EFEKTIVITAS MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN APARATUR PEMERINTAH GOLONGAN III : Studi Kontribusi Komponen-komponen Proses Belajar Mengajar Terhadap Efektivitas Sistem Pembelajaran dan Dampaknya Terhadap Kinerja Lulusan di Wilayah Provi

(1)

i

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

PERNYATAAN ... iii

ABSTRACT ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Penelitian dan Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian... 11

D. Manfaat Penelitian... 11

E. Kerangka Pemikiran ... 13

F. Hipotesis Penelitian ... 23

G. Metode Penelitian ... 25

H. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 26

BAB. II KAJIAN PUSTAKA A. Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Konteks Administrasi Pendidikan ... 29

1. Konsep Dasar Administrasi Pendidikan... 29

2. Isu Peningkatan Kinerja Sumber Daya Manusia Melalui Diklat ... 32

B. Konsep Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)... 38

C. Manajemen Sistem Pendidikan dan Pelatihan ... 45

1. Pengertian dan Fungsi-Fungsi Manajemen ... 45

2. Sistem Pendidikan dan Pelatihan ... 49

D. Komponen-komponen Penyelenggaraan Diklat... 55

1. Komponen Masukan Dasar (Raw Input) Karakteristik Peserta ... 59


(2)

ii

2. Komponen Sarana (Instrumental Input) ... 63

3. Komponen-Komponen Lingkungan (Environmental Input) 84 E. Efektivitas Sistem Pembelajaran ... 91

F. Kinerja Aparatur Pemerintah ... 101

G. Studi Terdahulu ... 104

BAB III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 109

B. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 111

C. Populasi dan Sampel ... 120

D. Prosedur Penelitian ... 123

E. Teknik Pengumpulan Data ... 124

F. Pengujian Instrumen Penelitian ... 126

G. Metode Analisis Data ... 129

1. Rancangan Analisis ... 129

2. Rancangan Pengujian Hipotesis ... 130

H. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 134

BAB IV. HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Data Umum Penelitian ... 135

1. Gambaran Umum Badan, Kantor, Instansi dan Unit Kediklatan di Provinsi Jawa Barat ... 135

2. Kepegawaian di Lingkungan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat ... 138

B. Data Responden... 147

C. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 149

1. Deskripsi Komponen-Komponen PBM (X)... 149

2. Deskripsi Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y) ... 199

3. Deskripsi Kinerja Aparatur (Z) ... 205

D. Pengujian Hipotesis ... 213

1. Penetapan Struktur Hubungan dan Hipotesis yang Diajukan ... 213

2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 215


(3)

iii

4. Analisis Induktif Variabel Penelitian ... 226

E. Kontribusi Terhadap Studi Terdahulu yang Relevan ... 258

BAB V. MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN SISTEM DIKLAT PRAJABATAN APARATUR PEMERINTAH GOLONGAN III A. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Sistem Pembelajaran Diklat Prajab III dalam Meningkatkan Kinerja Aparatur ... 277

B. Analisis Lingkungan Efektivitas Sistem Pembelajaran Diklat Prajab III dalam Meningkatkan Kinerja Aparatur... 287

1. Identifikasi Lingkungan Internal ... 288

2. Identifikasi Lingkungan Eksternal ... 289

3. Analisis Medan Kekuatan ... 290

4. Matriks Evaluasi Internal dan Eksternal ... 292

5. Analisis Formulasi Strategi ... 297

C. Usulan Model Konseptual ... 305

D. Uraian Manajemen Sistem Diklat Prajabatan Aparatur Pemerintah Golongan III ... 319

E. Prasyarat Implementasi Model Konseptual... 366

F. Jaminan Kelayakan untuk Implementasi Model Konseptual yang Diusulkan ... 367

BAB VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI DAN DALIL A. Kesimpulan... 370

B. Implikasi ... 374

C. Rekomendasi ... 375

DAFTAR PUSTAKA ... 379


(4)

iv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1 Perbedaan Antara Pelatihan dan Pengembangan Berdasarkan

Dimensi Belajarnya ... 39

3.1 Operasionalisasi Variabel Komponen-Komponen Pelaksanaan Diklat ... 114

3.2 Operasionalisasi Variabel Efektivitas Sistem Pembelajaran ... 118

3.3 Operasionalisasi Variabel Kinerja Aparatur... 119

3.4 Sampel Penelitian (Unit Organisasi Penyelenggara Diklat) ... 120

3.5 Ketentuan Pilihan Jawaban Kuesioner dan Pembobotan ... 126

3.6 Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian ... 134

4.1 Perkembangan PNSD di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2003 – 2008 ... 139

4.2 PNSD di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Jenis Kelamin ... 140

4.3 PNSD di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Usia ... 140

4.4 PNSD di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Pendidikan ... 141

4.5 PNSD di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Jenis Kelamin dan Golongan ... 142

4.6 PNS di Lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Jawa Barat Berdasarkan Jenis Kelamin ... 144

4.7 PNS di Lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Usia ... 145

4.8 PNS di Lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Pendidikan ... 145

4.9 PNS di Lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Jawa Barat Berdasarkan Golongan ... 146


(5)

v

4.10 Data Sampel Unit Organisasi dan Jumlah Responden Alumni pada Penyelenggara Diklat Kabupaten/Kota dan Provinsi Jawa

Barat ... 148

4.11 Nilai (Skor) Karakteristik Peserta (X1) ... 150

4.12 Kategori Penilaian Karakteristik Peserta ... 151

4.13 Kriterium Skor Karakteristik Peserta ... 152

4.14 Total Skor Tanggapan Responden Alumni Mengenai Karakteristik Peserta Menurut Daerah Penyelenggara Diklat Kabupaten/Kota dan Provinsi Jawa Barat ... 157

4.15 Nilai (Skor) Keseluruhan Komponen Sarana (X2) ... 159

4.16 Kriterium Skor Komponen Sarana ... 160

4.17 Nilai (Skor) Keseluruhan Pendidik (X21) ... 162

4.18 Kriterium Skor Pendidik ... 163

4.19 Nilai (Skor) Keseluruhan Materi Ajar (X22) ... 169

4.20 Kriterium Skor Materi Ajar ... 170

4.21 Nilai (Skor) Keseluruhan Strategi Pembelajaran (X23) ... 176

4.22 Kriterium Skor Strategi Pembelajaran ... 177

4.23 Nilai (Skor) Keseluruhan Fasilitas Belajar (X24) ... 180

4.24 Kriterium Skor Fasilitas Belajar ... 180

4.25 Nilai (Skor) Keseluruhan Kepemimpinan Pelaksana (X25) ... 182

4.26 Kriterium Skor Kepemimpinan Pelaksana ... 184

4.27 Total Skor Tanggapan Responden Alumni Mengenai Komponen Sarana Menurut Daerah Penyelenggara Diklat Kabupaten/Kota dan Provinsi Jawa Barat ... 188

4.28 Nilai (Skor) Keseluruhan Komponen Lingkungan (X3) ... 190

4.29 Kategori Penilaian Komponen Lingkungan ... 191

4.30 Total Skor Tanggapan Responden Alumni Mengenai Komponen Lingkungan Menurut Daerah Penyelenggara Diklat Kabupaten/Kota dan Provinsi Jawa Barat ... 194


(6)

vi

4.31 Kualitas Skor Komponen-Komponen PBM (X) ... 196

4.32 Total Skor Tanggapan Responden Alumni Mengenai Komponen–Komponen PBM Menurut Daerah Penyelenggara Diklat Kabupaten/Kota dan Provinsi Jawa Barat ... 198

4.33 Nilai (Skor) Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y) ... 200

4.34 Kriterium Skor Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y) ... 201

4.35 Total Skor Tanggapan Responden Alumni Mengenai Efektivitas Sistem Pembelajaran Menurut Daerah Penyelenggara Diklat Kabupaten/Kota dan Provinsi Jawa Barat ... 204

4.36 Nilai (Skor) Kinerja Aparatur (Z) ... 206

4.37 Kriterium Skor Kinerja Aparatur ... 207

4.38 Total Skor Tanggapan Responden Alumni Mengenai Kinerja Aparatur Menurut Daerah Penyelenggara Diklat Kabupaten/Kota dan Provinsi Jawa Barat ... 212

4.39 Hasil Pengujian Validitas Item Karakteristik Peserta (X1) ... 217

4.40 Hasil Pengujian Validitas Item Komponen Sarana (X2) ... 218

4.41 Hasil Pengujian Validitas Item Komponen Lingkungan (X3) ... 220

4.42 Hasil Pengujian Validitas Item Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y) ... 221

4.43 Hasil Pengujian Validitas Item Kinerja Aparatur (Z) ... 223

4.44 Tabel Penolong Pernyataan Angka Reliabilitas ... 224

4.45 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 225

4.46 Matriks Korelasi Antara Variabel (X1, X2, X3 dan Y) ... 226

4.47 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 227

4.48 Rekapitulasi Hasil Pengujian Hubungan Antara Karakteristik Peserta (X1), Komponen Sarana (X2), Komponen Lingkungan (X3) dan Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y) ... 227

4.49 Nilai t-Hitung dan Signifikansi Pengaruh Karakteristik Peserta (X1), Komponen Sarana (X2) dan Komponen Lingkungan (X3) Terhadap Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y) ... 234


(7)

vii

4.50 Nilai F-Hitung dan Signifikansi Pengaruh Karakteristik Peserta (X1), Komponen Sarana (X2) dan Komponen Lingkungan (X3)

Terhadap Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y) ... 237

4.51 Matriks Korelasi Antara Variabel (X1, X2, X3 dan Z) ... 238

4.52 Rekapitulasi Hasil Pengujian Hubungan Antara Karakteristik Peserta (X1), Komponen Sarana (X2), Komponen Lingkungan (X3) dan Kinerja Aparatur (Z) ... 239

4.53 Nilai t-Hitung dan Signifikansi Pengaruh Karakteristik Peserta (X1), Komponen Sarana (X2) dan Komponen Lingkungan (X3) Terhadap Kinerja Aparatur (Z) ... 245

4.54 Nilai F-Hitung dan Signifikansi Pengaruh Karakteristik Peserta (X1), Komponen Sarana (X2) dan Komponen Lingkungan (X3) Terhadap Kinerja aparatur (Z) ... 247

4.55 Matriks Korelasi Antara Variabel (Y dan Z) ... 248

4.56 Matriks Korelasi Antara Variabel Karakteristik Peserta (X1), Komponen Sarana (X2), Komponen Lingkungan (X3), Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y) dan Kinerja Aparatur (Z) ... 252

4.57 Rekapitulasi Hasil Pengujian Hubungan Antara Karakteristik Peserta (X1), Komponen Sarana (X2), Komponen Lingkungan (X3), Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y) dan Kinerja Aparatur (Z) ... 252

4.58 Rekapitulasi Hasil Pengujian Pengaruh Antara Karakteristik Peserta (X1), Komponen Sarana (X2), Komponen Lingkungan (X3), Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y) dan Kinerja Aparatur (Z) ... 254

4.59 Tingkat Kesesuaian Variabel Independen (Studi Himawan) ... 263

4.60 Tingkat Kesesuaian Variabel Independen Komponen-Komponen PBM (Studi Penulis) ... 264

4.61 Standar Kualifikasi Kelulusan Peserta Diklat Prajab III ... 265

5.1 Identifikasi Lingkungan Internal ... 289

5.2 Identifikasi Lingkungan Eksternal ... 290

5.3 Analisis Medan Kekuatan ... 291


(8)

viii

5.5 Matriks Evaluasi Faktor Internal ... 295 5.6 Formulasi Strategi ... 300 5.7 Skor dan Pembobotan Alternatif ... 303


(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 22

1.2 Struktur Hubungan Antarvariabel ... 23

2.1 Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan ... 31

2.2 Model Pendidikan dan Pelatihan Berorientasi Kompetensi ... 43

2.3 Model Pendidikan dan Pelatihan Berorientasi Sistem ... 43

2.4 The Process Of Training Development ... 45

2.5 Komponen-komponen yang Terlibat Dalam PBM ... 58

2.6 Struktur Efektivitas Kurikulum ... 69

3.1 Rancangan Penelitian ... 110

3.2 Prosedur Penelitian ... 123

3.3 Paradigma Jalur Antara Variabel Xi dan Y atau Z ... 131

3.4 Paradigma Jalur Antara Variabel Y dan Z ... 132

3.5 Paradigma Jalur Antara Variabel Xi dan Y ke Z... 133

4.1 Diagram Jalur dari Pengujian Hipotesis I ... 241

4.2 Diagram Jalur dari Pengujian Hipotesis II ... 248

4.3 Diagram Jalur dari Pengujian Hipotesis III ... 251

4.4 Hasil Penelitian dalam Struktur Lengkap Hubungan Antar Variabel Penelitian ... 253

5.1 Matriks Internal-Eksternal ... 296

5.2 Strategic Management Process ... 297

5.3 Strategic Decision-Making Process ... 298

5.4 Model Konseptual Diklat Prajabatan Aparatur Pemerintah Golongan III Berbasis Nilai Etika Organisasi Pemerintah ... 318

5.5 Prosedur Pengembangan Kurikulum Pendidikan Guru ... 324

5.6 Model Seleksi Peserta Diklat Prajabatan Golongan III ... 336


(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kelengkapan Administratif ... 392

2. Kuesioner ... 395

3. Pengolahan Data Penelitian ... 415


(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kinerja birokrat hingga saat ini sering dinilai masih sangat tidak memuaskan seperti ditulis Widitrismiharto (Jurnal Yustika Vol. 9 No 1 Juli 2006): “Birokrasi pemerintah dalam menjalankan fungsi pelayanan publik selalu berbelit-belit, kaku, arogan, lamban dan malas, sering melakukan penyimpangan, pemborosan dan syarat KKN, tidak efisien, tidak efektif dan tidak profesional”. Oleh karena itu, perubahan dalam banyak hal pada birokrasi sangat penting dilakukan, seperti dikatakan Rahoyo (2008): “Birokrasi dituntut mampu melakukan transformasi diri (self transformation) untuk menjadi semakin poduktif, profesional, efisien, efektif, memiliki visi yang jauh ke depan, dan yang tak kalah penting adalah berorientasi pada masyarakat (customers-oriented).”

Pada bidang pendidikan misalnya, Kompas (9 Desember 2005) menulis pernyataan Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia, Prof. Dr. Nanang Fattah di Bandung sebagai berikut:

“Hampir separuh dari sekitar 2,6 juta guru di Indonesia tidak layak mengajar karena kualifikasi dan kompetensinya tidak sesuai. Kenyataan ini diduga sebagai penyebab mutu pendidikan di Indonesia rendah. Jumlah guru yang tidak layak mengajar tercatat 912.505 orang terdiri atas 605.217 guru SD, 167.643 guru SMP, 75.684 guru SMA dan 63.961 guru SMK”. Kondisi yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa persoalan meningkatkan kinerja SDM aparatur perlu mendapat perhatian utama untuk terwujudnya good governance dalam birokrasi Indonesia. Hal ini sejalan dengan


(12)

salah satu harapan terhadap reformasi, yaitu menuntun kembali fungsi pemerintah dan aparaturnya untuk menjadi public servant, yang berarti bahwa tugas pemerintah adalah melayani masyarakat, bukan sebaliknya. Reformasi dilakukan untuk mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan, dengan mempraktekkan prinsip-prinsip good governance dan menyediakan public good and services sebagaimana harapan masyarakat.

Berbagai upaya sebenarnya telah cukup banyak dilakukan pemerintah untuk memperbaiki citra birokrasi khususnya pelayanan kepada masyarakat tersebut baik dengan serangkaian peraturan/hukum maupun dengan menekankan pada tujuan untuk tersedianya aparatur-aparatur penyelenggara birokrasi yang profesional melalui berbagai Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil.

Salah satu jenis Diklat PNS adalah Diklat Prajabatan yang merupakan syarat pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) menjadi PNS, yaitu untuk Golongan I, Golongan II dan Golongan III (Pasal 5 PP No. 101/2000). Diklat Prajabatan dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian dan etika PNS, di samping pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, bidang tugas, dan budaya organisasinya agar mampu melaksanakan tugas dan perannya sebagai pelayan masyarakat (Pasal 7).


(13)

PNS Golongan III dapat dikatakan sebagai kader-kader pimpinan dalam penyelenggaraan pemerintahan yang perlu dibina secara lebih khusus. Pembinaan tersebut menjadi bagian dari upaya mewujudkan pelaksanaan good governance di setiap unit organisasi pemerintah. Oleh karena itu, dalam rangka penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III (Diklat Prajab III) telah dikeluarkan pula Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor: 2 tahun 2003, tanggal 30 Agustus 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Pengaturan ini diharapkan agar penyelenggaraan Diklat Prajab III mampu mencapai tujuan dan sasarannya, yakni terwujudnya PNS yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan pengangkatan untuk menjadi PNS Golongan III dan tentunya agar mampu mencapai kinerja yang diharapkan.

Secara normatif jelas, bahwa Diklat merupakan wahana peningkatan kinerja PNS. Dengan kata lain, kinerja PNS tersebut merupakan outcome dari keberhasilan manajemen Diklat. Sebagai suatu bentuk pembelajaran (learning), keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran Diklat PNS ditentukan oleh beragam komponen pelaksanaannya, yang disebut komponen PBM (Proses Belajar Mengajar). PBM dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya (Makmun, 2007:156).

Selanjutnya menurut Makmun (2008), bahwa komponen PBM dikelompokkan menjadi tiga komponen, yaitu: raw input (siswa), instrumental input (sarana), dan environmental input (lingkungan). Raw input berkaitan dengan siswa, yang dengan segala karakteristiknya terus mengembangkan dirinya


(14)

seoptimal mungkin melalui berbagai kegiatan (belajar) guna mencapai tujuannya sesuai dengan tahapan perkembangan yang dijalaninya. Instrumental input secara umum berkaitan dengan guru dan sarana prasarana pembelajaran yang diperlukan, termasuk pula metode, teknik dan media, bahan pembelajaran, program, fasilitas belajar dan kepemimpinan pelaksana diklat. Selain kedua komponen tersebut, keberhasilan PBM juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar (environmental input) seperti lingkungan sosial, budaya, fisik dan lainnya.

Secara faktual harus diakui, bahwa secara umum sistem Diklat PNS di Indonesia masih memiliki banyak kelemahan. Laporan Capacity Building Analysis oleh GTZ/USAID-CLEAN URBAN (2001:57) misalnya, mengindikasikan adanya ketidakpuasan akan sistem Diklat struktural karena durasinya terlalu panjang, mahal, dan terlalu teoritis, serta tidak memadai untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan (oleh pegawai). Pandangan yang sama mengenai Diklat PNS dikemukakan Firdaus (2005:3), bahwa sistem pengembangan SDM aparatur yang dititikberatkan pada Diklat formal seperti sekarang ini belum, dan bahkan tidak akan pernah mampu membekali PNS dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsi mereka secara efektif, sehingga berdampak terhadap rendahnya mutu penyelenggaraan pelayanan publik sebagaimana tercermin dari banyaknya keluhan masyarakat yang disampaikan melalui media massa atau forum lainnya.

Kelemahan model Diklat yang berlaku sampai saat ini juga terkait dengan “paradigma belajar” yang dianut sifatnya masih konvensional, yakni proses


(15)

belajar berbasis ruang kelas di mana kurikulum, metode belajar, waktu, tempat dan aspek-aspek lainnya sudah diformulasikan secara baku. Pemahaman mengenai belajar pada model Diklat masih didominasi oleh pandangan

cognitivism yang melihat proses belajar secara sempit. Meskipun PP 101/2000 mengenal Diklat nonklasikal atau nonkonvensional, tetapi dalam kenyataannya pelaksanaan Diklat PNS masih dalam bentuk yang konvensional, dan sistem manajemen Diklat masih belum terselenggara dengan semestinya.

Guna mengkaji manajemen Diklat PNS khususnya yang berlaku di Provinsi Jawa Barat, lebih lanjut penulis telah melakukan suatu analisis kesenjangan kinerja (analysis of perfomance gap) menggunakan SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities and Threats). Diklat PNS yang berlaku sekarang masih menggunakan model konvensional, berbasis kelas, dan manajemen Diklat PNS belum terlaksana dengan semestinya. Hal ini tercermin dari beberapa hal, seperti kurang adanya analisis kebutuhan pelatihan yang membandingkan antara sikap dan keterampilan yang diminta dengan sikap dan keterampilan yang dimiliki PNS, atau berdasarkan atas evaluasi yang telah dicapai periode sebelumnya. Pelaksanaan Diklat juga tidak memperhatikan karakteristik peserta yang berbeda-beda, penentuan peserta yang tidak selektif, serta kurikulum yang kurang mencerminkan tujuan Diklat yang hendak dicapai, sehingga hasil yang diperoleh juga belum sesuai harapan, baik dari aspek efektivitas masukan maupun dampaknya terhadap kinerja.

Khususnya pada penyelenggaraan Diklat Prajabatan, masalah utama yang ditemukan dari aspek karakteristik peserta adalah, bahwa keikutsertaan peserta


(16)

Diklat Prajab III secara umum belum didasari oleh keinginan yang mendalam untuk meningkatkan kompetensi dan kurangnya motivasi peserta dalam mengikuti proses pembelajaran. Alasan klasik untuk memenuhi persyaratan formalitas pengangkatan sebagai PNS masih sering terungkap dalam percakapan pegawai sehari-hari. Aktivitas belajar lebih bersifat formalitas sehingga partisipasi belajar dan ketaatan terhadap tata tertib peserta diklat tidak mencapai tingkat kesadaran yang optimal.

Beberapa permasalahan dari komponen sarana (instrumental input) yang tampak antara lain, bahwa para pendidik/widyaiswara yang dimiliki belum seluruhnya memiliki kemampuan yang ideal di bidang kependidikan, materi ajar yang belum sepenuhnya sesuai kebutuhan para peserta didik di tempat tugas, fasilitas-fasilitas belajar yang belum memadai, dan kemampuan pelaksana yang belum memadai dalam menyajikan program, sehingga pelaksanaan Diklat Prajab III belum sesuai dengan format yang ditentukan secara normatif.

Selanjutnya dari komponen lingkungan (environmental input), permasalahan yang tampak antara lain bahwa nilai-nilai yang dikembangkan di beberapa lembaga Diklat belum banyak dipahami oleh para peserta didik. Kemudian, proses belajar mengajar secara keseluruhan juga belum memberikan proses yang cukup pada kegiatan praktek karena lebih banyak menggunakan metode instruksional klasikal. Bahkan, pada beberapa penyelenggara Diklat di Kabupaten/Kota, masih menggunakan model ”Semi Militer” yang dapat saja tidak efektif untuk mencapai tujuan penyelenggaraan Diklat itu sendiri.


(17)

Berdasarkan gambaran tersebut, maka pada intinya penyelenggara Diklat perlu melakukan perbaikan-perbaikan pada proses manajemen Diklat itu sendiri, mulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasinya. Hal ini tentunya memerlukan perbaikan dalam manajemen Diklat dan komponen-komponen pendukung pelaksanaannya, yakni komponen-komponen-komponen-komponen PBM yang meliputi peserta (raw input), komponen sarana (instrumental input) dan komponen lingkungan belajar (environmental input). Komponen-komponen tersebut merupakan determinan efektivitas manajemen Diklat dari segi masukan, sedangkan kinerja aparatur merupakan ukuran efektivitas Diklat dari segi

outcome–nya. Berkenaan dengan tujuan Diklat menurut PP Nomor 101 Tahun 2000 dan sasaran kompetensi sebagaimana disebutkan dalam Keputusan Kepala LAN Nomor 2 tahun 2003, maka outcome sebagai ukuran efektivitas itu mempertanyakan: mampukah Diklat Prajabatan meningkatkan kinerja PNS Golongan III (lulusan) dengan perwujudan pengetahuan, keahlian, keterampilan, serta memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat?

Pertanyaan di atas sangat menarik dan penting untuk dikaji, terutama dalam kaitannya dengan masalah kinerja aparatur setelah mengikuti Diklat Prajabatan Golongan III. Sejauh yang dapat penulis telusuri, penelitian empiris dalam kajian tersebut khususnya di Indonesia masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis bermaksud mengkaji efektivitas manajemen Diklat Prajabatan Golongan III dari komponen-komponen PBM, dan dampaknya terhadap kinerja aparatur pemerintah, khususnya di Provinsi Jawa Barat.


(18)

B. Batasan Penelitian dan Rumusan Masalah

Secara konseptual, banyak variabel atau komponen yang berpengaruh terhadap efektivitas sistem pembelajaran maupun terhadap kinerja aparatur, baik yang bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal. Sebagai suatu proses pelaksanaan atau penyelenggaraan, pendidikan juga melibatkan banyak komponen atau unsur, yang terdiri dari subjek yang dibimbing (peserta didik), orang yang membimbing (pendidik/widyaiswara), interaksi edukatif, tujuan pendidikan, materi pendidikan, alat dan metode, lingkungan pendidikan, dan lain sebagainya.

Di antara sejumlah komponen yang dipersyaratkan untuk berlangsungnya kegiatan pembelajaran tersebut, terdapat beberapa komponen yang penting untuk dikaji. Berdasarkan beberapa rujukan studi yang ada, maka dalam penelitian ini, komponen-komponen penentu keberhasilan pelaksanaan Diklat atau yang merupakan komponen-komponen PBM yang diteliti mencakup tiga komponen pokok, yaitu raw input (karakteristik peserta), instrumental input (komponen sarana) dan environmental input (komponen lingkungan). Alasan meneliti ketiga komponen tersebut adalah karena ketiganya sangat esensial.

Konteks hubungan antara variabel yang diteliti tersebut sebagai berikut: 1. Antara karakteristik peserta (X1), komponen sarana (X2) dan komponen

lingkungan (X3), masing-masing memiliki hubungan korelasional.

2. Karakteristik peserta (X1), komponen sarana (X2) dan komponen lingkungan

(X3), masing-masing memiliki hubungan kausal (pengaruh) baik secara parsial

maupun simultan terhadap efektivitas sistem pembelajaran (Y) dan terhadap kinerja aparatur (Z).


(19)

Definisi masing-masing komponen PBM adalah sebagai berikut: (Makmun, 2007:166).

1. Komponen masukan dasar (raw input) adalah karakteristik siswa atau peserta didik, yang menunjukkan faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mungkin akan memberikan fasilitas (facilitative) atau pembatas (limitation) sebagai faktor organismik (Ow) di samping pula mungkin

menjadi motivating and stimulating factors (misalnya: n-Ach). Dalam hal ini, peserta didik adalah subjek yang dididik/diajar, yang memiliki karakteristik berbeda berkaitan dengan kapasitas IQ, bakat, minat, motivasi, kesiapan belajar, sikap dan kebiasaan serta ciri latar belakang individu lainnya.

2. Komponen sarana (instrumental input), menunjukkan kepada dan kualifikasi serta kelengkapan sarana yang diperlukan untuk dapat berlangsungnya proses belajar mengajar. Jadi jelas, peranannya sebagai facilitative factors.

Komponen-komponen pendukung ini meliputi pendidik, materi, metode, teknik, strategi, kurikulum, program, dan fasilitas belajar dan media belajar. 3. Komponen lingkungan (environmental input) adalah situasi dan keadaan

fisik (kampus, sekolah, iklim, letak sekolah atau school site, dan sebagainya), hubungan antarinsasi (human relationships) baik dengan teman (class mate, peers) maupun dengan guru dan orang-orang lainnya, yang mana hal-hal ini juga dapat menjadi penunjang ataupun sebaliknya penghambat (S factors) di sekitar lingkungan belajar meliputi kondisi sosial, fisik, dan kondisi kultural.

Efektivitas dalam pengertian umum, adalah tingkat pencapaian suatu tujuan, dengan kata lain bahwa efektivitas adalah pencapaian tujuan dan sasaran


(20)

yang sesuai dengan keinginan semua pihak yang ada di dalam organisasi dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Selanjutnya kinerja (performance) secara umum dipahami sebagai pencapaian hasil kerja/unjuk kerja. Kinerja mengacu pada segi pencapaian hasil yang diperoleh seseorang dalam bekerja, sehingga dalam menilai kinerja seseorang, terdapat standar baku formal yang telah ditentukan sebelumnya.

Sesuai operasional variabel serta keterkaitan antar variabel, selanjutnya dapat dirumuskan masalah penelitian: seberapa besar tingkat efektivitas manajemen sistem Diklat Prajabatan Golongan III, baik dari segi masukan maupun dampaknya? Untuk konfirmasi di tingkat empirik, rumusan masalah tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam empat pertanyaan penelitian berikut ini: 1. Seberapa besar pengaruh karakteristik peserta didik, komponen sarana dan

komponen lingkungan terhadap efektivitas sistem pembelajaran Diklat prajabatan golongan III baik secara parsial maupun secara simultan?

2. Seberapa besar pengaruh karakteristik peserta didik, komponen sarana dan komponen lingkungan terhadap kinerja aparatur pemerintah baik secara parsial maupun secara simultan?

3. Seberapa besar pengaruh efektivitas sistem pembelajaran terhadap kinerja aparatur pemerintah?

4. Bagaimanakah model hipotetik manajemen sistem Diklat prajabatan aparatur pemerintah golongan III yang efektif baik dari segi efektivitas komponen masukan maupun dampaknya?


(21)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas manajemen sistem Diklat Prajabatan Golongan III, dianalisis dari kebermaknaan pengaruh faktor-faktor masukan dan dampaknya. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan:

1. besarnya pengaruh karakteristik peserta, komponen sarana dan komponen lingkungan terhadap efektivitas sistem pembelajaran Diklat prajabatan aparatur pemerintah golongan III baik secara parsial maupun secara simultan. 2. besarnya pengaruh karakteristik peserta, komponen sarana dan komponen

lingkungan terhadap kinerja aparatur pemerintah baik secara parsial maupun secara simultan.

3. besarnya pengaruh efektivitas sistem pembelajaran terhadap kinerja aparatur pemerintah.

4. model hipotetik manajemen sistem Diklat prajabatan aparatur pemerintah golongan III yang efektif baik dari segi efektivitas komponen masukan maupun dampaknya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi secara akademis maupun praktis.

1. Manfaat Akademis

a. Dengan mengetahui efektivitas manajemen sistem Diklat, khususnya komponen-komponen PBM dalam Diklat Prajabatan Aparatur Pemerintah Golongan III dan dampaknya terhadap kinerja aparatur, maka


(22)

diharapkan dapat memperkaya pemahaman teori ilmu administrasi pendidikan, manajemen Pendidikan dan Pelatihan serta ilmu pemerintahan pada umumnya.

b. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan khasanah ilmu pengetahuan, artinya membandingkan hasil temuan penelitian dengan teori-teori yang digunakan untuk memperkuat atau sebaliknya melemahkan teori-teori tentang telaah ilmu pendidikan dan ilmu pemerintahan, maupun untuk merespon penelitian terdahulu.

c. Menambah referensi bagi peneliti lain terutama dalam bidang ilmu yang dikaji atau yang ingin meneliti tentang kemungkinan faktor-faktor lain yang penting sebagai determinan dalam meningkatkan kinerja aparatur, yang telah menjadi suatu tuntutan di era sekarang maupun di masa depan. 2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi yang lebih luas kepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Jawa Barat, khususnya Badan, Kantor dan Unit-unit Pengelola Kediklatan, tentang komponen-komponen PBM yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Diklat Prajabatan Golongan III yang kiranya perlu diperbaiki atau ditingkatkan dalam rangka mencapai maksud, tujuan dan sasaran penyelenggaraan Diklat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, kemudian Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2000, serta dalam Keputusan Kepala LAN


(23)

Nomor : 2 tahun 2003, yang khusus menyangkut penyelenggaraan Diklat Prajabatan Golongan III.

b. Memberikan rekomendasi dan solusi mengenai alternatif peningkatan kinerja aparatur melalui Diklat Prajabatan Golongan III, khususnya yang ada di Provinsi Jawa Barat sehingga mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional sesuai etika profesi PNS dalam rangka pelayanan, pengayoman dan pemberdayaan masyarakat serta tugas-tugas pembangunan lainnya. Hal ini sejalan dengan sasaran peningkatan kompetensi PNS di Provinsi Jawa Barat yang di antaranya tercermin dalam Keputusan Gubernur Nomor: 52 Tahun 2005, juga visi Jawa Barat yaitu “Jawa Barat dengan Iman dan Taqwa sebagai Provinsi Termaju di Indonesia dan Mitra Terdepan Ibukota Negara Tahun 2010”, sebagaimana telah ditetapkan dalam Perda Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Jawa Barat.

E. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan sistem (system approach) dalam memandang proses pelaksanaan Diklat. Penggunaan analisis sistem dalam pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan dan pelatihan dengan cara yang efesien dan efektif. Prinsip utama dari penggunaan analisis sistem mensyaratkan untuk berpikir secara sistematik, yang berarti harus memperhitungkan segenap komponen yang terlibat dalam masalah pendidikan dan pelatihan yang akan dipecahkan.


(24)

Sebagai suatu sistem, penyelenggaraan pendidikan, pelatihan ataupun kedua-duanya oleh suatu lembaga pendidikan/pelatihan terdiri atas komponen-kompenen yang saling terkait dan saling mempengaruhi dalam mencapai tujuannya. Berbagai input mulai dari raw input peserta didik, instrumental input

seperti guru/pendidik dan sarana-prasarana, serta environmental input lainnya harus dapat didayagunakan seefektif mungkin dalam proses transformasi untuk menghasilkan output berupa peserta didik yang memiliki seperangkat nilai, sikap, pengetahuan serta keterampilan baru serta berdampak lanjutan pada praktek atau aplikasi pengetahuan dan keterampilan tersebut dalam masyarakat.

Undang-Undang Sisdiknas No. 20/2003, Bab I Pasal 1 angka (1) mengartikan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Batasan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil menegaskan, bahwa proses pembelajaran adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam Diklat itu sendiri dalam rangka meningkatkan kemampuan PNS.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka proses pembelajaran adalah suatu interaksi edukatif yang pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pembelajaran.


(25)

Pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan.

Khusus dalam sudut pandang sebagai suatu proses pelaksanaan atau penyelenggaraannya, pendidikan juga melibatkan banyak komponen atau unsur, yang terdiri subjek yang dibimbing (peserta didik), orang yang membimbing (pendidik), interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif), ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan), pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan), cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode), dan tempat di mana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan) (Semiawan, 1991:18-20).

Makmun (2007:166) menjelaskan bahwa komponen-komponen PBM meliputi keluaran yang diharapkan (the expected output), komponen masukan dasar (raw input) adalah karakteristik siswa atau peserta didik (kapasitas IQ, bakat, minat, motivasi, kematangan kesiapan, sikap, kebiasaan dan lain-lain), komponen sarana (instrumental input) (guru, metode, teknik, media, dan lain-lain), dan komponen lingkungan (environmental input) (sosial, fisik, kultural, dan lain-lain).

Beberapa komponen di atas pada dasarnya sejalan dengan komponen-komponen determinan pelaksanaan Diklat Prajabatan Golongan III yang akan dikaji dalam penelitian ini, sebagaimana termaktub dalam PP No. 101/2000 dan Keputusan Kepala LAN Nomor : 2 tahun 2003, yang meliputi komponen-komponen peserta, materi Diklat, strategi pembelajaran, tenaga kediklatan/widyaiswara, fasilitas belajar, dan kepemimpinan pelaksana Diklat.


(26)

Namun demikian, pada penyelenggaraan Diklat Prajab III, komponen masukan dasar peserta didik (raw input) dapat dikatakan tidak mendapat perhatian secara khusus, begitupun halnya dengan komponen-komponen lingkungan.

Pada penelitian ini, komponen-komponen yang digunakan sebagai faktor-faktor penentu efektivitas PBM mencakup 3 (tiga) jenis masukan/input komponen utama yang mempengaruhi PBM, yaitu komponen masukan dasar (raw input), yaitu karakteristik peserta didik, kemudian komponen masukan instrumental (sarana) yang terdiri dari guru, bahan, metode, teknik dan media, program dan komponen pendukung pembelajaran lainnya, dan komponen-komponen masukan yang bersumber dari lingkungan (environmental input), meliputi kondisi sosial, fisik, kultural dan lainnya yang ada di sekitar peserta didik dan lingkungan belajarnya. Masing-masing masukan tersebut secara langsung akan mempengaruhi PBM dan menentukan keberhasilan dalam mencapai output

PBM, yakni hasil belajar yang diharapkan serta berdampak pada outcome setelah mengikuti proses pembelajaran. Keluaran yang diharapkan (expected output) dalam penelitian ini hanya dipandang sebagai faktor response (R) karena faktor stimulus (S)-nya sudah terdapat/melekat pada siswa (raw input) dalam bentuk motivasi (n-Ach).

Efektivitas dalam pengertian umum, adalah tingkat pencapaian suatu tujuan. Dalam teori organisasi, Robbins (2001:20) mengatakan bahwa,

“effectiveness could be defined as the degree to which an organization realized its goals”, dalam hal ini effectiveness diartikan sebagai tingkat pelaksanaan berbagai tujuan, mencerminkan sumbangan yang diberikan kepada organisasi. Pearce II


(27)

dan Robinson Jr. memandang “effectiveness” sebagai konsep yang dapat digunakan sebagai ukuran untuk menilai tindakan yang dilakukan oleh pimpinan (2000:78), Koontz, et al. menekankan efektivitas dari segi pengambilan keputusan secara efektif, sehingga memerlukan kemampuan untuk menganalisis arah alternatif yang digunakan untuk mencapai tujuan (1986:172).

Peneliti-peneliti selanjutnya lebih memperluas cakrawala pemahaman tentang efektivitas, di mana tidak hanya menekankan pada perbandingan input-output, tetapi juga dikaitkan dengan kepuasan yang dicapai oleh konsumen yang menjadi orientasi utama dari seluruh kegiatan organisasi/perusahaan. Harrington dan Lomax (2000:330-331) memberikan definisi efektivitas sebagai: “the degree to which the process has the right output at the right place, at the right time, at the right price often referred to as quality. It measures how well the process output meets all of its customer expectation”.

Pendapat ini didukung pula oleh pakar lainnya, antara lain Arnold dan Feldman, juga Werther dan Davis (1996:74). Menurut konsep teori sistem “Effectiveness can be defined in terms that enable managers to take a broader view of the organization and to understand the causes of individual, group and organizational effectiveness (Ivancevich dan Matteson, 1999:22-23).

Dari sejumlah pengertian efektivitas di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah pencapaian tujuan dan sasaran yang sesuai dengan keinginan semua pihak yang ada di dalam organisasi dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan demikian pula, bahwa efektivitas proses pembelajaran merupakan hasil belajar, di mana menurut Soedjadi (1991:10), hasil


(28)

belajar dipandang sebagai salah satu indikator bagi mutu pendidikan dan perlu disadari bahwa hasil belajar adalah bagian dari hasil pendidikan.

Hasil belajar perlu dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang dicapai dalam proses belajar mengajar. Sebagai kriteria atau tolok ukur utama dalam evaluasi tersebut, biasanya dipergunakan sebagai pegangan: seberapa jauh tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu (prescribed objectives) dapat tercapai. Oleh karena itu, tujuan (intended outcomes) PBM baik jika dinyatakan dengan jelas dan tegas (stated objectives) maupun hanya tersembunyi (hidden) dalam pikiran guru dan siswa (objectives in mind) seperti dikatakan oleh Socket (dalam Makmun, 2007:180), merupakan titik sentral yang strategis dalam suatu sistem instruksional.

Hasil belajar menurut Sudjana (2004:40) mungkin dapat mencakup perubahan perilaku peserta didik dalam ranah kognisi, afeksi, dan atau psikomotorik. Hasil belajar dapat pula berupa penguasaan pengetahuan tertentu, sosok peserta didik yang mandiri, kebebasan berpikir dan lain sebagainya. Lebih lanjut dikemukakan oleh Sudjana, bahwa tujuan intruksional institusional mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif

(cognitive domain) menurut Bloom dan kawan-kawan terdiri atas pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintetis, dan evaluasi. Ranah afektif (affective domain) menurut Taksonomi Kratwohl Bloom dan kawan-kawan terdiri dari penerimaan, partisipasi, penilaian/penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. Ranah psikomotorik (pshyhomotoric domain) menurut klasifikasi Simson terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa,


(29)

gerakan yang kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas. (Sudjana, 2004:22).

Sependapat dengan hal di atas, Makmun (2007:189-190) menjelaskan mengenai kawasan domain hasil belajar dalam perspektif instruksional mencakup tiga hal, yaitu: 1) aspek-aspek kognitif, yaitu menyangkut pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi, 2) aspek-aspek afektif, yaitu menyangkut penerimaan, sambutan, penghargaan, pendalaman, penghayatan, dan 3) aspek-aspek konatif (psikomotor), yaitu menyangkut koordinasi gerakan tubuh secara umum/global, koordinasi gerakan tubuh secara halus/indah/spesifik, dan gerakan ekspresif secara nonverbal.

Berdasarkan pendapat di atas, maka hasil belajar pada dasarnya mencakup pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (konatif/psikomotorik). Hal ini sejalan dengan pendapat Irianto, bahwa program pelatihan merupakan sebuah cara terpadu yang diorientasikan pada tuntutan kerja aktual dengan penekanan pada pengembangan skill, knowledge dan ability (Irianto, 2001:75).

Dalam mengukur efektivitas PBM, maka penelitian ini menggunakan masing-masing ranah hasil belajar yang dikemukakan di atas, yaitu aspek kognitif, afektif dan konatif/psikomotorik, yang pada dasarnya adalah kemampuan dasar (sikap, motif, konsep diri, nilai-nilai) yang dimiliki seseorang dalam membentuk perilaku (pengetahuan, keterampilan, tindakan-tindakan), yang akan menghasilkan atau berdampak terhadap kinerja (performance), kepuasan kerja, perubahan dan ukuran-ukuran lain yang lazim digunakan. Pada penelitian ini, dampak yang hendak diperhatikan adalah terhadap kinerja aparatur.


(30)

Perhatian pokok pada kinerja ini sejalan dengan pendapat Sedarmayanti (2001:51), bahwa di antara beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang, ternyata yang dapat diintervensi atau diterapi melalui pendidikan dan latihan adalah faktor kemampuan yang dapat dikembangkan. Lebih lanjut dikatakan, bahwa proses pendidikan bertujuan agar dapat menghasilkan perubahan yang tidak hanya berkaitan dengan jumlah pengetahuan saja, tetapi juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, minat, dan lainnya yang berkenaan dengan aspek pribadi seseorang, sehingga tampak pada kinerjanya.

Kinerja (performance) secara umum dipahami sebagai pencapaian hasil kerja/unjuk kerja sebagaimana terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu performance. Bernardin dan Russell (1993:379) mengartikan kinerja sebagai “...the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specified time period...”, bahwa kinerja merupakan catatan tentang hasil akhir yang diperoleh setelah suatu pekerjaan atau aktivitas dijalankan selama kurun waktu tertentu.

Davis dan Newstrom (2003:124) mengemukakan kinerja adalah sesuatu yang dikerjakan atau produk/jasa dihasilkan atau diberikan oleh seseorang atau sekelompok orang. Lembaga Administrasi Negara (1992:3) menyatakan kinerja pegawai sebagai berikut: “Kinerja pegawai adalah prestasi kerja, pelaksana kerja, pencapaian kerja, atau hasil kerja (unjuk kerja) penampilan kerja”.

Beberapa pengertian kinerja di atas menekankan bahwa kinerja mengacu pada segi pencapaian hasil yang diperoleh seseorang dalam bekerja, dan tidak termasuk karakteristik perilaku seseorang. Oleh karena itu, dalam menilai kinerja seseorang, terdapat standar baku formal yang telah ditentukan sebelumnya.


(31)

Untuk mengukur kinerja pegawai menurut Mitchel (dalam Sedarmayanti, 2001:51) dapat digunakan lima indikator yang meliputi: (1) kualitas kerja (quality of work), (2) ketepatan waktu (promptness), (3) inisiatif (initiative), (4) kemampuan (capability), dan (5) komunikasi (communication). Menurut Keban (2004:194), dalam menilai kinerja pegawai secara umum paramater atau kriteria yang digunakan meliputi: (1) kualitas, (2) kuantitas, (3) ketepatan waktu, (4) kemandirian atau otonomi dalam bekerja, dan (5) kerjasama. Schuler dan Dowling (1997:371) mengidentifikasi lebih banyak faktor dalam mengevaluasi kinerja seseorang, yaitu: (1) kuantitas kerja, (2) kualitas, (3) kerjasama, (4) pengetahuan tentang kerja, (5) kemandirian kerja, (6) kehadiran dan ketepatan waktu, (7) pengetahuan tentang kebijakan dan tujuan organisasi, (8) inisiatif dan penyampaian ide-ide yang sehat, dan (9) kemampuan supervisi dan teknis.

Bagi pegawai negeri sipil (PNS), penilaian prestasi kerjanya diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1979 Tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) Pegawai Negeri Sipil, di mana aspek-aspek yang dinilai seperti dalam Bab II Pasal 4 angka (2) disebutkan terdiri dari 8 aspek, yaitu: 1) kesetiaan, 2) prestasi kerja, 3) tanggung jawab, 4) ketaatan, 5) kejujuran, 6) kerjasama, 7) prakarsa, dan 8) kepemimpinan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, bahwa sebagian memiliki kesamaan dan sebagian lagi berbeda. Dalam penelitian ini, aspek yang digunakan adalah 8 aspek DP3 PNS menurut ketentuan PP No. 10/1979 di atas.

Uraian kerangka pikir di atas secara skematik diringkaskan dalam Gambar 1.1 berikut:


(32)

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

2

2

Tujuan Pemberdayaan SDM di Jawa Barat (Peningkatan Kualitas dan Produktivitas SDM

Jawa Barat)

Tujuan Penyelenggaraan Diklat Aparatur Pemerintah (Kompetensi Jabatan PNS)

Persyaratan Ambang (Standard/ Norms) Knowledege Skill Attitude Kebijakan Daerah Prov. Jawa Barat Perda No. 1/2003 Kep. Gub. 52/2005

Pelaksanaan Diklat Prajab III pada Badan, Kantor dan Unit Pengelola Kediklatan di Jawa Barat

INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME

Komponen-Komponen PBM Karakteristik Peserta Didik Komponen Sarana Komponen Lingkungan Efektivitas Sistem Pembelajaran Kinerja Aparatur Feedback (Aspirasi) Feedback Yang Berkepentingan (Stakeholders) A p re si as i Analisis Gap Kinerja Fokus Penelitian PBM Planning Leading Organizing Controlling 5 4 1 2 3 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16


(33)

F. Hipotesis Penelitian

Terdapat tiga jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Variabel independen, yaitu variabel-variabel yang menjadi

komponen-komponen proses belajar mengajar (PBM), yang meliputi: karakteristik peserta (X1), komponen sarana (X2), dan komponen lingkungan (X3).

2. Variabel perantara atau intervening variable, yaitu variabel efektivitas sistem pembelajaran (Y)

3. Variabel terikat atau variabel dependen, yaitu variabel kinerja aparatur (Z) Secara struktural, hubungan antar variabel digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.2 Struktur Hubungan Antarvariabel Keterangan:

= Pengaruh Parsial = Korelasional

= Pengaruh simultan (Simultan)

Bertitik tolak dari kerangka pikir dan struktur hubungan antarvariabel penelitian tersebut, selanjutnya ditetapkan hipotesis yang merupakan jawaban

Karakteristik Peserta (X1)

Komponen Sarana (X2)

Komponen Lingkungan (X3)

Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y)

Kinerja Aparatur (Z)


(34)

sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus dibuktikan atau diuji secara empiris, yaitu sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan komponen-komponen PBM yang terdiri dari: karakteristik peserta (X1), komponen sarana (X2), dan komponen

lingkungan (X3) terhadap efektivitas sistem pembelajaran (Y), dengan sub

hipotesis:

a. Terdapat pengaruh yang signifikan dari karakteristik peserta (X1) terhadap

efektivitas sistem pembelajaran (Y).

b. Terdapat pengaruh yang signifikan komponen sarana (X2) terhadap

efektivitas sistem pembelajaran (Y).

c. Terdapat pengaruh yang signifikan komponen lingkungan (X3) terhadap

efektivitas sistem pembelajaran (Y).

2. Terdapat pengaruh yang signifikan komponen-komponen PBM yang terdiri dari: karakteristik peserta (X1), komponen sarana (X2), dan komponen

lingkungan (X3) terhadap kinerja aparatur (Z), dengan sub hipotesis:

a. Terdapat pengaruh yang signifikan dari karakteristik peserta (X1) terhadap

kinerja aparatur (Z).

b. Terdapat pengaruh yang signifikan komponen sarana (X2) terhadap kinerja

aparatur (Z).

c. Terdapat pengaruh yang signifikan komponen lingkungan (X3) terhadap

kinerja aparatur (Z).

3. Terdapat pengaruh yang signifikan efektivitas sistem pembelajaran (Y) terhadap kinerja aparatur (Z).


(35)

4. Terdapat pengaruh yang signifikan komponen-komponen PBM yang terdiri dari: karakteristik peserta (X1), komponen sarana (X2), komponen lingkungan

(X3) serta efektivitas sistem pembelajaran (Y) terhadap kinerja aparatur (Z).

G. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian menurut tingkat eksplanasi (level of explanation). Menurut Sugiyono (2004:10), jenis penelitian menurut tingkat eksplanasi adalah penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian survei. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, wawancara, studi referensi regulasional, dan observasi lapangan. Pengembangan instrumen penelitian dilakukan dengan berpatokan pada teori-teori yang relevan, hasil diskusi dengan para ahli (second opinion), dan observasi pra penelitian, dan kelayakan serta konsistensi instrumen diuji validitas dan reliabilitasnya.

Data primer dari penyebaran kuesioner kepada responden yang diteliti dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis induktif. Analisis deskriptif menggunakan metode analisis bobot skor masing-masing variabel, sedangkan dalam analisis induktif digunakan metode statistik berupa analisis jalur (path analysis). Tujuan analisis jalur adalah menerangkan hubungan seperangkat variabel dengan variabel lainnya. Dengan analisis ini dapat diketahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen/eksogen terhadap variabel


(36)

dependen/endogen baik secara langsung maupun tidak langsung. Besarnya pengaruh dari variabel eksogen ke variabel endogen dinyatakan oleh besarnya koefisien determinan.

H. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian tentang manajemen sistem Diklat pada umumnya dan pelaksanaan Diklat Prajabatan Aparatur Pemerintah Golongan III khususnya dilakukan pada Badan, Kantor dan Unit Pengelola Kediklatan di Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Jawa Barat, sedangkan penelitian tentang kinerja aparatur dilakukan di berbagai instansi pemerintah di lingkungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Jawa Barat, yang dipilih berdasarkan eksistensi PNS Golongan III yang telah mengikuti Diklat Prajab III (alumni) dalam periode tahun yang ditentukan, yaitu dari tahun 2006 sampai tahun 2007 (2 angkatan).

Ditinjau dari unit analisisnya, penelitian ini menggunakan teknik sensus, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap seluruh populasi, yaitu seluruh unit penyelenggara Diklat yang ada di Provinsi Jawa Barat, yaitu 26 unit penyelenggara Diklat Kabupaten/Kota dan 1 unit penyelenggara Diklat di tingkat Provinsi Jawa Barat (Badiklatda), sehingga seluruhnya 27 unit organisasi.

Selanjutnya untuk mendapatkan data dan informasi dipergunakan sampel individual, yaitu para alumni Diklat dan atasan alumni Diklat Prajab III serta pihak penyelenggara Diklat di unit masing-masing. Pemilihan alumni Diklat Prajabatan Golongan III dipilih sebagai subjek penelitian didasarkan pada dua alasan penting, yaitu: (1) mereka telah mengalami proses pembelajaran Diklat Prajabatan Golongan III, dan (2) mereka telah dan sedang melaksanakan tugasnya


(37)

sebagai PNS. Penilaian kinerja alumni Diklat Prajabatan Golongan III dilakukan oleh atasan dimana yang bersangkutan ditempatkan, dan rekan kerja yang setingkat maupun yang levelnya lebih rendah.

Penentuan periode pelaksanaan Diklat Prajabatan Golongan III dalam masa 2 tahun, namun tidak pada tahun terkini (2008) dengan pertimbangan pada dua hal, yaitu: (1) dalam masa tersebut lebih dimungkinkan masih kuatnya daya ingat responden untuk memberikan penilaian atau tanggapan terhadap proses pelaksanaan Diklat Prajabatan Golongan III, sehingga lebih dapat dihindari bias hasil penelitian karena faktor kealpaan responden, dan (2) hasil belajar dalam wujud peningkatan kinerja aparatur pasca Diklat tentu tidak mudah atau secara langsung dapat terlihat secara signifikan dalam jangka pendek.

Khusus pemilihan alumni yang akan diminta untuk memberikan tanggapan, maka berdasarkan data yang bersumber dari Badan Diklat Daerah Provinsi Jawa Barat, selama periode 2006 – 2007, terdapat sejumlah 4.565 orang PNS Golongan III. Mengingat jumlah populasi yang cukup besar dan keberadaannya tersebar, maka dalam menentukan responden ini akan dilakukan pengambilan sampel menggunakan rumus Yamane (Sugiyono, 2004:65) dengan tingkat presisi 5%, sehingga diperoleh sampel minimum sesuai dengan keberadaan alumni di unit organisasi yang diteliti. Populasi penelitian dinilai berstrata berdasarkan karakteristik institusi yang meliputi sekretariat daerah dan satuan kerja perangkat daerah (badan, kantor) provinsi dan kota/kabupaten se-Jawa Barat. Dengan demikian, distribusi sampel menggunakan metode stratified random sampling.


(38)

Teknik penarikan sampel yang dipergunakan adalah proportional sample

(sampel proporsi), dengan pertimbangan keberadaan alumni dengan karakteristik organisasi yang berbeda, yaitu (1) kelompok alumni pada Badan Diklat Daerah Provinsi Jawa Barat (1.939 alumni), dan (2) kelompok alumni pada Badan, Kantor dan Unit Pengelola Kediklatan Kabupaten/Kota (2.969 alumni).

Selanjutnya, sampel individual dari lingkungan sekitar alumni, yaitu atasan ditetapkan dan dipilih berdasarkan kerangka sampel yang terdaftar di unit kerja masing-masing alumni. Jumlah responden kelompok kedua ini ditentukan dengan menggunakan sampel acak berstratifikasi.


(39)

109

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut tingkat eksplanasinya, penelitian ini bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Pendekatannya adalah kuantitatif dan survei. Metode survei berupaya menjelaskan mengapa suatu peristiwa terjadi (Rusidi, 1996:3) dengan mengkaji sampel yang dipilih dari populasi untuk menemukan insidensi, distribusi dan interelasi dari variabel yang diteliti (Kerlinger, 1992:660). Adakalanya survei seperti ini disebut survei deskriptif, yaitu pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat dengan tujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sebab-sebab serta hubungan antar fenomena yang diteliti (Nazir, 1999:63).

Selain bertujuan mendeskripsikan variabel-variabel yang diteliti secara mandiri, digunakan pula metode deskriptif dan induktif. Analisis deskriptif berusaha menjelaskan kedudukan masing-masing variabel secara mandiri, sedangkan analisis induktif bermaksud menjelaskan hubungan antar variabel dengan menggunakan pengujian statistik (Nazir, 1999:63-68). Secara global, desain penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.1.


(40)

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

Sumber : Model diadaptasi dari Supomo dan Indriantoro, 1999:36 Masalah Penelitian:

Apakah komponen-komponen yang digunakan dalam penyelenggaraan Diklat Prajab III efektif dalam mencapai tujuan dari sistem Diklat tersebut, dan bagaimana dampaknya terhadap kinerja aparatur, khususnya di Jawa Barat?

Telaah Teoritis: •Teori Administrasi Pendidikan

•Teori Sumber Daya Manusia

•Teori Pendidikan dan Pelatihan

•Teori Efektivitas

•Teori Kinerja Aparatur

Review penelitian sebelumnya

PENGUJIAN FAKTA

Pemilihan Data:

•Tanggapan responden dari Badan, Kantor Diklat Prov. Jabar dan Kabupaten/Kota

•Tanggapan responden alumni, atasan alumni dan rekan kerja alumni

•Data pendukung lainnya

Pengumpulan Data: •Observasi Lapangan (Primer)

•Wawancara dengan pihak-pihak yang relevan (Primer)

•Penyebaran kuesioner kepada masing-masing responden (Primer)

•Penelusuran literatur secara manual maupun via internet (Sekunder)

Analisis Data: •Deskriptif: analisis bobot skor

•Validitas dan Reliabilitas Data (Pearson Correlation dan α-Cronbach)

•Pengujian Hipotesis (Path Analysis)

•Pengujian Signifikansi (Uji t dan uji F)

Hipotesis:

1. Terdapat pengaruh signifikan komponen-komponen PBM yang terdiri dari: karakteristik peserta, komponen instrumental, dan komponen lingkungan terhadap efektivitas sistem pembelajaran baik secara parsial maupun simultan.

2. Terdapat pengaruh signifikan komponen-komponen PBM yang terdiri dari: karakteristik peserta, komponen instrumental, dan komponen lingkungan terhadap kinerja aparatur baik secara parsial maupun simultan

3. Terdapat pengaruh signifikan efektivitas sistem pembelajaran terhadap kinerja aparatur baik secara parsial maupun simultan. 4. Terdapat pengaruh signifikan

komponen-komponen PBM yang terdiri dari: karakteristik peserta, komponen instrumental, komponen lingkungan serta efektivitas sistem pembelajaran terhadap kinerja aparatur.

Hasil-Hasil Penelitian

Kesimpulan dan Saran


(41)

B. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat tiga variabel utama yang diteliti dan sejumlah subvariabel yang menyertainya. Untuk lebih rincinya mengenai keterkaitan dan pengaruh antar variabel-variabel dapat dijelaskan berikut:

1. Variabel Komponen-Komponen Proses Belajar Mengajar (X)

Variabel komponen-komponen proses belajar mengajar (variabel eksogen) pada umumnya sulit dideteksi lebih awal di dalam mempengaruhi efektivitas sistem pembelajaran karena sangat banyak faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas sistem pembelajaran tersebut. Adapun yang membentuk variabel komponen-komponen proses belajar mengajar meliputi subvariabel berikut: a. Subvariabel Karakteristik Peserta (X1)

Subvariabel karakteristik peserta dapat mempengaruhi efektivitas sistem pembelajaran. Sub variabel peserta juga merupakan sub variabel eksogen yang diperkirakan berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kinerja aparatur. Dimensi-dimensinya mencakup: bakat, minat, motivasi, kesiapan belajar, proses rekruitmen, kesadaran tujuan Diklat, dan kesiapan fisik dan fisiologis dalam mengikuti pembelajaran.

b. Subvariabel Komponen Instrumental (X2)

Subvariabel komponen instrumental mencakup mencakup sejumlah komponen menjadi instrumental input, di mana yang dikaji dalam penelitian ini meliputi:


(42)

1) Tenaga Pendidik / Widyaiswara (X21)

Tenaga pendidik dalam penelitian ini merupakan variabel eksogen yang diperkirakan berhubungan langsung dengan efektivitas sistem pembelajaran maupun hubungan langsung dan tidak langsung dengan kinerja aparatur, terdiri dari dimensi-dimensi: persiapan mengajar, kemampuan menguraikan bahan ajar, penggunaan metode dan media, kemampuan membangkitkan motivasi belajar, efisiensi penggunaan waktu dan pelaksanaan evaluasi belajar.

2) Materi/Bahan (X22)

Materi Diklat dalam penelitian ini merupakan variabel eksogen yang diperkirakan berhubungan langsung dengan efektivitas sistem pembelajaran maupun hubungan langsung dan tidak langsung dengan kinerja aparatur, terdiri dari dimensi-dimensi: jenis bahan ajar, kesesuaian bahan ajar dengan tujuan Diklat, jumlah jam, kesesuaian uraian bahan dan kesesuaian dengan TIU dan TIK.

3) Strategi pembelajaran (X23)

Strategi pembelajaran dalam penelitian ini merupakan variabel eksogen yang diperkirakan berhubungan langsung dengan efektivitas sistem pembelajaran maupun hubungan langsung dan tidak langsung dengan kinerja aparatur, terdiri dari dimensi-dimensi: keterpaduan model, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran, dan kesesuaian metode belajar.


(43)

4) Fasilitas Belajar (X24)

Fasilitas belajar dalam penelitian ini merupakan variabel eksogen yang diperkirakan berhubungan langsung dengan efektivitas sistem pembelajaran maupun hubungan langsung dan tidak langsung dengan kinerja aparatur, terdiri dari dimensi-dimensi: kesesuaian sarana dengan kebutuhan belajar, kualitas sarana, dan fungsi sarana berkaitan dengan imajinasi, nalar, dan kreativitas peserta didik. 5) Kepemimpinan Pelaksana (X25)

Kepemimpinan pelaksana dalam penelitian ini merupakan variabel eksogen yang diperkirakan berhubungan langsung dengan efektivitas sistem pembelajaran maupun hubungan langsung dan tidak langsung dengan kinerja aparatur, terdiri dari dimensi-dimensi: objektivitas, kemampuan menyajikan program, kemampuan menyediakan fasilitas pembelajaran, tanggung jawab tugas pengamatan kelas, pengendalian program dan situasi belajar, pemenuhan hak-hak peserta Diklat dan keteladanan.

2. Variabel Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y)

Efektivitas sistem pembelajaran merupakan atribut yang diharapkan baik oleh peserta, pendidik maupun unit penyelenggara Diklat dan stakeholders lain. Oleh karenanya, hal ini merupakan suatu output yang harus diusahakan oleh setiap komponen yang terlibat dalam penyelenggaraan Diklat. Efektivitas sistem pembelajaran adalah variabel endogen dan juga eksogen, terdiri dari dimensi-dimensi yang dikembangkan dari ranah kognitif, afektif dan konatif/psikomotorik


(44)

menjadi faktor kompetensi peserta didik meliputi: peningkatan pengetahuan peserta, peningkatan keterampilan, penyerapan materi belajar, perubahan sikap, dan perubahan perilaku peserta.

3. Variabel Kinerja Aparatur (Z)

Kinerja aparatur merupakan atribut dalam jangka panjang yang diharapkan baik oleh peserta, pendidik maupun unit penyelenggara Diklat dan stakeholders

lain. Kinerja aparatur merupakan salah satu hasil (outcome) yang harus diusahakan oleh setiap komponen yang terlibat dalam penyelenggaraan Diklat. Kinerja aparatur adalah variabel endogen, terdiri dari aspek-aspek penilaian pekerjaan PNS (DP3) yaitu: 1) kesetiaan, 2) prestasi kerja, 3) tanggung jawab, 4) ketaatan, 5) kejujuran, 6) kerjasama, 7) prakarsa, dan 8) kepemimpinan.

Untuk lebih jelasnya, operasionalisasi variabel penelitian ini diringkaskan dalam tabel-tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Komponen-Komponen Pelaksanaan Diklat

Subvariabel Dimensi Indikator Skala

1 2 3 4

Karakteristik Peserta (X1)

1.Bakat

2.Minat

3.Motivasi

4.Kesiapan Belajar

1. Bakat terhadap pekerjaan (PNS) 2. Bakat terhadap pekerjaan lain 1. Minat terhadap pekerjaan 2. Minat terhadap tugas belajar 1. Dorongan untuk belajar

2. Dorongan untuk mencapai prestasi 3. Dorongan untuk mencapai nilai baik 1. Pengetahuan awal

2. Keterampilan awal 3. Kemampuan awal

Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal


(45)

1 2 3 4 5.Proses rekruitmen

6.Kesadaran tujuan

7.Kesiapan fisik & fisiologis

1. Selektif

1. Menyadari tujuan Diklat 2. Memahami sasaran Diklat 3. Memahami indikator keberhasilan

Diklat

1. Kondisi fisik yang sehat 2. Kondisi psikologis yang sehat

Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Komponen Instrumental (X2)

Guru/Tenaga Pendidik/

Widyaiswara (X21) 1.Persiapan mengajar

2.Uraian bahan ajar

3.Penggunaan metode dan media

4.Kemampuan membangkitkan motivasi belajar 5.Efisiensi penggunaan waktu 6.Pelaksanaan evaluasi belajar

1. Kemampuan mempersiapkan materi 2. Bahan/materi yang lengkap & sesuai 1. Kemampuan pendidik dalam

menyampaikan bahan ajar 2. Kemampuan pendidik dalam

menjelaskan bahan ajar 3. Kemampuan pendidik dalam

menanggapi pertanyaan peserta 1. Kemampuan menggunakan metode

penyampaian yang sesuai dengan bahan ajar yang disampaikan

2. Kemampuan menyiapkan media dalam penyampaian bahan ajar

1. Kemampuan membangkitkan daya tarik mengikuti proses pembelajaran 2. Kemampuan membangkitkan

partisipasi aktif peserta

3. Kemampuan membangkitkan motivasi untuk belajar

4. Kemampuan untuk mendorong prestasi belajar

1. Kemampuan memanfaatkan waktu mengajar dengan baik

2. Kemampuan membagi waktu mengajar secara efektif

1. Kemampuan memberikan evaluasi yang sesuai dengan bahan ajar 2. Memberikan evaluasi yang sesuai

dengan pembelajaran orang dewasa

Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal


(46)

1 2 3 4 Materi (X22)

1.Jenis bahan ajar

2.Kesesuaian bahan ajar dengan tujuan Diklat

3.Jumlah jam

4.Kesesuaian uraian bahan

5.Kesesuaian dengan TIU dan TIK

1. Kesesuaian dengan kebutuhan belajar 2. Kesesuaian dengan kebutuhan

pekerjaan

3. Kesesuaian jenis bahan ajar untuk pendidikan orang dewasa

1. Kesesuaian bahan ajar dengan tujuan Diklat

2. Kesesuaian bahan ajar untuk pendidikan orang dewasa 1. Kesesuaian jumlah jam untuk

penyampaian bahan ajar

2. Pengaturan waktu belajar yang baik 1. Kesesuaian uraian bahan terkait

dengan karakteristik pekerjaan PNS 2. Kesesuaian uraian bahasan dalam

kaitannya dengan pemecahan masalah 1. Kesesuaian bahan ajar dengan TIU 2. Kesesuaian bahan ajar dengan TIK

Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Strategi

Pembelajaran (X23) 1.Kesesuaian model

2.Kesesuaian pendekatan

3.Kesesuaian metode

4.Kesesuaian teknik

5.Keterpaduan model, pendekatan, teknik dan metode

1. Kesesuaian model dengan tujuan belajar

2. Kesesuaian model pembelajaran dengan pendidikan orang dewasa 1. Kesesuaian pendekatan dengan tujuan

belajar

2. Kesesuaian pendekatan dengan pendidikan orang dewasa

1. Kesesuaian metode dengan tujuan belajar

2. Kesesuaian metode dengan model pendidikan orang dewasa

1. Kesesuaian teknik dengan tujuan belajar

2. Kesesuaian teknik dengan model pendidikan orang dewasa 1. Keterpaduan model, pendekatan,

metode dan teknik pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar

2. Keterpaduan model, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran untuk menghasilkan situasi belajar yang baik

Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal


(47)

1 2 3 4 Fasilitas Belajar

(X24)

1.Kesesuaian sarana dengan kebutuhan belajar

2.Kualitas sarana

3.Fungsi sarana berkaitan dengan imajinasi, nalar, dan kreativitas peserta didik

1. Jumlah sarana belajar yang sesuai 2. Ketepatan sarana dengan kebutuhan

penyampaian bahan ajar

1. Tingkat mutu sarana pembelajaran

1. Fungsi sarana membangkitkan imajinasi

2. Fungsi sarana memperkaya nalar 3. Fungsi sarana membangkitkan

kreativitas Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Kepemimpinan

Pelaksana (X25) 1.Objektivitas

2.Tanggung jawab dalam menyajikan program

3.Tanggung jawab dalam

menyediakan fasilitas pembelajaran 4.Tanggung jawab

dalam tugas pengamatan kelas 5.Tanggung jawab

dalam pengendalian program dan situasi belajar

6.Pemenuhan hak-hak peserta Diklat 7.Keteladanan

1. Pimpinan lembaga Diklat objektif dan tegas dalam mengambil keputusan berkaitan dengan pelaksanaan Diklat 2. Keputusan-keputusan yang dibuat

mengakomodir setiap kepentingan 1. Program yang disajikan sesuai dengan

tujuan belajar

2. Program yang disajikan sesuai dengan karakteristik peserta

1. Tingkat kesesuaian seluruh fasilitas yang disediakan oleh kepemimpinan pelaksana

1. Tanggung jawab dalam pengamatan kelas berlangsung baik

2. Pengamatan kelas berlangsung efektif 1. Program pembelajaran dapat terkendali

dengan baik

2. Situasi belajar dapat terkendali dengan baik

1. Hak-hak peserta terpenuhi dengan semestinya

1. Pimpinan lembaga Diklat memberikan teladan yang baik.

2. Pimpinan lembaga Diklat komunikatif, konsisten, adil, jujur, tegas dan rasional Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal


(48)

1 2 3 4 Komponen

Lingkungan (X3)

1.Sosial

2.Fisik

3.Budaya

4.Keluarga

1. Hubungan dengan pendidik 2. Hubungan dengan rekan kelas 3. Pembentukan kelompok belajar 4. Tuntutan peran sosial siswa 5. Ukuran kelas

1. Kondisi kampus/tempat belajar 2. Letak kampus/tempat belajar 3. Ketersediaan prasarana utama 4. Ketersediaan prasarana pendukung 1. Nilai-nilai yang berkembang dalam

lingkungan belajar 2. Etika belajar

3. Orientasi pembelajaran 4. Partisipasi

1. Dukungan motivasional keluarga 2. Hubungan dengan keluarga 3. Kondisi ekonomi keluarga

Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Sumber : Studi Kepustakaan, 2009

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Efektivitas Sistem pembelajaran

Variabel Dimensi Indikator Skala

Efektivitas Sistem Pembelajaran (Y) 1.Kognitif (Pengetahuan Peserta)

2.Afektif (Sikap Peserta) 3.Konatif/ Psikomotor (Keterampilan Peserta) 1. Pengamatan/perseptual 2. Pemahaman materi belajar

3. Aplikasi/penggunaan materi belajar 1. Penerimaan

2. Sambutan 3. Penghargaan 4. Pendalaman 5. Penghayatan

1. Keterampilan bergerak/bertindak 2. Keterampilan ekspresi verbal dan

non-verbal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal


(49)

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Kinerja Aparatur

Variabel Dimensi Indikator Skala

Kinerja Aparatur (Z)

1. Kesetiaan

2. Prestasi kerja

3. Tanggung jawab

4. Ketaatan

5. Kejujuran

1. Kesetiaan, ketaatan dan pengabdian terhadap Pancasila, UUD ’45, Negara dan Pemerintah

2. Tekad & kesanggupan untuk melaksanakan Pancasila & UUD ’45 dengan penuh kesadaran.

1. Melaksanakan tugas secara berdaya guna dan berhasilguna

2. Cakap dan terampil dalam bekerja 3. Kuantitas dan kualitas kerja

1. Selalu siap di tempat kerja

2. Menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu

3. Tidak melemparkan tanggung jawab 4. Mengutamakan kepentingan dinas 5. Berani memikul resiko

1. Taat terhadap segala peraturan per-UU-an dan kedinasan

2. Taat terhadap perintah kedinasan 3. Tidak melanggar larangan 1. Tulus melaksanakan tugas

2. Tidak menyalahgunakan wewenang

Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 6. Kerjasama 7. Prakarsa 8. Kepemimpinan

1. Mampu bekerjasama dengan orang lain

2. Mampu bekerja dalam tim

1. Mampu berinisiatif untuk memecahkan masalah

2. Mampu memberikan ide-ide sehat tepat waktu

3. Tidak menunggu perintah atasan 1. Mampu berkomunikasi dengan rekan

kerja

2. Mampu menjalin komunikasi dengan atasan

3. Mampu melaksanakan tugas supervisi

Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Sumber : Studi Kepustakaan, 2009


(1)

Zymelman, Manuel. (1975). Pembiayaan dan Efisiensi Dalam Pendidikan, Jakarta, BP3 K Departemen P dan K. Terjemahan dari : Financing and Efficiency In Education, Boston, Nimrod Press 1973.

Yeoh, Michael. (1995), Vision & Leadership Values and Strategies Towards Vision 2020, Pelanduk Publication, Malaysia.

DISERTASI/TESIS/LAPORAN PENELITIAN/MAKALAH

Ai Sutriansih, (2002). Efektivitas Sistem Pengelolaan Biaya Pendidikan dalam Menunjang Peningkatan Kualitas. Tesis, UPI Bandung

Cecep Firmansyah, (2007). Implementasi Kebijakan Model Manajemen Pembiayaan Pendidikan, Tesis, UPI Bandung

Dadang Suhardan, (2006). Pengawasan Profesional Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran : penelitian efektifitas supervisi bantuan profesional terhadap guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran pada era otonomi daerah di SDN Komplek Karangpawulan Kecamatan Lengkong Kota Bandung. Disertasi. UPI Bandung.

Diding Kurniady, (2006). Implementasi Kebijakan Pembiayaan Pendidikan Dasar Dalam Konteks Otonomi Daerah, Disertasi, UPI Bandung

Fachruddin, Kemas, (2004). Pendekatan Analisa Cost Benefit Sebagai Alat Pengambilan Keputusan Dalam Menentukan Konservasi Daerah Lahan Basah, Makalah. IPB.

Gurses, Pinar Ayse, (1999). An Activity- Based Costing and Theory of Constraints Model for Product- Mix Decisions, Thesis, Blackburg, Virginia.

Maman Rusmana, (2005). Sistem Pembiayaan Pendidikan Pada Pemerintah Kabupaten (Studi Kasus Pembiayaan Pendidikan dilihat dari Sistem, Efektifitas dan Efisiensi Penyelenggaraan Pendidikan Setelah Implementasi Otonomi Daerah pada Pemerintah Kabupaten Garut), Disertasi, UPI Bandung.

Nasution, S., (1998). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito. Bandung. Nina Toyamah dan Syaikhu Usman, (2004). Alokasi Anggaran Pendidikan di Era

Otonomi Daerah : Implikasinya terhadap Pengelolaan Pelayanan Pendidikan Dasar. Jakarta. SMERU.


(2)

Nunung Nurazizah, (2000), Kebutuhan Belajar, Motif Berprestasi dan Proses Pembelajaran Sebagai Faktor Determinatif Terhadap Prestasi Belajar Peserta Latihan Kerja. Tesis. UPI.

Prabantoro, Gatot., (2004). Mengukur Kelayakan Ekonomis Proyek Sistem Informasi Manajemen Menggunakan Metode Cost & Benefits Analysis Dan Aplikasinya Dengan MS EXCEL 2000. Makalah. STIE Indonesia. Prasojo, Eko,Teguh Kurniawan, Azwar Hasan, (2004), Efisiensi Anggaran

Sebagai Faktor Kunci Keberhasilan Dalam Pelaksanaan Program Inovasi Di Kabupaten Jembrana, Makalah.

Slavin, E. Robert, (1995). Cooperative Learning Theory, Research and Practice, Allyn & Bacon, Needham Heights, Massachusetts.

Sugiyono, Agus, (2001). Analisis Manfaat Biaya dan Sosial. Makalah, FE-UGM. SMERU, (2006). Pelaksanaan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

2005, Lembaga Penelitian SMERU, Jakarta.

Widjadja, Haw. (2002). Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: Rajawali Press.Yahya, (2003). Sistem Manajemen Pembiayaan Pendidikan. Disertasi, UPI Bandung.

Yayat Hayati, (2000). Pengambilan Keputusan Oleh Pimpinan Dalam Pengembangan Tenaga Pengajar Pada Perguruan Tinggi, Kajian Tahun 1991-1995 pada IKIP Bandung dan ITB. Disertasi. UPI.

Yoyon Suryono, (2006). Evaluasi Implementasi Kebijakan tentang Pengelolaan Anggaran Pendidikan di Sekolah, (Studi Kasus di Kabupaten Majelengka Bantul), Disertasi, UNY.

Yoyon Bahtiar Irianto, (2008). Studi Evaluatif Tentang Evektivitas Sistem Perencanaan Pendidikan Tingkat Kabupaten/Kota; Studi Kasus pada Proses Pencanaan Pembangunan Bidang Pendidikan di Kabupaten Bandung Menuju Tahun 2025.Disertasi. UPI

JURNAL/ARTIKEL/BAHAN AJAR

Baedowi, Ahmad, (2008). Pembiayaan Sekolah Berbasis Kualitas, Pengalaman Sukma Bangsa.

Braeley and Myers (1999), Principles of Coorporate Finance, Power Point, McGraw-Hill.


(3)

BPKP, (2009). Masalah Umum Pertanggungjawaban Dana BOS 2009, Bumi Makmur Indah

Jimenez, Emmanuel and Harry Anthony Patrinos (2008). Can Cost-Benefit Analysis Guide Education Policy in Developing Countries?, Policy Research Working Paper The World Bank, Human Development Network,Education Team

Heckman, J., James, Lochner, Lance, Taber, Christoper. (1999). General Equilibrium Cost Benefit Analysis of Education and Tax Policies, National Bureau of economics Research, Massachusetts Avanue.

Hough, J.,R., (1993). Educational cost-benefit analysis, Education Research Paper No. 02, Loughborough University.

Mohammad Fakry Gaffar,(2008). Cost Analysis, Pembiayaan Pendidikan, Power Point. UPI Bandung.

---(2008). Biaya Pendidikan, Pembiayaan Pendidikan, Power Point, UPI Bandung ---(2008). Sistem Pembiayaan Pendidikan dalam Otonomi Daerah, Pembiayaan

Pendidikan, Power Point, UPI Bandung.

---(2008). Educational Economics, Pembiayaan Pendidikan, Power Point, UPI Bandung

---(2008). Educational Production Function, Pembiayaan Pendidikan, Power Point, UPI Bandung.

Rieman, Heather., (2007). Budget Showdown 2007: The Facts Behind Education Funding, Federal Education Budget Project, New America Foundation. Szemlér, Tamás and Jonas Eriksson (2008). The EU Budget Review: Mapping the

Positions of Member States. Swedish Institute for European Policy Studies.

PERATURAN PERUNDANGAN/PRODUK KEBIJAKAN Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia No.25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.


(4)

Undang-Undang No.14 Tahun 2006 Tentang Guru dan Dosen.

USAID-Indonesia, 2010, Panduan Penyusunan Biaya Operasional Satuan Pendidikan. DBE-1.

Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasioanal Pendidikan (SNP).

Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Kurikulum Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Permendiknas No.24 Tahun 2006 jo Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.6

Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Kurikulum untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Permendiknas No.23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.35 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan 9 Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.12 Tahun 2007 Tentang Pengawas Sekolah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.13 Tahun 2007 Tentang Kepala Sekolah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 82 Tahun 2008 Tentang Ujian Akhir Berstandar Nasional (UASBN) Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/MI/SDLB) Tahun Pelajaran 2008/2009.

Peraturan Pendidikan Nasional Menteri No.16 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi Guru.


(5)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.18 Tahun 2007 Tentang Kualifikasi Guru.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 3 Tahun 2009 Tanggal 29 Januari 2009 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Tahun Anggaran 2009

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK0.2/2007 Tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2008

Peraturan Daerah No.4 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pendidikan di Kabupaten Bandung.

Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No.6 Tahun 2004 Tentang Transparansi dan Partisipasi dalam Penyelenggaraan Pemerintah di Kabupaten Bandung.

Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No.8 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah.

Peraturan Daerah No.5 Tahun 2006 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun 2005- 2010. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. (2007). Perencanaan Pendidikan Dasar

dan Menengah Provinsi Jawa Barat, Bandung: Bapeda Provinsi Jawa Barat.

---,(2009). Pedoman Operasional BOS Provinsi untu Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun Anggaran 2009, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung.(2006). Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun 2006-2010, Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung.

---. (2007). Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung.

---. (2007). Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung Tahun 2007-2026, Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung.

---. (2007). Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bandung Tahun 2007, Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung.


(6)

---.(2007). Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025, Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung.

---.(2008). Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan (Budget

Mapping) di kabupaten Bandung, Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung.

---(2008). Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Tahun 2008, Badan Pusat Statistik kerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kabupaten Bandung.

---(2008). Data Sosial Ekonomi Masyarakat kabupaten Bandung Tahun 2008, Badan Pusat Statistik kerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kabupaten Bandung

---(2008). Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2008, Badan Pusat Statistik kerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kabupaten Bandung

---(2008). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

---(2009). Rencana Kerja dan Anggaran satuan Kerja Perangkat Daerah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kabupaten Bandung.

---(2008). Profil Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kabupaten Bandung.

Departemen Nasional Pendidikan, (2009). Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun yang Bermutu, Jakarta. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. ---.(2009). Buku Panduan BOS Buku Untuk Penyediaan Buku Murah di Sekolah Dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun yang Bermutu, Jakarta. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

---.(2007). Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005-2009, Jakarta: Sesjen Depdiknas.


Dokumen yang terkait

Implementasi Kebijakan dalam Pengadaan Sumber Daya Aparatur Pemerintah Daerah (Studi Pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara)

0 63 85

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN TAHUN 2012

0 2 124

PENGARUH PENDIDIKAN, PENGALAMAN DAN PELATIHAN KERJA TERHADAP EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN Pengaruh Pendidikan, Pengalaman Dan Pelatihan Kerja Terhadap Efektivitas Sistem Pengendalian Intern (Survei Pada Perusahaan Tekstil Di Kabupaten Sukoharj

0 2 14

PENGARUH PENDIDIKAN, PENGALAMAN DAN PELATIHAN KERJA TERHADAP EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN Pengaruh Pendidikan, Pengalaman Dan Pelatihan Kerja Terhadap Efektivitas Sistem Pengendalian Intern (Survei Pada Perusahaan Tekstil Di Kabupaten Sukoharj

0 4 18

PENGARUH KINERJA MENGAJAR DOSEN DAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP EFEKTIVITAS MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG.

0 2 50

KONTRIBUSI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DERAH (SIMDA) KEUANGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG.

2 6 53

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR MATA PELAJARAN KETERAMPILAN KERAJINAN DI SMP NEGERI 3 LEMBANG Studi Kasus Terhadap Komponen-komponen Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar pada Mata Pelajaran Keter

0 0 5

KONTRIBUSI PENGELOLAAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA (PSG) DAN KETERSEDIAAN SARANA PRAKTIK TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN : Studi Tentang Persepsi Siswa Pada Smk Negeri Dan Swasta Di Kota Cirebon.

0 2 68

EMPAT GOLONGAN PENTING CENDAWAN DAN JENI

0 0 26

BAB II - BAB II. Komponen Imun Sistem

1 1 10