PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA PADA PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DI MADRASAH ALIYAH KOTA BIMA.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Dosen Pembimbing Akadmik ... ii

Halaman Pernyataan... iii

Abstrak ... iv

Kata Pengantar ... v

Penghargaan dan Ucapan Terima Kasih ... vi

Motto dan Persembahan ... x

Daftar Isi... xi

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar ... xvii

Daftar Bagan ... xviii

Daftar Lampiran ... xix

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Masalah Penelitian ... 10

C.Pembatasan Masalah ... 11

D.Pertanyaan Penelitian ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 14

BAB II PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) A.Belajar dan Pembelajaran ... 15

1. Konsep Dasar Belajar ... 15

2. Teori Belajar ... 18

3. Model Pembelajaran ... 29

B.Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-based learning) ... 36

1. Pengertian Pembelajaran berbasis proyek (Project-based learning) ... 36

2. Landasan Pembelajaran berbasis proyek (Project-based learning) ... 39

3. Karakteristik dan Prinsip-prinsip Pembelajaran berbasis proyek (Project-based learning) ... 46

4. Prosedur Pembelajaran berbasis proyek (Project-based learning) ... 52

5. Komponen-Komponen dalam mendesain Pembelajaran berbasis proyek (Project-based learning) ... 56

6. Keunggulan dan kelemahan Pembelajaran berbasis proyek (Project-based learning) ... 62

C.Kompetensi Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ... 63

1. Definisi Kompetensi ... 63


(2)

ii

3. Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

dalam Kurikulum Madrasah Aliyah ... 69

4. Kompetensi Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). ... 71

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 72

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 76

1.Model Pembelajaran berbasis proyek ... 76

2.Kompetensi siswa pada pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 79

C. Langkah-langkah Pengembangan Model ... 80

1. Studi awal ... 84

2. Desain model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 86

3. Uji Coba terbatas ... 90

4. Uji Coba Luas ... 90

D. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 91

E. Teknik dan Alat Pengumpul Data ... 93

F. Analisis Data ... 98

G. Langkah-langkah Penelitian ... 99

H. Waktu Penelitian ... 99

I. Hasil Prasurvey (Penelitian Awal) ... 99

1. Kondisi Umum Madrasah Aliyah Kota Bima ... 101

2. Kondisi Pelaksanaan Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 104

BAB IV HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A. Pengembangan Model Pembelajaran berbasis Proyek ... 133

1. Orientasi Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 134

2. Desain Awal Perencanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 139

3. Desain Awal Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 145

4. Desain Awal Penilaian Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 148

B. Hasil Uji Coba Terbatas dan Luas ... 150

1. Uji Coba Terbatas pada MAN 2 Kota Bima ... 152

2. Uji Coba Luas pada Tiga Madrasah ... 181

3. Hasil Angket Uji Coba Terbatas dan Uji Coba Luas ... 206

4. Hasil Wawancara Uji Coba terbatas dan Uji Coba Luas ... 213

C. Pembahasan ... 215

1. Kondisi pembelajaran TIK saat ini di madrasah aliyah Kota Bima ... 215

2. Model Pembelajaran berbasis proyek yang dapat meningkatkan kompetensi siswa pada pembelajaran TIK di madrasah aliyah Kota Bima ... 217 3. Faktor-faktor yang menentukan dan yang menghambat


(3)

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan ... 233 B. Rekomendasi ... 234 Daftar Pustaka


(4)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Karakteristik utama pembelajaran berbasis proyek ... 51

2.2. Penyebaran standar Kompetensi Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ... 68

3.1. Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan ... 75

3.2. Keadaan Siswa dan Guru Madrasah Aliyah Kota Bima ... 102

3.3. Jumlah Partisipan Penelitian ... 103

3.4. Tanggapan Guru Terkait dengan Perencanaan Pembelajaran ... 105

3.5. Tanggapan Guru Terkait dengan Implementasi Pembelajaran ... 108

3.6. Tanggapan Guru Terkait dengan Evaluasi Pembelajaran ... 109

3.7. Tanggapan Guru Terkait dengan Minat Belajar Siswa ... 111

3.8. Tanggapan Guru Terkait dengan Tingkat Penguasaan Siswa ... 112

3.9. Tanggapan Guru Terkait dengan Fasilitas, Lingkungan dan Daya Dukung Lainnya di Madrasah ... 113

3.10. Tanggapan Siswa Terkait dengan Perencanaan Pembelajaran ... 116

3.11. Tanggapan Siswa Terkait dengan Implementasi Pembelajaran ... 116

3.12. Tanggapan Siswa Terkait dengan Evaluasi Pembelajaran ... 121

3.13. Tanggapan Siswa Terkait dengan Minat Belajar ... 121

3.14. Tanggapan Siswa Terkait dengan Suasana Madrasah ... 124

3.15. Tanggapan Siswa Terkait dengan Fasilitas dan Sarana Belajar ... 124

3.16. Jumlah Nilai Hasil Pilihan Siswa Tentang Keterampilan Mengoperasikan Komputer ... 126

3.17. Jumlah Nilai Hasil Pilihan Siswa Tentang Pengetahuan Mengenal Hardware Komputer ... 127

3.18. Jumlah Nilai Hasil Pilihan Siswa Tentang Pengetahuan Mengenal Software Komputer ... 128

3.19. Jumlah Nilai Hasil Pilihan Siswa Tentang Pemahaman sikap dalam TIK ... 128


(5)

4.3. Desain Awal Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek ... 149

4.4. Kriteria Interpretasi Nilai Gain ... 165

4.5. Rangkuman Hasil Pengujian Pada Uji Terbatas Siklus Pertama ... 166

4.6. Rangkuman Hasil Pengujian Pada Uji Terbatas Siklus Kedua ... 167

4.7. Rangkuman Hasil Pengujian Pada Uji Terbatas Siklus Tiga ... 168

4.8. Rangkuman Hasil Uji Permbandingan Nilai Rata-rata Posttest Antar Siklus ... 170

4.9. Rangkuman Hasil Uji Permbandingan Nilai Rata-rata Sikap dan Keterampilan dalam Belajar Tiap Siklus ... 173

4.10. Rangkuman Hasil Pengujian Pretest dan Posttest Madrasah kategori Tinggi ... 177

4.11. Rangkuman Hasil Pengujian Nilai Posttest antar Siklus Madrasah Kategori Tinggi ... 179

4.12. Rangkuman Hasil Uji Permbandingan Nilai Rata-rata Sikap dan Keterampilan dalam Belajar Tiap Siklus Madrasah Kategori Tinggi ... 182

4.13. Rangkuman Hasil Pengujian Pretest dan Posttest Madrasah kategori Sedang ... 184

4.14. Rangkuman Hasil Pengujian Nilai Posttest antar Siklus Madrasah Kategori Sedang ... 186

4.15. Rangkuman Hasil Uji Permbandingan Nilai Rata-rata Sikap dan Keterampilan dalam Belajar Tiap Siklus Madrasah Kategori Sedang... 189

4.16. Rangkuman Hasil Pengujian Pretest dan Posttest Madrasah kategori Rendah ... 192

4.17. Rangkuman Hasil Pengujian Nilai Posttest antar Siklus Madrasah Kategori Rendah ... 194

4.18. Rangkuman Hasil Uji Permbandingan Nilai Rata-rata Sikap dan Keterampilan dalam Belajar Tiap Siklus Madrasah Kategori Rendah ... 197 4.19. Rangkuman Hasil Pengujian Pretest dan Posttest Semua


(6)

vi

4.20. Rangkuman Hasil Pengujian Nilai Posttest antar Siklus Semua

Kategori Madrasah... 201 4.21. Rangkuman Hasil Uji Permbandingan Nilai Rata-rata Sikap

dan Keterampilan dalam Belajar Tiap Siklus Semua Kategori

Madrasah... 204 4.22. Tanggapan Siswa terhadap Pelaksanaan Model Pembelajaran


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1.Langkah Pengembangan Proyek menurut BIE [online] ... 52 4.1. Tahap-tahapPembelajaran Berbasis Proyek ... 135 4.2. Ilustrasi Pengerjaan Proyek dalam Pembelajaran ... 138


(8)

viii

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

4.1. Draf Awal (Siklus I) Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 158 4.2. Daf II (Siklus II) Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 161 4.3. Daf III (Siklus III) Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 164


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian ………... ... 244

Lampiran 2 : Angket untuk guru pada studi awal.... ... 247

Lampiran 3 : Angket untuk siswa pada studi awal ... ... 253

Lampiran 4 : Pedoman observasi kelas terhadap kegatan guru pada studi awal ... 254

Lampiran 5 : Pedoman observasi kelas terhadap kegiatan siswa pada studi awal ... 260

Lampiran 6 : Pedoman Studi dokumenter ... 261

Lampiran 7 : Angket untuk siswa pada studi uji coba ... 262

Lampiran 8 : Angket untuk guru pada studi uji coba ... 265

Lampiran 9 : Pedoman observasi kelas pada studi uji coba ... 267

Lampiran 10 : Rekapitulasi hasil angket siswa pada studi awal…… ... 268

Lampiran 11 : Rekapitulasi hasil angket siswa pada studi uji coba ... 274

Lampiran 12 : Rakapitulasi nilai hasil pretest dan posttes pada Uji Coba Terbatas... 275

Lampiran 13 : Rakapitulasi nilai hasil pretest dan posttes pada Uji Coba Luas pada madrasah aliyah kategori tinggi…. ... 276

Lampiran 14 : Rakapitulasi nilai hasil pretest dan posttes pada Uji Coba Luas pada madrasag aliyah kategori sedang ... 277

Lampiran 15 : Rakapitulasi nilai hasil pretest dan posttes pada Uji Coba Luas madrasah aliyah kategori rendah ... 278

Lampiran 16a : Nilai hasil observasi proses pada uji coba terbatas ... 279

Lampiran 16b : Nilai hasil observasi proses pada uji coba luas madrasah aliyah kategori tinggi ... 280

Lampiran 16c : Nilai hasil observasi proses pada uji coba luas madrasah aliyah kategori sedang ... 281

Lampiran 16d : Nilai hasil observasi proses pada uji coba luas madrasah aliyah kategori rendah ... 282

Lampiran 17a : Hasil analisis statistik (uji perbedaan melalui uji t) dengan menggunakan SPSS ver 18 uji coba terbatas... 283


(10)

x

Lampiran 17b : Hasil analisis statistik (uji perbedaan melalui uji t) dengan menggunakan SPSS ver 18 uji coba luas pada

madrasah kategori tinggi. ... 285

Lampiran 17c : Hasil analisis statistik (uji perbedaan melalui uji t) dengan menggunakan SPSS ver 18 uji coba luas pada madrasah kategori sedang. ... 287

Lampiran 17d : Hasil analisis statistik (uji perbedaan melalui uji t) dengan menggunakan SPSS ver 18 uji coba luas pada madrasah kategori rendah. ... 289

Lampiran 18a : Hasil analisis statistik (Uji perbedaan melalui uji t) nilai sikap dan keterampilan dengan menggunakan SPSS versi 18 pada madrasah uji coba terbatas ... 291

Lampiran 18b : Hasil analisis statistik (Uji perbedaan melalui uji t) nilai sikap dan keterampilan dengan menggunakan SPSS versi 18 Pada uji coba terbatas di madrasah kategori tinggi ... 292

Lampiran 18c : Hasil analisis statistik (Uji perbedaan melalui uji t) nilai sikap dan keterampilan dengan menggunakan SPSS versi 18 Pada uji coba terbatas di madrasah kategori sedang... 293

Lampiran 18d : Hasil analisis statistik (Uji perbedaan melalui uji t) nilai sikap dan keterampilan dengan menggunakan SPSS versi 18 Pada uji coba terbatas di madrasah kategori rendah ... 294

Lampiran 19 : Silabus Mata Pelajaran TIK MA ... 295

Lampiran 20 : RPP Model Proyek Pembelajaran TIK……….. ... 297

Lampiran 21 : Soal-soal pretes dan posttest tiap siklus ... 311

Lampiran 22 : Jadwal Kegiatan Penelitian ... 317

Lampiran 23 : Foto-foto madrasah tempat dilaksanakannya penelitian ... 318

Lampiran 24 : Surat-surat administrasi penelitian ... 321

Lampiran 26 : Spesifikasi Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 327


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi telah mempengaruhi kehidupan sosial kemasyarakatan menuju ke arah global. Globalisasi tersebut membawa dampak langsung terhadap berbagai bidang kehidupan. Globalisasi memasuki hampir semua lini kehidupan baik secara ekonomi, politik, sosial budaya masyarakat yang nyaris tidak bisa dicegah atau dihambat oleh kekuatan apapun (Syaodih, 2010). Tentu saja hal ini menimbulkan dampak baik positif maupun negatif, sehingga memunculkan berbagai macam tantangan, tantangan tersebut terutama berkaitan dengan kompetisi yang berdimensi global.

Guna menghadapi tantangan ini, Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan berwawasan unggul atau yang berdaya sainglah yang diperlukan. Masalah selanjutnya adalah bagaimana meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Manusia harus diarahkan pada penguasaan teknologi, informasi, dan keahlian manajerial. Buck Institute for Education [online] menganalisa sejumlah skill yang harus dimiliki dalam menghadapi persaingan dan tantangan abad 21 yaitu Sumber Daya Manusia yang mimiliki kemampuan dalam : a) ICT Literacy ,b) Cognitive Skill, c) Metacognitive Skill, d) Personal Characteristics, d) Inter-personal Skill, e) Bussiness skill, dan f) Additional Content / Skill (www.bie.org/). Kemampuan atau kompetensi ini dapat klasifikasi kedalam dua kelompok besar yaitu kemampuan menguasai teknologi, dan manajerial dan perdagangan. Jika


(12)

2

Kemampuan atau kompetensi seperti ini dikuasai oleh sumber daya manusia kita, maka daya saing bangsa tentu saja akan lebih tinggi.

Pada kenyataannya, daya saing bangsa kita masih lemah, hal ini dapat dilihat misalnya dalam bidang ketenaga-kerjaan. Kita banyak mengirimkan tenaga kerja yang tidak memiliki kompetensi (baca: tenaga kerja kasar), seperti diungkapkan Suhendratio (2005) Indonesia juara dunia pengirim tenaga kerja kasar, selain itu di bidang IT, Wahono (2006) mengatakan : masalah utama dari Software House Indonesia sehingga kurang mampu bersaing adalah keterbatasan pengetahuan dalam software development, kurangnya ide dalam produk dan inovasi. Wahono(2006) mencontohkan bahwa potensi/pangsa pasar lokal hanya 1/6 dapat diraih oleh software house dalam negeri.

Gejala yang nampak tersebut di atas, kita dapat mengindikasikan adanya masalah terhadap Sumber Daya Manusia kita, yaitu kurang mampu berdaya saing sebagaimana yang diharapkan dalam kehidupan dewasa ini. Hal ini sebagai akibat kurangnya kompetensi dari Sumber Daya Manusia Bangsa Indonesia. Pemecahan permasalahan daya saing ini harus terus diupayakan peningkatannya. Bangsa ini harus terus mengupayakan model-model pengelolaan yang dapat dijadikan lokomotif peningkatan Sumber Daya Manusianya.

Solusi mengenai peningkatan Sumber Daya Manusia dapat dilakukan melalui proses pendidikan dan latihan. UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 telah memberikan arah dan petujunjuk secara formal terhadap pelaksanaan pendidikan kita.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual


(13)

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003).

Selanjutnya, UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 juga menyebutkan fungsi dan tujuan dari pendidikan kita.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab(UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003).

Pencapaian tujuan pendidikan dalam sistem pendidikan nasional merupakan target yang diutamakan. Tujuan pendidikan nasional tersebut, masih harus terus diupayakan ketercapaiannya. Mengingat kenyataan yang ada, pendidikan kita masih ada masalah, hal ini dapat dilihat pada hasil laporan kajian UNDP (United Nations Development Programs) dalam “Human Development

Report 2006” yang memberikan peringkat upaya Bangsa Indonesia dalam

meningkatkan kualitas pembangunan manusianya pada level 108 dari 177 negara di dunia, di mana pendidikan sebagai salah satu indikatornya, walaupun peringkat ini masih lebih baik dari sebelumnya. Senada dengan data BPS (Biro Pusat Statistik) tahun 2005 tentang angka pengangguran menurut pendidikan dan wilayah desa-kota, persentase pengangguran tamatan SMA ke atas lebih besar dibanding tamatan SMP ke bawah. Artinya, sistem Pendidikan Nasional belum berhasil mengantarkan anak bangsa untuk survive mandiri dan terampil berwirausaha untuk kelangsungan hidupnya sendiri (Kemal Stamboel, 2008).

Adanya ketimpangan antara cita-cita luhur dengan kenyataan yang ada tersebut di atas, maka perubahan-perubahan harus dilakukan kearah suatu


(14)

4

reformasi. Tuntutan akan reformasi pendidikan sangat diperlukan mengingat model pendekatan pendidikan kita selama ini dinilai cenderung bersifat indokrinatif, dogmatis, gaya bank, dan opresif birokratis, orientasi pendidikan tidak sesuai dengan jiwa dan semangat reformasi pendidikan yang mendambakan keunggulan individu, masyarakat dan bangsa di tengah-tengah era otonomi daerah, era demokratisasi, era teknologi informasi dan kehidupan global (Sujarwo, 2006).

Tantangan yang sesungguhnya dihadapi seputar pendidikan jika ditinjau secara ketat sangatlah kompleks. Berbicara mengenai masalah pendidikan, proses yang dilaksanakan adalah pembelajaran di kelas. Pembelajaran perlu dibenahi untuk mencapai tujuan pendidikan sebagai bagian dalam konteks pembaharuan pendidikan. Proses pembelajaran yang selama ini dilakukan tampaknya masih lebih menekankan pada pembelajaran “what is” yang menuntut peserta didik untuk menghafalkan fakta-fakta, dari pada pembelajaran “what can be”, yang dapat mengantarkan peserta didik untuk menjadi dirinya sendiri secara utuh dan orisinal (Sudrajad, 2008). Selain itu, isu seputar peran guru sangat dominan dalam proses pembelajaran, kesan yang muncul adalah guru mengajar peserta didik diajar, guru aktif peserta didik pasif, guru pintar peserta didik minder, guru berkuasa, peserta didik dikuasai (Sujarwo, 2006). Permasalahan ini dapat ditemukan pada beberapa pembelajaran di sekolah tidak terkecuali di Madrasah Aliyah.

Madrasah Aliyah (MA) sebagai penyelenggaraan pendidikan setingkat dengan pendidikan umum bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia; mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan demokratis; menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi; memiliki


(15)

dan etos budaya kerja; dan dapat memasuki dunia kerja atau dapat mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Sebagai implementasi dari tujuan tersebut, Madrasah Aliyah dapat mengembangkannya dalam bentuk kompetensi lulusan sesuai dengan tingkat pendidikannya, antara lain :

1) Berperilaku dalam kehidupan sosial sehari-hari sesuai dengan ajaran agama Islam; menjalankan hak dan kewajiban; berfikir logis dan kritis terutama dalam memecahkan masalah, kreatif dalam berkarya; beretos kerja secara produktif; kompetitif, kooperatif dan mampu memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab.

2) Menginternalisasi nilai agama dan nilai dasar humaniora yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat serta menunjukan sikap kebersamaan dan saling menghargai dalam kehidupan yang plural.

3) Memiliki wawasan kebangsaan dan bernegara.

4) Berkomunikasi secara verbal baik lisan maupun tertulis sesuai dengan konteksnya melalui berbagai media termasuk teknologi imformasi.

5) Memanfaatkan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki untuk hidup di masyarakat.

6) Memanfaatkan pengetahuan dan kecakapan melalui belajar secara mandiri dalam rangka membangun masyarakat belajar.

7) Gemar berolah raga dan menjaga kesehatan, membangun ketahanan dan kebugaran jasmani.


(16)

6

9) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan akademik ( kerangka dasar dan struktur kurikulum 2004 untuk MA ).

Tujuan-tujuan tersebut semestinya menghasilkan manusia yang memiliki kriteria handal, lulusan yang memiliki integritas tinggi, manusia yang cakap dan kreatif (performance).

Permasalahan pada madrasah, termasuk Madrasah Aliyah adalah adanya kenyataan bahwa siswa-siswa madrasah nyaris mempunyai kemampuan SDM yang sama, yaitu disiplin yang rendah dan kemampuan akademik yang tanggung bahkan rendah (Depag, 2005). Sebagai indikatornya, a). Lulusan madrasah kurang mampu untuk bersaing dengan lulusan sekolah untuk memperebutkan tempat pada lembaga pendidikan lanjutan. b). Hampir pada setiap perlombaan sebagai ajang yang mengukur prestasi akademik tidak tercatat siswa madrasah sebagai nominatornya, c). Selain itu, dari data kelulusan dan nilai UAN yang tersedia menujukkan bahwa secara nasional hasil belajar siswa Madrasah lebih rendah dari sekolah umum. Proporsi siswa Madrasah yang tidak lulus ujian akhir 7-10% lebih besar dari proporsi siswa sekolah umum, walaupun rata-rata nasional nilai seluruh mata pelajaran masih di bawah 6 di kedua jenis pendidikan tersebut. Data empiris tersebut memberikan arti bahwa hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran berbagai bidang studi terbukti selalu kurang memuaskan berbagai pihak (yang berkepentingan – stakeholder).

Ada beberapa hal penyebab atau kendala yang dihadapi madrasah dalam implementasi kurikulum diantaranya adalah tenaga pendidik, sistem yang diterapkan, kultur yang dikembangkan, maupun lingkungan yang sering tidak kondusif bagi pengembangan pendidikan (Depag, 2005). Masalah sistem


(17)

pembelajaran ini, juga terjadi di Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di Madrasah Aliyah (bersamaan penerapannya dengan SMA) merupakan Pembelajaran yang terhitung baru dimasukkan dalam kurikulum sistem pendidikan nasional. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi perkembangan jaman saat ini dan yang akan datang yang menitik beratkan pada bidang sains dan teknologi informasi dan komunikasi. Bidang teknologi informasi dan komunikasi saat ini berkembang dengan pesat yang dipicu oleh temuan dalam bidang rekayasa material mikro elektronika. Perkembangan ini berpengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan, bahkan perilaku dan aktivitas manusia yang banyak tergantung kepada teknologi informasi dan komunikasi.

PembelajaranTeknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan a) Memahami teknologi informasi dan komunikasi, b) Mengembangkan keterampilan untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, c) Mengembangkan sikap kritis, kreatif, apresiatif dan mandiri dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dan d) Menghargai karya cipta di bidang teknologi informasi dan komunikasi.

Pada tataran aplikasinya, Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Madrasah Aliyah masih ada kendala yang harus dibenahi dan harus terus diusahakan untuk mengatasinya. Kenyataan yang sering kita jumpai adalah bahwa peserta didik kurang kreatif sebagai hasil (outcome) pembelajaran, hal ini dapat dilihat jika peserta didik dihadapkan dengan tugas yang sedikit menantang, tugas yang berkaitan dengan dunia nyata, peserta didik tidak dapat menyelesaikan


(18)

8

dengan baik. Kenyataan ini muncul kemungkinan besar karena pembelajaran kurang berorientasi pada real word dan tidak bermakna. Di samping itu, pembelajaran berorientasi pada penuntasan materi belum pembentukan kemampuan skill/kompetensi dan Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Madrasah Aliyah masih bersifat tutorial, proses belajar tidak berjalan efektif jika tidak diawasi oleh kahadiran guru, sehingga mengakibatkan lamban dalam proses dan kurang efektif dalam hasil.

Beberapa peneliti terdahulu diantaranya penelitian yang dilakukan Gozali (2008) yang mengindikasikan bahwa belum terkuasainya kompetensi dasar mata pelajaran Teknologi Informasi dan Kompetensi secara penuh, hal ini terlihat masih banyak siswa yang tidak memiliki skill yang diharapkan dari mata pelajaran ini.

Selain itu, Cepi Riyana (2006), mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintah tentang Implementasi Kurikulum Teknologi Informasi dan Komunikasi telah direalisasikan kebijakan itu di SMA, namun belum ideal sesuai dengan karakteristik mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi baik secara teoritik maupun aplikatifnya. Implementasi Teknologi Informasi dan Komunikasi merujuk pada dokumen Kurikulum Berbasis Kompetensi sebagai pedoman dasar dalam menentukan kompetensi dasar serta pemilihan kompetensi yang ingin dicapai dan urutan penyampaian disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan sekolah. Dengan demikian, kita melihat ada gap yang muncul sebagai akibat belum tercapainya target tujuan yang semestinya. Mungkin tidak berlebihan jika diartikan bahwa proses pembelajaran secara umum sebagaimana uraian di atas dan juga khususnya pada Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di Madrasah Aliyah yang masih harus dioptimalkan untuk meningkatkan kompetensi siswa.


(19)

Oleh karenanya, rekayasa-rekayasa dalam teknologi pendidikan harus terus diupayakan sebagai solusi atau jaminan penyelesaian atas permasalahan-masalah di atas.

Permasalahan belum optimalnya proses pembelajaran khusunya Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk meningkatkan kompetensi siswa harus dihadapi dengan bijaksana. Keseluruhan tantangan dan persoalan tersebut memerlukan pemikiran kembali yang mendalam dan pendekatan baru yang progresif. Gagasan baru yang merupakan inovasi pendidikan sebagai hasil pemikiran kembali haruslah mampu memecahkan persoalan yang tidak terpecahkan hanya dengan cara yang tradisional atau komersial. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Inovasi pendidikan merupakan upaya dasar untuk memperbaiki aspek-aspek pendidikan agar lebih efektif dan efisien (Sa’ud, 2009:6).

Inovasi pendidikan kian dirasakan penting dalam proses Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Pengembangan dalam aspek pembelajaran perlu dibarengi dengan penjelasan maupun penemuan baru seputar Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi itu sendiri. Hal ini dilakukan untuk memecahkan sejumlah permasalahan seputar proses pembelajaran itu. Salah satu bentuk inovasi dalam Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah pengembangan model pembelajaran yang tepat dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan peserta didik akan materi yang sedang dipelajari.

Dalam memilih model pembelajaran yang tepat, kriteria-kriteria tertentu perlu dilibatkan, dan yang paling utama adalah yang dapat mengantarkan siswa sebagai perserta didik yang aktif dan berhasil mengembangkan potensi atau


(20)

10

kemampuanya secara seimbang antara kemampuan koginitif, afektif dan psikomotor (Sanjaya, 2009). Banyak model pembelajaran yang dapat dipilih untuk mengaktifkan siswa belajar yaitu yang termasuk dalam student-centered perspective atau turunannya yaitu discovery dan inkuiry. Diantaranya CTL, PBL dan pembelajaran berbasis proyek. Kaitannya dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, penulis menduga bahwa model pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan kompetensi siswa adalah pembelajaran berbasis proyek. Dugaan ini didasarkan karakteritik pembelajaran berbasis proyek yang mencakup sebagian besar model pembelajaran, misalnya pembelajaran kooperatif, pembelajran kontekstual dan pembelajaran berbasis masalah, karena didalam karakteritik pembelajaran berbasis proyek terdapat kerja kelompok, berdasarkan masalah, dan masalah harus aktual (real world).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tidak berlebihan jika mengatakan bahwa ini adalah permasalahan yang penting untuk diteliti, yaitu pengembangan model pembelajaran. Oleh sebab itu, penulis tergugah untuk mengadakan suatu penelitian pengembangan model pembelajaran berbasis proyek dalam meningkatkan kompetensi siswa pada Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di Madrasah Aliyah (MA).

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, Proses-proses ideal yang diinginkan dalam pembelajaran dirasakan untuk lebih dioptimalkan lagi. Hal ini, secara umum terlihat adanya daya saing bangsa yang masih rendah sebagai akibat kurannya kompetensi Sumbar Daya Manusia. Bidang pendidikan dan pengajaran yang


(21)

masih menyisahkan permasalahan dalam prosesnya termasuk di Madrasah Aliyah, dan terakhir pada pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi yang masih dirasakan untuk lebih bermakna atau dioptimalkan lagi dalam meningkatkan kompetensi siswa.

Berangkat dari hal-hal tersebut di atas, masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pengembangan model pembelajaran berbasis proyek yang dapat mengoptimalkan peningkatan kompetensi siswa pada Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di Madrasah Aliyah (MA)?.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang sangat luas dan guna menghasilkan pemikiran aplikatif, penelitian ini membatasi diri pada hal-hal sebagai berikut : 1. Penelitian akan dilaksanakan di beberapa Madrasah Aliyah se-Kota Bima. 2. Sasaran penelitian ini adalah pada proses pembelajaran Teknologi Informasi

dan Komunikasi, jenjang Madrasah Aliyah (MA) kelas XI semester 2, dengan Standar Kompetensi : Menggunakan perangkat lunak pengolah angka untuk menghasilkan informasi.

3. Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi siswa dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Kompetensi tersebut adalah kemampuan dari perpaduan kognitif, psikomotor, afektif siswa yang ditampilkan melalui pikiran dan tingkah laku yaitu berkerja secara efektif, kolaboratif bersama kelompok dalam menghasilkan informasi dengan menggunakan software yang ditentukan sesuai dengan standar kompetensi Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.


(22)

12

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian tersebut di atas, maka dalam kegiatan penelitian akan dilakukan dengan petunjuk dan berdasarkan pertanyaan penelitian, yaitu :

1. Bagaimana kondisi Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di Madrasah Aliyan (MA) saat ini?.

2. Model Pembelajaran berbasis proyek apa yang dapat meningkatkan kompetensi siswa pada matapelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di MA?. Permasalahan kedua ini dapat diuraikan ke bentuk pertanyaan penelitian yang bersifat operasional, sebagai berikut:

a. Apa desain model pembelajaran berbasis proyek yang dikembangkan melalui penelitian ini untuk meningkatkan kompetensi siswa?.

b. Apa implementasi model pembelajaran berbasis proyek yang dikembangkan melalui penelitian ini untuk meningkatkan kompetensi siswa?.

c. Apa evaluasi dan hasil model pembelajaran berbasis proyek yang dikembangkan melalui penelitian ini untuk meningkatkan kompetensi siswa?.

3. Faktor-faktor apa yang menentukan dan yang menghambat kegiatan pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan kompetensi siswa?.


(23)

Secara umum penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan Model Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di Madrasah Aliyah (MA), terutama dilihat dari segi pengembangan Model Pembelajaran berbasis proyek dalam rangka menumbuh-kembangkan kompetensi siswa.

Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut, penelitian ini secara spesifik diarahkan untuk mendapatkan kajian dari hal-hal sebagai berikut :

1. Kondisi pelaksanaan Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di madrasah aliyah (MA) Kota Bima saat ini, dilihat dari kondisi guru, siswa, evaluasi belajar yang dilakukan, ketersediaan dan penggunaan fasilitas belajar Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, ukuran kelas dan iklim sekolah saat ini .

2. Model Pembelajaran berbasis proyek dalam rangka meningkatkan kompetensi peserta didik pada Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi yang dapat dikembangkan di Madrasah Aliyah (MA), meliputi :

a. Desain pembelajaran yang didalamnya menghimpun, konsep / sub konsep, kelas/semester, waktu yang diperlukan, tujuan pembelajaran, kegiatan melalui pembuatan proyek sesuai dengan konsep/sub konsep, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, alat bahan dan sumber pembelajaran, serta evaluasi.

b. Langkah-langkah pengembangan model pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan enam komponen utama, seperti diungkapkan oleh Stienberg (1997) The Six A’s of Designing Projects, yaitu 1). Autenticity (keautentikan), 2). Academic Rigor (ketaatan terhadap nilai akademik), 3). Applied learning (belajar pada dunia nyata), 4). Active Exploration (aktif


(24)

14

meneliti), 5). Adult relationship (hubungan dengan pakar), dan 6). Assessment (penilaian).

c. Evaluasi yang dilaksanakan untuk menghimpun informasi tentang hasil belajar dengan penggunaan model pembelajaran berbasis proyek.

3. Faktor-faktor yang menentukan dan yang menghambat kegiatan pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan kompetensi siswa

F. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif suatu prinsip atau konsep pembelajaran yang meningkatkan skill dengan menggunakan Pendekatan Pembelajaran berbasis proyek dalam rangka meningkatkan kompetensi peserta didik. Hal ini penting bagi keperluan kajian teoritis mengingat masih langkahnya bahan referensi yang membahas tentang penerapan model pembelajaran berbasis proyek dalam rangka menumbuh-kembangkan kompetensi siswa pada Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di Madrasah Aliyah (MA) atau tingkat dan jenis satuan pendidikan lainnya.

Manfaat Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membarikan sumbangsih bagi :

1. Satuan Pendidikan, dalam hal ini guru dan siswa serta kepala sekolah di mana hasil penelitian ini dapat dijadikan wahana peningkatan mutu pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, terutama dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi peserta didik.


(25)

2. Bagi Peneliti, guna memperoleh pengalaman praktis penelitian dan pengembangan model pembelajaran sebagai bahan untuk meningkatkan kemampuan akademik dalam bidang pengembangan kurikulum.


(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian secara garis besar dapat digolongkan ke dalam pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yang menekankan fenomena obyektif dan dikaji secara kuantitatif (Sukmadinata, 2005-2009). Pendekatan ini dapat dibedakan ke dalam metode penelitian eksperimen dan non eksperimen, hal ini dapat dilihat dalam Mc Millan dan Schumacher (2001). Selain itu Sukmadinata (2005-2009) memasukan metode penelitian research and development (R&D) ke dalam pendekatan penelitian kuantitatif yang berdiri di atas metode eksperimen dan non eksperimen.

Permasalahan dalam penelitian ini menitik-beratkan pada pengembangan model pembelajaran (studi pengembangan), dengan melakukan percobaan dan penyempurnaan (revisi) kembali, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sukmadinata (2005-2009), maksimalisasi obyektivitas desain penelitian ini (kuantitatif) dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol. Lebih lanjut dikatakannya, penelitian ini menggunakan instrumen-instrumen formal, standar dan bersifat mengukur…(Sukmadinata, 2005-2009).

Selanjutnya metode penelitian yang digunakan adalah metode research and development (R&D), hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu pengembangan model pembelajaran. Research and Development adalah proses


(27)

untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada sebagaimana diungkapkan Borg dan Gall (1989), Educational research and development (R&D) is a process used to develop and validate educational products.

Tahap-tahap yang dapat dilakukan dalam pengembangan sebuah produk berdasarkan metode penelitian research and development (R&D) yang dikembangkan Borg dan Gall (1989) terdiri dari sepuluh langkah. Sepuluh langkah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting), termasuk didalamnya review, literature, observasi kelas dan persiapan laporan. 2. Perencanaan (planning). Termasuk didalamnya adalah menjelaskan

kompetensi, menetapkan tujuan, menentukan urutan pembelajaran.

3. Pengembangan bentuk model awal (develop preliminary form of product), kegiatan ini adalah menyiapkan materi belajar, buku-buku yang digunakan, media dan alat evaluasi. Kegiatan inti dalam langkah ini adalah menyusun rangkaian model draft produk.

4. Uji coba lapangan awal (preliminary field testing). Uji coba lapangan yang melibatkan sekolah dan subyek dalam jumlah terbatas. Dalam hal ini dilakukan analisis data berdasarkan angket, hasil wawancara dan observasi.

5. Merevisi hasil uji coba (main product revision). Memperbaiki atau menyempurnakan hasil uji coba.

6. Uji coba lapangan (main field testing). Melibatkan kelas dan subyek dalam jumlah yang lebih banyak. Data kuantitatif berupa pretest dan posttest sebelum


(28)

74

dan sesudah menggunakan model yang dicobakan dikumpulkan. Hasil pengumpulan data dievaluasi sesuai dengan tujuan.

7. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operational product revision). Dilakukan berdasarkan hasil uji coba lapangan, merevisi model pembelajaran berdasarkan uji coba lapangan, peneliti berkolaboratif dengan guru untuk menghasilkan bentuk model yang ideal. Pada langkah ini dikumpulkan data dari angket, observasi dan hasil wawancara untuk kemudian dianalisis.

8. Uji pelaksanaan lapangan (operational field testing). Melibatkan lebih banyak kelas dan subyek. Pada langkah ini dikumpulkan data angket observasi dan hasil wawancara untuk kemudian dianalisis.

9. Penyempurnaan produk akhir (final product revision), penyempurnaan didasarkan masukan dari uji pelaksanaan lapangan.

10.Diseminasi dan implementasi (dissemination and implementation), penyebaran dan distribusi, pada langkah ini dilakukan monitoring sebagai kontrol terhadap kualitas.

Dari sepuluh langkah yang dikembangkan oleh Borg dan Gall di atas, penelitian ini hanya mengimplementasikan sampai pada langkah ke tujuh. Hal ini dilakukan dengan segala keterbatasan, baik dari segi waktu maupun biaya dan sesuai dengan keperluan penelitian ini. Pada langkah ke tujuh, produk yang diinginkan sudah terasa ideal, walaupun masih diperlukan proses lebih lanjut seperti langkah Borg dan Gall. Di samping itu, Sukmadinata (2005-2009) menyatakan bahwa dalam penelitian dan pengembangan dapat dihentikan sampai dihasilkan draft final, tanpa pengujian hasil. Hasil atau dampak dari penerapan model sudah ada, baik pada uji terbatas maupun uji coba lebih luas karena selama


(29)

pelaksanaan pembelajaran ada tugas-tugas yang dilakukan siswa juga dilaksanakan test akhir setiap pokok bahasan. Hasil penilaian tugas dan test akhir tiap pokok bahasan bisa dipandang sebagai hasil atau dampak dari penerapan model.

Untuk lebih jelasnya, langkah-langkah penelitian dan pengembangan model pembelajaran dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan

No. Tahap

Penelitian

Kegiatan Hasil

1. Research and

information collecting

Studi Lapangan / survey: 1. Proses Belajar Mengajar 2. Kondisi Siswa dan guru 3. Sarana, Alat, Media 4. Lingkungan Strudi Literatur: 1.Teori-teori pendukung 2.Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil Kajian Literatur dan Empirik

2. Planning Mendifinisikan

keterampilan-keterampilan, pernyataan tujuan, menentukan urutan pembelajaran

Dokumen rencana awal

3. Develop

preliminary form of product

Pengembangan bahan acuan pembelajaran berdasarkan dokumen rencana, termasuk mengumpulkan bahan, alat dan media dan evaluasi

Terkumpulnya bahan/material pembelajaran yang merupakan produk awal.

4. Preliminary field testing

Melaksanakan uji terbatas pada satu Madrasah Aliyah, data dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi dan quesioner.

Data umpan balik dari guru

5. Main product

revision

Berdasarkan data umpan balik dari guru, produk awal dilakukan revisi atau perbaikan untuk mendapatkan penyempurnaan produk.

Didapatkan produk hasil penyempurnaan

6. Main field

testing

Melaksanakan uji luas pada tiga Madrasah Aliyah, data dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi dan quesioner, pretest dan post test.

Data uji luas yang merupakan umpan balik dari guru.

7. Operational

product revision

Berdasarkan data umpan balik dari guru pada setiap siklus uji coba luas, produk dilakukan revisi atau perbaikan pada setiap siklus uji coba luas untuk mendapatkan penyempurnaan produk.

Produk akhir yakni Model Pembelajaran.


(30)

76

B. Variabel dan Definisi Operasional

Penelitian ini akan mengkaji dua variabel, yakni 1). Variabel Model Pembelajaran Berbasis Proyek, dan 2). Kompetensi siswa dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Agar ada kesamaan konsep dan persepsi yang menjadi pegangan dalam penyusunan instrumen pengumpulan data, kedua variabel tersebut perlu didefinisikan secara operasional.

1. Model Pembelajaran berbasis proyek

Pembelajaran berbasis proyek pada hakekatnya adalah pembelajaran yang menekankan pada pekerjaan atau tugas yang kompleks, mendasarkan diri pada pertanyaan yang menantang, yang melibatkan siswa dalam mendesain, mencari solusi dari permasalahan, membuat keputusan atau aktivitas-aktivitas investigasi, bekerja secara mandiri baik secara individual maupun kelompok dan mempresentasikan hasil pekerjaan tugas tersebut berupa produk jadi (Thomas et al., 1999).

Pembelajaran berbasis proyek didukung oleh teori-teori belajar konstruktivistik. Ciri teori belajar konstruktivistik adalah adanya keterlibatan siswa yang aktif, belajar kolaboratif, kegiatan laboratorium, pengalaman lapangan, studi kasus, panel diskusi, diskusi, brainstorming, dan simulasi. Pembelajaran Berbasis Proyek dibangun berdasarkan ide-ide siswa sebagai bentuk alternatif pemecahan masalah riil tertentu, dan siswa mengalami proses belajar pemecahan masalah (penyelesaian proyek) itu secara langsung atau kegiatan nyata.

Proyek dalam pembelajaran model ini didesain dengan menggunakan langkah-langkah 1) membuat pertanyaan yang menantang, 2) mendesain proyek, 3) membuat jadwal pengerjaan proyek, 4) memonitor kemajuan pengerjaan proyek, 5)


(31)

menilai hasil dan 6) mengevaluasi pengalaman belajar. Langkah-langkah ini dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP ini memuat satu topik atau proyek pembelajaran yang akan dibahas dalam satu kali atau lebih pertemuan. Dalam pertemuan pertama, RPP diarahkan untuk membuat perencanaan proyek. Proyek yang direncanakan sedapat mungkin digali dari ide-ide siswa, berhubungan dengan siswa dan siswa secara otonom memikirkan bagaimana cara penyelesaian proyek tersebut termasuk membuat jadwal pengerjaan unit-unit proyek di bawah bimbingan guru.

Implementasi pembalajaran berbasis proyek dilakukan dengan keterlibatan siswa dalam aktifitas-aktifitas pencarian dan mengkonstruk pengetahuan melalui brainstorming, kegiatan investigasi, analisa data untuk menyelesaikan permasalahan dengan berpedoman pada strategi penyelesaian masalah yang telah dibuat bersama. Implementasi pembelajaran berbasis proyek diawali dengan mengajukan pertanyaan menantang sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator serta tujuan pembelajaran. Pertanyaan tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi untuk diselesaikan oleh siswa. Dengan demikian, siswa belajar dengan menyelesaikan proyek secara tidak langsung akan belajar konten dari disiplin ilmu yang menjadi mata pelajarannya.

Evaluasi atau penilaian pembelajaran berbasis proyek juga mengikutkan keterlibatan siswa sebagaimana ciri dari pembelajaran siswa aktif yaitu mulai dari perencanaan, implementasi maupun evaluasi kegiatan belajar. Untuk itu format penilaian harus disepakati dengan unsur siswa dan guru juga dapat mengikutkan pihak ketiga. Penilaian dapat dilakukan oleh guru dan siswa, penilaian oleh guru meliputi keseluruhan obyek dan subyek siswa. Penilaian oleh siswa dapat


(32)

78

digunakan dalam rangka peer assessment untuk mendapatkan gambaran performance siswa dari temannya sendiri dalam satu kelompok kerja.

Format penilain yang disepakati dalam pembelajaran berbasis proyek dapat berupa rubrik penilaian. Rubrik merupakan pedoman pemberian nilai atau skor terhadap kecapaian ukuran suatu aspek yang dinilai berdasarkan observasi hasil belajar siswa. Penggunaan rubrik sebagai pedoman dalam penilaian juga dengan alasan bahwa rubrik dapat mengakomodir penilaian performance atau penilaian otentik pada pengerjaan proyek dan produk proyeknya. Penilaian dalam pembelajaran berbasis proyek lebih banyak dilakukan dengan penilaian performace atau penilaian autentik mengingat kompetensi yang menjadi sasaran dalam pembelajaran berbasis proyek bukan semata-mata pengetahuan kognitif akan tetapi sikap dan perilaku psikomotorik.

Pengembangan model pembelajaran berbasis proyek dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa kegiatan, yakni : 1) melakukan studi awal untuk mendapat gambaran yang jelas terhadap kondisi pembelajaran yang sedang berlangsung, 2) mendesain model pembelajaran untuk menghasilkan draf rencana pelaksanaan pembelajaran, 3) uji coba terbatas pada satu madrasah untuk menilai kelayakan rencana pelaksanaan pembelajaran pada skala terbatas, dari langkah ini akan mendapatkan umpan balik sebagai hasil evaluasi tentang implementasi yang dipertimbangkan dalam merevisi draf rencana pelaksanaan pembelajaran, 4) uji coba yang lebih luas dengan menggunakan tiga madrasah untuk menilai kelayakan rencana pelaksanaan pembelajaran pada skala yang lebih luas.


(33)

2. Kompetensi siswa pada pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

Kompetensi adalah karakteristik yang melekat pada seseorang berupa pengetahuan, sikap, keterampilan yang dapat dipelajari dan dikembangkan agar mampu dan menjadi dasar yang digunakan untuk melakukan suatu pekerjaan secara efektif sesuai dengan standar atau kinerja yang diharapkan dalam suatu situasi pekerjaan. Berdasarkan batasan definisi ini, kompetensi memiliki komponen utama yaitu : a) karakteristik, b) melekat pada diri seseorang, c) menjadi dasar untuk melakukan suatu pekerjaan.

Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah pembelajaran yang bertujuan untuk membekali peserta didik agar memiliki kemampuan, mengembangkan keterampilan, mengembangkan sikap kritis, kreatif, apresiatif dan mandiri, serta menghargai karya cipta di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Ruang lingkup pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi adalah berupa 1) perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, dan menyajikan informasi, dan 2) penggunaan alat bantu untuk memproses dan memindah data dari satu perangkat ke perangkat lainnya. (Permen No. 22/ 2006).

Kompetensi siswa dalam pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi adalah karakteristik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa dalam menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak untuk menghasilkan informasi. Di samping itu keterampilan yang dibidik dalam pembelajaran TIK adalah keterampilan hidup untuk menghadapi perkembangan abad 21 diantaranya adalah kemampuan berkomunikasi, kemampuan kerja sama tim kerja, sikap kemandirian, disiplin dan tanggung jawab. Kompetensi siswa dalam penelitian ini


(34)

80

adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebelum, selama, dan sesudah mengikuti proses pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi dengan melihat hasil pengukuran melalui tes pada aspek kognitif (pengetahuan) dan psikomotor siswa dan nontes pada aspek sikap siswa melalui pengamatan/observasi langsung pada saat proses pembelajaran sedang dilaksanakan.

Kompetensi siswa sebelum pembelajaran adalah untuk memonitor sejauh mana kemampuan siswa mengetahui dan memahami ruang lingkup pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi secara keseluruhan yakni keterampilan siswa dalam mengoperasikan komputer, pengetahuan siswa mengenai software dan hardware yang diperkenalkan dalam pembelajaran secara keseluruhan.

Kompetensi siswa selama dan sesudah pembelajaran difokuskan pada kemampuan siswa dalam menggunakan perangkat lunak yang menjadi kompetensi kelas XI semester 2 yaitu pengolah angka (Mikrosoft Excel) untuk menghasilkan informasi, dengan kompetensi dasar mengolah dokumen pengolah angka dengan variasi teks, tabel, grafik, gambar, dan diagram untuk menghasilkan informasi.

C. Langkah-langkah Pengembangan Model

Langkah pertama dalam penelitian ini dilakukan hanya sekali. Pada langkah ini dilakukan survey dan studi pustaka. Menurut Mc Millan dan Schumacher (2001) survey dapat digolongkan dalam desain penelitian atau metode penelitian dan juga berperan sebagai teknik pengumpulan data. Dalam kaitan dengan penelitian ini, survey berperan sebagai teknik pengumpulan data. Selain survey, teknik pengumpulan data pada langkah pertama ini dilakukan dengan angket dan studi dokumenter. Studi dokumenter digunakan untuk mendapatkan


(35)

data berupa kebijakan-kebijakan formal dari pemerintah yang melatari proses pembelajaran maupun pendidikan secara umum, landasan-landasan teori dan kajian-kajian penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

Langkah-langkah selanjutnya dilakukan berulang kali atau mengarah kepada siklus. Oleh karena itu dalam penelitian ini juga mengadopsi atau menggunakan penelitian action research. Menurut Sukmadinata (2005-2009), Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang diarahkan pada mengadakan pemecahan masalah atau perbaikan.

Berdasarkan kajian dan temuan pada langkah sebelumnya, penelitian mengembangkan suatu produk. Produk yang didasarkan pada temuan kajian tersebut, diuji dalam satu situasi dan dilakukan revisi terhadap hasil uji coba sampai pada akhirnya diperoleh suatu model (product) yang dapat digunakan untuk meningkatkan output atau hasil dari pembelajaran yaitu berupa siswa yang memiliki kompetensi.

Proses pengembangan melalui action research untuk mendapatkan produk yang ideal, dilakukan beberapa siklus. Hal ini sesuai dengan model action research yang dikembangkan oleh Model Kurt Lewin (1946). Kegiatan-kegiatan dalam model Kurt Lewin adalah Planning, acting, observing, dan refleksi dalam satu rangkaian putaran atau siklus, siklus selanjunya dapat menggunakan rangkaian tersebut. Setiap siklus dilakukan deskripsi dan evaluasi dan eksperimen. Dengan demikian, setiap siklus dalam penelitian ini juga menggunakan metode penelitian deskriptif, metode evaluasi dan metode eksperimen. Sukmadinata (2005-2009) mengatakan bahwa dalam penelitian dan pengembangan ada beberapa metode yang dapat digunakan, diantaranya adalah metode deskriptif, metode evaluatif dan


(36)

82

metode eksperimen. Namun pada penelitian ini tidak dilaksanakan metode eksperimen mengingat tujuan penelitian hanya pada pengembangan model. Hal ini sesuai dengan pembahasan sebelumnya.

 Metode deskriptif, yang digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada (Sukmadinata, 2005-2009). Penelitian ini juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan hasil temuan pada setiap siklus jika menggunakan rangkaian siklus dalam uji coba penelitian.

 Metode evaluatif, digunakan untuk mengevaluasi proses uji coba pengembangan suatu produk. Menurut Sukmadinata (2005-2009) penelitian evaluasi merupakan suatu desain dan prosedur evaluasi dalam mengumpulkan dan menganalisis data secara sistematik untuk menentukan nilai atau manfaat (worth) dari sutu praktik (pendidikan). Sejalan dengan itu, Borg dan Gall (1989) mengatakan bahwa tujuan penelitian evaluasi adalah untuk mengumpulkan data yang dapat membantu pendidik dalam membuat keputusan tentang nilai dari suatu program pendidikan, produk, atau teknik.

Berdasarkan uraian tersebut dapat digambarkan bagan langkah-langkah dalam pengembangan model pembelajaran. Bagan tersebut seperti terlihat di bawah ini :


(37)

Bagan 3.1. Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan Model Pembelajaran

Berdasarkan bagan pelaksanaan penelitian dan pengembangan di atas, pengembangan model pembelajaran berbasis proyek dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Madrasah Aliyah di Kota Bima menggunakan prosedur sebagai berikut:

- Post test - Kuesioner - Observasi - Wawancara

- Post test - Kuesioner - Observasi - Wawancara

- Pre test - Post test - Kuesioner - Observasi - Wawancara

Studi Awal Desain

U ji co ba t er b at as U ji co ba l uas Siklus II Siklus III Siklus I Survey dan Studi dokumen

Penyusunan Draf Awal Perencanaan Model

Model PBL hasil Pengembangan Produk Akhir imp le m en ta si evaluasi re v is i Produk awal hasil revisi Produk awal hasil revisi Siklus I Siklus II Siklus III Pre test Post test Kuesioner Observasi Wawancara Post test Kuesioner Observasi Wawancara Post test Kuesioner Observasi Wawancara imp le m en ta si evaluasi re v is i Produk awal imp le m en ta si evaluasi re v is i Produk awal hasil revisi imp le m en ta s evaluasi re v is

i Produk awal jadi imp le m en ta s evaluasi re v is

i Produk awal hasil revisi imp le m en ta s evaluasi re v is i Produk awal hasil revisi


(38)

84

1. Studi awal

Pada tahap ini dilakukan penjajakan pra survey yang bersifat deskriptif. Melalui tahap pra survey ini mengungkap jawaban pertanyaan apa, bagaimana, berapa bukan pertanyaan mengapa, dimana tujuan utamanya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variabel (Nana Sudjana & Ibrahim, 1989).

Kegiatan pada tahap ini dilakukan terhadap proses pembelajaran yang biasa dilakukan guru di kelas untuk merefleksikan terhadap bagaimana proses pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang biasa dilakukan. Aspek-aspek yang diteliti pada tahap studi awal ini adalah:

a. Mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis proyek atau project-based learning (PBL).

b. Mengkaji kurikulum pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di madrasah aliyah; rencana pelaksanaan pembelajaran, kalender pendidikan. c. Mengkaji hasil penelitian terdahulu yang hasilnya berkaitan erat dengan

pembelajaran berbasis proyek.

d. Melakukan studi lapangan di Madrasah Aliyah Kota Bima untuk mendapatkan gambaran umum berkaitan dengan kurikulum yang digunakan, proses belajar mengajar, kondisi peserta didik, kondisi guru, sarana, fasilitas pembelajaran yang mendukung, sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis proyek dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), sehingga dapat meningkatkan kompetensi belajar siswa pada Madrasah Aliyah di Kota Bima.

Hasil studi awal ini digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis proyek dalam


(39)

mengimplementasikan kurikulum Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada madrasah aliyah di Kota Bima, sesuai dengan kondisi dan lingkungan setempat.

2. Desain model Pembelajaran Berbasis Proyek

Di dalam menyusun rancangan model, kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Menganalisis model yang ada, yaitu model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi siswa, menekankan pada siswa untuk aktif belajar memperoleh dan mengembangkan ilmu pengetahuan, sikap, nilai, serta kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan kurikulum 2006.

b. Mengkaji model yang relevan dengan pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Madrasah Aliyah

c. Penentuan sistematika model

d. Menentukan kriteria keberhasilan model

Penyusunan model dikembangkan berdasarkan hasil studi awal yang telah dilakukan di madrasah yang akan dijadikan subjek penelitian dan kajian literatur yang mendukung pengembangan model pembelajaran berbasis proyek.

Sesuai dengan karakteristiknya, model pembelajaran berbasis proyek memakan waktu lebih dari satu minggu. Untuk membuat sebuah proyek yang komprehensif dilakukan dengan perencanaan yang matang. Dalam perencanaan pembelajaran dengan fokus utama menyelesaikan proyek, siswa dilibatkan secara penuh.

Untuk menyelesaikan proyek yang besar, ada bagian-bagian tertentu yang dilaksanakan tiap minggunya. Bagian-bagian inilah yang akan dibuat


(40)

86

sebagai siklus dalam penyelesaian penelitian pengembangan model pembelajaran berbasis proyek.

Di dalam menyusun rancangan model, kerangka operasional disusun sebagai berikut:

1). Start with the essential question - Membuat pertanyaan pendorong 2). Design a plan for the project

- menetapkan standar kompetensi - indikator pencapaian

3). Create the schedule

- membuat timeline untuk menyelesaikan proyek - membuat deadline penyelesaian proyak

- membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru

- membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek

- meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara

4). Monitor the students and the proses of the project

- pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik

- membuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting

5). Asses the outcome

- mengukur ketercapaian standar


(41)

- memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik

- menyusun strategi pembelajaran berikutnya 6). Evaluate the experience

- pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan

- refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok.

- peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek.

- pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran

Dalam setiap kali pertemuan dibuat desain perencanaan sebagai berikut : 1) Merumuskan Tujuan

Tujuan pembelajaran dirumuskan sebagai target pencapaian hasil belajar yang diharapkan dapat dikuasai siswa pada suatu kegiatan pembelajaran. 2) Materi yang diberikan kepada siswa

Materi yang disajikan berkenaan dengan pengembangan model ini. 3) Mengembangkan Rencana Pengajaran

Rencana pengajaran dikembangkan berdasarkan hasil studi awal yang materinya berkenaan dengan kompetensi dasar dalam pembelajaran TIK. Guru pada tahap ini bersama peneliti secara kolaboratif mempersiapkan bahan berikut perangkat pembelajaran termasuk alat-alat yang diperlukan. tes, dan metode pengajaran. Rencana pengajaran termuat dalam Rencana Pembelajaran (RPP).


(42)

88

4) Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan pelaksanaan dari rencana pengajaran yang telah dikembangkan. Berkenaan dengan pengembangan model ini, proses pembelajaran yang dikembangkan mencakup tiga langkah pembelajaran, yaitu: (1) kegiatan awal; (2) kegiatan inti; dan (3) kegiatan akhir.

(1) Kegiatan Awal

Dalam kegiatan awal, guru membuka pelajaran, memberikan penjelasan dan pengarahan, melakukan pre test, menyampaikan tujuan pembelajaran dengan melaksanakan proyek, memotivasi, memberikan pertanyaan pendorong.

(2) Kegiatan Inti

Guru memberikan pengarahan dan menyampaikan secara singkat mengenai materi pelajaran yang mendukung proyek, memotivasi dan membangkitkan semangat belajar pada siswa untuk selanjutnya melakukan kegiatan belajar secara mandiri atau kelompok. Melalui penyampaian singkat tersebut, selanjutnya guru mempersilahkan siswa untuk melakukan eksplorasi kegiatan untuk mendukung tercapainya penyelesaian proyek. Siswa mulai memperdalam materi dan guru memberikan bimbingan, jika ada siswa yang bertanya. Guru berkeliling untuk melihat dan membantu bilamana ada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi. Peran guru dalam kegiatan ini sebagai fasilitator dan motivator.


(43)

(3) Kegiatan Akhir

Pada tahap ini diadakan tes formatif/posttest dengan tujuan untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan belajar yang telah dicapai siswa, dan memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

5) Menetapkan metode

Metode yang digunakan dalam pengembangan model ini adalah metode belajar siswa aktif, dan penugasan atau proyek, belajar berkelompok. 6) Menetapkan alokasi waktu sesuai dengan topik pembelajaran

Menelaah kedalaman dan keluasan materi pada pokok bahasan yang akan diajarkan, alokasi waktu memungkinkan sesuai dengan yang telah ditetapkan, yaitu 2 (dua) jam pelajaran (2x45 menit) per minggu.

7) Mengembangkan alat evaluasi

Evaluasi yang dikembangkan pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan belajar yang telah dicapai siswa. Bentuk penilaian terdiri atas penilaian individu melalui proses dan hasil belajar melalui tes formatif. Penilaian dilakukan setiap kali pertemuan, guna untuk mengetahui kemajuan hasil belajarnya dan memberikan umpan balik terhadap hasil belajar tersebut. Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih perolehan tes awal (pretest) dengan tes akhir (posttest). Di samping itu siswa juga diberikan kesempatan untuk menilai diri sendiri.


(44)

90

3. Uji Coba terbatas

Dilakukan pada satu Madrasah Aliyah, yaitu Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Bima kelas XI. Evaluasi dilakukan terhadap proses pelaksanaan model, dengan analisa data berdasarkan hasil wawancara, observasi dan hasil tes.

4. Uji Coba Luas

Uji coba lebih luas dalam penelitian tindakan direncanakan dan dilaksanakan pada tiga Madrasah Aliyah, yaitu Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1, Madrasah Aliyah (MA) Muhamadiyah dan Madrasah Al-Husainy Kota Bima yang sampelnya adalah kelas XI (pada kelas yang mempunyai kharakteristik hampir sama).

Pada tahap pelaksanaan dan pengembangan; kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan uji coba model di madrasah (lokasi penelitian). Pada pertemuan pertama waktu 2 jam pelajaran (90 menit), dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Pelaksanaan tes awal (pre-test)

b. Curah pendapat untuk menentukan tema pembelajaran c. Desain Perencanaan sebuah proyek

1) Memahamkan dalam Pikiran (Begin with the end in mind) 2) Membuat Pertanyaan pendorong

3) Merencanakan Penilaian 4) Pemetaan Proyek


(45)

d. Pembentukan kelompok kerja

Pada pertemuan berikutnya dilakukan sebagaimana jadwal proyek yang telah dibuat, siklus pertama dapat dimulai pada minggu pertemuan kedua ini, Siswa mengerjakan bagian dari proyek untuk menyelesaikan proyek yang besar.

Pengembangan model yang dikembangkan dalam penelitian ini diuji coba melalui pendekatan penelitian tindakan sehingga diperoleh model yang prima dan sesuai dengan kondisi yang ada. Aspek-aspek yang diteliti pada tahap ini adalah:

a. Draf pengembangan model pembelajaran berbasis proyek. b. Implementasi draft model tersebut.

Sejalan dengan uji coba model, dilakukan pula monitoring yang cermat dan produktif sehingga diperoleh data untuk bahan refleksi. Hasil pengamatan fase uji coba ini merupakan bahan untuk dilakukannya revisi dan uji coba berikutnya dilakukan setelah model direvisi berdasarkan hasil kolaboratif antara peneliti dan guru.

D. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian pengembangan model pembelajaran berbasis proyek ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah di Kota Bima NTB. Berdasarkan uji coba dalam pengembangan, penelitian dilakukan dengan cara:

1. Uji coba terbatas dilakukan di satu madrasah, yaitu di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 di Kota Bima sebagai madrasah yang dijadikan tempat penelitian. Ada beberapa alasan yang dapat dijadikan pertimbangan lokasi tersebut, antara lain adalah :


(46)

92

a. Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bima merupakan sekolah terpadu dalam satu lokasi dengan Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Tolobali Bima, Madrasah Tsanawiyah Tolobali Bima, Madrasah juga mempunyai sarana pembelajaran yang lengkap (perpustakaan, tempat ibadah, laboratorium IPA, laboratorium Bahasa, laboratorium multimedia dan lain sebagainya), sehingga sangat mendukung proses pembelajaran.

b. Kualifikasi pendidikan guru yang hampir keseluruhan sarjana bahkan beberapa orang sudah menyandang magister dari berbagai disiplin ilmu, bersedia menerima masukan baru berkaitan dengan peningkatan efektifitas pembelajaran.

c. Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bima dianggap memiliki kualitas pertengahan antara Madrasah Aliyah Negeri 1 dengan Madrasah-madrasah Aliyah Swasta, sehingga desain pembelajaran sebagai alternatif pemecahan masalah dalam penelitian ini dapat lebih seimbang.

d. Karakter Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bima yang khas dengan siswa yang pada umumnya berlatar sosial Tekonologi Informasi dan Komunikasi kelas menengah, dengan latar belakang pendidikan orang tua yang cukup baik.

e. Pemilihan pada kelas XI (sebelas) sebagai pengembangan pembelajaran berbasis proyek dikarenakan siswa sudah dianggap mampu untuk berpikir kritis dan kreaatif dalam mencari pemecahan masalah.

2. Uji coba lebih luas dilakukan di tiga madrasah, yaitu Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1, Madrasah Aliyah Al-Husainy dan Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kota Bima.


(47)

Subyek penelitian dan pengembangan ini adalah guru Tekonologi Informasi dan Komunikasi dan siswa kelas XI (sebelas) pada Madrasah Aliyah di Kota Bima Provinsi NTB. Penelitiaan ini menerapkan model pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan kompetensi siswa pada pembelajaran Tekonologi Informasi dan Komunikasi.

E. Teknik dan Alat Pengumpul Data

Sejumlah alat dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Studi Dokumentasi

Studi dokumen adalah alat untuk mengumpulkan sejumlah data atau informasi yang berasal dari berbagai sumber media, baik cetak seperti buku dan percetakan lainnya dan juga di dalam media elektoronik, seperti CDROM, flash disk dan hardisk. Dokumen ini berupa berbagai kebijakan pemerintah, catatan penting lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan informasi khususnya untuk melengkapi data dalam rangka penelitian prasurvey. Guba & Lincon (1981),. merinci beberapa alasan mengapa dokumen-dokumen harus dianalisis sebagai sumber informasi yang lestari, sekalipun dokumen itu tidak lagi berlaku, merupakan bukti yang dapat dijadikan dasar untuk mempertahankan diri terhadap tuduhan atau kekeliruan interpretasi.

Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh sejumlah data yang relevan berkenaan dengan pokok permasalahan penelitian. Dalam hal ini studi dokumentasi dilakukan terhadap kurikulum MA serta dokumen-dokumen lain yang mendukung terhadap pengembangan model.


(48)

94

Selain itu studi ini juga digunakan untuk mencari dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan teori-teori belajar yang mendukung pembelajaran berbasis proyek, penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan pengembangan model pembelajaran ini.

2. Observasi

Observasi adalah merupakan alat atau instrumern dalam mengumpulkan data atau informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. “Observasi adalah pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung” (Sukmadinata, 2005-2009). Selanjutnya Menurut Nana Sudjana & Ibrahim (1989) Observasi digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.

Observasi dilakukan untuk mengamati langsung proses kegiatan yang dilakukan oleh responden selama berlangsungnya proses pembelajaran. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin tentang apa dan bagaimana proses penerapan aktifitas suatu produk dalam mencapai tujuan, kegiatan observasi dilakukan secara kontinue sampai diperoleh data yang memadai.

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai observer partisipatif seperti yang diungkapkan oleh Goodman (1990: 56), bahwa ”in participant observation, the researcher participates directly with the people he or she is studying in the activities in which they are engaged”.


(49)

3. Wawancara

Menurut Sukmadinata (2005-2009) wawancara (interview) merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Secara operasional, Riduwan (2004) mengatakan wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, Arifin (2009) mengatakan wawancara adalah merupakan salah satu bentuk alat evaluasi non tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab baik langsung, maupun tidak langsung dengan peserta didik.

Stainback (1988) mengemukakan bahwa “interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation alon.” Stainback (1988) beranggapan bahwa dengan wawancara peneliti mendapatkan pemahaman yang dalam terhadap fenomena atau gejala yang telah didapatkan melalui instrumen lain seperti observasi.

Melalui wawancara peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam (indepht information) karena beberapa hal, antara lain: “(1) peneliti dapat menjelaskan atau memparafrasekan pertanyaan yang tidak dimengerti responden; (2) peneliti dapat mengajukan pertanyaan susulan (follow up question); (3) responden cenderung menjawab apabila diberi pertanyaan; (4) responden dapat menceritakan sesuatu yang terjadi di masa silam dan masa mendatang “.(Alwasilah:1991: 26).


(50)

96

Selain itu, tujuan wawancara menurut Arifin (2009), 1). Untuk memperoleh informasi secara langung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu. 2). Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah. 3). Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap guru pembelajaran Tekonologi Informasi dan Komunikasi, siswa dan pihak terkait (Kepala Sekolah dan PKM Kurikulum) untuk mendapatkan data pelaksanaan pembelajaran Tekonologi Informasi dan Komunikasi serta pendukung dan kendala, bagi pengembangan model pembelajaran berbasis proyek. Dalam penelitian ini wawancara yang dilakukan dengan format yang telah dibuat sebagai panduan supaya pertanyaan yang diajukan sesuai dengan tujuan.

4. Angket atau kuisioner

Kuesioner atau angket menurut Sugiyono (2006) merupakan “teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”. Angket pada umumnya digunakan untuk meminta keterangan tentang fakta, pendapat, pengetahuan, sikap, dan perilaku responden dalam sesuatu peristiwa. Hal senada juga diungkapkan Sukmadinata (2005-2009), Selain teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung, angket juga disebut sebagai instrumen yang berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden.

Dalam penelitian ini angket digunakan sebagai cara dan instrumen pengumpulan data berupa, karakteristik guru, siswa dan tanggapan guru dan siswa mengenai prosedur pembelajaran.


(51)

5. Tes

Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2007).

Instrumen penilaian hasil belajar dikembangkan dalam bentuk tes, dan tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes subjektif. Arikunto (1991) mengemukakan bahwa : “tes subjektif adalah tes yang mengukur kemajuan belajar yang memerlukan jawaban terbuka atau uraian”. Pernyataan ini didukung oleh Gronlund (1976) yang menjelaskan bahwa: “ hasil belajar yang berkenaan dengan kemampuan menyeleksi, mengorganisasi, mengintegrasi, menghubungkan, dan mengevaluasi gagasan membutuhkan jawaban yang lebih terbuka dalam hal ini dapat dicapai melalui tes subjektif”.

Tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah mengikuti proses pembelajaran berbasis proyek pada pembelajaran Tekonologi Informasi dan Komunikasi (pre-test dan post-test). Tes yang akan diberikan pada penelitian ini adalah berbentuk pengerjaan tugas dengan membuat sesuatu produk dalam bentuk tabel data atau informasi. Mengingat kompetensi dasar yang diharapkan dalam pembelajaran yang sedang berlangsung adalah merancang tabel dengan menggunakan software pengolah angka.

Dalam pemberian skor nilai terhadap tes tersebut dilakukan dengan berpedoman pada rubrik yang disepakati dengan siswa. Hal ini sesuai dengan karakteri model pembelajaran yang dikembangkan. Menurut Shambaugh et al (2006), rubric is assessment tool used to evaluate a range of student performance across categories of performace. Dikatakan Shambaugh et al


(52)

98

(2006) sangat cocok untuk menilai penampilan atau kinerja siswa. Siswa diberikan alternatif penilaian dirinya dengan memilih kategori-kategori yang disusun dalam matrik atau rubrik. Rubrik ini untuk mengurangi ambigo dalam pemberian angka pada performan, dan memberikan arti lebih banyak terhadap angka yang diberikan.

Dalam penelitian dan pengembangan ini penilaian terhadap hasil belajar tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan dasar pertimbangan bahwa, hasil penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil tes tulis semata melainkan juga mempertimbangkan aspek penampilan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.

F. Analisis Data

Setelah data terkumpul melalui alat pengumpul data, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan analisis data rasional (induktif dan deduktif) dengan menggunakan:

a. Analisa data kualitatif, dilakukan untuk menganalisis data hasil pra survey, juga data dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

b. Analisis kuantitatif, yang digunakan untuk menganalisis data skor hasil belajar siswa melalui statistik uji t. Alasan menggunakan uji t karena dalam uji lapangan menggunakan metode kuasi eksperimen, dalam metode kuasi eksperimen dilakukan tes awal dan tes akhir kemudian kedua hasil tes dibandingkan nilai rata-ratanya sehingga diperoleh tingkat signifikansi setiap tes.


(53)

G. Langkah-langkah Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui tahap-tahap (a) tahap orientasi dan administratif, tahap ini dilakukan untuk melakukan observasi awal tentang kondisi penerapan suatu produk (pendidikan) tertentu, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun proposal penelitian, memilih lokasi, mengurus perijinan, (b) tahap penilaian dan uji coba instrumen, menyusun instrumen pra-survey, (c) tahap pelaksanaan penelitian pra pra-survey, (d) pengembangan model pembelajaran berbasis proyek dan pelaksanaan uji coba model pembelajaran berbasis proyek.

H. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian akan dilakukan pada semester dua tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian pengembangan model pembelajaran berbasis proyek pada pembelajaran Tekonologi Informasi dan Komunikasi pada Madrasah Aliyah Kota Bima, dimulai dari bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Mei 2011.

I. Hasil Prasurvey (Penelitian Awal)

Penelitian awal dalam pengembangan model pembelajaran merupakan usaha mengumpulkan data dengan menggunakan alat atau instrumen untuk dijadikan informasi dalam pengembangan model pembelajaran. Data pada studi awal ini diperoleh dari hasil penggunaan instrumen penelitian yakni lembaran angket, studi dokumentasi dan observasi.

Penyebaran angket dilakukan untuk mendapatkan data persepsi guru dan siswa terhadap kondisi madrasah secara keseluruhan, situasi dan pelaksanaan pembelajaran TIK di madrasah. Angket dibuat dua buah yaitu masing-masing


(54)

100

diperuntukan kepada siswa dan untuk guru. Beberapa Item angket yang dibuat mengandung isi sebagai alternatif jawaban, sekaligus sebagai petunjuk untuk melangkah pada pertanyaan tertentu artinya item pertanyaan ini memiliki rangkaian dengan item pertanyaan tertentu.

Alat atau instrumen lainnya pada penelitian pendahuluan ini adalah observasi. Observasi dilakukan guna melihat secara langsung kondisi madrasah aliyah dan pelaksanaan aktifitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Observasi dilakukan di dalam dan di luar kelas, observasi di luar kelas untuk melihat kondisi dan suasana lingkungan. Observasi untuk melihat interaksi guru dan siswa dilakukan dalam kelas. Instrumen dengan menggunakan observasi ini dapat digunakan untuk mengecek kebenaran terhadap penggunaan instrumen lainnya atau merupakan trianggulasi data.

Selain instrumen tersebut, Studi dokumenter juga digunakan dalam penelitian ini. Studi dokumenter diperlukan untuk mendapatkan data tentang dokumen kurikulum dan dokumen sarana dan prasarana penunjang yang dimiliki oleh madrasah. Selain itu, instrumen penelitian ini digunakan untuk pengkajian peraturan-peraturan yang digunakan oleh madrasah dalam pengelolaan pembelajaran.

Data yang diambil dengan menggunakan instrumen-instrumen tersebut kemudian diolah untuk dijadikan informasi. Informasi ini digunakan sebagai masukan dalam menganalisis kelebihan dan kekurangan, tantangan dan peluang yang terdapat pada madrasah aliyah tempat penelitian pengembangan model pembelajaran. Informasi tersebut terdiri dari kondisi, potensi dan karakter guru, siswa, kurikulum dan aktifitas pembelajaran, sarana dan prasarana, serta untuk


(55)

mengetahui suasana lingkungan madrasah sebagai pendukung proses pembelajaran. Oleh karena itu pembahasan hasil penelitian awal akan mengkaji tentang kondisi umum Madrasah Aliyah Kota Bima dan juga akan mengkaji kondisi pelaksanaan pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi secara khususnya.

Untuk melihat gambaran lokasi dan data studi awal dapat dijelaskan/digambarkan sebagai berikut :

1. Kondisi Umum Madrasah Aliyah Kota Bima

Madrasah aliyah yang ada di wilayah kerja Kantor Kementerian Agama Kota Bima terdapat lima buah madrasah. Penyebaran madrasah aliyah yang ada di Kota Bima tidak merata pada setiap kecamatan, padahal jumlah madrasah aliyah sama dengan jumlah kecamatan se Kota Bima. Madrasah tersebut tersebar di tiga kecamatan dari lima kacamatan se kota Bima. Ke-lima madrasah tersebut adalah MAN 1, MAN 2 dan MA Muhammadiyah berada di Kecamatan Rasanae Barat, MA Al-Husainy berada di Kecamatan Mpunda dan MA Darul Hikmah berada di Kacamatan Asakota Kota Bima.

Karakteristik umum madrasah Kota Bima dapat dikatakan hampir sama, namun jika dilihat dari kapasitas madrasah, guru dan sarana penunjang lainnya dapat dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu MAN 1 dan MAN 2 merupakan madrasah yang jumlah siswa yang banyak dengan menggunakan rombongan kelas paralel, fasilitas yang dimiliki lengkap dan memadai, jumlah guru yang cukup banyak. Madrasah Aliyah Muhammadiyah, Madrasah Aliyah Al-Husainy dan Madrasah Aliyah Darul Hikmah memiliki siswa yang lebih


(56)

102

sedikit, fasilitas yang cukup memadai, dan sebagian besar siswa merupakan santri pada pondok pesantren di lingkungan madrasah tersebut.

Proses belajar mengajar pada tiap kelas di madrasah aliyah tiap harinya diawali dengan pengajian al-quran bersama lebih kurang 5 menit. Pengajian tersebut dipimpin oleh salah seorang siswa di bawah bimbingan guru mata pelajaran yang kebetulan mengajar pada jam pembelajaran pertama. Kepemimpinan pengajian digilir tiap harinya. Pada siang harinya menjelang pulang diadakan doa bersama, agar apa yang dipelajari pada hari itu dapat dipahami dan diamalkan pada kehidupan di masyarakat.

Keadaan umum Madrasah Aliyah se-Kota Bima lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel. 3.2 Keadaan Siswa dan guru MA Kota Bima

No. Nama

Madrasah

Guru Siswa

L P JML Kela

s L P JML Rombel

1 MAN 1 29 28 57 I 115 171 286 7

II 120 180 300 7

III 105 172 277 7

2 MAN 2 48 13 61 I 118 141 259 7

II 100 141 241 7

III 89 126 215 6

3 MA

Al-Husainy

15 14 29 I 42 61 103 3

II 31 40 71 2

III 30 30 60 2

4 MA

Muham-madiyah

9 10 19 I 19 21 40 1

II 20 23 53 2

III 16 20 36 1

5 MA Darul Hikmah

7 9 16 I 20 24 44 1

II 21 22 43 1

III 19 22 41 1


(1)

Abdurrahim, 2011


(2)

(3)

Abdurrahim, 2011


(4)

(5)

Abdurrahim, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Ishii, D. K. (2003). Constructivist views of learning in science and mathematics. ERIC Clearinghouse for Science Mathematics and Environmental

Education. Retrieved January 2, 2008, from http://www.ericdigests.org/2004-3/views.html

Hernández-Ramos, P., & Paz, S. D. L. (2010). Learning History in Middle School by Designing Multimedia in a Project-Based Learning Experience. Journal of

Research on Technology in Education, 42(2), 151-173.

Ernest, P. (1996). Varieties of constructivism: A framework for Comparison. In L.P. Steffe, P. Nesher, P. Cobb, G.A Goldin, and B. Greer (Eds.), "Theories of mathematical learning." Nahwah, NJ: Lawrence Erlbaum.

Bodily, S. (1996). Lessons from New American Schools’ Development

Corporation’s demonstration phase. Santa Monica, CA: RAND.

American Institutes for Research & SRI International. (2005). Executive summary: Evaluation of the Bill & Melinda Gates Foundation’s High School Grants, 2001–2004. Washington, DC: Authors. Retrieved from

http://smallhs.sri.com/documents/Exec Summary 2005.pdf

Berger, R. (1996). A culture of quality. Providence, RI: Brown University.

Bishop, J. (2004).Why do we harass nerds and freaks: Towards a theory of student culture and norms? Journal of School Health, 74(7), 235–251.

Cotton, K. (2001). New small learning communities: Findings from recent literature. Seattle, WA: Northwest Regional Educational Laboratory. Clinchy, E. (2003). Rethinking ―academic‖ achievement: Is this what we really

want for our children? Progressive

Perspectives, 4(2). Retrieved from http://www.uvm.edu/∼dewey/monographs/ RethinkingAcademics.html

Newell, R. J. (2003). Passion for learning: How project-based learning meets the needs of 21st-century students. Lanham,


(6)

Boud, D. (1986) Implementing Student Self Assessment, Sydney: HERDSA

Uwatu, perumhan graha r suprpto

http://www.globalschoolnet.org/web/index.html global schoolnet

novice learners often exhibit an absence of prior knowledge, whereas inexperienced and young solvers lack essential metacognitive skills, such as planning and self-motivation, as well as a repertoire of learning strategies necessary fo engaging in independent learning.

pelajar pemula sering menunjukkan ketiadaan pengetahuan sebelumnya, sedangkan pemecah berpengalaman dan kurangnya keterampilan metakognitif muda penting, seperti perencanaan dan motivasi diri, serta repertoar strategi pembelajaran yang diperlukan untuk terlibat dalam belajar mandiri.

Promoting collaborating in a project-based E-learning context. Papanikolaou, Kyparisia dam Boubouka, Maria. Journal of Research on Technology in Education (JRTE) Vol 43/3 [online] tersedia : www.iste.org.


Dokumen yang terkait

PELATIHAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) GURU AGAMA SMA/SMK DI YOGYAKARTA

0 4 5

INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENGINTEGRASIAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA.

0 4 25

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI KEJURUAN SISWA DI SMK KOTA MEDAN SUMATERA UTARA.

0 0 173

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA POKOKBAHASAN DALIL PYTHAGORAS (Kelas VIII Semester I SMP Mu

0 0 13

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA POKOK BAHASANPERSAMAAN GARIS LURUS (Kelas VIII Semester I SMP

0 2 15

“RPP TIK SD Kelas 4-6” RPP-TIK-SD-4-6-KTSP.zip – ed 1321 times – 318 KB

0 0 1

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN NILAI MORAL BERBASIS KISAH PADA SISWA MADRASAH ALIYAH DI KABUPATEN BANYUMAS.

0 1 17

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MANDIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGEMBANGAN DIRI PADA PENDIDIKAN LITERASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) - repository UPI D PLS 1009570 Title

0 0 2

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN IMPROVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

1 1 5

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DAN KOMPETENSI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN UNTUK PENGAJARAN YANG BERKUALITAS

0 0 14