Pelepasan Ibuprofen dari Mikrokapsul Tersalut Paduan Lilin Lebah dan Poli(asam laktat) Secara In Vitro

PELEPASAN IBUPROFEN DARI MIKROKAPSUL
TERSALUT PADUAN LILIN LEBAH DAN
POLI(ASAM LAKTAT) SECARA IN VITRO

PUTRIANNA M SINUHAJI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

ABSTRAK
PUTRIANNA M SINUHAJI. Pelepasan Ibuprofen dari Mikrokapsul Tersalut
Paduan Lilin Lebah dan Poli(asam laktat) Secara In Vitro. Dibimbing oleh
TETTY KEMALA dan AHMAD SJAHRIZA.
Ibuprofen sebagai obat antiradang memiliki laju eliminasi singkat
sehingga dapat menyebabkan iritasi lambung. Teknik mikroenkapsulasi dapat
digunakan untuk mengatasi masalah tersebut serta memberikan khasiat terapi
yang lebih baik melalui mekanisme pelepasan obat terkendali. Dalam penelitian
ini, mikroenkapsulasi ibuprofen dilakukan melalui proses pencampuran dan

metode emulsi-penguapan pelarut. Senyawa ibuprofen disalut menggunakan
paduan lilin lebah dan poli(asam laktat) (PLA) berdasarkan ragam komposisi
paduan lilin lebah:PLA (9:1, 8:2, 7:3 dan 6:4) dan konsentrasi gelatin (1%, 1.5%,
dan 2%) sebagai pengemulsi. Efisiensi enkapsulasi dilakukan pada media simulasi
usus pH 7.2. Efisiensi enkapsulasi tertinggi dihasilkan oleh paduan lilin
lebah:PLA 6:4 dengan konsentrasi gelatin 2% yaitu sebesar 84.21%. Uji
pelepasan ibuprofen menggunakan nisbah paduan lilin lebah:PLA 8:2 dan 6:4
menghasilkan rerata persentase pelepasan tertinggi pada menit ke-225 yaitu
sebesar 15.31% dan 19.25%. Pola pelepasan ibuprofen mengikuti model kinetika
orde ke-0 yang menjelaskan bahwa konsentrasi ibuprofen yang dilepaskan relatif
konstan pada setiap waktu pelepasan. Pengamatan morfologi permukaan
mikrokapsul menggunakan mikroskop elektron payaran (SEM) memperlihatkan
tonjolan halus berbentuk tidak beraturan yang tersebar pada permukaannya.

ABSTRACT
PUTRIANNA M SINUHAJI. In Vitro Releases of Ibuprofen From Microcapsules
Coated by Blend Beeswax and Poly(lactic acid). Supervised by TETTY
KEMALA and AHMAD SJAHRIZA.
Ibuprofen as an anti-inflammatory drug has a short elimination rate which
can causes gastric irritation. Microencapsulation technique can be used to

overcome these problems and provide a better therapeutic efficacy through
controlled drug release mechanism. In this research, microencapsulation of
ibuprofen carried out by blending process and emulsion-solvent evaporation
method. Ibuprofen was coated by blend beeswax and poly(lactic acid) (PLA) with
various compositions (9:1, 8:2, 7:3, and 6:4) and concentration of gelatin (1%,
1.5%, and 2%) as an emulsifier. Efficiency of encapsulation performed in
simulated intestinal medium pH 7.2. The highest value of ibuprofen encapsulation
efficiencies was equal to 84.21% had been produced by microcapsules with ratio
bees wax:PLA 6:4 and concentration of gelatin 2%. Release test of ibuprofen was
performed by beeswax:PLA blend with ratio 8:2 and 6:4 produces the highest
average percentage release about 15.31% and 19.25% at minute 225 in the same
medium. The release pattern of ibuprofen had followed zero order kinetics model
explaining that concentration of ibuprofen released relative constant for each
release time. Observation of surface morphology of microcapsules using a
scanning electron microscop (SEM) showed subtle bulges irregularly shaped
scattered on its surface.

PELEPASAN IBUPROFEN DARI MIKROKAPSUL
TERSALUT PADUAN LILIN LEBAH DAN
POLI(ASAM LAKTAT) SECARA IN VITRO


PUTRIANNA M SINUHAJI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Judul
Nama
NIM

: Pelepasan Ibuprofen dari Mikrokapsul Tersalut Paduan Lilin Lebah
dan Poli(asam laktat) Secara In Vitro

: Putrianna M Sinuhaji
: G44096026

Disetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr Tetty Kemala, SSi, MSi
NIP 19710407 199903 2

Drs Ahmad Sjahriza
NIP 19620406 198903 1 002

Diketahui,
Ketua Departemen

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS
NIP 19501227 197603 2 002


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan. Karya ilmiah ini berjudul Pelepasan Ibuprofen dari Mikrokapsul
Tersalut Paduan Lilin Lebah dan Poli(asam laktat) Secara In Vitro dan disusun
berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Desember
2011 di Laboratorium Kimia Anorganik, Laboratorium Kimia Organik,
Laboratorium Bersama Departemen Kimia FMIPA IPB, Laboratorium Pengujian
dan Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, dan Puspiptek Serpong
Tangerang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr Tetty Kemala SSi, MSi
dan Bapak Drs Ahmad Sjahriza selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, saran, motivasi, dan doa selama penelitian. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada staf-staf laboran Laboratorium Anorganik, yaitu Bapak
Syawal, Bapak Mulyadi, Bapak Caca dan Mba Nurul serta staf laboran lainnya
yaitu Bapak Sabur, Bapak Sulis dan Mas Eko atas bantuan dan fasilitas yang
diberikan.

Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada papa, mama,
keluarga, dan Wahyu Frans E Tampubolon atas kasih sayang, perhatian, bantuan,
semangat, dan doanya dari awal perkuliahan hingga masa penyusunan karya
ilmiah ini. Tidak lupa ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada sahabat,
teman-teman Ekstensi Kimia angkatan 3 dan juga teman-teman kosan M15 atas
semangat dan doa yang telah diberikan kepada penulis. Serta terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu tanpa maksud mengurangi rasa terima
kasih. Semoga Tuhan memberikan balasan atas segala amal yang diperbuat dan
senantiasa menyertai hamba-Nya dengan kasih dan sayang-Nya.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat.
Bogor, Februari 2012

Putrianna M Sinuhaji

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 30 Juni 1988 sebagai anak
tunggal dari Bapak B Sinuhaji dan Ibu Diana Roselina Gurning. Penulis lulus dari
SMA Negeri 1 Medan pada tahun 2006 dan pada tahun yang sama diterima di
Akademi Analisis Kimia Medan melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa

Program Diploma (SPMPD). Penulis lulus dari Program Diploma pada tahun
2009 dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3.44 dan melanjutkan pendidikan
S1 melalui Program Alih Jenis Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun yang sama.
Selama perkuliahan, penulis aktif sebagai staf pengajar di Focus dan di di
beberapa tempat bimbingan lainnya. Pada bulan Mei-Juli 2009, penulis mengikuti
kegiatan Praktik Kerja Lapangan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology
Tbk (PT SMART Tbk) dengan judul Pengaruh Pemanasan Refined Bleached
Deodorized Olein (RBDO) terhadap Peroxide Value (PV).

vi

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan ................................................................................................... 1

Lingkup Kerja..................................................................................................... 2
Metode Penelitian ............................................................................................... 1
Sintesis Poli(asam laktat) (PLA)
(Gonzales et al. 1999) .................................................................................... 2
Pengukuran Bobot Molekul PLA (Kaitian et al. 1996) ................................. 2
Pembuatan Mikrokapsul Ibuprofen Menggunakan Paduan
Lilin Lebah-PLA (Modifikasi Rohman dan Fachrurrazi 2011) .................. 2
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
dan Pembuatan Kurva Standar....................................................................... 3
Uji Efisiensi Enkapsulasi ............................................................................... 3
Uji Disolusi Secara In Vitro (Depkes 1995) .................................................. 3
Morfologi Mikrokapsul ................................................................................. 3
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 3
Poli(asam laktat) (PLA)...................................................................................... 3
Bobot Molekul PLA ........................................................................................... 4
Mikroenkapsulasi Ibuprofen Menggunakan Paduan Lilin Lebah-PLA ............. 4
Panjang Gelombang Maksimum dan Kurva Standar ........................................ 5
Efisiensi Enkapsulasi Ibuprofen ......................................................................... 5
Morfologi Mikrokapsul Hasil Efisiensi Enkapsulasi ......................................... 6
Pola Pelepasan Ibuprofen dari Mikrokapsul ...................................................... 7

Kinetika Pelepasan Ibuprofen ............................................................................ 8
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 8
Simpulan ............................................................................................................. 8
Saran ................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 9
LAMPIRAN .......................................................................................................... 12

vii

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Komposisi mikrokapsul ibuprofen tersalut paduan lilin lebah-PLA................ 2

2

Parameter pelepasan ibuprofen dari mikrokapsul ........................................... 8

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1

Reaksi pembentukan PLA (Kaitian et al. 1996) .............................................. 3

2

PLA hasil sintesis ............................................................................................. 3

3

Tahap pembentukan mirokapsul (i) emulsifikasi fase organik ke dalam fase
cair dan (ii) penguapan pelarut (Dubey et al. 2009) ........................................ 4

4

Mikrokapsul ibuprofen tersalut paduan lilin lebah-PLA ..................................5

5


Efisiensi enkapsulasi mikrokapsul ibuprofen dengan konsentrasi gelatin
1%, 1.5%, dan 2%. ............................................................................................5

6

Foto mikroskop mikrokapsul formula DG3 tanpa penambahan
ibuprofen (a) dan dengan penambahan ibuprofen pada perbesaran 40x
(b) ......................................................................................................................6

7

Foto SEM mikrokapsul tanpa penambahan ibuprofen perbesaran 500x
(a) mikrokapsul DG3 perbesaran 1500x (a), 5000x (c) dan 10000x (d). ..........6

8

Pelepasan ibuprofen dari mikrokapsul formula BG3 (i) dan DG3 (ii) terhadap
waktu (menit) ................................................................................................... 7

viii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Diagram alir penelitian ................................................................................... 13

2

Data penentuan bobot molekul PLA .............................................................. 14

3

Absorbans larutan ibuprofena pada berbagai panjang gelombang ( ) .............15

4

Konsentrasi dan absorbans larutan ibuprofen pada pembuatan kurva
standar ibuprofen ( maks = 222 nm) .................................................................16

5

Efisiensi enkapsulasi ibuprofen dalam mikrokapsul tersalut
paduan lilin lebah-PLA .................................................................................. 17

6

Pelepasan ibuprofen dari mikrokapsul pada waktu t...................................... 18

7

Persentase rerata pelepasan ibuprofen dalam media basa dari
mikrokapsul tersalut paduan Lilin Lebah-PLA .............................................. 20

8

Kinetika Pelepasan ibuprofen menggunakan model kinetika orde
reaksi ke-0, ke-1, dan Hickson-Crowell......................................................... 21

PENDAHULUAN
Ibuprofen merupakan obat golongan non
steroid yang memberikan efek analgesik,
antipiretik, dan antiinflamasi. Senyawa ini
terutama digunakan untuk mengobati artritis
rematik dengan cara menghambat sintesis
enzim prostaglandin sintetase (Gilman et al.
1996). Waktu paruh eliminasi yang singkat
menyebabkan senyawa ini lebih sering
dikonsumsi (Reynolds 1989). Hal ini akan
mengakibatkan
senyawa
ibuprofen
terakumulasi di lambung dalam konsentrasi
yang tinggi sehingga terjadi iritasi dan
pendarahan (Hadisoewignyo dan Fudholi
2007). Teknik mikroenkapsulasi dapat
digunakan untuk mengatasi masalah tersebut
serta memberikan khasiat terapi yang lebih
baik. Mikroenkapsulasi merupakan proses
penyalutan suatu bahan inti berupa padatan,
cairan maupun gas menggunakan bahan
penyalut seperti polimer dengan tujuan
melindungi senyawa inti dari lingkungan
(Shekhar et al. 2010).
Polimer poliester alifatik seperti poli(asam
laktat) (PLA) telah banyak diaplikasikan
sebagai bahan penyalut obat-obatan. Polimer
ini bersifat biokompatibel yaitu dapat
terdegradasi di dalam
tubuh
tanpa
menimbulkan alergi dan mutasi (Cattelan et
al. 2006). PLA juga bersifat
mudah
terdegradasi oleh panas, cahaya, bakteri,
maupun oleh proses hidrolisis. Kelemahan
polimer ini dapat diperbaiki melalui
kopolimerisasi dengan monomer lain,
pencampuran (blending) dengan polimer lain,
dan
plastisisasi
dengan
pemlastis
biokompatibel (Hu et al. 2003).
Gao et al. (2009) telah berhasil
memperbaiki sifat mekanik PLA melalui
pencangkokan dengan poligliserol bercabang
(HPG) yang digunakan sebagai bahan
penyalut protein. Selain itu, Stevanovic dan
Uskokovic (2009) telah berhasil melakukan
pencampuran PLA dengan poliglikolida
(PGA) menghasilkan poli(laktat-ko-glikolida)
(PLGA) yang dapat digunakan sebagai bahan
penyalut vitamin.
Selain polimer, lilin lebah juga dapat
digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki
kerapuhan PLA.
Ranjha et al. (2010)
mengatakan bahwa lilin lebah dapat
digunakan
sebagai
bahan
pembuatan
mikrokapsul karena memiliki beberapa
kelebihan, yaitu stabil pada beberapa nilai pH
dan tingkat kelembaban, biokompatibel, tidak
imunogenik, efek minimal pada saluran
pencernaan, dan tidak dose dumping.

Pencampuran lilin lebah dan PLA diharapkan
dapat
menghasilkan polimer kompartibel
yang memiliki waktu degradasi dan
permeabilitas yang lebih baik.
Metode emulsi-penguapan pelarut telah
banyak digunakan untuk mengungkung obat
hidrofobik melalui proses emulsifikasi
minyak dalam air (o/w) (Park et al. 2005).
Pembuatan mikrokapsul dengan metode ini
menghasilkan mikrokapsul dengan ukuran
yang seragam (Jain 2000). Emulsi yang
terbentuk antara larutan paduan dan obat
dengan air tidak stabil, maka diperlukan
pengemulsi untuk menstabilkannya. Gelatin
merupakan salah satu pengemulsi
yang
banyak digunakan
dalam pembuatan
mikrokapsul (Ranjha et al. 2010). Konsentrasi
pengemulsi serta komposisi paduan lilin
lebah-PLA akan mempengaruhi ukuran
mikrokapsul yang dihasilkan dan banyaknya
obat yang terenkapsulasi.
Penelitian ini bertujuan menghasilkan
mikrokapsul ibuprofen tersalut paduan lilin
lebah-PLA, menganalisis pengaruh dari
variasi komposisi paduan dan konsentrasi
pengemulsi terhadap efisiensi enkapsulasi
ibuprofen,
mempelajari
morfologi
mikrokapsul serta menjelaskan pola dan
mekanisme pelepasan ibuprofen berdasarkan
model kinetika orde reaksi ke-0, orde reaksi
ke-1, dan Hickson-Crowell.

BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah reaktor
sintesis PLA, neraca analitis Precisa XT
220A, oven Sanyo Drying MOV-212,
mikroskop Carton,
hotplate Nuova
Thermolyne,
stirrer PMC 502 Series,
Spektrofotometer UV-Vis tipe Shimadzu UV1601, Seperangkat alat uji disolusi tipe 2
(dayung)
RC-6
Dissolution
Tester
(Universitas Pancasila Depok), mikroskop
elektron payaran (SEM) Jeol-6 seri JSM-6510
LA
(Puspiptek
Tangerang
Serpong),
thermometer, viskometer ostwald, mortar,
pengaduk magnet, dan alat-alat kaca.
Bahan-bahan yang digunakan adalah
Ibuprofen, asam laktat pa (Merck), gelatin
(bloom
number
200),
diklorometana
(Merck), etil asetat, Na2HPO4.7H2O (Fisher
Scientific Company), NaH2PO4.H2O (Fisher
Scientific Company), lilin lebah dari daerah
Cimanggis Depok dan akuades.

2

Lingkup Kerja
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa
tahapan (Lampiran 1), diantaranya sintesis
PLA, penentuan bobot molekul PLA,
pembuatan mikrokapsul ibuprofen tersalut
paduan lilin lebah dan PLA, penentuan
panjang gelombang maksimum dan kurva
standar, uji efisiensi enkapsulasi, uji disolusi
mikrokapsul, dan karakterisasi mikrokapsul
menggunakan mikroskop dan SEM.

Metode Penelitian
Sintesis Poli(asam laktat) (PLA) (Gonzales
et al. 1999)
Pembuatan PLA dilakukan dengan metode
polikondensasi langsung tanpa penambahan
katalis. Gelas piala 100 mL dibersihkan,
dikeringkan, dan ditimbang bobotnya.
Sebanyak 25 mL asam laktat dimasukkan ke
dalam gelas piala tersebut,
ditimbang,
kemudian dipanaskan secara perlahan-lahan
hingga mencapai suhu 120 °C selama 1 jam.
Suhu pemanasan selanjutnya dinaikkan
menjadi 140-150 °C dan dijaga konstan
selama 24 jam. PLA yang dihasilkan
didinginkan pada suhu ruang dan ditimbang
bobotnya.
Pengukuran Bobot Molekul PLA (Kaitian
et al. 1996)
Pengukuran viskositas digunakan untuk
menghitung bobot molekul rata-rata. PLA
dilarutkan dalam etil asetat hingga diperoleh
larutan PLA dengan konsentrasi 0.02%,
0.03%, 0.04%, dan 0.05% b/v, Pengukuran
viskositas dilakukan menggunakan viskometer
Ostwald pada suhu 25 °C (suhu konstan)
dengan cara menghitung waktu alir pelarut
dan waktu alir larutan PLA pada berbagai
konsentrasi. Setelah itu, viskositas relatif (η
relatif)
ditentukan
dengan
cara
membandingkan waktu alir pelarut dengan
waktu alir larutan polimer (t0/t). Viskositas
intrinsik [η] dicari dengan cara memplotkan η
spesifik/[PLA] sebagai sumbu y dan
konsentrasi sebagai sumbu x.
Bobot molekul (Mv) dan bobot molekul
rata-rata ditentukan berdasarkan persamaan
Mark-Houwink:
[η] = k(Mv)a
k dan a merupakan tetapan yang bergantung
pada pelarut, polimer, dan suhu. Pelarut dan
suhu yang digunakan pada penelitian ini
adalah etil asetat dan 25 °C. Nilai k dan a
secara berturut-turut adalah 1.58×10-4 dan
0.78.

Pembuatan
Mikrokapsul
Ibuprofen
Menggunakan Paduan Lilin Lebah-PLA
(modifikasi Rohman 2011 dan Fachrurrazi
2011)
Larutan paduan dibuat dengan melarutkan
lilin lebah dan PLA dalam diklorometana,
kemudian diaduk hingga homogen selama 30
menit. Setelah itu sebanyak 0.15 gram
ibuprofen yang telah dilarutkan dengan 5 mL
diklorometana dicampurkan ke dalam larutan
paduan dan diaduk kembali selama 30 menit.
Campuran tersebut kemudian didispersikan ke
dalam 225 ml akuades yang telah
mengandung
gelatin
sambil
diaduk
menggunakan motor pengaduk dengan
kecepatan putar 800 rpm selama 90 menit.
Mikrokapsul yang terbentuk kemudian
didekantasi hingga mengendap. Mikrokapsul
yang diperoleh kemudian disaring, dicuci
dengan akuades, dikeringudarakan selama 24
jam lalu dikeringkan di dalam oven pada suhu
40 °C selama 1 jam.
Tabel 1 Komposisi mikrokapsul ibuprofen
tersalut paduan lilin lebah-PLA
Formula
AG1
AG2
AG3
BG1
BG2
BG3
CG1
CG2
CG3
DG1
DG2
DG3

Nisbah paduan (Lilin
Lebah:PLA)
9:1
9:1
9:1
8:2
8:2
8:2
7:3
7:3
7:3
6:4
6:4
6:4

Konsentrasi
gelatin (%)
1.0
1.5
2.0
1.0
1.5
2.0
1.0
1.5
2.0
1.0
1.5
2.0

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
dan Pembuatan Kurva Standar
Larutan ibuprofen dalam bufer fosfat pH
7.2 dengan konsentrasi 10 ppm diukur
absorbansnya pada panjang gelombang ( )
210-240 nm menggunakan spekrofotometer
ultraviolet. Panjang gelombang maksimum
( maks) yang diperoleh digunakan untuk
analisis selanjutnya.
Kurva standar dibuat dengan mengukur
absorbans
larutan
ibuprofen
dengan
konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, dan
20 ppm pada panjang gelombang maksimum.
Hasil yang diperoleh merupakan hubungan
konsentrasi ibuprofen dengan absorbans.
Uji Efisiensi Enkapsulasi
Sebanyak 25 mg kapsul ditimbang dan
digerus hingga halus kemudian dilarutkan

3

ke dalam 50 mL bufer fosfat pH 7.2.
Campuran tersebut disaring dan filtratnya
diencerkan sebanyak 10 kali. Setelah itu,
filtrat
dibaca
absorbansnya
dengan
spektrofotometer UV/Vis pada panjang
gelombang maksimum 222 nm. Absorbans
yang diperoleh digunakan untuk menentukan
konsentrasi ibuprofen dengan bantuan kurva
standar.
Uji Disolusi Secara In Vitro (Depkes 1995)
Uji disolusi mikrokapsul dilakukan
menggunakan alat disolusi tipe 2 (tipe
dayung). Sebanyak 200 mg mikrokapsul
ditimbang dan dimasukkan ke dalam chamber
disolusi. Uji disolusi dilakukan dalam media
simulasi cairan usus (larutan bufer fosfat pH
7.2) selama 6 jam pada suhu (37  0.5) C
dengan kecepatan pengadukan 100 rpm.
Volume media disolusi yang digunakan
sebanyak 900 mL. Pengambilan alikuot
dilakukan setiap 15 menit dengan volume
setiap kali pengambilan 10 mL. Setiap kali
pengambilan alikuot, volume media yang
terambil digantikan dengan larutan media
yang baru dengan volume dan suhu yang
sama. Konsentrasi ibuprofen dalam larutan
alikuot diukur menggunakan spektrofotometer
UV pada maks. Data yang diperoleh dibuat
kurva hubungan antara persen pelepasan
ibuprofen dan waktu disolusi, serta dikaji
kinetika pelepasannya.

CH 3 O
HO HC

C

Pemanasan
OH

CH 3 O
O HC

C

+

H2O

n

Gambar 1 Reaksi pembentukan PLA
(Kaitian et al. 1996).
Reaksi pembentukan PLA merupakan
reaksi yang dapat balik (Gambar 1). Oleh
karena itu, molekul air yang dihasilkan harus
langsung dipindahkan atau dihilangkan
dengan menggunakan pompa vakum. Adanya
molekul
air
akan
menurunkan laju
polimerisasi sehingga PLA yang dihasilkan
memiliki bobot molekul yang lebih rendah.
(Kaitian et al. 1995).
PLA hasil sintesis berwarna kuning
kecoklatan (Gambar 2). PLA ini diduga
merupakan PLA dalam bentuk rasemiknya
(D,L-PLA). Menurut Dutkiewicz et al. (2003),
sintesis PLA pada suhu lebih dari 140°C akan
menghasilkan PLA dalam bentuk rasemiknya.
D,L-PLA lebih bersifat amorf dibandingkan
L-PLA, oleh sebab itu penggunaan D,L-PLA
lebih disukai dalam sistem penghantaran obat,
karena mudah terdegradasi dan lebih mampu
untuk mendispersikan obat secara homogen
dalam matriks polimer (Gunatilake dan
Adhikari 2003).

Morfologi Mikrokapsul
Pengamatan
morfologi
mikrokapsul
dilakukan terhadap mikrokapsul kosong dan
yang
terisi
ibuprofen
menggunakan
mikroskop dan SEM.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Poli(asam laktat) (PLA)
PLA disintesis menggunakan metode
polikondensasi secara langsung dengan suhu
tinggi. Metode ini merupakan metode yang
paling sederhana dibandingkan dengan
metode pembuatan PLA lainnya (Gonzales et
al. 1999). Pada tahap awal pembentukan PLA,
monomer asam laktat dipanaskan terlebih
dahulu di dalam reaktor sintesis PLA pada
suhu 120oC. Hal ini bertujuan melepaskan air
dan sekaligus terjadinya depolimerisasi
pembentukan dimer asam laktat. Kemudian
suhu dinaikkan menjadi 150oC selama 24 jam
untuk mempercepat reaksi polimerisasi
(Kemala 2010).

Gambar 2 PLA hasil sintesis
Bobot Molekul PLA
Tinggi rendahnya bobot molekul PLA
yang dihasilkan dipengaruhi oleh penggunaan
suhu pemanasan dan lamanya waktu
polimerisasi
yang optimal. Hal tersebut
disebabkan oleh sifat PLA yang mudah
terdegradasi oleh lingkungan maupun oleh
reaksi hidrolisis dan enzimatik karena adanya
ikatan ester dan gugus hidroksil pada rantai
ujungnya. Penggunaan suhu yang terlalu
tinggi dan waktu polimerisasi yang terlalu
lama akan menurunkan bobot molekul dari
PLA yang terbentuk. Panas yang dihasilkan
pada sistem reaktor sintesis karena suhu yang
terlalu tinggi akan menghidrolisis polimer
PLA yang terbentuk, sehingga polimer
tersebut
akan
kembali
ke
bentuk
monomernya. Hal ini dikarenakan oleh reaksi
polimerisasi yang bersifat dapat balik. Apabila
dalam keadaan tersebut proses polimerisasi

4

masih dilanjutkan, polimer tersebut akan
terdegradasi dan hangus (Kaitian et al. 1995).
Pelarut etil asetat digunakan pada
pengukuran bobot molekul PLA karena
bersifat nonpolar, tidak beracun, dan tidak
higroskopis. PLA hasil sintesis memiliki
bobot molekul sebesar 8239.50 g mol-1
(Lampiran 2) dengan rendemen sebesar
58.8404%. PLA dengan bobot molekul rendah
(kurang dari 10.000 g mol-1 dapat dibuat
menggunakan
metode
polikondensasi
langsung (Vroman dan Tighzert 2009).
Mikroenkapsulasi Ibuprofen
Menggunakan Paduan Lilin Lebah-PLA
Mikrokapsul paduan lilin lebah dan PLA
dibuat melalui proses pencampuran fisika
yaitu tidak membentuk ikatan kovalen antara
komponen-komponennya. Interaksi yang
terjadi adalah ikatan van der Waals, ikatan
hidrogen atau interaksi dipol-dipol (Rabek
1980). Metode yang digunakan untuk
membuat mikrokapsul pada penelitian ini
yaitu metode emulsifikasi obat dalam larutan
polimer organik dan media dispersi air (o/w)
(Birnbaum dan Brannon-Peppas 2004).
Metode emulsi-penguapan pelarut cocok
untuk membuat mikrokapsul obat dari
poliester biodegaradabel seperti PLA (Dubey
et al. 2009). Metode ini memiliki beberapa
keuntungan yaitu dilakukan pada suhu ruang
dan menghasilkan mikrokapsul yang memiliki
mekanisme
pelepasan
material
yang
dikungkung secara optimal karena material
yang dikungkung terdispersi secara homogen
pada matriks polimer sehingga dianggap ideal
untuk sistem pengantaran obat (Obeidat
2009). Proses pada metode ini dilakukan
dengan melarutkan polimer dalam pelarut
volatil yang tidak dapat campur dengan fase
cair (o/w emulsi) (Venkatesan et al. 2009).
Fase organik yang digunakan pada
penelitian ini adalah diklorometana. Selain
diklorometana,
dapat
juga
digunakan
kloroform, tetapi membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk menguap dibandingkan
dengan diklorometana. Kloroform menguap
pada suhu 61°C, sedangkan diklorometana
menguap pada suhu 39 °C. Mikrokapsul akan
lebih cepat terbentuk ketika menggunakan
diklorometana (Kemala et al. 2010). Yeo dan
Park
(2004)
mengatakan
bahwa
diklorometana lebih mudah larut dalam air
dibandingkan kloroform. Kelarutan yang
tinggi dalam air akan membuat transfer massa
antara fase dispersi dan fase pendispersi relatif
cepat sehingga pengendapan polimer lebih

cepat. Pengemulsi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah gelatin yang memiliki
kemampuan mengadsorpsi pada antarmuka
Gugus hidrofil dari gelatin akan berikatan
dengan molekul air sedangkan gugus
lipofilnya akan berikatan dengan diklometana
sehingga emulsi lebih stabil. Pendispersian ke
dalam air berfungsi untuk menguapkan
diklorometana dari emulsi dan mikrokapsul
yang terbentuk akan mengendap. Mikrokapsul
yang didapatkan selanjutnya didekantasi dan
dibilas beberapa kali dengan akuades panas
untuk menghilangkan sisa-sisa gelatin yang
menempel pada mikrokapsul.
Mikrokapsul ibuprofen yang dihasilkan
memiliki bentuk visual seperti serbuk, halus,
kering, dan berwarna putih (Gambar 3).

Gambar 3 Mikrokapsul ibuprofen tersalut
paduan lilin lebah-PLA.
Campuran dikatakan homogen jika tidak
terlihat lagi perbedaan antara
komponenkomponen penyusunnya, baik dalam bentuk,
ukuran, maupun warna karena semua
komponennya telah tercampur secara merata
(Rosida 2007). Kemala et al. (2012)
mengatakan bahwa pencampuran dua atau
lebih
cairan
menghasilkan
campuran
homogen, maka dapat dikatakan kompartibel,
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
campuran PLA dan lilin lebah adalah
kompartibel.
Panjang Gelombang Maksimum dan
Kurva Standar
Pelarut yang digunakan dalam pembuatan
larutan ibuprofen adalah bufer fosfat pH 7.2.
Nilai pH bufer tersebut dipilih untuk
menyesuaikan dengan pH usus dan biasa
digunakan sebagai media disolusi tablet
ibuprofen (Depkes 1995).
Penentuan maks dilakukan pada daerah
ultraviolet karena ibuprofen memiliki struktur
ikatan terkonjugasi. Pengukuran sampel pada
maks karena memiliki perubahan serapan
untuk setiap satuan konsentrasi paling besar.
Dengan demikian akan didapatkan kepekaan
dan sensitivitas pengukuran yang maksimum
(Sutrisna
2005).
Panjang
gelombang
maksimum ( maks) yang diperoleh yaitu 222

5

nm (Lampiran 3). Nilai maks larutan ibuprofen
yang diperoleh tersebut sesuai dengan
literatur, yaitu 222 nm (Depkes 1995).
Linearitas menunjukkan kemampuan suatu
metode analisis untuk memperoleh hasil
pengujian yang sesuai dengan konsentrasi
analit dalam contoh pada kisaran konsentrasi
tertentu (AOAC 2002). Linearitas suatu
metode analisis adalah ukuran yang
menunjukkan tingkat kesesuaian atau korelasi
antara kadar analit dan respons detektor,
dinyatakan sebagai koefisien korelasi (R2)
(Depkes 2001).
Persamaan regresi linear untuk kurva
standar adalah y = 0.0451x + 0.0082 dengan
nilai r sebesar 0.9998 (Lampiran 4). Menurut
AOAC (2002) nilai ini memenuhi syarat yang
ditetapkan, yaitu 0.9900. Nilai koefisien
korelasi yang tinggi menunjukkan hubungan
yang linear antara sinyal detektor yang terukur
dan jumlah ibuprofen dalam contoh.
Efisiensi Enkapsulasi Ibuprofen
Efisiensi
enkapsulasi
merupakan
parameter yang digunakan untuk menentukan
keberhasilan proses enkapsulasi. Parameter ini
menunjukkan
berapa
persen
senyawa
ibuprofen yang berhasil disalut dalam
mikrokapsul. Semakin tinggi efisiensi
ibuprofen dalam mikrokapsul maka semakin
banyak ibuprofen yang tersalut didalam
paduan.

AG(9:1)

BG(8:2)

CG(7:3)

DG(6:4)

Nisbah paduan lilin lebah:PLA

Gambar 4 Efisiensi enkapsulasi mikrokapsul
ibuprofen dengan konsentrasi
gelatin = 1%;
= 1.5%;
=
2%.
Hasil
uji
efisiensi
menunjukkan
peningkatan efisiensi enkapsulasi dengan
bertambahnya perbandingan PLA terhadap
lilin lebah (Gambar 4). Efisiensi enkapsulasi
terendah dihasilkan oleh mikrokapsul AG1

sebesar 51.50% dan efisiensi enkapsulasi
tertinggi oleh mikrokapsul DG3 yaitu sebesar
84.21%. Perbedaan hasil ini dipengaruhi oleh
nisbah massa paduan. Pada mikrokapsul AG1,
lilin lebah yang digunakan lebih banyak
dibandingkan mikrokapsul DG3. Lilin lebah
merupakan lemak hewan yang terdiri dari
senyawa campuran alkana, alkena, monoester,
diester, monohidroksiester, dan asam lemak.
Monoester dari alkohol C24-C34 merupakan
komponen terbanyak yaitu sekitar 40%
(Jackson dan Eller 2006). Lilin lebah memiliki
bobot molekul sekitar 868 g mol-1. Lilin lebah
yang lebih banyak pada paduan menyebabkan
komponen paduan dengan bobot molekul
rendah bertambah sehingga akan lebih sulit
untuk mengungkung ibuprofen. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Kim et al.(2003) yaitu
efisiensi
mikrokapsul
berbeda
pada
penggunaan berat molekul polimer berbeda,
semakin tinggi berat molekul polimer maka
semakin tinggi efisiensi yang dihasilkan.
Selain itu, jenis dan konsentrasi
pengemulsi juga merupakan faktor yang
memberikan pengaruh terhadap efisiensi
enkapsulasi. Ranjha et al. (2010) melaporkan
bahwa tween 20 memberikan efisiensi
enkapsulasi lebih tinggi dibandingkan gelatin.
Hal ini dipengaruhi oleh nilai keseimbangan
hidrofilik lipofilik (HLB) tween 20 yang lebih
besar dibandingkan gelatin. HLB yang lebih
besar dapat menurunkan tegangan antar muka
lebih baik lagi sehingga dispersi emulsi dalam
media pendispersi semakin meningkat.
Konsentrasi pengemulsi juga memberikan
pengaruh yang cukup besar. Hal ini
berkesesuaian dengan hasil yang diperoleh.
Pada nisbah paduan 6:4, 8:2 dan 9:1, dapat
dilihat
bahwa
dengan
meningkatnya
konsentrasi gelatin maka efisiensi enkapsulasi
juga meningkat. Namun, tidak demikian untuk
nisbah paduan 7:3. Hal ini mungkin
disebabkan oleh faktor kecepatan pengadukan
yang tidak homogen atau waktu dispersi yang
tidak seragam. Data perhitungan efisiensi
enkapsulasi untuk semua formula mikrokapsul
dapat dilihat pada Lampiran 5.
Morfologi Mikrokapsul Hasil Efisiensi
Enkapsulasi
Morfologi mikrokapsul paduan lilin lebahPLA diamati dengan menggunakan mikroskop
(Gambar 5) dan SEM (Gambar 6).

6

(a)

(b)

Gambar 5 Foto mikroskop mikrokapsul formula DG3 tanpa penambahan ibuprofen (a) dan
dengan penambahan ibuprofen (b) pada perbesaran 40x.

(a)
Gambar 6

(b)

(c)

(d)

Foto SEM mikrokapsul tanpa penambahan ibuprofen perbesaran 500x (Rohman
2011) (a) mikrokapsul DG3 perbesaran 1500x (a), 5000x (c) dan 10000x (d).

Mikrokapsul
yang
digunakan
adalah
mikrokapsul kosong dan mikrokapsul yang
memiliki efisiensi enkapsulasi tertinggi (DG3).
Hasil analisis mikrokapsul ibuprofen tersalut
paduan lilin lebah-PLA
menggunakan
mikroskop menunjukkan bahwa mikrokapsul
kosong tanpa penambahan ibuprofen (Gambar
5a) berbentuk bulat
dan lebih terlihat
transparan. Sementara itu, mikrokapsul DG3
(Gambar 5b)
memperlihatkan
bentuk
yang bulat, lebih besar dan lebih gelap. Hal
ini menunjukkan bahwa ibuprofen telah
tersalut dalam matriks polimer. Pembuatan
mikrokapsul kosong dilakukan menggunakan
kondisi yang sama dengan mikrokapsul DG3.
Pengamatan
morfologi
mikrokapsul
menggunakan
SEM
menunjukkan
mikrokapsul tanpa penambahan ibuprofen
(Gambar 6a) terlihat lebih halus dibandingkan
dengan mikrokapsul dengan penambahan
ibuprofen (Gambar 6b) yang memiliki
tonjolan tidak beraturan yang tersebar pada
permukaannya. Hal ini disebabkan adanya
senyawa ibuprofen yang tersalut di dalam
matriks polimer maupun dipermukaannya.
Menurut Birnbaum dan Brannon-Peppas
(2004), penyebaran senyawa aktif baik yang
berwujud padat maupun cair dalam suatu
kapsul dapat bermacam-macam. Senyawa
aktif dapat terletak tepat di tengah-tengah
kapsul atau tersebar di seluruh kapsul. Ukuran
mikrokapsul yang dihasilkan diduga berkisar
antara 30-180 m. Jain (2000) mengatakan
bahwa ukuran mikrokapsul yang digunakan

untuk drug delivery system tidak boleh lebih
dari 250 m.
Pola Pelepasan Ibuprofen dari
Mikrokapsul
Disolusi adalah proses masuknya zat padat
ke dalam larutan. Menurut Kiortsis et al.
(2005) proses disolusi obat terdiri atas 3
tahap, tahap pertama adalah proses penetrasi
media disolusi ke dalam matriks kapsul
(hidrasi), tahap kedua adalah tahap terjadinya
pembengkakan dan erosi matriks kapsul, dan
tahap ketiga adalah tahap terjadinya
perpindahan senyawa obat yang telah lepas
keluar dari matriks kapsul yang terhidrasi
menuju ke media disolusi. Secara sederhana,
disolusi merupakan proses zat padat melarut
yang dikendalikan oleh afinitas antara zat
padat dengan pelarut (Kemala 2010).
Mikrokapsul yang di uji pada tahap ini adalah
mikrokapsul formula BG3 dan DG3 yang
memiliki efisiensi enkapsulasi lebih dari 80%.
Proses disolusi pada penelitian ini dilakukan
secara in vitro pada media simulasi usus, yaitu
pada media basa (pH 7.2) selama 6 jam. Data
hasil uji disolusi ibuprofen dapat dilihat pada
Lampiran 6 dan 7.
Pelepasan ibuprofen dalam media basa
untuk mikrokapsul formula BG3 dan DG3
berturut- turut adalah 5.67-15.31% dan 10.6119.25%. Mikrokapsul formula DG3 memiliki
persentase pelepasan ibuprofen lebih besar
dari mikrokapsul formula BG3. Hal ini

7

disebabkan mikrokapsul formula DG3
memiliki efisiensi enkapsulasi lebih tinggi
dari mikrokapsul formula BG3, yang berarti
kandungan ibuprofen dalam mikrokapsul
formula DG3 lebih banyak daripada
kandungan ibuprofen dalam mikrokapsul
formula BG3. Kandungan ibuprofen yang
lebih banyak dalam mikrokapsul formula DG3
akan menghasilkan lebih banyak pori atau
lubang pada mikrokapsul, oleh karena itu
ketika senyawa obat lepas dari matriks
polimer, maka pori-pori pada matriks polimer
akan semakin banyak sehingga meningkatkan
laju pelepasan senyawa obat (Cardinal 1984).
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi laju
pelepasan adalah ukuran dari mikrokapsul.
Semakin kecil ukuran mikrokapsul, maka
pelepasan senyawa inti dari matriks polimer
akan semakin cepat. Hal ini dikarenakan luas
permukaannya
yang
semakin
besar.
Hubungan antara persentase pelepasan
ibuprofen dengan waktu ditunjukkan pada
Gambar 7.

Gambar

7

Pelepasan ibuprofen dari
mikrokapsul formula BG3(i)
dan DG3(ii) terhadap waktu
(menit).

Profil disolusi untuk kedua formula
menunjukkan adanya initial burst release
pada menit ke-15 yaitu 5.67% untuk
mikrokapsul formula BG3 dan 10.61 % untuk
mikrokapsul formula DG3. Initial burst
release terjadi karena adanya obat yang
tersalut pada permukaan. Pelepasan ibuprofen
meningkat secara bertahap hingga mencapai
waktu pelepasan maksimum yaitu pada menit
ke-225. Hal ini berarti bahwa mikrokapsul
yang dihasilkan telah memenuhi tujuan dalam

penelitian ini yaitu memperlama waktu
pelepasan ibuprofen, yang mana waktu
eliminasi ibuprofen komersial pada umumnya
adalah 2 jam.
Kinetika Pelepasan Ibuprofen
Kinetika pelepasan obat digunakan untuk
mengetahui laju pelepasan obat dan
mekanismenya berdasarkan model yang
sesuai. Umumnya kinetika pelepasan obat
terkendali mengikuti orde ke nol atau ke satu
(Singhvi dan Singh 2011). Mekanisme
pelepasan ibuprofen dapat ditentukan dengan
melihat nilai koefisien korelasi (R2) tertinggi
yang dihasilkan oleh model kinetika untuk
sistem penghantaran obat lepas terkendali.
Penentuan model kinetika ini dilakukan
dengan menggunakan software KinetDS 3.0
rev 2010.
Mekanisme pelepasan ibuprofen dari
mikrokapsul formula BG3 dan DG3 mengikuti
model kinetika orde ke-0 berdasarkan nilai R2
yang diperoleh (Tabel 2). Pada Lampiran 6
dan 7, dapat dilihat bahwa persentase
pelepasan ibuprofen pada formula BG3 dan
DG3 meningkat namun tidak terlalu signifikan
dengan bertambahnya waktu disolusi. Hal ini
dipengaruhi oleh sifat
dari matriks
mikrokapsul yang mampu menahan laju
pelepasan ibuprofen sehingga persentase
ibuprofen yang dilepaskan setiap 15 menit
tidak terlalu besar. Selain itu, adanya sinyal
yang terukur dari media disolusi menandakan
bahwa
permukaan
mikrokapsul
telah
mengalami pengikisan. Hubungan antara
persentase ibuprofen dengan waktu tersebut
kemudian diplot kedalam kurva dan mengikuti
model kinetika orde ke-0 dengan nilai R2
untuk formula BG3 dan DG3 sebesar 0.9929
dan 0.9868%. Laju pelepasan ibuprofen
terjadi secara bertahap dari menit ke-15
hingga menit ke-225 (Gambar 7). Setelah
menit ke-225, laju pelepasan ibuprofen tidak
lagi mengalami kenaikan melainkan turun
secara perlahan-lahan. Hal ini berarti
konsentrasi obat telah menurun. Selanjutnya
kurva menjadi cenderung turun karena telah
terjadinya kesetimbangan antara media dan
cairan dalam
mikrokapsul sehingga laju

Tabel 2 Parameter pelepasan ibuprofen dari mikrokapsul
Formula
BG3
DG3

Orde ke-0
R2
0.9929
0.9868

Orde ke-1
K
0.0485
0.0037

R2
0.9746
0.9771

K
0.0049
0.0025

Hickson-Crowell
R2
KHC
0.9841
0.0035
0.9823
0.0020

8

pelepasan obat menjadi sangat kecil, terlihat
dari nilai tetapan laju (K) yang diperoleh pada
kedua formula. Mekanisme pelepasan
ibuprofen
menggunakan model kinetika
Hickson-Crowell yang menjelaskan bahwa
adanya pelepasan obat dapat dilihat dari
perubahan permukaan area dan diameter dari
partikel atau tablet (Singhvi dan Singh 2011).
Perubahan ini dikarenakan oleh pengikisan
yang terjadi pada permukaan hingga ke inti
mikrokapsul.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Mikroenkapsulasi ibuprofen menggunakan
paduan lilin lebah dan PLA menghasilkan
mikrokapsul dengan bentuk visual seperti
serbuk halus, kering, dan berwarna putih.
Efisiensi enkapsulasi tertinggi dihasilkan oleh
mikrokapsul dengan nisbah paduan lilin
lebah:PLA 6:4 dan konsentrasi gelatin 2%
sebesar 84.21%. Pengamatan morfologi
mikrokapsul menunjukkan ibuprofen berhasil
disalut dan tersebar pada matriks polimer. Uji
disolusi mikrokapsul dalam medium simulasi
cairan usus menunjukkan bahwa mikrokapsul
dengan efisiensi enkapsulasi lebih tinggi
mengalami pelepasan ibuprofen yang lebih
besar. Mikrokapsul yang dihasilkan memiliki
waktu pelepasan ibuprofen yang lebih lama
dibandingkan dengan mikrokapsul ibuprofen
komersial. Kinetika pelepasan ibuprofen
mengikuti model kinetika orde ke-0 yang
menjelaskan bahwa konsentrasi pelepasan
ibuprofen yang dilepaskan relatif konstan
untuk setiap unit waktu pelepasan.

Saran
Ukuran mikrokapsul dan distribusinya
perlu dianalisis menggunakan Particel Size
Analyzer (PSA) serta dikaji pengaruhnya
terhadap pelepasan obat. Selain itu, perlu
dilakukan uji disolusi secara in vivo untuk
mengetahui pelepasan ibuprofen dalam tubuh.

DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of official analytical
chemists. 2002. AOAC International
methods
committee
guidelines
for
validation of qualitative and quantitative
food microbiological official methods of
analysis. [terhubung berkala]. J AOAC Int.
85: 1–5. [2 Feb 2007].

Birnbaum DT, Brannon Peppas. 2004.
Microparticle drug delivery systems in
Cancer Therapy. Totowa: Humana Pr.
Cardinal, J.R. (1984). Matrix systems. In:
Medical
application
of
controlled
release,Vol 1. Classes.
Cattelan AM, Bauer U, Trevenzoli M, Sasset L,
Campostrini S, Facchin C, Pagiaro E,
Gerzeli S, Cadrobbi P, Chiarelli A.
2006.Use of polylactid acid implants to
correct facial lipoatrophy in human
immunodeficiency
virus
1-positive
individuals
receiving
combination.
antiretroviral therapy. Arch Dermatol
142:329-334.
Dubey R, Shami TC, Rao KUB. 2009.
Microencapsulation
technology
and
application. Defence Science Journal
29(1):82-95.
Dutkiewicz S, Lapienis DG, Tomaszewski W.
2003. Synthesis of poly(L(+) lactic acid) by
polycondensation method in solution.
Fibres & Textiles in Eastern Europe 11
(4):66-70.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia.
Jakarta: Depatemen Kesehatan RI.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2001. Petunjuk Operasional
Penerapan CPOB. Ed ke-2. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Fachrurrazie.
2011.
Mikroenkapsulasi
ibuprofen tersalut paduan poli(asam laktat)
dan lilin lebah. [skripsi]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Gao X, Zhang X, Wu Z, Zhang X, Wang Z, Li
C. 2009. Synthesis and physicochemical
characterization of a novel amphiphilic
polylactic acid-hyperbranched polyglycerol
conjugate for protein delivery. Journal of
Controlled Release 140:141-147.
Gilman AG, Hardman JG, Limbird LE. 1996.
Goodman and gilmans the pharmacological
basic’s of therapeutics. λth edition. New
York: The New Mc Graw Hill Company.
Gunatilake
PA,
Adikari
R.
2003.
Biodegradadable synthetic polymers for
tissue engineering. European Cells and
Materials 5:1-16.

9

Gonzales MF, Ruseckaite RA, Cuadrado TR.
1999. Structural changes of polylactic-acid
(PLA) microspheres under hydrolytic
degradation. Journal of Applied Polymer
Science. 71:1223–1230.
Hadisoewignyo L, Fudholi A. 2007. Studi
pelepasan in vitro ibuprofen dari matrikks
xanthan gum yang dikombinasikan dengan
suatu crosslinking agent. Majalah Farmasi
Indonesia 18(3):33-140.
Hu Y, Rogunova M, Topolkaraev V, Hiltner A,
Baer
E.
2003.
Aging
of
poly(lactide)/poly(ethylene glycol) blends:
part
1.
poly(lactide)
with
low
stereoregularity.
Journal
of
Microencapsulation 44: 5701–5710.
Jackson MA, Eller FJ. 2006. Isolation of longchain aliphatic alcohols from beeswax using
lipase-catalyzed
methanolysis
insupercritical carbon dioxide. Elvisier
37:173-177.

Park JH, Ye M, Park K. 2005. Biodegradable
polymers for microencapsulation of drugs.
Molecules 10:146-161.
Ranjha NM, Khan H, Naseem S. 2010.
Encapsulation and characterization of
controlled release flurbiprofen loaded
microspheres using beeswax as an
encapsulating agent. J. Mater Sci.:Mater
Med. 21:1621–1630.
Rabek JF. 1980. Experimental methods of
polymer chemistry. New York: John Wiley
and Sons.
Reynolds JE. 1989. Martindale: the extra
pharmacopeia,
Ed
ke-29.
London:
Pharmaceutical Pr.
Rohman, RA. 2011. Optimasi dan evaluasi
mikrokapsul tersalut paduan poliasamlaktatlilin lebah [skripsi]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.

Jain RA. 2000. The manufacturing technique of
various
drug
loaded
biodegradable
poly(lactide-co-glycolide) (PLGA) devices.
Biomaterials 21:2475-2490.

Rosida A. 2007. Pencirian paduan poli(asam
laktat) dengan polikaprolakton [skripsi].
Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.

Kaitian X, Kozluca A, Denkbas EB, Piskin E.
1996. Poly(D,L-lacticacid) homopolimers:
synthesis and characterisation. Turkey
Journal of Chemistry 20:43-53.

Shekhar K, Madhu MN, Pradeep B, Banji D.
2010. A review on microencapsulation.
Journal of Microencapsulation 5:58-61.

Kim BK, Hwang SJ, Park JB, Park HJ. 2003.
Characteristics of felodipinelocated poli(ecaprolactone) microspheres. Journal of
Microencapsulation 22, 193–203.
Kiortsis S, Kachrimanis K, Broussali Th,
Malamataris S. 2005. Drug release from
tableted wet granulations comprising
cellulosic and hydrophobic
component.
Eur J Pharm Biopharm. 59:73-83.
Kemala T. 2010. Mikrosfer paduan poli(asam
laktat) dengan poli(ɛ-kaprolakton) sebagai
pelepasan terkendali ibuprofen secara in
vitro
[disertasi].
Jakarta:
Program
Pascasarjana, Universitas Indonesia.
Kemala T, Budianto E, Soegiyono B. 2012.
Preparation and characterization of
microspheres based on blend of poly(lactic
acid) and poly(ɛ-caprolactone) with
poly(vinyl alcohol) as emulsifier. Arabian
Journal of Chemistry [in press].
Obeidat WM. 2009. Recent patents review in
microencapsulation of pharmaceuticals
using the emulsion solvent removal
methods. Recent Patents on Drug Delivery
& Formulation 3:178-192.

Singhvi G, Singh M. 2011. Review: in-vitro
drug release characterization models.
International Journal of Pharmaceutical
Studies and Research 2(1):77-84.
Stevanovic
M,
Uskokovic
D.2009.
poly(lactide-co-glycolide)-based
micro
and nanoparticles for the controlled drug
delivery of vitamins. Current Nanoscience
5:1-14
Sutrisna EM. 2005. Uji efek penurunan kadar
glukosa darah ekstrak air buah jambu biji
(Psidium guajava L.) pada kelinci.
Pharmacon 6(1):23-26.
Venkatesan P, Manavalan R, Valliappan K.
2009. Microencapsulation: a vital technique
in novel drug delivery system. Journal of
Pharmaceutical Science and Research
1(4):26-35.
Yeo Y, Park K. 2004. Control of encapsulation
efficiency and initial burst in polymeric
microparticle
system.
Archives
of
Pharmacal Research 27(1):1-12.
Yu L, Dean K, Li L. 2006. Polymer blends and
composites from renewable resources.
Elvisier 31:576-602.

10

LAMPIRAN

11

Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Sintesis Poli (asam laktat) (PLA)
(Gonzales et al. 1999)

Lilin lebah

Pengukuran BM PLA
(Kaitian et al. 1996)

PLA

(modifikasi Rohman
2011 dan
Fachrurrazi 2011)

+

Paduan

Ibuprofen

Campuran paduan-obat

Larutan gelatin
1.0%

M

i

Larutan gelatin
1.5%

k

r

o

k

a

Larutan gelatin
2.0%

p

s

u

l

Karakterisasi Mikrokapsul

Penentuan panjang gelombang
maksimum dan kurva standar

Mikroskop dan SEM

Uji Efisiensi enkapsulasi
mikrokapsul

Uji disolusi mikrokapsul
(Depkes 1995)

12

Lampiran 2 Data penentuan bobot molekul PLA
[PLA]
(%b/v)

Laju alir
(detik)

η relatif

η spesifik

η reduktif

0.00
0.02
0.03
0.04
0.05

37.69
38.09
38.49
38.96
39.69

1.00
1.01
1.02
1.03
1.05

0.01
0.02
0.03
0.05

0.50
0.71
0.84
1.06

Contoh perhitungan ([PLA] = 0,02%) :
t
η relatif = sampel
t
pelarut

η spesifik

= η relatif – 1

η reduktif

= 1.01 – 1
= 0.01

= 38.09
37.69

=

 spesifik
[PLA]

= 0.01
0.02

= 1.01

= 0.50

1.2
1.0

η reduktif

0.8
y = 17.27x + 0.18
R² = 0.99

0.6
0.4
0.2
0.0

0

0.01

0.02

0.03

0.04

[PLA] (%b/v)
Grafik hubungan [PLA] terhadap η reduktif

Persamaan garis: y = 17.27x + 0.18
Viskositas intrinsik ([η]) = 0.18
[η] = k(Mv)a
dimana : k = 1.58x10-4 dan a = 0.78
0.18 = 1.58x10-4 (Mv)0.78
Mv = 8239.50 g mol-1

0.05

0.06

13

Lampiran 3 Absorbans larutan ibuprofena pada berbagai panjang gelombang ( )
(nm)
240
239
238
237
236
235
234
233
232
231
230
229
228
227
226
225
224
223
222b
221
220
219
218
217
216
215
214
213
212
211
210
209
208
207
206
205
204
203
202
201
200

absorbans
0.021
0.024
0.029
0.037
0.048
0.062
0.080
0.101
0.126
0.154
0.185
0.220
0.256
0.292
0.319
0.334
0.340
0.343
0.345
0.343
0.335
0.323
0.312
0.301
0.294
0.289
0.286
0.285
0.284
0.286
0.290
0.298
0.310
0.328
0.354
0.391
0.438
0.499
0.581
0.689
0.794

Keterangan :

a
b

= larutan ibuprofen dengan konsentrasi 10 ppm
= panjang gelombang maksimum

14

Lampiran 4 Konsentrasi dan absorbans larutan ibuprofen pada pembuatan kurva
standar ibuprofen ( maks = 222 nm)
[ibuprofen]
(ppm)

Absorbans

2.00

0.105

4.00

0.186

6.00

0.276

8.00

0.365

10.00

0.462

12.00

0.548

14.00

0.637

16.00

0.736

18.00

0.824

20.00

0.908

1
0.9
0.8
Absorbans

0.7

y = 0.0451x + 0.0082
R² = 0.9998

0.6
0.5
0.4

0.3
0.2
0.1

0
0

5

10

15

20

[ibuprofen] (ppm)
Grafik hubungan [ibuprofen] terhadap absorbans

25

15

Lampiran 5 Efisiensi enkapsulasi ibuprofen dalam mikrokapsul tersalut
paduan lilin lebah-PLA
a (g)

b (g)

c

[ibuprofen]
(ppm)

Efisiensi
enkapsulasi
(%)

AG1
AG2
AG3

Massa
ibuprofen
(g)
0.1503
0.1505
0.1503

0.4608
0.4856
0.4929

0.0250
0.0253
0.0251

0.387
0.470
0.526

8.3991
10.2395
11.4812

51.50
65.29
75.00

BG1
BG2
BG3

0.1505
0.1504
0.1503

0.4794
0.4949
0.4744

0.0251
0.0252
0.0251

0.485
0.470
0.588

10.5721
10.2395
12.8558

67.08
66.85
80.83

CG1
CG2
CG3

0.1501
0.1503
0.1504

0.4943
0.4913
0.4985

0.0251
0.0252
0.0252

0.509
0.470
0.480

11.1042
10.2395
10.4612

72.84
66.41
68.80

DG1
DG2
DG3

0.1500
0.1504
0.1501

0.4789
0.4852
0.4947

0.0253
0.0254
0.0252

0.515
0.525
0.589

11.2373
11.4590
12.8780

70.90
72.77
84.21

Formula

Keterangan :
a : massa total kapsul yang diperoleh
b : massa kapsul yang digunakan untuk penentuan efisiensi mikroenkapsulasi
c : absorban filtrat hasil disolusi kapsul setelah diencerkan 10 kali

Contoh perhitungan (formula AG1) :
Y
0.387
X

= 0.0082 + 0.0451x
= 0.0082 + 0.0451x
= 8.3991

ibuprofen fp 

Efisiensi enkapsulasi

a( g )
1g
1L

Vol.ekstraksi 
mg
mL
b( g )
1000
1000
=
 100%
massa.ibuprofen( g )
8.3991ppm10  1g  1L  50mL  0.4608g
0.0250g
1000mg 1000mL
=
 100%
0.1503g
= 51.50 %

16

Lampiran 6 Pelepasan ibuprofen dari mikrokapsul pada waktu t
Mikrokapsul Formula BG3 (Ulangan I)
Bobot mikrokapsul
(g)

Waktu (menit)

Absorbans

0.2007

0
15
30
45
60
75
90
105
120
135
150
165
180
195
210
225
240
255
270
285
300
315
330
345
3