MODEL PELATIHAN CYBER MARKETING UNTUK MEMBERDAYAKAN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR PEMERINTAH DAERAH MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMPROMOSIKAN ASET DAN PRODUK DAERAH.

(1)

xv

Halaman

HALAMAN JUDUL ………..…………... i

LEMBAR PENGESAHAN………..………. ii

PERNYATAAN ………..……….. iii

LEMBAR PERSEMBAHAN ………... iv

ABSTRAK ………. v

ABSTRACT……… vii

KATA PENGANTAR ………... viii

UCAPAN TERIMA KASIH dan PENGHARGAAN .……… x

DAFTAR ISI ……….. xv

DAFTAR TABEL……… xix

DAFTAR GAMBAR …..……… xx

DAFTAR GRAFIK ………. xxi

DAFTAR LAMPIRAN..……….. xxii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 14

C. Definisi Operasional ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 21

E. Tujuan Penelitian ... 23


(2)

xvi

A. Pelatihan untuk Pengembangan SDM ………. 27

1. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Pelatihan... 27

2. Perancangan dan Perencanaan Pelatihan ... 30

3. Metode dan Pola Dasar Pelatihan ... 33

4. Sistem Pembelajaran dalam Pelatihan ... 37

5. Pelatihan untuk Meningkatkan Produktivitas …………. 39

6. Pelatihan di bidang Teknologi Informasi ………. 41

B. Teknologi Informasi ... 46

1. Internet ……….. 48

2. e-Government ... 51

3. Tantangan PLS pada abad Teknologi Informasi ... 54

C. Pemasaran melalui Internet (Cyber Marketing) ……..……… 57

1. Promosi menggunakan Internet ...…... 57

2. Prospek Pemasaran melalui internet …... 60

D. Pengembangan Sumber Daya Manusia ...… 62

1. Peranan PLS dalam pengembangan SDM ... 69

2. PLS sebagai fungsi Pemberdayaan SDM ... 74

E. Aset dan Produk Daerah .……….. 76

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 81

B. Metode Penelitian... 82

C. Lokasi dan Obyek Penelitian ... 91

D. Populasi dan Sampel ... 91

E. Teknik Pengumpulan Data ... 93

F. Instrumen Penelitian... 97


(3)

xvii

A. Deskripsi Wilayah Penelitian ……... 104

1. Deskripsi Kota Semarang ... 104

2. Deskripsi Pembangunan Kota Semarang ... 105

3. Visi dan Misi Kota Semarang ... 106

4. Deskripsi Perekonomian Kota Semarang ... 108

5. Deskripsi Kompetensi Aparatur Pemkot Semarang ... 113

B. Deskripsi Hasil Studi Eksplorasi ………... 116

1. Pengembangan SIMDA pada Pemkot Semarang ... 120

a. Arah Kebijakan ... 121

b. Sasaran ... 122

c. Maksud dan Tujuan ... 123

d. Situs Internet Kota Semarang ... 124

e. Model e-Government Pemkot Semarang ... 128

2. Kajian Penggunaan Internet pada Pemkot Semarang ... 130

a. Peluang ……….. 131

b. Tantangan ………. 131

c. Kendala-Kendala ……….. 132

3. Promosi aset dan produk daerah ... 133

a. Promosi yang telah dilakukan ………. 134

b. Promosi melalui Cyber Marketing ……… 137

4. Analisis Kebutuhan ... 140

a. Profil SDM pada era Telematika ………. 143

b. Kualitas SDM yang diharapkan ………... 146

c. Pemberdayaan SDM Aparatur melalui pelatihan ……… 148

d. Pemasaran melalui internet ……… 152

e. Pelatihan Cyber Marketing ………. 154

C. Kajian Aplikasi Model Pelatihan Cyber Marketing... 160

1. Model Konseptual ... 165

a. Perencanaan Pelatihan …... 176

1) Penyiapan tenaga pengajar ... 177

2) Penyiapan kurikulum pelatihan ... 180

3) Penyusunan jadwal dan materi ...… 182

4) Fasilitas proses belajar mengajar ...… 186

b. Rancangan Model Konseptual Pelatihan …... 186

2. Implementasi Model Konseptual …... 191

a. Tahap Persiapan ………... 191

b. Tahap Pelaksanaan ……….. 201

c. Tahap Evaluasi ………... 209


(4)

xviii

A. Analisis Hasil Penelitian ... 219

1. Analisa SWOT ... 219

a. Kekuatan ... 220

b. Kelemahan ... 222

c. Kesempatan ... 222

d. Ancaman ... 223

2. Analisis Uji Statistik ... 224

a. Analisis Uji Tanda (Sign) ... 226

b. Analisis Uji Mc. Nemar... 228

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 229

1. Penempatan Kembali Pegawai setelah pelatihan ... 233

2. Peranan PLS sebagai alternatif pemberdayaan SDM ... 236

3. Peningkatan Kualitas SDM ... 239

4. Upaya membangun kompetensi SDM bidang Promosi ... 241

C. Temuan penelitian ………... 243

D. Implikasi Hasil Penelitian ... 245

BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 250

B. Rekomendasi ... 253

DAFTAR PUSTAKA ... 256

LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 264


(5)

xix

Tabel Halaman

2.1. Pola Ketrampilan Berdasarkan Kelompok / Golongan ... 35

2.2. Tujuan, Metode, Tempat , Materi Pelatihan dan Faktor yang Relevan ……… 46

3.1. Disain Eksperimen pre-test dan post-test ………. 93

4.1. Distribusi Pegawai berdasarkan Golongan ...………… 114

4.2. Distribusi Pegawai berdasarkan Pendidikan ... 115


(6)

xx

Gambar Halaman

1.1. Desentralisasi penggunaan komputer dan

pembagian Informasi ……… 4

1.2. Peningkatan kualitas SDM melalui Pelatihan Cyber Marketing ... 13

1.3. Kerangka Berpikir ... 26

2.1. Kebutuhan Ketrampilan Bagi Tiga Level Manajemen ... 36

2.2. Pola Dasar Pendidikan dan Pelatihan ... 36

2.3. Kinerja Organisasi ……….. 68

3.1. Arus Studi penelitian dan pengembangan ... 90

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ………... 93

4.1. Peta Kota Semarang ... 105

4.2. Proses Pemberdayaan SDM melalui Pelatihan Cyber Marketing ... 164

4.3. Model Konseptual Pelatihan Cyber Marketing ……..…. 168

4.4. Skema Aplikasi Cyber Marketing bidang Pariwisata ….. 170

4.5. Skema Aplikasi Cyber Marketing bidang Pendidikan….. 171

4.6. Skema Aplikasi Cyber Marketing bidang Investasi…….. 172

4.7. Bagan Alur Pelatihan Cyber Marketing ………. 175

4.8. Model Pengembangan Pelatihan Cyber Marketing …… 207


(7)

xxi

Grafik Halaman

4.1. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Tahun dengan Propinsi Jawa Tengah

Tahun 2001 s/d 2003 ... 109 4.2. Kontribusi Lapangan Usaha Terhadap PDRB

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993

Tahun 2000 s/d 2003 ... 110 4.3. Pendapatan Perkapita Kota Semarang

Tahun 1998 – 2003 ... 111 4.4. Laju Inflasi Kota Semarang, Jawa Tengah

dan Nasional Tahun 2000 s/d 2003 ……… 111 4.5. Kontribusi Bidang Usaha Terhadap Inflasi

Kota Semarang Tahun 2003 ... 112 4.6. Perkembangan APBD dan PAD Tahun 2000-2003 ... 113


(8)

xxii

Lampiran Halaman

1. Ijin Penelitian ………... 264

2. Kuesioner Studi Eksplorasi ………... 266

3. Kuesioner Peserta Pelatihan ………... 278

4. Kuesioner (Pre-test dan Post-test) ……….. 280

5. Alamat e-mail Instansi Pemkot Semarang ... 281

6. Surat Kerjasama Pelatihan dengan UNAKI ………. 284

7. Daftar Peserta Pelatihan ………. 286

8. Surat Kerjasama dengan RisTI Telkom Bandung ……….. 288

9. Surat Studi Banding Tentang e-Gov ………. 289


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah yang substansinya dari sentralisasi ke desentralisasi, maka terjadi otonomi seluas-luasnya dalam arti semua kewenangan pemerintah itu melekat pada daerah. Oleh karena itu kedua undang-undang tersebut membawa perubahan-perubahan yang sangat subtantif yang menyangkut beberapa hal tentang pemerintahan di daerah.

Undang-undang tersebut juga dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom. Sehingga otonomi daerah telah menjadi ketetapan dan kesepakatan nasional, yang telah dilaksanakan mulai bulan Januari 2001. Dalam pelaksanaannya undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut membawa implikasi berubahnya subtantif beberapa bidang program-program pada pemerintah daerah.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam rangka mendukung Otonomi daerah adalah :

1. Menginventarisir aktifitas / potensi daerah yang punya nilai jual untuk menarik invesment.


(10)

2. Memfasilitasi aktifitas yang berkaitan dengan potensi daerah.

3. Membentuk lembaga-lembaga jasa konsultasi peningkatan potensi daerah.

4. Menciptakan suasana kondusif didaerah, dengan mengurangi konflik-konflik intern yang dapat menghambat pengembangan usaha didaerah.

Dari hal-hal tersebut diatas bahwa otonomi daerah akan memacu dan meningkatkan motivasi mengoptimalkan potensi daerah dengan berbagai upaya yang maksimal, baik potensi alam maupun sumber daya manusia dalam menyongsong era persaingan global. Potensi tersebut harus dikampanyekan, disosialisasikan secara luas, baik melalui program

marketing public relation, marketing communication dan marketing internet

agar informasi tersebut sampai kepada target pasar yang diinginkan. Untuk itu dalam era teknologi informasi sekarang ini keberadaan SDM Aparatur Pemerintah dituntut untuk lebih profesional dalam menyelenggarakan tugas-tugas marketing. Kemajuan dibidang teknologi informasi membutuhkan aparatur yang benar-benar mempunyai semangat, kemauan serta kesanggupan untuk meningkatkan pelaksanaan tugas sesuai dengan kemajuan jaman. Disamping itu juga harus dapat secara cepat dan tepat mengantisipasi segala kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan sekaligus dalam upaya peningkatan pelayanan yang lebih berdaya guna dan berhasil guna.

Otonomi Daerah, merupakan peluang sekaligus tantangan bagi Pemerintah Daerah dengan terus mengembangkan peningkatan daya


(11)

saing penerobosan serta perluasan pasar baik regional, nasional maupun internasional. Kegiatan ini didukung oleh penyempurnaan pemantapan sarana dan prasarana; meliputi jaringan informasi pasar, peningkatan promosi serta peningkatan akses ke pasar.

Untuk dapat bersaing di era pasar nasional dan global dalam rangka menyongsong AFTA dan perdagangan bebas dunia, teknologi informasi merupakan bagian terpenting yang mutlak harus dimiliki. Perkembangan perkonomian di era bisnis global membuat perubahan mendasar dalam dunia usaha secara keseluruhan. Salah satu perubahan tercepat adalah perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi.

Pada jaman milenium dan globalisasi ini ditandai dengan semakin jelasnya dunia memasuki era informasi, mengganti era industrialisasi. Pada era tersebut kita telah berada dalam dunia yang terbuka dan tanpa batas atau sering disebut World Without Borden. Pada era ini peran IPTEK sangat dominan. Pelaksanaan berbagai kegiatan dalam era informasi akan berhasil optimal jika memiliki informasi dan pengetahuan yang memadai perihal kebutuhan yang ditawarkan, dan sesuai kegiatan yang telah, sedang dan akan dilakukannya. Peran IPTEK tersebut tak terkecuali dapat digunakan pada pelayanan di era otonomi daerah.

Perkembangan teknologi informasi telah mewarnai seluruh aspek kehidupan manusia termasuk dalam berbisnis dan berdagang. Satu ciri menonjol dari bisnis yang telah memanfaatkan teknologi informasi adalah kecepatan dan ketepatan. Tak terkecuali beberapa Pemerintah Daerah di Indonesia juga telah memanfaatkan keunggulan teknologi informasi, baik


(12)

dalam administrasi (pembukuan), pelayanan (informasi) maupun dalam produksi (penggunaan mesin berbasis komputer). Namun demikian teknologi informasi ini oleh pemerintah daerah kurang atau belum dimanfaatkan untuk marketing (lihat gambar 1.1.). Perlu diketahui bahwa Teknologi informasi memegang peran sangat penting dalam infrastruktur dunia usaha. Peran tersebut dapat dilihat pada :

1. Peningkatan pangsa pasar 2. Peningkatan image

3. Efesiensi biaya operasional 4. Efisiensi waktu, dan lain-lain.

Asisten Deputi Urusan Pengembangan e-Government Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi Djoko Agung Harjadi pada acara “The 8th Asia Pacific Conference on Communications 2002” di Institut Teknologi Bandung (ITB) menyatakan bahwa :

Gambar 1.1. Desentralisasi penggunaan komputer dan pembagian Informasi (Haag, dkk., 2004 : 20)

Data base


(13)

Kemajuan serta aplikasi teknologi informasi diyakini mampu berperan sebagai sarana untuk mempercepat pemulihan ekonomi

(economy recovery). Pengalaman menunjukkan bahwa selama multi-krisis sejak beberapa tahun lalu usaha-usaha yang memanfaatan teknologi informasi merupakan salah satu cara penguatan untuk membidik pasar global. (Haryadi, 2002 : 2)

Oleh sebab itu Pemerintah Daerah perlu diperkuat dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan intensitas promosi dalam rangka memasarkan aset dan produk daerah, sehingga lingkup pasar tidak hanya lokal tetapi juga nasional dan global. Dalam hal ini pemasaran dilakukan secara pro aktif (jemput bola), jadi tidak hanya menunggu pihak lain / investor datang baru ditawarkan atau adanya keinginan dari pihak luar tanpa adanya penawaran terlebih dahulu.

Dalam hal ini jelas diperlukan perubahan cara berpikir dan cara bertindak yang biasa dikenal dengan perubahan paradigma (paradigm shift). Pelatihan dan pengenalan teknologi informasi perlu diselenggarakan dimaksudkan untuk memperkaya wawasan Pegawai Pemerintah Daerah, sehingga paradigmanya berubah lebih sesuai dengan tuntutan bisnis global. Banyak aset dan produk yang layak jual di pasar nasional dan global, namun karena tidak diproses dan dipromosikan sebagaimana layaknya bisnis global akhirnya tidak memberikan manfaat seperti yang diharapkan.

Sangat dibutuhkan tindakan nyata dalam berbagai hal untuk mengembalikan kepercayaan investor untuk berinvestasi di daerah. Kegiatan tersebut antara lain dengan meneliti dan mengembangkan potensi dan memadukan sumber daya yang ada, sumber daya manusia


(14)

maupun teknologi informasi. Secara signifikan, dibutuhkan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang seimbang dengan peningkatan sarana, prasarana dan fasilitas berbasis teknologi informasi tersebut.

Seperti dinyatakan oleh UNESCO yang disadur Napitupulu (2001; 3 - 4) bahwa di dalam masyarakat informasi nanti, jalur pendidikan luar sekolah akan memainkan peranan yang sangat menentukan di dalam proses pembaharuan dan pembangunan bangsa. Lebih lanjut dikatakan jalur pendidikan luar sekolah merupakan jalur yang mampu meningkatkan sumber daya manusia dalam waktu yang relatif sangat singkat.

Menyikapi kondisi tersebut diatas, langkah yang harus dilaksanakan Pemerintah Daerah adalah melakukan pengembangan sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia disini adalah dengan memberikan pelatihan kepada para pegawai Pemerintah Daerah untuk dapat menggunakan teknologi informasi dalam pemasarannya, yaitu untuk meningkatkan intensitas promosi. Dalam upaya pelatihan tersebut perlu diwujudkan model pelatihan yang ideal, dengan mengembangkan model pelatihan yang sesuai dengan teknis dan instruksional yang mengacu berdasarkan peraturan yang berlaku pada Departemen Dalam Negeri (Depdagri). Hal ini sejalan dengan kebijakan Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi yang telah mengeluarkan Keputusan Menteri No. 75/M/Kp/IX/2001 tentang Kebijakan Pembudayaan Iptek Melalui Pembangunan Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Daerah, dimana dinyatakan bahwa :


(15)

Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah suatu sarana pendidikan luar sekolah yang memadukan pendidikan dengan unsur hiburan untuk memperkenalkan iptek kepada masyarakat segala usia secara mudah, menarik dan berkesan melalui kegiatan peragaan interaktif yang dapat disentuh dan dimainkan.

Pemberdayaan SDM pada dasarnya bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan efektivitas pegawai pemerintah daerah, agar semakin mampu memberikan yang terbaik dan mewujudkan tujuan organisasi. Adapun tujuan utama pemberdayaan SDM adalah untuk memperbaiki efektivitas pegawai dalam mencapai hasil-hasil kerja yang telah ditetapkan. Perbaikan efektivitas kerja dapat dilakukan dengan memperbaiki pengetahuan pegawainya, ketrampilan pegawai, maupun sikap pegawai itu sendiri terhadap tugas-tugasnya, serta untuk menutup “gap” antara kecakapan atau kemampuan pegawai dengan kecanggihan peralatan.

Pentingnya faktor manusia telah terbukti diberbagai negara maju, bahwa keberhasilan organisasi bersumber dari sumber daya manusia yang berkualitas. Langkah-langkah pengembangan SDM dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang semuanya bertujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya manusia. Seperti diungkapkan oleh French (1993 : 3) bahwa :

Manajemen sumber daya manusia sebagai penarikan, seleksi, pengembangan, penggunaan dan pemeliharaan sumber daya manusia oleh organisasi. Pengertian ini menggabungkan fungsi-fungsi operatif di bidang sumber daya manusia.

Pengembangan sumber daya manusia harus terus diupayakan, mengingat bagaimana majunya teknologi dengan peralatan-peralatan


(16)

canggihnya yang dapat menggantikan tenaga manusia, tetapi faktor manusia masih tetap memegang peranan penting bagi suksesnya suatu kegiatan / usaha. Dengan pengembangan sumber daya manusia, maka setiap sumber daya manusia memperoleh kesempatan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas kerjanya.

Pada sumber daya manusia terdapat perbedaan yang prinsipil antara individu yang satu dengan yang lain, yaitu dalam kecerdasan, jasmaniah dan rohaniah. Perbedaan tersebut menjadikan kemampuan dan kepribadian seseorang berbeda, seperti antara lain :

1. Keturunan, berpengaruh pada pembawaan. 2. Lingkungan, berpengaruh pada sifat.

3. Pengalaman, berpengaruh pada kemampuan. Flippo (1989 : 5) menyatakan bahwa :

Manajemen sumber daya manusia adalah : perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan- kegiatan pengadaan, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat.

Oleh sebab itu pemanfaatan sumber daya manusia tidak lepas dari ketrampilan dan motivasi. Supaya mereka dapat mencurahkan tenaganya seefektif mungkin, maka manusia yang bersangkutan harus mempunyai motivasi yang tinggi dan mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang pekerjaannya.

Pemerintah Daerah dalam menjalankan organisasinya khususnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan dalam menyelesaikan berbagai bidang pekerjaaan kepemerintahan menjadikan


(17)

pegawai sebagai faktor yang sangat penting, seorang pegawai tidak hanya mengkonsumir produk yang dihasilkan oleh organisasi tersebut, tetapi mereka merupakan bagian yang utama dalam pemrosesan input menjadi output.

Titik berat pelaksanaan pengembangan SDM pada Pemerintah Daerah pada umumnya terkonsentrasi pada pendidikan (Education) dan pelatihan (Training). Dari banyak faktor yang turut berperan dalam mengembangkan SDM, faktor utama yang sangat menentukan adalah pendidikan dan pelatihan tersebut. Pendidikan dan pelatihan pada dasarnya dimaksudkan untuk mempersiapkan SDM agar dalam proporsi tertentu sesuai dengan syarat-syarat yang dituntut oleh sesuatu pekerjaan/jabatan. Seperti dikatakan oleh Sumantri (2000 : 8) bahwa :

Untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan jabatan dan perkembangan ilmu dan teknologi, setiap organisasi harus membekali setiap anggotanya, dimana salah satu upaya adalah mengadakan pelatihan bagi anggota organisasi.

Faktor manusia sebagai pegawai merupakan faktor yang menentukan berhasil tidaknya organisasi. Dimana alat-alat dan perlengkapan dalam organisasi itu baru mempunyai arti jika ada yang menggunakan dan mengatur dalam penggunaannya. Kemampuan seseorang untuk bekerja, berawal dari pendidikan dan pelatihan yang dialami. Pendidikan dan pelatihan merupakan sarana bagi peningkatan pengetahuan dan keterampilan manusia serta memberikan perubahan sikap serta motivasi dalam berprestasi sehingga pekerjaannya akan semakin baik dan cepat selesai. Dalam hal ini, penekanan khusus


(18)

hendaknya ditujukan pada memperbanyak pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan inilah yang akan memainkan peranan yang semakin penting dalam menyediakan sumber daya manusia yang mumpuni, trampil dan dapat menjabarkan kebijakan yang diterapkan.

Pengertian pendidikan dan pelatihan secara tegas tidak dapat dipisahkan. Kiranya arti pengembangan pegawai telah mencakup pengertian pelatihan sekaligus pendidikan yaitu usaha meningkatkan ketrampilan maupun pengetahuan umum bagi pegawai. Sehingga pada umumnya semakin tinggi suatu jabatan semakin penting faktor pendidikan dan pelatihan sebagai syarat menduduki jabatan tersebut.

Pendidikan dan pelatihan disebut bersifat karier jika bertujuan mempersiapkan pegawai yang bersangkutan untuk tugas-tugas yang akan datang. Dalam hubungannya dengan pengembangan sumber daya manusia dan untuk kepentingan organisasi secara keseluruhan maupun individu pegawai, pendidikan dan pelatihan merupakan prakondisi yang disyaratkan. Untuk itu perlu dipersiapkan dan direncanakan program pendidikan dan pelatihan yang terpadu.

Untuk dapat maju secara memuaskan menuju tantangan yang akan datang, Pemerintah Daerah perlu melaksanakan transformasi besar pada pegawainya. Hal ini memerlukan peninjauan kembali secara menyeluruh pada sistim pendidikan dan pelatihan mereka yang ada sekarang untuk menghasilkan kualitas sumber daya manusia bagi perubahan yang semakin berkembang.


(19)

Dalam hal ini, penekanan khusus hendaknya ditujukan pada memperluas secepatnya diklat teknis dan fungsional. Jenis pendidikan dan pelatihan inilah yang akan memainkan peranan yang semakin penting dalam menyediakan sumber daya manusia yang trampil baik di tingkat bawah hingga tingkat menengah yang terampil.

Banyak kasus pelatihan didalam peningkatan sumber daya manusia yang hanya sekedar diadakan atau diprogramkan asal jalan dan tidak secara serius. Pelatihan seharusnya diarahkan pada terpeliharanya kondisi kemampuan pegawai sesuai tuntutan tugas organisasi / unit kerja dan program pengembangan bebasis tugas.

Karena kompleksnya masalah yang ditimbulkan oleh masalah sumber daya manusia dan agar langkah pengembangannya dapat lebih berhasil dengan mendatangkan hasil yang positif bagi semua pihak, terutama bagi sumber daya manusia itu sendiri, maka perlu dibuat perencanaan pelatihan yang bersifat menyeluruh dan terpadu. Arah yang dituju dengan perencanaan pelatihan tersebut adalah mendorong dan menciptakan suatu situasi yang memungkinkan sumber daya manusia didalam organisasi memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dirinya.

Dari uraian di atas dapat kita lihat, bahwa pelatihan dalam arti yang luas merupakan upaya pokok yang harus dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pegawai Pemerintah Daerah, baik untuk meningkatkan taraf pendidikan termasuk masalah pemberian pengetahuan dan ketrampilan yang lebih relevan. Dan kalau


(20)

mau efektif, upaya-upaya pelatihan ini menurut pengalaman harus dilaksanakan secara inovatif. Kalau upaya-upaya pelatihan untuk keperluan ini dilaksanakan dengan cara-cara lama, hasilnya akan begitu-begitu saja.

Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada Pemerintah Daerah tidak akan terlaksana, selama masalah pengembangan model program pelatihan yang berdimensi tiga ini : pengetahuan, ketrampilan dan etos kerja tidak terselesaikan. Keputusan mengenai susunan pengetahuan dan ketrampilan yang relevan, yang sesuai dengan tuntutan perlu diambil berdasarkan kenyataan-kenyataan yang terdapat pada Pemerintah Daerah. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini ialah bahwa kenyataan yang terdapat di berbagai lapangan ini berubah dengan sangat cepatnya.

Konsekuensi dari situasi ini ialah bahwa program pelatihan atau kurikulum yang ada perlu terus-menerus diperbandingkan dengan hasil-hasil pemantauan situasi lapangan. Hanya dengan cara inilah akan dapat tersusun program-program dan kegiatan-kegiatan pelatihan yang terus-menerus relevan. Hanya dengan cara inilah dapat dicegah timbulnya program-program dan praktek-praktek pelatihan yang menjadi ketinggalan jaman tanpa kita sadari.

Bagan pada Gambar 1.2. berikut hanya merupakan gambaran yang sangat tidak lengkap mengenai upaya pelatihan yang harus dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pegawai pada Pemerintah Daerah. Untuk menyusun suatu rancangan yang memadai mengenai


(21)

upaya pelatihan tersebut dibutuhkan kumpulan informasi yang lengkap dan relevan.

Gambar 1.2. Peningkatan kualitas SDM melalui Pelatihan Cyber Marketing

Pemerintah Daerah harus menyadari bahwa suatu organisasi yang ingin tumbuh dan terus berkembang serta dapat menghasilkan output yang lebih besar dengan mutu dan kualitas yang baik, maka untuk mewujudkan hal tersebut sumber daya manusia aparaturnya perlu mendapatkan motivasi dengan pengarahan dan pembinaan secara terus-menerus. Pembinaan disini adalah yang menyangkut peningkatan pengetahuan dan kemampuannya agar menjadi trampil dan ahli dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dimana dalam penulisan nanti hal inilah yang akan menjadi fokus pembahasan, yaitu mengenai pemberdayaan sumber daya manusia aparatur Pemerintah Daerah melalui pelatihan Cyber Marketing. SDM (kompetensiprofesional) PELATIHAN Cyber marketing Teknologi Informasi (sarana penunjang aktivitas pemasaran)

- Fleksibel - Flat - Efisien - Efektif

- Desentralisasi Strategi Organisasi

Yg mengacu pada Pencapaian kinerja Kualitas layanan publik berstandar tinggi, transparan dan akuntabel


(22)

B. Perumusan Masalah 1. Umum :

Bagaimanakah model pelatihan Cyber Marketing yang efektif untuk memberdayakan sumber daya manusia aparatur Pemerintah Daerah meningkatkan kemampuan mempromosikan aset dan produk daerah ?

2. Khusus :

a. Bagaimanakah Sistem Informasi Manajemen Daerah dikembangkan pada Pemerintah Kota Semarang ?

b. Bagaimana sistem promosi aset dan produk daerah yang sudah dilakukan Pemerintah Kota Semarang ?

c. Apakah pelatihan Cyber Marketing diperlukan bagi Aparatur SDM Pemerintah Kota Semarang ?

d. Bagaimanakah model konseptual pelatihan Cyber Marketing pada Pemerintah Kota Semarang ?

e. Apakah pelatihan Cyber Marketing pada Pemerintah Kota Semarang efektif dalam memberdayakan SDM Aparaturnya meningkatkan kemampuan mempromosikan aset dan produk daerah ?

C. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini perlu didefinisikan secara operasional beberapa kata kunci dalam penelitian. Tujuan mendefinisikan kata kunci – kata kunci dalam penelitian ini, supaya tidak mengaburkan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian. Sehingga dengan definisi secara


(23)

operasional tersebut akan dapat membatasi ruang lingkup pembahasan yang akan diuraikan dalam penelitian nantinya. Kata kunci – kata kunci dalam penelitian ini sesuai dengan judul penelitian yang diajukan, yaitu : model, pelatihan, cyber marketing, pemberdayaan, sumber daya manusia, peningkatan, kemampuan, promosi serta aset dan produk daerah. Definisi operasional dari istilah-istilah tersebut akan diuraikan satu per satu sebagai berikut :

1. Model

Model merupakan representasi sederhana mengenai aspek-aspek yang terpilih dari kondisi masalah yang disusun untuk tujuan-tujuan tertentu. Model itu dapat membantu membedakan hal-hal vang esensial dan yang tidak esensial dari situasi masalah. Model juga merupakan alat artifisial untuk menyusun secara imajinatif dan menginterpretasikan pengalaman seseorang tentang situasi masalah.

Dunn (1999: 233) menegaskan bahwa setiap orang menggunakan model secara konstan. Setiap orang dalam kehidupan pribadi dari bisnisnva secara naluriah menggunakan model-model untuk membuat keputusan. Citra mental tentang dunia di sekeliling yang dibawa ke dalam pikiran adalah model. Semua keputusan kita diambil atas dasar model tersebut.

Model yang dikembangkan melalui penelitian ini ialah representasi sederhana tentang program pendidikan luar sekolah di bidang pelatihan, lebih dilihat sebagai sebuah sistem bukan sebagai institusi atau sebagai gerakan.


(24)

2. Pelatihan

Pelatihan adalah kegiatan untuk memperbaiki kemampuan pegawai dengan cara meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan operasional dalam menjalankan promosi dengan internet. Dapat diakatakan bahwa pelatihan merupakan suatu proses pembinaan pengertian dan pengetahuan terhadap sekelompok fakta, aturan serta metode yang terorganisasikan dengan mengutamakan pembinaan kejujuran dan ketrampilan operasional. (Soeprihanto, 1997; 85)

Tujuan utama dari pelatihan disini adalah memastikan bahwa secepat mungkin pegawai pemerintah daerah dapat mencapai tingkat kemampuan kerja dalam menggunakan teknologi informasi (internet) untuk mempromosikan aset dan produknya. Pelatihan akan membentuk dasar dengan menambah ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memasarkan atau mempromosikan aset dan produk daerah tersebut melalui internet.

3. Cyber Marketing

Cyber Marketing adalah pemasaran lewat internet, bahwa jejaring (network) komputer yang terhubung dalam sambungan tak terbatas membentuk rangkaian global yang disebut internet. Jejaring tersebut akan membentuk halusinasi yang merupakan penggambaran grafis dari data-data yang diambil dari setiap “komputer” yang ada di dalam manusia, kemudian membentuk “ruang” dalam pikiran manusia yang berupa


(25)

konstelasi data. Ruang tersebut dinamai Cyber (cyberspace), yang di dalamnya sangat mungkin dilakukan berbagai kegiatan, diantaranya adalah pemasaran (PT. Global Info Perkasa, 2001 : 1).

Cyber Marketing (pemasaran melalui internet) menggambarkan di dalamnya tergabung penghuni yang saling berkomunikasi. Mereka biasa berkomunikasi via e-mail, chating dan situs yang di dalamnya dapat disisipi berbagai pesan baik berupa tulisan, gambar, atau suara.

4. Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah membantu seseorang untuk memahami dan mengontrol perkembangan pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka meningkatkan harkat keberadaanya di tengah pegawai pada suatu pemerintah daerah.

Proses pemberdayaan diatas tersebut dapat dilihat sebagai proses dan sebagai hasil. Pemberdayaan sebagai proses adalah suatu gerakan atau upaya yang dilakukan secara sadar, sistematis dan terarah dengan memanfaatkan potensi dari pegawai oleh pemerintah daerah dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan derajat dan harkat kehidupan mereka.

Pemberdayaan sebagai hasil adalah tumbuhnya pemahaman, sikap, kesadaran serta kemampuan pegawai mengontrol lingkungan mereka untuk kepentingan kehidupan mereka dan kepentingan yang lebih besar.


(26)

5. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai modal (non material / non finansial) di dalam organisasi, yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi.

Investasi yang paling penting bagi suatu instansi adalah sumber daya manusia (pegawai), dimana pegawai merupakan kunci keberhasilan instansi agar tetap survive dan berkembang dengan baik. Agar pegawai yang dimiliki dapat memberikan kontribusi yang maksimal, maka pegawai perlu dikembangkan.

Armstrong (1994 : 207) dalam bukunya "Manajemen Sumber Daya Manusia", memberikan pengertian program pengembangan sumber daya manusia membantu memastikan bahwa organisasi tersebut mempunyai orang-orang ahli dan berpengetahuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dengan melatih pegawai untuk memperoleh tingkat kemampuan yang diperlukan..

6. Peningkatan

Peningkatan berasal dari kata dasar tingkat yang artinya lapis dari suatu yang tersusun. Peningkatan diartikan ada ketingkatan, ada kenaikan dengan derajatnya, taraf, mempertinggi, memperhebat untuk produksi atau pengangkatan diri, mengangkat diri (Poerwodarminto, 1985 : 887).

Dari pengertian diatas maka yang dimaksud dengan peningkatan adalah sesuatu yang sengaja diadakan, dibuat atau dijadikan melalui


(27)

suatu usaha dari suatu keadaan yang belum ada menjadi ada atau dari yang belum baik menjadi baik. Dengan demikian bahwa kata peningkatan mengandung faktor-faktor sebagai berikut :

a. Adanya kegiatan atau usaha. b. Adanya rencana.

c. Adanya tujuan yang ingin dicapai. d. Adanya perubahan untuk perbaikan.

Dari uraian diatas dimaksud peningkatan kemampuan dalam penelitian ini adalah usaha yang mengarah pada kegiatan perbaikan potensi atau kecakapan dan ketrampilan yang dimiliki dalam melaksanakan promosi.

7. Kemampuan

Kemampuan adalah menunjukkan potensi untuk melaksanakan tugas yang dapat dilaksanakan atau tidak. Hal ini berarti daya atau kekuatan yang terdapat pada seseorang. Dengan kata lain kemampuan digunakan untuk menunjukkan apa yang dapat dikerjakan oleh seorang pegawai, apakah seorang pegawai itu mengerjakan atau tidak.

Sejalan dengan apa yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam konsep kemampuan kerja terkandung pengertian kekuatan mental, yaitu kekuatan yang ada pada diri seseorang yang memungkinkan ia berbuat atau mengerjakan sesuatu, serta pengertian di atas hanya mencakup pada kekuatan mental saja tanpa mencakup kemampuan phisik seseorang untuk berbuat. Di sini modal, kecakapan,


(28)

ketangkasan, ketrampilan atau modal lain merupakan faktor dari seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan.

8. Promosi

Promosi disini adalah suatu publisitas aset dan produk daerah yang mempunyai arti komersial. Metode promosi dilakukan dengan menggunakan internet dapat mencapai pembeli yang potensial, karena cara penyampaiannya sedemikian rupa sehingga dapat diterima sebagai suatu berita yang baru. (Assauri, 1996: 258)

Dengan meningkatnya teknologi informasi dewasa ini merupakan indikator peluang yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan promosi kepada masyarakat luas atau dalam era persaingan global. Dengan penggunaan teknologi informasi yang tepat dapat merupakan pendukung yang baik untuk menyakinkan masyarakat nasional maupun internasional mengenai aset dan produk daerah yang ditawarkan. Dengan mengikuti secara terus menerus perubahan teknologi informasi dengan jalan membuat variasi yang inovatif akan dapat menjadi indikator peluang untuk menarik perhatian masyarakat.

9. Aset dan Produk Daerah

Aset dan Produk Daerah adalah segala sesuatu milik daerah yang dapat ditawarkan ke pasar yang dapat dikonsumsi / digunakan / dipinjam guna memenuhi kebutuhan / keinginan, baik berupa ujud fisik, jasa, tempat, organisasi, atau gagasan.


(29)

Produk adalah merupakan suatu konsep yang rumit, yang harus dirumuskan dengan hati-hati dan merupakan segala sesuatu yang bisa ditawarkan kepada sebuah pasar agar diperhatikan, diminta, dipakai atau dikonsumsikan sehingga mungkin memuaskan keinginan atau kebutuhan. (Kotler, 1993)

Aset dan produk daerah mempunyai karakteristik tersendiri dan tidak dapat disamakan dengan jenis aset dan produk yang lain. Faktor yang berpengaruh terhadap aset dan produk daerah sangat komplek dan bervariasi. Dimana aset dan produk daerah ini akan berbeda antara daerah yang satu dengan yang lainnya. Aset dan produk yang dimaksudkan disini adalah semua aset dan produk yang ada di wilayah suatu daerah tersebut, jadi tidak hanya asset dan produk yang milik pemerintah daerah saja. Tetapi seluruh aset dan produk yang ada di daerah tersebut, dalam hal ini aset dan produk milik swasta.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka manfaat yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Dari segi teoritis :

Memberikan sumbangan pemikiran teori-teori ilmu pendidikan di bidang Pendidikan Luar Sekolah, khususnya di bidang pelatihan dengan memberi sumbangan informasi tentang konsep pemberdayaan sumber daya manusia melalui pelatihan Cyber Marketing.


(30)

2. Dari segi praktis :

Penelitian ini bagi SDM aparatur Pemerintah Daerah diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :

a. Adanya kesadaran dan perubahan pola pikir pegawai Pemerintah Daerah untuk mau menggunakan teknologi informasi dalam memasarkan atau mempromosikan aset dan produk daerahnya sesuai dengan tuntutan globalisasi, sehingga mengembangkan kinerja Pemerintah Daerah di bidang pemasaran.

b. Meningkatnya pengetahuan pegawai Pemerintah Daerah bahwa dengan menggunakan Cyber Marketing efisiensi dan kinerja pemasarannya akan lebih efektif, baik dari segi manajemen, administrasi, terlebih lagi dalam hal akses informasi, termasuk akses promosi kedalam pasar nasional dan global.

c. Adanya motivasi yang tinggi dari Pejabat Pemerintah Daerah untuk memfasilitasi pengelola Badan Usaha dan Aset-aset daerah, Kantor Pengolah Data Elektronik, Kantor Informasi dan Komunikasi, Bagian Umum serta unit-unit kerja yang terkait dengan pemasaran aset dan produk dengan perangkat keras dan lunak teknologi informasi.

d. Pegawai Pemerintah Daerah sudah mampu menerapkan dasar-dasar teknologi informasi seperti halnya : telah mampu melaksanakan administrasi pemasaran dengan komputerisasi, menggunakan e-mail dan chating dalam berkomunikasi dan mencari pasar, dengan menggunakan jasa Web site / Situs untuk mempromosikan aset dan produk daerah.


(31)

e. Pegawai pada Pemerintah Daerah mampu memanfaatkan situs daerah untuk perkembangan pemasarannya yaitu mempromosikan aset dan produk daerah, dengan selalu merubah atau mengganti informasi yang disajikan sesuai dengan kondisi yang ada atau terbaru.

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk menghasilkan suatu model pelatihan Cyber Marketing yang efektif untuk memberdayakan sumber daya manusia aparatur Pemerintah Daerah dalam meningkatkan kemampuan mempromosikan aset dan produk daerah.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui bagaimanakah Sistem teknologi informasi yang dikembangkan pada Pemerintah Kota Semarang.

b. Untuk mengetahui sistem promosi aset dan produk daerah yang sudah dilakukan Pemerintah Kota Semarang.

c. Untuk mengetahui apakah pelatihan Cyber Marketing diperlukan bagi Aparatur Pemerintah Kota Semarang.

d. Untuk mengetahui model konseptual pelatihan Cyber Marketing pada Pemerintah Kota Semarang.

e. Untuk mengetahui efektifitas Model pelatihan Cyber Marketing yang dapat memberdayakan SDM aparatur Pemerintah Kota Semarang meningkatkan kemampuan mempromosikan aset dan produk daerah.


(32)

F. Kerangka Berpikir

Dengan diberlakukannya Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah dan Undang-Undang nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, maka hal ini merupakan peluang dan tantangan bagi Pemerintah Daerah untuk mengembangkan daerahnya.

Untuk itu dalam pengembangan daerah pada era otonomi dan persaingan global ini Pemerintah Daerah perlu didukung teknologi informasi. Namun kenyataannya di Indonesia, teknologi informasi oleh Pemerintah Daerah hanya digunakan untuk produksi, administrasi dan pelayanan publik dan belum digunakan untuk promosi (pemasaran). Dalam hal ini apabila Pemerintah Daerah mau menggunakan teknologi informasi untuk pemasarannya, maka akan lebih mudah, lebih sederhana dan lebih baik.

Dalam penggunaan teknologi informasi untuk pemasaran / promosi tersebut Pemerintah Daerah harus menyiapkan infrastruktur, database dan sumber daya manusianya. Beberapa daerah saat ini telah memiliki infrastruktur dan database teknologi informasi (internet), namun untuk sumber daya manusia yang mampu menggunakan internet untuk pemasaran masih kurang atau bahkan belum ada. Sehubungan hal tersebut perlu pemberdayaan pegawai Pemerintah Daerah dalam hal pemasaran lewat internet melalui pelatihan Cyber marketing.

Dengan pelatihan Cyber marketing diharapkan sumber daya manusia yang ada pada pemerintah daerah :


(33)

a. Mempunyai kemampuan berpromosi tinggi b. Dapat efektif & efisien dalam promosi

c. Mempunyai kesadaran / perubahan pola pikir mau menggunakan TI Sehingga dengan pelatihan Cyber marketing akan terjadi Peningkatan kinerja pada Pemerintah Daerah dalam bidang pemasaran.

Pada pelaksanaan pelatihan tentang Cyber Marketing ini, terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah awal yang bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui kebutuhan dasar pegawai Pemerintah daerah terhadap Teknologi Informasi, misalnya dengan melakukan survei terhadap para pegawai pemerintah daerah. Kemudian setelah itu menetukan target peserta, untuk memilih pegawai yang ditunjuk menjadi peserta pelatihan. Setelah itu dilakukan observasi, wawancara dan melihat dokumen guna mencari dan menentukan metode serta bentuk pelatihan yang ideal untuk diterapkan kepada para peserta pelatihan tersebut, agar nantinya sasaran yang diinginkan dapat tercapai.

Dalam perkembangannya, pihak trainer / pelatih, selalu melakukan pengawasan terhadap jalannya konsultasi dan pelatihan, agar materi-materi dan modul yang diberikan dapat diterima oleh para peserta pelatihan (pegawai Pemerintah Daerah yang ditunjuk), yang selanjutnya dapat diterapkan atau diimplementasikan oleh masing-masing peserta pelatihan. Setelah diimplementasikan, maka perlu diketahui dan dianalisis bagaimana sikap dan persepsi peserta setelah mengikuti pelatihan. Dari analisa akan dapat diketahui hasil atau output pelatihan dan dampak apa yang dapat dilihat pada organisasi.


(34)

Peluang

Tantangan

Era persaingan global

Gambar 1.3. Kerangka Berpikir Tantangan :

I nf rast rukt ur Dat abase SDM Easier Simpler Better PEMERINTAH DAERAH UU N O. 32

Thn 2003 & UU NO. 25

Thn 1999

TEKN OLOGI I N FORMASI

PEMBERDAYAAN SDM PELATI HAN CYBER MARKETI NG SDM

- kemampuan ber pr omosi t inggi - ef ekt if & ef isien dalam pr omosi - kesadar an / per ubahan pola pikir

mau menggunakan TI

ORGANISASI

Peningkat an kinerja dlm bidang pemasaran

- administrasi

- produksi

- pelayanan publik


(35)

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian yang berkaitan dengan pelatihan ini, peneliti menggunakan metode atau cara tertentu. Sehingga dengan penggunaan metode tersebut peneliti dapat melakukan penelitian secara berencana, sistematis dan mengikuti konsep ilmiah. Dimana dalam metode penelitian tentang pelatihan ini, peneliti mengumpulkan data dan fakta yang berkaitan dengan kemampuan yang diharapkan dan kemampuan yang dimiliki oleh sumber daya manusia aparatur Pemerintah Daerah; dalam rangka peneliti menghasilkan atau mengembangkan materi / bahan pembelajaran program pelatihan Cyber Marketing. Dengan pelatihan Cyber Marketing tersebut diharapkan tujuan pemberdayaan sumber daya manusia aparatur Pemerintah Daerah dapat tercapai secara efektif dan sesuai tuntutan kebutuhan.

A. Pendekatan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan peneliti adalah menggunakan pendekatan kualitatif dan diperkuat dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif berpijak pada asumsi bahwa dunia, realitas, situasi dan peristiwa yang terjadi sebagai obyek suatu studi tentang perilaku manusia dan fenomena sosial, seharusnya dipandang dengan cara yang bermacam-macam dan oleh orang yang berbeda-beda, serta dipahami melalui pendekatan humanistik (Nasution, 1988 : 12).

Dimana type kajian yang digunakan adalah bersifat deskriptif-analitik. Penelitian bersifat deskriptif biasanya mempunyai dua tujuan.


(36)

tertentu atau frekuensi terjadinya aspek fenomena sosial tertentu. Yang kedua adalah untuk mendiskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu. Penelitian seperti ini biasanya dilakukan tanpa hipotesa yang telah dirumuskan secara ketat. Adakalanya menggunakan hipotesa tetapi bukan untuk diuji secara statistik. (Singarimbun dan Effendi, 1987 : 4)

Sedangkan secara analitik, penelitian ini dianalisa dengan menggunakan suatu metode untuk diuji secara statistik dan hasilnya untuk memperkuat jawaban secara deskriptif (kualitatif) dari permasalahan yang diajukan dalam penelitian, yaitu untuk mengetahui perbedaan antara peserta pelatihan sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Research and Development (R & D) atau penelitian dan pengembangan. Menurut Borg dan Gall yang disadur oleh Muchtar (2002 : 73-74) menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan adalah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk pendidikan. Dimana yang dimaksud produk pendidikan tidak hanya obyek-obyek material untuk pengajaran saja; tetapi juga termasuk bangunan prosedur dan proses, seperti metode mengajar atau metode pengorganisasian pengajaran. Wujudnya dapat berupa tujuan belajar, metode, kurikulum, evaluasi, baik perangkat keras, lunak, maupun cara atau prosedurnya. Dengan tujuan akhir dari R & D


(37)

lama untuk meningkatkan kinerja pelatihan. Dengan hasil R & D tersebut proses pelatihan menjadi lebih efektif dan atau lebih efisien, atau lebih sesuai dengan tuntutan kebutuhan.

Dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Tahap I : Studi Pendahuluan

Metode penelitian eksplorasi dengan desain penelitian deskriptif analitik, penulis mengumpulkan data deskriptif sebanyak-banyaknya dan menuangkannya dalam bentuk laporan dan uraian. Dalam penelitian ini aktivitas analitik dilakukan sepanjang proses penelitian.

Pada penelitian eksplorasi ini melalui tahapan sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan

b. Tahap Survei Pendalaman c. Tahap Analisis Kebutuhan.

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk mengadakan studi pendahuluan. Dengan persiapan yang dilakukan akan lebih memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian. Setelah persiapan telah matang dilakukan survey pendalaman, dengan cara mengumpulkan data-data tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan aparatur Pemerintah Kota Semarang dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi khususnya pada aparatur yang berkaitan dengan bidang pemasaran produk dan aset daerah.


(38)

data riil di lapangan dan lebih jauh lagi bersifat menerangkan atau menjelaskan bagaimana kegiatan pemasaran produk dan aset daerah dilakukan pada Pemerintah Kota Semarang pada masa sekarang. Sehingga dari survey pendalaman ini dapat dianalisis kebutuhan pelatihan yang cocok bagi aparatur Pemerintah Kota Semarang yang bersifat praktis dan aplikatif. Oleh karena itu survey pendalaman dalam penelitian bidang pelatihan ini berguna untuk mengetahui kompetensi apa yang dibutuhkan oleh aparatur Pemerintah Kota Semarang, dengan jalan merencanakan penyusunan program pelatihan secara “intentional survey” yaitu suatu survey untuk mengetahui kesenjangan antara kompetensi yang seharusnya dikuasai dalam melaksanakan tugas di unit kerjanyanya masing-masing dalam pemasaran aset dan produk daerah. Dari sini akan diketahui sejauh mana sumber daya manusia aparatur Pemerintah Kota Semarang dalam melakukan pemasaran aset dan produk daerah.

2. Tahap II : Penyusunan Model Konseptual

Metode penelitian dan pengembangan (R & D) dengan desain 11 Tahap Sistem Pembelajaran. Dengan desain tersebut bahwa untuk menghasilkan model program pendidikan luar sekolah dalam hal pelatihan, maka peneliti secara empirik menghasilkan model program.

Perancangan program pelatihan ini dengan jalan menerapkan pendekatan sistem yaitu dengan desain 11 tahap Sistem Pembelajaran,


(39)

komponen berikut :

a. Menentukan tujuan pelatihan.

b. Penentuan mata pelajaran - mata pelajaran dan analisis terhadap tujuan pelatihan.

c. Menentukan kelompok calon peserta dengan mengindentifikasi kemampuan awal dari calon peserta pelatihan yang akan menerima pelajaran.

d. Merumuskan tujuan atau tingkat hasil belajar yang ingin dicapai dengan menentukan kawasan belajar tertentu dari setiap mata pelajaran.

e. Menentukan tes dari setiap mata pelajaran dengan mendasarkan pada tingkat hasil belajar yang telah ditentukan untuk setiap mata pelajaran.

f. Pengembangan materi pelajaran untuk setiap mata pelajaran. g. Pengembangan strategi pembelajaran.

h. Pengembangan evaluasi formatif untuk setiap mata pelajaran.

i. Evaluasi sumatif untuk mengetahui manfaat mengikuti pelatihan dalam mendukung pelaksanaan tugas.

j. Evaluasi instansional untuk mengetahui manfaat mengikuti pelatihan bagi lembaga / instansi pengirim peserta pelatihan.

k. Pengembangan alat revisi program.

Penelitian terhadap pelatihan ini untuk menjawab pertanyaan penting sebagai berikut :


(40)

pegawai Pemerintah Kota Semarang ke arah yang telah ditentukan sebelumnya yang diinginkan ?

b. Dalil-dalil apakah yang dapat dirumuskan yang dapat diterapkan terhadap kondisi pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan ?

c. Bagaimanakah efektifitas model pendidikan dan pelatihan yang akan dilakukan ?

Moekijat (1994 : 56) mengatakan untuk menjawab perilaku manusia telah berubah atau belum adalah bahwa seseorang dihubungkan dengan kriteria. Untuk itu dalam pnelitian ini akan diketahui apakah perilaku pegawai pemerintah daerah telah berubah atau belum setelah mendapatkan pelatihan.

Dalam tahapan penelitian dan pengembangan (R&D) pelatihan ini akan memodifikasi arahan dari Borg dan Gall (1979 : 626), namun tetap menjamin validitas proses dan temuannya. Tahapan-tahapan tersebut yaitu :

a. Meneliti dan mengumpulkan informasi, tentang kebutuhan pengembangan.

b. Merencanakan prototipe komponen yang akan dikembangkan, termasuk mendefinisikan ketrampilan yang akan dikembangkan, merumuskan tujuan, menentukan urutan kegiatan dan membuat skala pengukuran khusus.

c. Mengembangkan prototipe awal.


(41)

dilakukan revisi terhadap model awal. f. Melakukan ujicoba lapangan.

g. Melakukan revisi produk, berdasarkan hasil lapangan dan analisis data.

h. Melakukan uji coba lapangan secara operasional.

i. Dilakukan revisi akhir terhadap model. Langkah ini dilakukan bila peneliti dan pihak terkait menilai proses dan produk yang dihasilkan model teiaii memuaskan.

j. Melakukan diseminasi dan penyebaran kepada berbagai pihak.

3. Tahap III : Implementasi Model

Metode penelitian eksperimental melalui desain eksperimental semu, yaitu untuk menguji efektivitas dan memvalidasi secara empirik terhadap model konseptual yang telah dihasilkan. Temuan dari validasi empirik ini akan digunakan untuk menghasilkan model konseptual dan model ini merupakan produk akhir penelitian. Pada penelitian ini menggunakan model yang digunakan adalah Model pra-eksperimental satu kelompok dengan pre-test dan post-tes (one group pretest-posttest design) dari Borg dan Gall (1979 : 536), seperti terlihat pada gambar berikut.


(42)

subyek yang sama.

Subyek Pre-test Post-test

K O 1 X O 2

Desain eksperimen pre-test dan post-test dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik kelompok tunggal. Teknik ini mensyaratkan bahwa individu-individu yang sama digunakan dalam percobaan pada semua tahap penelitian (Moekijat, 1994 : 60). Kelompok tunggal tersebut diamati sebelum diberi pelatihan dan dan sesudah diberi pelatihan diamati kembali. Dari pengamatan tersebut adakah akibat dari adanya perlakuan pelatihan yang telah diberikan.

Dengan cara melakukan pre-test sebelum diberi pelatihan dan post-tes setelah diberi pelatihan (one group pretest-posttest design) untuk melihat perbedaan antara responden (peserta pelatihan) sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Pengamatan sesudah pelatihan dimaksudkan untuk melihat akibat dari perlakuan pelatihan yang telah diberikan.

Pre-test ini dilakukan terhadap para peserta pelatihan, dimana kegiatan ini dilakukan hari pertama pada waktu pembukaan pelatihan dimulai, yaitu sebelum para peserta diberi perlakuan. Dalam melakukan pre-test ini para calon peserta pelatihan diberi kuesioner untuk diisi dan berlangsung dalam waktu yang telah ditentukan. Seperti telah disampaikan dimuka, bahwa kuesioner yang diberikan adalah kuesioner


(43)

diolah untuk diketahui hasilnya berdasarkan hasil tiap-tiap individu dan hasil kelompok peserta tersebut. Setelah dilakukan pre-test, maka perlakuan pelatihan Cyber Marketing dilaksanakan terhadap kelompok belajar dengan implementasi pengembangan pelatihan dilakukan selama proses penelitian berlangsung.

Post-test atau tes akhir diberikan pada kelompok belajar dengan waktu yang diberikan dan jenis kuesioner sama dengan yang diberikan pada pre-test. Dimana pelaksanaan post-test dilakukan pada hari akhir pelatihan Cyber Marketing. Dari data post-test yang terkumpul dibandingkan dengan data pre-test, kemudian dianalisis untuk mengetahui kondisi riil yang terjadi dengan adanya pelatihan.

Berikut ini adalah prosedur dari studi model pelatihan Cyber marketing pada gambar 3.1. berikut.


(44)

Penyusunan Model (konseptual)

Gambar 3.1. Arus study penelitian dan pengembangan model pelatihan

STUDI KEPUSTAKAAN

EMPIRIK Studi Pendahuluan

- Persiapan

- Survey

- Analisis Kebutuhan

Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan

Tahap Evaluasi Design 11 Tahap Sistem Pembelajaran

VALIDASI MODEL

UJI COBA MODEL

REVISI MODEL

EVALUASI MODEL MODEL YANG

DIREKOMENDASIKAN

REVISI ATAU REDUKSI


(45)

Lokasi penelitian adalah di Pemerintah Kota Semarang Propinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan bahwa Kota Semarang dari penilaian Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) bekerjasama dengan The Asia Foundation pada tahun 2003 merupakan kota yang menduduki urutan 10 (sepuluh) di Indonesia sebagai kota daya tarik investasi. Hal ini sangat mengejutkan karena pada tahun sebelumnya (2002), Kota Semarang menduduki tempat pertama dari kota-kota besar yang ada di Indonesia.

Berdasar kenyataan tersebut diatas, salah satu cara yang akan ditempuh ialah aset dan produk Kota Semarang perlu dipromosikan ke berbagai pihak; baik regional, nasional maupun internasional agar investor mau datang atau tertarik untuk menanamkan investasinya di Kota Semarang. Untuk itu sumber daya manusia yang ada pada Pemerintah Kota Semarang perlu diberdayakan untuk meningkatkan kemampuan mempromosikan aset dan produk daerahnya. Pemberdayaan SDM aparatur disini adalah melalui pelatihan Cyber Marketing.

C. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian di bidang pelatihan penentuan populasi dan pengambilan sampel penelitian merupakan langkah yang sangat penting. Penentuan populasi dan pemilihan sampel yang tidak tepat atau salah sasaran, akan menyebabkan hasil penelitian yang diinginkan juga tidak tepat dan salah sasaran. Sehingga penentuan populasi dan pemilihan


(46)

digeneralisasikan, karena populasi dan sampel erat kaitannya dengan sumber data (Depdagri, 2002 : 6).

Penentuan populasi dalam penelitian ini didasarkan pada kebutuhan pelatihan yang akan dilakukan. Dimana populasi ini merupakan subyek penelitian di bidang pelatihan Cyber Marketing. Untuk itu populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SDM aparatur Pemerintah Kota Semarang yang dapat menggunakan internet.

Pengambilan sampel dilakukan sedemikian rupa, sehingga diperoleh sampel yang dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Sehingga pemilihan sampel peserta pelatihan dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling (sampel terpilih atau sampel yang bertujuan) sebanyak 10 pegawai Pemerintah Kota Semarang, yang dipilih berdasarkan kemampuan mengoperasikan komputer atau internet dan dari unit-unit kerja yang berkompeten pada bidang pemasaran aset dan produk daerah, seperti : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Pemberdayaan Aset Daerah (BKPM PB&A), Bagian Perekonomian Setda, Bagian Umum Setda, Bagian Pembangunan Setda, Kantor Informasi dan Komunikasi (Infokom), Kantor Pengolah Data Elektronik (PDE), Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Pendidikan.


(47)

Sampel diteliti

Gambar 3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

D. Teknik pengumpulan data

Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa dalam penelitian ini menggunakan tiga desain penelitian secara reguler, maka untuk pengumpulan data yang dibutuhkan digunakan teknik dan instrumen penggali data yang bervariasi sesuai dengan desain penelitian yang dilakukan.

Secara umum teknik pengumpulan data analisis kebutuhan pelatihan dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu : teknik tes dan teknik non-tes (bukan tes). Kedua teknik pengumpulan data tersebut digunakan dalam penelitian ini. Untuk teknik pengumpulan data dengan tes dengan cara mengajukan serentetan pernyataan atau pelatihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang dimiliki seseorang / aparatur yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian.

Sedangkan pengumpulan data pelatihan adalah dengan teknik non-tes dan dilakukan melalui kuesioner. Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Sebuah kuesioner adalah daftar pertanyaan yang harus

POPULASI

SAMPEL

Disimpulkan


(48)

tentang keadaan / data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap, ketrampilan atau pendapatnya (Depdagri, 2002 : 19).

Untuk mengoptimalkan pengumpulan data dalam penelitian ini dengan penggunaan kuesioner, maka dalam penyusunannya ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :

a. mengidentifikasi permasalahan, kendala dan hambatan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (tupoksi).

b. Melakukan analisis visi, misi dan fungsi berdasarkan tugas pokok yang ada pada daerah.

c. Melakukan analisis misi, fungsi dan tugas berdasarkan realita di lapangan. Dalam hal ini perlu diadakan survey awal atau pendahuluan.

d. Menyusun kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas, baik berdasarkan tupoksi maupun realita di lapangan.

e. Menyusun butir pernyataan atau pertanyaan dalam bentuk tertutup maupun terbuka.

f. Melakukan uji coba instrumen untuk memperoleh instrumen yang memiliki validitas dan reliabilitas.

1. Penelitian eksplorasi

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian eksplorasi (pendahuluan) tersebut menggunakan tiga cara, yaitu :


(49)

- Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tak berstruktur (unstructured interview) yang terdiri dari dua teknik, yaitu teknik wawancara terarah (directed interview) dan wawancara tidak terarah (nondirected interview) terhadap para pejabat Pemerintah Kota Semarang baik pada pejabat unit kerja pelaksana meliputi : Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Kepala Badan koordinasi Penanaman Modal Pemberdayaan BUMD dan Aset Daerah, Kepala Badan Kepegawaian Daerah, Kepala Kantor Pengolah Data Elektronik (PDE) dan Kepala Kantor Informasi dan Komunikasi ataupun pejabat pengambil kebijakan yaitu Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Semarang.

b. Pengamatan peranserta dan tidak berperan serta (participant and nonparticipant observation)

- Dengan teknik ini, dalam peran pengamatan sebaiknya kehadiran peneliti tidak mengganggu komunitas subyek yang diteliti, sehingga mereka tidak akan memanipulasi perilakunya. Dimana pengamatan dilakukan pada pegawai Pemerintah Kota Semarang maupun institusi yang berkaitan dengan penanganan aset dan produk daerah.

c. Studi Dokumentasi

- Data dokumentasi hanya digunakan sebagai data pelengkap dari data yang telah diperoleh melalui wawancara dan pengamatan. Dokumentasi dalam penelitian kualitatif biasanya dianggap


(50)

berkaitan dengan model pelatihan Cyber Marketing untuk pemberdayaan SDM pegawai Pemerintah Kota Semarang. Selain itu data dokumentasi ini juga kita dapatkan dari hasil studi banding ke beberapa daerah kaitannya dengan infrastruktur yang digunakan untuk Cyber Marketing.

2. Penelitian dan Pengembangan (R & D)

Pengumpulan data dalam penelitian ini yang digunakan adalah : a. Teknik pencatatan kejadian (anecdotal record)

- Pencatatan kejadian dilakukan terhadap proses pelatihan dengan rencana tindak lanjutnya. Pencatatan kejadian dilakukan secara kronologis maupun yang bersifat tematik.

b. Dokumentasi.

- Dokumentasi dilakukan terutama terhadap dokumen-dokumen tertulis yang dihasilkan dari pelatihan. Dokumen yang dikumpulkan itu antara lain berupa dokumentasi administrasi dari catatan masukan tertulis atau yang ditulis oleh peneliti, saran-saran, dan pertanyaan dari para peserta pelatihan cyber marketing.

Berdasarkan data-data yang dikumpulkan dari catatan kejadian dan dokumentasi itu selanjutnya digunakan formulasi dan refleksi untuk mengembangkan dan menyempurnakan draf-draf model pelatihan yang


(51)

maka penggalian dan pengukuran data dilakukan secara kualitatif.

3. Penelitian Eksperimental

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan dua cara sebagai berikut :

a. Wawancara.

- pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab ditujukan kepada sumber narasi yang terpilih (indepth interview), baik pengajar maupun peserta pelatihan.

b. Angket

- pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan (kuesioner) yang diberikan kepada peserta pelatihan. Angket adalah suatu daftar yang berisi sejumlah pertanyaan yang diberikan kepada subyek penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan kondisi-kondisi subyek yang hendak diselidiki. Daftar pertanyaan yang digunakan hanya meminta responden untuk memilih salah satu jawaban dari sekian jawaban (alternatif). Dari kuesioner itulah, penulis dapatkan data primer untuk dianalisa.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian di bidang pelatihan banyak macam instrumen yang dapat digunakan. Penggunaan salah satu instrumen ada kelebihan


(52)

adalah dengan penggunaan beberapa instrumen penelitian, sehingga data dan informasi yang dikumpulkan lebih lengkap dan komprehensif. Namun pada umumnya untuk kebutuhan dalam analisis kebutuhan pelatihan aparatur di lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah digunakan bentuk Kuesioner (tertutup dan terbuka).

1. Validitas Instrumen

Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. Jenis validitas yang dipakai oleh peneliti adalah validitas logis. Sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas logis apabila instrumen tersebut secara analisis akal, sudah sesuai dengan isi dan aspek yang diungkapkan. Instrumen yang sudah sesuai dengan isi, dikatakan sudah memiliki validitas isi, sedangkan instrumen yang sudah sesuai dengan aspek yang diukur dikatakan sudah memiliki validitas konstruksi.

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah ketepatan dari suatu alat ukur untuk menguji reliabilitas instrumen peneliti umumnya menggunakan teknik paralel (paralel form) atau teknik test. ulang (test re-test ).

a. Teknik Paralel.

Jika peneliti memilih teknik tes paralel untuk menguji reliabilitas instrumen maka sejak awal peneliti sudah menyusun dua perangkat instrumen yang paralel, yaitu dua buah instrumen yang disusun


(53)

harus dapat dicarikan pasangannya dari instrumen yang kedua. Kedua instrumen tersebut diujicobakan semua. Dengan demikian maka peneliti mengeteskan dua buah tes sebanyak dua kali. Sesudah kedua uji coba terlaksana, maka hasil kedua instrumen tersebut dilihat korelasinya.

b. Teknik Test Ulang.

Dengan menggunakan teknik pertama dengan sendirinya peneliti harus menyusun dua perangkat instrument. Peneliti pada umumnya berkeberatan melakukan hal seperti ini. Hal ini dapat dipahami menyusun seperangkat instrumen saja sulit, apalagi dua perangkat. Untuk menghindari pekerjaan doubel ini peneliti dapat menggunakan cara kedua yang disebut teknik test-retest atau bentuk test ulang. Hasil atau skor atau nilai pertama dan kedua kemudian dikorelasikan untuk mengetahui besarnya indeks reliabilitas.

F. Pengolahan dan Analisa Data 1. Penelitian Eksplorasi

Pada penelitian ini sulit dipisahkan antara kegiatan pengolahan data dan analisa data, karena keduanya berjalan simultan sampai didapatkan bentukan data yang diterima oleh semua pihak sebagai sebuah kebenaran obyektif.

Pengolahan data dilakukan dengan cara memilah dan mengelompokkan data berdasarkan klasifikasi data. Tahapan Klasifikasi data adalah sebagai berikut :


(54)

atau topik yang mencakup data.

b. Mencatat kata-kata, ungkapan dan rangkaian peristiwa guna menampilkan pola, tema dan topik tersebut.

c. Merekonstruksi pola, tema atau topik menjadi deskripsi konsep, alur ataupun teori utuh.

2. Penelitian dan Pengembangan (R & D)

Pengolahan data penelitian ini dilakukan melalui pendekatan reflektif inkuiri. Pendekatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan kebenaran data melalui pengkajian secara berulang-ulang dengan menambah, mengurangi, melengkapi atau memadukan komponen dan antar komponen, sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam proses pengolahan dan validasi menyatakan persetujuannya terhadap kesatuan atas unit data yang di analisis. Untuk penelitian kualitatif ini analisa data juga dengan teknik taksonomi dan domain, serta dilakukan secara cyclical. Pada penelitian tahap ini analisis dilakukan sepanjang penelitian, yang bertujuan untuk mendapatkan model yang dinilai paling tepat dengan kondisi dan situasi atau sesuai kebutuhan yang diharapkan oleh Pemerintah Kota Semarang.

Miles dan Huberman (1984 : 23) menyatakan ada tiga tahapan yang dikerjakan dalam pengolahan dan analisa data, yaitu :


(55)

- atau disebut koleksi data dalam penelitian kualitatif adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Untuk semua ini peneliti membuat catatan yang lengkap dan terperinci agar memudahkan peneliti dalam menganalisa data tersebut.

b. Data reduction

- reduksi data adalah mencatat kembali dalam bentuk laporan yang terperinci sambil mengoreksi kembali kelengkapan data tersebut.

c. Data display

- data display adalah usaha melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu dari data penelitian.

d. Conclusion / drawing verification

- konklusi data atau verifikasi yaitu usaha mencari pengertian dari data yang telah dikumpulkan untuk kegunaan analisis lebih lanjut.

3. Penelitian Eksperimental

Pada tahapan analisis penelitian Eksperimental dilakukan dengan cara melaksanakan pengumpulan, pemilahan dan pengolahan serta penganalisaan berbagai data baik yang bersifat kualitatif (non numerik)

maupun kuantitatif (numerik).

Teknik analisis data yang dipergunakan peneliti dalam penelitian eksperimental ini adalah :


(56)

kuesioner (angket) serta dari pencatatan kejadian yang diperlukan dianalisa secara deskriptif analitik, yaitu menganalisa masalah dalam penelitian yang diujudkan dalam kualitas. Dimana analisa dilakukan selama pelatihan dan sepanjang penelitian.

b. Analisa kuantitatif; pada analisa ini data yang dihasilkan dari jawaban kuesioner pre-test dan post-test yang masih berupa data kualitatif, untuk selanjutnya ditranformasikan menjadi data kuantitatif.

Untuk melakukan analisis kuantitatif dilakukan dengan cara analisis inferensial, yaitu untuk mengetahui dampak dari pelatihan dan perbedaan antara dua variabel. Perubahan dan perbedaan tersebut baik responden sebelum dan sesudah pelatihan dengan menggunakan analisis Uji Tanda (Sign Test) dan Uji Mc. Nemar.

Pada penelitian pra-eksperimental ini bersifat korelasional, dimana analisis dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu : 1) Uji Tanda (Sign Test).

Uji ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara peserta sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan. Untuk itu nilai atau score dari kuesioner yang telah diisi peserta sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan dibandingkan dan dianalisis. Perbandingan dua sample yang berhubungan diartikan sebagai sebuah sample subyek yang sama dan dengan pengukuran yang sama. Dalam hal ini dua sample yang berhubungan satu dengan yang lain adalah peserta sebelum mengikuti pelatihan dan sesudah mengikuti pelatihan.


(57)

Uji ini adalah untuk mengetahui apakah pelatihan yang diberikan telah mampu mengubah persepsi / sikap peserta terhadap promosi melalui cyber marketing. Uji ini adalah untuk membandingkan atau melihat perbedaan responden sebelum mengikuti pelatihan dengan responden sesudah mengikuti pelatihan. Responden sebelum mengikuti pelatihan dan sesudah mengikuti pelatihan diberi kuesioner yang sama, sehingga jawaban dari masing-masing kelompok dianalisis hasilnya untuk membandingkan apakah kelompok yang sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan terdapat perbedaan.

Dalam melakukan kedua analisis tersebut digunakan analisis uji dengan bantuan program komputer SPSS (Statistical Package for Social Science), yaitu untuk melakukan pengujian terhadap data yang dikumpulkan. Hasil pengujian itu kemudian disimpulkan untuk keperluan generalisasi pada populasi.

Alat ukur data primer yang biasanya bersifat kualitatif, dengan skala likert ditransformasikan menjadi kuantitatif :

- Untuk untuk uji Tanda (Sign Test) akan diukur dengan 4 (empat) gradasi, berdasarkan nilai / skor dari angket digradasikan nilai rata-rata 0 sampai dengan 3.

- Untuk uji Mc. Nemar dengan menggunakan 2 (dua) jenjang yaitu berupa angka skor yang bernilai 0 (nol) dan 1 (satu).


(58)

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Hasil Penelitian

Dari penelitian dan pengembangan (R&D) dengan pendekatan desain 11 tahap sistem pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam pelatihan Cyber Marketing ini. Berdasarkan pelaksanaan pelatihan tersebut, untuk mengetahui hasilnya peneliti melakukan analisa apakah aparatur SDM pada Pemerintah Kota Semarang setelah mengikuti pelatihan sudah sesuai dengan keinginan yang diharapkan yaitu dapat meningkatkan kemampuan mempromosikan aset dan produk daerah.

Sesuai dengan rancangan penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, bahwa dalam penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif dan diperkuat dengan uji statistik. Dimana secara deskriptif akan dianalisis dengan menggunakan Analisa SWOT, sedangkan untuk uji statistik digunakan analisis Uji Tanda (Sign) dan Uji Mc. Nemar. Berikut adalah analisis SWOT dan uji statistik tersebut.

1. Analisa SWOT

Dalam hal ini analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity

dan Threats) yang dilakukan dengan mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman terhadap Sumber Daya Manusia (SDM) peserta pelatihan. Menurut Hunger dan Wheelen (1993 : 12) menyatakan bahwa :


(59)

The factor are most importanceto the corporation’s future are refered to as strategic factors and summarized with the acronym S.W.O.T, standing for Strength, Weaknesses, Opportunities, and Threats.”

Analisis SWOT mengembangkan strength (kekuatan),

weaknesses (kelemahan), opportunities (kesempatan) dan threats

(ancaman). Pendekatan ini berusaha mengembangkan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan internal organisasi (Looking In) dengan memperhatikan kesempatan-kesempatan dan ancaman-ancaman yang ada dari lingkungan eksternal (Looking Out). Komponen SWOT tersebut akan dibahas berikut ini satu per satu.

a. Kekuatan

Berdasarkan hasil penelitian, ditemui ada yang sangat menarik dalam persepsi peserta setelah mengikuti pelatihan sudah banyak menunjukkan perubahan yang berarti. Faktor yang menjadi kekuatan dalam pembinaan SDM pegawai Pemerintah Kota Semarang setelah pelaksanaan pelatihan Cyber Marketing adalah :

1) Perilaku pegawai setelah mengikuti pelatihan dapat memberikan kontribusi untuk pengembangan organisasi.

2) Seleksi masuk sebagai kebijakan mengikuti pelatihan Cyber Marketing telah memenuhi harapan.

3) Kualitas kinerja pegawai yang telah mengikuti pelatihan sangat baik, mereka tidak mempunyai keraguan dalam menyelesaikan tugas di bidang promosi melalui internet.


(60)

4) Metode yang dipergunakan dalam melaksanakan proses belajar mengajar dalam persepsi peserta telah dapat membangkitkan keakraban emosional dan memberikan kepercayaan intelektual, dan prosesnya telah diupayakan disesuaikan dengan kondisi riil pada Pemerintah Kota Semarang .

5) Substansi kurikulum menyentuh seluruh kebutuhan organisasi di bidang promosi aset dan produk daerah.

Sedangkan menurut persepsi peserta terhadap tenaga pengajar, yang menarik dalam pelatihan diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Tenaga pengajar yang dapat memunculkan masalah dari peserta; 2) Menghargai pendapat peserta;

3) Memberi kesempatan diskusi; 4) Menggunakan metode andragogi; 5) Menyajikan materi secara sistematis; 6) Materi sesuai dengan waktu yang tersedia;

7) Menyampaikan materi sesuai dengan masalah di lapangan; 8) Menampilkan humor sebagai selingan supaya tidak mengantuk; 9) Dasar keilmuannya luas dan dalam.

Kualitas kinerja pegawai di bidang promosi setelah bertugas kembali menunjukkan kemampuan melaksanakan Cyber Marketing dengan rasa percaya diri dan inovatif. Dengan demikian kita telah memiliki kekuatan-kekuatan berupa SDM yaitu sejumlah pegawai yang telah dilatih dan ketrampilan kompetitif yang baik.


(1)

258

Gibson, et al. (1984). Organisasi dan Manajemen. Jakarta : Edisi empat, Penerbit Erlangga.

Global Info Perkasa, PT. (2001). Pengantar Cyber Marketing. Jakarta : Hand out pelatihan.

Haag, et. all. (2004). Management Information Systems for The Information Age. Boston : Mc. Graw Hill Irwin.

Handoko, H. (1989). Manajemen Personalia dan Sumber daya manusia. Yogyakarta : Edisi Kedua, Penerbit BPFE.

Hanson, W. (2000). Pemasaran Internet. Jakarta : Salemba Empat.

Harjadi, D.A. (2002). Teknologi Informasi dibutuhkan pada era global. Bandung : Harian Metro Bisnis, 19 Desember 2002.

Hasibuan. M. (1994). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Penerbit CV. Haji Masagung Cetakan Ketiga.

Hersey, P and Blanchard, K.H. (1980). Managemen of Organizational Behavior ; Utilizing Human Resources. New Delhi : Prentice – Hall of India Private Limited.

Hunger. D.J. dan Wheelen, T.L. (1993). Strategic management. Addison - Wesley Publishing Company , Inc.

Indrajit, R.E. (1998). Metodologi: Penyusunan Cetak Biru Pengembangan Sistem Informasi. http://www.indrajit.org : Pusat Studi Sistem Informasi Teknik Informatika Universitas Trisakti Jakarta.

Indriawan, I. dan Storada, N. (2004). Bisnis Internasional. Semarang : Galaksi Nusindo.

Inixindo. (2000). Management Information System. Jakarta : exam@inixindo.co.id.

Johannes, J. (2002). e-Government Sebagai Solusi Terbaik Pelayanan Bagi Masyarakat. Jakarta : PT. Microsindo Pratama.

Judantoro, D. (2001). Penggunaan Teknologi Informasi dalam Era OTDA di Pemkot Semarang. Semarang : KPDE Pemkot Semarang.

JUK Nasional. (2003). Rakornas Lapenkop dan JUK. Maumere : Makalah 21-10-2003.


(2)

259

Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi yang telah mengeluarkan Keputusan Menteri No. 75/M/Kp/IX/2001 tentang Kebijakan Pembudayaan Iptek Melalui Pembangunan Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Daerah.

Kauftman, R. (1985). Educational System Planning. New Jersey : Prentice Hall.

Kementerian Komunikasi dan Informasi RI. (2003). Panduan Penyelenggaraan Situs Web Pemerintah Daerah. Jakarta.

Khadhik, M. (2003). Problem Solving : Sumber Daya Manusia di Pemerintah Kota Semarang. Semarang : Makalah, BKD Pemkot Semarang.

Kindervatter, S. (1979). Non Formal Education as An Empowering Process. Massachusets : Center for International Education University of Massachusets.

Kotler, P. (1993). Marketing Management. Jakarta : Terjemahan, Edisi Ketujuh FEUI.

Mardiyanto. (2004). Aparat Negara Diminta Bersifat Profesional. Semarang : Harian Suara Merdeka, 22 Maret 2004 hal. 18.

Martoyo, S. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Penerbit BPFE.

Marwansyah dan Mukaram. (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Pusat Penerbit Administrasi Niaga Politeknik Negeri Bandung.

Menko, R. (2002). Pemanfaatan Teknologi Informasi di Indonesia. Bandung : Makalah Seminar Nasional Industri Berbasis TI.

Michael, A.W. (1995) Facing Reality. Virginia : Yearbook of The Association For Supervison and Curriculum Devolopment, Alexandria.

Miles dan Huberman. (1984). Qualitative Data Analysis : A Sourcebook of New Methods. California : Sage Publication Inc.

Moekijat. (1994). Metode Riset Dalam Pelatihan. Bandung : CV. Mandar Maju.


(3)

260

Muchtar, H.S. (2002). Pengembangan Model Pendidikan Kewiraswastaan Dalam Muatan Lokal Pada Kelompok Belajar Paket B Setara SLTP. Bandung : Disertasi UPI Bandung.

Napitupulu. (2001). PLS dalam Memasuki Abad Teknologi Informasi. Jakarta : Makalah Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia.

Nasution. (1988). Metode Penelitian Naturalistik. Bandung : Tarsito.

Nasution, S. (1994). Pengembangan Kurikulum. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Ndraha, T. (1999). Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Nicholls, E. (1985). A Primer Social Case Work. New York and London, Columbia University Press.

O’Donohue, W. and Leonard, K. (1995). Psychological Skill Training. Handbook of psychological skill training. A Longwood Profesional Book, USA.

Oetami, P.W. (2002). Kajian Strategis peran Human Resources Management. Jakarta : Forum Manajemen Prasetya Mulya, Thn. XVI, No.76 april 2002.

Osborne dan Plastrik. (2000). Memangkas Birokrasi. Jakarta : Terjemahan, Penerbit PPM.

Pemda Tk. II Semarang. (1995) Analisis Kebutuhan Pegawai. Semarang : Badan Kepegawaian Daerah.

Peraturan Daerah Nomor 1, 2, 3 dan 4 Tahun 2001 tentang Struktur Organisasi dan Tatalaksana (SOT) Pemerintah Kota Semarang Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Program Pembangunan Daerah (Properda) Kota Semarang Tahun 2001-2005.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kota / Kabupaten.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatlhan Jabatan Pegawai Negeri Sipil.


(4)

261

Poerwodarminto. (1985). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Penerbit Balai Pustaka.

Prijono, O.S. dan Pranarka. (1996). Pemberdayaan – Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta : CSIS.

Purbo, O.W. (1996). Internat Bukan Sesuatu yang Mahal. ELEKTRO ONLINE and INDOSAT NET : Elektro Indonesia, Edisi ke Empat Oktober 1996, Profil-3.htm.

Ramelan, A.K. (2002). Pembagian Aset di Era Otonomi Daerah. Yogayakarta : Majalah Suara MEP, Vol 2, No. 6, Januari 2002.

Rogers, E.M. (1983). Diffusion of Innovaion. New York : The Free Press A Division of Macmillan Publ. Co. Inc.

Rosset, A. dan Joseph. W.A. (1987). Training Needs Assessment. Anglewood Cliffs - New Jersey : Prentice Hall Inc.

Rosset, A. (1991). Needs Assessment. Anglewoods, London : Library Unlimited Inc.

Rusman. (2004). Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Pendidikan. Bandung : Jurnal Teknologi Pendidikan Edutech, Thn.3, Vol. 3, No. 1, Februari 2004.

Santoso, S. (2004). Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta : Pt. Elex Media Komputindo edisi kelima.

Sanusi, A. (1994). Memakmurkan Sistem Manajemen Bagi Tenaga Kependidikan yang Berbobot Nilai Kategorikal dan Instrumental. Bandung : Makalah Seminar Profesionalisasi Manajemen Nasional Pendidikan Indonesia.

Senge, P.M. (1996). Disiplin Kelima. Semarang : Alih Bahasa Ir. Nunuk Adiarni, MM, Bina Aksara.

Setiawan. I. (2003). Pelaksanaan Pelatihan Calon Instruktur Senam Aerobik. Semarang : Tesis, PPS UNNES Semarang.

Sikula, A.E. (1981). Personnel Administration and Human Resources Management. John Wiley and Sons, Inc.

Singarimbun, M. dan Effendi, S. (1987), Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES.


(5)

262

Soeprihanto, J. (1996). Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan. Yogyakarta : BPFE.

Soewarso. (2003). Pengadaan video Profil Peluang dan Potensi Investasi di Kota Semarang. Semarang : Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat UNDIP Semarang.

Stewart, A.M. (1998). Empowering People (Pemberdayaan Sumber Daya manusia). Yogyakarta : Kanisius.

Stufflebeam, D.L. et al. (1985). Conducting Educational Needs Assesment. United State of Amerika : Kluwer Nijhoff Publishing. Sudjana, D. (1985). Strategi Kegiatan Belajar Mengajar dalam pendidikan

Luar Sekolah, Bandung : Nusantara Press.

---. (1989). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipasif dalam Pendidikan Luar Sekolah. Bandung : Nusantara Press.

---. (1991). Pendidikan Luar Sekolab, Wawasan, Sejarah, Perkembangan, Falsafah dan Faktor Pendukungnya. Bandung : Nusantara Press.

---. (1992). Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah. Bandung : Nusantara Press.

Sugiono. (1997). SIM Dalam Tinjauan Akademis. Semarang : Lokakarya Sistem Informasi Manajemen, Propinsi Jawa Tengah.

Sumantri, E. (2001). Pendidikan Untuk Menghadapi Kemajuan IPTEK dan Persaingan Global. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Sumantri, S. (2000). Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung : Fak. Psikologi Unpad.

Suyanto, M. (2004). Analisis dan Desain Aplikasi Multimedia untuk Pemasaran. Yogyakarta : Penerbit Andi Offset.

Swasono, Y. dan Sulistyaningsih. E. (1993). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : CV. Izufa Gempita.

Syahrizal. (2001). Strategi Evaluasi Pelatihan : Upaya Meningkatkan Produktivitas Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Majalah Ekobis Vol. 2 No. 2, Mei 2001.


(6)

263

Timothy, J. & Bretz, Jr. R.D. (1994), Political Influence Behavior and Career Succes. Journal of Management 20 ( 1 ). 43 – 46.

Tohardi, A., (2002). Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Mandar Maju.

Trisnamansyah, S. (1986). Pengantar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta : Karunia Universitas Terbuka.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.

Undang-Undang Nomor 25 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah.

Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Wahab, A. (2002). Membangun Kemampuan Manajemen Pendidikan

Melalui Pemanfaatan Teknologi Komunikasi dan Informasi. Garut : Orasi Ilmiah Wisuda X STKIP Garut dan Wisuda I AMIK Garut.

Wahyudi, B. (1991). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung.

Wardjono. (1996). Investasi Sumber Daya Manusia Sebagai Upaya Peningkatan Produktivitas Kerja. Semarang : Majalah Geman Stikubank, Oktober 1996.

Yuliana. O.Y. (2000). Penggunaan Teknologi Internet Dalam Bisnis.

Surabaya : Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi - Universitas Kristen Petra, Journals / Accounting ? Account 02-01-00-4.htm. Zoeltom, A. dan Rozy, F. (2003). Ketika e-Government Mencari Jati


Dokumen yang terkait

Implementasi Kebijakan dalam Pengadaan Sumber Daya Aparatur Pemerintah Daerah (Studi Pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara)

0 63 85

Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2010-2012

1 40 140

Analisis Keragaman Fenotifik 47 Aksesi Sumber Daya Genetik Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Asal Kamerun

2 60 88

Analisis Kinerja Pemerintah Daerah Di Daerah Pemekaran (Studi Pada Pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir)

1 36 105

Upaya Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Melalui Penerimaan Retribusi Pelayanan Pasar Pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah Kabupaten Karo

9 107 77

Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia Dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Pemerintah Daerah (Survei Pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Kota Bandung)

17 109 57

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN DENGAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PESAWARAN

0 4 4

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR PEMERINTAH DAERAH ipi59786

0 0 34

PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN, PELATIHAN, PENDAMPINGAN APARATUR PEMERINTAH DAERAH, DAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PENERAPAN ACCRUAL BASIS DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN JEPARA (StudiEmpiris Pada Organisasi Perangkat Daerah Kabupate

0 0 16

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DALAM PENGADAAN SUMBER DAYA APARATUR PEMERINTAH DAERAH

0 0 13