PELEPASAN IBUPROFEN DARI GEL KARBOMER 940 KOKRISTAL IBUPROFEN-NIKOTINAMIDA.

PELEPASAN IBUPROFEN DARI GEL
KARBOMER 940 KOKRISTAL
IBUPROFEN-NIKOTINAMIDA

SKRIPSI SARJANA FARMASI

Oleh

NOVICA SARI
No. BP 1011011014

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian pembuatan gel kokristal ibuprofennikotinamida dan evaluasi laju pelepasannya. Kokristal diperoleh dari metode
pelarutan dimana ibuprofen dan nikotinamida dicampur dengan komposisi
equimol (1:1). Gel yang dibuat terdiri dari dua formula dengan jumlah ibuprofen

yang sama yaitu setara dengan 5% ibuprofen. Formula 1 berupa kokristal
ibuprofen-nikotinamida dan formula 2 berupa ibuprofen murni. Basis yang
digunakan adalah karbomer 940 dan untuk uji pelepasan digunakan sel difusi
Franz tipe horizontal. Uji pelepasan ini diukur menggunakan HPLC (High
Performance Liquid Cromatography) dengan fase gerak metanol : aquabidest
(80:20) pH 3,5 dengan asam orthophosphat. Hasil penelitian menunjukkan kedua
formula tidak stabil dari segi homogenitas selama beberapa hari penyimpanan,
serta mengalami pemisahan jika disimpan pada suhu rendah dan suhu tinggi. Hasil
profil pelepasan pada menit ke-120 berturut-turut adalah 4,4793 % dan 4,4293 %,
serta efisiensi pelepasannya yaitu 3,8891 dan 3,8612. Hasil analisis data statistik
dengan SPSS 17,0 menggunakan uji One-Way ANOVA menunjukkan bahwa
efisiensi pelepasan kedua formula tidak berbeda nyata, terlihat dari perbedaan
yang tidak signifikan pada taraf kepercayaan >0,05. Hal ini menyatakan bahwa
pembuatan kokristal ibuprofen-nikotinamida tidak mempengaruhi pelepasan
ibuprofen pada sediaan gel.

iii

ABSTRACT


Preparation of cocrystal ibuprofen-nicotinamide gel and the evaluation of
its release had been done. Co-crystal was obtained from a solvent evaporation
method which ibuprofen and nicotinamide were mixed with equimol composition
(1:1). Gel consisted of two formulas with the same content of ibuprofen that is 5
%. The first formula was co-crystal ibuprofen-nicotinamide and the second
formula was pure ibuprofen. The gel basis used was carbormer 940 and for the
drug release used horizontal type of Franz diffusion cell. The drug release was
measured using HPLC (High Performance Liquid Cromatography) with mobile
phase of methanol: aquabidest (80: 20) pH 3.5 with orthophosphate acid. The
results showed that both formulas were not stable in homogeneity aspect for few
saving days, and experienced separation if they were saved either in low or high
temperatures. The results for release profiles after 120 minutes were 4.4793 % and
4.4293 % and the release efficiencies were 3.8891 and 3.8612. The statistical
analysis with SPSS 17.0 using One-Way ANOVA test showed that release
efficiencies of both formulas were not different significantly which was >0.05.
This explained that the preparation process of co-crystal ibuprofen-nicotinamide
gel did not influenced ibuprofen release in gel dosage form.

iv


I. PENDAHULUAN

Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan pertama
kali di banyak negara. Obat ini bersifat analgetik dengan daya anti-inflamasi yang
tidak terlalu kuat (Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2009). Ibuprofen
digunakan dalam manajemen nyeri ringan hingga sedang dan peradangan pada
kondisi seperti dismenorea, sakit kepala termasuk migrain, nyeri pasca operasi,
sakit gigi, dan gangguan muskuloskeletal sendi seperti ankylosing spondylitis,
osteoarthritis dan rheumatoid arthritis termasuk gangguan jaringan lunak
(Sweetman, 2009).
Kelarutan ibuprofen adalah praktis tidak larut dalam air; mudah larut
dalam aseton, diklormetan, kloroform dan metanol; sukar larut dalam etil asetat.
Ibuprofen memiliki titik lebur 75-78ÂșC (Depkes RI, 1995). Kelarutan merupakan
salah satu sifat fisikokimia senyawa obat yang penting dalam meramalkan derajat
absorpsi obat dalam saluran cerna. Obat-obat dengan kelarutan kecil dalam air
seringkali menunjukan ketersediaan hayati rendah dan kecepatan disolusi
merupakan tahap penentu (rate limiting step) pada proses absorpsi obat (Zaini, et
al., 2011).
Berbagai metode untuk meningkatkan kelarutan dan laju disolusi obat
telah banyak dilaporkan seperti pembuatan dispersi padat, pembentukan prodrug,

kompleks inklusi obat dengan pembawa, dan modifikasi senyawa menjadi bentuk
garam dan solvat. Salah satu metode yang telah dikembangkan dalam bidang ilmu
bahan dan rekayasa kristal untuk meningkatkan laju pelarutan dan ketersediaan
1

hayati obat-obat yang sukar larut adalah teknik kokristalisasi untuk menghasilkan
kokristal (senyawa molekular) dengan sifat-sifat fisika dan fisikokimia yang lebih
unggul obat (Zaini, et al., 2011).
Untuk pembentuk kokristal (cocrystal former) digunakan nikotinamida
(vitamin B3) yang bersifat inert dan memiliki toksisitas yang rendah.
Nikotinamida memiliki dua bonding sites yang dapat membentuk ikatan non
kovalen dengan senyawa lain, yaitu gugus piridin dan gugus amina. Dua gugus ini
dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa yang memiliki gugus asam
karboksilat seperti ibuprofen, asam mandelat, dan teofilin (Wouters, et al., 2011).
Pembuatan kokristal ibuprofen-nikotinamida ini telah dilakukan oleh
beberapa peneliti dan menunjukan laju disolusi yang lebih baik dibandingkan
ibuprofen murni (Fernandes, 2012; Firnandes, 2012). Pengolahan produk antara
(kokristal ibuprofen-nikotinamida) menjadi produk jadi berupa tablet kokristal
ibuprofen-nikotinamida juga telah dilakukan. Hasil penelitiannya menunjukan
bahwa semua tablet memenuhi persyaratan tablet yang baik menurut Farmakope

Indonesia yaitu dari segi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, keseragaman
kandungan, dan waktu hancur (Pratiwi, 2013).
Namun, pada pemakaian oral ibuprofen sering menimbulkan efek samping
yang tidak diinginkan seperti tukak lambung yang kadang-kadang disertai anemia
sekunder akibat pendarahan saluran cerna (Arianto, 2005). Oleh karena itu, untuk
meminimalkan efek samping serta memperoleh konsentrasi obat yang terlokalisir

2

pada tempat kerjanya, maka produk antara (kokristal ibuprofen-nikotinamida) ini
dikembangkan menjadi sediaan transdemal dalam bentuk gel.
Sediaan

transdermal

merupakan

sistem

penghantaran


obat

yang

menggunakan kulit sebagai tempat pemasukan obat berdasarkan mekanisme difusi
pasif zat aktif dan memasuki sirkulasi darah memberikan efek sistemik (Agustin,
et al., 2007). Rute pemberian obat secara transdermal merupakan suatu alternatif
untuk menghindari variabilitas ketersediaan hayati obat pada penggunaan peroral,
menghindari kontak langsung obat dengan mukosa lambung sehingga mengurangi
efek samping tertentu, juga untuk memperoleh konsentrasi obat terlokalisir pada
tempat kerjanya (Lucida, Salman, & Hervian, 2008).
Berdasarkan latar belakang diatas, diharapkan kokristal ibuprofennikotinamida bisa diformulasi menjadi sediaan jadi yaitu dalam bentuk gel.
Pemilihan dalam bentuk gel karena gel memiliki beberapa keunggulan yaitu
pembuatan yang sederhana, mudah dalam penggunaan, bentuknya lebih menarik,
jernih, menimbulkan rasa dingin ketika dioleskan pada permukaan kulit, lapisan
tipis yang terbentuk setelah kering tidak sulit untuk dicuci, dan pelepasan obat
lebih baik. Pelepasan obat lebih baik karena gel memiliki kandungan air yang
tinggi yang dapat meningkatkan hidrasi membran dan banyak mengandung
peningkat penetrasi dalam formulasinya (Carter, 1975; Depkes RI, 1985;

Yanhendri, 2012). Diharapkan gel kokristal ibuprofen-nikotinamida memiliki
pelepasan yang lebih bagus dari pada sediaan gel ibuprofen murni.

3