PENGELOLAAN PEMBIAYAAN SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN BANDUNG.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….. i

KATA PENGANTAR………. ii

UCAPAN TERIMA KASIH………... iii

DAFTAR ISI……… vii

DAFTAR GAMBAR………... xi

DAFTAR TABEL……… xii

DAFTAR LAMPIRAN………... xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Masalah 19

C Fokus Penelitian 20

1. Fokus Masalah 2. Pertanyaan Penelitian

20 22

D Manfaat dan Tujuan Penelitian 26

E Premis Penelitian 27

F Kerangka Pikir Penelitian 30

BAB II KAJIAN TEORI 35

A Sekolah dan Kebutuhan Belajar Peserta Didik 35 B Konsep Biaya dan Pembiayaan Pendidikan 41

C Konsep Manajemen Biaya Pendidikan 57

D Konsep Analisis Manfaat Biaya Pendidikan (Analysis Cost

Benefit)

74 E Konsep Efektivitas Biaya Pendidikan (Analysis Cost

Effectiveness)

84 F Hubungan Biaya Dengan Output Pendidikan 89

G Kajian Penelitian yang Relevan 94

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 137

A Metode Penelitian 137

B Data yang Diperlukan 139

C Lokasi dan Subjek Penelitian 142

1. Lokasi Penelitian 142

2. Subjek Penelitian 143

D Instrumen Pengumpulan Data 148

E Teknik Pengumpulan Data 150

F Prosedur Analisis Data 150

G Pemeriksaan Keabsahan Hasil Penelitian 152

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 154


(2)

1. Dasar Pemerintah Kabupaten Bandung Perlu Membiayai Pendidikan Di Tingkat Sekolah Dasar (SD) Yang Sesuai Dengan Kebutuhan Belajar Peserta Didik

154 a. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Pendidikan Pada

Tingkat Sekolah Dasar Di kabupaten Bandung

154 b. Pendidikan Yang perlu Diterapkan Pada Tingkat

Sekolah Dasar Di kabupaten Bandung

164 c. Muatan Kecakapan Dasar Yang Perlu Dimiliki

Oleh Peserta Didik Di Tingkat Sekolah Dasar

176 d. Jumlah Siswa yang Mengikuti Pendidikan Pada

Tingkat Sekolah Dasar Di Kabupaten Bandung Tahun 2008/2009

180 2. Kebijakan Pembiayaan Yang Ditetapkan Dalam

Menetapkan Program Prioritas Pendidikan Sekolah Dasar Yang Sesuai Dengan Kebutuhan Belajar Peserta Didik

187

a. Payung Hukum Yang Digunakan Dalam Menetapkan Kebijakan Pembiayaan Pendidikan Di Tingkat Sekolah Dasar

187 b. Alur dan unsur-unsur Yang Terlibat Dalam

Pembuatan Kebijakan Pembiayaan Pendidikan Untuk Mendukung Pencapaian Program-Program Yang Menjadi Prioritas Di Pendidikan Sekolah Dasar

191

c. Program-program Yang Menjadi Prioritas Pembangunan Pendidikan Di Tingkat Sekolah Dasar Pada Tahun 2009

198 3. Besaran Biaya Yang Diperlukan Untuk Melaksanakan

Proses Pendidikan Pada Tingkat Sekolah Dasar (SD) Di Wilayah Kabupaten Bandung Yang Sesuai Dengan Kebutuhan Belajar Peserta Didik

203

a. Alokasi Dana Yang Dianggarkan Untuk Mencapai Program yang Menjadi Skala Prioritas Pembangunan Di Wilayah Pemerintah Kabupaten Bandung Tahun 2009

203

b. Komponen-komponen Yang Perlu Dibiayai Dalam Penyelenggaraan Satuan Pendidikan Di Tingkat Sekolah Dasar

246 c. Aktivitas-Aktivitas Dari Setiap Komponen Tersebut

Yang Perlu Dibiayai Dalam Penyelenggaraan Satuan Pendidikan Pada Jenjang Sekolah Dasar

249 d. Biaya Satuan Pendidikan Yang Faktual untuk

Menyelenggarakan Pendidikan Di Tingkat Sekolah Dasar

257 e. Mutu Pendidikan yang Di Peroleh Sehubungan

Biaya Yang Telah Dikeluarkan Dalam Membiayai 261


(3)

Proses Pendidikan

f. Hasil atau Keluaran Pendidikan Yang Dicapai Sebagai Akibat Dari Biaya Yang Telah Dikeluarkan Dalam Membiayai Proses Pendidikan

267 4. Efektivitas dan Efisiensi Pembiayaan Dilihat Dari

Ketercapaian Sasaran Dan Target Dibandingkan Dengan Besarnya Dana Yang Dialokasikan

271 4.1. Efektivitas Program Pendidikan Dasar 271 4.2. Efisiensi Program Pendidikan Dasar 275

B Pembahasan Hasil Penelitian 281

1. Pengelolaan Pembiayaan Di Tingkat Sekolah Dasar 281 a. Proses Penyusunan Anggaran (Sistem

Penganggaran) Sebagai Fungsi Perencanaan Dalam Membiayai Prioritas Program Pendidikan Sekolah Dasar yang Sesuai Dengan Kebutuhan Belajar Peserta Didik

281

b. Pengalokasian Atau Pendistribusian Biaya untuk Program Yang Menjadi Skala Prioritas Dalam Melaksanakan Proses Pendidikan Yang Sesuai Dengan Kebutuhan Belajar Peserta Didik

294

c. Proses Evaluasi Pertanggungjawaban Penggunaan Biaya Pendidikan Yang Dilakukan Oleh Sekolah

306 d. Pelaksanaan Pengawasan Dalam Penggunaan Biaya

Pendidikan Di Sekolah Dasar

328 e. Faktor-faktor Yang Menjadi Kunci Keberhasilan

Dalam Proses Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan Di Sekolah Dasar

332 2. Model Pengelolaan Pembiayaan Di Tingkat Sekolah

Dasar

348 a. Latar Belakang Pengembangan Model 348 b. Pengembangan Model Pengelolaan Pembiayaan 351

i. Landasan Model Pengelolaan Pembiayaan Sekolah Dasar

351 ii. Maksud dan Tujuan Pengembangan Model

Pengelolaan Pembiayaan Sekolah Dasar

353 iii. Struktur Hierarki Organisasi Pendidikan Pada

Tingkat Kabupaten dan Sekolah Dasar

354 iv. Pengertian Model Pengelolaan Pembiayaan

Sekolah Dasar

357 v. Prinsip-Prinsip Model Pengelolaan Pembiayaan

Sekolah Dasar

361 vi. Unsur-Unsur Model Pengelolaan Pembiayaan

Sekolah Dasar

363 vii. Contoh Menghitung Cost dan Unit Cost 371 c. Aplikasi Model Pengelolaan Pembiayaan Sekolah

Dasar


(4)

i. Pemahaman Model dan Prosedur Dalam Penerapan Model

376

ii. Sosialisasi Model 380

iii. Indentifikasi Sumber Daya Pendukung 380

iv. Organisasi Pelaksana 381

v. Mekanisme Pelaksanaan Model 382 d. Pemantauan dan Pengendalian Model Pengelolaan

Pembiayaan Sekolah Dasar

385

i. Pemantauan 385

ii. Pengendalian 386

e. Review dan Evaluasi Model Pengelolaan Pembiayaan Sekolah Dasar

389 i. Review Model Pengelolaan Pembiayaan

Sekolah Dasar

389 ii. Evaluasi Model Pengelolaan Pembiayaan

Sekolah Dasar

391

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 394

A Kesimpulan 394

B Implikasi 400

C Rekomendasi 402

DAFTAR PUSTAKA 406

DAFTAR RIWAYAT HIDUP 417


(5)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakatnya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama dan gender. Oleh karena itu, dalam mendukung pelaksanaan pendidikan yang bermutu, pemerintah telah meneguhkan niatnya untuk memperhatikan pengembangan mutu pendidikan melalui regulasi yang memberikan jaminan tentang pembiayaan pendidikan.

Amademen UUD 1945 pasal 31 ayat 4 mengamanatkan adanya 20 persen minimal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk sektor pendidikan. Selengkapnya, berbunyi sebagai berikut: negara memprioritaskan anggaran

pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang tertuang dalam pasal 49 ayat 1, juga mengamanatkan bahwa : “Dana

pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) pada sector pendidikan dan minimal 20% dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD)”.

Pedoman pelaksanaan pembangunan pendidikan di Indonesia, oleh pemerintah dijabarkan dalam rencana strategis jangka panjang pendidikan yang


(6)

dibagi menjadi beberapa periode target capaian yang ingin diperoleh (Rencana Strategis Depdiknas, 2007:36), yaitu :

Periode 2005-2010, pada tahun ini pemerintah menargetkan untuk meningkatkan kapasitas dan modernisasi guna terciptanya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif dalam tataran masyarakat lokal dan global difokuskan pada peningkatan daya tampung satuan pendidikan yang ada. Periode tersebut mendukung pada program pemerintah yaitu pendidikan untuk semua. Pemerataan akses pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat yang berada di seluruh pelosok negeri agar dapat mengurangi angka buta aksara khususnya pada aspek membaca, menulis, dan berhitung sebagai kompetensi dasar guna mewujudkan masyarakat yang berbasis pengetahuan.

Periode 2010-2015, pada tahun ini pemerintah menargetkan untuk

menguatkan pelayanan, menitik beratkan pada rasio kebutuhan dan kesediaan sarana dan prasarana pendidikan nasional menjadi optimal agar mutu pendidikan menjadi relevan dan berdaya saing dengan penggunaan strategi milestone peralihan fokus atau penekanan dari pembangunan aspek kuantitas kepada aspek kualitas.

Periode 2015-2020, pada tahun ini pemerintah menargetkan untuk

meningkatkan daya saing regional difokuskan pada kualitas pendidikan yang memiliki daya saing regional pada tingkat ASEAN terlebih dahulu dengan berdasarkan pada standar benchmarking yang objektif dan realistis. Harapan Indonesia pada akhir periode ini sudah bisa menjadi titik pusat gravitasi sosial ASEAN sebagai sebuah entitas sosiokultural.


(7)

Periode 2020-2025, pada tahun ini pemerintah menargetkan untuk

meningkatkan daya saing internasional dengan dicanangkannya pencapaian nilai kompetitif secara internasional. Berbagai program-program yang dicanangkan oleh pemerintah pusat tentunya harus bersinergi dengan keberhasilan pada level daerah baik tingkat provinsi, kota, dan kabupaten. Tolak ukur keberhasilan berada pada bagaimana cara untuk mengejewantahkan berbagai kebijakan strategis di bidang pendidikan baik pada saat proses perencanaan, implementasi, dan evaluasi yang berkesinambungan sesuai dengan kondisi daerah yang ada, agar tercapai kondisi yang dicita-citakan.

Pembiayaan untuk pendidikan dasar khususnya sekolah negeri sesuai dengan Kebijakan Pendidikan Gratis Pendidikan Dasar yang ditetapkan menjadi Kebijakan BOS tahun 2009 (Depdiknas : 2009), berkenaan dengan kenaikan dana BOS sejak Januari 2009 semua Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama harus membebaskan biaya operasional sekolah terhadap peserta didiknya. Pembebasan biaya sekolah tersebut, hanya berlaku bagi sekolah-sekolah yang masih mempunyai standar lokal, tetapi untuk sekolah-sekolah yang dijadikan program sekolah yang mempunyai standar internasional, pembebasan biaya tersebut tidak berlaku, peran masyarakat masih sangat dibutuhkan untuk dapat mencapai target yang diharapkan.

Berdasarkan kebijakan tersebut, konsekuensinya pemerintah pusat harus menanggung seluruh pembiayaan pelaksanaan untuk pendidikan dasar, dengan memberikan bantuan berupa BOS yang diberikan kepada semua Kabupaten dan Kota yang ada di wilayah di Indonesia. Besarnya dana BOS tersebut berbeda-beda


(8)

disesuaikan dengan kondisi daerah. Seperti untuk Kabupaten besarannya tidak akan sama dengan Kota. Berikut ini 5 (lima) kebijakan BOS (Kebijakan Pendidikan Gratis, Depdiknas:2009), yaitu :

1. Biaya satuan BOS, termasuk BOS Buku, per siswa/tahun mulai januari 2009 naik secara signifikan menjadi: SD dikota Rp 400 ribu, SD di kabupaten Rp 397 ribu, SMP di kota Rp 575 ribu, dan SMP di kabupaten Rp 570 ribu. 2. Dengan kenaikan kesejahteraan guru PNS dan kenaikan BOS mulai januari

2009, semua SD dan SMP negeri harus membebaskan siswa dari biaya operasional sekolah, kecuali RSBI dan SBI.

3. Pemda wajib mengendalikan pungutan biaya operasional di SD dan SMP swasta sehingga siswa miskin bebas dari pungutan tersebut dan tidak ada pungutan berlebihan kepada siswa mampu.

4. Pemda wajib mensosialisasikan dan melaksanakan kebijakan BOS tahun 2009 serta menyanksi pihak yang melanggar.

5. Pemda wajib memenuhi kekurangan biaya operasional dari APBD bila BOS dari Depdiknas belum mencukupi.

Dengan adanya kebijakan pembebasan biaya operasional bagi sekolah dasar yang masih mempunyai standar lokal, apakah sudah mampu membiayai organisasinya agar tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan harapan ? Hal ini perlu dikaji lagi lebih mendalam karena di dalam kebijakan tersebut disebutkan bahwa sekolah tidak diperkenankan memungut biaya dari peserta didik jika akan menjadi beban bagi siswanya. Sementara di satu sisi, sekolah dintutut untuk menjalankan program pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat


(9)

atau daerah dengan biaya yang seadanya diberikan oleh pemerintah, dimana jumlah tersebut belum tentu dapat memenuhi kebutuhan pembangunan pendidikan yang diharapkan. Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah berkurangnya semangat kerja tenaga pendidik dan kependidikan, dan program-program pendidikan yang berkenaan dengan pembelajaran tidak dapat dicapai dengan maksimal.

Adanya kebijakan pembebasan biaya sekolah untuk pendidikan dasar, memang sangat membantu bagi masyarakat, tetapi bagi sekolah merupakan suatu dilema yang suka atau tidak, sekolah tetap harus menjalankan program-program yang menjadi target prioritas pembangunan pendidikan di wilayahnya. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu menutupi kekurangan pendanaan yang disediakan oleh pusat yang diperuntukkan dalam membiayai program prioritasnya yaitu : 1) ProgramWajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun; 2) Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan; dan 3) Program Manajemen Pelayanan.

Dalam rangka pengembangan kapasitas pendidikan untuk sekolah dasar, salah satu pinjaman yang diperoleh oleh pemerintah Indonesia berasal dari negara-negara pendonor yaitu Bank Dunia, Komisi Eropa dan Pemerintah Belanda yang berupa hibah Program Pengembangan Kapasitas Pendidikan Dasar atau Basic Education Capacity Trust Fund (BEC-TF) sebanyak EUR 39 juta atau setara $51 juta. Program yang dikelola oleh Bank Dunia ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah agar dapat meningkatkan pengelolaan dan mutu pendidikan dalam konteks desentralisasi.


(10)

Program ini didanai oleh Pemerintah Belanda sebanyak EUR 22 juta dan Komisi Eropa sebanyak EUR 17 juta. Sebagai bentuk komitmen dalam pelaksanaan program, pemerintah kabupaten/kota yang terpilih harus menyediakan dukungan berupa dana pendamping dan tim teknis. Kabupaten/kota yang terpilih sebagai penerima program BEC-TF tahap pertama berasal dari enam provinsi, yakni Nangroe Aceh Darussalam, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Papua, dan Papua Barat.(Dana Hibah, Depdiknas:2009).

Program tersebut dilakukan oleh pemerintah dalam rangka pengembangan kapasitas pendidikan di sekolah dasar sebagai akibat munculnya permasalahan yang dihadapi berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan baik di tingkat Pusat maupun Daerah. Adapun permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :

1. transparansi dan akuntabilitas sistem manajemen keuangan di tingkat daerah dan pengembangan manajemen keuangan jangka menengah berbasis daerah;

2. komitmen pemerintah daerah untuk mereformasi pendidikan yang mencakup pengelolaan, perencanaan, dan pengelolaan keuangan pendidikan;

3. komitmen pemerintah daerah untuk menyediakan dukungan yang cukup dalam penyelenggaraaan pendidikan dasar yang berkualitas dan alokasi pembiayaan pendidikan di daerah.

Secara Nasional, masalah pendidikan yang dihadapi oleh bangsa ini dihadapkan dengan persoalan-persoalan yang meliputi penuntasan wajar dikdas 9 tahun, pemberantasan buta aksara, peningkatan akses SLTA dan perimbangan


(11)

jumlah siswa SMA/SMK, peningkatan akses dan kualitas pendidikan tinggi terutama melalui peningkatan kapasitas perluasan politeknik, redistribusi guru dan antisipasi kekurangan guru dalam waktu lima tahun ke depan, evaluasi pelaksanaan ujian nasional, kurikulum tingkat satuan pendidikan, e-administrasi, e-pembelajaran, akreditasi sekolah/ madrasah dan perguruan tinggi, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan BOS buku, rehabilitasi sarana/prasarana sekolah, peningkatan kualifikasi dan sertifikasi guru/dosen, pendidikan kecakapan hidup, evaluasi pelaksanaan otonomi pendidikan, satuan pendidikan, dan peran serta masyarakat. (Depdiknas:2009).

Pembangunan pendidikan di tingkat Provinsi Jawa Barat, khususnya pendidikan dasar, diarahkan kepada peningkatan kualitas pendidikan yang dapat terjangkau oleh masyarakat, dan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan.

Program yang menjadi prioritas dalam meningkatkan kualitas pendidikan dasar, yang meliputi Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun, dimana targetnya adalah tercapainya APK SMP/MTs dengan target 95%, terlaksananya bantuan beasiswa bagi Siswa SD dari keluarga tidak mampu, subsidi pengadaan buku murah bagi daerah-daerah terpencil; dan Program Manajemen Pelayanan Pendidikan, dimana target yang akan dicapai adalah terlaksananya implementasi Standar Nasional Pendidikan di semua jenis dan jenjang pendidikan, meningkatnya budaya mutu di kalangan tenaga pendidik dan kependidikan, terlaksananya bantuan Gubernur untuk biaya investasi dan operasional sekolah, meningkatnya kesejahteraan guru.


(12)

Dalam meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan, target yang akan dicapai adalah meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana prasarana pendidikan dasar; serta terbangunnya sarana dan prasarana pendidikan yang baru dengan azas pemerataan dan kualitas. (Sumber : RPJMN 2004-2009 Provinsi Jawa Barat).

Upaya peningkatan sarana dan prasarana pendidikan untuk meningkatkan daya tampung pendidikan dasar, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah melakukan kesepakatan role sharing pendanaan rehabilitasi dan ruang kelas baru SD/MI dan SMP/MTs antara Pemerintah Pusat yang berkontribusi 50 % dari total alokasi dana yang dibutuhkan, Pemerintah Provinsi berkontribusi 30 % dari total alokasi dana yang dibutuhkan, serta Pemerintah Kabupaten dan Kota berkontribusi 20 % dari total alokasi dana yang dibutuhkan.

Adanya kesepakatan role sharing pendanaan tersebut, pemerintah Provinsi Jawa Barat mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 172.007 milyar dari APBD tahun 2006 untuk merehabilitasi SD/MI sebanyak 2.223 ruang kelas dan SMP/MTs sebanyak 350 ruang kelas serta RKB SMP/MTs sebanyak 1.124 ruang kelas. Pada tahun 2008, pemerintah Provinsi Jawa Barat menargetkan untuk merehabilitasi 44.695 ruang kelas SD/MI dan 1.102 ruang kelas SMP/MTs dapat diselesaikan.

Program lain yang menunjang bidang pendidikan sebagai bentuk konkrit kepedulian terhadap peningkatan pendidikan di Jawa Barat, pemerintah daerah telah mengalokasikan anggaran untuk membantu siswa dari keluarga tidak mampu


(13)

melalui program Bantuan Gubernur untuk siswa.(Sumber : RPJMN 2004-2009 Provinsi Jawa Barat).

Berkaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan guru PNS dan guru bantu sementara, yang secara tidak langsung terkait dengan upaya penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun, juga mendapat perhatian dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 17,9 milyar yang diberikan kepada 2.721 guru PNS dan 1.600 guru bantu sementara SD/MI di daerah terpencil.

Pada tingkat Provinsi, sumber pendanaan untuk pembangunan pendidikan, berasal dari dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Dinas Pendidikan mendapat alokasi dana Dekonsentrasi untuk tahun 2008 sebesar Rp. 3.082.288.118.000, hal ini terjadi peningkatan sebesar 82 % dari tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 2.519.225.473.000,-, yang dipergunakan untuk kegiatan non fisik, seperti koordinasi, perencanaan, fasilitasi, bimbingan teknis, pelatihan, penyuluhan, supervisi, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.

Tabel 1.1. Dana APBN Tugas Pembantuan Provinsi Jawa Barat Tahun 2007-2008

NO SKPD

Alokasi Anggaran

Tahun 2007 Tahun 2008

1. DINAS PERTANIAN 3.485.000.000 1.786.000.000 2. DINAS PETERNAKAN 846.500.000 3.579.095.000 3. DINAS PERIKANAN - 6.672.180.000 4. DINAS PERKEBUNAN 11.325.521.000 2.464.433.000 5. DINAS KOPERASI DAN UKM - 4.968.466.000 6. DINAS BINA MARGA - 93.005.765.000 7. DINAS TARKIM - 1.100.000.000 8. DINAS PSDA - 61.503.789.000 9. DISNAKERTRANS 8.551.500.000 8.893.844.000 10. DINAS PENDIDIKAN - 14.670.000.000 11. DINAS KESEHATAN 10.500.000.000 - 12. BIRO BINA PRODUKSI 190.000.000

Jumlah 34.708.521.000 198.833.572.000


(14)

Tabel di atas, memberikan gambaran berkenaan dengan Dana APBN Tugas Pembantuan yang diterima oleh Provinsi Jawa Barat sebesar Rp. 198.833.572.000,-, dimana Dinas Pendidikan mendapatkan alokasi sebesar Rp.14.670.000.000,- yang digunakan untuk membiayai kegiatan fisik seperti pengadaan barang yaitu tanah, bangunan, jalan, jaringan, peralatan dan mesin, serta kegiatan yang bersifat fisik lainnya.

Pada tingkat Kabupaten Bandung, permasalahan yang terjadi seiring dengan berjalannya otonomi daerah, khususnya pada tingkat pendidikan dasar, berkenaan dengan masih banyaknya sekolah yang kekurangan buku paket dan alat peraga edukatif, sehingga menyulitkan guru melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, dan masih belum meratanya distribusi guru SD jika dilihat dari rasio murid per guru masih terdapat kelebihan guru di beberapa kecamatan dan kekurangan guru di kecamatan lainnya.

Disamping itu, kurikulum pendidikan yang disusun masih terlalu teoritis, kurang praktis, dan kurang kontekstual, menyebabkan PBM kurang memberikan makna yang berarti bagi bekal kehidupan murid di masa depan, baik yang berkenaan dengan nilai-nilai religius, bekal kecakapan hidup (life skills), tata pergaulan, budi-pekerti, seni budaya lokal, kesehatan dan lingkungan hidup, serta aspek-aspek pembentuk karakter peserta didik sering terabaikan. Hal ini akan berakibat pada penurunan moral dan budi pekerti di kalangan anak-anak, sehingga

memberikan dampak menurunnya kualitas pendidikan yang ditandai dengan meningkatnya angka putus sekolah maupun angka mengulang.


(15)

Pembangunan pendidikan dasar di Kabupaten Bandung, khususnya berkenaan dengan pemerataan pendidikan, masih terdapat kesenjangan yang memprihatinkan antara kecamatan yang ada di daerah kabupaten Bandung. Hal tersebut dapat diketahui dari perolehan nilai APK, APM dan Indek Pendidikan yang belum merata, sesuai dengan informasi pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.2.

Data APK, APM dan Indek Pendidikan SD/MI tahun 2008 di Kabupaten Bandung

APK APM RLS AMH

1 ARJASARI 97,80 97,28 9,47 97,01

2 BALEENDAH 110,10 100,39 9,21 99,90

3 BANJARAN 91,20 90,96 8,05 98,27

4 BOJONGSOANG 115,65 104,45 10,73 98,61

5 CANGKUANG 93,44 96,46 7,57 97,88

6 CICALENGKA 121,64 102,60 9,40 99,75

7 CIKANCUNG 114,03 100,80 7,90 98,74

8 CILENGKRANG 118,80 108,64 8,05 98,81

9 CILEUNYI 93,49 92,81 10,18 99,82

10 CIMAUNG 103,28 101,06 8,10 98,79

11 CIMENYAN 86,26 85,94 9,19 98,79

12 CIPARAY 99,94 99,64 9,20 98,92

13 CIWIDEY 93,60 92,52 7,97 98,98

14 DAYEUHKOLOT 103,23 100,56 10,49 99,63

15 IBUN 100,16 99,75 8,50 98,51

16 KATAPANG 75,42 74,88 9,99 99,80

17 KERTASARI 99,32 98,49 6,74 96,87

18 KUTAWARINGIN 0,00 0,00 7,24 98,25

19 MAJALAYA 119,54 100,23 9,03 99,34

20 MARGAASIH 97,31 97,29 9,99 99,41

21 MARGAHAYU 110,61 100,81 11,03 99,88

22 NAGREG 128,90 113,34 8,94 98,75

23 PACET 101,20 100,41 8,62 99,29

24 PAMEUNGPEUK 114,67 99,97 9,56 98,73

25 PANGALENGAN 103,24 99,99 8,09 98,80

26 PASEH 104,12 100,46 7,96 96,01

27 PASIRJAMBU 97,86 96,00 7,64 98,99

28 RANCABALI 103,37 99,62 7,46 98,24

29 RANCAEKEK 116,43 100,40 10,16 98,02

30 SOLOKANJERUK 85,34 85,21 7,76 99,08

31 SOREANG 66,90 66,83 8,09 99,44

JUMLAH 103,25 98,20 8,58 98,75

CATATAN :

1. Data Penduduk, RLS, dan AMH bersumber dari BPS Kab.Bandung Tahun 2007 2. Kec. Kutawaringin adalah hasil Pemekaran dari Kec. Soreang dan Kec.Katapang Sumber : Data dari BAPPEDA

NO KECAMATAN

ANGKA PARTISIPASI

INDEK PENDIDIKAN SD/MI SEDERAJAT


(16)

Dari tabel 1.2, dapat diketahui perolehan APK dan APM yang terendah ada di wilayah Katapang dan Soreang. Hal ini akibat dimekarkannya kedua kecamatan tersebut sehingga bertambah kecamatannya yaitu Kutawaringin, dimana dengan bertambahnya kecamatan tersebut memberikan dampak kepada berkurangnya jumlah siswa dan kelompok usia sekolah.

Potensi Kabupaten Bandung yang memiliki luas wilayah 307.475 ha dan jumlah penduduk mencapai 3.127.008 jiwa, merupakan sumber daya yang tersedia dalam mendukung implementasi kebijakan pendidikan berkenaan dengan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, yang diupayakan melalui berbagai program pembangunan untuk meningkatkan kapabilitas penduduk.

Indikator tingkat keberhasilan pembangunan tersebut, dapat dilihat dari perolehan IPM Kabupaten Bandung pada tahun 2008, mencapai 72,50, naik sebesar 0,85 % dari tahun 2007 yaitu sebesar 71,25 %. Naiknya IPM Kabupaten Bandung, tidak terlepas dari kontribusi ketiga komponen utama IPM yaitu indeks pendidikan, indeks kesehatan dan indeks daya beli atau kemampuan ekonomi.

Keberhasilan pembangunan pendidikan khususnya di tingkat sekolah dasar, pencapaiannya dapat dilihat pada indikator pendidikan Kabupaten Bandung seperti yang tergambar pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.3.

Pencapaian Indikator Pendidikan SD/MI di Kabupaten Bandung

! " # " $

%& ' ( ' % & "#) " )

* + + ' , , , "$ *" # #" #

$ + + ' , , " " "


(17)

Berdasarkan tabel 1.3, perolehan AMH di tahun 2008 terjadi kenaikan sebesar 0,91 % dari 98,75 di tahun 2007 menjadi 98,84. Begitupun untuk RLS, terjadi kenaikan sebesar 0,30 % dari 8,56 di tahun 2007 menjadi 8,86. Indikator-indikator tersebut menggambarkan bahwa jumlah penduduk usia 15 tahun yang melek huruf mencapai 98,84 % dengan rata-rata lama sekolah mencapai 8,86 tahun.

Pencapaian APK untuk pendidikan sekolah dasar (SD/MI) secara keseluruhan dari tahun 2007 sampai 2008 terjadi penurunan sebesar 7,23 %, sedangkan untuk pencapaian APM terjadi kenaikan, tetapi kenaikan tersebut hanya sebesar 0,08 %. Hal ini diakibatkan masih rendahnya pemahaman orang tua tentang pentingnya investasi di bidang pendidikan, bagi kemajuan dan bekal hidup anak di masa depan.

Dalam menyelenggarakan pendidikan dasar yang mampu mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik, tidak hanya kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan saja yang menjadi fokus perhatian, tetapi dukungan sarana dan prasarana yang memadai harus menjadi perhatian utama, agar proses pendidikan dapat berjalan dengan lancar, tenang dan aman.

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, ternyata kondisi ruang kelas sekolah dasar di Kabupaten Bandung, masih banyak ruangan kelas yang rusak, baik rusak ringan sebanyak 1.789 ruang, maupun rusak berat sebanyak 2.128 ruang, dari total ruang kelas sebanyak 8.438 ruang, atau sekitar 46 % kondisi ruang kelas yang rusak. Gambaran kondisi ruang kelas sekolah dasar di


(18)

Kabupaten Bandung, dapat dilihat pada tabel data pokok pendidikan tingkat sekolah dasar dibawah ini.

Tabel 1.4.

Data Pokok Pendidikan Tingkat Sekolah Dasar Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Bandung

Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung 2008

Tabel tersebut di atas, memperlihatkan kondisi ruang kelas yang rusak di setiap kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung. Kecamatan yang mempunyai kondisi kelasnya paling banyak yang rusak berada di kecamatan Pangalengan, Ciparay, Baleendah dan Arjasari. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Bandung perlu juga memfokuskan pembiayaannya untuk

Jumlah Sekolah

N S

1 Arjasari 47 46 1 12046 186 5 1588 325 131 83 80 3 46 229 193 468 2 Baleendah 62 59 3 24303 258 5 3474 606 161 96 143 0 59 443 256 758 3 Banjaran 45 45 0 13630 238 6 1914 382 130 64 84 17 43 319 168 530 4 Bojongsoang 30 28 2 9598 122 4 1279 276 117 36 43 0 29 291 126 446 5 Cangkuang 20 20 0 7476 106 3 1053 185 79 10 48 2 17 132 96 245 6 Cicalengka 45 45 0 14773 152 4 2223 384 170 69 70 4 43 420 137 600 7 Cikancung 44 44 0 11441 165 5 1551 298 134 36 42 11 41 217 105 363 8 Cilengkrang 18 18 0 4748 94 0 678 129 67 18 15 0 18 137 50 205 9 Cileunyi 49 45 4 14977 134 2 2179 437 193 62 33 16 49 398 242 689 10 Cimaung 34 34 0 9270 179 5 1364 279 101 56 92 1 33 193 144 370 11 Cimenyan 47 44 3 11175 438 5 1418 325 137 37 37 13 44 319 114 477 12 Ciparay 68 65 3 17788 301 6 2745 484 174 112 109 22 65 465 198 728 13 Ciwideu 34 34 0 8554 153 1 1228 244 110 46 68 1 34 213 86 333 14 Dayeuhkolot 53 52 1 13533 161 2 1895 370 163 50 31 6 48 413 156 617 15 Ibun 52 52 0 10543 130 8 1338 324 147 69 72 19 52 300 154 506 16 Katapang 33 31 2 11123 188 1 1473 286 122 46 36 14 39 246 131 416 17 Kertasari 51 51 0 8540 209 6 1083 317 190 52 84 14 51 194 130 375 18 Kutawaringin 46 44 2 10425 231 5 1520 323 126 60 103 6 41 233 152 426 19 Majalaya 73 69 4 20202 254 0 2920 535 297 71 94 71 71 482 250 803 20 Margaasih 47 46 1 14524 254 4 1523 308 145 47 26 34 46 288 133 467 21 Margahayu 47 40 7 14353 156 0 2098 377 146 48 29 24 46 439 181 666

22 Nagreg 30 30 0 6526 68 2 880 186 82 26 37 5 30 181 100 311

23 Pacet 55 55 0 12211 295 5 1860 360 216 42 73 0 53 275 161 489 24 Pamengpeuk 30 30 0 8036 167 3 1097 226 87 41 66 3 28 224 72 324 25 Pangalengan 68 67 1 17632 460 6 2402 490 200 148 155 4 66 410 255 731 26 Paseh 64 64 0 15437 313 9 2047 416 137 72 107 18 64 314 225 603 27 Pasirjambu 44 44 0 9904 113 3 1426 294 133 64 97 10 43 252 123 418 28 Rancabali 33 33 0 6721 127 0 887 218 84 53 82 1 33 138 107 278 29 Rancaekek 61 58 3 21332 183 5 3062 586 270 52 59 3 61 612 234 907 30 Solokanjeruk 45 44 1 10330 109 7 1336 283 162 48 37 19 45 278 87 410 31 Soreang 36 36 0 12306 139 3 1883 315 110 75 76 7 35 316 102 453 1411 1373 38 383457 6083 120 53424 10568 4521 1789 2128 348 1.373 9.371 4.668 15.412 JUMLAH

Baik Rusak Ringan

NO Kecamatan Status JUMLAH SISWA Rusak

Berat Kepala Sekolah Guru Tetap Mengulang Putus Sekolah Tamatan (Lulusan Tahun Kelas (Rombong an

Kondisi Ruang Kelas Milik Ruang Kelas Bukan

Kepala Sekolah dan Guru Guru Tidak Jumlah


(19)

pembangunan atau merehabilitasi ruang kelas, agar proses pendidikan dapat terselenggara dengan baik.

Sebagai gambaran tentang pembiayaan pendidikan yang selama ini telah dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten Bandung sejak tahun 2005 sampai 2009 terefleksikan adanya trend kenaikan dalam anggaran pendidikan di tingkat SD, yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.5.

Anggaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2005 - 2009

Anggaran tahun Jumlah (Rp)

2005 541.697.385.000

2006 633.615.831.000

2007 800.988.931.000

2008 670.285.085.000

2009 678.607.437.000

Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung Grafik. 1.1.

Anggaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2005 – 2009

Dari tabel 1.5 dan grafik 1.1. tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat kenaikan dan penurunan jumlah anggaran. Jika tahun 2005 total anggaran yang dipergunakan dari berbagai sumber mencapai Rp. 541,7 Milyar maka tahun 2006 meningkat menjadi Rp. 633,6 Milyar. Pada tahun 2007 terjadi kenaikan yang relatif besar yaitu mencapai 800,9 Milyar. Tetapi trend kenaikan tersebut diikuti pula oleh penurunan di tahun 2008 yaitu sebesar Rp. 670,3 Milyar, penurunan

Rp0 Rp100.000.000.000 Rp200.000.000.000 Rp300.000.000.000 Rp400.000.000.000 Rp500.000.000.000 Rp600.000.000.000 Rp700.000.000.000 Rp800.000.000.000 Rp900.000.000.000

2005 2006 2007 2008 2009

Ju

m

lah


(20)

anggaran tersebut disebabkan karena keterbatasan dana yang tersedia. Pada tahun 2009 terjadi kenaikan kembali menjadi sebesar Rp. 678,6 Milyar. Tetapi kenaikan pada tahun 2009 tersebut, jika dibandingkan dengan Anggaran di tahun 2007 relatif masih rendah.

Informasi besaran biaya satuan atau unit cost siswa pada sekolah dasar yang ada di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.6.

Biaya Satuan (Unit Cost) per Siswa tahun 2003 - 2009 Tahun Pelajaran Jumlah Biaya Satuan (Unit Cost)

dalam Rp.

2003/2004 200.250,-

2004/2005 597.800,-

2005/2006 580.840,-

2006/2007 580.840

2007/2008 372.245 (*)

2008/2009 397.000 (**)

Sumber : Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Catatan (*) : Jumlah hasil penelitian BAPPEDA dan LPPM UPI (**) : Jumlah subsidi BOS yang ditetapkan Pemerintah Pusat

Dari tabel tersebut, dapat diketahui unit cost per siswa pada tahun 2003/2004 mencapai Rp.200.250/siswa/tahun. Pada tahun 2004/2005 mencapai 597.800/siswa/tahun, pada tahun 2005/2006 dan 2006/2007 mencapai 580.840/siswa/tahun, dan tahun 2007/2008 mencapai Rp. 372.245/siswa/tahun.

Sekilas dapat diketahui bahwa untuk biaya satuan per siswa terjadi peningkatan di tahun pelajaran 2004/2005, tetapi pada tahun pelajaran 2005/2006 dan 2007/2008, terjadi penurunan biaya satuan per siswa yang cukup signifikan. Dari penurunan tersebut, mengakibatkan pencapaian APK/APM belum bisa terpenuhi oleh sebagian kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung.


(21)

Pada tingkat sekolah dasar, pelaksanaan kegiatan operasional sekolah di tahun 2008 seluruh aktivitasnya dibiayai dari dana BOS, dimana besarnya dana BOS tersebut untuk tahun pelajaran 2008/2009 sebesar Rp 397.000,-/siswa/tahun untuk tingkat kabupaten, sedangkan di tingkat kota sebesar Rp 400.000,-/siswa/tahun. Dana BOS yang diberikan, tidak hanya dipergunakan untuk operasional sekolah, tetapi dipergunakan juga untuk membeli buku pelajaran. Disamping dana BOS dari pemerintah pusat, sekolah menerima dana BOS dari pemerintah Kabupaten Bandung sebesar Rp.17.500/siswa/tahun sebagai pendamping BOS Pusat.

Walaupun sekolah telah menerima dana BOS yang bersumber dari pemerintah pusat dan daerah, kenyataannya penyelenggaraan proses pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar atau learning needs peserta didik, masih belum dapat tercapai dengan baik. Hal ini disebabkan karena kurang tepatnya sasaran pembiayaan yang ditetapkan oleh sekolah, dan lemahnya pemberdayaan sekolah untuk mencapai target yang diharapkan.

Dari beberapa permasalahan umum yang telah diutarakan, secara prinsip timbulnya masalah tersebut tidak hanya di sebabkan oleh kemampuan manajerial sumber daya manusia baik pada tingkat pemerintah daerah maupun di sekolah dasar, tetapi dukungan dana yang belum memadai atau pengalokasian dana yang kurang tepat untuk mendukung proses belajar yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik dalam menjalankan setiap aktivitas proses pendidikan juga menjadi penyebab timbulnya masalah-masalah tersebut.


(22)

Hasil temuan dari studi pendahuluan yang telah dilakukan, permasalahan pengelolaan pembiayaan sekolah dasar yang dapat diungkapkan berkenaan dengan kurang jelasnya sekolah dalam menentukan kegiatan apa saja yang sebenarnya harus dibiayai, dari program yang telah ditetapkan.

Dalam memperhitungkan biaya pendidikan, sekolah belum memahami informasi apa saja yang harus diterapkan agar dapat mengelola dana secara efektif untuk digunakan dalam proses pendidikan. Hal ini terjadi karena penggunaan sistem manajemen biaya di tingkat sekolah belum maksimal dilaksanakan untuk dapat mendukung pencapaian tujuan-tujuan strategis yang ditetapkan sekolah.

Pengalokasian biaya operasional yang ditetapkan oleh sekolah, kurang mengidentifikasi sumber daya apa saja yang akan digunakan atau dibutuhkan untuk memperbaiki dan meningkatkan keunggulan yang ingin dicapai dalam proses pendidikan, guna menciptakan hasil belajar yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.

Sekolah dalam menetapkan besaran anggaran yang dibutuhkan, belum memperhitungkan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya dari aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan selama proses pendidikan, dan kegiatan-kegiatan apa saja yang menjadi beban biaya dari setiap komponen pendidikan, berdasarkan program yang telah ditetapkan.

Sekolah dalam menggunakan biaya hanya berdasar pada berapa dana yang ada untuk menjalankan rangkaian kegiatan pembelajaran dan pengajaran, bukan kepada berapa besar dana yang dibutuhkan untuk membiayai kegiatan tersebut, agar mampu mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik.


(23)

Berdasarkan paparan permasalahan-permasalahan yang telah diungkapkan, sekolah dalam membiayai kegiatan pembelajaran dan pengajaran berdasarkan program yang menjadi prioritas, hanya mengacu pada pengalaman-pengalaman yang sudah dilaksanakan sebelumnya, belum berdasarkan pada kegiatan atau aktivitas apa saja yang seharusnya menjadi fokus pembiayaan, agar proses pendidikan dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik.

Walaupun ada kegiatan musrenbang sebagai forum musyawarah perencanaan pembangunan tahunan, belum mampu mengatasi permasalahan yang terjadi pada tingkat sekolah dasar. Hal ini disebabkan hasil kesepakatan yang ditetapkan kurang mengakomodasi kepentingan bagi sebagian sekolah dasar, sebagai akibat ketersediaan dana yang kurang memadai.

Atas dasar studi pendahuluan yang dilakukan tersebut, maka kajian yang berkaitan dengan pengelolaan pembiayaan pendidikan yang dapat mendukung proses pendidikan agar sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik perlu dilakukan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan masalah yang diungkapkan dari hasil studi pendahuluan, maka masalah yang dapat diuraikan dalam penelitian ini adalah :

a. kurang jelasnya dasar pemerintah Kabupaten Bandung dalam membiayai pendidikan di tingkat sekolah dasar, yang dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik;


(24)

b. kurang dipahaminya kebijakan pembiayaan yang ditetapkan untuk dapat mendukung proses pendidikan, agar hasilnya sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik;

c. kurang jelasnya berapa besaran biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan pendidikan di sekolah dasar, agar sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik;

d. kurang jelasnnya efektivitas dan efisiensi pengelolaan pembiayaan pendidikan, yang dilihat dari ketercapaian target dibandingkan dengan besarnya dana yang dialokasikan;

e. belum adanya model pengelolaan pembiayaan sekolah dasar yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.

C. Fokus Penelitian

1. Fokus dan Rumusan Masalah

Pembiayaan pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menjalankan setiap program-program pelaksanaan proses pendidikan, karena jika tidak ditunjang dengan pengalokasian dan pendistribusian biaya yang memadai dalam melaksanakan proses pendidikan, akan berakibat pada proses pelaksanaan pendidikan tidak dapat tercapai seperti yang diharapkan dalam tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian ini, permasalahannya difokuskan kepada pengelolaan pembiayaan sekolah dasar, yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik atau learning needs. Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya kejelasan yang


(25)

berkenaan dengan dasar pemerintah Kabupaten Bandung perlu membiayai pendidikan sekolah dasar, kebijakan pembiayaan yang ditetapkan, besaran biaya yang diperlukan, efektivitas dan efisiensi pembiayaan,dan model pengelolaan pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.

Dalam hal pembelajaran, yang menjadi patokan atau dasar penetapan keputusan strategi untuk pendidikan dasar, yaitu berkenaan dengan muatan kecakapan dasar (basic learning content) yang perlu dimiliki oleh peserta didik (DEPDIKNAS, 2006) yang penekanannya meliputi :

a. kecakapan berkomunikasi, yaitu membaca, menulis, mendengarkan, meyampaikan pendapat.

b. kecakapan intrapersonal, yaitu pemahaman diri, penguasaan diri, evaluasi diri, tanggungjawab.

c. kecakapan interpersonal, yaitu bersosialisasi, bekerja sama, mempengaruhi/mengarahkan orang lain, bernegosiasi.

d. kemampuan mengambil keputusan, yaitu memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, menyelesaikan masalah.

Berdasarkan hal tersebut, informasi yang dibutuhkan sebagai dasar analisis dalam kajian ini adalah :

1. dasar pemerintah Kabupaten Bandung perlu membiayai pendidikan sekolah dasar yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik; 2. kebijakan pembiayaan yang ditetapkan dalam menetapkan program


(26)

3. besaran biaya yang diperlukan pada tingkat sekolah dasar yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik;

4. efektivitas dan efisiensi pembiayaan yang dilihat dari ketercapaian sasaran dan target pendidikan;

5. model pengelolaan pembiayaan di tingkat sekolah dasar yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.

Berdasarkan fokus penelitian tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana pengelolaan pembiayaan Sekolah Dasar yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik ?”

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas, berikut ini diajukan pertanyaan penelitian sebagai dasar untuk mengetahui gambaran pengelolaan pembiayaan sekolah dasar di Kabupaten Bandung.

1. Atas dasar apa Pemerintah Kabupaten Bandung perlu membiayai pendidikan di tingkat sekolah dasar yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik? a. Apa tujuan dan sasaran pembangunan pendidikan pada tingkat sekolah

dasar di Kabupaten Bandung ?

b. Pendidikan yang bagaimana yang perlu diterapkan pada tingkat sekolah dasar di Kabupaten Bandung ?

c. Muatan kecakapan dasar apa yang perlu dimiliki oleh peserta didik di tingkat sekolah dasar ?


(27)

2. Kebijakan pembiayaan apa yang ditetapkan dalam menetapkan program prioritas pendidikan sekolah dasar yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik ?

a. Payung hukum apa yang digunakan dalam menetapkan kebijakan pembiayaan pendidikan di tingkat sekolah dasar ?

b. Bagaimana alur dan unsur-unsur yang terlibat dalam pembuatan kebijakan pembiayaan pendidikan untuk mendukung pencapaian program-program yang menjadi prioritas di pendidikan sekolah dasar ?

c. Program-program apa saja yang menjadi prioritas pembangunan pendidikan di tingkat sekolah dasar ?

3. Berapa besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan proses pendidikan pada tingkat sekolah dasar di wilayah Kabupaten Bandung yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik ?

a. Berapa alokasi dana yang dianggarkan untuk mencapai program yang menjadi prioritas pembangunan pendidikan ?

b. Komponen-komponen apa yang perlu dibiayai dalam penyelenggaraan satuan pendidikan di tingkat sekolah dasar ?

c. Aktivitas-aktivitas apa dari setiap komponen tersebut yang perlu dibiayai dalam penyelenggaraan satuan pendidikan pada jenjang sekolahg dasar ? d. Berapa biaya satuan pendidikan yang faktual untuk menyelenggarakan

pendidikan di tingkat sekolah dasar ?

e. Bagaimana mutu pendidikan yang di peroleh sehubungan dengan biaya yang telah dikeluarkan dalam membiayai proses pendidikan ?


(28)

f. Bagaimana hasil atau keluaran pendidikan yang dicapai sebagai akibat dari biaya yang telah dikeluarkan dalam membiayai proses pendidikan ? 4. Bagaimana efektivitas dan efisiensi pembiayaan dilihat dari ketercapaian

sasaran dan target dibandingkan dengan besarnya dana yang dialokasikan ? 5. Bagaimana pengelolaan pembiayaan sekolah dasar berdasarkan kebutuhan

belajar peserta didik ?

1) Bagaimana pengelolaan pembiayaan di tingkat sekolah dasar yang dilaksanakan ?

a. Bagaimana proses penyusunan anggaran atau sistem penganggaran sebagai fungsi perencanaan dalam membiayai prioritas program pendidikan sekolah dasar ?

b. Bagaimana pengalokasian atau pendistribusian biaya untuk program yang menjadi skala prioritas dalam melaksanakan proses pendidikan ?

c. Bagaimana proses evaluasi pertanggungjawaban penggunaan biaya pendidikan yang dilakukan oleh sekolah ?

d. Bagaimana pelaksanaan pengawasan dalam penggunaan biaya pendidikan di sekolah dasar ?

e. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kunci keberhasilan dalam proses pengelolaan pembiayaan pendidikan di sekolah dasar ?


(29)

2) Bagaimana model pengelolaan pembiayaan di tingkat sekolah dasar berdasarkan kebutuhan belajar peserta didik ?

a. Apa latar belakang pengembangan model pengelolaan pembiayaan berdasarkan kebutuhan belajar peserta didik ?

b. Bagaimana pengembangan model pengelolaan pembiayaan sekolah dasar berdasarkan kebutuhan belajar ?

c. Bagaimana aplikasi model pengelolaan pembiayaan sekolah dasar berdasarkan kebutuhan belajar ?

d. Bagaimana pemantauan dan pengendalian model pengelolaan pembiayaan sekolah dasar berdasarkan kebutuhan belajar ?

e. Bagaimana review dan evaluasi model pengelolaan pembiayaan berdasarkan kebutuhan belajar ?


(30)

D. Manfaat dan Tujuan Penelitian

Upaya menganalisis pembiayaan di tingkat sekolah dasar, diharapkan akan memberikan manfaat bagi pemerintah kabupaten Bandung untuk mengetahui pola pembiayaan pendidikan, yang berkenaan dengan pendistribusian atau penggunaan dana bagi pelaksanaan pendidikan di tingkat sekolah dasar, agar mampu menghasilkan proses pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.

Bagi sekolah dasar, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman akademik dalam menyusun perencanaan pembiayaan berdasarkan kegiatan PBM dari program yang ditetapkan, agar sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah ingin memperoleh gambaran yang terperinci berkenaan dengan :

1) dasar pemerintah Kabupaten Bandung perlu membiayai pendidikan sekolah dasar yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik;

2) kebijakan pembiayaan yang ditetapkan dalam menetapkan program prioritas pendidikan dasar yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik;

3) besaran biaya yang diperlukan dalam melaksanakan proses pendidikan di tingkat sekolah dasar agar sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik; 4) efektivitas dan efisiensi pembiayaan dilihat dari ketercapaian sasaran dan

target dibandingkan dengan besarnya dana yang dialokasikan di sekolah dasar;


(31)

5) model pengelolaan pembiayaan sekolah dasar yang dapat diwujudkan sebagai bahan masukan bagi sekolah dan pemerintah Kabupaten Bandung dalam rangka menciptakan efektivitas dan efisiensi serta menjaga akuntabilitas penggunaan dana pendidikan.

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, gambaran hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk memberikan rekomendasi bagi pihak pemerintah daerah dan sekolah dasar tentang pengelolaan pembiayaan yang dapat mengakomodasi proses pembelajaran dan pengajaran, agar sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.

E.Premis Penelitian

Berbagai penelitian yang berkaitan dengan pembiayaan pendidikan telah banyak dilakukan, baik oleh para akademisi maupun oleh kalangan instansi teknis sendiri. Penelitian pembiayaan pendidikan tersebut menghitung biaya satuan, dan menyampaikan temuan pembiayaan pendidikan serta sumber pendanaannya dengan pendekatan dan fokus yang berbeda-beda, tergantung dari tujuan yang ingin diperoleh dalam masing-masing penelitian.

Namun, studi yang mengkaji pengelolaan pembiayaan pendidikan secara komprehensif masih belum ditemukan. Sebagai contoh, terdapat penelitian pembiayaan pendidikan yang hanya menghitung biaya PBM, dan analisis biaya pendidikan yang hanya mengkaji pembiayaan pendidikan yang dikeluarkan oleh orang tua saja. Selain itu, terdapat penelitian pembiayaan yang ingin mengetahui implementasi kebijakan manajemen pembiayaan pendidikan.


(32)

Berdasarkan uraian tersebut, berikut ini dirumuskan beberapa premis penelitian hasil pemikiran para ahli atau peneliti di bidang pendidikan.

a. Besarnya jumlah biaya pendidikan yang diperoleh oleh sekolah, akan dipergunakan dan dimanfaatkan (diimplementasikan) untuk proses pendidikan yang tingkat pengeluarannya berdasarkan pada pos-pos anggaran sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Biaya dan mutu pendidikan mempunyai keterkaitan secara langsung. Biaya pendidikan memberikan pengaruh yang positif melalui faktor kepemimpinan dan manajemen pendidikan, dan tenaga pendidik yang kompeten dalam meningkatkan pelayanan pendidikan melalui peningkatan mutu faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses belajar mengajar (R.L Johns, E. L. morphet, K. Alexander, 1983. Dalam Nanang Fatah,2000 :108).

b. Kebersamaan dalam mengelola pendidikan di daerah merupakan wujud upaya mengembangkan kemandirian pengelolaan pendidikan, sehingga pemberdayaan semua potensi untuk membiayai pendidikan dapat dibangun. Sumber-sumber daya masyarakat terutama yang dapat digali dari berbagai sumber daya alam yang ada dan mungkin diadakan di lingkungan seperti potensi ekonomi lokal, dan berbagai keunggulan yang ada di masyarakat, merupakan faktor yang dapat membangun pendidikan atas dasar kebersamaan antara pengelola pendidikan dan masyarakat, sehingga pendidikan dirasakan merupakan kebutuhan dan urusan serta tanggungjawab bersama. Dengan demikian sumber-sumber dana pendidikan


(33)

dapat diperkaya dan tidak hanya tergantung dari sumber dana pemerintah semata. (M. Fakry Gaffar, 2000 : 42).

c. Pengelolaan biaya pendidikan dilaksanakan berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas publik. Dan pengalokasian biaya pendidikan tidak semata-mata berdasarkan alokasi input (pemerataan) yang biasa dihitung atau ditentukan berdasarkan jumlah siswa, melainkan juga berdasarkan prinsip kompetisi. (Aswandi, 2003).

d. Masalah efisiensi dan relevansi di pendidikan mempunyai kaitan langsung dengan konsep pembiayaan yang dilihat bukan hanya jumlah tetapi juga dilihat dari segi kualitasnya, dimana setiap upaya dan pengorbanan yang diberikan untuk suatu tindakan yang dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dan bermutu. Dengan kata lain, bagaimana pengupayaan pengelolaan suatu sistem pendidikan secara lebih ekonomis dengan pengorbanan yang diukur dengan uang (cost) yang minimal, tetapi mendatangkan hasil yang maksimal (Idochi, 2003 : 103)

e. Efisiensi pendidikan memiliki kaitan antara pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang terbatas sehingga mencapai optimalisasi yang tinggi. Dalam biaya pendidikan, efesiensi hanya akan ditentukan oleh ketepatan di dalam mendayagunakan anggaran pendidikan dengan memberikan prioritas pada faktor-faktor input pendidikan yang dapat memacu pencapaian prestasi belajar siswa. (Nanang Fattah, 2000 :35)


(34)

f. Cost effectiveness as the relationship between the inputs and corresponding immediate educational outputs of any educational process. It is to measure of internal eficiency.(Coombs & Hallak 1972:255)

F. Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini beranjak dari masalah-masalah faktual yang terjadi di lapangan sehubungan dengan kompleksnya aturan dan ketidakjelasan penetapan tujuan atau sasaran kegiatan yang perlu dibiayai dalam mengelola pendidikan di tingkat sekolah dasar.

Produk akhir dari penelitian ini adalah berupa rekomendasi pengembangan model pengelolaan pembiayaan sekolah dasar di Kabupaten Bandung yang mampu mengakomodasi PBM agar sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, sehingga dapat dijadikan dokumen akademik bagi instansi yang terkait. Proses penelitian ini dikembangkan berdasarkan alur pikir peneliti, seperti yang diilustrasikan pada gambar di bawah ini memperlihatkan bahwa proses analisis menggunakan pendekatan Context, Input, Proses and Product, yaitu :


(35)

Gambar 1.1.

Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan gambar tersebut, terdapat lima aspek yang saling berkaitan sehubungan dengan masalah pengelolaan pembiayaan sekolah dasar.

Pertama, permasalahan yang diungkapkan dalam penelitian ini didasarkan

karena adanya gap atau kesenjangan antara lingkungan eksternal yaitu berupa tuntutan globalisasi dalam pembangunan pendidikan dasar, dengan lingkungan

Teori Pembiayaan Pendidikan 2 LINGKUNGAN INTERNAL

-Aspek Legal Formal Manajemen Sistem Pendidikan Dasar -Sumber Daya -Hubungan Organisasi Sekolah -Budaya Organisasi Sekolah TUJUAN DAN PREMIS PENELITIAN 3 4 5 KESIMPULAN, IMPLIKASI & REKOMENDASI Rekomendasi Pengembangan MODEL Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan Sekolah Dasar 1 MASALAH PENELITIAN LINGKUNGAN EKSTERNAL (Tuntutan Globalisasi dalam Pembangunan Pendidikan Dasar)

-Kondisi yang Menyangkut Ekonomi, Politik, Sosial, dan Budaya -Dukungan Masyarakat/ Stake holder PERTANYAAN PENELITIAN Kebijakan pembiayaan apa yang ditetapkan ? Berapa besaran biaya yang diperlukan ? Atas dasar apa

pemerintah Kabupaten perlu membiayai pendidikan sekolah dasar? Bagaimana Efktivitas dan Efisiensi pembiayaan ? Bagaimana Model Pengelolaan Pembiayaan SD ? METODOLOGI PENELITIAN Deskriptif Analitik dengan Pendekatan Kualitatif TEMUAN HASIL PENELITIAN Kondisi Faktual Proses Pendidikan Sekolah Dasar di Kabupaten Bandung PEMBAHASAN PENELITIAN Analisis Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan Sekolah Dasar 1

Kurang jelasnya dasar penetapan pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik Kebijakan pembiayaan yang mendukung proses pendidikan agar sesuai dengan kebutuan belajar peserta didik

Kurang jelasnya biaya yang diperlukan dalam menyelenggarakan pendidikan

Belum jelasnya efektivitas dan efisiensi pembiayaan

Belum ada model pengelolaan pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik


(36)

internal satuan pendidikan di sekolah dasar yang terdiri dari aspek legal formal manajemen sistem pendidikan, sumber daya, hubungan organisasi sekolah dan budaya sekolah. Adanya kesenjangan tersebut menimbulkan permasalahan tersendiri bagi sekolah dalam melaksanakan proses pendidikan yang mampu mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik. Hal ini terjadi karena kebutuhan dan keinginan masyarakat serta pengelola pendidikan yang berbeda-beda, seringkali menimbulkan perbedaan pandangan dalam mengimplementasikan proses pendidikan, khususnya dalam pengelolaan pembiayaan pendidikan.

Kedua, perencanaan dan pelaksanaan pembiayaan yang dilakukan baik

oleh pemerintah dan sekolah, seringkali kurang tepat sasaran. Hal ini terjadi karena kurangnya jelasnya dasar penetapan pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, kurang dipahaminya kebijakan pembiayaan pendidikan yang diterapkan, kurang jelasnya besaran biaya yang dibutuhkan, belum ada kejelasan tentang efektivitas dan efisiensi pembiayaan, dan belum adanya model pengelolaan pembiayaan sekolah dasar yang dapat mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik.

Permasalahan yang timbul mengakibatkan perlunya pembenahan di dalam organisasi pendidikan pada tingkat sekolah dasar yang berkenaan dengan (1) atas dasar apa pemerintah perlu membiayai pendidikan dasar; (2) kebijakan pembiayaan apa yang perlu ditetapkan; (3) berapa besaran biaya yang diperlukan dalam menyelenggarakan pendidikan dasar; (4) bagaimana efektivitas dan efisiensi pembiayaan; dan (5) bagaimana model pengelolaan pembiayaan sekolah dasar yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.


(37)

Ketiga, Berdasarkan masalah penelitian tersebut, kemudian dikembangkan

menjadi pertanyaan penelitian, tujuan, serta premis penelitian, untuk dijadikan dasar dalam kajian teoritis, dan menetapkan metodologi penelitian yang relevan dengan karakteristik masalah penelitian. Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, maka metode penelitian yang dipergunakan berupa deskriptif, dengan pendekatannya kualitatif-naturalistik. Metode dan pendekatan penelitian tersebut dipilih, karena peneliti ingin melakukan pengkajian yang mendalam tentang proses pengelolaan pembiayaan yang dilakukan sekolah dasar.

Walaupun ada beberapa data yang bentuknya kuantitatif, tidak berarti pendekatan analisisnya secara keseluruhan harus kuantitatif, karena tidak bermaksud untuk mengungkap pengaruh atau hubungan antar variabel, tetapi lingkup pembahasannya meliputi apa, mengapa, siapa, dan bagaimana, untuk mencari makna dengan menganalisis secara induktif. Prosesnya melalui observasi partisipasi aktif, telaah dokumen dan wawancara terhadap pihak-pihak yang dilibatkan dalam proses tersebut, yang kemudian dideskripsikan, dianalisis dan ditafsirkan melalui teknik pendalaman kajian, sampai ditemukan kondisi nyata pendidikan sekolah dasar di Kabupaten Bandung.

Keempat, penjabaran hasil temuan penelitian, isinya menjelaskan kondisi

faktual yang saat ini sedang terjadi, dimana analisisnya berkenaan dengan masalah-masalah sebagai berikut :

(1) dasar perlunya pemerintah membiayai pendidikan sekolah dasar; (2) kebijakan pembiayaan yang ditetapkan;


(38)

(4) efektivitas dan efisiensi pembiayaan pendidikan; (5) model pengelolaan pembiayaan sekolah dasar.

Sedangkan pembahasan penelitian yang diungkapkan dalam penelitian ini, isinya menggambarkan tentang bagaimana pengelolaan pembiayaan di tingkat sekolah dasar yang dilaksanakan, dan model pengelolaan pembiayaan di tingkat sekolah dasar yang dapat direkomendasikan, dengan menelaah kembali tujuan dan premis penelitian sebagai dasar dalam membuat pengembangan model, serta menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Kelima, rekomendasi pengembangan model pengelolaan pembiayaan

sekolah dasar, pada dasarnya merupakan proses transferabilitas dari temuan-temuan dan pembahasan penelitian. Diharapkan, rekomendasi model yang dirancang dapat dijadikan bahan pertimbangan dan pedoman akademik oleh pemerintah daerah dan sekolah, agar proses pembelajaran dapat sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.


(39)

137 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut Sugiyono, (2008 :2), cara ilmiah mempunyai arti bahwa kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan sebagai berikut :

1) rasional, yang berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara

yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia;

2) empiris, yang berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh indera

manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan; dan

3) sistematis yang berarti proses yang digunakan dalam penelitian,

menggunakan lankah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Berdasarkan hal tersebut, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Deskriptif-analitik”. Metode tersebut dipilih karena penelitian ini berusaha memaparkan dan menafsirkan agar memperoleh gambaran suatu kejadian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilakukan.

Teknik analisis data yang digunakan, peneliti memilih pendekatan “Kualitatif”, karena lingkup analisis pembahasannya meliputi apa, mengapa, kapan, siapa, dimana, bagaimana, dan mencari makna dengan menganalisis data secara induktif.


(40)

Dengan pendekatan kualitatif, diharapkan dapat mengungkap secara mendalam suatu gejala yang sedang terjadi dalam suatu organisasi pendidikan, berdasarkan natural setting atau berlatar alami sebagaimana adanya, dari suatu subjek penelitian. Hal ini dilakukan untuk memperoleh dan memahami tentang fenomena tertentu, dengan mencari informasi yang dapat memberi penjelasan langsung dari lapangan.

Dedi Supriadi (2000), R. Bogdan (1990), Nana Sujana dan Ibrahim (1989), Nasution (1988), John W. Best (1978), menyebutkan bahwa ciri-ciri utama riset kualitatif dapat diketahui sebagai berikut :

(1) secara filosofis riset bertujuan mencari dan menemukan kebenaran ilmiah ( scientific truth);

(2) lingkup pembahasannya meliputi: apa, mengapa, kapan, siapa, dimana, dan bagaimana;

(3) sampel purposif, dipilih menurut tujuan penelitian; (4) berlatar alami (natural setting) sebagaimana adanya;

(5) peneliti sebagai instrumennya. Subyek yang diteliti berkedudukan sama denga peneliti sendiri. Peneliti bersifat pengumpul data atau sebagai instrumen dalam penelitiannya;

(6) bersifat deskriptif, lebih menekankan pada observasi dan wawancara;

(7) mementingkan proses maupun produk;

(8) mencari makna dengan menganalisis data secara induktif;

(9) triangulasi dengan rincian data langsung yang kontekstual dari sumber lain;

(10) mengutamakan prospektif emik yang mementingkan penafsiran berdasarkan pandangan lingkungan responden.

Dalam penelitian ini, memang ada temuan hasil penelitian yang mengungkapkan tentang efisiensi, dimana teknik analisisnya menggunakan rumus-rumus secara ekonomi yang berfungsi untuk mengetahui kelayakan suatu program. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk memperkaya informasi dalam


(41)

pembahasan penelitian, bukan sebagai central tendency pada fokus penelitian secara keseluruhan.

Walaupun terdapat sifat datanya kuantitatif, tidak berarti teknik analisisnya harus kuantitatif, karena temuan penelitiannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik, dan tidak bermaksud mengungkap hubungan antar variabel melalui studi korelasi atau regresi untuk menguji hipotesis, dan data yang diperoleh tidak dikondisikan oleh peneliti, seperti biasanya dalam penelitian kuantitatif.

Data kuantitatif tersebut digunakan sebagai rujukan atau pedoman peneliti dalam mengungkapkan temuan-temuan yang terjadi dilapangan, tidak digunakan sebagai pendekatan untuk membahas atau menyimpulkan hasil penelitian secara keseluruhan.

B.Data yang Diperlukan

Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif sangat mementingkan proses daripada produk, dan bermaksud mencari makna dengan menganalisis data secara induktif. Oleh karena itu, penelitian ini akan bermakna jika ditunjang dengan data yang dapat mendukung proses analisis untuk mencapai tujuan penelitian ini.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan pembiayaan pendidikan di wilayah pemerintah daerah Kabupaten Bandung, dimana fungsinya adalah untuk dijadikan sebagai acuan dalam menganalisis dan membahas hasil penelitian. Berikut ini data yang diperlukan sebagai bahan analisis dan pembahasan dalam penelitian.


(42)

1) Visi dan Misi Pendidikan Kabupaten Bandung. 2) Tujuan dan sasaran pendidikan Kabupaten Bandung.

3) Strategi yang diterapkan dalam pencapaian Visi pendidikan Kabupaten Bandung.

4) Sumber pendanaan pendidikan dasar.

5) Model Kurikulum yang dikembangkan oleh satuan pendidikan. 6) Standar kompetensi lulusan.

7) Standar kompetensi kelompok mata pelajaran. 8) Prosedur operasional standar pelaksanaan UASBN.

9) Mata pelajaran yang harus diberikan dan dikuasai oleh setiap peserta didik di tingkat SD yang berkaitan dengan kecakapan berkomunikasi; kecakapan intrapersonal; kecakapan interpersonal; kemampuan mengambil keputusan.

10)Muatan lokal mata pelajaran yang diterapkan.

11)Proses pembelajaran yang efektif sesuai dengan standar kompetensi pendidik (Interaktif, inspiratif, memotivasi, menyenangkan dan mengasyikan).

12)Jumlah lembaga sekolah dasar (SD) di Kabupaten Bandung.

13)Jumlah Kondisi keadaan kelas yang baik, rusak ringan dan rusak berat. 14)Jumlah siswa yang mengikuti pendidikan sekolah dasar.

15)Pencapaian APK, APM dan Indek Pendidikan SD di Kabupaten Bandung. 16)Kebijakan pembiayaan yang berkaitan dengan a) sumber pembiayaan


(43)

17)Alur dan unsur-unsur yang terkait dalam menetapkan alokasi anggaran pendidikan.

18)Rincian program wajib belajar sembilan tahun.

19)Rincian program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan. 20)Rincian program manajemen pelayanan pendidikan.

21)Jumlah dana yang dialokasikan pada setiap program yang dijadikan prioritas pembangunan pendidikan.

22)Rencana kegiatan atau program-program kerja yang akan dilaksanakan. 23)Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk setiap kebutuhan minimal dalam

melaksanakan proses pendidikan.

24)Jumlah kebutuhan biaya seluruhnya untuk menyelenggarakan pendidikan dasar.

25)Jumlah perolehan NEM.

26)Tingkat pengulangan peserta didik. 27)Tingkat putus sekolah peserta didik.

28)Jumlah peserta didik yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. 29)Manfaat pendidikan.

30)Total biaya pendidikan.

31)Jumlah dana yang dikeluarkan untuk mencapai sasaran dan target dalam pembangunan pendidikan dibandingkan dengan hasil yang diperoleh. 32)Rangkaian alur (skenario) alokasi anggaran pendidikan.


(44)

34)Sasaran pendidikan yang ingin dicapai oleh pemerintah daerah dan sekolah dasar.

35)Komponen dan aktivitas yang menjadi prioritas pembiayaan pendidikan. 36)Jumlah biaya yang dialokasikan terhadap komponen dan aktivitas yang

menjadi prioritas sasaran pendidikan.

37)Laporan realisasi dana yang telah digunakan. 38)Sasaran program yang telah dicapai.

39)Pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung (pejabat birokrasi). 40)Pengawasan yang dilakukan oleh pejabat fungsional (pengawas). 41)Kegiatan yang dilaksanakan selama proses belajar mengajar. 42)Kondisi geografis sekolah.

43)Komposisi tenaga pengajar dengan jumlah siswa, dan dukungan sumber daya lainnya dalam proses pendidikan.

44)Kinerja sekolah dasar.

45)Komponen-komponen pendidikan.

C. Lokasi dan Subjek Penelitan C.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah Kabupaten Bandung, peneliti mengambil lokasi tersebut karena pertimbangan :

1. Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan pendidikan masih memerlukan kajian-kajian empirik yang dapat membangun untuk menciptakan suatu proses pendidikan khususnya pada jenjang pendidikan dasar formal di


(45)

tingkat sekolah dasar yang hasil proses pembelajarannya dapat sesuai dengan harapan kebutuhan peserta didik;

2. terdapat fenomena berkenaan dengan kebijakan pemerataan dan perluasan akses pendidikan; peningkatan mutu, relevansi dan daya saing; peningkatan kualitas tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik, hanya sekedar komoditas politik belum secara sungguh-sungguh dilaksanakan; 3. kondisi sosial yang berkenaan dengan daya beli masyarakat juga

merupakan salah satu alasan yang dijadikan pengambilan lokasi penelitian ini. Karena di Kabupaten Bandung tingkat daya beli masyarakatnya masih rendah, sehingga akan berdampak pada perkembangan pembangunan pendidikan;

4. Kabupaten Bandung pernah dijadikan sebagai wilayah percontohan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebelum digulirkannya kebijakan yang berkenaan dengan Desentralisasi, walaupun pada kenyataannya kabupaten Bandung merupakan wilayah yang tertinggal dalam perkembangan pendidikannya.

C.2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitiannya memusatkan perhatian pada :

- komponen manusia, yaitu para pejabat struktural di lingkungan BAPPEDA, DISDIK dan Satuan Pendidikan di lingkungan Kabupaten Bandung, dalam mengelola pembiayaan sekolah dasar;


(46)

- sumber data tertulis berupa peraturan-peraturan, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan proses pengelolaan pembiayaan sekolah dasar;

- sumber data tak tertulis berupa tindakan dalam pemberian pelayanan, kegiatan-kegiatan dalam proses pelaksanaan pendidikan.

Unit analisis yang menjadi fokus penelitian ini adalah sekolah dasar yang tersebar di wilayah Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, dengan jumlah dan sebaran sekolah dasar adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Jumlah SD Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Bandung

Negeri Swasta

Margahayu 40 5 BI

Margaasih 46 1 BI

Soreang 36 0 BI

Katapang 31 2 BI

Pasirjambu 44 0 BI

Ciwidey 34 0 BI

Rancabali 33 0 BI

Baleendah 59 2 BI

Dayeuh Kolot 52 0 BI

Bojongsoang 28 2 BI

Cilengkrang 18 0 BI

Cimenyan 44 3 BI

Cileunyi 45 4 BI

Rancaekek 58 3 BI

Banjaran 45 0 BI

Arjasari 46 1 BI

Pangalengan 67 1 BI

Cimaung 34 0 BI

Pamengpeuk 30 0 BI

Nagreg 30 0 BI

Cicalengka 45 0 BI

Cikancung 44 0 BI

Majalaya 69 4 BI

Ciparay 65 3 BI

Solokanjeruk 44 1 BI

Paseh 64 0 BI

Pacet 55 0 BI

Ibun 52 0 BI

Kertasari 51 0 BI

1.373 34

8

Jumlah SD

Wilayah Pengembangan Kecamatan Jenis/Tipe SD

5 6 7 Jumlah SD 1 2 3 4


(47)

Pemilihan unit analisis dalam penelitian ini, diambil berdasarkan kriteria, 1) Wilayah Pengembangan meliputi wilayah 1 sampai 8. Hal ini oleh pemerintah Kabupaten Bandung dibagi menjadi 8 wilayah pengembangan karena luasnya wilayah yang ada dibawah otoritas Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung guna memudahkan untuk proses pengawasan dalam hal pembangunan; dan 2)

Tipe/Klasifikasi meliputi sekolah yang mempunyai klasifikasi A, B dan C.

Selanjutnya, prosedur pemilihan objek dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. menentukan area yang akan dijadikan kasus, ke dalam wilayah Kabupaten Bandung;

b. berdasarkan rencana tata ruang wilayah (1 sampai 8); dan klasifikasi sekolah (A (amat baik),B (baik) dan C (cukup)). Dalam penelitian ini, kriteria status sekolah negeri dan swasta tidak bisa dijadikan kriteria, karena kebutuhan komponen manajemen yang harus dibiayainya tidak berbeda; Hanya faktor penanggung biaya saja yang membedakannya. Karena itu, kriteria objek dalam studi ini, cukup dengan kriteria wilayah pengembangan dan tipe sekolah yang ada di wilayah Kabupaten Bandung.


(48)

Tabel 3.2. Jumlah Data Sekolah yang Menjadi Objek Penelitian

Dari tabel 3.2 di atas, bahwa wilayah di Kabupaten Bandung dibagi menjadi 8 wilayah pengembangan. Berikut ini dijabarkan rincian wilayah pengembangan daerah yang ada di Kabupaten Bandung.

a. Wilayah Pengembangan 1 : yaitu wilayah yang daerahnya sebagai wilayah Industri Non Polutif, Pemukiman dan Jasa & Perdagangan.

b. Wilayah Pengembangan 2 : yaitu wilayah yang daerahnya sebagai wilayah Pemerintahan, Jasa, Perdagangan, Permukiman, Pertanian, Pariwisata & Industri Non Polutif.

c. Wilayah Pengembangan 3 : yaitu wilayah yang daerahnya sebagai wilayah Jasa & Perdagangan, Pertanian, Industri Non Polutif, Permukiman dan Pendidikan.

WILAYAH PENGEMBANGAN DAERAH KLASIFIKASI SEKOLAH JUMLAH SAMPEL

A 1 B 1 C 1 A 1 B 1 C 1 A 1 B 1 C 1 A 1 B 1 C 1 A 1 B 1 C 1 A 1 B 1 C 1 A 1 B 1 C 1 A 1 B 1 C 1 24 8 TOTAL SAMPEL 2 3 4 5 6 7 1


(49)

d. Wilayah Pengembangan 4 : yaitu wilayah yang daerahnya sebagai wilayah Konservasi, Permukiman, Pertanian, Pariswisata dan Jasa & Perdagangan. e. Wilayah Pengembangan 5 : yaitu wilayah yang daerahnya sebagai wilayah

Permukiman, Jasa & Perdagangan, Industri Non Polutif, Pertanian dan Konservasi.

f. Wilayah Pengembangan 6 : yaitu wilayah yang daerahnya sebagai wilayah Non Polutif, Jasa & Perdagangan, Permukiman, Pertanian, dan Pariwisata. g. Wilayah Pengembangan 7 : yaitu wilayah yang daerahnya sebagai wilayah

Non Polutif, Jasa & Perdagangan, Permukiman, Pertanian, dan Pariwisata. h. Wilayah Pengembangan 8 : yaitu wilayah yang daerahnya sebagai wilayah

Industri Non Polutif, Permukiman, Pertanian, Jasa & Perdagangan.

Sedangkan untuk klasifikasi sekolah, ditetapkan berdasarkan peringkat akreditasi yang di peroleh oleh sekolah yang bersangkutan, dimana kriteria penetapan nilainya berdasarkan kegiatan evaluasi diri dan evaluasi eksternal (visitasi) untuk menentukan kelayakan dan kinerja sekolah (Undang Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 60, Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Pasal 86 & 87 dan Surat Keputusan Mendiknas No. 87/U/2002 . Berikut ini definisi masing-masing kriteria yang ditetapkan.

a. Kriteria A : Amat Baik dengan nilai akreditasi 86-100. b. Kriteria B : Baik dengan nilai akreditasi 71 -85. c. Kriteria C : Cukup dengan nilai akreditasi 56 -70.


(50)

D. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, peneliti dianggap sebagai instrumen utama dalam penelitian. Menurut Nasution (1998:55-56), posisi peneliti dipandang lebih cermat, dengan catatan (1) memiliki kepekaan dan dapat bereaksi terhadap segala stimulans dari lingkungan; (2) dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan anekaragam data sekaligus, (3) dapat segera menganalisis data yang diperoleh, (4) dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan.

Dalam rangka memperoleh pembahasan yang mendalam, diperlukan istrumen tambahan yang berguna sebagai pedoman pendukung dalam menganalisis temuan penelitian. Berikut ini instrumen pendukung yang digunakan dalam penelitian ini.

1) Pedoman Wawancara di lingkungan BAPPEDA dan Disdik Kabupaten Bandung, yang berfungsi sebagai panduan dalam melaksanakan pengumpulan data di lingkungan pemerintah daerah Kabupaten Bandung (Lampiran 5). 2) Pedoman Wawancara di lingkungan Sekolah Dasar, yang berfungsi sebagai

panduan dalam melaksanakan pengumpulan data di lingkungan satuan pendidikan dasar (Lampiran 6).

3) Kisi-kisi Instrumen Penelitian, yang berfungsi sebagai panduan untuk membuat pemetaan terhadap permasalahan penelitian, subyek yang dianalisis, data yang diperlukan, teknik pengumpulan data dan sumber data (Lampiran 7).


(1)

Zymelman, Manuel. (1975). Pembiayaan dan Efisiensi Dalam Pendidikan, Jakarta, BP3 K Departemen P dan K. Terjemahan dari : Financing and Efficiency In Education, Boston, Nimrod Press 1973.

Yeoh, Michael. (1995), Vision & Leadership Values and Strategies Towards Vision 2020, Pelanduk Publication, Malaysia.

DISERTASI/TESIS/LAPORAN PENELITIAN/MAKALAH

Ai Sutriansih, (2002). Efektivitas Sistem Pengelolaan Biaya Pendidikan dalam Menunjang Peningkatan Kualitas. Tesis, UPI Bandung

Cecep Firmansyah, (2007). Implementasi Kebijakan Model Manajemen Pembiayaan Pendidikan, Tesis, UPI Bandung

Dadang Suhardan, (2006). Pengawasan Profesional Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran : penelitian efektifitas supervisi bantuan profesional terhadap guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran pada era otonomi daerah di SDN Komplek Karangpawulan Kecamatan Lengkong Kota Bandung. Disertasi. UPI Bandung.

Diding Kurniady, (2006). Implementasi Kebijakan Pembiayaan Pendidikan Dasar Dalam Konteks Otonomi Daerah, Disertasi, UPI Bandung

Fachruddin, Kemas, (2004). Pendekatan Analisa Cost Benefit Sebagai Alat Pengambilan Keputusan Dalam Menentukan Konservasi Daerah Lahan Basah, Makalah. IPB.

Gurses, Pinar Ayse, (1999). An Activity- Based Costing and Theory of Constraints Model for Product- Mix Decisions, Thesis, Blackburg, Virginia.

Maman Rusmana, (2005). Sistem Pembiayaan Pendidikan Pada Pemerintah Kabupaten (Studi Kasus Pembiayaan Pendidikan dilihat dari Sistem, Efektifitas dan Efisiensi Penyelenggaraan Pendidikan Setelah Implementasi Otonomi Daerah pada Pemerintah Kabupaten Garut), Disertasi, UPI Bandung.

Nasution, S., (1998). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito. Bandung. Nina Toyamah dan Syaikhu Usman, (2004). Alokasi Anggaran Pendidikan di Era

Otonomi Daerah : Implikasinya terhadap Pengelolaan Pelayanan Pendidikan Dasar. Jakarta. SMERU.


(2)

Nunung Nurazizah, (2000), Kebutuhan Belajar, Motif Berprestasi dan Proses Pembelajaran Sebagai Faktor Determinatif Terhadap Prestasi Belajar Peserta Latihan Kerja. Tesis. UPI.

Prabantoro, Gatot., (2004). Mengukur Kelayakan Ekonomis Proyek Sistem Informasi Manajemen Menggunakan Metode Cost & Benefits Analysis Dan Aplikasinya Dengan MS EXCEL 2000. Makalah. STIE Indonesia. Prasojo, Eko,Teguh Kurniawan, Azwar Hasan, (2004), Efisiensi Anggaran

Sebagai Faktor Kunci Keberhasilan Dalam Pelaksanaan Program Inovasi Di Kabupaten Jembrana, Makalah.

Slavin, E. Robert, (1995). Cooperative Learning Theory, Research and Practice, Allyn & Bacon, Needham Heights, Massachusetts.

Sugiyono, Agus, (2001). Analisis Manfaat Biaya dan Sosial. Makalah, FE-UGM. SMERU, (2006). Pelaksanaan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

2005, Lembaga Penelitian SMERU, Jakarta.

Widjadja, Haw. (2002). Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: Rajawali Press.Yahya, (2003). Sistem Manajemen Pembiayaan Pendidikan. Disertasi, UPI Bandung.

Yayat Hayati, (2000). Pengambilan Keputusan Oleh Pimpinan Dalam Pengembangan Tenaga Pengajar Pada Perguruan Tinggi, Kajian Tahun 1991-1995 pada IKIP Bandung dan ITB. Disertasi. UPI.

Yoyon Suryono, (2006). Evaluasi Implementasi Kebijakan tentang Pengelolaan Anggaran Pendidikan di Sekolah, (Studi Kasus di Kabupaten Majelengka Bantul), Disertasi, UNY.

Yoyon Bahtiar Irianto, (2008). Studi Evaluatif Tentang Evektivitas Sistem Perencanaan Pendidikan Tingkat Kabupaten/Kota; Studi Kasus pada Proses Pencanaan Pembangunan Bidang Pendidikan di Kabupaten Bandung Menuju Tahun 2025.Disertasi. UPI

JURNAL/ARTIKEL/BAHAN AJAR

Baedowi, Ahmad, (2008). Pembiayaan Sekolah Berbasis Kualitas, Pengalaman Sukma Bangsa.

Braeley and Myers (1999), Principles of Coorporate Finance, Power Point, McGraw-Hill.


(3)

BPKP, (2009). Masalah Umum Pertanggungjawaban Dana BOS 2009, Bumi Makmur Indah

Jimenez, Emmanuel and Harry Anthony Patrinos (2008). Can Cost-Benefit Analysis Guide Education Policy in Developing Countries?, Policy Research Working Paper The World Bank, Human Development Network,Education Team

Heckman, J., James, Lochner, Lance, Taber, Christoper. (1999). General Equilibrium Cost Benefit Analysis of Education and Tax Policies, National Bureau of economics Research, Massachusetts Avanue.

Hough, J.,R., (1993). Educational cost-benefit analysis, Education Research Paper No. 02, Loughborough University.

Mohammad Fakry Gaffar,(2008). Cost Analysis, Pembiayaan Pendidikan, Power Point. UPI Bandung.

---(2008). Biaya Pendidikan, Pembiayaan Pendidikan, Power Point, UPI Bandung ---(2008). Sistem Pembiayaan Pendidikan dalam Otonomi Daerah, Pembiayaan

Pendidikan, Power Point, UPI Bandung.

---(2008). Educational Economics, Pembiayaan Pendidikan, Power Point, UPI Bandung

---(2008). Educational Production Function, Pembiayaan Pendidikan, Power Point, UPI Bandung.

Rieman, Heather., (2007). Budget Showdown 2007: The Facts Behind Education Funding, Federal Education Budget Project, New America Foundation. Szemlér, Tamás and Jonas Eriksson (2008). The EU Budget Review: Mapping the

Positions of Member States. Swedish Institute for European Policy Studies.

PERATURAN PERUNDANGAN/PRODUK KEBIJAKAN Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia No.25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.


(4)

Undang-Undang No.14 Tahun 2006 Tentang Guru dan Dosen.

USAID-Indonesia, 2010, Panduan Penyusunan Biaya Operasional Satuan Pendidikan. DBE-1.

Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasioanal Pendidikan (SNP).

Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Kurikulum Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Permendiknas No.24 Tahun 2006 jo Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.6

Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Kurikulum untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Permendiknas No.23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.35 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan 9 Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.12 Tahun 2007 Tentang Pengawas Sekolah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.13 Tahun 2007 Tentang Kepala Sekolah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 82 Tahun 2008 Tentang Ujian Akhir Berstandar Nasional (UASBN) Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/MI/SDLB) Tahun Pelajaran 2008/2009.

Peraturan Pendidikan Nasional Menteri No.16 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi Guru.


(5)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.18 Tahun 2007 Tentang Kualifikasi Guru.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 3 Tahun 2009 Tanggal 29 Januari 2009 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Tahun Anggaran 2009

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK0.2/2007 Tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2008

Peraturan Daerah No.4 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pendidikan di Kabupaten Bandung.

Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No.6 Tahun 2004 Tentang Transparansi dan Partisipasi dalam Penyelenggaraan Pemerintah di Kabupaten Bandung.

Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No.8 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah.

Peraturan Daerah No.5 Tahun 2006 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun 2005- 2010. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. (2007). Perencanaan Pendidikan Dasar

dan Menengah Provinsi Jawa Barat, Bandung: Bapeda Provinsi Jawa Barat.

---,(2009). Pedoman Operasional BOS Provinsi untu Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun Anggaran 2009, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung.(2006). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun 2006-2010, Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung.

---. (2007). Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung.

---. (2007). Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung Tahun 2007-2026, Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung.

---. (2007). Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bandung Tahun 2007, Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung.


(6)

---.(2007). Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025, Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung.

---.(2008). Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan (Budget Mapping) di kabupaten Bandung, Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung.

---(2008). Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Tahun 2008, Badan Pusat Statistik kerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kabupaten Bandung.

---(2008). Data Sosial Ekonomi Masyarakat kabupaten Bandung Tahun 2008, Badan Pusat Statistik kerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kabupaten Bandung

---(2008). Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2008, Badan Pusat Statistik kerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kabupaten Bandung

---(2008). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

---(2009). Rencana Kerja dan Anggaran satuan Kerja Perangkat Daerah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kabupaten Bandung.

---(2008). Profil Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kabupaten Bandung.

Departemen Nasional Pendidikan, (2009). Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun yang Bermutu, Jakarta. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. ---.(2009). Buku Panduan BOS Buku Untuk Penyediaan Buku Murah di Sekolah Dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun yang Bermutu, Jakarta. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

---.(2007). Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005-2009, Jakarta: Sesjen Depdiknas.


Dokumen yang terkait

PENGELOLAAN SERTIFIKASI GURU SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN WONOGIRI PENGELOLAAN SERTIFIKASI GURU SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN WONOGIRI.

0 0 13

PENGELOLAAN PEMBIAYAAN SEKOLAH DASAR Pengelolaan Pembiayaan Sekolah Dasar Studi Situs di SDIT As Salamah Baturetno Wonogiri.

0 2 18

PENDAHULUAN Pengelolaan Pembiayaan Sekolah Dasar Studi Situs di SDIT As Salamah Baturetno Wonogiri.

0 3 12

DAFTAR PUSTAKA Pengelolaan Pembiayaan Sekolah Dasar Studi Situs di SDIT As Salamah Baturetno Wonogiri.

0 1 4

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR Pengelolaan Pembelajaran Inklusi Di Sekolah Dasar (Studi Situs di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali).

0 1 18

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR Pengelolaan Pembelajaran Inklusi Di Sekolah Dasar (Studi Situs di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali).

0 0 21

PENGELOLAAN ADMINISTRASI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KARANGRAYUNG Pengelolaan Administrasi Guru Sekolah Dasar Di Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan.

0 0 20

PENGELOLAAN ADMINISTRASI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KARANGRAYUNG Pengelolaan Administrasi Guru Sekolah Dasar Di Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan.

0 0 15

EFEKTIVITAS MANAJEMEN PEMBIAYAAN SEKOLAH DASAR :Studi Deskriptif tentang Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Komite Sekolah terhadap Efektivitas Manajemen Pembiayaan Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat.

0 2 66

EFEKTIVITAS MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN APARATUR PEMERINTAH GOLONGAN III : Studi Kontribusi Komponen-komponen Proses Belajar Mengajar Terhadap Efektivitas Sistem Pembelajaran dan Dampaknya Terhadap Kinerja Lulusan di Wilayah Provi

0 2 168