PERSEPSI REMAJA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN KOREAN WAVE DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Remaja Surabaya Terhadap Tayangan Korean Wave Sebagai Budaya Populer di Indosiar).

PERSEPSI REMAJ A SURABAYA TERHADAP
TAYANGAN KOREAN WAVE DI INDOSIAR
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Remaja Surabaya Terhadap
Tayangan Korean Wave Sebagai Budaya Populer di Indosiar)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai per syar atan memper oleh
Gelar Sar jana pada FISIP UPN “Veter an” J awa Timur

Oleh:
INDRIANA SAPRITA
NPM. 08 43010 182

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
J URUSAN ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

“PERSEPSI REMAJ A SURABAYA TERHADAP
TAYANGAN KOREAN WAVE DI INDOSIAR”
“(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Remaja Surabaya Terhadap
Tayangan Korean Wave Sebagai Budaya Populer di Indosiar)”

Disusun Oleh:
INDRIANA SAPRITA
NPM. 08 43010 182
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
Pada tanggal 14 Juni 2012
Menyetujui,
Tim Penguji:
1. Ketua

PEMBIMBING UTAMA


J uwito, S.Sos, M.Si
NPT. 3 6704 95 0036 1
2. Sekretaris

Dr s. Syaifuddin Zuhr i, M.Si
NPT. 370069400351

Drs. Syaifuddin Zuhr i, M.Si
NPT. 370069400351
3. Anggota

Drs. Kusnar to, M.Si
NIP. 19580801 198402 1001
Mengetahui,
DEKAN

Dr a. Ec. Hj. Supar wati, M.Si
NIP. 195507181983022001


iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK
INDRIANA SAPRITA. PERSEPSI REMAJA SURABAYA TERHADAP
TAYANGAN KOREAN WAVE DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Kualitatif
Tentang Persepsi Remaja Surabaya Terhadap Tayangan Korean Wave Sebagai
Budaya Populer di Indosiar)
Perhatian penelitian ini adalah bagaimana persepsi remaja Surabaya
terhadap tayangan Korean Wave sebagai budaya populer di Indosiar berdasarkan
banyaknya tayangan bernuasa Korea di televisi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan pemahaman remaja mengenai tayangan Korean Wave, yang dapat
digunakan untuk mempengaruhi remaja agar mau melestarikan budaya Indonesia.
Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan
menggunakan teori S-O-R. Dari analisis data diketahui bahwa persepsi remaja
terhadap tayangan Korean Wave adalah positif dilihat dari penerimaan Korean
Wave oleh remaja. Hasil penelitian menyatakan bahwa drama Korea menjadi
tayangan Korean Wave yang paling sering dilihat dan disukai oleh remaja karena

memiliki kualitas bagus dan ciri khas menarik dan.

ABSTRACT
INDRIANA SAPRITA. SURABAYA’S TEENAGERS PERCEPTIONS TO
KOREAN WAVE IMPRESSION IN INDOSIAR (Qualitative Descriptive Study
about Surabaya’s Teenagers Perceptions to Korean Wave Impressions as an
Popular Culture in Indosiar).
This research interest is how Surabaya’s teenagers perceptions to Korean
Wave impression as an popular culture in Indosiar based on lots of Korean Wave
impression nuance in television. Purpose of this research is to gain an
understanding of teenagers about Korean Wave impression, which can be used to
influence teenagers to have a will to perserve Indonesian culture.
This research method is qualitative deskriptif using S-O-R theory. From
the data analysis, known that teenagers perceptions of the Korean Wave
impression is positive, seen from the Korean Wave acceptance by teenagers. This
research result clarify that Korean drama become the most frequently seen and
liked by teenagers because have it has a good qualities and attractive characteristic
Keyword : persepsi, remaja, Korean Wave, budaya populer.

xiii


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan
rahmat-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul
PERSEPSI REMAJA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN KOREAN
WAVE DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Remaja
Surabaya Terhadap Tayangan Korean Wave Sebagai Budaya Populer Di
Indosiar).
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini,
diantaranya:
1.

Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP Rektor UPN ”Veteran” Jawa Timur.

2.


Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si Dekan FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur.

3.

Juwito, S.Sos, M.Si Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN
“Veteran” Jawa Timur.

4.

Drs. Syaifuddin Zuhri, M. Si, selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih atas
bimbingan dan saran dalam proses penyusunan skripsi ini.

5.

Keluarga Tercinta, Papa, Mama, Uni atas doa dan dukungannya baik moral
maupun materiil.

6.


Sigit Supriyo a.k.a Coffe, kakak sekaligus teman terbaik dari yang terbaik atas
semangat, inspirasi dan motivasinya.

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7.

Lulut Nilot Palasari teman seperjuangan dalam proses Skripsi, Hwaiting
Chingu!!

8.

My extraordinary friends: Lulut, Risca, Ajeng, Mbak Rere, Mas Akhmad,
Zero, Desi, Lutfi dan juga Ak. Family atas semangat, inspirasi dan
motivasinya. Tidak lupa terima kasih juga Laboratorium Ak. UPN Radio.

9.


Geng Ceria atas dorongan semangatnya: Eztyo, Nanang, Irul, Donnie yang
tidak pernah lelah bertanya “Kapan skripsi? Kapan sidang? Kapan lulus?”

10. Super Junior Yesung untuk semangat dan isnpirasinya. Gamsahabnida Oppa.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna.
Penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah
pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.

Surabaya, 21 April 2012
Penyusun

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI


Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN ..........................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................

iii

KATA PENGANTAR ......................................................................

iv

DAFTAR ISI .....................................................................................

vi


DAFTAR GAMBAR ..........................................................................

x

DAFTAR TABEL ..............................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................

xii

ABSTRAK ..........................................................................................

xiii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ..........................................................

1

1.2. Rumusan Masalah .....................................................

13

1.3. Tujuan Penelitian ......................................................

15

1.4. Manfaat Akademia ...................................................

15

1.5. Manfaat Secara Praktis .............................................

16

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi Massa ......................................................

17

2.2. Televisi ........................................................................

19

2.3. Persepsi .......................................................................

24

2.3.1. Pengertian Persepsi ............................................

24

2.3.2. Jenis Persepsi .....................................................

26

2.3.3. Karakteristik Persepsi ........................................

27

2.3.4. Proses Persepsi ..................................................

28

2.3.5. Persepsi dan Budaya ..........................................

29

2.4. Budaya Populer ...........................................................

31

2.4.1. Pengertian Budaya Populer ...............................

31

2.4.2. Ciri-ciri Budaya Populer ....................................

37

2.5. Korean Wave ...............................................................

40

2.5.1. Pengertian Korean Wave ...................................

40

2.5.2. Awal Mula Korean Wave ..................................

42

2.5.3. Produk-produk Korean Wave ............................

44

2.6. Remaja ........................................................................

47

2.6.1. Pengertian Remaja .............................................

47

2.6.2. Remaja dan Tokoh Idolanya ..............................

49

2.7. Pengaruh .....................................................................

52

2.7.1. Pengertian Pengaruh ..........................................

52

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.8. Teori S-O-R ................................................................

51

2.9. Kerangka Berpikir .......................................................

53

BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian ............................................................

56

3.2. Definisi Operasional ...................................................

57

3.2.1. Remaja .............................................................

58

3.2.2. Persepsi ...........................................................

59

3.2.3. Korean Wave, Produk-produk Korean Wave,
Tayangan Korean Wave ..................................

60

3.3. Subyek atau Informan Penelitian ................................

62

3.4. Lokasi Penelitian .........................................................

63

3.5. Instrument Penelitian ..................................................

64

3.6. Teknik Pengumpulan Data ..........................................

64

3.7. Teknik Analisis Data ...................................................

67

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gamaran Umum Objek Penelitian ..............................

69

4.1.1. Gambaran Umum Surabaya ............................

69

4.1.2. Gambaran Umum Remaja ...............................

70

4.1.3. Gambaran Umum Korean Wave .....................

73

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2. Identitas Informan .......................................................

74

4.3. Penyajian Data ............................................................

76

4.4. Hasil Penelitian ...........................................................

77

4.4.1. Deskripsi Persepsi Remaja Surabaya Terhadap
Korean Wave Secara Um ...................................

77

4.4.2. Deskripsi Persepsi Remaja Surabaya Terhadap
Produk-produk Korean Wave Secara Umum ....

88

4.4.3. Deskripsi Persepsi Remaja Surabaya Terhadap

BAB V

Tayangan Korean Wave Secara Umum .............

101

4.5. Pembahasan .................................................................

115

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .................................................................

116

5.2. Saran ...........................................................................

117

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................

118

LAMPIRAN .......................................................................................

121

ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Sejak beberapa tahun terakhir, tidakkah masyarakat diherankan dengan
apa yang disajikan berbagai media massa saat ini? Ya, hampir disetiap media
massa di Indonesia baik elektronik maupun cetak menyuguhkan berbagai hal
bernuansa Korea. Hal ini erat kaitannya dengan fenomena Korean Wave yang
sedang terjadi berbagai belahan dunia saat ini.
Gelombang Korea/ Demam Korea/ Korean Wave atau yang lebih dikenal
dengan sebutan Hallyu merupakan istilah buatan yang memiliki makna
pengaruh budaya modern Korea di negara-negara lain di dunia termasuk salah
satunya Indonesia. Istilah-istilah tersebut bukanlah hal yang asing lagi didengar
saat ini. Karena berbagai media massa dan masyarakat di dunia tengah
memperhatikan dan membicarakan fenomena ini yang tanpa sadar ikut
mengkonsumsinya.
Merebaknya Korean Wave di negara-negara di dunia telah menunjukkan
adanya aliran budaya populer dari Korea ke negara-negara tetangganya.
Terlepas dari dampak panjang yang akan terus berlanjut, Korean Wave memang
suatu fenomena tersendiri dalam dunia industri hiburan modern. Dalam situasi

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

dunia pada saat pertukaran informasi terjadi hampir tanpa halangan apa pun,
Korea telah menjejakkan pengaruhnya di seluruh dunia.
Penyebaran budaya populer ini tidak lepas dari peran media massa
terutama media televisi. Televisi merupakan bagian dari salah satu media
komunikasi massa. Televisi yang muncul di masyarakat di awal dekade 1960an, semakin lama semakin mendominasi komunikasi massa. Sebagai media
massa. televisi memang memiliki kelebihan dalam penyampaian pesan
dibandingkan dengan media massa lain. Pesan-pesan melalui televisi
disampaikan melalui gambar dan suara secara bersamaan (sinkron) dan hidup,
sangat cepat (aktual) terlebih lagi dalam siaran langsung (live broadcast) dan
dapat menjangkau ruang yang sangat luas (Wahyudi, 1986: 3).
Televisi biasa juga dikatakan sebagai “kotak ajaib” dunia. Dikarenakan
penyuguhan informasinya sangat menarik dengan menampilkan gambar, suara,
warna dan kecepatan yang menjadi favorit sejak awal penemuannya. Televisi
karena sifatnya yang audiovisual merupakan media yang dianggap paling
efektif dalam menyebarkan nilai-nilai yang konsumtif dan permisif.
Di Indonesia saja hampir di setiap stasiun televisi menyuguhkan berbagai
program acara hiburan bernuansa Korea seperti program acara musik, drama
dan film. Drama Korea menjadi produk Korean Wave paling digemari
masyarakat karena penayangannya yang paling sering dari produk-produk
Korean Wave lainnya. Sebelumnya peneliti telah mengamati salah satu channel

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

nasional di Indonesia yang sering menayangkan drama Korea. Salah satunya
adalah Indosiar, sekitar mulai pukul 12.00 hingga 18.00 drama Korea
ditayangkan setiap harinya dari hari Senin hingga Jum’at. Sedangkan, program
acara musik asli Korea Music Bank hanya disuguhkan setiap hari sabtu dan
minggu selama satu setengah jam. Hal ini kemudian diikuti oleh stasiun televisi
lainnya dengan ikut menampilkan drama dan program acara musik di stasiun
televisinya.

Untuk

drama

Korea,

stasiun

televisi

lain

yang

juga

menayangkannya adalah ANTV dan Bchannel, sedangkan untuk acara musik
adalah ArekTv dan MHTV namun dengan durasi yang tidak sebanyak Indosiar.
Hal ini lah yang mendasari peneliti untuk menjadikan stasiun televisi Indosiar
sebagai subyek penelitian dalam melihat pengaruh Korean Wave sebagai
budaya populer terhadap persepsi remaja Surabaya
Bukan hanya program acara televisi saja, iklan pun tak luput dari
serangan Korean Wave ini. Beberapa tahun terakhir ini masyarakat Indonesia
telah mengenal dan menggunakan merk-merk produk elektornik Korea yang
bahkan menggunakan model Korea asli seperti Samsung yang dibintangi oleh
Hyun Bin dan LG dibintangi oleh Super Junior, lalu berbagai macam merek
transportasi Korea seperti salah satunya Hyundai, bahkan sampai peralatan
rumah tangga seperti magic-jar bermerk Yong Ma, produk kecantikan
contohnya Simis, alat olahraga Double Power yang tidak semua orang
menyadari bahwa alat-alat tersebut bermerk Korea.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Seperti yang kita ketahui bahwa manusia tergantung akan adanya
informasi. Dan saat ini media massa memudahkan manusia untuk mengakses
informasi yang berada disekitarnya (lokal, nasional, internasional) dengan lebih
mudah, murah, dan cepat yang berarti media massa secara sadar atau tidak telah
berperan membantu terjadinya aliran budaya populer. Hal ini dikarenakan
melalui media massa lah orang-orang kreatif punya tempat yang tepat. Media
massa dapat memperkaya masyarakat dengan menyebarkan karya kreatif dari
manusia seperti karya sastra, musik, dan film. (Vivian, 2008: 505). Dimana
karya-karya kreatif tersebut termasuk beberapa produk budaya populer.
Bahkan, bisa dikatakan bahwa dengan media massa-lah budaya populer Korean
Wave memasuki semua sudut negara-negara di dunia. Dengan kata lain,
disadari atau tidak, sebagian masyarakat Indonesia sudah terpengaruh dengan
Korean Wave.
Media seringkali menyerap budaya populer untuk kepentingan isi dan
bentuknya. Budaya tersebut tercermin dalam media dan kadang kala
ditampilkan dalam bentuk yang telah disesuaikan oleh rakyat sendiri (Denis Mc
Quail 1991: 38). Hal ini dikarenakan budaya populer mengandalkan unsur
kesenangan dan hiburan, dan salah satu fungsi media massa adalah untuk
menghibur khalayaknya (to entertain).
Pada awalnya kajian tentang budaya populer tidak terlepas dari peran
Amerika Serikat dalam memproduksi dan menyebarkan budaya populer.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Negara itu telah menanamkan akar yang sangat kuat dalam industri budaya
populer, antara lain melalui Music Television (MTV), McDonald, Hollywood,
dan industri animasi mereka (Walt Disney, Looney Toones, dll). Namun,
perkembangan selanjutnya memunculkan negara-negara lain yang juga berhasil
menjadi pusat budaya populer seperti Jepang, Hongkong, Taiwan, dan kini
Korea Selatan,.
Budaya populer sendiri merupakan efek dari globalisasi. Globalisasi
merupakan fenomena khusus yang bergerak terus dalam masyarakat global dan
merupakan bagian dari proses manusia global itu sendiri. Globalisasi
meleburkan budaya barat dan budaya timur menjadi satu dan tidak akan pernah
terpisah. Hal inilah yang memudahkan Korean Wave sebagai budaya populer
lebih cepat dan mudah menyebar ke seluruh dunia.
Budaya populer berkaitan dengan masalah sehari-hari seperti superstar,
fashion, transportasi, gaya hidup, dan sebagainya yang dapat dinikmati oleh
semua orang atau kalangan orang tertentu. Menururt Ben Agger, Sebuah
budaya yang akan masuk dunia hiburan maka budaya itu umumnya
menempatkan unsur popular sebagai unsur utamanya. Budaya itu akan
memperoleh

kekuatannya

manakala

media

massa

digunakan

sebagai

penyebaran pengaruh di masyarakat (dalam Burhan Bungin, 2009: 100). Hal ini
tidak lepas dari unsur komersialitas media massa, dimana hampir setiap media
massa berlomba mendapatkan khalayak sebanyak-banyaknya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Jika

diperhatikan,

budaya

populer

memiliki

dua

istilah

yang

dikombinasikankan menjadi satu yaitu budaya dan populer. Budaya adalah
daya dari budi yang berupa cipta dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil
dari cipta rasa, karsa, dan rasa tersebut (Koentjaraningrat, 1976:28). Sedangkan
populer diambil dari kata pop yang berarti “rendah”, “dasar”, “vulgar”, dan
“masyarakat kebanyakan” pop juga dapat berati “luas” dalam konotasi yang
positif. Berdasarkan arti kata pop yaitu “masyarakat kebanyakan” dan “luas”
maka populer dapat berarti diterima oleh banyak orang, disukai atau disetujui
oleh masyarakat banyak.
Jika kedua istilah tersebut dikombinasikan maka budaya populer adalah
budaya yang diproduksi secara komersial. Budaya populer adalah gaya, style,
ide, perspektif, dan sikap yang benar-benar berbeda dengan budaya arus utama
(mainstream). Dalam perspektif industri budaya, budaya populer merupakan
budaya yang lahir atas kehendak media. Hal ini dikarenakan media telah
memproduksi segala macam jenis produk budaya populer yang hasilnya telah
disebarluaskan melalui jaringan global media hingga masyarakat tanpa sadar
telah menyerapnya.
Di Indonesia sendiri, kebudayaan merupakan salah satu aspek kekuatan
bangsa yang memiliki kekayaan nilai budaya yang beragam, termasuk
keseniannya. Dari kebudayaan jugalah gaya hidup tercipta. Gaya hidup saat ini
tengah mengguncang kesadaran manusia menjadi komoditas. Masyarakat kini

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

cenderung terserap dalam keperkasaan budaya populer dengan segala
atributnya. Fenomena di atas secara jelas telah menggambarkan bagaimana
budaya pop telah merasuk ke segala lini kehidupan. Penampilan dan gaya
menjadi lebih penting dari pada moralitas sehingga nilai-nilai tentang baik atau
buruk telah lebur dan dijungkirbalikan. Budaya populer merupakan suatu pola
tingkah laku yang disukai sebagian besar masyarakat. Tanda-tanda pesatnya
pengaruh budaya populer ini dapat di lihat pada masyarakat Indonesia yang
konsumtif karena budaya populer menjadikan seseorang tidak sadar mengikuti
apa yang sedang terjadi saat itu. Membeli barang bukan didasarkan kebutuhan
melainkan lebih didasarkan pada image atau prestise.
Jika Korean Wave merupakan produk budaya populer, maka budaya
populer merupakan produk dari globalisasi. Budaya populer yang berkaitan
dengan globalisasi adalah salah satu penyebab tersebarnya korean wave. Hal ini
dikarenakan budaya populer disebut juga sebagai budaya massa, dimana
penyebaran produk budaya populer seperti film dan musik dibantu melalui
media massa.
Selain peran dari media massa, Industri budaya pop Korea takkan seperti
sekarang jika bukan karena basis penggemarnya, karena para penggemar/
kelompok penggemar (fandom) adalah bagian paling tampak dari khalayak teks
dan praktik budaya pop (John Storey, 2007: 157). Dalam waktu singkat telah
terjaring ratusan, ribuan, bahkan jutaan penggemar budaya ini. Komunitas

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

penggemar kemudian membentuk sub-kultur mandiri dan membuat industri
budaya pop Korea tetap hidup sampai sekarang serta menjadi sebuah sub-kultur
yang hadir secara global. Dan umumnya penggemar budaya Korea (Korean
Lovers) adalah remaja. Memang tidak hanya remaja saja yang terkena demam
Korea, bahkan orang tua zaman sekarang juga tidak luput dari fenomena ini.
Tapi yang menjadi pusat perhatian dari fenomena ini adalah para remaja,
mengapa remaja? Karena usia remaja merupakan usia dimana seseorang sedang
dalam proses pencarian jati diri sehingga mudah dipengaruhi. Maka jelas sekali,
para remaja menjadi pusat perhatian dari Korean Wave ini.
Hal ini didasari karena masa remaja merupakan masa transisi (peralihan)
dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Dalam masa ini terjadi perubahan
emosi dan perubahan sosial pada remaja. Masa remaja penuh dengan gejolak,
penuh dengan pengenalan dan petualangan akan hal-hal baru dan masa
pencarian jati diri. Untuk mencari jati diri mereka seorang remaja merasa
tertantang dan tertarik untuk mebuktikan kemampuan intelektualnya. Remaja
dalam masa ini sangat labil dan menjadi mudah terpengaruh akan hal yang
dilihat maupun hal yang terjadi sekitarnya.
Remaja merupakan aset sumber daya manusia yang merupakan tulang
punggung penerus generasi bangsa di masa mendatang. Yang disebut remaja
adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai dengan perubahan dalam
bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan aspek fungsional. Dari

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

segi umur remaja dapat dibagi menjadi remaja awal/ early adolescence (10-13
tahun), remaja menengah/ middle adolescence (14-16 tahun) dan remaja akhir/
late adolescence (17-20 tahun) (Behrman, Kliegman & Jenson, 2004).
Umumnya, remaja mengidentifikasikan diri pada seseorang yang
dianggap sebagai idola. Ketika remaja mengidolakan seorang tokoh, mereka
akan mengidentifikasikan dirinya pada tokoh tersebut, lalu berusaha untuk
mewujudkan dirinya seperti gambaran tokoh idolanya itu. Caranya dengan
meniru sifat-sifat, kemampuan atau keahlian yang dimiliki oleh tokoh idola itu.
Umumnya tokoh idola yang di identifikasi merupakan orang-orang terkenal,
pandai dan ahli di bidangnya. Tokoh idola tersebut bisa berasal dari tokoh
bintang film, musikus, politikus, negarawan, ilmuwan, ulama, atau sastrawan
dan biasanya merupakan figur yang memiliki karakteristik seperti: tegas,
disiplin, berani, terkenal, cerdas/ pandai, berbakat, berkharisma, berwibawa,
rendah hati, ramah, dan menjadi panutan masyarakat bangsa atau dunia
internasional. Sifat-sifat tersebut kemudian ditiru dan diinternalisasi dalam diri
pribadinya. (Dariyo, 2004: 20). Dan secara disadari atau tidak hal ini
menciptakan sebuah perubahan gaya hidup pada remaja.
Budaya musik pop, majalah, konser, festival, komik, wawancara dengan
bintang pop, film, dan sebagainya, membantu memperlihatkan sekaligus
menjadi bukti pemahaman akan identitas di kalangan kaum muda:
Budaya yang disediakan oleh pasar hiburan komersial... memainkan
peran penting. Ia mencerminkan sikap dan sentiment yang telah ada di

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

sana, dan pada saat bersamaan menyediakan wilayah yang penuh ekspresi
serta sederet simbol yang melalui simbol itu sikap tersebut bisa
diproyeksikan... budaya remaja merupakan sebuah paduan kontradiktif
antara yang autentik da yang dimanufaktur: ia adalah area ekspresi diri
bagi kaum muda dan padang rumput yang subur bagi provider komersial.
(John Storey, 2007: 126)

Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan memetakan khalayak yang
dominant dan negotiated saja, sebab peneliti beranggapan bahwa khalayak yang
menolak (oppositional) tidak akan menjadi objek penelitian karena tidak
memenuhi kategori sebagai penggemar budaya pop Korea (Korean Lovers).
Terpilihnya Surabaya sebagai lokasi penelitian ini adalah dikarenakan
Surabaya merupakan kota multi etnis yang kaya budaya. Setiap budaya
membaur dengan penduduk asli Surabaya membentuk pluralisme budaya yang
selanjutnya menjadi ciri khas kota Surabaya. Masyarakat asli Surabaya juga
mudah bergaul dengan gaya bicara yang terbuka. Hal ini memudahkan
masuknya dan diterima adanya budaya baru di Surabaya. Surabaya juga
merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan
Indonesia timur dan hal tersebut lekat merupakan beberapa produk globalisasi.
http://www.surabaya.go.id/ (Situs resmi pemerintah kota Surabaya).
Tidak hanya itu, Surabaya juga merupakan kota selain Jakarta yang sering
dikunjungi oleh artis asal Korea Selatan. Seperti baru-baru ini ramai
dibicarakan mengenai kedatangan Han geng artis asal China yang lebih dahulu
terkenal sebagai artis Korea karena debut awalnya di Korea melalui boyband
Super Junior pada 22-24 September 2011. Kedatangannya ke Surabaya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

disambut antusias oleh fans yang menyebabkan terjadi keributan. Fans rela
berdesakan hanya untuk melihat idolanya. Bisa disimpulkan betapa besarnya
animo

masyarakat

dalam

menyambut

Korean

Wave

ini.

http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=f250e6b8fde05559
bfa1288fd11ac81e&jenis=d41d8cd98f00b204e9800998ecf8427e
Tipe dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Fokus penelitian
ingin melihat bagaimana pengaruh Korean Wave yang saat ini tengah mewabah
di tengah masyarakat diadopsi sedemikian rupa sehingga mempengaruhi gaya
hidup mereka, baik itu dari segi fashion, selera dalam memilih produk serta
hubungan dengan lingkungan sekitar.
Dalam penelitian kualitatif ini, data utama diperoleh dari peneliti sendiri
yang secara langsung mengumpulkan informasi yang didapat dari subjek
penelitian yaitu Korea Lovers di Surabaya. Penelitian ini dilakukan secara
intensif melalui observasi lapangan, wawancara dengan narasumber, serta
penelaahan melalui literature.
Design dalam tahap pembahasan penelitian ini, akan berisi uraian-uraian
tentang objek yang menjadi fokus penelitian yang ditinjau dari sisi-sisi teori
yang relevan dengannya dan tidak menutup kemungkinan bahwa design
penelitian ini akan berubah sesuai dengan kondisi atau realitas di lapangan.
Yang ingin diteliti dalm penelitian ini adalah bagaimana para remaja
sebagai penerus bangsa mempersepsi pengaruh Korean Wave sebagai bagian

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

dari budaya populer dalam gaya hidup mereka. Persepsi diartikan sebagai
proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan
memberikan reaksi kepada rangsangan pancaindera atau data (Sobur, 2003:
451).
Pengaruh erat kaitannya dengan budaya populer, karena tanpa adanya
pengaruh, sebuah budaya tidak akan dikenal dan diikuti. Untuk menjadi sebuah
budaya yang populer Korean Wave harus bisa memppengaruhi cara berpikir
seseorang sehingga orang tersebut mau mengkonsumsi, mengadaptasi budaya
tersebut atau bahkan ikut menyebarkannya. Hal ini dapat dilihat dari arti kata
pengaruh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 849) bahwa “pengaruh
adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang”.
Jika diteliti dengan cermat sesungguhnya Korean Wave sendiri tidak
lepas dari pengaruh budaya barat/ western yang lebih dulu menjadi fenomena
budaya populer di dunia, seperti musik pop dan hip-hop yang terlahir di
Amerika namun masyarakat Korea mampu meleburkan budaya barat itu dengan
budayanya tanpa menghilangkan budaya asli Korea dalam mengenalkan
budayanya, misal: perpaduan musik Gukak (musik klasik Korea) dengan
menggunakan alat musik Janggu (alat musik perkusi tradisional Korea)
Gayageum (Harpa Korea) dan Haeguem (Biola Korea) dipadukan dengan biola
elektronik yang menciptakan musik baru yang disebut Fusion Gukak
(perpaduan musik klasik Korea dengan instrumen musik Barat) oleh SOREA

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

girl group asal Korea yang membuat masyarakat dunia tanpa sadar telah lebih
mengenal dan mudah menerima musik tradisonal Korea tersebut. Hal ini
menjadikan musik tradisional Korea lebih mudah dikenal diseluruh dunia dan
Korean Wave menjadi lebih mudah diterima oleh masyarakat dunia yang lebih
dulu sudah terjangkit virus western.
Oleh karena itu jika Korea bisa memajukan budaya aslinya dengan
memanfaatkan budaya western. Mengapa Indonesia tidak melakukan hal yang
sama? Yaitu memajukan budaya asli Indonesia dengan memanfaatkan Korean
Wave.

1.2. Rumusan Masalah
Untuk menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas maka peneliti
membuat beberapa pembatasan masalah terlebih dahulu untuk memudahkan
proses penelitian. Adapun beberapa pembatasan masalah dari penelitian ini
adalah: Bagaimana persepsi remaja Surabaya berubah menerima terpaan dan
keberadaan budaya Korea Selatan yang berbeda dengan kebudayaan asli
Indonesia terutama penyebarannya melalui media massa televisi?
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka dapat dikemukakan
perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Korean wave sebagai produk dari budaya populer erat kaitannya dengan
efek globalisasi, globalisasi sendiri berkaitan erat dengan media massa, dan
salah satu media massa yang paling diminati saat ini adalah televisi. Melalui
media massa televisi yang merangkum beragam informasi menjadi lebih
menarik melalui audio visualnya yang menarik memudahkan Korean wave
lebih mudah dan cepat diterima di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Perkembangan Korean Wave di Indonesia ini mempengaruhi pemikiran dan
sikap masyarakat terhadap budaya ini. Masyarakat cenderung mengikuti budaya
baru ini dan sedikit demi sedikit melupakan budaya aslinya sendiri yaitu budaya
Indonesia.
Mengapa dan bagaimana budaya Korea Selatan saat ini lebih populer dari
kebudayaan asli Indonesia? Hal ini tidak jauh dari peranan media massa dan
remaja. Remaja sebagai generasi penerus budaya bangsa sudah terkikis rasa
nasionalisnya dan menyebabkan tergesernya budaya asli Indonesia oleh budaya
populer Korean Wave ini. Lalu bagaimana remaja-remaja tersebut mempersepsi
Korean Wave ini sehingga mereka mau menerimanya dan mengkonsumsinya.
Bagaimana remaja Surabaya lebih menyukai budaya Korea Selatan dari
budayanya sendiri, mengapa remaja lebih tertarik terhadap budaya Korea
Selatan dari pada budayanya sendiri, budaya Indonesia, bagaimana budaya
Korea ini mempengaruhi gaya hidup remaja di Indonesia yang kemudian dapat
mempengaruhi perkembangan budaya Indonesia.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapat pemahaman mengenai
pengaruh budaya Korea Selatan dalam gaya hidup remaja Surabaya. Sebagai
unsur kebudayaan populer di Indonesia, peneliti ingin memeriksa peran Korean
Wave dalam mempengaruhi gaya hidup remaja Surabaya, dan bagaimana
identitas remaja Surabaya diekspresikan melalui pengadaptasian beberapa
kebudayaan korea kedalam gaya hidup mereka.

Karena objek utama

penelitiannya adalah kebudayaan, maka studi ini memeriksa unsur kebudayaan
asli Indonesia yang mulai tersaingi dan terlupakan dengan adanya budaya
Korea.
Selain itu tujuan lain penelitian ini adalah menemukan pengalaman dan
alasan-alasan pengadaptasian Korean Wave sebagai budaya populer kedalam
budaya asli (tradisional) Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk menilai maksud
pengadaptasian kebudayaan Korea di Surabaya dan ingin mengetahui
bagaimana pendapat masyarakat Surabaya khususnya remaja mengenai Korean
Wave yang mempengaruhi kebudayaan asli Indonesia.

1.4. Manfaat Akademia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian Ilmu
Komunikasi khususnya dapat dijadikan dasar pengembangan penelitian serupa
dan sebagai informasi terhadap pihak lain di masa-masa mendatang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

1.5. Manfaat Secara Praktis
Sebagai media ilmiah untuk mengimplementasikan ilmu pengetahuan dan
teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan lapangan sebenarnya. Diharapkan
hasil penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat dan pemerintahan Surabaya
sebagai sumbangan pemikiran guna meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai budaya populer, peran dan manfaatnya.
Selain itu Manfaat dari penelitian ini adalah agar Korean Wave dapat
dikaji pengaruhnya bagi masyarakat berdasarkan persepsi remaja terhadap
pengaruh Korean Wave saat ini. Bagaimana Korean Wave dapat menarik minat
remaja untuk mau mengkonsumsi dan mengadaptasinya dalam gaya hidup
mereka. Hasil penelitian ini nantinya dapat diterapkan untuk mengembangkan
budaya asli Indonesia melalui pengolahan dan pemanfaatan Korean Wave ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi Massa
Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan
kepada khalayak tersebar, heterogen dan menimbulkan media alat-alat
elektronik sehingga pesan yang sama dapat diartikan secara serempak dan
sesaat. Maka komunikasi yang ditujukan kepada massa dengan menggunakan
media elektronik khususnya televisi merupakan komunikasi massa (Rakhmat,
1991 : 189).
Menurut Bittner (dalam Ardianto, 2004 : 3), “komunikasi massa adalah
pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang
(mass communication is messages communicated through a mass medium to a
large number of people)”. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa
komunikasi massa itu harus menggunakan media massa.
Sedangkan menurut Gebner, komunikasi massa adalah produksi dan
distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang
berkesinambungan serta paling luas dimiliki orang dalam masnyarakat industri
(Ardianto, 2004 : 4).

17
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Melalui defiisi-definisi tersebut diatas, setidaknya terdapat tujuh ciri
komunikasi massa yang menurut Nurudin (2004: 19), yaitu:
1. Komunikasi massa berlangsung satu arah
2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga
3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum
4. Media massa menimbulkan keserempakan
5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen
6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis
7. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper
Menurut Wright dalam Severin - Tankard (2009: 4), komunikasi massa
bisa didefinisikan dalam tiga ciri, yaitu:
1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen,
dan anonim.
2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa
mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya
sementara.
3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi
yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.
Berdasarkan

pengertian

tentang

komunikasi

massa

yang

sudah

dikemukakan oleh para ahli komunikasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa modern

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

(media cetak dan elektronik) dalam penyampaian informasi yang ditujukan
kepada sejumlah khalayak (komunikan) heterogen dan anonim sehingga pesan
yang sama dapat diterima secara serentak.

2.2. Televisi
Televisi berasal dari dua kata yaitu tele (bahasa Yunani) yang berani jauh,
dan visi atau videre (bahasa Latin) yang berarti penglrbatan. Dengan demikian.
televisi dengan bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh.
Melihat jauh di sini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di
suatu tempat (studio televisi) dapat dilihat dari tempat "lain" melalui sebuah
perangkat penerima (televisi set) (Wahyudi, 1986 : 49).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006: 1335), televisi adalah
sistem penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) memalui kabel
atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya
(gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya
kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat
didengar.
Televisi yang muncul di masyarakat di awal dekade 1960-an, semakin
lama semakin mendominasi komunikasi massa. Sebagai media massa. televisi
memang memiliki kelebihan dalam penyampaian pesan dibandingkan dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

media massa lain. Pesan-pesan melalui televisi disampaikan melalui gambar
dan suara secara bersamaan (sinkron) dan hidup, sangat cepat (aktual) terlebih
lagi dalam siaran langsung (live broadcast) dan dapat menjangkau ruang yang
sangat luas (Wahyudi, 1986: 3).
Alat-alat audiovisual (televisi) juga membuat suatu pengertian atau
informasi menjadi lebih berarti. Sehingga wajar jika pesan yang disampaikan
televisi diterima dan diartikan berbeda-beda oleh pemirsanya tergantung
kondisi dan situasinya. Ada yang terhibur dan puas dan ada yang tidak. Seperti
yang diungkapkan Wahyudi (1986 : 215), televisi tidak dapat memuaskan
semua orang pada saat bersamaan yang memiliki latar belakang, usia,
pendidikan, status sosial, kepercayaan, paham, golongan yang berbeda-beda.
Televisi dapat membuat orang puas, tidak puas, senang, tidak senang, sedih,
gembira, marah, yang semuanya merupakan hal wajar karena sifat manusia
yang berbeda-beda.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan yaitu bahwa televisi
adalah alat atau benda untuk menyiarkan siaran-siaran yang menawarkan
gambar dan suara sekaligus. Dari siaran televisi ini penonton dapat
mendengarkan dan melihat gambar-gambar yang disajikan, yang memadukan
antara unsur-unsur film sekaligus. Hal ini lah yang menyebabkan televisi
menjadi salah satu media massa yang paling diminati di masyarakat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Televisi biasa juga dikatakan sebagai “kotak ajaib” dunia. Dikarenakan
penyuguhan informasinya sangat menarik dengan menampilkan gambar, suara,
warna dan kecepatan yang menjadi favorit sejak awal penemuannya. Menurut
Ardianto dkk. (2007: 137-140) beberapa faktor dan karakteristik yang menarik
dari televisi sehingga pemirsa mempunyai minat yang sangat tinggi untuk
menontonnya, yaitu:
1. Audio visual
Televisi dapat didengar sekaligus dapat dilihat atau biasa disebut dengan
audiovisual.
2. Berfikir dalam gambar,
pertama adalah visualisasi (visualization), yakni menerjemahkan kata-kata
yang mengandung gagasan yang menjadi gambar.

Kedua, adalah

penggambaran (picthurization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar
individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna
tertentu.
3. Pengoperasian
Peralatan yang digunakan lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih
rumit serta harus dilakukan oleh orang yang terampil dan terlatih.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

Menurut Dominick yang dikutip oleh Ardianto, dkk (2007: 15-17)
menyebutkan bahwa televisi merupakan alat komunikasi massa yang memiliki
fungsi sebagai berikut:
1. Pengawasan (Survillance)
Fungsi ini terbagi dua, yaitu pengawasan peringatan ketika media massa
menginformasikan tentang ancaman kondisi efek yang memprihatinkan dan
pengawasan

instrumental

merupakan

penyampaian

dan

penyebaran

informasi memilki kegunaan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Penafsiran (Interpretation)
Televisi tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan
penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting.
3. Pertalian (Linkage)
Fungsi ini merupakan penyatuan anggota masyarakat yang beragam,
membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama.
4. Penyebaran Nilai (Transmission of Values)
Dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok yang mereka
tonton.
5. Hiburan (Entertainment)
Fungsi telivisi ini untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

Kehadiran televisi begitu berarti bagi masyarakat. Televisi menjadi suatu
kebutuhan dalam ruang publik. Tayangan program acara yang beraneka ragam,
mendapat perhatian dari masyarakat. Tentunya televisi mampu menyampaikan
pesan yang seolah-olah langsung anatara komunikator dengan komunikan.
Melalui televisi masyarakat menjadi tahu berbagai macam informasi.
Televisi telah mampu menembus ruang kehidupan masyarakat. Peranan televisi
selain sebagai alat informasi juga sebagai kontrol sosial, hiburan serta media
penghubung secara geografis yang akan berpengaruh sangat besar terhadap
masyarakat. Secara sadar atau tidak sadar pola kehidupan masyarakat telah
berubah dan dikendalaikan oleh televisi itu sendiri. Banyak jadwal kegiatan
masyarakat berubah diseusaikan dengan jadwal program acara yang mereka
senangi di televisi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa media massa televisi berperan sebagai alat
informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara geografis. Isi
pesan tayangan televisi bisa diinterpretasikan menurut visi pemirsa serta
dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam. Dengan demikian, televisi
sangat berperan dalam mempengaruhi mental, pola pikir khalayak umum.
Televisi karena sifatnya yang audiovisual merupakan media yang dianggap
paling efektif dalam menyebarkan nilai-nilai yang konsumtif dan permisif.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

2.3. Persepsi
2.3.1.

Pengertian Persepsi
Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita
memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari
lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita
(Mulyana, 2001: 167). Persepsi merupakan inti komunikasi karena jika
persepsi tidak akurat, maka komunikasi menjadi tidak efektif.
Persepsi, menurut Rakhmat Jalaluddin (1998: 51), adalah
pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Seperti yang dinyatakan Gamble dan Gamble “Persepsi
merupakan proses seleksi, pengaturan dan penginterpretasian data
sensor dengan cara yang memungkinkan kita mengerti dunia kita”.
Dengan kata lain, persepsi merupakan proses dimana orang-orang
mengubah kejadian dan pengalaman eksternal menjadi pemahaman
internal yang berarti (Samovar, Porter, McDaniel, 2010: 222).
Senada dengan hal tersebut Atkinson dan Hilgard (1991: 201)
mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan
dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan
Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses
pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan
pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi
terjadi kapan saja. Stimulus menggerakkan indera. Dalam hal ini
persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek
dan kejadian obyektif dengan bantuan indera (Chaplin, 1989: 358).
Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon
terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek,
stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta
diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan
persepsi (Atkinson dan Hilgard, 1991 : 209).
Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs),
pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus
yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi
perilaku dan membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung
menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri
(Gibson, 1986: 54).
Berdasarkan beberapa definisi persepsi diatas maka dapat
disimpulkan bahwa Persepsi merupakan proses pemahaman ataupun
pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus
didapat dari proses penginderaan terhadap objek peristiwa, atau
hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

Proses kognisi juga dimulai dari persepsi.
Selain itu persepsi juga merupakan proses internal yang
memungkinkan seseorang untuk memilih, mengorganisasikan serta
menafsirkan

tanggapan

dari

lingkungan,

dan proses tersebut

mempengaruhi perilaku dan sikap orang tersebut.

2.3.2.

J enis Persepsi
Menurut Mulyana (2001 : 172), pada dasarnya persepsi manusia
terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Persepsi terhadap lingkungan fisik (objek), adalah persepsi manusia
terhadap objek melalui lambang-lambang fisik atau sifat-sifat luar
dari suatu benda. Dapat diartikan bahwa manusia dalam menilai
suatu benda mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Dan persepsi
terhadap objek bersifat status karena objek tidak mempersiapkan
manusia ketika manusia tersebut mempersiapkan objek-objek
tersebut.
b. Persepsi terhadap manusia, adalah persepsi manusia terhadap orang
melalui sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif, dan harapan)
dapat diartikan manusia bersifat interaktif karena manusia akan
mempersiapkannya dan bersifat dinamis karena persepsi terhadap
manusia bisa berubah-ubah dri waktu ke waktu.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

c. Persepsi terhadap lingkungan sosial, adalah suatu proses bagaimana
seseorang menangkap arti dari objek sosial dan kejadian-kejadian
yang kita alami dari lingkungan kita.
Persepsi terbagi menjadi tiga jenis yaitu, persepsi terhadap
lingkungan fisik, persepsi terhadap manusia, dan persepsi terhadap
lingkungan sosial. Pada penelitian ini, penulis cenderung meneliti
tentang persepsi terhadap lingkungan sosial. Hal ini dikarenakan
Korean Wave merupakan peristiwa fenomena yang terjadi dan
berhubungan dengan lingkungan sosial.

2.3.3.

Karakteristik Per sepsi
Menurut Busch dan Houston (1985) yang dikutip oleh Ujang
Sumarwan (2004: 114) karakteristik persepsi dapat didefinisikan
sebagai berikut:
a. Be

Dokumen yang terkait

Pengaruh tayangan korean wave Di internet terhadap perilaku komunitas Korean beloved addict (KBA)

24 112 104

TRANSFORMASI NILAI KOREAN WAVE TERHADAP SIKAP NASIONALISME REMAJA.

6 20 52

PERSEPSI REMAJA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN KOREAN WAVE DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Remaja Surabaya Terhadap Tayangan Korean Wave Sebagai Budaya Populer di Indosiar).

0 0 129

OPINI MASYARAKAT TENTANG TAYANGAN BERITA KRIMINALITAS PADA TAYANGAN “PATROLI” DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Di Surabaya Tentang Berita Kriminalitas Pada Tayangan Patroli di Indosiar).

0 1 81

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PESERTA PEREMPUAN DI DALAM TAYANGAN ACARA TAKE HIM OUT INDONESIA DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Perempuan Surabaya Terhadap Peserta Perempuan Dalam Tayangan Acara Take Him Out Indonesia Di Indosiar).

0 0 85

MOTIF REMAJA DALAM MENONTON KUIS “HAPPY SONG“ DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Motif Remaja Surabaya Terhadap Kuis “Happy Song” di Indosiar).

0 0 79

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PESERTA PEREMPUAN DI DALAM TAYANGAN ACARA TAKE HIM OUT INDONESIA DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Perempuan Surabaya Terhadap Peserta Perempuan Dalam Tayangan Acara Take Him Out Indonesia Di Indosiar)

0 0 20

OPINI MASYARAKAT TENTANG TAYANGAN BERITA KRIMINALITAS PADA TAYANGAN “PATROLI” DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Di Surabaya Tentang Berita Kriminalitas Pada Tayangan Patroli di Indosiar) SKRIPSI

0 0 18

PERSEPSI REMAJA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN KOREAN WAVE DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Remaja Surabaya Terhadap Tayangan Korean Wave Sebagai Budaya Populer di Indosiar)

0 0 25

PERSEPSI REMAJA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN KOREAN WAVE DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Remaja Surabaya Terhadap Tayangan Korean Wave Sebagai Budaya Populer di Indosiar)

0 0 25