial mahasiswa jurusan IPS FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, dari temuan tersebut disarankan :
(45)
1. Dosen Pendidikan IPS FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin dapat meningkatkan kualitas hasil belajar dan pembentukan keterampilan sosial mahasiswa dengan menerapkan model pembelajaran yang baru dengan berorientasi pada terbentuknya keterampilan sosial mahasiswa.
2. Dinas pendidikan melakukan berbagai kerjasama dengan pihak lain untuk meningkatkan kualitas lulusan Perguruan Tinggi khususnya lulusan FKIP Universitas Lambung Mangkurat. Usaha itu antara lain kerjasama untuk meningkatkan pendidikan dengan Perguruan Tinggi atau universitas lain, melakukan pendidikan dan pelatihan terhadap calon-calon guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Melakukan evaluasi untuk memperbaiki kualitas pendidikan.
3. Penelitian ini hanya mengetahui sampai seberapa besar pengaruh kompetensi akademik dan kompetensi personal terhadap keterampilan sosial mahasiswa jurusan IPS FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, karena keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan maka kami mengharapkan kepada peneliti lain untuk dapat melanjutkan hasil penelitian kami supaya menjadi lebih sempurna.
(46)
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Al Muchtar, S. (2007). Pengembangan Berfikir dan Nilai dalam Pendidikan
IPS. Bandung. Gelar Pustaka Mandiri.
Anwar . Q (2004) Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung. Alfabeta. Arikunto, Suharsimi. (1993). Manajemen Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta. Bayer, Barry, K. (1979). Teaching Thinking in Social Studies : Using Inquiri
in the Classromm. USA. Chales
Bloom (1997) Taxonomy of Educational Objecctives (two vols: The Affective
Domain The Cognitive Domain). New York. David Mckay.
Cartledge, G. & Milburn, J. F. (1995). Teaching Social Skill to Children and
Youth. Innovative Approaches (3 ed). Massachussetts. Allyn and
Bacom.
Chapin.J.R & Nessick, R.G. (1992). Helping Students Think and Value:
Strategies for Teaching the Sosial Studies. New Jersey: Prentice-Hall
Inc.
Charles, E.J. (1974). Educational Psychology: Principles and Applications. London: Brown Higher Educations
David T. Naylor dan Richard A Diem (1987). Teaching and Learning in a
Classroom Context. Chicago. Rand Mac Nally
Depdiknas (2003) Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Pengetahuan Sosial SMP dan MTS: Jakarta
Depdiknas (2005) Undang-Undang Republik Indonesia No.19 tahun 2005. Djahri & Ma’mun. (1978). Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan.
Bandung: Mandar Maju
Djahiri, A. Kosasih. (2002). PKn Sebagai Strategi Pembelajaran Demokrasi
Di Sekolah. Makalah Jurnal Civicus. Bandung: Jurusan PMPKN. FPIPS
UPI.
Dirjen PMPTK Depdiknas. (2008) Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun
2008 Buku I Pedoman Penetapan Peserta. Jakarta. Direktorat Jenderal
Pendidikan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.
(47)
Hamalik, O. ((2006) Proses Belajar Mengajar. Bandung. Bumi Aksara. Hamzah, U. (2007) Model Pembelajaran menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang kreatif dan Efektif. Bumi Aksara. Jakarta.
Hasan, S. H. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Hersen & Bellack (1995). The Logic of Education. London: Routledge and Kagan Paul plc.
Jarolemek, J. (1993). Social Studies in Elementary Education. New York. Mc. Millan Publishing
Kay Berke. (2009) “Metacognitive Development”. Dalam Sara Meadows (Ed). Developing Thinking: Approaches to Children’s Cognitive
Development. London: Methuen & Co. ltd.
Kelly, Howard & Sam Ball (1995) Curriculum & Standards Framework.
Studies of Society and Environment. Carlton Victoria. Board of Studies.
Maryani, E (2011) Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk
Peningkatan Keterampilan Sosial. Bandung: Alfabeta.
Mulyana, R (2004) Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta Mulyono. (1980). Pengertian dan Karakteristik IPS. Jakarta. P3G Depdikbud. Natawidjaya, R (2002) Struktur Profesi Kependidikan. Bandung: UPI
NCSS. (1994). Curriculum Standards For Social Studies. Washington DC. SCSS
Ramayulis (2002) Ilmu Sosial dalam Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Rubin, K.H, Bukowski, W. & Parker, J.G., (1998) . Peer Interaction,
Relationship & Group. Dalam Damon, W. & Eisenberg, N. Handbook of Child Psychology Volume 3 : Social, Emotional and Personality Development. New York : John Wiley & Sons. Inc
Rusyan, (1990). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Saud, Udin Saefudin. (2007). Inovasi Pendidikan. Bandung. Alfabeta.
Saripudin. (1989). Pengantar Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
(48)
Schneider, Donald. Dkk (1994). Curriculum Standards for Social Studies. United States of America. NCSS.
Somantri, Numan. (2001) Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Spencer & Spencer (1993). Competence Work Models For Superior
Performance. Canada. John Wiley & Sons. Inc.
Sugiyono. (2006) Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Angkasa.
Sumaatmadja, N. (1998) Metodologi Pengajaran IPS. Bandung. Alumni. Surya. (1998). Keadaan, Permasalahan dan Tantangan Masa Depan
Pendidikan di Indonesia. Jakarta. Balitbang Depdikbud.
Suyanto & Hisyam, D. (2000) Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia
Memasuki Millenium III. Yogyakarta. Adi Cita.
Suparman, A. & Purwanto (1997) Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya.
Supriatna, N. (2001) “Pengajaran Sejarah Yang Konstruktivistik : Sebuah
Gagasan dan Pengalaman” dalam Historia Jurnal Pendidikan Sejarah.
No.3 Vol II. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FIPS UPI
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Undang-Undang Guru dan
Dosen. Bandung. Sinar Grafika
Undang-Undang No. 19 tahun 2005 (Penjelasan) tentang Standar Kompetensi. Bandung. Sinar Grafika.
_____, tentang Standar Nasional Pendidikan. Bandung. Sinar Grafika
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Sisdiknas). Bandung. Sinar Grafika.
______, tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37. Bandung. Sinar Grafika.
Usman U. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar – Mengajar. Jakarta, Bina Aksara.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Wahab.A.A (2007) Metode dan Model – Model Pengajar, Ilmu Pengetahuan
(49)
Winataputra, U.S (2000) Strategi Belajar Mengajar, Jakarta. Proyek Strata III. Zainul, A. (2005) Alternatif Assesment. Pusat Antar Universitas Untuk
Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Intruksional Dirjen Pendidikan tinggi Depdiknas.
TESIS
Afrahiyah, G. (2007). Upaya Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa
Melalui Pembelajaran Cooperative Learning. Tesis FPIPS UPI
Bandung. Tidak Diterbitkan.
Herimaturida. (2009) Pengaruh Penggunaan Metode Investigasi Kelompok
Terhadap Keterampilan Sosial Siawa (Studi Eksperemen pada
pembelajaran PKN Kelas XI di SMAN 1 Kecamatan Sepauk Kabupaten Sintang Kalimantan Barat). Tesis. Tidak Diterbitkan.
Khairunisa. (2008) Optimalisasi Keterampilan Sosial Dalam Pembelajaran
Kewirausahaan Melalui Cooperative Learning (Penelitian Tindakan
Kelas II Survey Pemetaan SMK Negeri 2 Pekanbaru. Tesis. Tidak Diterbitkan.
Muniningrum, R. (2010) Pengaruh Kemandirian Belajar dalam Pendidikan
Jarak Jauh Terhadap Keterampilan Sosial Mahasiswa S1 PGSD.
Disertasi. Tidak Diterbitkan.
Rahmah, H. (2009) Kontribusi Kompetensi Guru, Proses dan Hasil Belajar
terhadap Keterampilan Berfikir Kritis dan Keterampilan Sosial (Studi
Pada Peserta Didik Kelas XIII IPS Madrasah aliyah Negeri Model di Jawa Barat dalam pembelajaran Akuntansi. Disertasi. Tidak Diterbitkan
INTERNET
Addison, P.A. dan Hutcheson, V.K. 2001. The Importance of Prior
Knowledge to New Learning.
http://cea.curtin.edu.au/tlf/tlf2001/addison.html (9 Oktober 2011) Ahera, A, 2012. Psikologi Kepribadian.
http://www.anneahira.com/psikologi-kepribadian-18753.htm (10 Mei 2012)
Davis & Forsythe. (1984). Perilaku Dalam Organisasi Edisi Ketujuh. http://www.e-psikologi.pdf.com (9 Oktober 2011).
(50)
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Drost, J.S.J. 2002. IQ dan EI dalam Proses Pembelajaran. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0206/25/opini/iqda04.htm (9 Oktober 2011)
Halpin dan Croft (1978). Elementary Social Studies Challeges for Tomorrow’s
World. http://socialstudies.com (8 Oktober 2011)
Farisi, Mohammad Imam. 2002. Penggunaan Konsep Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan IPS. http://202.159.18.43/jp/22farisi.htm (12 Oktober 2011)
Stockard (1992). Teaching Social Studies in High School.
http://www.socialstudies.com. (8 Oktober 2011)
Winarto, J. Wikipedia, VALMBAND, Latar Belakang Jean Piaget, arthachristianti.wordpress.com, Pembelajaran Guru, Berbagai Bahan Terkait Model-Model Pembelajaran. (10 Mei 2012)
(1)
124
1. Dosen Pendidikan IPS FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin dapat meningkatkan kualitas hasil belajar dan pembentukan keterampilan sosial mahasiswa dengan menerapkan model pembelajaran yang baru dengan berorientasi pada terbentuknya keterampilan sosial mahasiswa.
2. Dinas pendidikan melakukan berbagai kerjasama dengan pihak lain untuk meningkatkan kualitas lulusan Perguruan Tinggi khususnya lulusan FKIP Universitas Lambung Mangkurat. Usaha itu antara lain kerjasama untuk meningkatkan pendidikan dengan Perguruan Tinggi atau universitas lain, melakukan pendidikan dan pelatihan terhadap calon-calon guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Melakukan evaluasi untuk memperbaiki kualitas pendidikan.
3. Penelitian ini hanya mengetahui sampai seberapa besar pengaruh kompetensi akademik dan kompetensi personal terhadap keterampilan sosial mahasiswa jurusan IPS FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, karena keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan maka kami mengharapkan kepada peneliti lain untuk dapat melanjutkan hasil penelitian kami supaya menjadi lebih sempurna.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Al Muchtar, S. (2007). Pengembangan Berfikir dan Nilai dalam Pendidikan
IPS. Bandung. Gelar Pustaka Mandiri.
Anwar . Q (2004) Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung. Alfabeta. Arikunto, Suharsimi. (1993). Manajemen Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta. Bayer, Barry, K. (1979). Teaching Thinking in Social Studies : Using Inquiri
in the Classromm. USA. Chales
Bloom (1997) Taxonomy of Educational Objecctives (two vols: The Affective
Domain The Cognitive Domain). New York. David Mckay.
Cartledge, G. & Milburn, J. F. (1995). Teaching Social Skill to Children and
Youth. Innovative Approaches (3 ed). Massachussetts. Allyn and
Bacom.
Chapin.J.R & Nessick, R.G. (1992). Helping Students Think and Value:
Strategies for Teaching the Sosial Studies. New Jersey: Prentice-Hall
Inc.
Charles, E.J. (1974). Educational Psychology: Principles and Applications. London: Brown Higher Educations
David T. Naylor dan Richard A Diem (1987). Teaching and Learning in a
Classroom Context. Chicago. Rand Mac Nally
Depdiknas (2003) Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Pengetahuan Sosial SMP dan MTS: Jakarta
Depdiknas (2005) Undang-Undang Republik Indonesia No.19 tahun 2005. Djahri & Ma’mun. (1978). Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan.
Bandung: Mandar Maju
Djahiri, A. Kosasih. (2002). PKn Sebagai Strategi Pembelajaran Demokrasi
Di Sekolah. Makalah Jurnal Civicus. Bandung: Jurusan PMPKN. FPIPS
UPI.
Dirjen PMPTK Depdiknas. (2008) Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun
2008 Buku I Pedoman Penetapan Peserta. Jakarta. Direktorat Jenderal
Pendidikan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.
(3)
126
Hamalik, O. ((2006) Proses Belajar Mengajar. Bandung. Bumi Aksara. Hamzah, U. (2007) Model Pembelajaran menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang kreatif dan Efektif. Bumi Aksara. Jakarta.
Hasan, S. H. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Hersen & Bellack (1995). The Logic of Education. London: Routledge and Kagan Paul plc.
Jarolemek, J. (1993). Social Studies in Elementary Education. New York. Mc. Millan Publishing
Kay Berke. (2009) “Metacognitive Development”. Dalam Sara Meadows (Ed). Developing Thinking: Approaches to Children’s Cognitive
Development. London: Methuen & Co. ltd.
Kelly, Howard & Sam Ball (1995) Curriculum & Standards Framework.
Studies of Society and Environment. Carlton Victoria. Board of Studies.
Maryani, E (2011) Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk
Peningkatan Keterampilan Sosial. Bandung: Alfabeta.
Mulyana, R (2004) Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta Mulyono. (1980). Pengertian dan Karakteristik IPS. Jakarta. P3G Depdikbud. Natawidjaya, R (2002) Struktur Profesi Kependidikan. Bandung: UPI
NCSS. (1994). Curriculum Standards For Social Studies. Washington DC. SCSS
Ramayulis (2002) Ilmu Sosial dalam Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Rubin, K.H, Bukowski, W. & Parker, J.G., (1998) . Peer Interaction,
Relationship & Group. Dalam Damon, W. & Eisenberg, N. Handbook of Child Psychology Volume 3 : Social, Emotional and Personality Development. New York : John Wiley & Sons. Inc
Rusyan, (1990). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Saud, Udin Saefudin. (2007). Inovasi Pendidikan. Bandung. Alfabeta.
Saripudin. (1989). Pengantar Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
(4)
Schneider, Donald. Dkk (1994). Curriculum Standards for Social Studies. United States of America. NCSS.
Somantri, Numan. (2001) Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Spencer & Spencer (1993). Competence Work Models For Superior
Performance. Canada. John Wiley & Sons. Inc.
Sugiyono. (2006) Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Angkasa.
Sumaatmadja, N. (1998) Metodologi Pengajaran IPS. Bandung. Alumni. Surya. (1998). Keadaan, Permasalahan dan Tantangan Masa Depan
Pendidikan di Indonesia. Jakarta. Balitbang Depdikbud.
Suyanto & Hisyam, D. (2000) Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia
Memasuki Millenium III. Yogyakarta. Adi Cita.
Suparman, A. & Purwanto (1997) Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya.
Supriatna, N. (2001) “Pengajaran Sejarah Yang Konstruktivistik : Sebuah
Gagasan dan Pengalaman” dalam Historia Jurnal Pendidikan Sejarah.
No.3 Vol II. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FIPS UPI
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Undang-Undang Guru dan
Dosen. Bandung. Sinar Grafika
Undang-Undang No. 19 tahun 2005 (Penjelasan) tentang Standar Kompetensi. Bandung. Sinar Grafika.
_____, tentang Standar Nasional Pendidikan. Bandung. Sinar Grafika
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Sisdiknas). Bandung. Sinar Grafika.
______, tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37. Bandung. Sinar Grafika.
Usman U. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar – Mengajar. Jakarta, Bina Aksara.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Wahab.A.A (2007) Metode dan Model – Model Pengajar, Ilmu Pengetahuan
(5)
128
Winataputra, U.S (2000) Strategi Belajar Mengajar, Jakarta. Proyek Strata III. Zainul, A. (2005) Alternatif Assesment. Pusat Antar Universitas Untuk
Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Intruksional Dirjen Pendidikan tinggi Depdiknas.
TESIS
Afrahiyah, G. (2007). Upaya Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa
Melalui Pembelajaran Cooperative Learning. Tesis FPIPS UPI
Bandung. Tidak Diterbitkan.
Herimaturida. (2009) Pengaruh Penggunaan Metode Investigasi Kelompok
Terhadap Keterampilan Sosial Siawa (Studi Eksperemen pada
pembelajaran PKN Kelas XI di SMAN 1 Kecamatan Sepauk Kabupaten Sintang Kalimantan Barat). Tesis. Tidak Diterbitkan.
Khairunisa. (2008) Optimalisasi Keterampilan Sosial Dalam Pembelajaran
Kewirausahaan Melalui Cooperative Learning (Penelitian Tindakan
Kelas II Survey Pemetaan SMK Negeri 2 Pekanbaru. Tesis. Tidak Diterbitkan.
Muniningrum, R. (2010) Pengaruh Kemandirian Belajar dalam Pendidikan
Jarak Jauh Terhadap Keterampilan Sosial Mahasiswa S1 PGSD.
Disertasi. Tidak Diterbitkan.
Rahmah, H. (2009) Kontribusi Kompetensi Guru, Proses dan Hasil Belajar
terhadap Keterampilan Berfikir Kritis dan Keterampilan Sosial (Studi
Pada Peserta Didik Kelas XIII IPS Madrasah aliyah Negeri Model di Jawa Barat dalam pembelajaran Akuntansi. Disertasi. Tidak Diterbitkan
INTERNET
Addison, P.A. dan Hutcheson, V.K. 2001. The Importance of Prior
Knowledge to New Learning.
http://cea.curtin.edu.au/tlf/tlf2001/addison.html (9 Oktober 2011) Ahera, A, 2012. Psikologi Kepribadian.
http://www.anneahira.com/psikologi-kepribadian-18753.htm (10 Mei 2012)
Davis & Forsythe. (1984). Perilaku Dalam Organisasi Edisi Ketujuh. http://www.e-psikologi.pdf.com (9 Oktober 2011).
(6)
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Drost, J.S.J. 2002. IQ dan EI dalam Proses Pembelajaran. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0206/25/opini/iqda04.htm (9 Oktober 2011)
Halpin dan Croft (1978). Elementary Social Studies Challeges for Tomorrow’s
World. http://socialstudies.com (8 Oktober 2011)
Farisi, Mohammad Imam. 2002. Penggunaan Konsep Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan IPS. http://202.159.18.43/jp/22farisi.htm (12 Oktober 2011)
Stockard (1992). Teaching Social Studies in High School.
http://www.socialstudies.com. (8 Oktober 2011)
Winarto, J. Wikipedia, VALMBAND, Latar Belakang Jean Piaget, arthachristianti.wordpress.com, Pembelajaran Guru, Berbagai Bahan Terkait Model-Model Pembelajaran. (10 Mei 2012)