LAGU DENGDENG JAWA PADA PERTUNJUKAN SENI TEREBANG SRI WARGI WASIAT SEPUH DI PASEH MAJALAYA.
DAFTAR ISI
ABSTRAK………i
KATA PENGANTAR………..ii
DAFTAR ISI………iii
DAFTAR GAMBAR………iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………1
B. Rumusan Masalah………..5
C. Tujuan Penelitian………...5
D. Definisi Operasional………..6
E. Manfaat Penelitian……….7
F. Asumsi………...8
G. Metode Penelitian………..9
BAB II LANDASAN TEORETIS A. Studi Teks dan Konteks Musik…...………..13
B. Fungsi Kesenian Tradisional di Masyarakat……….15
C. Hubungan antara Kesenian Tradisional dengan Fungsi Ritual di Masyarakat……….17
D. Penyesuaian Ritual Baru dengan Ritual Lama dalam Kesenian Tradisional………19
(2)
E. Fungsi Mitos sebagai Makna Simbolis dalam Upacara Ritual………...21
F. Seni Terebang………...23
G. Seni Terebang sebagai Bagian dari Ritual Kehidupan Masyarakat…...27
H. Peristiwa Kesurupan pada Pertunjukan Seni Terebang………..29
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian………...32
B. Lokasi dan Subjek Penelitian………..33
C. Teknik Pengumpulan Data……….34
D. Teknik Pengolahan Data………38
E. Prosedur Penelitian………...39
F. Instrumen Penelitian ………..………42
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Peran Lagu Deungdeung Jawa dalam Penyajian Seni Terebang Sri Wargi Wasiat Sepuh di Paseh Majalaya...43
B. Penyajian Lagu Deungdeung Jawa pada Pertunjukan Seni Terebang di Paseh Majalaya………...50
C. Makna Lagu Deungdeung Jawa bagi Masyarakat Pendukung Seni Terebang di Paseh Majalaya………...60
D. Peristiwa Kesurupan pada Penyajian Lagu Deungdeung Jawa……….72
(3)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………..79
B. Saran………....81
DAFTAR PUSTAKA……….83
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1
Pedoman Wawancara………..87 Lampiran 2
Data Hasil Wawancara………...……….89 Lampiran 3
Partitur Lagu Deungdeung Jawa………..100 Lampiran 4
Foto Penelitian………..105
(4)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata adanya kemajemukan di dalam masyarakat kita terlihat dalam beragamnya kebudayaan di Indonesia. Seperti tata cara yang berlaku pada suatu mayarakat dalam mengimplementasikan kehidupan beragama atau memeluk suatu keyakinan, masyarakat di Paseh Majalaya pun memiliki suatu tata cara tertentu dalam mengimplementasikan tata cara mereka dalam beragama dan memeluk suatu keyakinan, salah satunya terwujud dalam penyajian lagu Deungdeung Jawa pada pertunjukan seni terebang, ketika memperingati hari keagamaan ataupun upacara ritual lainnya.
Tidak ada satu masyarakat pun yang tidak memiliki kebudayaan. Begitu pula sebaliknya tidak akan ada kebudayaan tanpa adanya masyarakat. Sehingga dapat dilihat adanya saling keterhubungan antara masyarakat dan kebudayaan. Pada dasarnya, kebudayaan sebagai disiplin ilmu yang memiliki objek yaitu manusia dalam masyarakat, manusia sebagai fakta sosial, dan manusia sebagai makhluk kultural. Sebuah tata cara yang berlaku dalam kehidupan beragama pada suatu masyarakat menjadi tradisi di masyarakat sekitar, misalnya pada upacara peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW di daerah Paseh Majalaya, untuk memperingati hari tersebut ditentukannya hari tertentu dan sesajen apa saja yang
(5)
harus disediakan sesuai yang diamanatkan leluhur daerah tersebut, tentunya berhubungan langsung dengan hari pertunjukan seni terebang yang senantiasa menyajikan salah satu lagunya yang berjudul Deungdeung Jawa. Penentuan hari dan sesajen yang harus disediakan pada pertunjukan seni terebang dalam memperingati upacara keagamaan tersebut setiap tahunnya dipilih berdasarkan musyawarah warga masyarakat sekitar.
Dalam penelitian ini, musik sebagai medium utamanya, mencoba menelaah berbagai seluk beluk peristiwa manusia dalam berbudaya. Tradisi merupakan salah satu unsur kebudayaan yang diwariskan oleh generasi dahulu kepada generasi selanjutnya secara turun-temurun. Pewarisan tersebut menjadikan tradisi sebagai identitas dari suatu masyarakat di mana seni tersebut hidup. Kebudayaan sendiri meliputi berbagai aspek kehidupan yang meliputi cara-cara bertindak, kepercayaan-kepercayaan, sikap-sikap, dan juga hasil kegiatan manusia yang khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu. Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi lisan yang ada pada cerita dan nyanyian masih relevan dengan kehidupan kita. Berarti nilai-nilai yang ada itu masih mampu bertahan di tengah perkembangan masyarakat Indonesia. Sebagai bagian dari tradisi Indonesia, seni terebang yang merupakan sebuah seni tradisi di daerah Paseh Majalaya juga tidak dapat lepas dari sistem tradisi dan kebiasaan yang berlaku di daerah tersebut. Para pelaku seni terebang di daerah tersebut masih berasal dari generasi terdahulu dan mewarisi tradisi pendahulunya, tetapi mereka juga arif dalam menerima keyakinan baru yang sesuai dengan ajaran agama yang kini dianutnya, yakni Islam. Keyakinan dan tradisi lama yang dianut oleh
(6)
masyarakat di daerah Paseh Majalaya dengan mencampurkannya dengan ajaran Islam yang terwujud dalam pertunjukan seni terebang, juga di dalam makna yang ingin disampaikan oleh lagu Deungdeung Jawa menjadi hal yang menarik untuk dikaji.
Seni terebang, adalah salah satu seni tradisional yang tersebar di beberapa tempat di Jawa Barat antara lain di Majalaya, Kuningan, Subang, Sumedang, Tasikmalaya, dan tempat lainnya. Pada masa lalu, seni terebang digunakan sebagai media dakwah Islam, dengan lantunan lagu puji-pujian (pupujian) kepada Tuhan YME yang diiringi alat musik sejenis rebana atau genjring seperti dalam musik Qasidah atau Tagonian.
Salah satu lagu dari seni terebang yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah lagu yang berjudul Deungdeung Jawa dari lingkung seni Sri Wargi Wasiat Sepuh di Paseh Majalaya. Ada beberapa keistimewaan dari lagu tersebut yang sekaligus menjadi latar belakang permasalahan penelitian ini adalah karena lagu Deungdeung Jawa memiliki daya apresiatif tinggi terhadap penikmat seni terebang di daerah Paseh Majalaya. Lagu Deungdeung Jawa cukup popular di kalangan penikmat seni terebang di daerah tersebut. Lagu Deungdeung Jawa bukanlah lagu yang wajib disajikan dalam pertunjukan seni terebang, namun justru penyajian lagu tersebut malah dinanti-natikan oleh penikmat seni terebang, tentunya hal tersebut menjadi perbedaan persepsi di antara penyaji lagu Deungdeung Jawa dengan penikmatnya. Selain itu, lagu Deungdeung Jawa mampu membawa penonton yang ikut menari memasuki kondisi trance atau mengalami kesurupan. Lagu Deungdeung Jawa tidak disajikan pada pertunjukan
(7)
seni terebang lainnya di Jawa Barat, dan hanya disajikan oleh lingkung seni Sri Wargi Wasiat Sepuh di Paseh Majalaya. Keistimewaan lagu Deungdeung Jawa yang sekaligus menjadi latar belakang permasalahan penelitian ini kiranya sudah pantas menjadi bahan kajian dalam suatu penelitian. Tidak hanya mengkaji mengenai tekstualnya saja, namun kajian kontekstualnya pun penting untuk dilakukan, karena terdapat fenomena dan pengaruh serta fungsi tertentu pada sisi kehidupan sebuah masyarakat penikmat seni terebang, khususnya mereka yang mempunyai apresiasi tinggi terhadap lagu Deungdeung Jawa.
Pengaruh lagu Deungdeung Jawa terhadap terjadinya peristiwa kesurupan dalam pertunjukan seni terebang di daerah Paseh Majalaya menjadi bahan kajian yang menarik, karena jika dilihat dari segi historisnya kesenian tersebut ditujukan sebagai media dakwah Islam. Di dalam Islam, penganutnya diajarkan untuk khusuk dalam menjalankan ibadahnya dan dilakukan dalam kesadaran penuh karena hal tersebut merupakan komunikasi vertikal antara manusia dengan Sang Penciptanya. Namun tentunya penelitian ini lebih ditekankan pada realitas yang terjadi, di luar tujuan yang ingin disampaikan lewat lagu Deungdeung Jawa, menjadi saksi terhadap fenomena dan hubungan kontekstual yang terjadi dari penyajian lagu tersebut.
(8)
B. Rumusan Masalah
Lagu Deungdeung Jawa bukanlah lagu yang wajib disajikan dalam pertunjukan seni terebang oleh lingkung seni Sri Wargi Wasiat Sepuh di Paseh Majalaya, namun justru penyajian lagu Deungdeung Jawa malah dinanti-natikan oleh penikmat seni terebang di daerah tersebut.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka rumusan masalah yang menjadi dasar pertanyaan sebagai payung penelitian ini adalah mempertanyakan mengenai penyajian lagu Deungdeung Jawa pada pertunjukan seni terebang dan makna lagu tersebut bagi masyarakat pendukung seni terebang di Paseh Majalaya. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, maka peneliti menjabarkannya dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana penyajian lagu Deungdeung Jawa pada pertunjukan seni terebang di Paseh Majalaya?
2. Apa makna lagu Deungdeung Jawa bagi masyarakat pendukung seni terebang di Paseh Majalaya?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman tentang penyajian lagu Deungdeung Jawa pada pertunjukan seni terebang dan makna lagu tersebut bagi masyarakat pendukung seni terebang di Paseh Majalaya, di antaranya yakni untuk mendapatkan pemahaman tentang:
(9)
1. Penyajian lagu Deungdeung Jawa pada pertunjukan seni terebang di Paseh Majalaya.
2. Makna lagu Deungdeung Jawa bagi masyarakat pendukung seni terebang di Paseh Majalaya.
D. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam pemaknaan masalah yang dikaji, berikut dipaparkan masalah yang terkait dengan penelitian ini:
Lagu Deungdeung Jawa, yakni salah satu judul lagu dalam seni terebang yang disajikan oleh lingkung seni Sri Wargi Wasiat Sepuh di Paseh Majalaya. Pengkajian ini berisi studi mengenai teks dan konteks dari lagu Deungdeung Jawa dalam pertunjukan seni terebang di daerah tersebut. Teks merupakan kajian musik dari segi peraturan nada, syair, estetika, dan aspek musik lainnya (Nakagawa, 2000: 6), sedangkan konteks adalah suatu kondisi atau keadaan di mana suatu kejadian terjadi yang juga merupakan hubungan dari kejadian tersebut (Curtis, 1996: 9), pengertian konteks di sini salah satunya berarti suatu keadaan yang terjadi ketika lagu Deungdeung Jawa disajikan.
Seni Terebang (Wiendi, 2007) adalah kesenian yang berbentuk nyanyian, lagu atau musik, serta tarian (dalam pertunjukannya), berupa pembacaan doa atau puji-pujian ataupun hiburan yang diiringi oleh alat musik terebang, semacam rebana, yang awal mulanya kesenian ini berfungsi sebagai media dakwah penyebaran agama Islam. Iringan lagu dalam seni terebang oleh alat atau waditra terebang di Paseh Majalaya biasa disebut dengan tepakan.
(10)
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000) saji, sajian, atau penyajian berarti mempersembahkan, memberikan. Dalam hal ini nayaga lingkung seni terebang Sri Wargi Wasiat Sepuh menampilkan atau menyanyikan lagu Deungdeung Jawa disertai dengan iringan atau tepakan waditranya. Sedangkan definisi makna dalam penelitian ini, yakni makna dari lagu Deungdeung Jawa bagi masyarakat pendukung seni terebang di Paseh Majalaya adalah suatu proses penafsiran yang berlaku di dalam masyarakat tersebut baik itu berupa bahasa, simbol, dan hal lainnya dalam kaitannya untuk menginterprestasikan sesuatu (lagu Deungdeung Jawa).
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman mengkaji sebuah lagu yang berjudul Deungdeung Jawa secara mendalam mengenai teks dan konteks dari lagu tersebut, serta sebagai wujud kepedulian terhadap seni tradisi Indonesia.
2. Bagi Institusi
Sebagai sumbangan kepustakaan ilmiah untuk referensi studi, khususnya bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Musik Universitas Pendidikan Indonesia.
3. Bagi Masyarakat a. Akademisi
Sebagai salah satu referensi untuk melakukan penelitian sejenis, khususnya dalam bidang seni musik maupun seni tradisi Indonesia.
(11)
b. Penikmat Seni Terebang
Sebagai salah satu sarana untuk memperkenalkan lagu Deungdeung Jawa dalam pertunjukan seni terebang di Paseh Majalaya kepada masyarakat penikmat seni terebang di kota lainnya.
c. Masyarakat Paseh Majalaya
Sebagai salah satu sarana untuk mengetahui makna dan tujuan yang ingin disampaikan lewat lagu Deungdeung Jawa dalam pertunjukan seni terebang di daerah tersebut, serta menghilangkan perbedaan persepsi dan interpretasi yang keliru terhadap lagu tersebut.
F. Asumsi
Lagu Deungdeung Jawa adalah salah satu lagu yang disajikan dalam pertunjukan seni terebang, sebagai lagu hiburan yang boleh disertai dengan tarian atau diibingan. Bagi masyarakat pendukung seni terebang di Paseh Majalaya, lagu Deungdeung Jawa mempunyai makna sebagai penghormatan terhadap arwah leluhur. Di dalam pertunjukan seni terebang, lagu Deungdeung Jawa disajikan bukan sebagai media untuk mencapai trance, kondisi tersebut terjadi berdasarkan sugesti dan pembawaan pribadi masing-masing dari penikmat lagu Deungdeung Jawa yang menari dalam pertunjukan seni terebang di Paseh Majalaya.
(12)
G. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Deskriptif dengan pendekatan Kualitatif. Penelitian yang dilakukan bertumpu pada sumber-sumber data di lapangan dalam bentuk lisan dan tertulis. Oleh karena itu, agar data didapatkan secara optimal, penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi dan studi literatur.
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yakni dengan cara sebagai berikut:
a. Observasi
Peneliti mendatangi langsung lokasi penelitian, yakni Kp. Patireueut Desa Dukuh Kec. Ibun Paseh Majalaya. Peneliti mengobservasi mengenai penyajian lagu Deungdeung Jawa pada pertunjukan seni terebang di daerah tersebut. Dalam observasi ini, peneliti melakukan pendekatan emik dengan cara melakukan diskusi mengenai hal yang diteliti dengan pimpinan lingkung seni terebang Sri Wargi Wasiat Sepuh yakni Bapak Tarsa Nur.
b. Wawancara
Ketika melakukan pengumpulan data dalam sebuah penelitian, salah satu cara yang ditempuh adalah dengan melakukan wawancara terhadap narasumber, adapun narasumber yang telah diwawancara dalam melakukan penelitian ini adalah:
1). Tokoh Masyarakat Kampung Patireueut Desa Dukuh Kecamatan Ibun Paseh Majalaya yang dituakan, juga sebagai tokoh seni terebang yakni Bapak Ude
(13)
2). Pimpinan lingkung seni terebang Sri Wargi Wasiat Sepuh, yakni Bpk. Tarsa Nur (Pak Aca)
3). Nayaga lingkung seni terebang Sri Wargi Wasiat Sepuh, yakni Bapak Ijat, Bapak Kartia, Bapak Atek, Bapak Abeh, dan Bapak Aso.
c. Dokumentasi
Pendokumentasian atau biasa juga disebut mengabadikan sesuatu baik secara visual seperti foto, gambar, dan lain-lain, maupun secara audio ataupun bunyi, bahkan pendokumentasian dengan mem-videokan atau meng-audio-visualkan data yang diperoleh merupakan langkah penting dalam proses pengumpulan data ketika melakukan penelitian ini.
d. Studi Literatur
Salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan studi literatur. Peneliti mengumpulkan data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dari buku-buku, skripsi, rubrik internet, dan lain-lain. Adapun tempat studi literatur dalam bentuk skripsi maupun penelitian lain yang berhubungan dengan masalah yang dikaji dalam penelitian ini yakni di Perpustakaan UPI, Perpustakaan STSI Bandung, dan di tempat lainnya. Studi literatur merupakan salah satu usaha dalam menjaga originalitas sebuah karya ilmiah, agar mampu diketahui kajian manakah yang sudah atau yang belum diteliti.
(14)
2. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti yakni dengan cara mengolah data kualitatif yang sudah terkumpul. Pengolahan data ini dilakukan oleh penulis karena penelitian ini merupakan sebuah pengkajian mengenai teks dan konteks dari lagu Deungdeung Jawa, salah satu lagu dalam seni terebang di Paseh Majalaya. Pengolahan data kualitatif dilakukan juga pada data yang diambil dari berbagai sumber, serta hasil pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti serta pemahaman berdasarkan pengalaman pribadi dan ilmu yang dimiliki oleh peneliti dalam bidang musik serta kemampuan peneliti dalam menganalisis. Transkripsi partitur lagu merupakan salah satu hal yang menjadi tujuan dari pengolahan data berdasarkan data yang sudah diambil atau didapatkan.
3. Instrumen Penelitian
Berdasarkan pedoman observasi dan pedoman wawancara, studi literatur dan studi dokumentasi yang peneliti ungkap, dalam arti peneliti terjun langsung ke lapangan dengan teknik pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan dalam menganalisis serta mengkaji bahasan teks dan konteks lagu Deungdeung Jawa, penelitian ini memiliki instrumen sebagai berikut:
a. Catatan pengamatan selama berlangsungnya penelitian, dalam hal ini difokuskan pada saat pengambilan data perekaman lagu Deungdeung Jawa, wawancara, serta hal yang berhubungan dengan penelitian
b. Pedoman wawancara, mengenai pertanyaan seputar penelitian, sehingga pencarian jawaban atas makna lagu Deungdeung Jawa ataupun mengenai seni terebang dari
(15)
lingkung seni Sri Wargi Wasiat Sepuh melalui informasi yang sudah didapatkan dapat diperoleh jawaban yang sesuai.
4. Lokasi dan Subjek Penelitian
Data diambil dari lokasi dan subjek penelitian yaitu di daerah tempat lingkung seni terebang Sri Wargi Wasiat Sepuh yang berada di. Kp. Patireueut desa Dukuh Kec. Ibun Paseh Majalaya, sebelah tenggara Bandung, Jawa Barat, Indonesia.
Narasumber penelitian ini ialah pimpinan lingkung seni terebang Sri Wargi Wasiat Sepuh yakni Bapak Tarsa Nur atau biasa dipanggil Pak Aca, Bapak Ude selaku tokoh yang dituakan dalam seni terebang di daerah Paseh Majalaya, dan nayaga lingkung seni terebang Sri Wargi Wasiat Sepuh.
(16)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif melalui pendekatan kualitatif, yakni untuk mengungkapkan kenyataan yang telah ada berdasarkan fakta guna menghasilkan kesimpulan yang lebih jelas. Pendekatan kualitatif ini dimaksudkan untuk memaparkan permasalahan yang terkait, khususnya ditujukan agar mampu menjawab permasalahan-permasalahan dalam melakukan penelitian dan menggambarkannya sesuai dengan fakta yang ada. Deskripsi yang terdapat dalam penelitian ini menggambarkan fakta sesuai dengan kenyataan, agar tidak terjadinya salah tafsir sehingga terjadinya pemahaman yang keliru terhadap makna dan tujuan yang ingin disampaikan pada lagu Deungdeung Jawa.
Dalam penelitian ini, peneliti menggambarkan keterkaitan antara makna syair dengan penyajian lagu Deungdeung Jawa dalam pertunjukan seni terebang oleh lingkung seni Sri Wargi Wasiat Sepuh di Paseh Majalaya. Penggambaran yang diungkap atau ditulis oleh peneliti merupakan fakta yang sesungguhnya dan berdasarkan informasi dari narasumber yang sejujur-jujurnya.
Pengkajian lagu Deungdeung Jawa yang dimiliki oleh lingkung seni Sri Wargi Wasiat Sepuh belum pernah dilakukan sebelumnya dalam bentuk penelitian, baik teks maupun konteksnya. Lagu Deungdeung Jawa dalam pertunjukan seni terebang disajikan dalam bentuk lisan, sehingga perlu ditelusuri
(17)
mengenai latar belakang historis, peran serta fungsi lagu tersebut, khususnya yang terkait dengan keyakinan yang dianut oleh masyarakat Paseh Majalaya. Oleh karena itu, peneliti mendeskripsikan penelitian ini salah satunya adalah sebagai pendokumentasian supaya eksistensi lagu Deungdeung Jawa dalam pertunjukan seni terebang dapat terjaga.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di Kampung Patireueut Desa Dukuh Kecamatan Ibun Paseh Majalaya, di sebelah tenggara Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Selain peneliti sendiri sebagai subjek utama dalam melakukan penelitian ini, yakni dalam melakukan pengkajian mengenai penyajian lagu Deungdeung Jawa serta makna syair lagu tersebut, subjek penelitian lainnya di antaranya ialah:
1. Pimpinan lingkung seni terebang Sri Wargi Wasiat Sepuh, yakni Bapak Tarsa Nur atau biasa dipanggil Pak Aca dan sesepuh seni terebang di Paseh Majalaya yakni Bapak Ude
2. Nayaga lingkung seni terebang Sri Wargi Wasiat Sepuh. Yakni para pemain atau pengurus lingkung seni tersebut yang mampu memberikan informasi dalam proses penelitian.
3. Warga sekitar lokasi penelitian di Kampung Patireueut Desa Dukuh Kecamatan Ibun Paseh Majalaya yang menyaksikan penyajian lagu Deungdeung Jawa dalam pertunjukan seni terebang.
(18)
Majalaya merupakan salah satu tempat di mana seni terebang masih digunakan dalam berbagai acara keagamaan seperti peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW, dan acara-acara lain, selain di tempat-tempat lainnya di Jawa Barat. Kunjungan ke tempat asal atau lokasi penelitian penting untuk dilakukan karena lingkung seni terebang Sri Wargi Wasiat Sepuh adalah pemilik sekaligus penyaji lagu yang berjudul Deungdeung Jawa. Lagu Deungdeung Jawa hanya dimiliki dan disajikan oleh lingkung seni tersebut, tidak disajikan oleh lingkung seni terebang di tempat lainnya.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian, pengumpulan data merupakan salah satu faktor penting. Teknik serta langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian Lagu Deungdeung Jawa pada Pertunjukan Seni Terebang Sri Wargi Wasiat Sepuh di Paseh Majalaya ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Peneliti merupakan observer atau subjek utama dalam melakukan pengkajian lagu Deungdeung Jawa. Peneliti mengobservasi secara langsung lokasi dan narasumber yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Observasi merupakan salah satu teknik yang memiliki peran penting dalam pengumpulan data ketika melakukan penelitian, karena melalui observasi inilah data yang diinginkan dapat diperoleh secara terarah.
(19)
2. Wawancara
Ketika melakukan pengumpulan data dalam sebuah penelitian, salah satu cara yang ditempuh adalah dengan melakukan wawancara terhadap narasumber, adapun narasumber yang telah diwawancara dalam melakukan penelitian ini adalah:
a. Bapak Ude, tokoh masyarakat di Kampung Patireueut Desa Dukuh Kecamatan Ibun Paseh Majalaya yang dianggap berpengaruh, yang dituakan, atau yang berperan mengurus keberlangsungan kampung atau desa tersebut. Dari beliau peneliti mendapatkan informasi mengenai asal-usul penyebaran agama Islam melalui seni terebang yang berhubungan langsung dengan masyarakat pendukung seni terebang terdahulu, khususnya dari zaman kerajaan Pajajaran hingga kini. Serta mengenai kesurupan yang terjadi ketika penyajian lagu Deungdeung Jawa dalam pertunjukan seni terebang, dan makna waditra yang digunakan pada lagu Deungdeung Jawa.
b. Pimpinan lingkung seni terebang Sri Wargi Wasiat Sepuh. Yakni Bapak Tarsa Nur, atau biasa dipanggil Pa Aca yang merupakan narasumber utama ketika proses pengumpulan data. Dari beliau peneliti mendapatkan informasi mengenai makna syair dan tepakan lagu Deungdeung Jawa, agama dan keyakinan yang dianut oleh masyarakat sekitar serta ajaran yang ingin disampaikan oleh lagu Deungdeung Jawa dalam pertunjukan seni terebang.
c. Nayaga lingkung seni terebang Sri Wargi Wasiat Sepuh. Yakni para pemain atau pengurus lingkung seni tersebut yang mampu memberikan informasi dalam proses penelitian. Peneliti mendapatkan informasi mengenai teknik permainan atau
(20)
tepakan waditra terebang pada lagu Deungdeung Jawa. Adapun para nayaga tersebut di antaranya ialah:
1). Bapak Ijat, sebagai panyekar 2). Bapak Kartia, sebagai panyekar
Dari Bapak Ijat dan Bapak Kartia peneliti mendapatkan informasi tentang cara menyanyikan lagu Deungdeung Jawa.
3). Bapak Ita, sebagai pemain waditra terebang
Dari Bapak Ita peneliti mendapatkan informasi tentang teknik tepakan waditra terebang pada lagu Deungdeung Jawa.
4). Bapak Atek, sebagai pemain tojo
Dari Bapak Atek peneliti mendapatkan informasi tentang teknik tepakan waditra tojo pada lagu Deungdeung Jawa.
5). Bapak Abeh, sebagai pemain kempring
Dari Bapak Abeh peneliti mendapatkan informasi tentang teknik tepakan waditra kempring pada lagu Deungdeung Jawa.
6). Bapak Aso, sebagai pemain dogdog
Dari Bapak Aso peneliti mendapatkan informasi tentang teknik permainan waditra dogdog pada lagu Deungdeung Jawa.
3. Dokumentasi
Pendokumentasian atau biasa juga disebut mengabadikan sesuatu baik secara visual seperti foto, gambar, dan lain-lain, maupun secara audio ataupun bunyi, bahkan pendokumentasian dengan mem-videokan atau
(21)
meng-audio-visualkan data yang diperoleh merupakan langkah penting dalam proses pengumpulan data ketika melakukan suatu penelitian. Adapun peralatan atau media yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini di antaranya dengan cara sebagai berikut:
a. Visualisasi
Kamera digital adalah alat yang digunakan untuk memvisualisasikan atau mendokumentasikan ketika proses pengumpulan data di lokasi penelitian dengan cara mengambil gambar atau foto. Foto yang dihasilkan mampu membantu mendeskripsikan konteks yang terjadi pada penyajian lagu Deungdeung Jawa, pada saat wawancara, maupun dalam keadaan eksidental momen tertentu yang penting untuk didokumentasikan. Serta rekaman video ketika wawancara, perekaman lagu Deungdeung Jawa, dan ketika pertunjukan seni terebang berlangsung.
b. Rekaman Suara
Selain pengambilan atau pengumpulan data dengan media visual, juga dilakukan dengan media audio dengan cara merekam lagu yang dikaji yakni lagu Deungdeung Jawa dan merekam perbincangan ketika melakukan wawancara dengan narasumber. Adapun alat yang digunakan dalam perekaman audio tersebut adalah dengan menggunakan tape recorder, atau voice recorder (MP4).
Ketika melakukan wawancara, data atau informasi yang sejujur-jujurnya dapat diperoleh dari narasumber, sehingga dapat diketahui secara mendalam dan akurat isi dari data yang sudah dikumpulkan. Maka dari itu, perekaman bunyi sangat penting dan merupakan tonggak utama dalam melakukan pengkajian lagu
(22)
Deungdeung Jawa, karena lagu tersebut belum didokumentasikan secara khusus, apalagi dikomersilkan atau dipublikasikan ke dalam berbagai media.
4. Studi Literatur
Salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan studi literatur. Peneliti mengumpulkan data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dari skripsi dan rubrik internet. Adapun tempat studi literatur dalam bentuk skripsi maupun penelitian lain yang berhubungan dengan masalah yang dikaji dalam penelitian ini yakni di Perpustakaan UPI, Perpustakaan STSI Bandung, dan di tempat lainnya. Studi literatur merupakan salah satu usaha dalam menjaga originalitas sebuah karya ilmiah, agar mampu diketahui kajian manakah yang sudah atau yang belum diteliti, juga sebagai perangkat teori dalam melakukan penelitian ini.
D. Teknik Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan dari hasil wawancara dan lain-lain, lalu dilakukan pengolahan dari data yang sudah didapatkan tersebut. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam mengolah data tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Menyusun data sesuai dengan permasalahan
2. Mencari kesesuaian data-data yang diperoleh di lapangan dengan literatur dan narasumber
3. Menganalisis kesesuaian data untuk menemukan jawaban yang diperlukan dalam penelitian dengan teknik wawancara dan observasi
(23)
4. Transkripsi partitur lagu Deungdeung Jawa
5. Menarik kesimpulan dari data dan sumber-sumber yang ada untuk proses penyusunan laporan.
Dalam pengolahan data tersebut, ditulis dalam sistem penulisan deduktif, yakni dari umum ke khusus. Studi komparasi dilakukan karena sebagai acuan sesuai atau tidaknya data yang diperoleh dari lapangan dengan studi literatur yang dilakukan oleh peneliti. Selain itu dapat diketahui perkembangan-perkembangan yang terjadi, ciri khas, dan hal baru yang mungkin ditemukan dalam penelitian ini, tentunya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur yang tepat sangatlah penting dalam melakukan penelitian agar penelitian yang sudah dilakukan tidak sia-sia. Prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Persiapan a. Observasi
Jauh sebelum penelitian ini dilakukan, sebelumnya peneliti pernah melakukan apresiasi pertunjukan seni terebang di lokasi penelitian dengan lingkung seni terebang yang sama, yakni pertunjukan dari lingkung seni terebang Sri Wargi Wasiat Sepuh di Paseh Majalaya pada tahun 2007. Dalam penelitian kali ini, pada tanggal 15 Oktober 2009, peneliti kembali ke kampung Patireueut untuk melakukan observasi sekaligus membuat kesepakatan dengan narasumber bahwa peneliti sedang melakukan penelitian mengenai lagu Deungdeung Jawa,
(24)
dan disepakati bahwa pada tanggal 18 Oktober 2009 peneliti kembali untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
b. Menyusun Proposal
Sebelum melakukan penelitian, Proposal Penelitian lagu Deungdeung Jawa pada pertunjukan seni terebang Sri Wargi Wasiat Sepuh di Paseh Majalaya dibuat oleh peneliti, diajukan ke Jurusan Pendidikan Seni Musik FPBS UPI, dan diseminarkan pada tanggal 29 Mei 2009. Serta melakukan bimbingan dengan dosen tentang masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini yang berfokus pada keterkaitan antara makna dan penyajian lagu Deungdeung Jawa pada pertunjukan seni terebang di Paseh Majalaya.
c. Penyusunan Pedoman Wawancara
Sebelum peneliti pergi ke lokasi penelitian dan bertemu dengan narasumber, peneliti membuat pedoman wawancara supaya data yang dikumpulkan dapat terarah dengan baik.
2. Pelaksanaan a. Waktu Penelitian
Waktu penelitian di lokasi penelitian dilakukan pada sekitar bulan Oktober 2009, Februari 2010 (peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW), dan terus dilanjutkan dengan melakukan revisi serta bimbingan dengan dosen pembimbing sampai siap untuk disidangkan.
(25)
Waktu Perihal 15 Oktober 2009 Observasi dan wawancara awal
18 Oktober 2009 Wawancara lanjutan dan perekaman lagu Deungdeung Jawa
22-23 Februari 2010 Meneliti penyajian lagu Deungdeung Jawa dalam pertunjukan seni terebang dalam rangka memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW di kampung Patireueut Paseh Majalaya
b. Alat Penelitian
Selain peneliti sebagai subjek utama dalam peneltian ini, adapun alat penelitian yang berupa logistik atau media sebagai alat pengumpul data di lokasi penelitian ini yakni seperti kamera digital, voice recorder, handycam, buku catatan, dan lain-lain.
3. Evaluasi Kegiatan Akhir
a. Menyusun laporan dengan kerangka yang terdiri dari pendahuluan, landasan teoretis, metode penelitian, pembahasan dan hasil penelitian, serta kesimpulan dan saran.
b. Laporan hasil penelitian disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku, karena hal ini merupakan langkah akhir dalam sebuah penelitian.
(26)
F. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran terhadap kenyataan yang ada terhadap situasi yang terjadi ketika penyajian lagu Deungdeung Jawa dalam pertunjukan seni terebang, maka peneliti perlu mengungkapkannya melalui data yang sudah diambil di lapangan. Selain itu, perlu juga ditunjang dengan dasar-dasar teoretis yang terkait dengan lagu Deungdeung Jawa di dalam pertunjukan seni terebang melalui studi literatur.
Berdasarkan pedoman observasi dan pedoman wawancara, studi literatur dan studi dokumentasi yang peneliti ungkap, dalam arti peneliti terjun langsung ke lapangan dengan teknik pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan dalam melakukan penelitian lagu Deungdeung Jawa, penelitian ini memiliki instrumen sebagai berikut:
1. Catatan pengamatan selama berlangsungnya penelitian, dalam hal ini difokuskan pada hasil rekaman lagu Deungdeung Jawa, serta hasil wawancara tentang hal lainnya yang berkaitan dengan penelitian.
2. Pedoman wawancara, mengenai pertanyaan seputar penelitian, lebih difokuskan pada keterkaitan antara lagu Deungdeung Jawa dengan penyajiannya dalam pertunjukan seni terebang, sehingga pencarian jawaban atas makna dari lagu Deungdeung Jawa dapat diperoleh.
(27)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Lagu Deungdeung Jawa yang merupakan salah satu lagu dalam seni terebang yang disajikan oleh lingkung seni Sri Wargi Wasiat Sepuh yang berada di kampung Patireueut Paseh Majalaya, diyakini oleh masyarakat pendukung kesenian tersebut mampu mengundang arwah leluhur untuk memasuki raga manusia yang menari ketika lagu tersebut disajikan. Keyakinan lama yang dianut oleh masyarakat Paseh Majalaya seperti yang terwujud dalam sesajen ataupun hal lainnya yang terdapat pada pertunjukan seni terebang, masih diyakini dan dipertahankan. Berikut beberapa kesimpulan dari penelitian Lagu Deungdeung Jawa pada Pertunjukan Seni Terebang Sri Wargi Wasiat Sepuh di Paseh Majalaya berdasarkan rumusan masalah:
1. Lagu Deungdeung Jawa disajikan secara berulang-ulang atau terus-menerus dan mampu memakan durasi hingga satu jam bahkan lebih. Penyajian lagu Deungdeung Jawa terdiri dari pangkat oleh tepakan waditra terebang, bubuka, dan pengulangan bagian pokok dalam lagu tersebut yakni A-B-A-B begitu seterusnya hingga diakhiri pada bagian B, yakni dengan lantunan syair dari lagu tersebut. Bagian A berupa nyanyian yang dibawakan oleh satu orang panyekar, dan bagian B berupa nyanyian secara layeutan bersama para nayaga dengan syair dan tepakan yang sama pula.
(28)
2. Lagu Deungdeung Jawa mengandung makna tentang asuhan atau kasih sayang orang tua yang tak tergantikan. Ibu atau perempuan yang diibaratkan sebagai sosok bidadari, berperan sebagai ibu dari seorang anak, yang senantiasa mengajarkan ilmu untuk menjalani kehidupan kepada anaknya. Bentuk kasih sayang yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya, serta segala kebaikan yang terdapat dalam kehidupan yang dirasakan oleh mahluk di dunia ini, itu semua adalah bentuk kasih sayang Tuhan YME kepada umat dan makhluk ciptaanNya. Bagi masyarakat pendukung seni terebang di Paseh Majalaya, lagu Deungdeung Jawa mempunyai makna sebagai penghormatan terhadap arwah leluhur atau karuhun, juga sebagai penolak bala atau musibah, serta diyakini dapat mendatangkan berkah dari leluhur jika menari ketika lagu Deungdeung Jawa disajikan.
3. Lagu Deungdeung Jawa pada dasarnya bukan ditujukan sebagai media untuk mencapai trance atau kesurupan. Peristiwa kesurupan terjadi berdasarkan kepercayaan dan keyakinan yang sunguh-sungguh akan hadirnya arwah leluhur dan memasuki raga manusia yang menari ketika lagu Deungdeung Jawa disajikan. Hal tersebut terjadi berdasarkan suatu keyakinan, sugesti, serta pembawaan pribadi masing-masing dari penikmat sajian lagu Deungdeung Jawa itu sendiri. Peristiwa kesurupan tersebut tentunya bertentangan dengan ajaran untuk selalu berada di dalam kesadaran ketika beribadah, salah satunya dalam memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW.
(29)
Hanya kepada Allah SWT manusia harus menyembah, menghormati orang tua atau arwah leluhur sebagaimana dalam ajaran Islam yang disampaikan lewat lagu Deungdeung Jawa memang diwajibkan, namun bukan berarti harus menyembah orang tua atau arwah leluhur tersebut. Musik atau seni dalam bentuk lainnya dapat mempengaruhi suatu keadaan jiwa manusia karena terjadinya suatu pemendaran frekuensi tertentu dari energi yang dimiliki oleh jagat raya yang mempengaruhi alam bawah sadar manusia tentunya membawa dampak personal bagi setiap individu, dan salah satu contoh dari dampak tersebut adalah terjadinya peristiwa kesurupan pada penyajian lagu Deungdeung Jawa dalam pertunjukan seni terebang. Walaupun realitas yang terjadi dalam sajian pertunjukan seni terebang seperti demikian, namun kesenian tersebut tetap mempunyai tujuan sebagai media dakwah Islam, mengajak shalawat dan sabar, serta senantiasa berada di dalam kesadaran dan kebenaran.
B. Saran
Lagu Deungdeung Jawa merupakan salah satu lagu yang mempunyai banyak hal menarik untuk dikaji. Oleh karena itu peneliti berharap kepada peneliti lain yang tertarik untuk terus melakukan pengkajian lebih dalam dan lebih baik mengenai lagu-lagu dalam seni terebang terus dilakukan, khususnya pada lagu Deungdeung Jawa. Hendaknya seni terebang maupun kesenian lainnya yang dimilki oleh bangsa Indonesia dengan sepatutnya kita jaga dan kita lestarikan.
Lagu Deungdeung Jawa, salah satu judul lagu dari seni terebang yang merupakan salah satu aset kesenian tradisional yang dimiliki oleh bangsa
(30)
Indonesia. Sepatutnya kita sebagai bangsa Indonesia seharusnya lebih peduli terhadap eksistensi kesenian yang dimiliki oleh bangsa sendiri. Seni terebang buhun yang disajikan oleh lingkung seni Sri Wargi Wasiat Sepuh di Paseh Majalaya seharusnya mendapat perhatian lebih dari pemerintah maupun oleh masyarakat sekitar wilayah tersebut, namun masyarakat di luar daerah tersebut pun harus mempunyai kepedulian terhadap lingkung seni tersebut maupun terhadap seni terebang itu sendiri.
Jika dihubungkan dengan konteks pertunjukan serta fungsi dan tujuan dari seni terebang sebagai media dakwah dan penyebaran ajaran agama Islam, sebagaimana juga yang terdapat pada makna lagu Deungdeung Jawa, hendaknya masyarakat maupun penikmat seni terebang di daerah Paseh Majalaya maupun di luar daerah tersebut yang menjadi penikmat sajian lagu Deungdeung Jawa dalam seni terebang lebih memperdalam makna dan tujuan dari lagu tersebut, sehingga tidak terjadi kekeliruan yang dapat mengakibatkan seni terebang dikonotasikan sebagai kesenian yang bersifat animisme, maupun berubah fungsi hanya sebagai media hiburan saja.
(31)
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla, Ulil Abshar.(2002).Serat Centhini, Sinkretisme Islam, dan Dunia Orang Jawa dalam Bentara esei-esei. Jakarta: Buku Kompas.
Abdillah, Sukron.(2007).Prosesi Maulud, Muludan Jawa.Wikipedia [online] Tersedia:http://www.sukronabdilah.web.id/2007/04/berkahmuludanuntukb angsahtml[3Februari2010].
Ahimsa Putra, Heddy Shri. (2000). Ketika Orang Jawa Nyeni. Yogyakarta: Galang Press.
Alan P. Merriam.(1964). The Anthropology Of Music. Chicago: Northwestern University Press.
Bassano, Mary. (2001)..Penyembuhan Melalui Musik dan Warna. alih bahasa oleh Dinamika Interlingua.Yogyakarta: Putra Langit
Curtis, Dan B; Floyd, James J.; Winsor, Jerryl L. (1998). Komunikasi dan Profesional.Tersedia:http://www.rosdakarya.curtisdkk.com[24Oktober200 9].
Dhavamony, Mariasusai. (1995). Fenomenologi Agama. Yogyakarta: Kanisius. Departemen Pendidikan Nasional. (2000). Kamus Besar Bahasa
Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka Edisi ke 3.
Endraswara, Suwardi. (2003). Falsafah Hidup Jawa. Tangerang: Cakrawala. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Frigerio, Christ.(2006). Trance Stadium.Tersedia:http://itha.wordpress.com /2007/ 08/ 16/ fenomena- kesurupan- sebagai- suatu- bentuk- histeria/ [14Oktober2009].
Hardjana, Suka.(1983).Ekpresi Seni Masyarakat Pendukung.rubrikWikipedia Tersedia:http://www.wikipedia.com/musikind/sukaharjana.ekpmsp_rbdj [2Februari2010].
Hardjana, Suka (2003) Corat-Coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini. Jakarta: MSPI.
(32)
Kartoatmodjo, Susanto. (1995). Parapsikologi (parapsikologi, parergi dan data
paranormal). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Koentjaraningrat, (1985). Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.
Koentjaraningrat, (1987). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.,(1993). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Leach. (1995). Trance Music. In Brain online: Macropedia [online]. Tersedia:
http://www.eb.com:186/cgi-bin [11September2009].
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda. (1995). Kamus Umum Basa Sunda. Bandung : Terate.
Lipscomb, Dan Hodges. (2007). The Sense of Hearing Makes Music Possible. Tersedia: http://www.psycoacoustic.com[4Januari2010].
Merriam, Alan P. (1995). Metode dan Teknik Penelitian dalam Etnomusikologi. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Minsarwati, Wisnu. (2002). Mitos Merapi dan Keasifan Ekologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Nakagawa, Shin.(2000).Musik dan Kosmos Sebuah Pengantar Etnomusikologi. Yayasan Obor Indonesia.
Rohidi, Tjetjep Rohendi. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia.
Rohidi. (2000). Fungsi Upacara Tradisional bagi Masyarakat Pendukung. Yogyakarta:Depdikbud.Tersedia:http://www.dikbud.co.id[19September20 09].
Rouget, Sam. (1985). Frekuensi Bunyi Neonaturalistik. Wikipedia [online]. Tersedia:http://www.wikipedia.com/trancemusic/bhsind/rougetsm.neonatrl [3Januari2010].
Soedarsono, R.M. (1998). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Cetakan kedua Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdikbud. Soedarsono. (2003). Kembang Setaman. Yogyakarta : BP ISI Yogyakarta.
Suharto.(1999).Tayub, Pertunjukan dan Ritus Kesuburan. Bandung. Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
(33)
Suanda, Endo. (2000). Global/Lokal Jurnal Seni Pertunjukan Indonesia. Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Wiendi, Arnis.(2007).Seni Tradisional Jawa Barat, Seni Terebang.macropedia [online]. Tersedia: http://www.bandungkab.co.id [11Mei2009].
Winangun, Arya.(1997). Fungsi Seni Ritual Masyarakat.wikipedia.rubrik. [online].Tersedia:http://www.wikipedia.com./musikind/seniritual/wingn. [6Januari2010].
(1)
2. Lagu Deungdeung Jawa mengandung makna tentang asuhan atau kasih sayang orang tua yang tak tergantikan. Ibu atau perempuan yang diibaratkan sebagai sosok bidadari, berperan sebagai ibu dari seorang anak, yang senantiasa mengajarkan ilmu untuk menjalani kehidupan kepada anaknya. Bentuk kasih sayang yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya, serta segala kebaikan yang terdapat dalam kehidupan yang dirasakan oleh mahluk di dunia ini, itu semua adalah bentuk kasih sayang Tuhan YME kepada umat dan makhluk ciptaanNya. Bagi masyarakat pendukung seni terebang di Paseh Majalaya, lagu Deungdeung Jawa mempunyai makna sebagai penghormatan terhadap arwah leluhur atau karuhun, juga sebagai penolak bala atau musibah, serta diyakini dapat mendatangkan berkah dari leluhur jika menari ketika lagu Deungdeung Jawa disajikan.
3. Lagu Deungdeung Jawa pada dasarnya bukan ditujukan sebagai media untuk mencapai trance atau kesurupan. Peristiwa kesurupan terjadi berdasarkan kepercayaan dan keyakinan yang sunguh-sungguh akan hadirnya arwah leluhur dan memasuki raga manusia yang menari ketika lagu Deungdeung Jawa disajikan. Hal tersebut terjadi berdasarkan suatu keyakinan, sugesti, serta pembawaan pribadi masing-masing dari penikmat sajian lagu Deungdeung Jawa itu sendiri. Peristiwa kesurupan tersebut tentunya bertentangan dengan ajaran untuk selalu berada di dalam kesadaran ketika beribadah, salah satunya dalam memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW.
(2)
Hanya kepada Allah SWT manusia harus menyembah, menghormati orang tua atau arwah leluhur sebagaimana dalam ajaran Islam yang disampaikan lewat lagu Deungdeung Jawa memang diwajibkan, namun bukan berarti harus menyembah orang tua atau arwah leluhur tersebut. Musik atau seni dalam bentuk lainnya dapat mempengaruhi suatu keadaan jiwa manusia karena terjadinya suatu pemendaran frekuensi tertentu dari energi yang dimiliki oleh jagat raya yang mempengaruhi alam bawah sadar manusia tentunya membawa dampak personal bagi setiap individu, dan salah satu contoh dari dampak tersebut adalah terjadinya peristiwa kesurupan pada penyajian lagu Deungdeung Jawa dalam pertunjukan seni terebang. Walaupun realitas yang terjadi dalam sajian pertunjukan seni terebang seperti demikian, namun kesenian tersebut tetap mempunyai tujuan sebagai media dakwah Islam, mengajak shalawat dan sabar, serta senantiasa berada di dalam kesadaran dan kebenaran.
B. Saran
Lagu Deungdeung Jawa merupakan salah satu lagu yang mempunyai banyak hal menarik untuk dikaji. Oleh karena itu peneliti berharap kepada peneliti lain yang tertarik untuk terus melakukan pengkajian lebih dalam dan lebih baik mengenai lagu-lagu dalam seni terebang terus dilakukan, khususnya pada lagu Deungdeung Jawa. Hendaknya seni terebang maupun kesenian lainnya yang dimilki oleh bangsa Indonesia dengan sepatutnya kita jaga dan kita lestarikan.
Lagu Deungdeung Jawa, salah satu judul lagu dari seni terebang yang merupakan salah satu aset kesenian tradisional yang dimiliki oleh bangsa
(3)
Indonesia. Sepatutnya kita sebagai bangsa Indonesia seharusnya lebih peduli terhadap eksistensi kesenian yang dimiliki oleh bangsa sendiri. Seni terebang buhun yang disajikan oleh lingkung seni Sri Wargi Wasiat Sepuh di Paseh Majalaya seharusnya mendapat perhatian lebih dari pemerintah maupun oleh masyarakat sekitar wilayah tersebut, namun masyarakat di luar daerah tersebut pun harus mempunyai kepedulian terhadap lingkung seni tersebut maupun terhadap seni terebang itu sendiri.
Jika dihubungkan dengan konteks pertunjukan serta fungsi dan tujuan dari seni terebang sebagai media dakwah dan penyebaran ajaran agama Islam, sebagaimana juga yang terdapat pada makna lagu Deungdeung Jawa, hendaknya masyarakat maupun penikmat seni terebang di daerah Paseh Majalaya maupun di luar daerah tersebut yang menjadi penikmat sajian lagu Deungdeung Jawa dalam seni terebang lebih memperdalam makna dan tujuan dari lagu tersebut, sehingga tidak terjadi kekeliruan yang dapat mengakibatkan seni terebang dikonotasikan sebagai kesenian yang bersifat animisme, maupun berubah fungsi hanya sebagai media hiburan saja.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla, Ulil Abshar.(2002).Serat Centhini, Sinkretisme Islam, dan Dunia Orang Jawa dalam Bentara esei-esei. Jakarta: Buku Kompas.
Abdillah, Sukron.(2007).Prosesi Maulud, Muludan Jawa.Wikipedia [online] Tersedia:http://www.sukronabdilah.web.id/2007/04/berkahmuludanuntukb angsahtml[3Februari2010].
Ahimsa Putra, Heddy Shri. (2000). Ketika Orang Jawa Nyeni. Yogyakarta: Galang Press.
Alan P. Merriam.(1964). The Anthropology Of Music. Chicago: Northwestern University Press.
Bassano, Mary. (2001)..Penyembuhan Melalui Musik dan Warna. alih bahasa oleh Dinamika Interlingua.Yogyakarta: Putra Langit
Curtis, Dan B; Floyd, James J.; Winsor, Jerryl L. (1998). Komunikasi dan Profesional.Tersedia:http://www.rosdakarya.curtisdkk.com[24Oktober200 9].
Dhavamony, Mariasusai. (1995). Fenomenologi Agama. Yogyakarta: Kanisius. Departemen Pendidikan Nasional. (2000). Kamus Besar Bahasa
Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka Edisi ke 3.
Endraswara, Suwardi. (2003). Falsafah Hidup Jawa. Tangerang: Cakrawala. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Frigerio, Christ.(2006). Trance Stadium.Tersedia:http://itha.wordpress.com /2007/ 08/ 16/ fenomena- kesurupan- sebagai- suatu- bentuk- histeria/ [14Oktober2009].
Hardjana, Suka.(1983).Ekpresi Seni Masyarakat Pendukung.rubrikWikipedia Tersedia:http://www.wikipedia.com/musikind/sukaharjana.ekpmsp_rbdj [2Februari2010].
Hardjana, Suka (2003) Corat-Coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini. Jakarta: MSPI.
(5)
Kartoatmodjo, Susanto. (1995). Parapsikologi (parapsikologi, parergi dan data paranormal). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Koentjaraningrat, (1985). Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.
Koentjaraningrat, (1987). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.,(1993). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Leach. (1995). Trance Music. In Brain online: Macropedia [online]. Tersedia:
http://www.eb.com:186/cgi-bin [11September2009].
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda. (1995). Kamus Umum Basa Sunda. Bandung : Terate.
Lipscomb, Dan Hodges. (2007). The Sense of Hearing Makes Music Possible. Tersedia: http://www.psycoacoustic.com[4Januari2010].
Merriam, Alan P. (1995). Metode dan Teknik Penelitian dalam Etnomusikologi. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Minsarwati, Wisnu. (2002). Mitos Merapi dan Keasifan Ekologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Nakagawa, Shin.(2000).Musik dan Kosmos Sebuah Pengantar Etnomusikologi. Yayasan Obor Indonesia.
Rohidi, Tjetjep Rohendi. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia.
Rohidi. (2000). Fungsi Upacara Tradisional bagi Masyarakat Pendukung. Yogyakarta:Depdikbud.Tersedia:http://www.dikbud.co.id[19September20 09].
Rouget, Sam. (1985). Frekuensi Bunyi Neonaturalistik. Wikipedia [online]. Tersedia:http://www.wikipedia.com/trancemusic/bhsind/rougetsm.neonatrl [3Januari2010].
Soedarsono, R.M. (1998). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Cetakan kedua Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdikbud. Soedarsono. (2003). Kembang Setaman. Yogyakarta : BP ISI Yogyakarta.
Suharto.(1999).Tayub, Pertunjukan dan Ritus Kesuburan. Bandung. Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
(6)
Suanda, Endo. (2000). Global/Lokal Jurnal Seni Pertunjukan Indonesia. Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Wiendi, Arnis.(2007).Seni Tradisional Jawa Barat, Seni Terebang.macropedia [online]. Tersedia: http://www.bandungkab.co.id [11Mei2009].
Winangun, Arya.(1997). Fungsi Seni Ritual Masyarakat.wikipedia.rubrik. [online].Tersedia:http://www.wikipedia.com./musikind/seniritual/wingn. [6Januari2010].